Anda di halaman 1dari 28

PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR BUANGAN

PEMUKIMAN 6000 ORANG MENGGUNAKAN TEKNOLOGI MBR


(ROTATANG BIOLOGICAL CONTACTOR)

Disusun Oleh:
DEVI AMALIA
331610071

PROGAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PELITA BANGSA
BEKASI
2019
Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Limbah
2019

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
makalah Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Buangan untuk Pemukiman 6000 Orang
Menggunakan Teknologi MBR (ROTATANG BIOLOGICAL CONTACTOR). dengan
tepat waktu. Dalam penyusunan tugas ini penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan
banyak mendapat bantuan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, pada
kesampatan ini penulis mengucapkan rasa hormat dan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu.
Semoga amal baiknya mendapatkan balasan dari Allah SWT, dengan balasan yang
berlimpat ganda. Perlu disadari bahwa dengan segala keterbatasan, makalah ini masih
jauh dari sempurna. Sehingga kritikan serta masukan yang membangun sangat penulis
harapkan sebagai bahan perbaikan dan penyempurnaan. Akhirnya penulis mohon maaf
apabila ada kekurangan dalam penyusunan, semoga makalah ini dapat bermamfaat bagi
semua pihak yang berkepentingan.

Teknik Lingkungan
Universitas Pelita Bangsa | i
Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Limbah
2019

DAFTAR ISI

HALAMA JUDUL ................................................................................................ i


KATA PENGANTAR .......................................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ..........................................................................................1-2
1.2 Maksud dan Tujuan ...................................................................................... 2
1.2.1 Maksud ......................................................................................................... 2
1.2.2 Tujuan .......................................................................................................... 3
1.3 Ruang Lingkup Kegiatan ............................................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 4
2.1 Pengertian Limbah Secara Umum ............................................................... 4
2.2 Definisi Limbah Cair.................................................................................... 4
2.3 Sumber limbah Cair ..................................................................................4-5
2.4 Klasifikasi Limbah ....................................................................................... 5
2.4.1 Berdasarkan Wujud ...................................................................................5-6
2.5 Baku Mutu Limbah Domestik...................................................................... 6
2.6 Sistem Pengolahan Limbah Domestik di Indonesia Secara Umum ..........7-8
2.6.1 Pengolahan Air Limbah Sistem Setempat (On Site System) ....................... 8
2.6.2 Pengolahan Air Limbah Sistem Terpusat (Off Site System) ........................ 8
2.7 Parameter Kualitas Air Limbah ..............................................................8-10
2.8 Pengolahan Limbah ................................................................................... 10
2.8.1 Pengolahan Primer ..................................................................................... 10
2.8.2 Pengolahan Sekunder ................................................................................. 10
2.8.3 Pengolahan Tersier ..................................................................................... 10
2.9 Pengolahan Limbah Dengan RBC .......................................................11-23
2.10 Keunggulan dan Kelemahan RBC .......................................................23-24
2.11 Kendala PadaProses RBC....................................................................24-25

Teknik Lingkungan
Universitas Pelita Bangsa | ii
Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Limbah
2019

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air merupakan suatu sarana utama untuk mendukung segala aktivitas dan
kebutuhan manusia, mulai dari kebutuhan air minum, mandi, cuci, dan kakus.
Setiap kegiatan tersebut pasti menghasilkan air buangan berupa black water dan
grey water. Air buangan merupakan air sisa yang berasal dari kegiatan rumah
tangga, industri maupun tempat – tempat umum lainnya, dan pada umumnya
mengandung bahan - bahan atau zat – zat yang membahayakan kesehatan manusia
serta mengganggu lingkungan hidup (Notoatmodjo, 2003). Secara garis besar air
buangan terdiri dari dua jenis yaitu air buangan domestik yang berasal dari rumah
tangga atau pemukiman dan air buangan non domestik yang berasal dari kegiatan
industri. Kedua air buangan tersebut harus ditangani dengan baik agar tidak
menimbulkan berbagai permasalahan seperti pencemaran lingkungan, timbulnya
berbagai macam penyakit, lingkungan pemukiman yang kumuh dengan kondisi
sanitasi yang memprihatinkan. Selain itu, air buangan dapat menurunkan kualitas
air bersih yang akan berdampak pada kesehatan manusia. Oleh karena itu,
diperlukan suatu pengolahan yang memadai dan sesuai karakteristik air buangan
untuk mengatasi permasalahan tersebut.
Pada limbah cair terdapat polutan organik dan anorganik. dimana yang paling
dominan pada limbah organik yakni sebanyak 78% berupa C,H,O yakni kandungan
pada karbohidrat, protein dan lemak yang merupakan makanan dari
mikroorganisme. Dari teknologi pengolahan limbah terdapat 3 proses yang efluen
yakni primer, sekunder dan tersier. Namun dalam praktiknya tidak harus digunakan
seluruhnya tergantung karakteristik limbahnya. Pada proses pengolahan primer bisa
dilakukan secara kimiawi yakni dengan screaming dan flokulasi, fisikawi dengan
koagulasi. Namun hasil pengolahan tersebut biasanya belum memenuhi standar
mutu pengolahan limbah karena masih terdapat polutan yang harus disisihkan salah

Teknik Lingkungan
Universitas Pelita Bangsa | 1
Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Limbah
2019

satu caranya yakni dengan memanfaatkan mikroorganisme tentunya yang sesuai


dengan persyaratan hidup mikroorganisme tercapai yakni aerobik, yang
membutuhkan oksigen bisanya dimanfaatkan RBC. RBC atau Rotating Biological
Contactor ialah suatu proses pengolahan limbah cair dengan menggunakan metode
dimana unit pengolah air limbah ini berotasi dengan pusat pada sumbu atau as yang
digerakkan oleh motor drive system dan/atau tiupan udara (air drive system) dari
difusser yang dibenam dalam air limbah, di bawah media. Berbahan plastik, media
tempat pelekatan mikroba dipasang sedemikian rupa sehingga terjadi kontak yang
seluas-luasnya dengan air limbah dan oksigen yang terjadi silih berganti. Dimana
metodenya melibatkan kontak dengan unsur-unsur biologi di dalam perputaran
ataupun rotasi.

1.2 Maksud dan Tujuan


1.2.1 Maksud

Adapun maksud dari tugas besar Perencanaan dan Perancangan Banguan


Pengolahan Air buangan ini adalah:

1. Tugas Besar Perencanaan dan Perancangan Banguan Pengolahan Air


buangan dimaksudkan agar mahasiswa dapat merencanakan dan merancang
Sistem Pengolahan Air Buangan, sesuai dengan kondisi teknis daerah dan
sosial ekonomi masyarakatnya.
2. Merancang desain unit pengolahan air buangan dengan sistem Rotating
Biological Contactor (RBC).

Teknik Lingkungan
Universitas Pelita Bangsa | 2
Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Limbah
2019

1.2.2 Tujuan

Adapun tujuan dari tugas besar Perencanaan dan Perancangan Banguan


Pengolahan Air buangan ini adalah:

1. Merencanakan pemilihan pengolahan unit air buangan yang memenuhi


standar kualitas dan kuantitas air buangan rencanakan sistem pengolahan air
buangan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
2. Merancang Bangunan-bangunan sistem pengolahan air buangan yang sesuai
dengan sistem pengolahan yang direncanakan.

1.3 Ruang Lingkup Kegiatan

Adapun ruang lingkup tugas besar ini meliputi:

1. Proyeksi penduduk dan deskripsi daerah perencanaan.


2. Studi kebutuhan air limbah dan perkiraan jumlah air buangan.
3. Menganalisa kriteria perencanaan dan membandingkan dengan baku mutu
yang berlaku.
4. Penetapan kriteria perencanaan, yang terdiri dari dasar – dasar perencanaan
dan dasar – dasar perhitungan.
5. Menganalisa karakteristik air limbah dan membandingkan dengan baku mutu
yang berlaku.
6. Membuat gambar desain unit – unit sesuai hasil perhitungan.
7. Menghitung rancangan anggaran biaya bangunan pengolahan air buangan.

Teknik Lingkungan
Universitas Pelita Bangsa | 3
Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Limbah
2019

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Limbah Secara Umum

Limbah merupakan buangan atau sisa yang dihasilkan dari suatu proses atau
kegiatan dari industri maupun domestik (rumah tangga). Menurut Peraturan
Pemerintah Nomor 101 tahun 2014, limbah adalah sisa suatu usaha dan/atau
kegiatan.

2.2 Defenisi Limbah Cair

Menurut Metcalf dan Eddy (2003), yang dimaksud air buangan (wastewater)
adalah kombinasi dari cairan dan sampah–sampah (air yang berasal dari daerah
permukiman, perdagangan, perkantoran, dan industri) bersama–sama dengan air
tanah, air permukaan dan air hujan yang mungkin ada. Menurut Ehlers and Steel
(1999), limbah merupakan cairan yang dibawa oleh saluran air buangan. Secara
umum dapat dikemukakan air buangan adalah cairan buangan yang berasal dari
rumah tangga, industri maupun tempat-tempat umum lainnya, dan biasanya
mengandung bahan-bahan/zat yang dapat membahayakan kehidupan manusia
serta mengganggu kelestarian hidup.

2.3 Sumber Limbah

Menurut A. K. Haghi, 2011 menyatakan bahwa berdasarkan Sumber yang


menghasilkan limbah secara umum dapat dibedakan menjadi lima yaitu:

1. Limbah rumah tangga, biasa disebut juga limbah domestik.


2. Limbah industri merupakan limbah yang berasal dari industri pabrik.

Teknik Lingkungan
Universitas Pelita Bangsa | 4
Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Limbah
2019

3. Limbah pertanian merupakan limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan


pertanian, contohnya sisa daun-daunan, ranting, jerami, kayu dan lain-
lain.
4. Limbah konstruksi didefinisikan sebagai material yang sudah tidak
digunakan lagi dan yang dihasilkan dari proses konstruksi, perbaikan atau
perubahan.
5. Limbah konstruksi antara lain pembangunan perubahan bentuk
(remodeling), perbaikan.

Sumber–sumber air buangan dapat dibedakan menjadi 3, yaitu :

1. Air limbah rumah tangga (domestic wasted water), air limbah dari
permukiman ini umumnya mempunyai komposisi yang terdiri atas ekskreta
(tinja dan urin), air bekas cucian dapur dan kamar mandi, dimana sebagian
besar merupakan bahan organik.
2. Air limbah kota praja (municipal wastes water), air limbah ini umumnya
berasal dari daerah perkotaan, perdagangan, sekolah, tempat–tempat ibadah
dan tempat–tempat umum lainnya seperti hotel, restoran, dan lain–lain.
3. Air limbah industri (industrial wastes water), air limbah yang berasal dari
berbagai jenis industri akibat proses produksi ini pada umumnya lebih sulit
dalam pengolahannya serta mempunyai variasi yang luas (Entjang, 2000).

2.4. Klasifikasi Limbah


2.4.1 Berdasarkan Wujud

Menurut Ign Suharto (2011), berdasarkan dari wujud limbah yang


dihasilkan, limbah dibagi menjadi tiga yaitu limbah padat dengan penjelasan
sebagai berikut:

1. Limbah padat adalah limbah yang berwujud padat. Limbah padat bersifat
kering, tidak dapat berpindah kecuali ada yang memindahkannya. Limbah

Teknik Lingkungan
Universitas Pelita Bangsa | 5
Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Limbah
2019

padat ini misalnya, sisa makanan, sayuran, potongan kayu, sobekan kertas,
sampah, plastik, dan logam
2. Limbah cair adalah limbah yang berwujud cair. Limbah cair terlarut dalam
air, selalu berpindah, dan tidak pernah diam. Contoh limbah cair adalah air
bekas mencuci pakaian, air bekas pencelupan warna pakaian, dan
sebagainya.
3. Limbah gas adalah limbah zat (zat buangan) yang berwujud gas. Limbah
gas dapat dilihat dalam bentuk asap. Limbah gas selalu bergerak sehingga
penyebarannya sangat luas. Contoh limbah gas adalah gas pembuangan
kendaraan bermotor. Pembuatan bahan bakar minyak juga menghasilkan
gas buangan yang berbahaya bagi lingkungan.

2.5 Baku Mutu Limbah Domestik

Baku mutu air buangan domestik berdasarkan Peraturan Menteri


Lingkungan Hidup dan Kehutanan No:
P.68/Menlhk/Setjen/Kum.1/8/2016 Tentang Baku Mutu Air Limbah
Domestik dapat dilihat pada Tabel 2.1

Teknik Lingkungan
Universitas Pelita Bangsa | 6
Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Limbah
2019

Tabel 2.1 Baku Mutu Air Limbah Domestik

Parameter Satuan Kadar maksimum


pH - 6-9
BOD mg/l 30
COD mg/l 100
TSS mg/l 30
Minyak dan lemak mg/l 5
Amoniak mg/l 10
Total coliform Jumlah/100ml 3000
Debit l/orang/hari 100

Sumber: PerMenLHK No: P.68/Menlhk/Setjen/Kum.1/8/2016

2.6 Sistem Pengolahan Air Limbah Domestik di Indonesia Secara Umum

Semakin banyak limbah yang dihasilkan akan dapat menyebabkan


dampak terhadap lingkungan. Limbah yang dihasilkan bisa berdampak positif
dan negatif terhadap lingkungan. Perlu dilakukan pengolahan limbah untuk
mengurangi dampaknya terhadap lingkungan. Beberapa faktor yang
mempengaruhi kualitas limbah antara lain volume limbah, kandungan bahan
pencemar, dan frekuensi pembuangan limbah. Untuk mengatasi limbah ini
diperlukan pengolahan dan penanganan limbah. Pengolahan limbah dapat
dilakukan berdasarkan beberapa hal yaitu:

1. Pengolahan menurut tingkatan perlakuan


2. Pengolahan menurut karakteristik limbah

Menurut perkiraan National Urban Development Srtategy (NUDS) tahun 2003


rata – rata volume limbah domestik yang dihasilkan per orang sekitar 0,5 – 0,6
kg/hari. Secara umum, sistem pengolahan air limbah domestik di Indonesia
dilakukan dengan 2 sistem, yaitu:

Teknik Lingkungan
Universitas Pelita Bangsa | 7
Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Limbah
2019

1.Pengolahan Air Limbah Sistem Setempat (On Site System)


2.Pengolahan Air Limbah Sistem Terpusat (Off Site System)

2.6.1 Pengolahan Air Limbah Sistem Setempat (On Site System)

Pengolahan air limbah dengan sistem sanitasi setempat adalah suatu


sistem pengolahan air limbah yang berada di dalam persil (batas tanah yang
memiliki) atau dengan kata lain pada titik dimana limbah tersebut timbul.
Sarana sistem sanitasi setempat dapat secara individual maupun secara
komunal seperti pada sarana MCK (mandi, cuci dan kakus). Beberapa contoh
sarana sanitasi dengan sistem pembuangan secara setempat adalah kakus
ceplung, cubluk, dan septic tank.

2.6.2 Pengolahan Air Limbah Sistem Terpusat (Off Site System)

Sistem sanitasi secara terpusat adalah suatu sistem yang menggunakan


sarana tertentu untuk membawa air limbah keluar daerah persil dan
mengolahnya di lokasi tertentu. Air limbah rumah tangga yang diolah secara
terpusat di Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) tersebut adalah berasal
dari kamar mandi, toilet, dapur.

2.7 Parameter Kualitas Air Limbah


Menurut Retno (2011), beberapa parameter yang digunakan dalam
pengukuran kualitas air limbah antara lain:

2.7.1 Temperatur
Air normal yang memenuhi persyaratan untuk suatu kehidupan
mempunyai pH sekitar 6,5-7,5. Air akan bersifat asam atau basa bergantung
besar kecilnya pH. Bila pH di bawah pH normal, maka air tersebut bersifat
asam, sedangkan air yang mempunyai pH di atas pH normal bersifat basa. Air
limbah dan bahan buangan industri akan mengubah pH air yang akhirnya akan

Teknik Lingkungan
Universitas Pelita Bangsa | 8
Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Limbah
2019

mengganggu kehidupan biota akuatik. Sebagian besar biota akuatik sensitif


terhadap pH dan menyukai pH antara 7-8,5. Nilai pH sangat mempengaruhi
proses biokimiawi perairan, misalnya proses nitrifikasi akan berakhir pada pH
yang rendah (Sumantri, 2010). Adapun kadar yang baik adalah kadar dimana
masih memungkinkan kehidupan biologis di dalam air berjalan dengan baik.
Air limbah dengan konsentrasi air limbah yang tidak netral akan menyulitkan
proses biologis, sehingga mengganggu proses penjernihannya (Sugiharto,
1987).
2.7.2 Kandungan Zat Padat
Pengukuran kandungan zat padat ini adalah dalam bentuk Total Solid
Suspended (TSS) dan Total Dissolved Solid (TDS). TSS adalah padatan yang
menyebabkan kekeruhan air yang tidak larut dan tidak dapat mengendap
langsung. TDS adalah padatan yang menyebabkan kekeruhan pada air yang
sifatnya terlarut dalam air.

2.7.3 Kandungan Zat Organik


Zat organik di dalam penguraiannya memerlukan oksigen dan bantuan
mikroorganisme. Salah satu penentuan zat organik adalah dengan mengukur
BOD (Biochemical Oxygen Demand) dari buangan tersebut. BOD adalah
jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri untuk melakukan dekomposisi
aerobik bahan-bahan organik dalam larutan, di bawah kondisi waktu dan suhu
tertentu (biasanya lima hari pada 200°C).

2.7.4 Coliform
Bakteri golongan Coliform terdapat normal di dalam usus dan tinja
manusia. Sumber bakteri patogen dalam air berasal dari tinja manusia yang
sakit. Untuk menganalisa bakteri patogen yang terdapat dalam air buangan
cukup sulit sehingga parameter mikrobiologis digunakan perkiraan terdekat
jumlah golongan coliform (MPN/ Most Probably Number) dalam sepuluh
mili buangan serta perkiraan terdekat jumlah golongan coliform tinja dalam
seratus mili air buangan.

Teknik Lingkungan
Universitas Pelita Bangsa | 9
Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Limbah
2019

2.7.5 Kandungan Zat Anorganik


Beberapa komponen zat anorganik yang penting untuk mengawasi

kualitas air limbah antara lain : Nitrogen dalam senyawaan Nitrat, fosfor, H2O

dalam zat beracun dan logam berat seperti Hg, Cd, Pb dan lain-lain.

2.8 Pengolahan Limbah


Pengolahan limbah terdiri dari pengolahan primer, pengolahan sekuder,
pengolahan tersier, pengolahan lanjutan, dan pengolahan lumpur.

2.8.1 Pengolahan Primer (Primary Treatment)


Tahap pengolahan primer limbah cair sebagian besar adalah berupa
proses pengolahan secara fisika.

2.8.2 Pengolahan Sekunder (Secondary Treatment)


Tahap pengolahan sekunder merupakan proses pengolahan secara
biologis, yaitu dengan melibatkan mikroorganisme yang dapat mengurai/
mendegradasi bahan organik. Mikroorganisme yang digunakan umumnya
adalah bakteri aerob. Terdapat tiga metode pengolahan secara biologis
yang umum digunakan yaitu metode penyaringan dengan tetesan
(trickling filter), metode lumpur aktif (activated sludge), rotating
biological contactor (RBC) dan metode kolam perlakuan (treatment
ponds / lagoons).

2.8.3 Pengolahan Tersier (Tertiary Treatment)


Pengolahan tersier dilakukan jika setelah pengolahan primer dan
sekunder masih terdapat zat tertentu dalam limbah cair yang dapat berbahaya
bagi lingkungan atau masyarakat. Pengolahan tersier bersifat khusus, artinya
pengolahan ini disesuaikan dengan kandungan zat yang tersisa dalam limbah
cair / air limbah. Umunya zat yang tidak dapat dihilangkan sepenuhnya
melalui proses pengolahan primer maupun sekunder adalah zat-zat anorganik

Teknik Lingkungan
Universitas Pelita Bangsa | 10
Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Limbah
2019

terlarut, seperti nitrat, fosfat, dan garam- garaman. Pengolahan tersier sering
disebut juga pengolahan lanjutan (advanced treatment). Pengolahan ini
meliputi berbagai rangkaian proses kimia dan fisika. Contoh metode
pengolahan tersier yang dapat digunakan adalah metode saringan pasir,
saringan multimedia, precoal filter, microstaining, vacum filter, penyerapan
dengan karbon aktif, pengurangan besi dan mangan, dan osmosis bolak-balik.
Metode pengolahan tersier jarang diaplikasikan pada fasilitas pengolahan
limbah. Hal ini disebabkan biaya yang diperlukan untuk melakukan proses
pengolahan tersier cenderung tinggi sehingga tidak ekonomis.

2.9 Pengolahan Limbah dengan Rotating Biological Contactor (RBC)


2.9.1 Prinsip Pengolahan Rotating Biological Contactor (RBC)
Reaktor kontak biologis putar atau rotating biological contactor
disingkat RBC merupakan adaptasi dari proses pengolahan air limbah dengan
biakan melekat (attached growth). Media yang dipakai berupa piring (disk)
tipis berbentuk bulat yang dipasang berjajar-jajar dalam suatu poros yang
terbuat dari baja, selanjutnya diputar di dalam reaktor khusus dimana di
dalamnya dialirkan air limbah secara kontinu.

Media yang digunakan biasanya terdiri dari lembaran plastik dengan


diameter 2 – 4 meter, dengan ketebalan 0,8 sampai beberapa milimeter.
Material yang lebih tipis dapat digunakan dengan cara dibentuk
bergelombang atau berombak dan ditempelkan diantara disk yang rata dan
dilekatkan menjadi satu unit modul Jarak antara dua disk yang rata berkisar
antara 30 – 40 milimeter. Disk atau piring tersebut dilekatkan pada poros baja
dengan panjang mencapai 8 meter, tiap poros yang sudah dipasang media
diletakkan di dalam tangki atau bak reaktor RBC menjadi satu modul RBC.
Beberapa modul dapat dipasang secara seri atau paralel untuk mendapatkan
tingkat kualitas hasil olahan yang diharapkan. Modul-modul tersebut diputar
dalam keadaan tercelup sebagian yakni sekitar 40 % dari diameter disk. Kira-
kira 95% dari seluruh permukaan media secara bergantian tercelup ke dalam

Teknik Lingkungan
Universitas Pelita Bangsa | 11
Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Limbah
2019

air limbah dan berada di atas permukaan air limbah (udara). Kecepatan
putaran bervariasi antara 1-2 RPM. Mikroorganisme tumbuh pada permukaan
media dengan sendirinya dan mengambil makanan (zat organik ) di dalam air
limbah dan mengambil oksigen dari udara untuk menunjang proses
metabolismenya. Tebal biofilm yang terbentuk pada permukaan media dapat
mencapai 2 - 4 mm tergantung dari beban organik yang masuk ke dalam
reaktor serta kecepatan putarannya. Apabila beban organik terlalu besar
kemungkinan terjadi kondisi anaerob dapat terjadi, oleh karena itu pada
umumnya di dalam reaktor dilengkapi dengan perlengkapan injeksi udara
yang diletakkan dekat dasar bak, khususnya untuk proses RBC yang terdiri
dari beberapa modul yang dipasang seri.
Pada kondisi yang normal substrat karbon (zat organik) dihilangkan
secara efektif pada tahap awal (stage pertama), dan proses nitrifikasi menjadi
sempurna setelah tahap ke lima. Pada umumnya perencanaan sistem RBC
terdiri dari 4 sampai 5 modul (tahap) yang dipasang seri untuk mendapatkan
proses nitrifikasi yang sempurna. Proses pengolahan air limbah dengan sistem
RBC adalah merupakan proses yang relatif baru dari seluruh proses
pengolahan air limbah yang ada, oleh karena itu pengalaman dengan
penggunaan skala penuh masih terbatas, dan proses
ini banyak digunakan untuk pengolahan air limbah domestik atau perkotaan.
Satu modul dengan diameter 3,6 meter dan panjang poros 7,6 meter
mempunyai luas permukaan media mencapai 10.000 m2 untuk pertumbuhan
mikroorganisme. Hal ini memungkinkan sejumlah besar dari biomasa dengan
air limbah dalam waktu yang relatif singkat, dan dapat tetap terjaga dalam
keadaan stabil serta dapat menghasilkan hasil air olahan yang cukup baik.
Resirkulasi air olahan ke dalam reaktor tidak diperlukan. Biomassa yang
terkelupas biasanya merupakan biomassa yang relatif padat sehingga dapat
mengendap dengan baik di dalam bak pengendapan akhir. Dengan demikain
sistem RBC konsumsi energinya lebih rendah. Salah satu kelemahan dari
sistem ini adalah lebih sensitif terhadap perubahan suhu.

Teknik Lingkungan
Universitas Pelita Bangsa | 12
Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Limbah
2019

2.9.2 Pertumbuhan Mikroorganisme


Reaktor biologis putar (rotating biological contactor) disingkat RBC
adalah salah satu teknologi pengolahan air limbah yang mengandung polutan
organik secara biologis dengan sistem biakan melekat (attached culture).
Prinsip kerja pengolahan air limbah dengan RBC yakni air limbah yang
mengandung polutan organik dikontakkan dengan lapisan mikroorganisme
(microbial film) yang melekat pada permukaan media di dalam suatu reaktor.
Media tempat melekatnya film biologis ini berupa piringan (disk) dari bahan
polimer atau plastik yang ringan dan disusun dari berjajar-jajar pada suatu
poros sehingga membentuk suatu modul atau paket, selanjutnya modul
tersebut diputar secara pelan dalam keadaan tercelup sebagian ke dalam air
limbah yang mengalir secara kontinu ke dalam reaktor tersebut.
Dengan cara seperti ini mikroorganisme misalnya bakteri, alga,
protozoa, fungi, dan lainnya tumbuh melekat pada permukaan media yang
berputar tersebut membentuk suatu lapisan yang terdiri dari mikroorganisme
yang disebut biofilm (lapisan biologis). Mikroorganisme akan menguraikan
atau mengambil senyawa organik yang ada dalam air serta mengambil
oksigen yang larut dalam air atau dari udara untuk proses metabolismenya,
sehingga kandungan senyawa organik dalam air limbah berkurang. Pada saat
biofilm yang melekat pada media yang berupa piringan tipis tersebut tercelup
ke dalam air limbah, mikroorganisme menyerap senyawa organik yang ada
dalam air limbah yang mengalir pada permukaan biofilm, dan pada saat
biofilm berada di atas permuaan air, mikroorganisme menyerap okigen dari
udara atau oksigen yang terlarut dalam air untuk menguraikan senyawa
organik. Energi hasil penguraian senyawa organik tersebut digunakan oleh
mikroorganisme untuk proses perkembangbiakan atau metabolisme.
Senyawa hasil proses metabolisme mikroorganisme tersebut akan keluar dari
biofilm dan terbawa oleh aliran air atau yang berupa gas akan tersebar ke
udara melalui rongga-rongga yang ada pada mediumnya, sedangkan untuk
padatan tersuspensi (SS) akan tertahan pada pada permukaan lapisan biologis
(biofilm) dan akan terurai menjadi bentuk yang larut dalam air.

Teknik Lingkungan
Universitas Pelita Bangsa | 13
Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Limbah
2019

Pertumbuhan mikroorganisme atau biofilm tersebut makin lama


semakin tebal, sampai akhirnya karena gaya beratnya sebagian akan
mengelupas dari mediumnya dan terbawa aliran air keluar. Selanjutnya,
mikroorganisme pada permukaan medium akan tumbuh lagi dengan sedirinya
hingga terjadi kesetimbangan sesuai dengan kandungan senyawa organik
yang ada dalam air limbah. Secara sederhana proses penguraian senyawa
organik oleh mikroorganisme di dalam RBC dapat digambarkan seperti pada
Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Mekanisme Penguraian Senyawa Organik Mikroorganisme


Di Dalam RBC.

Teknik Lingkungan
Universitas Pelita Bangsa | 14
Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Limbah
2019

Tabel 2.2 Perbandingan RBC dan Lumpur Aktif

No Perbandingan RBC Lumpur aktif


1 Tipe biakan Unggun tetap (fixed film) Tersuspensi
2 Jenis mikroba Bervariasi Simple
3 Konsumsi energi Relatif kecil Lebih besar
4 Stabilitas terhadap Stabil Tidak stabil
fluktuasi beban
5 Kualitas air olahan Kurang baik Baik
6 Operasional dan Mudah Sulit
perawatan
7 Konsentrasi biomassa Tidak dikontrol Dapat dikontrol
8 Permasalahan yang Penyumbatan (clogging) Pertumbuhan tidak normal
sering terjadi (bulking)
9 Fleksibilitas Fleksibel Kurang fleksibel
pengembangan
10 Investasi awal Relatif menguntungkan untuk Menguntungkan untuk
kapasitas kecil atau medium kapasitas besar

Sumber: kelair.go.id

Teknik Lingkungan
Universitas Pelita Bangsa | 15
Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Limbah
2019

2.9.3 Proses Pengolahan


Secara garis besar proses pengolahan air limbah dengan sistem RBC
terdiri dari bak pemisah pasir, bak pengendap awal, bak kontrol aliran,
reaktor/kontaktor biologis putar (RBC), Bak pengendap akhir, bak khlorinasi,
serta unit pengolahan lumpur. Diagram proses pengolahan air limbah dengan
sistem RBC adalah seperti pada Gambar 2.2

Gambar 2.2 Diagram Proses Pengolahan Air Limbah Dengan Sistem RBC

2.9.3.1 Bak Pemisah pasir


Air limbah dialirkan dengan tenang ke dalam bak pemisah pasir,
sehingga kotoran yang berupa pasir atau lumpur kasar dapat diendapkan.
Sedangkan kotoran yang mengambang misalnya sampah, plastik, sampah
kain dan lainnya tertahan pada saringan (screen) yang dipasang pada inlet
kolam pemisah pasir tersebut.

Teknik Lingkungan
Universitas Pelita Bangsa | 16
Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Limbah
2019

2.9.3.2 Bak Pengendap Awal


Dari bak pemisah/pengendap pasir, air limbah dialirkan ke bak
pengedap awal. Di dalam bak pengendap awal ini lumpur atau padatan
tersuspensi sebagian besar mengendap. Waktu tinggal di dalam bak pengedap
awal adalah 2 - 4 jam, dan lumpur yang telah mengendap dikumpulkan dan
dipompa ke bak pengendapan lumpur.

2.9.3.3 Bak Kontrol Aliran


Jika debit aliran air limbah melebihi kapasitas perencanaan, kelebihan
debit air limbah tersebut dialirkan ke bak kontrol aliran untuk disimpan
sementara. Pada waktu debit aliran turun/kecil, maka air limbah yang ada di
dalam bak kontrol dipompa ke bak pengendap awal bersama-sama air limbah
yang baru sesuai dengan debit yang diinginkan.

2.9.3.4 Kontaktor (Reaktor) Biologis Putar


Di dalam bak kontaktor ini, media berupa piringan (disk) tipis dari
bahan polimer atau plastik dengan jumlah banyak, yang dilekatkan atau
dirakit pada suatu poros, diputar secara pelan dalam keadaan tercelup
sebagian ke dalam air limbah. Waktu tinggal di dalam bak kontaktor kira-kira
2,5 jam. Dalam kondisi demikian, mikroorganisme akan tumbuh pada
permukaan media yang berputar tersebut, membentuk suatu lapisan (film)
biologis. Film biologis tersebut terdiri dari berbagai jenis mikroorganisme
misalnya bakteri, protozoa, fungi, dan lainnya. Mikroorganisme yang tumbuh
pada permukaan media inilah yang akan menguraikan senyawa organik yang
ada di dalam air limbah. Lapisan biologis tersebut makin lama makin tebal
dan kerena gaya beratnya akan mengelupas dengan sedirinya dan lumpur
organik tersebut akan terbawa aliran air keluar. Selanjutnya lapisan biologis
akan tumbuh dan berkembang lagi pada permukaan media dengan sendirinya.

Teknik Lingkungan
Universitas Pelita Bangsa | 17
Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Limbah
2019

2.9.3.5 Bak Pengendap Akhir


Air limbah yang keluar dari bak kontaktor (reaktor) selanjutnya
dialirkan ke bak pengendap akhir, dengan waktu pengendapan sekitar 3 jam.
Dibandingkan dengan proses lumpur aktif, lumpur yang berasal dari RBC
lebih mudah mengendap, karena ukurannya lebih besar dan lebih berat. Air
limpasan (over flow) dari bak pengendap akhir relatif sudah jernih,
selanjutnya dialirkan ke bak klorinasi. Sedangkan lumpur yang mengendap di
dasar bak dipompa ke bak pemekat lumpur bersama-sama dengan lumpur
yang berasal dari bak pengendap awal.

2.9.3.6 Bak Klorinasi


Air olahan atau air limpasan dari bak pengendap akhir masih
mengandung bakteri coliform bakteri patogen, atau virus yang sangat
berpotensi menginfeksi masyarakat sekitarnya. Untuk mengatasi hal tersebut,
air limbah yang keluar dari bak pengendap akhir dialirkan ke bak klorinasi
untuk membunuh mikroorganisme patogen yang ada dalam air. Di dalam bak
klorinasi, air limbah dibubuhi dengan senyawa klorin dengan dosis dan waktu
kontak tertentu sehingga seluruh mikroorganisme patogennya dapat
dimatikan. Selanjutnya dari bak klorinasi air limbah dapat dibuang ke badan
air.

2.9.3.7 Bak Pemekat Lumpur


Lumpur yang berasal dari bak pengendap awal maupun bak pengendap
akhir dikumpulkan di bak pemekat lumpur. Di dalam bak tersebut lumpur di
aduk secara pelan kemudian di pekatkan dengan cara didiamkan sekitar 25
jam sehingga lumpurnya mengendap, selanjutnya air supernatan yang ada
pada bagian atas dialirkan ke bak pengendap awal, sedangkan lumpur yang
telah pekat dipompa ke bak pengering lumpur atau ditampung pada bak
tersendiri dan secara periodik dikirim ke pusat pengolahan lumpur di tempat
lain.

Teknik Lingkungan
Universitas Pelita Bangsa | 18
Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Limbah
2019

2.9.4 Parameter Desain


Untuk merancang unit pengolahan air limbah dengan sistem RBC,
beberapa parameter desain yang harus diperhatikan antara lain adalah
parameter yang berhubungan dengan beban (loading). Beberapa parameter
tersebut antara lain sebagai berikut.
2.9.4.1 Rasio Volume Reaktor Terhadap Luas Permukaan Media
Harga G (G Value) adalah menunjukkan kepadatan media yang
dihitung sebagai perbandingan volume reaktor dengan luas permukaan
media. Harga G yang digunakan untuk perencanaan biasanya berkisar antara

5 – 9 liter per m2

G=𝑉
𝐴

Dimana :

G= ratio volume reaktor terhadap luas permukaan media (liter/m2)

V = volume efektif reaktor (m3)

A = luas permukaan media RBC (m2).

2.9.4.2 Beban BOD (BOD Surface Loading)


Beban BOD atau BOD surface loading yang biasa digunakan untuk

perencanaan sistem RBC yakni 5 – 20 gram-BOD/m2/hari. Hubungan antara

beban konsentrasi BOD inlet dan beban BOD terhadap efisiensi pemisahan
BOD untuk air limbah domestik ditunjukkan seperti pada Tabel 2.2,
sedangkan hubungan antara beban BOD terhadap efisiensi penghilangan
BOD ditunjukkan seperti pada Tabel 2.3.

BODLoading = LA= (Q x C0) / A (gr./m2.hari)

Teknik Lingkungan
Universitas Pelita Bangsa | 19
Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Limbah
2019

Dimana :

Q = debit air limbah yang diolah (m3/hari).

Co = Konsentrasi BOD (mg/l).

A = Luas permukaan media RBC (m2)


Tabel 2.3 : Hubungan antara konsentrasi BOD inlet dan beban BOD untuk

mendapatkan efisiensi penghilangan BOD 90 %*

Konsentrasi BOD inlet (mg/l) Beban BOD, LA (gr/m3.hari)

300 30

200 20

150 15

100 10

50 5

Sumber : * Ebie Kunio dan Ashidate Noriatsu, “ Eisei Kougaku Enshu –


Jousuidou to gesuidou “, Morikita Shupan, Tokyo, 1992

2.9.4.3 Beban Hidrolik (Hydraulic Loading, HL)

Beban hidrolik adalah jumlah air limbah yang diolah per satuan luas
permukaan media per hari.

HL = (Q /A) x 1000 (liter/m2.hari)

Di dalam sistem RBC, parameter ini relatif kurang begitu penting dibanding
dengan parameter beban BOD, tetapi jika beban hidrolik terlalu besar maka
akan mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme pada permukaan media.

Teknik Lingkungan
Universitas Pelita Bangsa | 20
Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Limbah
2019

Selain itu jika beban hidrolik terlalu besar maka mikroorganisme yang
melekat pada permukaan media dapat terkelupas.Hubungan antara harga G
dan beban hidrolik terhadap efisiensi penghilangan BOD ditunjukkan
seperti pada Gambar 2.4. Dengan beban hihrolik yang sama, makin kecil
harga G efisiensi penghilangan BOD juga makin kecil. Tetapi untuk harga
G >5 hampir tidak menunjukkan pengaruh terhadap efisiensi penghilangan
BOD.

2.9.4.4 Waktu Tinggal Rata-rata


T = (Q/V) x 24

= 24000 x (V/A) x (1/HL)

= 24 G/ HL

Dimana :
3
Q = debit air limbah yang diolah (m /hari).
3
V = volume efektif reaktor (m )

2.9.4.5 Jumlah Stage (Tahap)


Di dalam sistem rotating biological contactor (RBC), Reaktor RBC
dapat dibuat beberapa tahap (stage) tergantung dari kualitas air olahan yang
diharapkan. Makin banyak jumlah tahapnya efisiensi pengolahan juga makin
besar. Kualitas air limbah di dalam tiap tahap akan menjadi berbeda, oleh
karena itu jenis mikroorganisme pada tiap tiap tahap umumnya juga berbeda.
Keanekaragaman mikroorganisme tersebut mengakibatkan efisiensi RBC
menjadi lebih besar.

2.9.4.6 Diameter Disk


Diameter rotating biological contactor (RBC) umumnya berkisar
antara 1 m sampai 3,6 meter. Apabila diperlukan luas permukaan media
RBC yang besar, satu unit modul RBC dengan diameter yang besar akan
lebih murah dibandingkan dengan beberapa modul RBC dengan diameter

Teknik Lingkungan
Universitas Pelita Bangsa | 21
Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Limbah
2019

yang lebih kecil, tetapi strukturnya harus kuat untuk menahan beban
beratnya. Jika dilihat dari aspek jumlah tahap, dengan luas permukaan media
yang sama RBC dengan diameter yang kecil dengan jumlah stage yang
banyak lebih efisien dibanding dengan RBC dengan diameter besar dengan
jumlah stage yang sedikit.

2.9.4.7Kecepatan Putaran
Kecepatan putaran umumnya ditetapkan berdasarkan kecepatan
peripheral. Biasanya untuk kecepatan peripheral berkisar antara 15- 20
meter per menit atau kecepatan putaran 1-2 rpm. Apabila kecepatan putaran
lebih besar maka transfer oksigen dari udara di dalam air limbah akan
menjadi lebih besar, tetapi akan memerlukan energi yang lebih besar. Selain
itu apabila kecepatan putaran terlalu cepat pembentukan lapisan
mikroorganisme pada permukaan media RBC akan menjadi kurang
optimal.

2.9.4.8 Temperatur
Sistem Rotating Biological Contactor (RBC) relatif sensitif terhadap

perubahan suhu. Suhu optimal proses RBC berkisar antara 15-40oC. Jika

suhu terlalu dingin dapat diatasi dengan memberikan tutup di atas reaktor
RBC.

2.9.4.9 Modul Media


Media Rotating Biological Contactor (RBC) umumnya dibuat dari
bahan plastik atau polimer yang ringan, bahan yang sering dipakai adalah
poly vinyl chlorida (PVC), polystyrene, Polyethylene (PE), polyeprophylene
(PP) dan lainnya. Bentuk yang sering digunakan adalah tipe bergelombang,
plat cekung-cembung, plat datar. Desain modul media RBC biasanya dirakit
menjadi bentuk yang kompak dengan luas permukaan media yang besar dan
dibuat agar sirkulasi udara dapat berjalan dengan baik. Modul media RBC

Teknik Lingkungan
Universitas Pelita Bangsa | 22
Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Limbah
2019

tersebut dipasang tercelup sebagian di dalam reaktor. Air limbah dari bak
pengedapan awal dialirkan ke dalam reaktor dengan arah aliran searah
dengan sudut putaran media, arah aliran berlawanan dengan arah sudut
putaran media atau arah aliran air limbah searah dengan poros horizontal.
Cara pengaliran air limbah di dalam reaktor RBC secara sederhana dapat
dilihat pada Gambar 2.3

Gambar 2.3 Pengaliran Air Limbah di dalam Reaktor RBC

2.10 Keunggulan dan Kelemahan RBC

Beberapa keunggulan proses pengolahan air limbah dengan sistem


RBC antara lain:
1) Pengoperasian alat serta perawatannya mudah.
2) Untuk kapasitas kecil atau paket, dibandingkan dengan proses
lumpur aktif konsumsi energi lebih rendah.
3) Dapat dipasang beberapa tahap (multi stage), sehingga tahan
terhadap fluktuasi beban pengolahan.
4) Reaksi nitrifikasi lebih mudah terjadi, sehingga efisiensi
penghilangan ammonium lebih besar.

Teknik Lingkungan
Universitas Pelita Bangsa | 23
Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Limbah
2019

5) Tidak terjadi bulking ataupun buih (foam) seperti pada proses


lumpur aktif.

Sedangkan beberapa kelemahan dari proses pengolahan air limbah dengan sistem
RBC antara lain yakni :
1) Pengontrolan jumlah mikroorganisme sulit dilakukan.
2) Sensitif terhadap perubahan temperatur.
3) Kadang-kadang konsentrasi BOD air olahan masih tinggi.
4) Dapat menimbulkan pertumbuhan cacing rambut, serta kadang-kadang
timbul bau yang kurang busuk.

2.11 Kendala Pada Proses RBC

Beberapa masalah/gangguan yang terjadi di dalam proses RBC antara lain :


1) Terjadi suasana anaerob dan gas H2S di dalam reaktor RBC.
Indikasi yang dapat dilihat dari luar adalah ketebalan lapisan
mikroorganisme di bagian inlet dan outlet sama-sama tebal, dan
lapisan mikroorganisme yang melekat pada permukaan media
berwarna hitam. Gangguan tersebut disebabkan karena beban hidrolik
atau beban organik melebihi kapasitas desain. Penanggulangan
masalah tersebut antara lain dengan cara menurunkan debit air limbah
yang masuk ke dalam reaktor RBC atau melakukan aerasi di dalam
bak ekualisasi sehingga jumlah oksigen terlarut bertambah sehingga
diharapkan beban organik atau beban BOD diturunkan.

2) Kualitas air hasil olahan kurang baik dan lapisan mikroorganisme cepat
terkelupas. Indikasi yang dapat dilihat yakni biofilm terkelupas dari
permukaan media dalam jumlah yang besar dan petumbuhan biofilm
yang melekat pada permukaan media tidak normal. Gangguan tersebut
disebabkan karena terjadinya fluktuasi beban BOD yang sangat besar,
perubahan pH air limbah yang tajam, serta perubahan sifat atau

Teknik Lingkungan
Universitas Pelita Bangsa | 24
Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Limbah
2019

karakteristik limbah. Penanggulangan masalah dapat dilakukan dengan


cara pengontrolan terhadap beban BOD, kontrol pH dan pengukuran
konsentrasi BOD, COD serta senyawa-senyawa yang menghambat
proses.

3) Terjadi kelainan pada pertumbuhan biofilm dan timbul gas H2S dalam
jumlah yang besar. Indikasi yang terlihat adalah timbulnya lapisan
biofilm pada permukaan media yang berbentuk seperti gelatin berwarna
putih agak bening transparan. Jumlah oksigen terlarut lebih kecil 0,1
mg/l. Sebab-sebab gangguan antara lain terjadi perubahan beban
hidrolik atau beban BOD yang besar, mikroorganisme sulit
mengkonsumsi oksigen, air limbah mengandung senyawa reduktor
dalam jumlah yang besar, keseimbangan nutrien kurang baik.
Penanggulangan masalah dapat dilakukan dengan cara melakukan
aerasi di dalam bak ekualisasi, menaikkan pH air limbah dan
memperbaiki keseimbangan nutrien.

4) Terdapat banyak gumpalan warna merah yang melayang- layang di


dalam reaktor RBC. Indikasi yang nampak adalah terjadi cacing air,
cacing bebang secara tidak normal, dan lapisan biofilm yang tumbuh
pada permukaan media sangat tipis. Gangguan tersebut disebabkan
karena beban hidrolik atau beban organik (BOD) sangat kecil
dibandingkan dengan kapasitas desainnya. Cara mengatasi gangguan
tersebut yakni dengan cara memperbesar debit air limbah yang masuk
ke dalam reaktor.

Teknik Lingkungan
Universitas Pelita Bangsa | 25

Anda mungkin juga menyukai