Anda di halaman 1dari 15

4.

4 Alternatif Pengolahan Air


Dalam menentukan tingkat pengolahan yang diinginkan, maka diperlukan aspek teknis,
beban Pengolahan, aspek ekonomis, dan aspek lingkungan. Hal ini diperlukan agar insinyur
dapat merencakan unit pengolahan air minum yang efektif dan efisien. Adapun aspek teknis yang
perlu diperhatikan yaitu :
1. Ketersediaan lahan
2. Kemudahan teknis pelaksanaan
3. Pengadaan bahan – bahan pembangunan IPA
4. Kemudahan dalam operasional
5. Pemeliharaan
6. Ketersediaan tenaga operator
7. Ketersediaan alat – alat operator
Adapun Aspek Ekonomis yang perlu diperhatikan :
8. Biaya Konstruksi
9. Biaya Operasi
10. Biaya Pemeliharaan
Adapun Aspek lingkungan yang perlu diperhatikan agar terciptanya Unit pengolahan air
minum yang tidak mengganggu masyarakat sekitar dan lingkungan di sekitarnya.
Keempat aspek tersebut kemudian dinilai untuk mendapatkan alternatif pengolahan yang
diinginkan. Alternatif pengolahan tersebut dibandingkan dengan alternatif pengolahan yang lain.
Setelah mendapatkan beberapa alternatif, kemudian dibandingkan efisiensi removal tiap unit.

Tabel 4. 1 Efisiensi Pengolahan Air Minum


Unit Pengolahan Efisiensi Removal
Kekeruhan Warna Zat Organik
Prasedimentasi 40-60 % - -
Aerasi - - 26,9 % *3
Koagulasi 60-70 % 72,89 %*1 60-70 %
Adsorpsi - 77,42 % *2 -
Flokuasi 60-70 % 87,90 %*1 -
Sedimentasi 10-30 % 91,13 % *1 -
*1
Filtrasi 25-50 % 91,53 % -
Desinfeksi (Klorinasi) > 50 % - -
Sumber : (1) Degreemont, 1991; (2) Metcalf Eddy, 2004; (3) Joko,2012 ; (4) Hardini I.
Karnaningrum N,2010); (*1) Laporan KP Rani,2013; (*2) Afifah, Moersidik,
Priadi, Red, & Dye, n.d. , 2014; (*3) Noor, 2017

Tabel 4. 2 Perbandingan Alternatif Unit Pengolahan Air Minum


Alternatif 1 (*)
Alternatif 2 Alternatif 3
Screen Screen Screen
Intake Intake Intake
Prasedimentasi
Prasedimentasi Prasedimentasi
Koagulasi Aerasi Koagulasi
Flokulasi Koagulasi Adsorpsi
Sedimentasi Flokulasi Flokulasi
Filtrasi Sedimentasi Sedimentasi
Desinfeksi Filtrasi Filtrasi
Reservoir Desinfeksi Desinfeksi
Reservoir Reservoir
(*)
Sumber : = (Al-Layla, 1978:142-143)

Tiga alternatif yang didesain didasarkan pada jumlah parameter yang tidak memenuhi
standar baku mutu air dan disesuaikan dengan efisiensi removal pada setiap unit pengolahannya.

4.4.1 Alternatif Pengolahan Air I

Alternatif pengolahan air I terdapat 6 unit yaitu Prasedimentasi, Koagulasi, Flokulasi,


Sedimentasi, Filtrasi, Desinfeksi, dan kemudian ditampung di dalam Reservoir. Keuntungan
dalam menggunakan alternatif ini adalah digunakannya unit prasedimentasi yang dapat
mengatasi kekeruhan dan unit yang dipakai tidak terlalu banyak sehingga dapat mengurangi
biaya operasional dan pemeliharaan. Namun, kekurangannya, tidak adanya proses oksidasi yang
dapat menghilangkan bau dan rasa secara maksimal pada air baku
Prasedimentasi

Koagulasi

Flokulasi

Sedimentasi

Filtrasi

Desinfeksi

Gambar 4. 1 Bagan Alir Alternatif Pengolahan 1


Sumber : Analisis Penulis, 2021

Tabel 4. 3 Perhitungan Efisiensi Removal pada Alternatif 1


Bangunan Nama Kualitas Air % Efesiensi Nilai Sisa
Pengolahan Removal Baku Pengolahan Removal Removal
Treatment Treatme
nt
Bar Screen - - - - -
Pra Kekeruhan 150 NTU 60 % 90 60
Sedimentasi
Koagulasi Kekeruhan 60 NTU 60% 36 24
Warna 46 TCU 72,89% 33,52 12,48
Zat 14,5 mg/l 60% 8,7 5,8
Organik KmnO4
Besi 0,2 mg/l 45% 0,09 0,11
Flokuasi Kekeruhan 24 60% 14,4 9,6
Warna 12,48 87,90 % 10,96 1,52
Sedimentasi Kekeruhan 9,6 50% 4,8 4,8
Warna 1,52 91,13 % 1,385 0,135
Filtrasi Kekeruhan 4,8 55% 2,64 2,16
Warna 0,135 91,53 % 0,1235 0,011
Desinfeksi Kekeruhan 2,16 50% 1,08 1,08
Reservoir Kekeruhan 1,08
Warna 0,011
Zat 5,8
Organik
Besi 0,11
Sumber :(1) Laporan KP Rani,2013; (2) Afifah, Moersidik, Priadi, Red, & Dye, n.d. , 2014
Hasil akhir pada alternatif 1 didapatkan hasil Kekeruhan 1,08 NTU berdasarkan standard
baku mutu PP No 82/2001 Gol.1 dan Permenkes No 492/2010 yaitu minimal 5 NTU artinya
telah memenuhi standard baku mutu. Untuk Warna nilai akhirnya 0,011 TCU dengan standard
minimal 15 TCU artinya memenuhi standard baku mutu. Untuk Zat Organik senilai 5,8 mg/l dan
pada standard baku mutu minimal 10 mg/l artinya telah memenuhi standard baku mutu. Untuk
besi nilai akhirnya 0,11 TCU dengan standard minimal 0,3 TCU artinya memenuhi standard baku
mutu.
Kelebihan alternatif ini ialah penurunan semua parameter kekeruhan, warna, dan zat
organik yang sesuai sehingga memenuhi baku mutu. Sedangkan kekurangan dari pengolahan ini
adalah tahap-tahapnya yang panjang membutuhkan unit pengolahan yang banyak dan investasi
yang sedikit lebih besar. Namun hal ini sebanding dengan hasil yang diperoleh yaitu kualitas air
yang tinggi.
4.4.2 Alternatif Pengolahan Air II
Alternatif pengolahan air II terdapat yaitu, Prasedimentasi, Aerasi, Koagulasi, Flokulasi,
Sedimentasi, Filtrasi, Desinfeksi, dan kemudian ditampung di dalam Reservoir.

Prasedimentasi

Aerasi

Koagulasi

Flokulasi

Sedimentasi

Filtrasi

Desinfeksi

Gambar 4. 2 Bagan Alir Alternatif Pengolahan 2


Sumber : Analisis Penulis, 2021

Tabel 4.4 Perhitungan Efisiensi Removal pada Alternatif 2


Bangunan Nama Kualitas % Efesiensi Nilai Sisa Removal
Pengolaha Removal Air Baku Pengolahan Removal Treatment
n Treatment

Bar Screen - - - - -
Pra Kekeruhan 150 NTU 60 % 90 60
Sedimentasi
Aerasi Zat Organik 14,5 mg/l 26,90% 3,9 10,6
KmnO4
Besi 0,2 mg/l 69,1% 0,138 0,062
Koagulasi Kekeruhan 60 NTU 60% 36 24
Warna 46 TCU 72,89% 33,52 12,48
Zat Organik 10,6 60% 6,36 4,24
Besi 0,062 69,1% 0,043 0,019
Flokuasi Kekeruhan 24 60% 14,4 9,6
Warna 12,48 87,90 % 10,96 1,52
Sedimentasi Kekeruhan 9,6 50% 4,8 4,8
Warna 1,52 91,13 % 1,385 0,135
Filtrasi Kekeruhan 4,8 55% 2,64 2,16
Warna 0,135 91,53 % 0,1235 0,011
Desinfeksi Kekeruhan 2,16 50% 1,08 1,08
Reservoir Kekeruhan 1,08
Warna 0,011
Besi 0,019
Zat Organik 4,24
Sumber : (1) Mima Apriani dkk, 2016 (2) Laporan KP Rani, 2013
Keuntungan dari penambahan aerasi pada alternatif pengolahan ini adalah aerasi dapat
mereduksi kadar warna dan mengurangi kekeruhan. Prinsip kerja aerasi dengan cara
mengoksidasi air baku yang telah melewati unit prasedimentasi. Kerugian dari unit aerasi adalah
memakan biaya yang cukup mahal untuk pemeliharaanya dan operasionalnya.
Pada alternatif 2 didapatkan hasil kekeruhan 1,08 NTU berdasarkan standar baku mutu PP
No 82/2001 Gol.1 dan Permenkes No 492/2010 yaitu minimal 5 NTU artinya telah memenuhi
standard baku mutu. Untuk warna nilai akhirnya 0,011 TCU dengan standard minimal 15 TCU
artinya memenuhi standard baku mutu. Untuk Zat Organik senilai 4,24 mg/l dan pada standard
baku mutu minimal 10 mg/l artinya telah memenuhi standar baku mutu. Untuk besi senilai 0,019
mg/l dan pada standard baku mutu minimal 0,3 mg/l artinya telah memenuhi standar baku mutu
4.4.3 Alternatif Pengolahan Air III
Alternatif pengolahan air III terdapat yaitu, Prasedimentasi, Koagulasi, Adsorpsi, flokulasi,
sedimentasi, filtrasi, desinfeksi, dan kemudian ditampung di dalam reservoir.

Prasedimentasi

Koagulasi

Adsorpsi

Flokulasi

Sedimentasi

Filtrasi

Desinfeksi

Gambar 4. 3 Bagan Alir Alternatif Pengolahan 3


Sumber : Analisis Penulis, 2021
Tabel 4. 5 Perhitungan Efisiensi Removal pada Alternatif 3
Bangunan Nama Kualitas % Efesiensi Nilai Sisa
Pengolaha Removal Air Baku Pengolahan Removal Removal
n Treatment Treatment
Bar Screen - - - - -
Pra Kekeruhan 150 NTU 60 % 90 60
Sedimentasi
Koagulasi Kekeruhan 60 NTU 60% 36 24
Warna 46 TCU 72,89% 33,52 12,48
Zat Organik 14,5 mg/l 60% 8,7 5,8
KmnO4
Besi 0,2 mg/l 45% 0,09 0,11
Adsoprsi Warna 12,48 77,42% 9,66 2,82
Flokuasi Kekeruhan 24 60% 12,6 11,4
Warna 2,82 87,90% 2,478 0,342
Sedimentasi Kekeruhan 11,4 50% 5,7 5,7
Warna 0,342 91,13% 0,312 0,03
Filtrasi Kekeruhan 5,7 55% 3,135 2,565
Warna 0,03 91,53% 0,027 0,003
Desinfeksi Kekeruhan 2,565 50% 1,283 1,283
Reservoir Kekeruhan 1,283
Warna 0,003
Zat Organik 5,8
Besi 0,11
Sumber : (1) P.K. Malik, 2004 (2) ) Laporan KP Rani,2013
Keuntungan dalam menggunakan alternatif ini adalah digunakannya unit adsorpsi yang
dapat mengatasi kekeruhan dengan baik. Adsopsi diletakkan sebelum flokulasi karena partikel
perlu di destabilasi dahulu sebelum terbentuk flok. Namun, kekurangannya, dengan penambahan
unit maka membutuhkan lahan yang besar, terjadi penambahan biaya, serta peningkatan tingkat
kesulitan dalam operasi dan pemeliharaan.
Pada alternatif 3 didapatkan hasil kekeruhan 1,283 NTU berdasarkan standar baku mutu
PP No 82/2001 Gol.1 dan Permenkes No 492/2010 yaitu minimal 5 NTU artinya telah
memenuhi standard baku mutu. Untuk warna nilai akhirnya 0,003 TCU dengan standard minimal
15 TCU artinya memenuhi standard baku mutu. Untuk Zat Organik senilai 5,8 mg/l dan pada
standard baku mutu minimal 10 mg/l artinya telah memenuhi standar baku mutu. Untuk besi
senilai 0,11 mg/l dan pada standard baku mutu minimal 0,3 mg/l artinya telah memenuhi standar
baku mutu.
4.5 Kriteria Pemilihan
Pada saat ini, ketika aturan terhadap pengolahan menjadi lebih ketat, daftar "alat
perdagangan" yang tersedia pun juga ikut bertambah. Semua keputusan diserahkan kepada
perancang untuk mengambil keuntungan dari berbagai sumber daya pengolahan yang akan
dibahas lebih lanjut dalam teks ini berhubungan dengan pilihan yang dirasa paling optimal dan
telah disesuaikan dengan aplikasi instalasi tertentu.
Terdapat banyak pilihan pengolahan dan opsi kombinasi yang tersedia bagi perancang
dalam merencanakan suatu instalasi pengolahan. Semua opsi tersebut tetap harus dihitung dan
pertimbangkan dari berbagai aspek agar mencapai pengolahan atau kombinasi pengolahan yang
paling cocok untuk diaplikasikan ke instalasi tertentu.
Hal yang tidak kalah penting selain masalah keefektifan dari pengolahan, potensi masalah
lain pada unit pengolahan juga perlu diperiksa untuk setiap opsi dan setiap unit pengolahan.
Terdapat beberapa persoalan yang berpotensi muncul dan dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan dalam merencakan pembangunan suatu instalasi pengolahan, yaitu sebagai berikut:
a. Biaya konstruksi
b. Biaya operasi tahunan
c. Area situs yang dibutuhkan
d. Kompleksitas operasi (kemampuan yang dibutuhkan untuk staff operasional dan pemantauan
laboratorium)
e. Risiko operasi (penyebab paling umum, jika terjadi, dapat mengakibatkan kegagalan
pengolahan)
f. Fleksibilitas pengaturan susunan instalasi untuk perubahan di masa depan
g. opsi pembuangan limbah
Selain itu, terdapat beberapa pertimbangan mengenai pemilihan proses suatu instalasi
pengolahan yang terbagi menjadi empat kategori yaitu:

1. Beban Pengolahan
2. Aspek Teknis
a. Ketersediaan Lahan
b. Kemudahan Teknis Pelaksanaan
c. Pengadaan Bahan-Bahan Pembangunan
d. Operasional
e. Pemeliharaan
f. Ketersediaan Tenaga Operasional
g. Ketersediaan Alat-Alat Operasional
3. Aspek Ekonomi/Finansial
a. Biaya Konstruksi
b. Biaya Operasi
c. Biaya Pemeliharaan
4. Aspek Lingkungan
a. Dampak Terhadap Masyarakat Sekitar
b. Dampak Terhadap Lingkungan Fisik

Dalam merencanakan opsi kombinasi instalasi pengolahan air minum, seorang perancang
wajib mempertimbangkan keempat aspek tersebut. Hal ini bertujuan agar mendapatkan instalasi
pengolahan air minum yang optimal, sesuai dengan biaya yang dikehandaki, topografi dan
keadaan lingkungan sekitar, serta dapat menciptakan proses pemeliharaan yang mudah dan
terstruktur.
Perhitungan dan pertimbangan berbagai opsi dan kombinasi pengolahan juga berperan
penting untuk menyediakan susunan fasilitas yang fleksibel di mana penambahan dan modifikasi
unit dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pengolahan di masa depan. Perlu diingat bahwa
desain pengolahan air minum itu tidak statis, namun bersifat dinamis, yaitu merupakan sebuah
proses yang terus berubah dan berkembang.

Dengan demikian perancang diharuskan mampu membuat perhitungan skalatis atau


perhitungan gambaran alternatif untuk membuat desain bangunan pengolahan air atau disebut
juga dengan scoring. Scoring akan menentukan alternatif pengolahan air yang sesuai. Aspek-
aspek tersebut dinilai dengan menggunakan bobot dan nilai sesuai dengan hasil pengolahan air
yang dikehendaki. Pembobotan ini bergantung dari seberapa besar elemen tersebut berguna
untuk proses pengolahan. Setelah melakukan pembobotan, hasilnya akan diperhitungkan
berdasarkan elemen dari masing-masing alternatif yang dikalikan dengan bobot. Di mana bobot
ini didasarkan pada tingkat kepentingannya. Setelah menghitung akumulatif semua alternatif,
maka langkah selanjutnya merekap hasil penilaian dari masing-masing alternatif dimana
nantinya akan digunakan untuk pengolahan.

4.6 Pemilihan Alternatif


Berdasarkan beberapa alternatif pengolahan air serta kriteria pemilihan pada sub-bab 4.4
dan 4.5. Pemilihan alternatif yang paling efisien akan dilakukan scoring dengan memakai metode
Skala Likert. Metode Skala Likert merupakan penilaian yang diberikan kepada masing-masing
alternatif pengolahan terhadap suatu parameter penilaian tertentu dengan rentang skor tertentu.
Berikut ini merupakan tabel skoring dengan menggunakan Skala Likert :

Tabel 4. 6 Scoring Alternatif 1 (Tanpa Aerasi dan Absorbsi)


Tingkat Pengolahan Bobot Nilai Nilai x Bobot
1 Aspek Teknis (1-7) (1-10)
.
Ketersediaan Lahan 7 9 63
Kemudahan Teknis Pelaksanaan 6 3 18
Pengadaan Bahan-bahan Pembangunan 5 8 40
IPA
Operasional 5 6 30
Pemeliharaan 4 5 20
Ketersediaan Tenaga Operator 3 4 12
Ketersediaan Alat-Alat Operasional 3 7 21
2 Aspek Ekonomis (1-3) (1-10)
.
Biaya Konstruksi 3 10 30
Biaya Operasi 2 9 18
Biaya Pemeliharaan 2 8 16
3 Aspek Lingkungan (1-2) (1-10)
.
Gangguan Terhadap Masyarakat Sekitar 1 3 3
Gangguan Terhadap Lingkungan Fisik 2 3 6
TOTAL 277
Sumber : Analisis Penulis, 2021

Tabel 4. 7 Scoring Alternatif 2 (Ada Unit Aerasi)


Tingkat Pengolahan Bobot Nilai Nilai x Bobot
1 Aspek Teknis (1-7) (1-10)
.
Ketersediaan Lahan 6 7 42
Kemudahan Teknis Pelaksanaan 5 8 40
Pengadaan Bahan-bahan Pembangunan 5 7 35
IPA
Operasional 4 7 28
Pemeliharaan 3 7 21
Ketersediaan Tenaga Operator 3 7 21
Ketersediaan Alat-Alat Operasional 5 7 35
2 Aspek Ekonomis (1-3) (1-10)
.
Biaya Konstruksi 3 6 18
Biaya Operasi 3 6 18
Biaya Pemeliharaan 3 6 18
3 Aspek Lingkungan (1-2) (1-10)
.
Gangguan Terhadap Masyarakat Sekitar 1 8 8
Gangguan Terhadap Lingkungan Fisik 2 8 16
TOTAL 279
Sumber : Analisis Penulis, 2021

Tabel 4. 8 Scoring Alternatif 3 (Tidak Ada Aerasi, tetapi Ada Unit Absorpsi)
Tingkat Pengolahan Bobot Nilai Nilai x Bobot
1 Aspek Teknis (1-7) (1-10)
.
Ketersediaan Lahan 5 8 40
Kemudahan Teknis Pelaksanaan 1 4 4
Pengadaan Bahan-bahan Pembangunan 5 7 35
IPA
Operasional 3 7 21
Pemeliharaan 3 6 18
Ketersediaan Tenaga Operator 2 5 10
Ketersediaan Alat-Alat Operasional 5 8 40
2 Aspek Ekonomis
.
Biaya Konstruksi 3 9 27
Biaya Operasi 2 7 14
Biaya Pemeliharaan 1 7 7
3 Aspek Lingkungan
.
Gangguan Terhadap Masyarakat Sekitar 1 2 2

Gangguan Terhadap Lingkungan Fisik 2 3 6


TOTAL 224
Sumber : Analisis Penulis, 2021

Berdasarkan skoring dengan menggunakan metode likert diatas, didapatkan kan bahwa
alternatif 2 memperoleh hasil skoring yang lebih besar nilainya dibandingkan dengan alternatif
yang lain. Alternatif 2 terdiri dari 7 unit yaitu unit prasedimentasi, , unit aerasi, unit koagulasi,
unit flokulasi, unit sedimentasi, unit filtrasi, dan unit desinfeksi. Ini ditinjau dari ke tiga
parameter penilaian yaitu aspek teknis, aspek ekonomis, dan aspek lingkungan.
Pada parameter kebutuhan lahan, alternatif 2 memang membutuhakan lahan yang lebih
besar karena pada alternatif 2 adanya pengolahan aerasi. Namun berdasarkan aspek lingkungan,
Alternatif 2 ini yang paling baik.

4.7 Rencana Implementasi


Dalam memproduksi air bersih Instalasi Pengolahan Air (IPA) beroperasi selama 24 jam/
hari. Kapasitas Instalasi Pengolahan Air (IPA) adalah sebesar 100 L/dtk yang bersumber dari
Sungai Dengkeng. Air menuju saluran intake diawali dengan sebuah screening tegak lurus,
kemudian mengalami proses prasedimentasi. Selanjutnya air baku disalurkan menuju kolam
aerasi yang kemudian disalurkan ke proses pembubuhan koagulan menggunakan tawas
alumunium diiringi dengan pengadukan cepat dengan proses hidrolis (terjunan). Kemudian
terjadi proses flokulasi, air menuju horizontal baffle channel sehingga terjadi pembentukan flok
yang akan menjadi lumpur. Air dari proses horizontal baffle channel kemudian mengalami
proses sedimentasi dengan tipe rectangular. Pengendapan flok (lumpur) terjadi pada bak
sedimentasi. Proses selanjutnya yaitu filtrasi yang berjumlah 5 filter menggunakan saringan
dengan bangunan terbuka. Metode yang digunakan pada filtrasi ini adalah rapid sand filter
dengan media pasir. Setelah air mengalami proses filtrasi, air dapat dialirkan menuju reservoir.
Instalasi Pengolahan Air (IPA) merupakan sebuah Instalasi konvensional karena lokasi di
IPA Sungai Dengkeng memiliki ketersedian lahan untuk dijadikan IPA konvensional. Pada
prinsipnya sistem pengolahan IPA adalah menjalankan fungsi seluruh peralatan yang ada,
dengan urutan: Listrik PLN, panel induk (inferter), bangunan utama Instalasi Pengoalahan Air,
unit pengolahan lumpur, dan pompa distribusi. Tahapan proses pengolahan air yang di lakukan
adalah sebagai berikut :
1. Sungai Dengkeng sebagai sumber air baku melewati bangunan intake. Pada bangunan intake
dilengkapi dengan bar screen, saluran pembawa air baku, dan bak pengumpul
2. Air dari intake menuju IPA di pompa,
3. Setelah melewati intake, air baku kemudian ditampung di unit prasedimentasi untuk
mengurangi kekeruhan pada air baku tersebut.
4. Air kemudian disalurkan ke kolam aerasi
5. Selanjutnya di mixing tank terjadi pengadukan cepat dengan penambahan koagulan secara
mekanis, proses injeksi koagulan ini disebut sebagai proses koagulasi karena terjadi
destabilisasi partikel air. Kemudian air dialirkan menuju flokulasi.
6. Air dipompa dengan prinsip seperti vakum atau vacum chamber kemudian diflokulasikan
sehingga terjadi pembentukkan flok menjadi lumpur. Lumpur dari flokulasi dialirkan menuju
unit sedimentasi.
7. Efluen dari bak sedimentasi kemudian dialirkan menuju bak filtrasi untuk diflotasikan
menggunakan saringan pasir lambat. Unit filtrasi berjumlah 5 buah.
8. Melalui pipa transmisi air bersih berdiameter 900 mm, air dari unit filtrasi disalurkan menuju
dua unit reservoir berkapasitas total 14.330 m3
9. Desinfektan, pembubuhan klor terjadi di pipa transmisi dan netralisasi dengan kapur pada
inlet reservoir, melalui pipa pembubuh berdiameter 62 cm.
10. Air dari reservoir ini kemudian dipompakan menuju pipa distribusi untuk didistribusikan
kepada konsumen.

Prasedimentasi

Aerasi

Koagulasi

Flokulasi

Sedimentasi

Filtrasi

Desinfeksi

Gambar 4. 4 Bagan Alir Alternatif Pengolahan terpilih


Sumber : Analisis Penulis, 2021

Anda mungkin juga menyukai