Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR JAKARTA SEVERAGE

SYSTEM (JSS) SEBAGAI SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK


TERPUSAT SOLUSI PENANGANGAN PENGELOLAN LIMBAH DI IBUKOTA
NEGARA

Abstrak
Sebagai ibukota negara, DKI Jakarta telah berkembang sebagai pusat pemerintahan,
bisnis, dan industri. Perkembangan kota yang pesat ternyata tidak diimbangi dengan
perbaikan sistem pembuangan untuk menangani limbah. Kebutuhan air bersih dan air
minum untuk masyarakatnya pun semakin meningkat seiring dengan perkembangan
wilayahnya dan meningkatnya jumlah penduduk. Keadaan tersebut berbanding terbalik
dengan ketersediaan pasokan air baku yang sangat terbatas. Hal itulah yang membuat
kondisi air dan sanitasi di Jakarta semakin memburuk.
Seperti yang kita tahu air baku di DKI Jakarta banyak sekali yang sudah tercemar
dengan air limbah, meningkatnya jumlah penduduk mengakibatkan terjadinya degradasi
lingkungan yang menyebabkan volume air limbah meningkat sehingga perlu direncanakan
suatu pembangunan infrastruktur pengelolaan air limbah. Perencanaan infrastruktur
tersebut diharapkan bukan hanya mengelola air limbah supaya tidak mencemari daerah
perkotaan yang padat penduduk namun juga mengelola air limbah tersebut agar dapat
dikonsumsi oleh masyarakat.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah kesenjangan antara kebutuhan dengan
tingkat pelayanan baik di perkotaan maupun pedesaan menyebabkan rendahnya kualitas
penyediaan air bersih di Indonesia. Di mata masyarakat pemenuhan kebutuhan air masih
dianggap sebagai urusan pemerintah sehingga tarif air dituntut rendah dan namun tingkat
kebocoran masih banyak saja ada. Pentingnya air baku harus disesuaikan dengan
ketersediaan cakupan air yang masih terbatas. Untuk itu, perlu dilakukan pengolahan air
limbah dengan teknologi yang mulai diterapkan agar bisa kembali dikonsumsi oleh
masyarakat perkotaan.
Tujuan dari artikel ini adalah penulis merasa perlu mengkaji mengelola air limbah
perkotaan khususnya di DKI Jakarta dengan teknologi agar air limbah yang ada dapat di
konsumsi kembali oleh masyarakat melalui pembangunan infrastruktur Jakarta Severage
System (JSS).
Keyword : air limbah perkotaan, pengelolaan air limbah, pembangunan infrastruktur
pengelolaan air limbah di DKI Jakarta, Jakarta Severage System

Pendahuluan
Menurut peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2020, jenis BMN atau
aset BUMN yang dapat dilakukan pengelolaan aset, meliputi: infrastruktur transportasi,
meliputi kepelabuhanan, kebandarudaraan, perkeretaapian, dan terminal bus; infrastruktur
jalan tol; infrastruktur sumber daya air; infrastruktur air minum; infrastruktur sistem
pengelolaan air limbah; infrastruktur sistem pengelolaan persampahan; infrastruktur
telekomunikasi dan informatika; infrastruktur ketenagalistrikan; dan infrastruktur minyak,
gas bumi, dan energi terbarukan. Penulis mengkhususkan pembahasan pada artikel ini
yaitu mengenai infrastruktur air limbah yang berada di wilayah perkotaan karena semakin
berkurangnya sumber air baku yang tersedia berbanding terbalik dengan peningkatan
penduduk diwilayah perkotaan.
Sebagai ibukota negara, DKI Jakarta telah berkembang sebagai pusat pemerintahan,
bisnis, dan industri. Perkembangan kota yang pesat ternyata tidak diimbangi dengan
perbaikan sistem pembuangan untuk menangani limbah. Kebutuhan air bersih dan air
minum untuk masyarakatnya pun semakin meningkat seiring dengan perkembangan
wilayahnya dan meningkatnya jumlah penduduk. Keadaan tersebut berbanding terbalik
dengan ketersediaan pasokan air baku yang sangat terbatas. Hal itulah yang membuat
kondisi air dan sanitasi di Jakarta semakin memburuk.
Seperti yang kita tahu air baku di DKI Jakarta banyak sekali yang sudah tercemar
dengan air limbah, meningkatnya jumlah penduduk mengakibatkan terjadinya degradasi
lingkungan yang menyebabkan volume air limbah meningkat sehingga perlu direncanakan
suatu pembangunan infrastruktur pengelolaan air limbah. Perencanaan infrastruktur
tersebut diharapkan bukan hanya mengelola air limbah supaya tidak mencemari daerah
perkotaan yang padat penduduk namun juga mengelola air limbah tersebut agar dapat
dikonsumsi oleh masyarakat.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah kesenjangan antara kebutuhan dengan
tingkat pelayanan baik di perkotaan maupun pedesaan menyebabkan rendahnya kualitas
penyediaan air bersih di Indonesia. Di mata masyarakat pemenuhan kebutuhan air masih
dianggap sebagai urusan pemerintah sehingga tarif air dituntut rendah dan namun tingkat
kebocoran masih banyak saja ada. Pentingnya air baku harus disesuaikan dengan
ketersediaan cakupan air yang masih terbatas. Untuk itu, perlu dilakukan pengolahan air
limbah dengan teknologi yang mulai diterapkan agar bisa kembali dikonsumsi oleh
masyarakat perkotaan.
Menurut PP no.21 tentang penyelenggaraan penataan ruang, kawasan perkotaan
adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi
kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa
pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Kawasan perkotaan secara alamiah
akan menghasilkan limbah dalam bentuk air limbah berupa air limbah kakus (greywater)
dan air limbah non kakus (blackwater) serta sampah rumah tangga. Saat ini air limbah
tersebut sudah dikelola secara on site sanitation dengan unit pengelolanya berupa
septiktank dan resapan tanpa ada unit pengolahnya. Pengelolaan semacam ini akan
menimbulkan pencemaran tanah dan air tanah setempat secara sporadic diseluruh kawasan
permukiman. Karena kesulitan mendapatkan suplai air bersih dari sistem air bersih kota,
memaksa masyarakat untuk membuat sumur dangkal dengan mengambil air dari air tanah
bebas yang sangat rentan terhadap pencemaran. Hal ini disebabkan karena luas pekarangan
yang sempit membuat jarak antara sumur (termasuk sumur bor dangkal) dengan resapan
limbah cukup dekat. Saat ini sebenarnya sudah ada unit pengolah air limbah kecil yang
dikenal sebagai biofilter.
Untuk mengatasi tercemarnya tanah dan air tanah di kawasan permukiman, sekarang
sedang dikembangkan dan dipopulerkan sistem pengolah air limbah off site sanitation
skala kecil. Salah satu sistem pengolah air limbah yang sederhana, murah dan mudah
dioperasikan walaupun memerlukan lahan cukup luas adalah Waste Water Garden
(WWG) yang akan menghasilkan air baku layak untuk kegiatan cuci dan siram.
(Poedjowibowo, 2011)
Kajian Pustaka
A. Pengertian
1. Pengertian Managemen Aset Infrastruktur
Pengertian management yaitu ilmu tentang pengelolaan kegiatan berupa
perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengkontrolan untuk mencapai
tujuan yang efektif dan efisien. Pengertian aset dapat diartikan segala sesuatu yang
dimiliki oleh suatu organisasi yang memiliki nilai ekonomi, nulai komersial dan
nilai tukar. Infrastruktur merupakan segala jenis bangunan fisik yang didalamnya
berupa fasilitas teknis, fisik yang dibutuhkan untuk memenuhi kehidupan pribadi
maupun masyarakat.
Manajemen aset infrastruktur adalah suatu program atau pengetahuan untuk
mengelola, suatu infrastruktur agar tetap bisa menjalankan fungsinya dengan baik
dan mengelola aset mereka secara optimal.
2. Pengertian Air Limbah
Berdasarkan keputusan Menperindag RI No. 231/MPP/Kep/7/1997 bahwa
limbah adalah bahan/barang sisa atau bekas dari suatu kegiatan atau proses
produksi yang fungsinya sudah berubah dari aslinya, kecuali yang dapat dimakan
oleh manusia dan hewan. Pengertian limbah menurut WHO yaitu sesuatu yang
tidak berguna, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang yang
berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya.
Pengertian lainnya mengenai limbah, merupakan sisa proses produksi yang
dihasilkan dari industri maupun domestik rumah tangga yang mengganggu
kenyamanan dan keindahan lingkungan.

B. Pengklasifikasian Limbah
1. Limbah berdasarkan wujudnya dibagi menjadi 3, yaitu :
a. Cair
Berbentuk cair yang dihasilkan oleh kegiatan non domestik ataupun domestik
yang dibuang ke lingkungan dan berpotensi mencemari lingkungan.
b. Gas dan partikel
Merupakan jenis yang berbentuk gas dan partikel. Misal : Gas dari kendaraan
bermotor atau gas buangan dari proses pengolahan pada industry
c. Padat
Hasil buangan yang berupa padatan. Misalnya sisa pembuangan dari Rumah
Tangga
2. Limbah berdasarkan sumbernya dapat dikategorikan sebagai berikut :
a. Domestik
Domestik adalah hasil buangan kegiatan rumah tangga, perkantoran, hotel atau
penginapan. Misal: Sampah yang dihasilkan dari pemukiman berupa sampah
makanan, kemasan/ plastik, dan air sisa pembuangan domestik berupa air
buangan dari toilet, kantin, atau air bekas cuci pakaian.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Republik Indonesia Nomor 04/PRT/M/2017 air limbah domestik adalah air
limbah yang berasal dari usaha atau kegiatan pemukiman, rumah makan,
perkantoran, perniagaan, apartemen dan asrama.
Air limbah domestik terdiri atas :
1) air limbah kakus (black water); dan
2) air limbah non kakus (grey water).
b. Non Domestik
Hasil buangan dari usaha atau kegiatan tertentu yang dapat berupa barang yang
sudah tidak layak digunakan, kemasan suatu produk, atau sampingan hasil
produksi pada suatu kegiatan atau usaha. Contoh non domestik: Hasil
pembuangan Industri, Pertanian, Pertambangan, Pariwisata, dan Medis.
3. Limbah berdasarkan sifatnya digolongkan sebagai berikut :
a. Organik
Organik biasanya berbentuk basah merupakan jenis yang berasal dari jasad
hidup sehingga mudah membusuk dan dapat hancur secara alami. Contohnya
adala sisa dapur, daun-daunan, sayur-sayuran, buah-buahan, daging, ikan, nasi,
dan potongan rumput/ daun/ ranting dari kebun. 
b. Anorganik
Anorganik atau kering atau sampah non-hayati merupakan yang sukar atau tidak
dapat membusuk yang tersusun dari senyawa non-organik yang berasal dari
sumber daya alam tidak terbaharui seperti mineral dan minyak bumi, atau dari
proses industri. Misal adalah kemasan plastik, sampah botol kaca, sampah
logam dan kaleng bekas. Sifat utama yang membedakan organik dan anorganik
adalah sebagian non-organik sulit diuraikan  bahkan tidak dapat diuraikan oleh
alam

C. Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik


Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik
Indonesia Nomor 04/PRT/M/2017, Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik
(SPALD) terbagi dua yaitu Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik Terpusat
(SPALD-T) dan Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik Setempat (SPALD-S).
1. SPALD Setempat yang selanjutnya disebut SPALD-S adalah sistem pengelolaan
yang dilakukan dengan mengolah air limbah domestik di lokasi sumber, yang
selanjutnya lumpur hasil olahan diangkut dengan sarana pengangkut ke Sub-
sistem Pengolahan Lumpur Tinja.
2. SPALD Terpusat yang selanjutnya disebut SPALD-T adalah sistem pengelolaan
yang dilakukan dengan mengalirkan air limbah domestik dari sumber secara
kolektif ke Sub-sistem Pengolahan Terpusat untuk diolah sebelum dibuang ke
badan air permukaaan.

Metodologi Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi literatur, menggunakan
metoda penelusuran pustaka dan informasi dari buku, jurnal, laporan penelitian dan
internet. Materi yang dihimpun mencakup kajian tentang: 1) air limbah perkotaan; 2)
Pengelolaan air limbah dan; 3) pembangunan infrastruktur pengelolaan air limbah di DKI
Jakarta dan 4) Jakarta Severage System (JSS). Keempat materi kajian tersebut dielaborasi
untuk mendapatkan model pengelolaan limbah rumah tangga dalam lingkungan
permukiman secara terpadu. Dilakukan dengan melakukan studi kepustakaan yang
berisikan informasi terutama bahan pustaka, melalui literatur dari buku pustaka dan karya
ilmiah. Metode kepustakaan adalah penelitian yang dilakukan dengan cara membaca buku-
buku atau sumber data lainnya dalam perpustakaan dengan cara menghimpun data.
Pada penelitian ini penulis menggunakan sumber data sekunder dengan pendekatan
penelitian kualitatif, yaitu penelitian yang sistematis yang digunakan untuk mengkaji atau
meneliti suatu objek pada latar alamiah tanpa ada manipulasi di dalamnya dan tanpa ada
ujian hipotesis. Data sekunder yang digunakan adalah buku-buku, jurnal dan hal-hal lain
yang masih relevan dengan permasalahan yang menjadi objek penelitian ini. Data
sekunder adalah data yang didapat dari pihak lain tidak diperoleh dari sumber
penelitiannya.
Ada tiga tahapan yang akan digunakan dalam pemilihan jurnal: 1) penggunaan kata
kunci; 2) memilih artikel yang berhubungan dengan judul yang dibahas; 3) studi literatur
dan mencari faktor yang berpengaruh. Dalam pencarian jurnal, beberapa database yang
digunakan antara lain: Google Scholar.
Studi literatur ini berfokus pada argumen serta ide-ide dalam suatu bidang studi
yang berisi mengenai kesenjangan dari suatu teori dan kasus serta untuk mengetahui
kelemahannya. Teori-teori yang telah dikumpulkan akan mendukung topik dalam
penelitian ini, lalu data akan dikelola dan dikaitkan dengan teori yang relevan. Sehingga,
akan menghasilkan sebuah konsep dalam menyelesaikan penelitian ini.

Pembahasan
Meningkatnya pertumbuhan penduduk dan perkembangan ekonomi di DKI Jakarta
apabila tidak diimbangi dengan sistem pengelolaan air limbah yang baik dapat
menimbulkan permasalahan lingkungan dan kesehatan bagi masyarakat. Salah satu upaya
Pemprov DKI Jakarta dalam meningkatkan pengelolaan air limbah di DKI Jakarta dengan
melaksanakan kegiatan Pembangunan Jakarta Sewerage System (JSS) sebanyak 15 Zona
(Zona 0 sebagai zona eksisting) yang berperan sebagai Sistem Pengelolaan Air Limbah
Domestik Terpusat (SPALD-T) di DKI Jakarta. Proyek bertujuan untuk meningkatkan
kualitas lingkungan melalui pelayanan air limbah domestik yang berkualitas di DKI
Jakarta. Proyek ini merupakan salah satu prioritas pembangunan infrastruktur air limbah di
DKI Jakarta yang diharapkan dapat melayani 80% populasi pada Kawasan Pluit dan
ditargetkan dapat beroperasi dalam 54 bulan kedepan.
Proyek Pembangunan Jakarta Sewerage System (JSS) berperan sebagai Sistem
Pengelolaan Air Limbah Domestik Terpusat (SPALD-T) di DKI Jakarta yaitu sistem
pengelolaan yang dilakukan dengan mengalirkan air limbah domestik dari sumber yang
dialirkan melalui sistem perpipaan menuju ke sub-sistem pengolahan terpusat untuk
dilakukan pengolahan sehingga dapat memenuhi standar baku mutu, penggunaan
septictank pun akan semakin berkurang dan mengurangi pencemaran limbah air. Tak hanya
itu, dengan sistem terpusat ini juga air limbah akan secara otomatis ditarik melalui pipa ke
dalam waste water. Jadi semuanya nanti dengan perpipaan, masuk dan diolah disitu
selanjutnya masuknya ke Paljaya (Perumda).
Pembangunan SPALD-T merupakan salah satu solusi penanganan pencemaran air
di DKI Jakarta. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sudah mempersiapkan perizinan,
anggaran dan paket pekerjaan konstruksi jaringan perpipaan sehingga progresnya dapat
segera dijalankan. Tahap Perencanaan pembangunan SPALD-T skala perkotaan melalui
pembangunan JSS 5 zona prioritas dari total 15 zona. Dimana 5 Zona prioritas dan lokasi
IPAL antara lain :
 Zona 1 : Kawasan Waduk Pluit kapasitas 240.000 meter3/hari
 Zona 2 : Kawasan Waduk Muara Angke
 Zona 5 : Kawasan Waduk Sunter Utara
 Zona 6 : Kawasan IPLT Duri Kosambi
 Zona 8 :  Kawasan Waduk Marunda (dalam perencanaan)
Total biaya proyek di Zona 1 sekitar Rp 8 Triliun sedangkan pengembangan Zona 6
akan membutuhkan biaya sebesar sekitar Rp 5 Triliun. Proyek Paket 1 Construction of
Wastewater Treatment Plan (WWTP) JSDP Zone 1 dilakukan lewat kerja sama antara
Balai Prasarana Permukiman Wilayah Jakarta Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat (PUPR) dengan penyedia jasa konstruksi yaitu Obayashi, Wijaya Karya
(WIKA), Jaya Konstruksi (JAKON), JFE Engineering Join Venture senilai Rp3,3 triliun.
Adapun, estimasi pengerjaannya dilakukan selama 78 bulan atau rampung pada 2028
mendatang. Dengan menggandeng penyedia jasa konstruksi dari Jepang, proyek ini akan
melayani 989.389 jiwa atau 220.000 SR.
Zona 1 merupakan pembangunan sistem pengolahan limbah terpusat yang terdiri
dari: 1) Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL); 2) Sistem perpipaan; 3) Sambungan
rumah, dengan cakupan wilayah seluas 4.901 Ha. IPAL Zona 1 akan dibangun di Pluit
dengan kapasitas rata-rata 198.000 m3 per hari. Proyek ditargetkan dapat menyediakan
pelayanan pengelolaan air limbah domestik hingga 80% dari populasi penduduk DKI
Jakarta. Zona 1 akan terbagi dalam enam paket pekerjaan konstruksi dimana 4 paket
menjadi kewenangan Kementerian PUPR melalui dana pinjaman luar negeri dan paket
lainnya menjadi kewenangan Pemprov DKI Jakarta melalui dana APBD.
Proyek ini wujud dukungan WIKA untuk peningkatan kesehatan masyarakat
Jakarta yang bebas limbah melalui pembangunan sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat.
WIKA memiliki porsi sebesar 20%. WIKA akan mengerjakan JSDP Zona 1 yang berlokasi
di Pluit, Jakarta Utara. Targetnya akan melayani 3 Kota Administrasi yaitu Jakarta Pusat,
Jakarta Barat dan Jakarta Utara. Lingkup pekerjaan WIKA dalam proyek ini berupa
pengerjaan konstruksi stasiun pompa menggunakan pneumatic caisson, dan untuk sistem
pengolah limbah. Desainnya menggunakan teknologi A2O+ Membrane Bio Reactor
dengan high rate filter. Tahap Perencanaan pembangunan SPALD-T skala perkotaan
melalui pembangunan JSS 5 zona prioritas dari total 15 zona.
Zona 1 merupakan pembangunan sistem pengolahan limbah terpusat yang terdiri
dari: 1) Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL); 2) Sistem perpipaan; 3) Sambungan
rumah, dengan cakupan wilayah seluas 4.901 Ha

Kesimpulan
Perkembangan kota yang pesat ternyata tidak diimbangi dengan perbaikan sistem
pembuangan untuk menangani limbah. Kebutuhan air bersih dan air minum untuk
masyarakatnya pun semakin meningkat seiring dengan perkembangan wilayahnya dan
meningkatnya jumlah penduduk. Seperti yang kita tahu air baku di DKI Jakarta banyak
sekali yang sudah tercemar dengan air limbah, meningkatnya jumlah penduduk
mengakibatkan terjadinya degradasi lingkungan yang menyebabkan volume air limbah
meningkat sehingga perlu direncanakan suatu pembangunan infrastruktur pengelolaan air
limbah. Perencanaan infrastruktur tersebut diharapkan bukan hanya mengelola air limbah
supaya tidak mencemari daerah perkotaan yang padat penduduk namun juga mengelola air
limbah tersebut agar dapat dikonsumsi oleh masyarakat.
Menurut peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2020, Infrastruktur
pengelolaan air limbah merupakan salah satu jenis Barang Milik Negara (BMN) atau aset
BUMN, untuk itu salah satu upaya menangani masalah air limbah dan pemenuhan
kebutuhan Pemprov DKI Jakarta mengembangkan suatu teknologi pengelolaan air limbah
berupa pembangunan pembangunan Jakarta Sewerage System (JSS) sebanyak 15 Zona
(Zona 0 sebagai zona eksisting) yang berperan sebagai Sistem Pengelolaan Air Limbah
Domestik Terpusat (SPALD-T) di DKI Jakarta. Proyek ini bertujuan untuk meningkatkan
kualitas lingkungan melalui pelayanan air limbah domestik yang berkualitas di DKI
Jakarta.
Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik Terpusat (SPALD-T) di DKI Jakarta yaitu
sistem pengelolaan yang dilakukan dengan mengalirkan air limbah domestik dari sumber
yang dialirkan melalui sistem perpipaan menuju ke sub-sistem pengolahan terpusat untuk
dilakukan pengolahan sehingga dapat memenuhi standar baku mutu, penggunaan
septictank pun akan semakin berkurang dan mengurangi pencemaran limbah air

Daftar Pustaka
https://indonesiabaik.id/infografis/pengelolaan-air-limbah-jakarta-1
https://www.kompas.com/properti/read/2022/12/22/200000821/demi-jakarta-kementerian-
pupr-garap-5-paket-proyek-pengelolaan-air
https://kppip.go.id/proyek-prioritas/air-dan-sanitasi/pengolahan-air-limbah-jakarta/
https://dsda.jakarta.go.id/submenu/jakartaseweragesistem(jss)
https://ekonomi.bisnis.com/read/20221222/45/1611264/jakarta-bakal-punya-layanan-air-
limbah-terpusat-bagaimana-tarifnya
https://investasi.kontan.co.id/news/wika-ambil-bagian-dalam-proyek-pengelolaan-air-
limbah-jakarta-senilai-rp-333-triliun
https://investor.id/business/317156/wika-dan-jkon-ketiban-rezeki-dari-proyek-
pengelolaan-air-limbah-jakarta-rp-33-t
Poedjowibowo, D. (2011). Infrastruktur Limbah Terpadu Dalam Taman Lingkungan
Permukiman. Jurnal Lanskap Indonesia, 3(2), 90–96.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor
04/PRT/M/2017

Anda mungkin juga menyukai