Anda di halaman 1dari 21

Tugas 6

PENELITIAN EVALUASI PROGRAM

EVALUASI PENERAPAN PROGRAM BADAN LAYANAN USAHA


DAERAH ( BLUD ) PADA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DI
DKI JAKARTA

Nama : Hana Dwi Windayati

NIM : 1517822012

Kelas : Reguler

PROGRAM STUDI S2 PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2022

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ..………………………………………………………………….2

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah …….……………………………………………….…..3


B. Fokus Masalah ....…………………………………………………….…5
C. Perumusan Masalah …………………………………………………….…..5
D. Kegunaan Penelitian …………………………………………………………6

BAB II KAJIAN TEORITIK

A. Konsep Evaluasi Program …………………….…………………………………..7


B. Konsep Program/ Kebijakan Yang Di Evaluasi ……………………………….7
C. Model Evaluasi Program ….…...……………….…………………………….11
D. Hasil Penelitian Yang Relevan ………..….…………………….……………. 12
E. Kriteria Evaluasi ……………………………………………………………...13

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian ………………………...……………….……………….13


B. Tempat dan Waktu Penelitian …..…………….………….…………………….13
C. Pendekatan, Metode dan Desain Penelitian ……..……………………………..13
D. Instrumen Penelitian ………………………………………………………….14
E. Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data ………………………………………….14
F. Teknik Analisis Data ………………………………………………………….18

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………….17

2
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


SMK merupakan lembaga pendidikan formal yang mempersiapkan lulusannya
siap bekerja, berwirausaha, dan melanjutkan ke jenjang lebih tinggi. Sebagai sekolah
kejuruan, setiap SMK dilengkapi dengan fasilitas pembelajaran sesuai dengan
kompetensi keahlian yang ada, seperti tempat praktik atau bengkel, laboratorium,
peralatan dan perabot serta sarana penunjang lainnya termasuk aula, kantin dan lain
sebagainya. Selain hal tersebut, tenaga pendidik SMK juga disiapkan secara khusus
sehingga mempunyai kualifikasi sebagai pengajar dengan kompetensi keahlian yang
akan diampunya. Pembelajaran praktik pada SMK merupakan aspek utama yang
mampu meningkatkan kompetensi peserta didik sesuai dengan kebutuhan lapangan
kerja, sehingga keberadaanya selalu dikembangkan untuk menyesuaikan dengan
perubahan yang ada, baik teknologi maupun struktur ketenagakerjaannya.
Guna meningkatkan kompetensi siswa, pemerintah mendorong sekolah
menengah kejuruan (SMK) yang memperoleh bantuan revitalisasi mengubah bentuk
jadi badan layanan umum daerah (BLUD). Dorongan mengubah SMK menjadi
BLUD ini diarahkan kepada pemerintah provinsi yang menjadi penanggungjawab
pendidikan menengah kejuruan.
Sementara SMK yang baik untuk diubah menjadi BLUD itu salah satu
persyaratannya sudah memiliki workshop atau bengkel teaching factory ( TEFA )
Melalui BLUD, maka teaching factory SMK akan melatih siswa untuk dapat
melakukan proses produksi selayaknya industri. Inovasi yang diciptakan para pelajar
SMK ini tidak hanya menjadi pajangan praktik saja namun produk yang mampu
dipasarkan sesuai standar industri. SMK yang memiliki produk-produk unggulan
dapat mengelola proses produksi di teaching factory secara lebih fleksibel tanpa
melanggar peraturan. Kemendikbud terus mendorong SMK yang layak untuk
menjadi BLUD. Sesuai dengan kewenangan, maka regulasi ditetapkan oleh
pemerintah daerah, yakni gubernur.
Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK BLUD)
adalah sebuah paradigma baru dalam pengelolaan keuangan negara. Hal tersebut
merupakan wujud reformasi dalam pengelolaan keuangan negara.
3
Paket Undang-Undang Keuangan Negara memberikan koridor baru dalam
pengelolaan keuangan negara yang memiliki basis kinerja dan penganggaran. Pola
pengelolaan BLUD memberikan fleksibilitas berbentuk keleluasaan untuk
menerapkan praktik bisnis yang sehat. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan layanan
kepada masyarakat.

Jika ditinjau dari persyaratan substantif untuk menerapkan PPK-BLUD, setiap


SKPD atau Unit Kerja SKPD harus merupakan penyedia barang dan atau jasa
layanan umum. Termasuk layanan dalam bidang pendidikan, kesehatan,
perdagangan, transportasi, kebersihan, pariwisata, dan penyediaan pupuk/bibit. Bisa
disimpulkan bahwa Unit Kerja SKPD yang berada di bawah dinas pendidikan sangat
memiliki peluang untuk menerapkan PPK-BLUD. Dengan catatan, unit tersebut
harus mampu menciptakan pendapatan sendiri di luar APBD. Nah, salah satu Unit
Kerja SKPD yang berada di bawah dinas pendidikan adalah Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK).

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional


pasal 48 menyebutkan bahwa “Pengelolaan dana pendidikan berdasarkan pada
prinsip keadilan, efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas publik”. Berhubungan
dengan hal itu, maka kepala sekolah mempunyai peran yang sangat penting. SMK
tidak hanya dipandang sebagai sebuah lembaga pendidikan saja. Namun, SMK juga
harus bisa dipandang sebagai sebuah korporat yang membutuhkan manajemen secara
menyeluruh yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengajaran,
pengawasan, kekayaan, keuangan, pengembangan, SDM, pemasaran, dan lain
sebagainya.

Muhadjir Effendy, selaku Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia yang


menjabat pada 2016-2019 mendorong SMK untuk membentuk BLUD untuk
melayani jual-beli produk hasil karya siswanya ke publik. Secara umum, tujuan
BLUD adalah untuk meningkatkan kualitas pelayanan, memajukan kesejahteraan
umum, dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
Pembentukan BLUD dipandang signifikan bagi SMK yang sudah mampu
mengembangkan Teaching Factory (TEFA) dan untuk SMK yang telah menerima
bantuan revitalisasi dari Pemerintah Pusat. Hasil dari SMK BLUD ini nantinya bisa
digunakan untuk pengembangan dan pemeliharaan SMK. Tidak hanya itu, melalui

4
BLUD, SMK yang mempunyai berbagai produk unggulan juga dapat mengelola
produksi di TEFA dengan lebih fleksibel. Kelebihan sekolah yang sudah menjadi
BLUD adalah sekolah dapat menggunakan hasil praktik kerja siswa, maupun hasil
usaha sekolah secara langsung.

B. Fokus Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukanan diatas, maka
masalah evaluasi yang akan dilakukan dibatasi pada penerapan program BLUD pada
SMK negeri di DKI Jakarta. Ruang lingkup peneliti adalah SMK Negeri di Jakarta
yang telah menjalankan program BLUD diantaranya SMKN 36, SMKN 26, SMKN
27 dan SMKN 57

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang dan fokus masalah diatas, maka penulis
merumuskan masalah sebagai berikut :
a. Apakah tujuan yang ingin dicapai pada program BLUD yang dijalankan di SMK
negeri di Jakarta?
b. Apakah program BLUD di SMK Negeri di Jakarta relevan dengan peningkatan
skill dan kompetensi siswa SMK?
c. Apakah program BLUD di SMK negeri di Jakarta dapat meningkatkan hasil
unit produksi melalui teaching factory di sekolah?
d. Apakah program BLUD dapat membuat SMK negeri di Jakarta menjadi SMK
mandiri dalam hal pengelolaan keuangan

D. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini memiliki manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis. Adapun
manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Akademis
1. Untuk mengetahui sejauh mana keberadaan program BLUD dalam mewadahi
kompetensi yang dimiliki siswa SMK
2. Untuk mengetahui implementasi pembelajaran TEFA dan PJBL yang menjadi
wadah simulasi industri bagi peserta didik dalam mengasah kompetensinya
melahirkan berbagai produk unggulan yang akan dipasarkan di masyarakat

5
b. Manfaat Praksis
1. Untuk menambah wawasan mengenai konsep dan implementasi proses
pembelajaran TEFA di SMK
2. Sebagai pengetahuan dan masukan bagi para guru, dan praktisi lainnya yang
berkecimpung dalam dunia pendidikan mengenai bagaimana pedoman
pengembangan BLUD, bagaimana penerapan BLUD SMK yang fleksibel,
prosedur penyusunan dokumen BLUD SMK
3. Untuk mengetahui peningkatan kualitas sumber daya manusia, dan sarana
dan prasarana yang dimiliki oleh SMK

6
BAB II
KAJIAN TEORITIK

A. Konsep Evaluasi Program


1. Pengertian Evaluasi Program

Istilah evaluasi mempunyai arti yang berhubungan, masing-masing


menunjuk pada aplikasi beberapa skala nilai terhadap hasil kebijakan dan
program. Secara umum, istilah evaluasi sapat disamakan dengan penaksiran
(appraisal), pemberian angka (ratting) dan penilaian (assessment) kata-kata
yang menyatakan usaha untuk menganalisis hasil kebijakan dalam arti satuan
nilainya. Dalam arti yang lebih spesifik, evaluasi berkenaan dengan produksi
informasi mengenai nilai atau manfaat hasil kebijakan.
Menurut Koyan dan Agung (2012:5), Evaluasi adalah suatu prose
kegiatanpengumpulan data, analisis data, dan penarikan kesimpulan berdasarkan
suatu acuan tertentu atau kreteria tertentu. Program adalah sesuatu yang
direncanakan dan akan dilaksanakan. Menurut Suharsimi dan Abdul Jabar
(2009:2), Evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang
bekerjanya sesuatu yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk
menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil sebuah keputusan.
Evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang
bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk
menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan. Sedangkan
program adalah suatu rencana yang melibatkan berbagai unit yang berisi
kebijakan dan rangkaian kegiatan yang harus dilakukan dalam kurun waktu
tertentu.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa evaluasi program adalah
suatu unit atau kesatuan kegiatan yang bertujuan mengumpulkan informasi
tentang realisasi atau implementasi dari suatu kebijakan, berlangsung dalam
proses yang berkesinambungan, dan terjadi dalam suatu organisasi yang
melibatkan sekelompok orang guna pengambilan keputusan.
2. Ruang Lingkup Evaluasi Program

Menurut Koyan dan Agung (2012:11-12) Ruang lingkup penilai dalam


bidang pendidikan mencakup aspek-aspek yang luas, yakni mencakup
7
komponen- komponen dalam system pendidikan (konteks, masukan mentah,
kurikulum, guru, sarana dan biaya, proses lingkungan fisik, lingkungan social,
proses pembelajaran,keluaran dan dampak hasil belajar).
Evaluasi program pendidkan yang mencakup salah satu komponen atau
beberapa komponen pendidikan tersebut. Dalam kaitan ini, evaluator atau
penilai program harus mengadakan analisis program untuk menentukan aspek-
aspek atau komponen-komponen yang harus dimasukkan ke dalam penilaian.
Komponen- komponen tersebut dapat dikelompokkan menjadi 4 kategori, yaitu:
a. Tujuan program
Tujuan program merupakan suatu yang pokok dan harus menjadi pusat
perhatian oleh evaluator. Tujuan program memberi petunjuk tentang
keluaran yang akan dicapai oleh program tersebut. Tujuan program dapat
dirumuskan dalam berbagai cara dan berbagai tingkat kecermatan (tujuan
umum, tujuan khusus, tujuan jangka pangjang-menengah-pendek).
b. Sumber
Sumber adalah personil, peralatan, ruangan, dan lain-lain barang yang
,mempengaruhi satuan harga pelaksanaan program.
c. Prosedur
Prosedur adalah teknik, strategi, dan lain-lain proses yang digunakan dalam
rangka memanfaatkan berbagi sumberuntuk mencapai tujuan program
d. Manajemen
Manajemen ialah proses mengintegrasikan sumber-sumber yang tidak
berhubungan menjadi sistem total untuk menyelesaikan suatu tujuan. Yang di
maksud sumber disini mencakuporang-orang, alat-alat, media bahan-bahan,
uang, sarana dan prasarana semuanya diarahkan dan di koordinasi untuk
mencapai tujuan. Semua program mempunyai suatu sistem menajemen untuk
memonitor sumber-sumber atau prosedur dalam rangka mencapai tujuan
program.

B. Konsep Program/ Kebijakan Yang Dievaluasi


1. Badan Layanan Usaha Daerah (BLUD)
BLUD SMK adalah Unit Kerja pada Satuan Kerja Perangkat Daerah di
lingkungan pemerintah daerah provinsi yang dibentuk untuk memberikan

8
pelayanan kepada masyarakat terutama peserta didik, berupa penyediaan barang
dan/atau jasa tanpa mengutamakan mencari keuntungan. BLUD SMK dalam
melakukan kegiatannya harus didasarkan pada prinsip efisiensi, efektivitas, dan
produktivitas
Menurut Pedoman Penyusunan Pola Tata Kelola BLUD SMK, BLUD
adalah instansi di lingkungan daerah yang dibentuk untuk memberikan
pelayanan kepada masyarakat. Pelayanan ini dapat berbentuk penyediaan barang
dan/atau jasa yang dijual dengan prinsip efisien dan produktivitas tanpa
mengutamakan mencari keuntungan.
Salah satu pelayanan publik yang bisa menjadi BLUD adalah pelayanan
pendidikan. Berarti, dapat kita simpulkan bahwa SMK BLUD sendiri adalah
SMK yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berbentuk
penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual dengan prinsip efisien dan
produktivitas tanpa mengutamakan mencari keuntungan.

Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2016 tentang Revitalisasi SMK untuk


meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia Indonesia, salah satu amanatnya
adalah perlunya revitalisasi SMK secara komprehensif untuk menghasilkan
lulusan SMK yang kompeten, yang berdaya saing dan siap menghadapi
tantangan dan dinamika perkembangan nasional maupun global.
Kemdikbudristek telah dan akan terus mengupayakan upaya revitalisasi dan
transformasi dan pendidikan vokasi yabg hari ini fokusnya diarahkan pada
penguatan softskills, karakter, serta nilai-nilai profil pelajar pancasila
diselaraskan dengan rencana pengembangan SDM dalam lingkup nasional.

Peningkatkan kualitas dan daya saing lulusan SMK secara terus menerus
didorong dalam penguatan link and match dengan dunia kerja, melalui strategi
utama 8+i, yaitu:

a. Kurikulum disusun bersama dunia kerja;

b. Pembelajaran berbasis projetc riil dari dunia kerja;

c. Jumlah dan peran guru/instruktur dari dunia kerja minimum mencapai 50


jam/semester/minggu;

d. Praktik kerja lapangan/industri minimal 1 semester;

9
e. Sertifikat kompetensi sesuai dengan standar dan kebutuhan dunia kerja;

f. Update teknologi dan pelatihan bagi guru/instruktur secara rutin dari dunia
kerja;

g. Riset terapan mendukung teaching factory;

h. Komitmen serapan lulusan oleh dunia kerja; dan

i. Berbagai kemungkinan kerja sama dengan dunia kerja, antara lain: beasiswa
dan/atau ikatan dinas, donasi dalam bentuk peralatan laboratorium atau
dalam bentuk lainnya.

Salah satu penguatan link and match dengan dunia kerja adalah penerapan
pembelajaran teaching factory di SMK. TeFa merupakan model atau sistem
pembelajaran, dimana untuk memastikan peserta didik kompeten, pembelajaran
praktik dirancang dan diimplementasikan untuk menghasilkan produk, baik
barang maupun jasa yg berstandar industri dan bermanfaat bagi masyarakat.
Selain Tefa, SMK juga memiliki Unit Produksi (UP) dan potensi aset sekolah
yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. UP dan penyewaan aset bertujuan
mendapatkan pemasukan secara finansial dan pada umumnya dikerjakan oleh
guru atau tenaga dari eksternal. Selain itu produk TeFa yang hadir harus bisa
menjawab kebutuhan dunia kerja, yang artinya sebelum pembuatan perlu ada
riset market mempelajari pasar atau masyarakat membutuhkan produk seperti
apa. Hilirisasi hasil riset terapan melalui TeFa adalah salah satu bentuk
implementasi project-based learning yang harus disinergikan dengan link and
match dunia kerja, kesemuanya ini akan mendukung ekosistem pendidikan
vokasi yang betul betul sesuai kebutuhan nyata dan mampu menjadi solusi.

Pelaksanaan TeFa, UP, dan sewa aset menggunakan fasilitas negara, SDM,
siswa, dan proses pemanfaatan oleh masyarakat melalui transaksi administrasi
dan keuangan layaknya badan usaha, dengan demikian keberadaanya perlu
diatur dengan tata kelola yang dapat memayungi semua kegiatan tersebut secara
hukum.

Payung hukum yang mengatur suatu institusi pemerintah dapat berfungsi


dan beroperasi layaknya badan usaha adalah Badan Layanan Umum Daerah

10
(BLUD) seperti diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri)
Nomor 79 Tahun 2018 tentang Badan Layanan Umum Daerah.

Penerapan BLUD di SMK diharapkan dapat mendorong sekolah menjadi


fleksibel dan transparan dalam pengelolaan keuangannya, serta mewujudkan
sekolah yang mandiri dan merdeka, sehingga mampu menghasilkan tamatan
yang memiliki softskills, hardskills, dan karakter unggul, serta berdaya saing
tinggi, baik di tingkat nasional maupun internasional

Keunggulan yang utama pada SMK BLUD adalah adanya fleksibilitas


dalam pola pengelolaan keuangan sebagai pengecualian dari ketentuan
pengelolaan daerah pada umumnya. Permendagri Nomor 79 Tahun 2018
menggarisbawahi bahwa fleksibilitas keuangan berupa keleluasaan dalam pola
pengelolaan dengan mengimplementasikan bisnis yang sehat. Artinya,
memberikan dan meningkatkan layanan kepada masyarakat tanpa mencari
keuangan.

Bisa ditarik kesimpulan bahwa penerapan BLUD pada SMK mempunyai


dua hal pokok: tidak dituntut untuk mencari keuangan dan menjalankan praktik
bisnis yang sehat.

Syarat Menerapkan BLUD pada SMK :

1. Syarat Substantif

Permendagri Nomor 79 Tahun 2018, persyaratan substantif dapat terpenuhi


apabila tugas dan fungsi Unit Pelaksana Teknis Dinas/Badan Daerah bersifat
operasional dalam menyelenggarakan layanan umum yang menghasilkan
barang/jasa publik

2. Syarat Teknis

- Memiliki potensi untuk meningkatkan penyelenggaraan pelayanan


secara efisien, efektif, dan produktif

- Memiliki spesifikasi teknis yang terkait langsung dengan layanan umum


masyarakat
- Berpotensi meningkatkan layanan kepada masyarakat dan kinerja
keuangan apabila dikelola dengan menerapkan BLUD

11
3. Syarat Administratif

- Surat pernyataan kesanggupan peningkatan kinerja


- Pola tata kelola
- Rencana strategis
- Standar pelayanan minimal
- Laporan keuangan atau proyeksi keuangan
- Laporan audit terakhir atau pernyataan bersedia untuk diaudit oleh
pemeriksa eksternal pemerintah

C. Model Evaluasi Program


Beberapa model evaluasi program yang dapat digunakan dapat
dikelompokkan seperti dikemukakan Isaac & Michael (Soenarto, 1995) yaitu:
1. Goal Oriented Evaluation Model, dikembangkan oleh Tyler. Evaluasi dalam
bidang pendidikan, memfokuskan diri pada assessmen terhadapperkembangan
belajar mahasiswa dan efektifitas pengembangan pembelajaran.
2. Decision Oriented Evaluation Model, dikembangkan oleh Stufflebeam, D.L.
(CIPP). Evaluasi menitikberatkan pada penilaian program dan penyajian
informasi untuk pembuatan keputusan.
3. Transactional Evaluation Model, dikembangkan oleh Stake, R.E. Evaluasi
program memfokuskan pada proses suatu program (aktifitas organisasi) dan
penilaian terhadap pelaku program.
4. Goal-Free Evaluation, dikembangkan oleh Scrifen, M. Evaluasi akan mengukur
dan menilai pengaruh program berdasarkan standar menurut kerangka kerja yang
telah ditentukan (secara eksternal).
5. Evaluation Research Model, dikembangkan oleh Campbell, D.; Cooley, W.W.&
Lohnes, P.R. Evaluasi memfokuskan pada pengaruh pendidikan dan peningkatan
strategi pembelajaran.
6. Adversary Evaluation, dikembangkan oleh Levine, M.; Owens, T. R. Evaluasi
akan menyajikan informasi untuk menyelesaikan masalah (yang terbaik) dari
dua atau lebih alternative interpertasi terhadap nilai yang dipandang dari dua
program dengan akses data yang sama.

12
Salah satu model yang akan digunakan adalah model CIPP (Context, Input, Process,
Product). Terdapat empat dimensi yaitu dimensi konteks, dimensi Input, dimensi
proses dan dimensi produk, yang memiliki keunikan yaitu pada setiap tipe evaluasi
terkait pada perangkat pengambil keputusan yang menyangkut perencanaan dan
operasional sebuah program. Keunggulan model CIPP memberikan suatu format
evaluasi yang komprehensif pada setiap tahapan evaluasi yaitu tahap konteks,
masukan, proses, dan produk.

a. Evaluasi Konteks (context)

Dimaksud untuk menilai kebutuhan, masalah, asset dan peluang guna membantu
pembuat kebijakan. Evaluasi konteks adalah upaya untuk menggambarkan dan
merinci lingkungan, kebutuhan yang tidak terpenuhi, populasi dan sampel yang
dilayani dan tujuan proyek. Evaluasi konteks dimulai dengan melakukan analisis
konseptual dalam mengidentifikasikan dan merumuskan domain yang akan
dinilai dan kemudian diikuti dengan analisis empiris tentang aspek-aspek yang
dinilai: melalui survey, tes dan sebagainya
b. Evaluasi Masukan (input)
Merupakan pertimbangan tentang sumber dan strategi yang diperlukan untuk
mencapai tujuan umum dan khusus. Informasi-informasi yang terkumpul selama
tahap penilaian hendaknya dapat digunakan sebagai pengalamam keputusan
untuk menentukan sumber dan strategi didalam keterbatasan dan hambatan yang
ada. Evaluasi masukan boleh mempertimbangkan sumber tertentu apabila
sumber- sumber tersebut terlalu sulit untuk pengadaannya atau tidak tersedia,
sehingga ada alternatif lain yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan
program.
c. Evaluasi Proses
Meliputi koleksi data penilaian yang telah ditentukan (dirancang) dan diterapkan
didalam praktek (operasi). Tanpa mengetahui catatan tentang data pelaksanaan
program tidaklah mungkin mengambil keputusan menentukan tindak lanjut
program apabila waktu sudah berakhir. Tujuannya adalah membantu
penanggung jawab untuk memantau atau monitor agar lebih mudah mengetahui
kelemahan-kelemahan program dari berbagai aspek yang selanjutnya dapat
digunakan untuk melakukan remedi. Evaluasi proses dalam model CIPP
menunjukkan “apa” (what) kegiatan yang dilakukan dalam program, “siapa”
13
(who) orang yang ditunjuk sebagai penanggung jawab program, “kapan” (when)
kegiatan akan selesai. Dalam model CIPP, evaluasi proses diarahkan,
seberapa jauh kegiatan yang dilaksanakan didalam program sudah terlaksana
sesuai dengan rencana.
d. Evaluasi Produk
Merupakan penilaian yang dilakukan oleh dosen dalam mengukur keberhasilan
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Pengukuran tujuan tersebut
dikembangkan dan diadministrasikan, sehingga data yang diperoleh sangat
berguna bagi dosen dalam menentukan apakah program diteruskan, dimodifikasi
atau diperbaiki. Evaluasi hasil berfungsi untuk membantu dosen selaku
penanggung jawab dalam mengambil keputusan untuk meneruskan,
memodifikasi, atau memperbaiki program perkuliahan. Evaluasi hasil
memerlukan perbandingan antara hasil program dengan tujuan yang telah
ditetapkan. Hasil yang dinilai dapat berupa skor tes, data observasi, ataupun
lainnya.

D. Hasil Penelitian Yang Relevan


Adapun karya-karya ilmiah yang menjadi acuan bagi penulis yang berkaitan
dengan penyusunan penelitian evaluasi program adalah Tesis yang ditulis oleh
Kenyo Mitrajati, S.S, Mahasiswi Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri
Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2014, dengan judul: “Evaluasi Program
Drapping”. Jenis penelitian tesis ini adalah penelitian evaluasi program gabungan
antara penelitian kuantitatif dan kualitatif.

Tesis karya Malihatul „Azizah, Mahasiswi Program Pascasarjana Universitas Islam


Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2014, yang berjudul “Evaluasi Program
Sekolah Terhadap Pelaksanaan KTSP Pada Aspek Konteks, Input, Proses, Output,
dan Outcome ”.

Jurnal karya Lestari, Technopark tahun 2016, yang berjudul “Efektivitas pelaksanaan
teaching factory siswa sekolah menengah kejuruan (smk) di solo”. Penelitian
evaluasi ini dengan menggunakan pendekatan model evaluasi CIPP

14
E. Kriteria Evaluasi
Program adalah suatu rencana yang melibatkan berbagai unit yang berisi
kebijakan dan rangkaian kegiatan yang harus dilakukan dalam kurun waktu tertentu
untuk diimplementasikan di lapangan. Sedangkan evaluasi program bertujuan untuk
mengumpulkan informasi berkenaan dengan implementasi program yang
dipergunakan untuk melakukan kegiatan tindak lanjut atau pengambilan keputusan.
Kegiatan evaluasi/supervisi dimaksudkan untuk mengambil keputusan atau
melakukan tindak lanjut dari program yang telah dilaksanakan. Manfaat dari evaluasi
program dapat berupa penghentian program, merevisi program, melanjutkan
program, dan menyebarluaskan program

15
BAB III
METODELOGI PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian
Berdasarkan dari rumusan masalah yang ada, maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui tujuan yang ingin dicapai pada program BLUD yang
dijalankan di SMK Negeri
2. Untuk mengetahui relevansi program BLUD terhadap peningkatan skill dan
kompetensi siswa
3. Untuk mengetahui peningkatan hasil unit produksi melalui teaching factory di
sekolah pada SMK yang sudah menjalankan program BLUD
4. Untuk mengetahui kesiapan SMK Negeri di Jakarta menjadi SMK mandiri dalam
hal mengelola keuangan melalui program BLUD

B. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di beberapa SMK Negeri di Jakarta yang telah
menyandang SMK BLUD diantaranya SMKN 26, SMKN 36, SMKN 27, dan
SMKN 57. Alasan peneliti menentukan lokasi penelitian tersebut adalah agar dapat
mengevaluasi tentang program BLUD yang peneliti angkat, apakah program tersebut
berdampak positif bagi sekolah, guru-guru maupun siswanya, dengan
mempertimbangkan unsur keefektifan dan evisiensi, Penelitian ini dilaksanakan pada
pada semester 2 tahun pelajaran 2022/2023 selama 3 bulan mulai bulan November
2022 – Januari 2023

C. Pendekatan, Metode dan Desain Penelitian


1. Pendekatan
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian evaluasi (evaluation reseach)
yang mana tujuan dari penelitian evaluasi adalah mengevaluasi suatu program dan
pelaksanaannya untuk mendapatkan perbaikan, (Juri et al., 2021). Pendekatan yg
digunakan adalah kualitatif yang didukung data kuantitatif, sedangkan metode
yang digunakan adalah studi kasus (case studies). Penelitian kualitatif merupakan
penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami
oleh subjek penelitian misalanya, perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-

16
lain secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk katakata dan bahasa,
pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai
metode ilmiah (Moleong). Data penelitian kuantitatif dapat menggunakan
observasi, lembar observasi, interview/wawancara, dan dokumentasi, yang
menggunakan teknik analisis deskriptif dengan pendekatan presentase.
Evaluasi program dilaksanakan secara sistematis dan berkesinambungan
dengan cara mengumpulkan data dan informasi yang sesuai dengan kondisi nyata
sebagai wujud penerapan suatu kebijakan, (Haryani & Sunarto, 2021). Dalam
penelitian evaluasi program penerapan BLUD pada SMK ini data dan informasi
dikumpulkan secara objektif berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan.
Penelitian evaluasi ini menggunakan model cipp yang dikembangkan oleh
daniel Stufflebeam. Pemilihan model evaluasi CIPP ini didasarkan pada
karakteristiknya yang bersifat komprehensif, meliputi: context, input, process, dan
product. Stufflebeam berpendapat bahwa evaluasi seharusnya memiliki tujuan
untuk memperbaiki (to improve) bukan hanya untuk membuktikan (to prove).
Dengan demikian evaluasi seharusnya dapat membuat suatu perbaikan,
meningkatkan akuntabilitas, serta pemahaman lebih dalam mengenai fenomena
oleh sebab itu penulis memilih Model Evaluasi CIPP dengan alasan penerapan
BLUD di sekolah tersebut dapat menyalurkan skill dan kompetensi siswa di
bidangnya melalui teaching factory dan juga dapat membentuk sekolah mandiri
dalam mengelola keuangan sehingga hasilnya cukup baik.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah model evaluasi
Logic mencangkup komponen masukan (input), proses (activitie), keluaran
(output), hasil (outcome) dan dampak (impact).
2. Metode
Metode penelitian adalah suatu kegiatan penelitian yang dilakukan dengan
cara ilmiah (rasional, empiris, dan sistematis) yang digunakan untuk mendapatkan
data dengan tujuan dan kegunaan tertentu, (Supriyati, 2015). Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Mixed Methods (metode kualitatif dan
kuantitatif). Metode ini merupakan penggabungan atau mengkombinasikan antara
metode kualitatif dan kuantatif, Sugiyono (2017) dalam (Ardiani & Ridwan,
2020). Mixed method dapat diterapkan secara bersama (concurrent) atau
diterapkan secara sekuensial 34 (sequential),(Yusuf, 2014). Selain itu penelitian

17
dengan mixed method dapat menggunakan metode kuantitatif pada satu tahapan
dan kemudian menggunakan metode kualitatif pada tahapan selanjutnya. Hal ini
sesuai dengan Lofgreen (2006) yang mengemukakan bahwa: “ Combined the
qualitative and quantitative approaches in different phases of the reasearh
process”.
Tashakkori dan Teddlie (2003) menyatakan: Meixed research is a general
type of research (it’s one of the three paradigms) in which quantitative and
qualitative methods, techniques, or other paradigm characteristics are mixed in
one overall study (2003).

D. Instrumen Penelitian
1. Kisi-Kisi Instrumen
Langkah langkah yang ditempuh dalam penyusunan instrument evaluasi :
1. Merumuskan tujuan yang akan dicapai
2. Membuat kisi-kisi
3. Membuat butir-butir instrument
4. Menyunting instrument Instrumen yang telah tersusun perlu di validasi. Dapat
dilakukan dengan metode Sampling
Instrumen Evaluasi Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa
pedoman wawancara, instrumen observasi, dan instrumen evaluasi pelaksanaan
program BLUD di sekolah-sekolah
2. Validitas Dan Reliabilitas Instrumen
Pemeriksaan keabsahan data dilakukan dengan tujuan untuk menunjukkan bahwa
penelitian benar-benar ilmiah dan hasilnya dapat dipertanggungjawabkan. Agar
penelitian besifat ilmiah dan hasilnya dapat dipertanggungjawabkan, data yang
diperoleh pada proses penelitian harus kredibel.
Pemeriksaan keabsahan data atau uji keabsahan data meliputi uji, credibility
(validitas internal), transferability (validitas eksternal), dependability
(reliabilitas), dan confirmability (obyektivitas). Uji kredibilitas data atau
kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif 16 antara lain dilakukan
dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian,
triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif dan member
chek. Dalam penelitian kualitatif, peneliti berperan sebagai instrument penelitian.

18
Oleh karena itu, keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan
data. Perpanjangan keikutsertaan dimaksudkan untuk memungkinkan
peningkatan derajat kepercayaan data yang dikumpulkan

E. Teknik Prosedur dan Pengumpulan Data


1. Instrumen Wawancara
Instrumen wawancara digunakan dalam penelitian kualitatif karena dapat
mengungkap informasi lintas waktu, yaitu berkaitan dengan dengan masa
lampau, masa sekarang, dan masa yang akan datang sehingga seorang partisipan
dapat mengungkapkan pengalamannya secara leluasa tanpa merasa ada
intervensi. Data yang dihasilkan dari wawancara bersifat terbuka, menyeluruh,
dan tidak terbatas, sehingga mampu membentuk informasi yang utuh dan
menyuluruh dalam mengungkap penelian kualitatif
2. Instrumen Observasi atau Pengamatan
Instrumen observasi merupakan suatu pengamatan langsung terhadap suatu
program yang dilakukan secara berulang. Pengamatan dapat dilakukan dengan
mencatat atau merekam informasi yang terjadi dilokasi penelitian. Instrumen
digunakan dalam penelitian kualitatif sebagai pelengkap dari teknik wawancara
yang telah dilakukan.
Observasi dalam penelitian kualitatis digunakan untuk melihat dan mengamati
secara langsung objek penelitian, sehingga peneliti mampu mencatat dan
menghimpun data yang diperlukan untuk mengungkap penelitian yang
dilakukan. Observasi dalam penelitian kualitatif peneliti harus memahami
terlebih dahulu variasi pengamatan dan peran-peran yang dilakukan peneliti.
3. Instrumen Dokumen
Dokumen dalam penelitian kualitatif digunakan sebagai penyempurna dari data
wawancara dan observasi yang telah dilakukan. Dokumen dalam penelitian
kualitatif dapat berupa tulisan, gambar, atau karya monumental dari obyek yang
diteliti

19
F. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan proses mencari dan menyusun secara sistematis.
Data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan observasi lapangan, dan
dokumentasi dengan cara mengkategorikan setiap unsur yang ada, melakukan
sintesa, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat
kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.
Analisis data kualitatif dilakukan dengan menggunakan tehnik analisis data
interaktif model seperti yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman (1984).
Tehnik analisis ini pada dasarnya terdiri dari tiga komponen yaitu reduksi data (data
reduction), penyajian data (data display), dan penarikan serta pengujian
kesimpulan/verifikasi (drawing and verifying conclutions). Analisis data didukung
dengan data kuantitatif, Menurut Sugiyono (2012) berdasarkan teknik pengumpulan
data penelitian kuantitatif dapat menggunakan observasi yang lembar observasi,
interview/wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif dengan pendekatan presentase.
Adapun rumus data presentase yang digunakan dalam penelitian evaluasi ini
dalah sebagai berikut :

𝑓
P= 𝑥 100%
N

f : Frekuensi yang dicari presentasenya


N : Number of clases (jumlah frekuensi atau banyak individu)
P : Angka presentase

Data dianalisis berdasarkan interval nilai presen pencapaian menggunakan pedoman


sebagai berikut :

RENTANG PRESENTASI INTERPRESTASI


80 – 100 % Sangat Siap
60 – 80 % Siap
40 – 60 % Cukup Siap
0 - 40 % Kurang Siap

20
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1993. Prosedur Penelitian: Suatu Pengantar Praktek, Jakarta:


Rineka Cipta.
Arsyad, Azhar. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta: RajaGrafindo Persada. Daradjat,
Zakiah. 2000. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
Daulay, Melwin Syafrizal. 2007. Mengenal Hardware-Software dan Pengelolaan
Instalasi Komputer. Yogyakarta: STMIK AMIKOM.

Direktorat Tenaga Kependidikan, Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan


Tenaga Kependidikan. 2008. Pendekatan, Jenis, dan Metode Penelitian
Pendidikan, Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Echols, John M. dan Hassan Shadily. 1996. Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: PT
Gramedia.

Fariq, Erik dan MataMaya Studio. 2010. Teknik Overclocking Untuk Pemula.

Jakarta: PT Gramedia.
Hamruni. 2008. Konsep Edutainment dalam Pendidikan Islam. Yogyakarta: Bidang
Akademik UIN Sunan Kalijaga.

Moleong J.Lexy, .2000. Metode Penelitian Kualitatif .Bandung: Remaja Rosda Karya,

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung. Alfabeta

Vassar, Matt, ect. (2010). Program Evaluation in Medical Education: An Overview of


the Utilization-focused Approach. Jeehp: J Educ Eval Health

Prof. Postlethwaite, L. W. A. and T. N. (2007). Program evaluation : large-scale and


smallscale studies, International Academy of Education. Retrieved from
http://www.smec.curtin.edu.au/iae/

Yoga, B. bhakti. (2017). evaluasi program model CIPP pada proses pembelajaran IPA.
JIPFRI : Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika Dan Riset Ilmiah, 1(2), 75–82

21

Anda mungkin juga menyukai