KONSEP PERENCANAAN
2.1.2. Pengertian.
Pengertian pengelolaan limbah menurut Direktorat Bina Tata Perkotaan Dan Pedesaan
serta Direktorat Jendral Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum Balai Pelatihan Air
Bersih Dan Penyehatan Lingkungan Permukiman, Bekasi 2000 adalah :
a. Pengendalian mencakup seluruh upaya minimalisasi limbah mulai dari sistem
pengumpulan, pengangkutan/pengaliran, pengolahan, dan pembuangan serta
pemanfatan limbah.
b. Limbah domestik adalah limbah yang berasal dari kegiatan pemukiman,
perkantoran, dan area komersil.
Laporan Antara II - 1
Penyusunan Outline Plan Air Limbah Kota Martapura
dibedakan menjadi 2, yaitu : limbah domestik dan limbah non domestik. Air limbah
domestik berasal dari sumber domestik yaitu : dari pemukiman, perkantoran dan area
komersil, sedangkan air limbah non domestik berasal dari air buangan hasil kegiatan
industri dan rumah sakit.
Pemukiman
Limbah tinja ( black water) Air Limbah
Grey water atau sullage ( air limbah Domestik /
Area Komersil bekas mandi, cuci dan dapur ) Rumah
Tangga
Perkantoran
Air limbah domestik yang berupa limbah tinja manusia (black water) dan air buangan
bekas mandi, cuci dan dari dapur (grey water/sullage) dapat diolah secara bersama-
sama atau terpisah. Air limbah ini umumnya dicirikan mengandung banyak bahan
organik yang dapat diuraikan atau dekomposisi.
Sedangkan air limbah industri umumnya dicirikan mengandung baik bahan organik
maupun anorganik yang sulit diuraikan secara biologi dan sering kali bersifat racun
yang membahayakan tergantung pada jenis kegiatan industrinya.
Dalam laporan ini hanya membahas mengenai sistem sanitasi dalam menangani
permasalahan air limbah domestik. Perbedaan antara limbah tinja (Black Water) dan air
limbah rumah tangga (Grey Water) yang keduanya termasuk kategori air limbah
domestik sangat penting diketahui karena berkaitan dengan kebutuhan penanganan
yang sesuai dengan kondisi setempat.
Umumnya, sebagian besar literatur yang berasal dari negara maju menekankan
pengolahan air limbah kombinasi antara black water dan grey water sebagai problem
dasar, karena berkaitan dengan teknologi pengumpulan serta pengolahan-nya yang
umumnya menggunakan sistem sanitasi terpusat (Off-Site). Di Indonesia, penggunaan
teknologi ini masih terbatas disebabkan tingginya biaya investasi serta biaya operasi
dan pemeliharaan yang diperlukan. Sehubungan dengan berbagai kendala baik teknis
maupun kemampuan pembiayaan, sampai saat ini, prioritas utama lebih ditekankan
Laporan Antara II - 2
Penyusunan Outline Plan Air Limbah Kota Martapura
pada penanganan limbah tinja serta penanganan lumpurnya melalui Instalasi Pengolah
Lumpur Tinja (IPLT).
Sistem sanitasi setempat dengan menggunakan tangki septik merupakan sarana
sanitasi yang umumnya banyak digunakan di banyak kota. Berkaitan dengan kondisi
tersebut, pada masa kini, dibutuhkan metode yang tepat guna dalam mengolah lumpur
tinja dari tangki septik ini. Beberapa IPLT dengan metode yang berlainan telah
dibangun dan dioperasikan di banyak kota, walaupun belum semuanya beroperasi
dengan baik. Sehingga banyak “pekerjaan” yang harus dilakukan dalam
mengembangkan teknologi tepat guna yang sesuai dengan kondisi kita serta
pengelolaannya yang mencakup aspek operasi dan pemeliharaan.
Seperti diketahui, air digunakan sehari-hari untuk keperluan seperti mandi, mencuci,
memasak serta mengalirkan air limbah termasuk tinja dan sebagainya. Umumnya, pada
masyarakat yang relatif lebih mampu, volume air yang digunakan setiap hari biasanya
lebih banyak, walaupun hal ini sangat tergantung pada berbagai faktor lain seperti
kondisi daerah, ketersediaan air bersih serta kebiasaan masyarakat.
Sebagai konsekuensi dari meningkatnya penggunaan air seiring dengan perkembangan
pembangunan dan tingkat kehidupan masyarakat, maka kebutuhan air bersih akan
bertambah serta berimplikasi pada meningkatnya air limbah yang diproduksi.
Pada kota-kota besar dan metropolitan, seperti : Jakarta, Bandung, dan Surabaya,
perkembangan pembangunan kota menimbulkan masalah pada pengelolaan air limbah
di mana air limbah kemungkinan tidak dapat lagi dibuang dan diolah secara setempat
(on-site) atau pada titik di mana air limbah tersebut diproduksi. Hal ini terjadi terutama
pada area tertentu yang memiliki kepadatan penduduk sangat tinggi serta ketersediaan
air bersih masih kurang. Pada kondisi ini, pengumpulan, transportasi, dan pengolahan
air limbah secara terpusat sangat diperlukan, yang sering kali berhadapan masalah
dengan konsep pembangunan yang berkelanjutan karena melibatkan investasi yang
mahal dan besar dalam menangani beban pencemaran lingkungan tersebut.
Berbeda halnya dengan kota-kota dengan kepadatan penduduk relatif rendah,
pembuangan limbah manusia dengan menggunakan cubluk atau tangki septik di setiap
rumah masih tidak membahayakan kondisi lingkungan.
Laporan Antara II - 3
Penyusunan Outline Plan Air Limbah Kota Martapura
a. Kriteria kesehatan
Organisme patogen tidak boleh tersebar baik oleh kontak langsung dengan tinja dan
air limbah, atau secara tidak langsung melalui tanah, air, atau makanan. Proses
pengolahan yang dipilih harus dapat mencapai pemusnahan patogen berderajat
tinggi.
b. Kriteria penggunaan ulang.
Proses pengolahan harus memberikan hasil yang aman untuk penggunaan ulang,
sebaiknya untuk akuakultur dan pertanian.
c. Kriteria ekologis.
Bila bahan buangan tidak dapat digunakan ulang, pembuangan limbah ke air
permukaan tidak boleh melebihi kapasitas pembersihan sendiri (self purification)
dari air penerimanya.
d. Kriteria gangguan.
Bau yang dikeluarkan harus diawah ambang batas gangguan. Setiap bagian sistem
tidak boleh menimbulkan ganguan secara estetik.
e. Kriteria kebudayaan.
Metode yang dipilih untuk pengumpulan, pengolahan, dan penggunaan ulang bahan
buangan harus sesuai dengan kebiasaan dan keadaan sosial (agama) setempat.
f. Kriteria operasional.
Keterampilan yang dibutuhkan untuk operasi rutin maupun pemeliharaan bagi
komponen sistem harus tersedia setempat atau sedemikian rupa sehingga diperoleh
dengan latihan yang minimal.
g. Kriteria biaya.
Biaya pokok dan biaya untuk kelangsungannya tidak boleh melebihi kemampuan
masyarakat untuk membayarnya. Pengembalian finansial dari penggunaan ulang
dalam hal ini merupakan faktor yang penting.
Bagaimanapun juga tak ada satu sistempun yang dapat memenuhi semua kriteria
tersebut secara lengkap. Masalahnya adalah bagaimana memperkecil kerugian
yang ada.
Laporan Antara II - 4
Penyusunan Outline Plan Air Limbah Kota Martapura
setempat dapat secara individual maupun secara komunal seperti pada sarana MCK
(mandi, cuci dan kakus).
Menurut Direktorat Bina Tata Perkotaan Dan Pedesaan Direktorat Jendral Cipta Karya
Departemen Pekerjaan Umum Balai Pelatihan Air Bersih Dan Penyehatan Lingkungan
Permukiman, Bekasi 2000, terdapat beberapa keuntungan dan kerugian dalam
penggunaan sistem sanitasi setempat tersebut, antara lain sebagai berikut :
A. Keuntungan :
1). Biaya pembuatan murah.
2). Biasanya dibuat secara pribadi.
3). Teknologi serta pembangunannya relatif sederhana.
4). Sistem yang terpisah bagi tiap-tiap rumah dapat menjaga ‘privacy’ yang aman
dan bebas.
5) Operasi dan pemeliharaannya mudah dan umumnya merupakan tanggung
jawab pribadi masing-masing, kecuali yang tidak terpisah atau dalam kelompok /
blok.
6). Manfaatnya dapat dirasakan segera, seperti jamban menjadi bersih, terhindar
dari bau dan lalat.
B. Kerugian :
1). Tidak cocok bagi daerah dengan kepadatan penduduk sangat tinggi sehingga
lahan yang tersedia bagi sarana pembuangan menjadi sangat sempit.
2). Tidak cocok bila digunakan pada daerah dengan muka air tanah yang tinggi dan
daya resap tanah rendah.
3). Kedua hal di atas, selain berdampak mencemari lingkungan, juga sangat
berbahaya bagi kesehatan masyarakat bila kebutuhan air sehari-hari tergantung
pada air sumur karena air dari PDAM belum masuk. Kemungkinan air sumur
terkontaminasi tinja akan sangat besar pada kondisi seperti ini.
Beberapa contoh sarana sanitasi dengan sistem pembuangan secara setempat dapat
dikemukakan seperti uraian di bawah ini.
Laporan Antara II - 5
Penyusunan Outline Plan Air Limbah Kota Martapura
Pada kakus cemplung ini, tinja langsung jatuh masuk ke lubang dimana cairan dari tinja
termasuk air seni akan meresap ke dalam lapisan tanah. Padatannya akan tertahan
kemudian terurai secara alamiah dan lama-lama memenuhi lubang. Setelah lubang
penuh maka harus ditutup dan lubang baru perlu dibuat lagi.
Mengingat biayanya yang murah, sarana pembuangan tinja jenis ini masih dapat
dipergunakan dengan syarat kepadatan penduduk rendah dan permukaan air tanah
tidak tinggi. Hal ini karena tingginya resiko bakteri pembawa penyakit yang terkandung
di dalam tinja dapat mencemari air tanah.
Secara umum, kakus cemplung tidak boleh berada di dekat sumur atau sumber air
lainnva atau setidaknya berjarak 15 meter tergantung kondisi tanah setempat,
contohnya pada tanah limestone fine soil ( tanah liat ).
Akan tetapi terdapat hal yang tidak menguntungkan pada penggunaan kakus jenis ini,
yaitu sering kali timbul bau dan lalat dapat berkembang dengan mudah setiap hari.
Permasalahan tersebut dapat dikurangi apabila kondisi kakus ditingkatkan dengan
menambahkan pipa ventilasi udara atau kemudian sarana ini dikenal dengan nama
ventilated improved pit latrine ( VIP ).
Selain pipa dapat mengurangi bau, dapat berperan pula dalam mengurangi jumlah lalat
vang berkembang. Karena tertarik dengan adanya bau dari pipa ventilasi, lalat akan
terbang di sekitar lubang pipa bagian atas. Pada bagian atas pipa ventilasi perlu diberi
saringan agar menghambat masuknya lalat ke dalam lubang, karena biasanya lalat
betina mencari tempat untuk menempatkan telur-telurnya.
B. Cubluk
Cubluk atau disebut juga dengan soakage / leaching pit, merupakan suatu lubang yang
digunakan untuk menampung tinja manusia dari jamban, berfungsi sebagai tempat
pengendapan tinja dan juga sebagai media peresapan dari cairan yang masuk. Cairan
yang masuk baik dari tinja, air seni maupun air pembilas dari jamban akan meresap ke
dalam tanah dan sisa padatan akan terurai. Sistem cubluk lebih baik daripada kakus
cemplung karena dinding cubluk diberi pasangan bata, batako atau bambu, tergantung
pada kemampuan biaya serta penggunaan jamban dengan leher angsa (pipa U yang
selalu terisi air di bawah jamban) akan menghambat timbulnya bau dan lalat.
Tergantung pada ketersediaan lahan, cubluk dapat dibangun tunggal atau dua buah
(cubluk kembar). Bila satu cubluk telah terisi penuh, maka harus ditutup dan dibiarkan
paling sedikit satu tahun agar terbentuk kompos sebelum dapat dikosongkan kembali.
Pada cubluk kembar, ketika satu cubluk ditutup, maka cubluk yang lainnya dapat
dipergunakan.
Laporan Antara II - 7
Penyusunan Outline Plan Air Limbah Kota Martapura
C. Tangki Septik.
Tangki septik merupakan sarana pembuangan air limbah yang sangat umum digunakan
terutama di perkotaan Indonesia. Prinsip utamanya adalah mengendapkan bahan
padatan yang dikandung air limbah dan diuraikan secara anaerobik (tanpa oksigen) di
dalam tangki, sedangkan bagian cairnya dialirkan ke bidang peresapan. Menurut
Salvato, 1992, tangki septik adalah suatu tangki yang dirancang untuk mengalirkan air
limbah dan tinja secara perlahan sehingga padatan-padatan terpisah dan turun
mengendap ke dasar tangki, dimana endapan lumpur ini akan diuraikan oleh bakteri
anaerobik.
D. Pengolahan Septage.
Septage adalah kombinasi lumpur tinja, scum (busa) dan cairan yang dipompa dari
tangki septik. Endapan lumpur tinja yang terkumpul di tangki septik tersebut, apabila
telah penuh harus dikuras dan dibawa oleh truck vacum ke IPLT.
Laporan Antara II - 8
Penyusunan Outline Plan Air Limbah Kota Martapura
Gambar 2.5 Lumpur Tinja diangkut dengan mobil tinja dibawa ke IPLT.
Sumber : Direktorat Jendral Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum.
Balai Pelatihan Air Bersih Dan Penyehatan Lingkungan Permukiman, Bekasi 2000.
Berbagai sistem pengolahan lumpur tinja telah dibangun di beberapa kota di Indonesia,
misalnya IPLT menggunakan sistem kolam stabilisasi dengan atau tanpa dilengkapi
tangki Imhoff sebagai sarana pengolahan primer/ awal. Tangki Imhoff berfungsi
Laporan Antara II - 9
Penyusunan Outline Plan Air Limbah Kota Martapura
terutama untuk mengendapkan bahan padatan dan mengurangi bahan-bahan organik
secara anaerobik dengan tingkat tertentu. Adapun di kota Surabaya, IPLT yang
digunakan adalah dengan sistem lumpur aktif metode Oxidation Ditch, yaitu sistem
pengolahan air limbah yang memerlukan tambahan oksigen dalam proses
pengolahannya. Sementara itu di kota Jakarta, IPLT yang digunakan adalah dengan
sistem bak-bak yang dilengkapi aerator untuk pengolahan pendahuluan dan kemudian
lumpur tinja dialirkan ke kolam stabilisasi.
Metode sanitasi dengan sistem terpusat lebih lanjut dapat diklasifikasikan berdasarkan
cara pengangkutan limbah tinja tersebut ke IPAL. Pengangkutan secara sederhana
adalah dengan menggunakan keranjang, ember atau tangki kecil yang kemudian
dibawa dengan gerobak seperti banyak ditemukan di beberapa negara Asia, seperti :
China, Vietnam, India, Afrika, dan lain-lain. Adapun pengangkutan air limbah secara
Laporan Antara II - 10
Penyusunan Outline Plan Air Limbah Kota Martapura
konvensional dilakukan dengan menggunakan sistem perpipaan (sewerage system), di
mana melalui pipa-pipa tersebut, air limbah kemudian dialirkan langsung ke suatu
instalasi pengolahan.
Pada pengolahan air limbah secara terpusat, terdapat dua macam sistem, yaitu : sistem
campuran, di mana air limbah rumah tangga bercampur dengan air hujan dialirkan
secara bersamaan menuju IPAL, dan sistem terpisah, yaitu hanya air limbah rumah
tangga saja yang dialirkan oleh pipa menuju ke IPAL. Pada umumnya sistem perpipaan
di Indonesia menggunakan sistem terpisah.
Keuntungan penggunaan sistem terpusat antara lain ; dapat mencegah pencemaran air
tanah terutama ketika penggunaan sistem setempat tidak layak karena kepadatan
penduduk yang tinggi. Sistem terpusat dapat dirancang sesuai dengan perkiraan
pertumbuhan penduduk dan tidak tergantung pada kondisi tanah dan muka air tanah.
Adapun hal yang menjadi kendala biasanva adalah biaya investasi, operasi &
pemeliharaan yang cukup tinggi, serta memerlukan tenaga terampil untuk memelihara
pipa dan mengoperasikan IPAL. Sistem ini memerlukan perencanaan yang matang dan
sebaiknya pelaksanaannya untuk jangka panjang.
Laporan Antara II - 11
Penyusunan Outline Plan Air Limbah Kota Martapura
Modifikasi pembuangan air limbah dengan sistem perpipaan, adalah dengan sistem
small bore sewer, di mana cairan efluen yang berasal dari tangki septik tidak dialirkan
ke bidang resapan, tetapi dialirkan melalui pipa ke suatu pengolah air limbah secara
terpusat untuk kemudian diolah.
Pada lokasi di mana bidang resapan dari sistem sanitasi setempat (tangki septik) tidak
dapat digunakan karena kondisi tanah yang tidak memungkinkan (misalnya muka air
tanahnya tinggi, dsb), maka small bore sewer ini merupakan alternatif yang perlu
dipertimbangkan keuntungannva.
Biaya pembangunan maupun operasi sarananya akan lebih murah dan efektif
dibandingkan sistem perpipaan konvensional, karena tangki septik penduduk yang ada
tetap dapat terus dipakai (untuk memisahkan padatan), sementara efluennya diolah
secara terpusat di IPAL.
Adapun modifikasi lainnya, yaitu : shallow sewer, merupakan suatu sistem pembuangan
air limbah dengan perpipaan yang cocok untuk diterapkan pada daerah-daerah padat
serta masyarakat berpenghasilan rendah. Shallow sewer dirancang untuk menerima air
limbah rumah tangga yang dialirkan ke tempat pengolahan. Sistem ini terdiri atas pipa-
pipa berdiameter kecil (100 sampai dengan 200 mm) yang diletakkan pada lokasi/
daerah yang datar dan bebas dari kesibukan lalu lintas yang padat, seperti gang-gang
di belakang rumah (Dit. BinTek, 1998/199).
Kedua sistem di atas tidak memerlukan air penggelontor yang terlalu besar serta tidak
memerlukan penggalian pipa yang dalam seperti pada sistem perpipaan konvensional.
KELEBIHAN
Sistem Sanitasi Setempat Sistem Sanitasi Terpusat
Laporan Antara II - 13
Penyusunan Outline Plan Air Limbah Kota Martapura
Formulir lapangan atau kuesioner digunakan untuk menyusun dan mencatat
data-data yang dibutuhkan agar mempermudah pelaksanaan pengumpulan
data di lapangan.
- Tata cara survei dan peralatan yang akan dipakai.
Tata cara survei dan peralatan perlu dibawa agar pekerjaan di lapangan
dilakukan sesuai dengan tata cara yang berlaku.
- Peta topografi.
Peta topografi diperlukan untuk mengetahui letak lokasi dan ketinggian suatu
tempat serta kemiringan lahan.
Peralatan Survei Lapangan
Peralatan survei lapangan terdiri dari :
- Pita ukur
- Kompas
- Kalkulator
- Kamera foto dan film
- Kertas milimeter, pensil, dan penghapus
Ketentuan Teknis.
Teknik pelaksanaan survei ini harus menggunakan dan mengumpulkan data
sebagai berikut :
- Gunakan formulir.
- Data lokasi, seperti : nama desa, kampung, atau dusun RT, RW dan daftar
kelompok pemakai sarana sanitasi umum/ komunal.
- Penempatan rencana lokasi sarana sanitasi umum/ komunal sebaiknya
dekat dari lingkungan pemukiman dan mudah dicapai.
- Status pemilikan lahan harus jelas, milik desa atau masyarakat yang
dihibahkan.
- Luas lahan minimal 8 m2.
- Sumber air bersih guna menentukan alternatif penyediaan air bersih.
- Jumlah orang yang akan menggunakan sarana sanitasi umum untuk
menentukan alternatif pilihan tipe sarana sanitasi umum.
- Tinggi muka air tanah dan tingkat penyerapan air untuk menentukan tipe
bangunan bawah.
- Harga bahan yang tersedia setempat dan harga bahan-bahan yang akan
dibeli dari luar.
2). Cara Pelaksanaan.
Laporan Antara II - 14
Penyusunan Outline Plan Air Limbah Kota Martapura
Tahap-tahap yang perlu dilakukan dalam melakukan survei adalah seperti tampak
pada diagram pelaksanaan survei gambar 2.8.
Persiapan.
Persiapan sebelum melaksanakan survei lapangan adalah :
- Memeriksa kelengkapan dan surat-surat yang diperlukan.
- Menghubungi Pemda setempat.
- Mendapatkan persetujuan Pemerintah daerah.
Surat-surat
PERSIAPAN Persetujuan Pemda
Lahan minimum 8 m2
PENETAPAN Lokasi mudah dijangkau
LOKASI Air bersih mudah
Dokumen perencanaan
PELAKSANAAN Gambar kerja
SURVEY Rencana kerja
Pemilihan Lokasi.
Pelaksanaan pemilihan lokasi perencanaan ini dilakukan oleh Dinas PU Cipta
Karya Kabupaten Banjar, bersama-sama dengan Dinas Kesehatan kabupaten
Banjar di bawah koordinasi BAPPEDA Kabupaten Banjar dengan tujuan memilih
Laporan Antara II - 15
Penyusunan Outline Plan Air Limbah Kota Martapura
lokasi proyek yang akan disurvei dan direncanakan, dengan prosedur sebagai
berikut :
- Usulan desa/ kelurahan yang memerlukan sarana sanitasi umum
berdasarkan kebutuhan dan keinginan/ usulan masyarakat dan atas petunjuk
sanitarian, Camat setempat, untuk diteruskan kepada Bupati Kabupaten
Banjar.
- Bupati menginstruksikan kepada Dinas PU Cipta Karya Kabupaten Banjar
serta Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar di bawah koordinasi BAPPEDA
Kabupaten Banjar untuk membahas usulan lokasi Desa/ Kelurahan tersebut,
sehingga dapat dibuat usulan prioritas pemilihan lokasi perencanaan dengan
memperhatikan dana perencanaan yang tersedia.
- Berdasarkan hasil pembahasan tersebut, maka Bupati mengeluarkan surat
keputusan mengenai calon lokasi Desa/ Kelurahan yang akan direncanakan
untuk dibangun sarana sanitasi umum. Berdasarkan urutan prioritas
tersebut, maka Bupati menyetujui untuk melakukan survei, perencanaan,
pembangunan sarana sanitasi umum dan memberi tahu pula Camat
setempat untuk diteruskan kepada Kepala Desa/ Lurah yang terpilih
lokasinya.
- Dinas PU Ciptakarya Kabupaten Banjar menyiapkan petugasnya untuk
melaksanakan survei dan pelaksanaan teknis, begitu pula dengan Camat
memberitahukan agar mengadakan persiapan kepada Kepala Desa/ Lurah.
Penetapan Lokasi.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penetapan lokasi adalah :
- Ketersediaan lahan minimal 8 m2.
- Sarana sanitasi umum diletakkan di lokasi yang mudah dijangkau oleh setiap
warga yang memakai.
- Lokasi sarana sanitasi umum terletak pada lokasi yang mempunyai
kemudahan dalam penyediaan air bersih.
- Tata letak bangunan bawah sarana sanitasi umum (cubluk/ tangki septik).
- Jarak minimum antara cubluk dengan sumber air bersih (sumur penduduk)
untuk tanah lempung berpasir 10 m, untuk jenis tanah pasir 15 m.
Laporan Antara II - 16
Penyusunan Outline Plan Air Limbah Kota Martapura
Pelaksanaan survei bertujuan untuk memperoleh data dan informasi yang
dibutuhkan untuk perencanaan pembangunan sarana sanitasi umum. Prosedur
pelaksanaan survei adalah sebagai berikut :
Dinas PU dan Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar mengirim petugas untuk
melaksanakan survei dan bimbingan teknis kepada petugas Kecamatan/ Desa/
Kelurahan yang dipilih lokasinya.
Melibatkan unsur Unit Desa setempat seperti LKMD dan ahli sanitasi.
Susun dokumen perencanaan, gambar kerja pelaksanaan, rencana kerja dan
syarat-syarat serta analisa dan rencana biaya berdasarkan hasil survei.
Laporan Antara II - 17
Penyusunan Outline Plan Air Limbah Kota Martapura
1) Air mudah diperoleh.
2) Ruang mudah dicapai.
3) Bersifat pribadi (tidak mudah terlihat dari luar).
4) Tidak menghalangi kemungkinan perluasan.
5) Lantai jamban lebih tinggi dari halaman sekitarnya.
6) Lantai jamban lebih tinggi dari cubluk/ tangki septik dengan panjang pipa penyalur
minimum 15 m untuk menghemat pipa dan mengurangi penyumbatan.
7) Terhindar dari air hujan (ruang jamban diberi atap).
8) Jarak cubluk dan pondasi minimal 50 % dari kedalaman cubluk.
9) Ventilasi memadai, minimal di salah satu dinding ada lubang ventilasi.
10) Cahaya matahari cukup, dapat menembus ruang jamban.
Laporan Antara II - 18
Penyusunan Outline Plan Air Limbah Kota Martapura
Langkah Awal
ya
tidak
Daya resap tanah cukup
ya
tidak
Kedalaman muka air tanah cukup
ya
ya
Laporan Antara II - 19
Penyusunan Outline Plan Air Limbah Kota Martapura
Gambar 2.9. Langkah Survei lapangan untuk Penentuan Bangunan Bawah.
Sumber : Direktorat Jendral Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum.
Balai Pelatihan Air Bersih Dan Penyehatan Lingkungan Permukiman, Bekasi 2000.
Laporan Antara II - 20
Penyusunan Outline Plan Air Limbah Kota Martapura
Tutuplahlah lubang dan diamkan selama 4 jam sampai tanah menjadi
jenuh. Setelah 4 jam, pengukuran daya resap tanah (Perkolasi) dapat
dimulai. Kalau air terserap habis dalam waktu kurang dari 10 menit
setelah lubang diisi 2 kali, anda dapat mulai pengukuran dengan segera
seperti tata cara pada gambar 2.3.
Contoh Tanah
ya
tidak
Tanah liat jenis Loam
Dapat membuat 15 – 20 L/m2/hari
pita ?
ya
Pindah Lokasi
Laporan Antara II - 21
Penyusunan Outline Plan Air Limbah Kota Martapura
Gambar 2. 10. Langkah Pengujian Tanah Secara Visual
Sumber : Direktorat Jendral Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum.
Balai Pelatihan Air Bersih Dan Penyehatan Lingkungan Permukiman, Bekasi 2000.
Pembacaan level muka air yang lebih akurat dapat dilakukan dengan
menggunakan pelampung dengan batang penunjuk yang bergerak di dalam
sebuah tabung yang dinamakan “Perspek”. Gerakan ujung batang penunjuk
dapat dengan mudah melakukan registrasi (penunjukan angka) kapasitas
daya resap tanah < 10 L/m2/hari, tanah tidak cukup memadai untuk
meresapkan (mengendapkan) air limbah. Pembuatan cubluk harus
memenuhi syarat kapasitas daya resap tanah lebih besar, sehingga lebih
disarankan untuk membuat tangki septik.
1 35
2 28
Pasir
3 25
4 23
5 22
10 19 Lempung / Loam
20 17
Laporan Antara II - 23
Penyusunan Outline Plan Air Limbah Kota Martapura
Tabel 2. 3. Jarak Minimum Cubluk dengan Sumur
Dangkal.
Kapasitas Perkolasi Kedalaman Muka Air Tanah Jarak Minimum
( L/m2/hari ) ( cm ) (m)
> 25 > 200 10
50 – 200 15
10 – 25 > 200 5
50 – 200 10
< 10 - 5 atau tangki septik
Sumber : Direktorat Jendral Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum.
Balai Pelatihan Air Bersih Dan Penyehatan Lingkungan Permukiman, Bekasi 2000.
Laporan Antara II - 26
Penyusunan Outline Plan Air Limbah Kota Martapura
5 2 1,0 1,5 50 Daya resap tanah 900
10 2 1,0 1,5 50 L/m2/hari ( tanah geluh ).
15 2 1,25 1,65 50
20 2 1,40 1,65 50 Untuk lubang penguras
25 2 1,75 1,75 50 minimum diameter 1 m
30 2 2,0 1,75 50 terbagi menjadi 2 bagian.
40 2 2,0 1,75 50
50 2 2,0 2,15 50 Tinggi dinding atas
0,50m.
Sumber : Direktorat Jendral Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum.
Balai Pelatihan Air Bersih Dan Penyehatan Lingkungan Permukiman, Bekasi 2000.
Laporan Antara II - 28
Penyusunan Outline Plan Air Limbah Kota Martapura
Air limbah dari daerah perdagangan.
Air buangan yang berasal dari daerah perdagangan, meliputi hotel, gedung
perusahaan, kantor, rumah makan, pasar, dan sebagainya.
Air limbah dari gedung perkantoran.
Air limbah gedung perkantoran dapat berupa gedung/ bangunan dari instansi
serta sarana lainnya, misal : perkantoran pemerintah maupun swasta, asrama,
sekolah, rumah tahanan, dan lain-lain.
2). Air Limbah non domestik.
Air limbah Industri.
Kualitas dan kuantitas air buangan industri sangat bervariasi tergantung pada :
jenis industri, kapasiatas produksi, serta tingkat pengolahan limbah yang telah
dilakukan oleh pihak industri sebelum dibuang ke lingkungan.
Air limbah dari kegiatan medis.
Air limbah ini berasal dari kegiatan medis di rumah sakit, poliklinik, dan
laboratorium klinik.
Laporan Antara II - 29
Penyusunan Outline Plan Air Limbah Kota Martapura
Pada sistem ini, air buangan dan air hujan disalurkan langsung melalui satu
saluran yang sama dalam satu saluran perpipaan. Sistem ini digunakan pada
daerah yang memiliki fluktuasi curah hujan relatif kecil.
Pemilihan sistem ini berdasarkan pertimbangan :
Debit air buangan pada kedua musim, yaitu kemarau dan penghujan tidak
terlalu besar bedanya.
Tidak terdapat kemungkinan terangkatnya kotoran ke permukaan jalan oleh air
hujan pada saat musim hujan.
Kemiringan tanah yang cukup, sehingga penempatan saluran tidak terlalu
dalam agar tidak diperlukan pemompaan.
Keuntungan sistem ini adalah :
Hanya diperlukan satu saluran saja.
Adanya pengenceran oleh air hujan.
Kerugiannya adalah sistem ini adalah memerlukan unit pengolahan air
buangan yang berkapasitas cukup besar.
Untuk mengatasi masalah tersebut, sistem tercampur dikombinasikan dengan
sistem terpisah, yaitu : sering disebut dengan sistem kombinasi/ interseptor.
c). Sistem Kombinasi atau Interceptor.
Sistem kombinasi adalah suatu penyaluran dimana air hujan dan air buangan
disatukan hanya pada musim kemarau, sedangkan pada musim penghujan
penyalurannya dipisahkan dengan alat pemisah (interceptor).
Keuntungan sistem ini adalah :
Beban instalasi pengolahan air buangan tidak terlalu besar.
Air hujan sewaktu-waktu dapat dipakai sebagai penggelontor.
Sementara kerugiannya, pada sistem ini diperlukan beberapa instalasi khusus
atau konstruksi lain yang relatif akan menambah biaya pembuatan dan
perawatan.
Untuk pemilihan sistem yang akan digunakan, perlu diperhatikan fluktuasi air
hujan setempat. Apabila ternyata daerah perencanaan memiliki fluktuasi air
hujan yang besar, maka penggunaan sistem terpisah akan lebih
menguntungkan.
Keuntungan lain yaitu bahwa air hujan dapat dipergunakan untuk keperluan
irigasi, perikanan dan yang lainnya. Dan karakteristik mengenai air buangan itu
sendiri dapat ditinjau lebih lanjut.
2). Menurut Sarana pengolah air limbah.
Laporan Antara II - 30
Penyusunan Outline Plan Air Limbah Kota Martapura
a). Sistem On Site.
Sistem ini adalah sistem yang tidak memerlukan sistem perpipaan yang luas
karena pengolah limbah dibuat di tempat sumber limbah dihasilkan. Jadi
bangunan pengolahannya dibangun pada setiap rumah, industri, hotel, rumah
sakit, dan sebagainya. Dalam hal ini untuk rumah tangga dapat dibuat tangki
septik dan peresapannya, sedangkan pada industri, hotel, rumah sakit, dan
lainnya dapat dibangun pengolah limbah sendiri.
b). Sistem Off Site.
Sistem ini merupakan pengolahan terpusat dan memerlukan sistem
penyaluran limbah melalui perpipaan yang cukup luas. Sistem off site dapat
diterapkan bila sistem on site sulit diterapkan, karena misalnya terbatasnya
ruangan sebagai akibat tingginya kepadatan penduduk atau tidak
memungkinkan karena kondisi tanah dan air tanah.
Air limbah dialirkan dari rumah-rumah penduduk dan sumber-sumber lainnya
melalui suatu jaringan sistem perpipaan menuju instalasi/ bangunan
pengolahan air limbah. Keluar dari instalasi pengolah air limbah, air buangan
tersebut sudah merupakan air bersih yang dapat dibuang ke badan air
penerima di lingkungan sekitar.
3). Menurut Pengalirannya.
a). Full Sewerage Sewer.
Dalam full sewerage sewer ini, air buangan dialirkan tanpa proses
pengendapan terlebih dahulu. Saluran buangan ini membutuhkan
pemeliharaan sederhana dan sedikit menimbulkan keadaan darurat.
Saluran full sewerage dapat digunakan pada pemakaian air yang besar dan
tidak menimbulkan resiko kesehatan jika berfungsi dengan baik.
b). Small Bore Sewer.
Pada saluran ini, air buangan dialirkan dengan proses pengendapan terlebih
dahulu. Sebelum ke jaringan perpipaan, air buangan ditampung pada suatu
tangki pengendap (biasanya septik tank) baru kemudian dialirkan, sehingga
masuk ke saluran air buangan adalah benar-benar air tanpa ada padatannya
(tinja). Small Bore Sewer merupakan alternatif penyaluran air buangan yang
jauh lebih murah. Pengurangan biaya dimungkinkan antara lain karena lebih
sedikit manhole yang diperlukan, kemiringan saluran juga dapat lebih kecil
karena kecepatan penggerusan tidak perlu dipertimbangkan, sebab dalam hal
ini air buangan sudah tidak mengandung solid, serta pipa tidak perlu ditanam
Laporan Antara II - 31
Penyusunan Outline Plan Air Limbah Kota Martapura
dalam, karena jalur pipa dapat mengikuti bentuk muka tanah. Di samping itu,
pengeluaran effluen dari tangki pengendapan terletak lebih sedikit di bawah
muka air tanah.
Laporan Antara II - 32
Penyusunan Outline Plan Air Limbah Kota Martapura
terbuang sebagai limbah cair dan 20%-nya terbuang karena infiltrasi ke dalam
tanah.
Adapun kriteria kebutuhan air bersih untuk domestik maupun kebutuhan non
domestik ditetapkan menurut PU Cipta Karya Tahun 2000 sebagai berikut :
Laporan Antara II - 33
Penyusunan Outline Plan Air Limbah Kota Martapura
Dari perkiraan besarnya biaya penggunaan air bersih untuk rumah tangga,
bangunan umum, institusional dan sebagainya, tidak semuanya akan mengalir
sebagai air buangan yang akan mencapai sistem penyaluran air buangan.
Kehilangan ini dapat terjadi karena evaporasi penggunaan lain untuk penyiraman
tanaman, kegiatan mencuci mobil yang biasanya masuk ke saluran drainase, dan
masih banyak lagi. Diperkirakan besarnya kehilangan air tersebut antara 20%-30%.
Sehingga besarnya air buangan yang mencapai saluran adalah 70%-80%.
Untuk sistem penyaluran air buangan ini, juga harus diperhitungkan air yang dapat
masuk ke jaringan perpipaan, yaitu adanya infiltrasi air tanah. Hal ini dapat terjadi
karena beberapa hal, antara lain :
Pekerjaan sambungan yang tidak sempurna.
Jenis material/bahan saluran yang dipergunakan.
Tinggi muka air tanah.
Adanya air yang masuk dari atas, seperti tutup manhole, rembesan dinding
manhole, dan sebagainya.
Besarnya harga koefisien infiltrasi ini diperkirakan sekitar 1,5-3. Debit air yang
masuk ke dalam saluran diperkirakan sebesar 1 - 3 liter/ detik per 1000 m panjang
saluran.
Laporan Antara II - 34
Penyusunan Outline Plan Air Limbah Kota Martapura
buangan dari satu atau lebih saluran rumah untuk disalurkan menuju ke saluran
utama.
c). Saluran Utama.
Saluran utama digunakan untuk menyalurkan air buangan dari satu atau lebih
saluran lateral ke saluran trunk atau saluran interseps.
d). Saluran Trunk.
Merupakan saluran yang memiliki ukuran lebih besar dari saluran utama, yang
digunakan untuk menyalurkan air buangan dari saluran utama menuju ke unit
pengolahan atau ke fasilitas pembuangan, atau ke saluran interseps yang luas.
e). Saluran Interseps.
Merupakan saluran yang lebih besar dari saluran trunk yang berfungsi untuk
menangkap air buangan dari banyak saluran utama ataupun saluran trunk dan
mengeluarkannya ke unit pengolahan atau dibuang.
2). Jenis Bahan (maerial) Pipa/saluran.
a). Karakteristik pipa asbestos cement (semen ) :
Tepat untuk tanah yang bersifat basa tinggi.
Daya sambung, daya pemeliharaan, dan rembesan baik.
Mudah dalam pengelolaan dan pemasangannya.
Biaya mahal.
b). Karakteristik pipa concrete ( beton ) :
Penggunaan menguntungkan pada ukuran kecil sampai diameter 600 mm.
Tahan terhadap segala cuaca, bahan kimia, kecuali asam.
Laporan Antara II - 35
Penyusunan Outline Plan Air Limbah Kota Martapura
c). Karakteristik pipa iron steel ( besi dan baja ) :
Dapat disambung dengan berbagai macam cara.
Memiliki kekuatan tinggi dan cocok dipasang pada daerah sulit.
Kurang tepat dipasang pada daerah yang menghasilkan limbah banyak,
karena tidak tahan terhadap korosi.
Dapat menyalurkan aliran listrik yang berbahaya.
d). Karakteristik pipa tanah liat (Clay):
Tahan terhadap bahan korosif, baik asam, basa, maupun erosi.
Tidak rusak oleh H2S, bentuk gas dan sulfat lainnya.
Cukup berat dan rapuh dengan bentuknya.
f). Karakteristik pipa polivynil chloride (PVC) :
Ringan, mudah dipasang, dan perawatan mudah.
Bebas dari korosi, goncangan, asam, sinar matahari, dan musim.
Mudah dalam pengankutan, lebih panjang batangannya sehingga biaya dan
jumlah sambungannya pada saat pemasangan lebih sedikit.
3). Bentuk Penampang Saluran/Pipa.
Pemilihan bentuk saluran yang akan digunakan perlu diperhatikan mengenai
kelebihan dan kekurangan masing-masing bentuk saluran tersebut.
Mempertimbangkan adanya debit puncak air buangan, maka saluran yang dipilih
harus dapat menampung debit puncak tersebut dan tidak terjadi pengendapan saat
terjadi debit puncak/ maksimum, serta harus memenuhi syarat-syarat pengaliran.
Adapun untuk pemilihan bentuk saluran dapat diperhatikan masing-masing bentuk
berikut :
a) Segi empat, disarankan digunakan untuk :
Debit air buangan yang besar.
Debit air buangan yang memiliki fluktuasi debit yang sangat kecil.
b) Bulat telur, disarankan digunakan untuk :
Debit air buangan yang memiliki fluktuasi yang besar.
Debit minimum yang kecil, sehingga waktu rentang pengaliran lama.
Biaya pembuatan lebih mahal dan pengalirannya lebih besar daripada saluran
bentuk segi empat.
c) Bulat, digunakan untuk :
Debit air buangan yang kecil.
Fluktuasi debit buangan kecil.
Di daerah yang memerlukan konstruksi kuat.
Laporan Antara II - 36
Penyusunan Outline Plan Air Limbah Kota Martapura
4). Pemilihan Jenis dan Bentuk Pipa.
Dalam pemilihan jenis pipa yang akan dipasang pada jalur yang telah ditetapkan,
diperlukan informasi mengenai kondisi lapangan, baik dari segi topografi maupun
struktur tanahnya. Selain itu, pemilihan jenis pipa yang tepat harus memenuhi
syarat, antara lain :
Sesuai dengan kebutuhan desain.
Daya tahan tinggi terhadap kondisi lokasi, seperti : topografi, cuaca, agrosifitas
dari tanah, dan gempa bumi.
Biaya pembelian pipa, biaya pengangkutan dan pemasangan harus sesuai dan
sebanding dengan kualitas pipa.
Suku cadang pipa mudah diperoleh dengan harga yang sesuai.
Perkiraan umur pipa dan pengalaman penggunaan.
Tahan terhadap gerusan.
Disesuaikan dengan karakteristik aliran air dan koefisien pipa.
Dalam prakteknya di lapangan pemakaian jenis pipa dimungkinkan tidak digunakan
hanya satu jenis pipa saja, karena akan disesuaikan dengan kondisi daerah
setempat.
5). Dimensi Pipa.
Perhitungan dimensi saluran air buangan didasarkan pada perkiraan jumlah air
limbah sampai pada akhir periode perencanaan. Perkiraan tersebut dilakukan
dengan menggunakan perhitungan secara matematis dan mempertimbangkan juga
adanya fluktuasi debit. Debit air limbah yang digunakan untuk menentukan dimensi
saluran adalah debit puncak (Q peak) yang dapat ditentukan dengan cara
mengalikan debit rata-rata air buangan dengan angka faktor puncak (peak faktor).
Batasan-batasan yang dijadikan pedoman teknis dan harus dipenuhi dalam
menentukan diameter saluran, adalah :
Kecepatan maksimum (Vmax) dalam pipa tidak melebihi 2-3 m/detik.
Kecepatan minimum (Vmin) dalam pipa tidak kurang dari 0,4 m/detik.
Tinggi renang minimum 50 mm ( pada saat Qmin ).
Tinggi renang pada saat Qmax antara 60%-80% dari diameter pipa.
Laporan Antara II - 37
Penyusunan Outline Plan Air Limbah Kota Martapura
teknis yaitu : kedalaman minimum dan kedalaman maksimum. Penentuan
kedalaman minimum pipa dimaksudkan untuk mengurangi kerusakan pipa akibat
tekanan dari atas. Kedalaman minimum adalah sekitar ± 1 meter. Penentuan
kedalaman maksimum dimaksudkan untuk memudahkan perawatan, mengurangi
kerusakan yang berasal dari faktor alam. Dimana kedalaman maksimum ditentukan
adalah ± 7 meter.
Dengan mengacu kepada batasan teknis tersebut, hal terpenting yang tetap menjadi
acuan utama adalah slope rencana. Slope rencana akan diterapkan dalam rencana
penanaman pipa dengan menggunakan persamaan berikut :
ETP = ET – R
S = ER – ETP
T = P1,2 – slope pipa
ERP = ER – ( S + T )
Dimana :
ETP : tinggi elevasi pipa di titik awal pipa ( m ).
ERP : tinggi elevasi pipa di titik akhir pipa ( m ).
ET : tinggi elevasi muka tanah titik awal pipa ( m ).
ER : tinggi elevasi muka tanah titik akhir pipa ( m ).
R : kedalaman penanaman di titik awal pipa.
S + T : kedalaman penanaman di titik akhir pipa ( m )
P1,2 : panjang pipa ( m )
D : diameter pipa ( mm )
Elevasi muka tanah atau ketinggian tanah di suatu titik pada jalur saluran yang
direncanakan dihitung berdasarkan interpolasi kontur. Kontur adalah garis-garis
yang menghubungkan titik-titik yang memeliki ketinggian yang sama.
Persamaan matematika yang dipakai untuk menghitung elevasi muka tanah adalah
interpolasi elevasi muka tanah titik 1 dan titik 2, sebagai berikut :
Laporan Antara II - 38
Penyusunan Outline Plan Air Limbah Kota Martapura
dimana :
ET : tinggi elevasi muka tanah titik 1 ( m )
ER : tinggi elevasi muka tanah titik 2 ( m )
dxn : jarak ( pada peta ) antara elevasi muka tanah yang rendah dengan titik n (cm)
Trn : tinggi elevasi muka tanah yang rendah yang mengapit titik n ( m )
Ttn : tinggi elevasi muka tanah yang tinggi yang mengapit titik n ( m )
dpn : jarak antara tinggi elevasi muka tanah yang rendah dengan tinggi elevasi
muka tanah yang tinggi yang mengapit titik n ( m ).
Cara yang lebih praktis dan mudah, elevasi tanah dapat ditentukan dengan
menggunakan alat Geographical Potitioning System (GPS).
Laporan Antara II - 39
Penyusunan Outline Plan Air Limbah Kota Martapura
Besarnya debit air buangan dapat disatukan dengan memperhatikan faktor-faktor,
antara lain :
Sumber air buangan.
Besarnya pemakaian air bersih.
Jenis bahan saluran, cara-cara penyambungan dan banyaknya bahan pelengkap
lainnya.
Curah hujan, daya resap tanah dan keadaan air tanah
Debit air buangan yang terjadi umumnya adalah sekitar 65%-80% dari debit air
bersih.
3). Debit Air Buangan Rata-rata Harian.
Dari hasil perkiraan besarnya penggunaan air bersih untuk rumah tangga, bangunan
umum, institusi dan sebagainya, tidak semuanya akan mengalir sebagai air
buangan. Kehilangan ini dapat terjadi karena evaporasi, penyiraman tanaman,
minum, dan lain sebagainya yang diperkirakan sebesar 15% - 40% .
Jadi, besarnya debit air buangan rata-rata per hari adalah :
Qave = ( 60% - 80% ) x Qr
Dimana :
Qave : debit rata-rata air buangan per hari (l/org/detik).
Qr : besarnya kebutuhan air bersih (l/org/detik).
4). Debit Infiltrasi Air Tanah dan Hujan.
Untuk sistem terpisah, harus diperhitungkan pula air yang masuk ke jalur perpipaan,
yaitu infiltrasi air tanah dan air hujan. Adanya infiltrasi tidak dapat dihindarkan 100%.
Hal tersebut disebabkan karena :
Pekerjaan sambungan pipa yang kurang sempurna
Jenis material saluran dan perlengkapan saluran yang dipakai
Kondisi air tanah dan fluktuasi muka tanah
Celah-celah yang terdapat pada permukaan saluran ( manhole ) dari bangunan
pelengkap saluran lainnya.
Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut :
Laporan Antara II - 40
Penyusunan Outline Plan Air Limbah Kota Martapura
Luas area : luas area pelayanan
Perhitungan fluktuasi aliran ini penting dan berpengaruh cukup besar pada sistem
penyaluran air buangan, karena :
kemungkinan terjadinya pengendapan dalam saluran pada kecepatan aliran yang
terlalu lambat
akibat pengendapan tersebut akan menyebabkan terjadinya proses pembusukan
air buangan
diperlukan penggelontoran apabila kedalaman minimum tidak lagi tercapai
Dari rumusan-rumusan di atas, diperoleh debit air buangan total ( Q tot ), yaitu :
Qtot = Qpeak + Qpeak inf
Laporan Antara II - 41
Penyusunan Outline Plan Air Limbah Kota Martapura
F. Bangunan Pelengkap.
Bangunan pelengkap ini diperlukan untuk memperlancar aliran serta dalam operasi dan
pemeliharaan, sehingga tidak terjadi penyumbatan. Bangunan pelengkap, antara lain :
1). Manhole.
Bangunan ini dipergunakan untuk memeriksa, memelihara dan memperbaiki
saluran. Manhole dilengkapi dengan tutup dari beton dan cast iron galvanised,
lengkap dengan anak tangganya. Tangga terbuat dari besi dengan diameter 1,9 –
2,5 cm dengan jarak ± 20 cm. Dalam penempatannya harus diperhatikan fungsi dan
beberapa hal, antara lain :
Pada saluran lurus, diletakkan tiap jarak tertentu, tergantung diameter saluran,
seperti pada tabel berikut :
Konstruksi manhole dapat dibuat dari beton. Lubang manhole harus dapat dimasuki
orang untuk memelihara saluran tersebut. Diameter minimum manhole adalah 60
cm.
Macam-macam manhole, antara lain :
Manhole lurus.
Manhole belokan.
Manhole tiga saluran.
Drop manhole, digunakan apabila perbedaan tinggi antara dua saluran lebih dari
0,5 m dan juga digunakan pada saluran yamg memotong slope medan.
Laporan Antara II - 42
Penyusunan Outline Plan Air Limbah Kota Martapura
2). Siphon.
Siphon adalah bangunan yang digunakan pada saat saluran harus melintasi sungai,
lembah, jalan raya, serat jalur atau rel kereta api. Yang harus diperhatikan dalam
menentukan profil pipa siphon adalah :
Kehilangan energi
Mudah dilakukan pembersihan
Kehilangan energi pada siphon mempunyai hubungan dengan kecepatan aliran
pada siphon. Harus diingat bahwa pada siphon harus terisi dan mempunyai
kecepatan tertentu. Hal ini sulit dilakukan apabila debit saluran tidak konstan. Pada
ujung saluran siphon perlu dibuat manhole untuk pemeriksaan dan pemeliharaan.
Mengingat siphon sulit dibersihkan dan letaknya selalu di bawah gradien hidrolik,
maka kondisi aliran dalam siphon selalu bertekanan dan memerlukan self cleaning
yang memadai, kecepatannya yaitu sekitar 0,9 m/detik. Biasanya dibuat dua buah
untuk mengikuti variasi pengaliran.
Untuk mendapatkan kecepatan pengaliran dan mengikuti variasi pengaliran maka
otomatis pada masing-masing ujung dilengkapi dengan manhole atau inlet dan
outlet chamber dengan perbedaan headloss yang terjadi pada saluran.
Laporan Antara II - 43
Penyusunan Outline Plan Air Limbah Kota Martapura
5). Bangunan penggelontor.
Pada tempat tertentu dimana terjadi kecepatan minimum dan tinggi ruang dalam
suatu saluran tidak terpenuhi, maka pengendapan dapat terjadi. Untuk menghindari
hal tersebut, diperlukan penggelontoran untuk mengatasinya. Bangunan
penggelontor direncanakan sedemikian rupa sehingga mampu melakukan
penggelontoran sebagaimana diperlukan. Air yang dipergunakan bersumber dari air
sungai atau air bersih. Bila digunakan air sungai sebagai penggelontor, maka
bangunan penampung tidak diperlukan dan penggelontoran dapat dilakukan secara
kontinyu. Untuk itu maka diperlukan debit yang cukup dengan cara menyesuaikan
diameter awal pipa lateral dengan aliran yang sedikit besar dari tinggi renang. Air
penggelontor dari air bersih diperlukan untuk penggelontoran diskontinyu, karena
biayanya yang mahal. Karena itu, air bersih ditampung terlebih dahulu pada ruang
penampung dan baru setelah itu diwaktu tertentu dialirkan pada waktu yang
diperlukan.
Bak dari air sungai maupun air bersih, operasi penggelontoran memakan biaya
besar, sehingga sedapat mungkin dihindari hal-hal sebagai berikut :
Tidak boleh merusak saluran yang ada.
Tidak boleh mengotori saluran.
Air yang dibutuhkan harus mencukupi kuantitasnya dan tidak boleh mengandung
lumpur, pasir dan sebagainya.
Air penggelontor bersifat tawar, tidak asam maupun basa.
6). Pompa.
Pompa dalam hal ini berfungsi untuk menaikkan air buangan dari sumur pengumpul
ke instalasi pengolahan limbah lebih lanjut, hal ini dillakukan apabila bangunan
pengolah letaknya lebih tinggi dari sumur pengumpul. Selain itu, pompa digunakan
untuk menaikkan air buangan yang dalamnya lebih dari 7 meter ke saluran
selanjutnya.
Laporan Antara II - 44
Penyusunan Outline Plan Air Limbah Kota Martapura
2.1.9. Pemilihan Teknologi Pengolahan.
Teknologi pengolah limbah secara umum dapat dikelompokkan kedalam 3 kelompok
besar, yaitu :
a). Pengolahan secara fisik.
b). Pengolahan secara biologis.
c). Pengolahan secara kimia.
Dalam penerapannya di lapangan pemilihan teknologi pengolahan sangat ditentukan
oleh karakteristik limbah yang akan diolah. Karakteristik limbah sendiri akan dipengaruhi
oleh jenis sumber limbah, apakah limbah dari sumber domestik atau dari sumber no
domestik. Masing-masing sumber limbah akan memiliki karakteristik yang berbeda
Karakteristik limbah tersebut dapat diketahui setelah dilakukan uji laboratorium terhadap
sampel limbah. Pada umumnya pengolahan secara fisik, biologi, dan kimia akan
diterapkan secara simultan untuk memperoleh hasil olahan yang sesuai standart baku
mutu.
Dalam kasus limbah perkotaan di Kota Martapura, yang menjadi alasan prioritas
penanganan adalah limbah domestik, yaitu limbah dari kegiatan rumah tangga. Limbah
rumah tangga memiliki karakteristik secara umum adalah dominasi kandungan bahan
organik, sehingga dalam pengolahannya yang menjadi pilihan utama teknologi
pengolahan secara biologis, sedangkan secar fisik dan kimia sifatnya melengkapi.
Secara garis besar pengolahan air limbah secara biologi dibagi 2 (dua), yaitu :
a). Pengolahan aerobik.
Pengolahan aerobik merupakan penguraian bahan organik oleh mikroorganisme
aerobic. Metode pengolahan secara aerobik sangat bervariasi, dari yang
konvensional seperti ; lagoon, aerated lagoon, lumpur aktif, hingga yang telah
dimodifikasi untuk mencapai efisiensi pengolahan yang tinggi seperti ; fluidized bed
biological reaktor dan sebagainya.
b). Pengolahan an-aerobik.
Pengolahan anaerobik merupakan kebalikan dari pengolahan aerobik dimana
proses penguraian bahan organik oleh mikroorganisme anaerob yang berlangsung
tanpa menggunakan oksigen. Metode pengolahan yang menggunakan proses
anaerobik diantaranya yang paling sederhana adalah tangki septik. Yang lebih
komplek lagi adalah Anaerobic Buffle Reactor (ABR), Upflow Anaerobic Sludge
Blanket (UASB), dan lain sebagainya.
Ditinjau dari cara pertumbuhan mikroorganismenya, teknologi pengolahan secara
Laporan Antara II - 45
Penyusunan Outline Plan Air Limbah Kota Martapura
biologi dapat dibedakan menjadi 2 cara, yaitu :
a). Suspended growth, yaitu pertumbuhan mikroorganisme secara tersuspensi
khususnya untuk kondisi aerobik.
b).Attached growth, Yaitu pertumbuhan mikroba yang melekat (attach) pada media.
Sistem ini dapat dilaksanakan dalam kondisi aerobik maupun anaerobik.
Masing-masing metode pengolahan mempunyai keuntungan dan kelemahan yang
spesifik. Karenanya diperlukan kajian yang mendalam dan pertimbangan banyak
aspek untuk memutuskan alternatif pengolahan yang akan digunakan.
Adapun beberapa alternatif unit pengolahan secara biologis diuraikan secara singkat
sebagai berikut :
Laporan Antara II - 46
Penyusunan Outline Plan Air Limbah Kota Martapura
2.1.10. Prioritas Wilayah Pelayanan.
Pemilihan wilayah pengembangan sistem pengelolaan air limbah ditentukan
berdasarkan beberapa ketentuan berdasarkan penilaian Sanitation Performance Index
(SPI) per wilayah desa/kelurahan. Lokasi yang memiliki penilaian paling buruk diusulkan
dijadikan sebagai prioritas penangan pertama, yaitu : perkampungan padat/daerah,
kawasan permukiman yang tidak terencana/daerah lama, dan daerah yang masih
menggunakan sumur sebagai sumber air bersih, serta sarana sanitasi yang minim.
Dalam penentuan wilayah pelayanan prioritas ini perlu juga dilakukan rembuk dengan
semua pihak untuk memperoleh saran dan masukan dari masyarakat dan pemerintah
daerah setempat.
Laporan Antara II - 47
Penyusunan Outline Plan Air Limbah Kota Martapura
2.3. ASPEK SOSIAL BUDAYA.
Masyarakat yang sadar terhadap kesehatan lingkungan akan menjadi tujuan yang akan
dicapai dalam setiap upaya pengelolaan limbah kota. Karena itu aspek ini harus
dipenuhi dengan jalan melakukan pendekatan kepada masyarakat setempat dengan
mempertimbangkan budaya dan mereka dalam menangani buangan kegiatan
domestknya. Adat dan budaya yang kurang sehat secara perlahan perlu dirubah
dengan menggunakan metode yang tepat dan bersahabat.
Laporan Antara II - 48
Penyusunan Outline Plan Air Limbah Kota Martapura
adalah :
Mengidentifikasi rencana kegiatan proyek pengembangan sistem pengelolaan air
limbah kota
Mengidentifikasi kondisi rona lingkungan hidup awal baik fisik-kimia-hayati maupun
sosial ekonomi yang diprakirakan terkena dampak kegiatan pembangunan
Telaah dampak dari rencana kegiatan meliputi tahap pra-konstruksi, konstruksi,
tahap pasca konstruksi dan operasi.
Sedangkan penanganan dampak yang terjadi dilakukan dengan pendekatan-
pendekatan sebagai berikut :
a. Pendekatan teknologi
b. Pendekatan sosial ekonomi, dan
c. Pendekatan institusional
Untuk menjamin tercapainya pengelolaan limbah cair domestik yang efektif dan efisien,
hal yang diperlukan adalah kegiatan pemantauan terhadap seluruh aspek-aspek
pengelolaan limbah tersebut. Oleh karena itu diperlukan rencana pemantauan secara
berkala oleh lembaga yang berwenang.
Laporan Antara II - 49
Penyusunan Outline Plan Air Limbah Kota Martapura