UNIT KOAGULASI-FLOKULASI
5.1. Kestabilan Partikel Tersuspensi
Air baku dari air permukaan umumnya mengandung partikel tersuspensi. Partikel
tersuspensi dalam air dapat berupa partikel bebas dan koloid dengan ukuran yang sangat kecil,
-6
-3
antara 0,001 mikron (10 mm) sampai 1 mikron (10 mm). Partikel yang ditemukan dalam kisaran
ini meliputi (1) partikel anorganik, seperti serat asbes, tanah liat, dan lanau/silt, (2) presipitat
koagulan, dan (3) partikel organik, seperti zat humat, virus, bakteri, dan plankton. Dispersi koloid
mempunyai sifat memendarkan cahaya. Sifat pemendaran cahaya ini terukur sebagai satuan
kekeruhan.
Partikel tersuspensi sangat sulit mengendap langsung secara alami (lihat Tabel 5.1). Hal
ini karena adanya stabilitas suspensi koloid. Stabilitas koloid terjadi karena:
Gaya van der Waals. Gaya ini merupakan gaya tarik-menarik antara dua massa, yang
besarnya tergantung pada jarak antar keduanya.
Gaya Elektrostatik. Gaya elektrostatik adalah gaya utama yang menjaga suspensi koloid
pada keadaan yang stabil. Sebagian besar koloid mempunyai muatan listrik. Oksida metalik
umumnya bermuatan positif, sedangkan oksida nonmetalik dan sulfida metalik umumnya
bermuatan negatif. Kestabilan koloid terjadi karena adanya gaya tolak antar koloid yang
mempunyai muatan yang sama. Gaya ini dikenal sebagai zeta potensial.
Gerak Brown. Gerak ini adalah gerak acak dari suatu partikel koloid yang disebabkan oleh
kecilnya massa partikel.
Gaya van der Waals dan gaya elektrostatik saling meniadakan. Kedua gaya tersebut
nilainya makin mendekati nol dengan makin bertambahnya jarak antar koloid. Resultan kedua
gaya tersebut umumnya menghasilkan gaya tolak yang lebih besar (Gambar 5.1). Hal ini
menyebabkan partikel dan koloid dalam keadaan stabil.
5.2. Koagulasi-Flokulasi
Koagulasi-flokulasi merupakan dua proses yang terangkai menjadi kesatuan proses tak
terpisahkan. Pada proses koagulasi terjadi destabilisasi koloid dan partikel dalam air sebagai
akibat dari pengadukan cepat dan pembubuhan bahan kimia (disebut koagulan). Akibat
pengadukan cepat, koloid dan partikel yang stabil berubah menjadi tidak stabil karena terurai
menjadi partikel yang bermuatan positif dan negatif. Pembentukan ion positif dan negatif juga
dihasilkan dari proses penguraian koagulan. Proses ini berlanjut dengan pembentukan ikatan
3+
antara ion positif dari koagulan (misal Al ) dengan ion negatif dari partikel (misal OH ) dan antara
2+
ion positif dari partikel (misal Ca ) dengan ion negatif dari koagulan (misal SO4 2-) yang
menyebabkan pembentukan inti flok (presipitat).
Segera setelah terbentuk inti flok, diikuti oleh proses flokulasi, yaitu penggabungan inti
flok menjadi flok berukuran lebih besar yang memungkinkan partikel dapat mengendap.
Penggabungan flok kecil menjadi flok besar terjadi karena adanya tumbukan antar flok.
Tumbukan ini terjadi akibat adanya pengadukan lambat. Proses koagulasi-flokulasi dapat
digambarkan secara skematik pada Gambar 5.2.
Larutan
koagulan
inlet
outlet
pengadukan cepat
pengadukan lambat
Koagulasi
Flokulasi
Ca2+
Na
Al3+
Mg2+
Al(OH)3
Ca2+ Al3+
Al3+
Ca2+
Ca2+(HCO3-)2
Ca2+
Ca2+(HCO3-)2
Al(OH)3
Mg2+
Na+
3+
Al
Al3+
Al3+
Al3+
Ca2+
Ca2+(HCO3-)2
Mg2+
Mg2+
Al(OH)3
Destabilisasi partikel
Al3+
Al(OH)3
Pada air yang mempunyai alkalinitas tidak cukup untuk bereaksi dengan alum, maka perlu
ditambahkan alkalinitas dengan menambah kalsium hidroksida.
Al2(SO4)3.14H2O + 3Ca(OH)2
Derajat pH yang optimum untuk alum berkisar 4,5 hingga 8, karena aluminium hidroksida relatif
tidak terlarut.
Ferro sulfat membutuhkan alkalinitas dalam bentuk ion hidroksida agar menghasilkan
reaksi yang cepat. Untuk itu, Ca(OH)2 ditambahkan untuk mendapatkan pH pada level di mana ion
besi diendapkan sebagi Fe(OH)3, lihat Gambar 5.4. Reaksi ini adalah reaksi oksidasi-reduksi yang
membutuhkan oksigen terlarut dalam air. Dalam reaksi koagulasi, oksigen direduksi dan ion besi
dioksidasi menjadi ferri, di mana akan mengendap sebagai Fe(OH)3.
2FeSO4.7H2O + 2Ca(OH)2 + 1/2 O2
Untuk berlangsungnya reaksi ini, pH harus sekitar 9,5 dan kadang-kadang stabilisasi membutuhkan
kapur berlebih.
Penggunaan ferri sulfat sebagai koagulan berlangsung mengikuti reaksi:
Fe2(SO4)3 + 3Ca(HCO3)2
Reaksi ini biasanya menghasilkan flok yang padat dan cepat mengendap. Jika alkalinitas alami
tidak cukup untuk reaksi, diperlukan penambahan kapur. Rentang pH optimum adalah sekitar 4
hingga 12, karena ferri hidroksida relatif tidak larut dalam rentang pH ini.
Reaksi ferri klorida sebagai koagulan berlangsung sebagai berikut:
2FeCl3 + 3Ca(HCO3)2
2Fe(OH)3 + 3CaCl2
Reaksi ferri klorida berlangsung pada pH optimum 4 sampai 12. Flok yang terbentuk umumnya
padat dan cepat mengendap.
Aluminium
sulfat
Ferri
klorida
4 3
Ferro
sulfat
Berat
Molekul
Alum
Al2(SO4)3.14,3H2O
599,77
Alum cair
Al2(SO4)3.49,6H2O
1235,71
Besi (III)
klorida, Besi
triklorida
FeCl3
162,21
FeCl3.6H2O
270,30
FeCl3.13,1H2O
398,21
Fe2(SO4)3.9H2O
562,02
Fe (SO ) .36,9H O
1064,64
FeSO4.7H2O
278,02
Ferri klorin
cair
Ferri
sulfat
2
Rumus Kimia
Nama Lain
Besi (III)
sulfat, Besi
persulfat
Ferri sulfat
cair
Copperas
Densitas
bulk,
3
kg/m
Specific
Gravity
1000-1096
1,25-1,36
Sekitar 872
Al: 9,0-9,3
1,30-1,34
Sangat larut
Al: 4,0-4,5
721-962
Sekitar 719
Fe: kira2 34
962-1026
Sekitar 814
Fe: 20,3-21,0
Sangat larut
Fe: 12,7-14,5
Wujud
Putih terang,
padat
Putih atau
terang- abu abu
kekuningan, cair
Hijau-hitam,
bubuk
Kuning-coklat,
bongkahan
Coklat
kemerahan, cair
Merah-coklat,
bubuk
Coklat
kemerahan, cair
Hijau, bongkahan
kristal
1,20-1,48
Kelarutan
dalam Air,
3
kg/m
1122-1154
Kadar Air
% w/w
pH
larutan
Sekitar
3,5
71,2-74,5
56,5-62,0
0,1-1,5
56,5-64,0
0,1-1,5
Fe: 17,9-18,7
1,40-1,57
1010-1058
Kadar Kimia
%w/w
Sangat larut
Fe: 10,1-12,0
Fe: Sekitar
20
5.3. Pengadukan
Pengadukan merupakan operasi yang mutlak diperlukan pada proses koagulasi-flokulasi.
Pengadukan cepat berperan penting dalam pencampuran koagulan dan destabilisasi partikel.
Pengadukan lambat berperan dalam upaya penggabungan flok.
5.3.1. Jenis Pengadukan
Jenis pengadukan dapat dikelompokkan berdasarkan kecepatan pengadukan dan metoda
pengadukan. Berdasarkan kecepatannya, pengadukan dibedakan menjadi pengadukan cepat dan
pengadukan lambat. Berdasarkan metodanya, pengadukan dibedakan menjadi pengadukan
mekanis, pengadukan hidrolis, dan pengadukan pneumatis.
Kecepatan pengadukan merupakan parameter penting dalam pengadukan yang dinyatakan
dengan gradien kecepatan. Gradien kecepatan merupakan fungsi dari tenaga yang disuplai (P):
G
P
.V
(5.1)
3
2
Persamaan (5.1) berlaku umum untuk semua jenis pengadukan. Parameter yang
membedakannya adalah besarnya tenaga yang disuplai ke dalam air (P) yang dapat dihitung
dengan rumus-rumus yang akan dijelaskan pada subbab 5.3.2. Rumus yang digunakan untuk
menghitung nilai P bergantung pada metoda pengadukan yang digunakan.
kecepatan kecil (20 sampai 100 detik ) selama 10 hingga 60 menit atau nilai GTd (bilangan
Champ) berkisar 48000 hingga 210000. Untuk menghasilkan flok yang baik, gradien kecepatan
diturunkan secara bertahap agar flok yang telah terbentuk tidak pecah lagi dan berkesempatan
bergabung dengan yang lain membentuk gumpalan yang lebih besar.
Secara spesifik, nilai G dan waktu detensi untuk proses flokulasi adalah sebagai berikut:
Untuk air sungai:
- Waktu detensi = minimum 20 menit
-1
- G = 10 - 50 detik
Untuk air waduk:
- Waktu = 30 menit
-1
- G = 10 - 75 detik
Untuk air keruh:
- Waktu dan G lebih rendah
Bila menggunakan garam besi sebagai koagulan:
-1
- G tidak lebih dari 50 detik
Untuk flokulator 3 kompartemen:
- G kompartemen 1 : nilai terbesar
- G kompartemen 2 : 40 % dari G kompartemen 1
- G kompartemen 3 : nilai terkecil
Untuk penurunan kesadahan (pelarutan kapur/soda):
Waktu detensi = minimum 30 menit
-1
G = 10 - 50 detik
G = 20 - 75 detik
(a)
(b)
Gambar 5.5 Tipe paddle (a) tampak atas, (b) tampak samping
Dimensi
Keterangan
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
Gambar 5.6 Tipe turbine dan propeller. (a) turbine blade lurus, (b) turbine blade dengan
piringan, (c) turbin dengan blade menyerong, (d) propeller 2 blade, (e) propeller 3 blade (Qasim,
dkk., 2000)
Pengadukan mekanis dengan tujuan pengadukan cepat umumnya dilakukan dalam waktu
singkat dalam satu bak (Gambar 5.6). Faktor penting dalam perancangan alat pengaduk mekanis
adalah dua parameter pengadukan, yaitu G dan td. Sekadar patokan, Tabel 5.4 dapat digunakan
dalam pemilihan nilai G dan td. Pengadukan mekanis dengan tujuan pengadukan lambat umumnya
memerlukan tiga kompartemen dengan ketentuan G di kompartemen I lebih besar daripada G di
kompartemen II dan G di kompartemen III adalah yang paling kecil (Gambar 5.7). Pengadukan
mekanis yang umum digunakan untuk pengadukan lambat adalah tipe paddle yang dimodifikasi
hingga membentuk roda (paddle wheel), baik dengan posisi horisontal maupun vertikal (Gambar
5.8).
motor
bak pengaduk
inlet
outlet
impeller
inlet
outlet
kompartemen I
kompartemen II
kompartemen III
Poros horisontal
Gambar 5.8 Flokulator paddle wheel dengan blade tegak lurus aliran air (tipe horizontal shaft)
5.3.1.4. Pengadukan hidrolis
Pengadukan hidrolis adalah pengadukan yang memanfaatkan aliran air sebagai tenaga
pengadukan. Tenaga pengadukan ini dihasilkan dari energi hidrolik yang dihasilkan dari suatu
aliran hidrolik. Energi hidrolik dapat berupa energi gesek, energi potensial (jatuhan) atau adanya
lompatan hidrolik dalam suatu aliran.
Jenis pengadukan hidrolis yang digunakan pada pengadukan cepat haruslah aliran air yang
menghasilkan energi hidrolik yang besar. Dalam hal ini dapat dilihat dari besarnya kehilangan
energi (headloss) atau perbedaan muka air. Dengan tujuan menghasilkan turbulensi yang besar
tersebut, maka jenis aliran yang sering digunakan sebagai pengadukan cepat adalah terjunan
(Gambar 5.9), loncatan hidrolik, dan parshall flume.
Jenis pengadukan hidrolis yang digunakan pada pengadukan lambat adalah aliran air yang
menghasilkan energi hidrolik yang lebih kecil. Aliran air dibuat relatif lebih tenag dan dihindari
terjadinya turbulensi agar flok yang terbentuk tidak pecah lagi. Beberapa contoh pengadukan
hidrolis untuk pengadukan lambat adalah kanal bersekat (baffled channel, Gambar 5.10),
perforated wall, gravel bed dan sebagainya.
Pembubuhan koagulan
channel
inlet
outlet
outlet
inlet
udara
gelembung udara
P KT
(5.3)
D i n
(5.4)
P K .n .D
.
L
N Re
dengan:
P
= tenaga , N-m/det.
KT
Di
= diameter pengaduk, m
KL
Nilai KT dan KL untuk tangki bersekat 4 buah pada dinding tangki, dengan lebar sekat 10 %
dari diameter tangki diberikan pada Tabel 5.5.
Tabel 5.5 Konstanta KT dan KL untuk tangki bersekat
Jenis Impeller
Propeller, pitch of 1, 3 blades
Propeller, pitch of 2, 3 blades
Turbine, 4 flat blades, vaned disc
Turbine, 6 flat blades, vaned disc
Turbine, 6 curved blades
Fan turbine, 6 blades at 45 Shroude
turbine, 6 curved blades Shrouded
turbine, with stator, no baflles
Flat paddles, 2 blades (single paddle), Di/Wi = 4
Flat paddles, 2 blades , Di/Wi = 6
Flat paddles, 2 blades , Di/Wi = 8
Flat paddles, 4 blades , Di/Wi = 6
Flat paddles, 6 blades , Di/Wi = 8
Sumber: Reynold & Richards (1996)
KL
41,0
43,5
60,0
65,0
70,0
70,0
97,5
172,5
43,0
36,5
33,0
49,0
71,0
KT
0,32
1,00
5,31
5,75
4,80
1,65
1,08
1,12
2,25
1,70
1,15
2,75
3,82
Besarnya tenaga yang dihasilkan oleh putaran paddle wheel tergantung pada gaya drag
dan kecepatan relatif paddle wheel. Persamaan berikut digunakan untuk menghitung tenaga yang
dihasilkan oleh putaran paddle wheel:
P CD A
v
2
(5.5)
di mana:
P = tenaga, N.m/det
CD = koefisien drag (dapat dilihat pada Tabel 5.6)
A = luas permukaan paddle wheel, m
1
P CD Av3i
2
(5.6)
i = 1, 2, 3 ..n
CD
1,20
1,50
1,90
P Q..g.h
dimana :
P = tenaga, N.m/det
3
Q = debit aliran, m /det
3
= berat jenis, kg/m
2
g = percepatan gaya gravitasi, 9,8 m/det
h = tinggi jatuhan, m
= kehilangan energi (head loss)
dimana :
.g.h
.V
g.h
.t
d
2
(5.8)
hL f
dimana :
b.
f
L
v
D
=
=
=
=
hL k
(5.10)
v
2.g
dimana :
c.
(5.9)
Lv
D.2.g
k
v
hL
f 1 L v2
3 d g
(5.11)
1
1,75
RN
f 150
RN
dimana :
d
L
d .v .
=
=
=
v =
RN =
=
Besarnya tenaga pada flokulator kanal bersekat (baffled channel) dapat dihitung dengan
persamaan 5.8, dengan h sama dengan headloss total sepanjang baffled channel. Besarnya
headloss dipengaruhi oleh jumlah sekat dan kanal pada bak tersebut. Jumlah kanal dapat
ditentukan dengan persamaan berikut :
1.
2.t
H.L.G
n
1.44 f
2.
1/3
(5.12)
2.t
W
.L.G
n
1.44 f Q
1/3
(5.13)
h 10,4
P 3904.Ga.Log
10,4
dimana :
P = power, (N.m/s)
3
Ga = debit udara, m /menit
h = kedalaman diffuser, m
(5.14)
Penyelesaian:
1. Volume tangki = Q x td
3
= 3,90 m
800
0,000890 N. det
N.m
3,90m 2221
2
3
det
m
det
= 2221 watt.
3. Diameter impeller :
Persamaan (5.2) ditulis sebagai berikut:
Di
n
K
T 3
1/5
2221 N.m
det
1/5
kg. m
N. det 2
1,667 rps 3 997 kg
5,75
= 0,610 m
N Re
997 kg / m
0,000890 N. det/ m
2
N. det
kg. m
2221 N.m
kg.m
1/5
det
3
N. det 2
= 0,65 m
Di/Lb = 0,65/1,48 = 0,439 = 43,9 %
5. Jika digunakan sistem hidrolik, maka tinggi jatuhan dapat dihitung dengan rumus :
2
G
. .
td
H
.g
800
0,000890 .Ndet 1 m 3
det
m
997 kg
45
det 2,62 m
2
9,81 m / det
G
3
m
P / 3904
h 10,4
log
10,4
2221 / 3904
1,58 10,4
log
10,4
menit
9,26
Sebuah IPAM mengolah air dengan debit Q = 1,8 m /detik dengan unit koagulasi menggunakan
pengaduk cepat mekanis. Gradien kecepatan 1000/detik dan waktu detensi td = 15 detik. Untuk
pemilihan motor pengaduk, tersedia spesifikasi motor sebagai berikut:
1.
Model Mix-25
n = 30 - 45 rpm
Power = 0,18 kW
2.
Model Mix-50
n = 30 - 45 rpm
Power = 0,37 kW
3.
Model Mix-75
n = 45 - 70 rpm
Power = 0,56 kW
4.
Model Mix-100
n = 45 - 110 rpm
Power = 0,75 kW
5.
Model Mix-150
n = 45 - 110 rpm
Power = 1,12 kW
6.
Model Mix-200
n = 70 - 110 rpm
Power = 1,5 kW
7.
Model Mix-300
Power = 2,24 kW
8.
Model Mix-500
Power = 3,74 kW
9.
Model Mix-750
Power = 5,59 kW
Power = 7,46 kW
Power = 11,19 kW
Tentukan ukuran dan jumlah bak pengaduk cepat dengan ketentuan tiap bak terdapat satu alat
pengaduk. Alat pengaduk dapat dipilih dari spesifikasi di atas.
Penyelesaian:
1.
2.
P G
1000
.
0,000890 N. det 30m 3 24030 N m
24,03 kW
m
det
det
Bila dianggap efisiensi power motor menjadi power pengadukan air adalah 80%, maka
power motor yang diperlukan adalah 24,03 kW / 0,8 = 30,0 kW.
Berdasarkan motor yang tersedia, dapat dipilih motor model Mix-1500 sebanyak tiga buah.
3
Jadi jumlah bak adalah tiga. Debit air untuk satu bak adalah 0,6 m /detik.
3.
P
8952 N.m
2
G
. (1000 / det )2 x 0,00089
N. d et
10,06 10 m
2
4.
nilai KT = 5,75.
Gunakan persamaan (5.2):
Di
n
K
T 3
1/5
n, rpm
n, rps
Di, m
Di/Lb
110
1,83
1,08
0,490
120
1,02
0,465
130
2,17
0,98
0,443
140
2,33
0,93
0,424
150
2,5
0,90
0,407
160
2,67
0,86
0,391
170
2,83
0,83
0,377
175
2,92
0,82
0,371
Berdasarkan kriteria ratio diameter alat pengaduk / lebar bak, yaitu 30 50%, maka semua
alternatif n dan Di pada Tabel di atas dapat dipilih. Makin kecil diameter alat pengaduk,
maka kecepatan putaran makin diperbesar.
air dengan kapasitas 12.000 m /hari. Bak flokulator dibagi dalam tiga ruang dengan gradien
kecepatan masingmasing 75/detik, 35/detik, dan 20/detik. Waktu flokulasi keseluruhan 24
menit dan suhu air 25 C. Dinding kanal memiliki nilai koefisien kekasaran f = 0,3. Panjang
flokulator ditetapkan 12 m dan kedalaman kanal 1,2 m.
Penyelasian:
1. Dihitung flokulator pertama dengan gradient kecepatan, G = 75/detik dan waktu tinggal
hidrolik, td = 8 menit.
a. Total volume flokulator :
3
3
V = 24 menit x 12.000 m /hari x 1 hari/1440 menit = 200 m
b. Total lebar flokulator :
W
V
200 m
13,89 m
LxH 12 mx1,2 m
H.L.G
2 .t
n
1,44 f
1/ 3
1/3
9971,44
12000 / 86400
0,3
f. Jarak antar sekat = 12/31 = 0,39 m
g. Head loss pada flokulator :
0,25m
.t 2 0,89x10 3 860
h
G
.g
2
75
9979,81
31
2. Dengan cara yang sama dapat dihitung untuk kompartment kedua dan ketiga
Kompartmen kedua :
- G
= 35/detik
- Td
= 8 menit
- Jumlah sekat
= 19
- Jarak antar sekat = 0,63 m
- Head loss
= 0,05 m
Kompartmen ketiga :
- G
= 20/detik
- Td
= 8 menit
- Jumlah sekat
= 13
- Jarak antar sekat = 0,92 m
- Head loss
= 0,02 m
3. Total head loss = 0,25 + 0,05 + 0,02 = 0,32 m selisih muka air di inlet dan outlet
m /hari. Flokulator terdiri dari tiga kompartemen dengan ukuran yang sama, panjang total 18 m
dan tinggi 4,5 m dan lebar 4,5 m. Kompartemen pertama memiliki 4 buah paddle dengan jarak
dari poros sebesar 1,9 ; 1,7 ; 1,5; 1,3 m. Kompartemen kedua memiliki 3 buah paddle dengan
jarak dari poros 1,9 ; 1,7; 1,5 m, sedangkan kompartemen ketiga memiliki 2 buah paddle dengan
jarak dari poros sebesar 1,9 dan 1,5 m. Setiap paddle memiliki ukuran lebar 0,1 m dan panjang
4,5 m. Pada suhu 25 C, hitung kecepatan putar poros agar nilai G ratarata 25/detik.
Poros horisontal
4,
5
m
18 m
Penyelasian:
1. Hitung tenaga untuk menghasilkan G = 25/detik dengan persamaan (5.1)
-3
-3
P 1 CD Av3i
2
3
203 N-m/detik = (1/2) x 1,9 x (2 x 4,5 m x 0,1 m) x (997 kg/m ) x {(8,95 n) + (8,01 n) + (7,07
3
3
3
3
3
3
3
n) + (6,13 n) + (8,95 n) + (8,01 n) + (7,07 n) + (8,95 n) + (7,07 n) }
m/detik
n = 0,0377 rps = 2,26 rpm
Jadi, untuk menghasilkan nilai G ratarata 25/detik, maka paddle wheel harus diputar dengan
kecepatan 2,26 putaran per menit.
5.4. Soal-soal
1. Pengaduk mekanis berupa propeller 3 blades berdiameter 40 cm diputar dengan kecepatan
425 rpm.
a. Tentukan dimensi bak agar diperoleh gradient kecepatan 825 m/detik-m
b. Berapa debit air yang dapat diolah ?
3
2.
Tangki pengaduk cepat berbentuk bujur sangkar dengan debit 8 x 10 m /hari, memiliki
kedalaman 1,25 kali lebar. Nilai G = 1000/detik dan suhu 20C, waktu detensi 30 detik.
Pengaduk berupa vans disk impeller dengan 6 blade. Tentukanlah: Dimensi tangki, kebutuhan
power input, kecepatan impeller jika diameter impeller 50 % lebar tangki.
3.
Berapa debit udara yang diperlukan untuk menjaga nilai G sebesar 500/detik dalam suatu
tangki dengan kedalaman 2,75 m dan waktu tinggal air selama 5 menit, suhu air 20 C.
4.
Pada percobaan jar test digunakan gelas beaker berisi 1 liter air dengan paddle berukuran
seperti gambar berikut:
2,5 cm
8,0 cm
Pertanyaan:
a. Bila paddle diputar dengan kecepatan 100 rpm selama 1 menit, hitunglah gradien
kecepatan yang dihasilkan oleh putaran paddle tersebut.
b. Bila akan digunakan sebagai pengaduk lambat, berapakah kecepatan paddle harus
diputar?
5. Hitung kembali contoh soal 5.2 untuk pengadukan lambat tiga kompartemen dengan nilai G
-1
masing-masing 70, 35, 20 det dan td total 30 menit.
6. Buatlah rancangan alat pengaduk mekanis tipe paddle wheel untuk mengaduk air (slow
mixing) dengan debit 100 l/detik sehingga dihasilkan GTd yang menurun masing-masing
70000, 55000, dan 45000 (waktu detensi total 45 menit).
Rancangan meliputi:
- bentuk dan dimensi bak dan alat pengaduk
- kecepatan putaran
- power motor yang diperlukan
o
Temperatur air = 30 C
7. Gambar berikut adalah potongan memanjang baffled channel:
23
h1
h2
h3
h4
Poros horisontal
4,
5
m
18 m
9. Koagulasi-Flokulasi di lakukan dalam satu sistem baffled chamel horisontal flow dengan debit
-6
2
air yang diolah 150 lt/dt. = 10 m /dt
-1
G = 800 dt
td = 1 menit
G = 80
I
td = 7,5 menit
G = 40
II
7,5 menit
G = 20
III
7,5 menit
L
Koagulasi
Flokulasi
24
a. Koagulasi
-
Hitung berapa luas area (Pbx Lb) koagulasi jika kedalaman air 1 meter
b. Flokulasi
-
Hitung berapa luas (Pbx Lb) pada unit flokulasi jika panjang bak disesuaikan dengan
bak koagulasi
25