Anda di halaman 1dari 54

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................2
A. Latar Belakang..........................................................................................................2
B. Identifikasi Masalah..................................................................................................4
C. Batasan Masalah........................................................................................................4
D. Rumusan Masalah.....................................................................................................4
E. Tujuan Penelitian......................................................................................................5
F. Manfaat Penelitian.....................................................................................................5
BAB II KAJIAN TEORI.......................................................................................................7
A. Landasan Teori..........................................................................................................7
1. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)....................................................................7
2. Praktek Kerja Lapangan (PKL)..........................................................................10
3. Evaluasi Program.................................................................................................17
B. Penenlitian Yang Relevan.......................................................................................26
C. Kerangka Berpikir..................................................................................................28
D. Pertanyaan Penelitian.............................................................................................30
BAB III METODE PENELITIAN......................................................................................32
A. Pendekatan Penelitian.............................................................................................32
B. Lokasi dan Waktu Penelitian..................................................................................33
C. Subyek Dan Obyek Peneltian.................................................................................33
D. Populasi Dan Sampel Penelitian.............................................................................33
E. Teknik Pengumpulan Data.....................................................................................37
F. Instrumen Penelitian Dan Uji Coba Instrumen.....................................................39
G. Keabsahan Data......................................................................................................42
H. Teknik Analisis Data...............................................................................................42
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................46
LAMPIRAN.........................................................................................................................47

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di era revolusi industri 4.0 banyak tantangan yang harus dihadapi,
respon cepat dan perlu dilakukan oleh setiap orang dalam meningkatkan
Sumber Daya Manusia (SDM). Untuk meningkatkan sumber daya manusia
salah satu solusi utama adalah pendidikan yang berkualitas. Kebutuhan
industri akan pendidikan yang berkualitas menunjukkan bahwa pendidikan
telah menjadi kehidupan sosial yang kuat dan berwibawa, serta memiliki
peran yang sangat strategis dalam membangun peradaban Indonesia.
Pendidikan dilihat sebagai upaya paling strategis dalam menciptakan Sumber
Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dan mampu bersaing di era demografi
dan pasar bebas seperti sekarang.

Keraguan untuk masuk DU/DI (dunia usaha dan dunia industri)


merupakan salah satu contoh permasalahan terkait kualitas lulusan SMK.
Keraguan lulusan SMK dalam bekerja di dunia kerja memberikan efek
domino pada industri yang menggunakan tenaga kerja, karena seharusnya
pihak industri melakukan pendidikan di industri untuk mempersiapkan tenaga
kerja. Padahal, baik industri maupun sekolah memiliki kekurangan dalam
membuat dan memperoleh tenaga kerja yang siap bekerja. Sekolah memiliki
kekurangan dalam hal biaya dan menyediakan lingkungan belajar, sedangkan
industri memiliki kekurangan dalam sumber daya pendidikan untuk
mendapatkan tenaga kerja yang diperlukan. Oleh karena itu, untuk
mendapatkan lulusan SMK yang siap kerja maka pihak sekolah dan industri
harus bekerja sama dalam merencanakan dan menyiapkan program pelatihan.

2
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah pengangguran di
Indonesia sebanyak 8,4 juta orang per Februari 2020. Jumlah pengangguran
tersebut jika dilihat dari tingkat pendidikannya yang paling tercatat adalah
lulusan SMK. Lulusan SMK yang menganggur tercatat 10,38% dibanding
lulusan SMA sebesar 8,35%, kemudian D-IV, S1, S2 dan S3 sebesar 6,17%
dan lulusan diploma I/II/III sebesar 6,09 %. Menurut ketua BPS Margo
Suwono, banyaknya pengangguran disebabkan karena banyak lulusan yang
pilih-pilih pekerjaan. Di lain hal itu, setiap lulusan Pendidikan memiliki
peluang yang sama dalam mendapatkan suatu pekerjaan yang sesuai
kemampuannya. Namun mereka harus bersaing ketat karena lapangan kerja
yang tersedia di Indonesia tidak sebanding dengan jumlah lulusan yang ada.
Selain hal-hal yang telah disebutkan, dalam observasi peneliti menemukan
bahwa banyak lulusan SMK yang mengeluh karena kurang siap dalam
memasuki dunia kerja.

SMK Muhammadiyah 2 Jatinom merupakan salah satu SMK yang


melaksanakan program Praktik Kerja Lapangan (PKL). PKL diintegrasikan
dalam kurikulum SMK Muhammadiyah 2 Jatinom, guna menghasilkan
lulusan yang berkualitas dan sesuai dengan kebutuhan DU/DI. SMK
Muhammadiyah 2 Jatinom melaksanakan program PKL setiap tahun ajaran.
Agar kegiatan tersebut tidak mengganggu kegiatan pembelajaran reguler,
maka kegiatan Magang dilaksanakan pada akhir semester genap atau awal
semester ganjil. Peserta yang mengikuti program PKL di SMK
Muhammadiyah 2 Jatinom adalah seluruh siswa yang duduk di kelas XI
masing-masing program keahlian.

Dengan adanya evaluasi program akan diketahui komponen-


komponen program yang belum disamaratakan, sehingga dapat ditingkatkan
dan diimplementasikan dalam pelaksanaan program selanjutnya. Sedangkan

3
bagi siswa, evaluasi pelaksanaan program PKL akan menjadi umpan balik
dalam meningkatkan kompetensi keterampilan dan hasil belajar.

Peneliti memandang pentingnya evaluasi pada program Magang SMK


Muhammadiyah 2 Jatinom, karena program PKL SMK Muhammadiyah 2
Jatinom belum pernah dievaluasi. Berdasarkan komponen program PKL SMK
Muhammadiyah 2 Jatinom dibutuhkan evaluasi dengan model CIPP (Context,
Input, Process, Product). Menurut peneliti model evaluasi CIPP lebih cocok
digunakan untuk mengevaluasi program PKL. Setiap peneliti memiliki
pandangan yang berbeda dalam menyelesaikan masalah. Jadi tidak ada
metode yang lebih baik ataupun buruk, tergantung pada pendapat peneliti.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diidentifikasikan
sebagai berikut :
1. Peningkatan pengaguran lulusan SMK
2. Jumlah siswa SMK yang lulus tidak sebanding dengan lapangan pekerjaan
3. Belum pernah diadakan penelitian berupa evaluasi program PKL di SMK
Muhammadiyah 2 Jatinom

C. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas,
maka dalam penelitian ini perlu adanya pembatasan masalah supaya
pengkajian masalah dalam penelitian ini lebih terarah dan tidak menyimpang
dari sasaran pokok penelitian. Dalam hal ini untuk mengetahui seberapa tinggi
efektifitas program PKL di SMK Muhammadiyah 2 Jatinom,

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan pembatas masalah maka
didapatkan rumusan sebagai berikut :

4
1. Bagaimana pelaksanaan PKL siswa program di SMK Muhammadiyah 2
Jatinom?
2. Bagaimana hasil PKL siswa di SMK Muhammadiyah 2 Jatinom?
3. Bagaimana tingkat kesesuain antara hasil dan tujuan program PKL di
SMK Muhammadiyah 2 Jatinom?

E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian rumusan masalah yang ada dalam penelitian ini,
maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui kualitas proses pelaksanaan PKL (kinerja peserta didik
dan kinerja guru pembimbing) SMK Muhammadiyah 2 Jatinom.
2. Untuk mengetahui komponen hasil pelaksanaan PKL (kesiapan kerja
peserta didik) SMK Muhammadiyah 2 Jatinom.
3. Untuk mengetahui tingkat kesesuaian antara komponen hasil dengan tujuan
PKL menurut buku panduan PKL SMK Muhammadiyah 2 Jatinom.

F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapakan dari penelitian ini sebagai berikut :
1. Bagi peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang
metode penelitian, kebijakan sekolah, manajemen dan pengalaman
dalam penulisan karya ilmiah.
2. Bagi peserta didik
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai kritik dan saran
yang membangun untuk menjadi yang lebih baik lagi di masa depan.
3. Bagi pembimbing peserta PKL
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan untuk
meningkatkan kinerja selanjutnya.
4. Bagi SMK Muhammadiyah 2 Jatinom

5
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan infomarsi dan saran
untuk menentukan kebijakan-kebijakan tentang PKL agar pelaksanaan
selanjutnya bisa lebih baik.

5. Bagi Universitas Negeri Yogyakarta


Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan tambahan koleksi
perpustakan dan referensi untuk mahasiwa yang memiliki penelitian
sejenis.

6
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Landasan Teori

1. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)


a. Hakikat Sekolah Menengah Kejuruan

Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional


menyebutkan bahwa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah
satu bentuk dari pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan
kejuruan untuk pendidikan menengah sebagai lanjutan dari Sekolah Menegah
Pertama (SMP), Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau bentuk pendidikan
sedejarat lainnya. Dalam jenjang pendidikan tersebut pendidikan dan jenis
kejuruannya dapat bernama Sekolah Menegah Kejuruan (SMK) atau
Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk sederajat lainnya.

Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 17 tahun 2010


disebutkan bahwa Pendidikan Menengah Kejuruan adalah pendidikan yang
membekali peserta didiknya dengan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
kecakapan kejuruan para profesi sesuai kebutuhan masyarakat. Sekolah
Menengah Kejuruan yang dalam hal ini adalah lembaga pendidikan yang
menyiapkan peserta didiknya mempunyai kompetensi di bidang kejuruan
tertentu dengan materi teori dan praktik agar dapat memenuhi kebutuhan
masyarakat dan dunia kerja. Clarke dan Winch (2007: 62) menyatakan bahwa
pendidikan kejuruan adalah upaya pengembangan sosial ketenagakerjaan,

7
pemeliharaan, percepatan dan peningkatan kualitas tenaga kerja tertentu
dalam rangka meningkatkan produktivitas masyarakat.

Sekolah Menengah Kejuruan memiliki banyak program keahlian


adalah penyelenggaraannya. Program keahlian di SMK disesuaikan dengan
kebutuhan dunia kerja yang ada serta kebutuhan masyarakat dan pasar.
Pendidikan kejuruan adalaha pendidikan menengah yang mempersiapkan
perserta didik agar siap bekerja dalam bidang tertentu sesuai keahlian yang
ditekuni.

Pendidikan kejuruan membekali berbagai pengetahuan, keterampilan


dan pengetahuan kepada peserta didik sehingga mereka mampu bekerja sesuai
kebutuhan yang ditentukan baik untuk dirinya, dunia kerja ataupun
pembangunan bangsanya. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah
lembaga pendidikan yang memiliki potensi besar dalam mempersiapkan
sumber daya manusia yang dapat terserap oleh dunia kerja karena materi teori
dan praktik yang bersikap aplikatif yang sudah diberikan semenjak pertama
kali masuk SMK, dengan harapan bahwa lulusan SMK tersebut akan memiliki
kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja.

Berdasarkan penjelasan tentang Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)


yang disebutkan diatas bahwa SMK adalah sekolah yang dasar pendidikannya
dikembangkan dan dilanjutkan untuk mempersiapkan siswanya bekerja, baik
bekerja sacara individu maupun kelompok sesuai bidangnya masing-masing.
Dalam hal ini, SMK adalah lembaga Pendidikan yang mempunyai tugas
mempersiapkan siswanya dengan membekali pengetahuan dan keterampilan
supaya dapat bekerja sesuai kompetensi dan program keahlian, memiliki daya
adaptasi dan daya saing yang tinggi untuk memasuki dunia kerja. Selain
keterampilan, Pendidikan kejuruan juga meyiapkan sikap, kebiasaan serta
nilai-nilai yang diperlukan untuk terjun ke dunia kerja kepada peserta
didiknya.

8
b. Tujuan Pendidikan Menengah Kejuruan

Pendidikan memiliki dua tujuan yang terbagi menjadi tujuan umum dan
tujuan khusus (UU No. 20 Tahun 2003). Adapan tujuan umum Pendidikan
menengah kejuruan adalah sebagai berikut :

1) Meningkatkan keimanan dan ketakwaan siswa kepada Tuhan Yang


Maha Esa.

2) Mengembangkan potensi siswa agar menjadi warga negara yang


berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, demokratis dan
bertanggung jawab.

3) Mengembangkan potensi siswa agar memiliki wawasan kebangsaan,


memahami dan menghargai keanekaragaman budaya bangsa dan negara
Indonesia.

4) Mengembangkan potensi siswa agar memiliki rasa peduli terhadap


lingkungan hidup dengan secara aktif turut memelihara dan melestarikan
lingkungan hidup, serta memanfaatkan sumber daya alam dengan efektif dan
efisien.

Adapun tujuan khusus dari Pendidikan menengah kejuruan adalah sebagai


berikut :

1) Pendidikan menengah kejuruan menyiapkan siswa agar menjadi


manusia produktif, mampu bekerja mandiri, mengisi lowongan pekerjaan
yang ada sebagai tenaga kerja tingakat menengah yang mumpuni sesuai
dengan kompetensi dalam program keahlian yang dimiliki.

2) Pendidikan menengah kejuruan menyiapkan siswa agar mampu


memilih karir, ulit dan gigih dalam berkompetensi, beradaptasi di lingkungan
kerja dan mengembangkan sikap professional dalam bidang keahlian yang
diminati.

9
3) Pendidikan menengah kejuruan membekali siswa denga ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni agar mampu mengembangkan diri di masa
yang akan datang baik secara mandiri maupun melalui jenjang Pendidikan
yang lebih tinggi sehingga dapat menjadi manusia yang berguna bagi dirinya,
keluarga dan masyarakat.

4) Pendidikan menengah kejuruan membekali siswa dengan kompetensi


yang sesuai dengan program keahlian yang dipilih oleh siswa dalam rangka
mempersiapkan siswa menghadapi dunia kerja.

2. Praktek Kerja Lapangan (PKL)


a. Hakikat PKL

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 50


Tahun 2020, Praktik Kerja Lapangan (PKL) merupakan pembelajaran bagi
peserta didik SMK/MAK, SMALB, dan LKP yang dilaksanakan melalui praktik
kerja di dunia kerja dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan kurikulum dan
kebutuhan dunia kerja.

PKL merupakan metode pembelajaran yang ditujukan terutama untuk


mengajarkan proses-proses yang para ahli terapkan dalam menangani tugas-tugas
yang kompleks di dunia kerja. Metode pembelajaran ini merupakan cara belajar
melalui pengalaman untuk memperoleh sikap, pengetahuan, dan keterampilan
yang terjadi di dunia kerja yang relevan dengan kompetensi yang dipilih oleh
peserta didik.

Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.323/u/1997 UU Nomor


20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyebutkan,
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, agama, pengendalian diri, kepribadian,

10
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan negara.”

b. Tujuan Praktik Kerja Lapangan

Praktik Kerja Lapangan (PKL) memiliki tujuan agar siswa memperoleh


pengalaman sebelum terjun ke dunia kerja. Oemar Hamalik, (2001: 16)
berpendapat bahwa pelatihan bertujuan mempersiapkan dan membina tenaga
kerja baik struktural maupun fungsional yang memiliki kemampuan
melaksanakan loyalitas, dedikasi dan disiplin yang baik.

Dunia kerja atau dunia industri yang dijadikan sebagai tempat pelaksanaan
Praktik Kerja Lapangan memiliki fungsi ganda, yaitu sebagai tempat kerja
sekaligus tempat belajar bagi siswa yang mengikuti program PKL. Berikut
adalah tujuan penyelenggaraan PKL menurut Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan (Dikmenjur, 2013) :

1) Menghasilkan tenaga kerja yang berkualitas, yaitu tenaga kerja yang


memiliki tingkat pengetahuan, keterampilan, etos kerja yang sesuai
dengan tuntutan pekerjaan.
2) Meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses Pendidikan dan pelatihan
kerja yang berkualitas.
3) Meningkatkan link and match antara SMK dan dunia kerja.
4) Memberi pengakuan dan penghargaan terhadap pengalaman kerja sebagai
bagian dari proses Pendidikan.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa praktik kerja


indsutri memiliki tujuan untuk menghasilkan lulusan yang berpengetahuan,
terampil, disiplin dan memiliki etos kerja yang baik sesuai dengan tuntutan
dunia kerja serta memberikan penghargaan terhadap pengalaman kerja. Siswa
diharapkan memiliki pengalaman dan wawasan mengenai dunia kerja dengan
melalui program Praktik Kerja Lapangan.

11
c. Manfaat Praktik Kerja Lapangan

PKL memiliki beberapa manfaat. Oemar Hamalik (2001: 92)


berpendapat bahwa sebagai bagian integral dan program pelatihan, Praktik
Kerja Lapangan sangat diperlukan bahkan dilaksanakan karena mengandung
manfaat dan kegunaan tertentu. Siswa akan mendapat pengetahuan,
keterampilan dan pengalaman kerja langsung dari dunia kerja melalui PKL.
Manfaat PKL dapat dirasakan oleh pihak Pendidikan maupun industri, akan
tetapi siswa adalah pihak yang paling mendapatkan manfaat dari pelaksanaan
PKL.

Berikut adalah manfaat program PKL untuk siswa menurut pendapat


Hamalik (2001: 93) :

1) Menyediakan kesempatan kepada peserta untuk melatih keterampilan


manajemen dalam situasi lapangan yang nyata.
2) Memberikan pengalaman praktis kepada peserta sehingga hasil pelatihan
bertambah luas.
3) Peserta dengan mendayagunakan kemampuannya memiliki kesempatan
memecahkan berbagai masalah manajemen di lapangan.
4) Mendekatkan dan menjembatani dalam mempersiapkan peserta untuk
terjun kebidang tugasnya setelah menempuh program pelatihan praktik
kerja lapangan.

Selain bagi siswa, program PKL juga bermanfaat bagi sekolah dan industri
tempat PKL dilaksanakan. Dalam hal tersebut hasil belajar siswa selama mengikuti
Praktik Kerja Lapangan menjadi berarti karena siswa melakukan secara langsung
sehingga ketika siswa lulus dari SMK dan masuk dunia kerja menjadi percaya diri
karena sudah mengetahui terlebih dahulu kondisi industri secara nyata.

Sekolah sebabagi penyelenggara PKL juga dapat menyesuaikan kurikulum


yang akan diterapkan sekolah dengan kompetensi yang industri butuhkan. PKL

12
bermanfaat sebagai promosi lulusan sekolah kepada industri. Pihak industri juga
terbantu dengan dapat mengetahui lebih awal kualitas kemampuan siswa dengan
adanya PKL. Pihak industri dapat memberi saran ke pihak sekolah tentang
kemampuan siswa yang harus dimiliki siswa dan juga dapat mempermudah dalam
rekruitmen tenaga kerja baru.

d. Komponen Praktik Kerja Lapangan

Menurut Wardiman Djojonegoro (1998: 80) sebagai salah satu bentuk


penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan bidang kejuruaan, PKL didukung oleh
faktor yang menjadi komponen utama. Komponen tersebut antara lain; 1) dunia
usaha/dunia industri (DU/DI) pasangan; 2) program pendidikan dan pelatihan
bersama, yang terdiri dari standar kompetensi, standar pelatihan dan pendidikan,
penilaian hasil belajar dan sertifikasi, kelembagaan dan Kerjasama.

1) Institusi atau DU/DI

PKL hanya dapat dilaksanakan apabila terdapat kerjasama dan kesepakatan


antara institusi pendidikan kejuruan (SMK) dan institusi lapangan (industri) yang
memiliki sumber daya untuk mengembangkan keahlian kejuruan pemetaan
DU/DI sangat penting dilakukan sebelum program PKL dirancang. Hal tersebut
bertujuan agar industri mitra sesuai dengan program keahlian yang ditekuni siswa
sehingga tujuan PKL dapat tercapai dengan baik.

2) Program Pendidikan dan Pelatihan Bersama

Pada dasarnya PKL adalah milik dan tanggung jawab bersama antara lembaga
pendidikan kejuruan dan institusi pasangan maka program dirancang dan disepakati
oleh kedua pihak dengan tuntutan keahlian dunia kerja. Adapun komponen program
pendidikan dan pelatihan adalah sebagai berikut:

a) Kurikulum dan Kompetensi Dasar

13
Pengembangan kurikulum Pendidikan Sistem Ganda (PSG) menjadi dasar
penyelengaraan PKL yang memiliki tujuan untuk meningkatkan makna substansi
kurikulum yang akan dipelajari disekolah dan di dunia usaha atau dunia industri
(DU/DI) sebagai kesatuan yang utuh dan saling melengkapi. Menurut Wardiman
Djojonegoro (1998: 81) ada beberapa prinsip dalam pelaksanan Praktik Industri, yaitu
prinsip berbasis kompetensi, berbasis produksi (production based), belajar tuntas
(mastery learning) belajar melalui pengalaman langsung (learning by experience
doing) dan belajar perseorangan (individualizedle learning). Selain itu, setiap siswa
harus diberi kesempatan untuk maju dan berkembang sesuai kemampuan masing-
masing. Dengan hal tersebut siswa diharapkan mampu mengembangkan
keterampilan, nilai dan pola fikir serta dapat melakukan tindakan sesuai dengan
pemahaman dan penghayatan dari apa yang telah dipelajari siswa. Pengaturan
kegiatan belajar mengajar dalam pelaksanaan PKL dapat dijadikan acuan bagi
sekolah dan DU/DI untuk melaksanakan kegiatan PKL, sehingga siswa dapat
menguasai segala kemampuan sesuai dengan standar kompetensi yang relevan.

b) Standar Pendidikan dan pelatihan

Agar dapat mencapai standar kemampuan tamatan yang telah diterapkan,


perlu adanya suatu proses pendidikan dan pelatihan yang dirancang secara terstandar
dengan ukuran isi, waktu dan metode tertentu. Dengan demikian dalam PKL
diperlukan suatu standar yang disepakati bersama antara sekolah kejuruan dan pihak
dunia usaha atau dunia industri (DU/DI) adalah: (1) materi terdiri dari komponen
umum (normatif), komponen dasar (adaptif), komponen kejuruan (produktif); (2)
waktu ditentukan dari kemampuan yang harus dipelajari oleh siswa; (3) pola
pelaksanaan dan model pengaturan penyelenggaraan program.

c) Sistem penilaian dan sertifikasi

Pengukuran dan penilaian keberhasilan peserta didik dalam mencapai


kemampuan sesuai dengan standar profesi (standar keahlian tamatan) yang telah

14
ditetapkan, harus dilakukan melalui proses dan sistem penilaian dan sertifikasi yang
disepakati bersama. Oleh sebab itu diperlukan suatu untuk mengatur tentang materi
ujian, pelaksanaan ujian, penentuan hasil dan sertifikasinya. Oleh karena itu
hendaknya tim penilaian dan sertifikasi yang melibatkan unsur sekolah, unsur
institusi pasangan, asosiasi profesi, organisasi pekerja dan unsur-unsur lain yang
terkait dengan ketenagakerjaan agar sistem dapat berjalan dengan optimal.

d) Kelembagaan Kerjasama

Dukungan dan jaminan keterlaksanaan melalui lembaga kerjasama diperlukan


dapalm pelaksanaan PKL. Lembaga kerjasama ini melibatkan pihak pemerintah
(dalam hal ini Departemen Pendidikan dan Kebudayaan) dan seluruh pihak yang
berkepentingan dengan pendidikan dan pelatihan kejuruan (stakeholders), antara lain
pihak KADIN, Organisasi Pekerja, Asosiasi Profesi dan Tokoh Masyarakat.

e) Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan

Dalam pelaksanaannya, PKL tidak terlepas dari perencanaan program yang


merupakan implementasi silabus kedalam pembelajaran, yang membutuhkan metode,
strategi dan evaluasi pelaksanaan yang sesuai. Rancangan PKL yang menjadi bagian
dari pembelajaran perlu memperhatikan kesiapan dari dunia kerja mitra dalam
melaksanakan pembelajaran perlu memperhatikan kesiapan dari dunia kerja mitra
dalam melaksanakan pembelajaran kompetensi tersebut. Hal ini diperlukan agar
dalam pelaksanaannya, penempatan siswa untuk PKL tepat sasaran sesuai dengan
kompetensi yang akan dipelajari.

Sekolah dan institusi pasangan dalam hal ini adalah industri menjadi
penanggung jawab pelaksanaan PKL. Perencanaan perlu dilakukan oleh keduanya
(sekolah dan industri pasangan) dan industri pasangan diberikan keleluasaan dalam
memberikan penilaian pelaksanaan praktik kerja yang dilakukakan oleh siswa.
Nantinya hasil penilaian akan diserahkan pada pihak sekolah untuk diintegrasikan
dengan kompetensi keahlian yang berkaitan.

15
Praktik Kerja Lapangan dalam pelaksanaannya dimulai dengan cara membuka
kerja sama dan menjalin hubungan yang harmonis dengan DU/DI yang ada di
kota/luar kota untuk bersama-sama menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan
kejuruan dan menerima siswa Praktik Kerja Lapangan secara berlanjut. Berikut ini
tahap-tahap pengelolaan PKL:

1) Penyusunan Program

Penyusunan program ini meliputi program yang dilakukan oleh pihak industri dan
pihak sekolah. Program kerja praktik pihak industri tergantung dari instansi atau
perusahaan dimana siswa melakukan Praktik Kerja Lapangan. Sedangkan program
Praktik Kerja Lapangan dari pihak sekolah, berkisar pada penyiapan siswa dan hasil
akhir yang diperoleh siswa setelah Praktik Kerja Lapangan, yang meliputi:

a) Pelaksanaan program PKL dimulai di kelas XI


b) Pelaksaan berlangsung selama 3 bulan
c) Adanya pelaksaan mentoring ke lapangan
2) Pendataan PKL

Pendataan pelaksanaan program PKL terbagi menjadi dua jalur :

a) Melalui kerja sama

Tim pokja PKL mendatangi perusahaan-perusahaan yang sudah pernah


dipakai dalam pelaksanaan PKL maupun perusahaan-perusahaan yang belum
pernah dipakai PKL untuk menjalin kerja sama. Namun, syaratnya perusahaan
itu mempunyai kinerja yang cukup baik untuk pelaksanaan PKL. Kerja bisa
bersifat sementara, tergantung kemampuan perusahaan bisa menerima.

b) Pengajuan tempat

Dalam hal ini bagi siswa yang belum mendapat tempat PKL maka
dianjurkan untuk mengajukan tempat sendiri. Perusahaan yang ditunjuk oleh
siswa dilaporkan ke Tim Pokja PKL.

16
3) Pembekalan Siswa ke Industri

Pembekalan dilakukan oleh sekolah yaitu dengan memberikan materi


atau bekal tentang kegiatan apa saja yang harus dilakukan selama Praktik
kerja lapangan.

4) Pengiriman Siswa ke Industri


Tahap ini adalah pengiriman siswa setelah persiapan oleh sekolah
selesai. Pengiriman siswa dilakukan pembimbing PKL atau petugas terkait.

5) Monitoring dan Evaluasi

Monitoring dilakukan guna memantau serta mengetahui aktivitas dan kegiatan


siswa yang sedang melaksanakan kegiatan dunia usaha/dunia industri dan untuk
mendapatkan informasi tentang kompetensi keahlian yang dibutuhkan di industri.

Adapun langkah-langkah dalam pelaksanaan praktik kerja lapangan


berdasarkan Pedoman Pelaksanaan PKL yang dikemukakan oleh Dikmenjur
adalah sebagai berikut:

a) Aspek perencanaan, yang terdiri dari pemetaan industri, sosialisasi dana,


pembekalan siswa, penempatan siswa dan waktu pelaksanaan
b) Aspek pelaksanaan, yang terdiri dari kesesuaian penempatan dengan
bidang studi siswa dengan kompetensi kerja yang dibutuhkan di dunia
usaha dan dunia indutri yang menjadi tempat pelaksanaan praktik kerja
lapangan, kesesuaian materi pelajaran dengan materi praktik kerja
lapangan, Monitoring dilakukan oleh pembimbing dalam rangka melihat
dan memantau pelaksanaan praktik kerja lapangan yang dilakukan oleh
siswa dengan tujuan untuk mengetahui perkembangan keteramipilan
siswa, pembimbing praktik kerja lapangan dan penjemputan dan laporan.
c) Aspek evaluasi yang terdiri dari evaluasi kegiatan PKL yang dilakukan
oleh pihak industri dan pihak sekolah apabila dipandang perlu dan

17
evaluasi program untuk melihat kesesuaian antara program dengan
pelaksanaannya.

3. Evaluasi Program
Teori mengenai evaluasi program ini akan diuraikan menjadi beberapa
hal.Adapun hal yang akan di bahas antara lain sebagai berikut :
a. Pengertian Evaluasi Program

Secara harfiah kata evaluasi berasal dari bahasa inggris yang berarti
“penilaian atau penafsiran”. Sedangkan secara terminologi, evaluasi adalah
kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan sesuatu obyek dengan
menggunakan instrument dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur untuk
memperoleh kesimpulan.

Menurut kamus Oxford Advanced Learners Dictionary of current English


(AS Hornby, 1986) dalam Suharsimi & Cepi (2010: 1) menyebutkan bahwa
evaluasi merupakan “to find out, deciden the amountor the value” yang
memiliki arti suatu upaya menentukan nilai atau jumlah. Sedangkan menurut
Tyler (Farida Yusuf, 2000: 3) evaluasi merupakan proses yang menentukan
sejauh mana tujuan pendidikan dapat dicapai.

Mengevaluasi sebuah program maka berarti secara teratur mengumpulkan


informasi tentang bagaimana berjalannya suatu program, tentang
kemungkinan adanya dampak yang terjadi atau menjawab pertanyaan yang
diminati, terkadang informasi yang terkumpul digunakan untuk membuat
keputusan tentang program itu, misalnya bagaimana memperbaiki program,
apakah akan diperluas atau dihentikan. Terkadang informasi hanya
berpengaruh secara tidak langsung terhadap keputusan atau mungkin juga
tidak dihiraukan sama sekali karena merugikan pemimnpin, terlepas dari
bagaimana akhir penggunaannya.

18
Suatu evaluasi program mengharuskan untuk mengumpulkan informasi
yang valid, informasi yang dapat dipercaya, informasi yang berguna untuk
program yang dievaluasi. Berdasarkan beberapa definisi di atas maka
didapatkan kesimpulan bahwa program adalah sederetan kegiatan yang
dilakukan oleh perorangan, kelompok atau organisasi dengan harapan akan
mendatangkan hasil atau pengaruh terhadap pencapaian tujuan yang telah di
tentukan. Evaluasi program banyak terpusat pada peserta dan proses kegiatan
yang telah berjalan akan tetapi memperhatikan pada metode yang digunakan
dalam mengukur hasil. Definisi tersebut mengandung pengertian bahwa
evaluasi program berhubungan dengan target yang ditentukan.

Kesimpulan dari beberapa pendapat diatas yaitu evaluasi adalah kegiatan


untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu yang selanjutnya
informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang terdapat
dalam mengambil keputusan. Menurut Suharsimi & Cepi (2010:4) program
adalah suatu unit atau kesatuan kegiatan program yang merupakan sebuah
sistem yaitu rangkaian kegiatan yang dilakukan bukan hanya satu kali tetapi
berkesinambungan. Pelaksanaan program selalu terjadi didalam sebuah
organisasi yang artinya harus melibatkan sekelompok orang.

b. Model Evaluasi Program


Ada banyak model yang biasa digunakan untuk mengevaluasi suatu
program dalam ilmu evaluasi program pendidikan. Meskipun berbeda antara
satu dengan yang lainnya, akan tetapi memiliki maksudnya sama yaitu
melakukan kegiatan pengumpulan data atau informasi yang berkenaan dengan
objek yang dievaluasi, yang tujuannya menyediakan bahan bagi pengambil
keputusan dalam menentukan tindaklanjut suatu program.
Model-model evaluasi ada yang dikategorikan berdasarkan ahli yang
menemukan dan yang mengembangkan, serta ada juga yang bersebutan
dengan sifat kerjanya. Menurut Suharsimi & Cepi (2010: 40) ada beberapa

19
ahli evaluasi program yang dikenal sebagai penemu model evaluasi program
adalah “Stufflebeam, Metfessel, Michael Seriven, Stake dan Glasser”. Ada
beberapa metode evaluasi program, diantaranya (1) goal oriented evaluasi
model (2) goal-free evaluation model (3) Formatif-sumatif evaluation model
(4) Countenance evaluation model (5) CSE-UCLA evaluation model (6) CIPP
model evaluation (7) Discrepancy model.
1) Goal Oriented Evaluasion
Merupakan model yang muncul paling awal. Objek yang ada dalam
pengamatan pada model ini adalah tujuan dari program yang sudah ditetapkan
jauh sebelum program dimulai. Model evaluasi berbasis tujuan secara umum
mengukur apakah tujuan yang ditetapkan oleh kebijakan, program atau proyek
dapat dicapai atau tidak (Wirawan, 2011: 81). Evaluasi dilakukan
berkesinambungan, terus menerus, mengecek sejauh mana tujuan tersebut
sudah terlaksana didalam proses pelaksanaan program. Model ini
dikembangkan oleh Tyler.
2) Goal-Free Evaluation Model
Dikembangkan oleh Michael Scriven model evaluasi ini dapat
dikatakan berlawanan dengan model yang dikembangkan oleh Tyler,
evaluator terus menerus memantau tujuan tersebut apakah sudah tercapai,
dalam model goal free evaluation justru menoleh dari tujuan. Menurut
Michael Scriven dalam Suharsimi & Cepi (2010: 41) dalam melaksanakan
evaluasi program, evaluator tidak pernah memperhatikan apa yang menjadi
tujuan program.
3) Formatif-sumatif Evaluation Model
Selain goal-free evaluation model, Michael Scrinven mengembangkan
model lain yaitu model formati-sumatif (Suharsimi & Cepi, 2010: 42). Model
ini menunjukan adanya tahapan dan lingkup objek yang dievaluasi yaitu
evaluasi yang dilakukan pada waktu program masih berjalan (disebut evaluasi
formatif) dan ketika sudah program selesai atau berakhir (disebut evaluasi

20
sumatif). Berbeda dengan model evaluasi pertama kali dikembangkan, model
ini ketika dilaksanakan evaluasi, evaluator tidak dapat melepaskan diri dari
tujuan.
Menurut Farida Yusuf (2000: 18-19) penggunaan evaluasi formatif
adalah untuk memperoleh informasi yang dapat membantu memperbaiki
proyek, kurikulum, atau lokakarya sedangkan evaluasi Sumatif dibuat untuk
menilai kegunaan suatu objek.
Evaluasi formatif dan evaluasi sumatif memiliki tujuan yang berbeda.
Evaluasi tersebut dilaksanakan untuk mengetahui seberapa tinggi tingkat
keberhasilan atau ketercapaian tujuan untuk masing-masing pokok bahasan.
Oleh karena luas atau sempit materi yang tercangkup didalam pokok bahasan
setiap mata pelajaran tidak sama maka tidak dapat ditentukan dengan pasti
kapan evaluasi formatif dilaksanakan dan beberapa kali untuk masing-masing
mata pelajaran.
4) Countenance Evaluation Model
Model evaluasi ini dikembangkan oleh Stake, menurut Farida Yusuf
(2000: 21) analisis proses evaluasi yang dikemukakannya membawa dampak
yang cukup besar dalam bidang ini dan meletakan dasar yang sederhana
namun merupakan konsep yang cukup kuat untuk perkembangan yang lebih
jauh dalam bidang evaluasi. Ada dua dasar kegiatan dalam evaluasi yang
ditekankan Stake yaitu description dan judgement dan membedakan tiga
tahapan dalam program pendidikan, yaitu: antecedents (contexs), transaction
(process), dan Outcomes (output).
Menurut Stake ketika program Pendidikan tengah dipertimbangkan
evaluator, mau tidak mau evaluator harus melakukan dua perbandingan, yaitu
membandingkan kondisi hasil evaluasi program tertentu dengan yang terjadi
di program lain dengan objek yang sama dan membandingkan kondisi hasil
pelaksanaan program dengan standar yang diperuntukan bagi program yang
bersangkutan, didasrkan pada tujuan yang akan dicapai.

21
5) CSE-UCLA Evaluation Model
CSE-UCLA terdiri dari dua akronim yaitu CSE dan UCLA. CSE
adalah singkatan dari Center for the Study of Evaluation, sedangkan UCLA
memiliki singkatan dari University of California in Los Angeles. Ciri dari
model CSE-UCLA adalah adanya lima tahap yang dilakukan dalam evaluasi
yaitu perencanaan, pengembangan, implementasi, hasil dan dampak. Alkin
(1969) dalam Farida Yusuf (2000: 15) memberikan penjelasan CSE-UCLA
menjadi lima macam evaluasi yaitu “system assessment, program planning,
program implementation, program improvement, dan program certification”.
6) CIPP Evaluation Model
Model CIPP ini dikembangkan oleh Stufflebeam dkk, (1967) di Ohio
State Univesity. Model evaluasi ini merupakan model yang paling banyak
dikenal dan diterapkan oleh para evaluator. Uraian yang diberikan relatif
panjang dibandingkan dengan model-model lainnya. CIPP yang merupakan
sebuah singkatan dari huruf awal empat buah kata, yaitu: Context evaluation
(evaluasi terhadap konteks), Input evaluation (evaluasi terhadap masukan),
process evaluation (evaluasi terhadap proses), Product evaluation (evaluasi
terhadap hasil).
Sasaran dalam evaluasi ini terdapat pada empat kata dari model
evaluasi ini, yang tidak lain adalah komponen dari proses sebuah program
kegiatan. Dengan kata lain model CIPP sebagai model yang akan digunakan
untuk mengevaluasi program yang ditugaskan maka mau tidak mau evaluator
harus menganalisis program tersebut berdasarkan komponen-komponennya.
Suharsimi & Cepi (2010: 46) berkemuka bahwa evaluasi konteks
adalah upaya penggambaran dan perincian lingkungan kebutuhan yang tidak
terpenuhi, populasi, sampel yang dilayani dan tujuan proyek. Pada tahap
kedua dari model CIPP adalah evaluasi masukan. Dalam tahap ketiga dari
model CIPP yaitu evaluasi proses menunjukan pada apa kegiatan yang
dilakukan program, siapa orang yang ditunjuk sebagai penanggung jawab

22
program, kapan kegiatan program itu selesai. Dalam evaluasi proses diarahkan
pada seberapa jauh kegiatan yang dilaksanakan di dalam program sudah
terlaksana sesuai dengan rencana. Evaluasi produk atau hasil diarahkan pada
hal-hal yang menunjukan perubahan yang terjadi pada masukan mentah.
Menurut Farida Yusuf (2000: 14) membagi evaluasi CIPP menjadi
empat macam, yaitu:
a) Evaluasi konteks membantu merencanakan keputusan, menentukan
kebutuhan yang akan dicapai oleh program, dan merumuskan tujuan
program.
b) Evaluasi input membantu mengatur keputusan, menentukan sumber-
sumber yang ada, alternatif apa yang diambil, apa rencana dan strategi
untuk mencapai kebutuhan.
c) Evaluasi proses untuk membantu mengimplementasikan keputusan.
Sampai sejauh mana rencana telah diterapkan? Apa yang harus
direvisi?
d) Evaluasi produk untuk menlong keputusan selanjutnya. Apa hasil yang
telah dicapai? Apa yang dilakukan setelah program berjalan?
Menurut Wirawan (2011: 92-94) model CIPP terdiri dari empat jenis
evaluasi, yaitu:

a) Context evaluation berupay untuk mencari jawaban atas pertanyaan:


apa yang perlu dilakukan? Waktu pelaksanaannya sebelum program
diterima.
b) Input evaluation berupaya untuk mencari jawaban atas pertanyaan: apa
yang harus dilakukan? Waktu pelaksanaannya sebelum program
dimulai.
c) Process evaluation berupaya untuk mencari jawaban atas pertanyaan:
apakah program sedang dilaksanakan? Waktu pelaksanaannya ketika
program sedang dilaksanakan.

23
d) Product evaluation berupaya menjawab atas pertanyaan: apakah
program tersebut itu sukses? Waktu pelaksanaannya ketika program
tersebut selesai.
7) Discrepancy Model
Kata discrepancy adalah kata Bahasa inggris yang memiliki arti
“kesenjangan” dalam Bahasa Indonesia. Menurut Suharsimi & Cepi (2010:
48) “model yang di kembangkan oleh Malcolm Provus ini merupakan model
yang menekankan pada pandangan adanya kesenjangan didalam pelaksanaan
program”. Evaluasi program dilakukan oleh evaluator mengukur besarnya
kesenjangan yang ada pada setiap komponen. Untuk model Malcolm,
menekankan pada kesenjangan yang sebetulnya merupakan persyaratan umum
bagi semua kegiatan evaluasi, yaitu mengukur adanya perbedaan antara yang
sederhana yang seharusnya dicapai dengan yang sudah riil dicapai.

c. Tujuan Evaluasi Program


Tujuan evaluasi memiliki dua tujuan antara lain yaitu tujuan umum
(goals) dan tujuan khusus (objective). Tujuan khusus dinyatakan dalam
rumusan khusus dan terbatas serta merupakan rincian dari tujuan umum.
Tujuan evaluasi secara implisit telah terumuskan dalam definisi pengambilan
keputusan. Tujuan khusus mencangkaup upaya untuk memberikan masukan
tentang kebijaksanaan pendidikan, hasil program pendidikan, kurikulum,
tanggapan masyarakat terhadap program, sumberdaya pendidikan, dampak
pembelajaran dan manajemen program.
Setiap kegiatan tentunya memiliki tujuan sedemikian juga dengan
evaluasi program. Tujuan evaluasi program harus dirumuskan dengan titik
tolak tujuan program yang dievaluasikan agar pengukuran tujuan dapat
diketahui sisipositif dan negatifnya, dapat menunjukan bagian mana dari
kebijakan yang dapat di implemenatasikan dan mana yang tidak di
implemntasikan, serta apa penyebabnya maka tujuan evaluasi perlu dirinci.

24
Menurut Suharsimi & Cepi (2010: 19) ada dua macam tujuan evaluasi yaitu
“tujuan umum dan tujuan khusus”. Tujuan umum diarahkan pada program
secara keseluruhan, sedangkan tujuan khusus diarahkan pada masing-masing
komponen agar dapat melakukan tugasnya maka sesorang evaluator program
dituntut untuk mampu mengenali komponen-komponen program.

d. Manfaat Evaluasi Program

Evaluasi dalam dunia organisasi pendidikan dapat disamakan dengan arti


kegiatan supervisi. Secara singkat, supervisi diartikan sebagai upaya mengadakan
peninjauan untuk memberikan pembinaan maka evaluasi program adalah langkah
dalam supervisi yaitu mengumpulkan data agar dapat ditindak lanjuti dengan
pemberian pembinaan yang tepat pula.

Suharsimi & Cepi (2010: 21) menyatakan bahwa “evaluasi program


pendidikan tidak lain adalah supervisi pendidikan dalam pengertian khusus,
tertuju pada lembaga secara keseluruhan”. Terdapat hubungan antara program
dengan kebijakan. Program adalah rangkaian kegiatan sebagai realisasi dari suatu
kebijakan. Apabila suatu program tidak dievaluasi maka tidak dapat diketahui
bagaimana dan seberapa tinggi kebijakan yang sudah dikeluarkan dapat
terlaksana. Informasi yang diperoleh dari kegiatan evaluasi sangat berguna bagi
pengambilan keputusan dan kebijakan lanjutan program yang sedang atau telah
dilaksanakan. Wujud dari hasil evaluasi adalah sebuah rekomendasi dari evaluator
untuk mengambil keputusan.

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah evaluasi


pelaksanaan program PKL dengan menggunakan model CIPP dengan harapan
penelitian ini dapat memberikan masukan bagi penyelenggara program PKL yang
diadakan di SMK Teknik Pemesinan di kota Klaten. Sesuai empat kata yang ada
di dalam namanya model CIPP menyoroti empat aspek, yaitu: (1) konteks; (2)
input/masukan; (3) proses; (4) produk, yang melibatkan keempat-empatnya secara

25
bertahap. Evaluasi konteks pada penelitian ini mengenai kebutuhan-kebutuhan
yang akan dicapai pada pelaksanaan PKL. Kebutuhan-kebutuhan siswa dalam
pelaksanaan PKL meliputi kesesuaian tempat dan materi pembelajaran.
Kesesuaian materi pembelajaran dapat dilihat pada materi pelajaran kejuruan
yang terdapat di sekolah.

Evaluasi input pada penelitian ini mengenai persiapan dalam pelaksanaan


PKL. Persiapan PKL meliputi pembekalan PKL dan ketersedian buku pedoman
PKL untuk siswa. Standar buku pedoman PKL memiliki: alur pelaksanaan PKL,
pembagian waktu/matriks pelaksanaan PKL, daftar tempat pakerin, daftar peserta
PKL, daftar guru pembimbing, tugas dan kewajiban peserta PKL maupun
pembimbing PKL, dan format pembuatan laporan PKL.

Evaluasi proses pada penelitian ini mengenai proses pelaksanaan PKL yang
dilakukan oleh siswa. Kegiatan dalam proses pelaksanaan PKL meliputi kegiatan
siswa dalam pelaksanaan PKL, proses pembimbingan dari guru pembimbing
maupun pembimbing industri dan monitoring pelaksanaan PKL.

Evaluasi produk pada penelitian ini mengenai hasil/manfaat pelaksanaan PKL.


Hasil/manfaat pelaksanaan PKL meliputi pengetahuan wawasan dunia kerja,
meningkatkan keterampilan siswa, dan menumbuhkan sikap professional.

Keempat evaluasi ini merupakan satu kesatuan yang utuh, namun dalam
pelaksanaannya sebagaimana yang disampaikan oleh Stufflebeam dan kawan-
kawan diatas, bahwa dapat saja seorang peneliti hanya melakukan satu jenis
evaluasi, dan tidak menggunakan keempat jenis evaluasi tersebut. Evaluasi yang
menggunakan model ini harus mempertimbangkan dua hal, pertama yaitu bahwa
kekuatan model ini terletak pada rangkaian keempat jenisnya (CIPP) sehingga
pelaksanaan keempat komponen dalam satu dimensi yang utuh sangat diharapkan.
Kedua jika akan dilaksanakan dengan cara terpisah, sebaiknya menggabungkan
dua atau lebih jenis yang ada.

26
B. Penenlitian Yang Relevan
Hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini perlu dikaji, karena beberapa
hasil penelitian yang pernah dilakukan dapat dijadikan acuan sebagai bahan
perbandingan atau masukan. Hasil-hasil penelitian tersebut diantaranya:

Fadlianty Yahya (2020) dalam tesisnya yang berjudul “Evaluasi Program Praktik
Kerja Lapangan (PKL) di SMK Negeri 1 Palopo”. menyatakan hasil penelitian : 1)
komponen evaluasi konteks yang ada di SMK Negeri 1 Palopo sesuai dengan konsep
dasar yaitu menentukan prioritas kebutuhan dan memilih tujuan yang paling
menunjang kesuksesan program; 2) komponen evaluasi input yang ada di SMK
Negeri 1 Palopo sesuai dengan teori, yang terdiri dari persiapan, pelaksanaan dan
evaluasi program yang meliputi rapat pembentukan panitia, rapat koordinasi panitia,
penyusunan perangkat admnistrasi, negoisasi/penjajagan, memventralisir hasil
negoisasi, pemetaan tempat dan peserta, pendistribusian perangkat admnistrasi,
pelaksanaan orientasi kejuruan, pelepasan dan penyerahan peserta pada tempat PKL;
3) komponen evaluasi proses di SMK Negeri 1 Palopo sudah sesuai dengan konsep
pelatihan keahlian jurusan serta sesuai dengan tujuan khusus program PKL. Namun
kegiatan monitoring, tidak terlaksana sebagaimana mestinya, dimana masih adanya
guru pembimbing PKL yang hanya melakukan kegiatan monitoring satu sampai dua
kali saja sehingga tidak optimal; dan 4) komponen evaluasi produk pelaksanaan
program PKL di SMK Negeri 1 Palopo telah berjalan dengan baik dan sesuai dengan
harapan. Adapun saran yang diajukan oleh peneliti adalah: 1) untuk pihak SMKN 1
Palopo untuk terus mengadakan evaluasi program dalam rangka meningkatkan
kualitas program PKL; 2) untuk guru pembimbing PKL diharapkan untuk membantu
dan mendukung peningkatan kualitas pelaksanaan program PKL; dan 3) untuk siswa
diharapkan untuk lebih aktif mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang
telah dipelajari agar pelaksanaan PKL sesuai dengan yang diharapkan dan bermanfaat
untuk diri sendiri khusunya dalam meningkatkan kesiapan kerja.

27
Tessy Etty Zuraidah (2020) dalam tesisnya yang berjudul Evaluasi Penerapan
Program Praktik Kerja Lapangan (PKL) Program Studi Teknik Komputer Jaringan
(TKJ) Di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri – 8 Palangka Raya. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa program PKL kompetensi keahlian Teknik Komputer
Jaringan di SMK N – 8 Palangka Raya secara keseluruhan sudah sangat baik. Pada
dimensi Context sangat baik dengan score 86,37%, dimensi Input sangat baik dengan
score 87,87%, dimensi Process sangat baik dengan score 92,78% dan dimensi
Product sangat baik dengan score 84,7%. Dengan demikian Program PKL ini dapat
dilanjutkan dan dipertahankan serta ditingkatkan sehingga Peserta didik memiliki
kompetensi yang siap kerja di dunia usaha dan industri.

Catur Suharyadi dalam skripsinya yang berjudul Evaluasi Pelaksanaan Program


Praktik Kerja Industri (Prakerin) Siswa SMK Kompetensi Keahlian Teknik
Pemesinan Di Kota Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukan bahwa pelaksanaan
Praktik Kerja Industri (Prakerin) siswa SMK kompetensi keahlian Teknik Pemesinan
di kota Yogyakarta secara keseluruhan meliputi: (1) evaluasi context: a) kesesuaian
kompetensi keahlian pada pelaksanaan PKL menurut 17 (58,67%) guru dalam
kategori baik b) kesesuaian kompetensi keahlian pada pelaksanaan Prakerin menurut
75 (43,60%) siswa dalam kategori kurang baik (2) evaluasi input: a) kesiapan
pelaksanaan Prakerin menurut 15 (51,72%) guru pembimbing berada pada kategori
sangat baik; b) kesiapan pelaksanaan Prakerin 97 (56,40%) siswa menyatakan dalam
katagori baik, (3) evaluasi process: a) ketercapaian pelaksanaan Prakerin berada pada
kategori baik menurut 24 (82,76%) guru pembimbing b) ketercapaian pelaksanaan
Prakerin dalam katagori baik menurut 143 (83,14%) siswa, (4) evaluasi product: a)
manfaat Prakerin menurut 18 (62,07%) guru pembimbing sangat baik; b) manfaat
Prakerin menurut 110 (63,95%) siswa menyatakan baik.

C. Kerangka Berpikir
. Ukuran ganda diterapkan pada kualitas Pendidikan kejuruan, yaitu kualitas
menurut ukuran sekolah atau in-school success standards dan kualitas menurut

28
ukuran masyarakat atau out-of school success standards. Untuk kriteria pertama
meliputi aspek keberhasilan siswa dalam memenuhi tuntutan kurikuler yang telah
diorientasikan pada tuntutan dunia kerja, sedangkan kriteria kedua, meliputi
keberhasilan siswa yang ditampilkan pada kemampuan unjuk kerja sesuai dengan
standar kompetensi nasional.

Untuk mencapai kesiapan kerja siswa, implementasi kurikulum dititikberatkan


pada proses pembelajaran di sekolah dan praktik kerja lapangan. Praktik Kerja
Lapangan merupakan pola penyelenggaraan diklat yang dikelola bersama-sama
antara SMK dan industri yang ada. Pada hakikatnya pelaksanaan Praktik Kerja
Lapangan secara tidak langsung akan memberikan pengetahuan dan pengalaman
dalam bekerja. Sekolah membekali siswa dengan materi pendidikan umum
(normatif), pengetahuan dasar penunjang (adaptif), serta teori dan keterampilan dasar
kejuruan (produktif). Selanjutnya dunia usaha/industri diharapkan membantu
bertanggung jawab terhadap peningkatan keahlian profesi melalui Praktik Kerja
Lapangan.

Praktik Kerja Lapangan memberikan pengalaman kepada siswa meliputi


penggunaan sarana prasarana baru, memperoleh keterampilan baru dalam bekerja,
memikul tanggung jawab lebih, memiliki jaringan profesional dan memecahkan
masalah manajemen di lapangan, pengalaman yang diperoleh akan mempengaruhi
pola pikir, sikap dan tingkah laku dalam bekerja. Dari kesiapan mental, siswa menjadi
terlatih untuk berani menerima tanggung jawab, lebih bijak dalam menghadapi
masalah, disiplin, mampu beradaptasi, bekerja sama dengan orang lain dan
menjunjung sikap kerja yang benar.

Dalam hal ini, setelah pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan perlu dilakukannya
evaluasi dari pelaksanaan program tersebut. Evaluasi dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui kendala-kendala dan hambatan yang mengakibatkan pelaksanaan praktik
kerja lapangan tidak memberikan hasil yang maksimal dalam membentuk kesiapan
kerja siswa. Pada penelitian ini menggunakan evaluasi model CIPP yang memnuat

29
empat komponen evaluasi yaitu evaluasi konteks, evaluasi input, evaluasi proses dan
evaluasi produk.

Untuk lebih memperjelas arah dan tujuan dari penelitian secara utuh maka perlu
diuraikan suatu konsep berfikir dalam penelitian, sehingga peneliti dapat
menguraikan tentang gambaran permasalahan di atas.

Skema kerangka berpikir pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

SMK Muh 2
Jatinom

Pelaksanaan Praktik Kerja


Lapangan (PKL)

Evaluasi Program Praktik Kerja Lapangan

(PKL)

Context Input Process Product


Evaluation Evaluation Evaluation Evaluation

30
Hasl penelitian

Gambar 1. Kerangka Berpikir Evaluasi Pelaksaan PKL Siswa SMK Kompetensi


Keahlian Teknik Pemesinan di SMK Muhammadiyah 2 Jatinom

D. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan kerangka pikir diatas, maka secara rinci pertanyaan penelitian dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah pelaksanaan PKL di SMK Muhammadiyah 2 Jatinom sudah sesuai
kebutuhan siswa?
2. Bagaimanakah kesiapan dalam pelaksanaan PKL di SMK Muhammadiyah 2
Jatinom?
3. Bagaimanakah pelaksanaan PKL di SMK Muhammadiyah 2 Jatinom?
4. Bagaimanakah manfaat pelaksanaan PKL di SMK Muhammadiyah 2 Jatinom
bagi siswa?

31
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, dimana peneliti
berupaya menggambarkan suatu fenomena atau kejadian dengan apa adanya.
Hal tersebut didasarkan karena penelitian ini menghasilkan data-data berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
Adapun tujuannya adalah untuk memberikan gambaran secara tepat mengenai
suatu keadaan, sifat-sifat individu atau gejala terhadap kelompok tertentu.
Oleh karena itu penelitian ini akan menitikberatkan pada upaya untuk
memberikan gambaran umum secara sistematis, faktual dan akurat mengenai
fakta-fakta, sifat-sifat fenomena yang diselidiki dari suatu objek penelitian
serta dipaparkan dengan apa adanya.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif dimana suatu proses penelitian yang dilakukan secara wajar dan
natural sesuai dengan kondisi objektif di lapangan tanpa adanya manipulasi.
Pada pendekatan kualitatif yang bermaksud untuk memahami fenomena
tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi,

32
motivasi, tindakan dan sebagainya, secara holistik dan dengan cara deskripsi
dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah
dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Penelitian kualitatif
merupakan penelitian yang berusaha melihat kebenaran-kebenaran atau
membenarkan kebenaran. Kaitannnya dengan penelitian ini adalah pendekatan
studi kasus digunakan untuk memberikan gambaran secara mendalam tentang
peran evaluasi program Praktik Kerja Lapangan terhadap kesiapan kerja siswa
SMK Muhammadiyah 2 Jatinom.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di SMK Muhammadiyah 2 Jatinom yang
beralamatkan di Jl. Raya Krajan No.2, Dusun 2, Krajan, Kec. Jatinom,
Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Peneliti memilih SMK Muammadiyah 2
Jatinom disebabkan karena SMK Muhammadiyah 2 Jatinom merupakan salah
satu Sekolah Menengah Kejuruan yang menerapkan program Praktik Kerja
Indsutri (PKL) sebagai salah satu langkah untuk mempersiapkan siswanya
dalam menghadapi dunia kerja.
Selain itu, SMK Muhammadiyah 2 Jatinom juga lebih dekat dan
lokasinya tidak jauh sehingga dapat memudahkan peneliti untuk melakukan
penelitian dan pengumpulan data yang dibutuhkan. Sedangkan waktu
pelaksanaan penelitian ini berlangsung sebulan selama bulan Oktober.

C. Subyek Dan Obyek Peneltian


1. Subyek Penelitian
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Subyek penelitian adalah
orang, tempat atau benda yang diamati dalam rangka pembubutan
sebagai sasaran penelitian. Adapun subyek penelitian dalam tulisan ini
adalah siswa SMK Muhammadiyah 2 Jatinom yang mengikuti Praktik
Kerja Lapangan dan guru pembimbing.
2. Objek penelitian

33
Yang dimaksud objek penelitian adalah hal yang menjadi sasaran
penelitian (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989: 662). Obyek dalam
penelitian adalah Praktik Kerja Lapangan di SMK Muhammadiyah 2
Jatinom meliputi Context, Input, Process & Product sesuai model
evaluasi CIPP.

D. Populasi Dan Sampel Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pelaksanaan PKL siswa
SMK Muhammadiyah 2 Jatinom. Data penelitian ini diperoleh dari siswa dan
guru pembimbing PKL. Berikut ini akan dijelaskan mengenai Populasi dan
Sampel pada penelitian ini.
1. Populasi Penelitian
Populasi dari penelitian ini adalah siswa SMK Muhammadiyah 2
Jatinom yang mengikuti program PKL dan juga guru pembimbing
PKL. Populasi penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Populasi Penelitian Siswa dan Guru Pembimbing

Kompetensi Keahlian Peserta PKL Guru Pembimbing


Teknik Audio Video 21 3
Teknik Multi Media 39 4
Teknik Pemesinan 60 8
Teknik Kendaraan Ringan 205 16
Jumlah 325 31

2. Sampel Penelitian
Teknik Sampling penelitian ini menggunakan Probability
Sampling dimana Teknik sampling ini memberikan peluang yang sama
untuk anggota populasi terpilih sebagai sampel. Artinya, hasil
penelitian yang dilakukan dapat mengeneralisasi dan mewakili
populasi yang diingikan. Dilihat dari jenisnya, penelitian ini

34
menggunakan jenis Proposional Sampling dimana sampel diambil dari
populasi berdasarkan unsur-unsur atau kategori yang sudah
dipertimbangkan.
Dalam menentukan jumlah sampel dari populasi ini peneliti
menggunakan rumus Isaac dan Michael dengan tingkat toleransi 1%,
5% dan 10%. Rumus Isaac dan Michael digunakan berdasarkan
populasi yang telah diketahui jumlahnya yaitu 325 siswa. Untuk
tingkat presisi yang ditetapkan dalam penentuan sampel adalah 5%.
Berikut adalah perhitungan sampel menurut Rumus Isaac dan Michael
(Sugiyono, 2011:37):
X 2 N P(1−P)
S= 2
d ( N−1 ) + X 2 P¿ ¿

Keterangan

S ; jumlah sampel

N: jumlah populasi

P : Proposi dalam populasi (P=0,50)

d : ketelitian/derajad ketetapan (0,05)

X2 : nilai table chisquare untuk µ tertentu (X2 = 3,841 taraf signifikasi 95%)

Berdasarkan tabel penentuan Isaac dan Michael tersebut


dengan ukuran toleransi sebesar 5% maka akan didapatkan hasil
sebagai berikut

3,841.325 .0,5(1−0,5)
n= ¿¿

Dari hasil tabel penentuan didapatkan angka 176.29219 yang


dibulatkan menjadi 180 responden. Kemudian dilakukan penentuan jumlah

35
sampel pada masing-masing jurusan dengan menentukan proposinya sesuai
jumlah siswa yang diteliti. Jumlah siswa tiap kompetensi keahlian didapatkan
dengan menggunakan Teknik sampling Proportionate Stratified Random
Sampling yang digunakan bila populasi mempunyai anggota/unsur yang tidak
homogen dan berstrata secara proporsional.

Adapun rumus Proportionate Stratified Random Sampling


menurut Sugiyono yang dikutip Riduwan (2013, hlm. 66), yaitu :

¿= ¿ . n
N

Keterangan

ni : Jumlah sampel setiap Kompetensi Keahlian.

n : Jumlah sampel seluruhnya.

Ni : Jumlah populasi setiap Kompetensi Keahlian.

N : Jumlah populasi seluruhnya.

Berdasarkan rumus diatas, maka sampel dari siswa tiap kompetensi keahlian
dapat diambil sebagai berikut :

21
Kompetensi Keahlian Teknik Audio Video .180=11,63
325
yang kemudian dapat dibulatkan menjadi 12.

39
Kompetensi Keahlian Teknik Multi Media .180=21,6
325
yang kemudian dapat dibulatkan menjadi 22.

36
60
Kompetensi Keahlian Teknik Pemesinan .180=33,23
325
yang kemudian dapat dibulatkan menjadi 33.

205
Kompetensi Keahlian Teknik Kendaraan Ringan .180=113,5
325

yang kemudian dapat dibulatkan menjadi 113.

Dari hasil perhitungan sampel diatas maka diperolah data sampel


proposional sebagai berikut:

Tabel 2. Sampel Proposional Siswa dan Guru Pembimbing

Kompetensi Keahlian Jumlah Sampel Siswa Jumlah Sampel Guru


Teknik Audio Video 12 3
Teknik Multi Media 22 4
Teknik Pemesinan 33 8
Teknik Kendaraan Ringan 113 16
Jumlah 180 31

E. Teknik Pengumpulan Data


Penelitian ini menggunakan beberapa teknik pengumpulan data sebagai
berikut:
1. Teknik Observasi
Observasi yaitu pengamatan dan pencatatan secara sistematik
terhadap gejala yang tampak pada objek yang sedang diteliti.
Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang menggunakan
pengamatan terhadap obyek penelitian yang dapat dilaksanakan secara

37
langsung maupun secara tidak langsung. Pada penelitian ini, penulis
melakukan pengamatan secara langsung untuk mendapatkan data yang
diperlukan. Dalam observasi secara langsung ini, peneliti terlibat
langsung dalam kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau
yang digunakan sebagai sumber data pada penelitian ini.
Observasi langsung ini dilakukan peneliti untuk
mengoptimalkan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Pada
penelitian ini, peneliti datang langsung ke SMK Muhammadiyah 2
Jatinom untuk melihat ataupun mengamati secara langsung kegiatan
terkait dengan evaluasi program Praktik Kerja Lapangan dan mencatat
hal-hal yang diperlukan terkait dengan fokus penelitian ini yaitu
pelaksanaan evaluasi program pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan
pada SMK Muhammadiyah 2 Jatinom.
2. Kuesioner
Metode kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang
digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti
laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ingin ia ketahui
(Suharsimi Arikunto, 2002:128). Metode Kuesioner digunakan untuk
memperoleh data mengenai persiapan, pelaksanaan serta kemanfaatan
kegiatan pada siswa dan guru.
Penelitian dengan judul ini menggunakan instrumen kuesioner.
Skor yang digunakan dalam penelitian ini ialah berdasarkan Skala
Likert. Skala Likert mempunyai lima jawaban yaitu: sangat setuju,
setuju, ragu-ragu/kadang-kadang setuju, tidak setuju dan sangat tidak
setuju. Pemberian skor terhadap masing-masing jawaban adalah
sebagai berikut:
Tabel 3. Skor Jawaban Instrumen Penelitian

Jawaban Skor

38
Positif Negatif
Sangat Setuju 5 1
Setuju 4 2
Kurang Setuju 3 3
Tidak Setuju 2 4
Sangat Tidak Setuju 1 5

3. Teknik Dokumentasi
Teknik ini dilakukan peneliti dengan mengumpulkan dokumen
tertulis maupun tidak tertulis dari lokasi penelitian yang berkaitan
dengan pokok penelitian. Metode ini digunakan peneliti untuk
memperoleh data tentang sejarah berdirinya SMK Muhammadiyah 2
Jatinom, letak geografis SMK Muhammadiyah 2 Jatinom, keadaan
guru dan siswa pada SMK Muhammadiyah 2 Jatinom, keadaan
gedung kelas, sarana dan prasarana yang ada di SMK Muhammadiyah
2 Jatinom serta dokumen-dokumen lain yang terkait dengan fokus
penelitian ini yaitu peran evaluasi program Praktik Kerja Lapangan
terhadap kesiapan kerja siswa pada SMK Muhammadiyah 2 Jatinom.

F. Instrumen Penelitian Dan Uji Coba Instrumen


1. Instrumen Penelitian
Menurut Sugiyono (2010: 147), mengemukakan bahwa
instrumenpenelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur
fenomena alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik semua
fenomena ini disebut variabel penelitian. Instumen–instrumen yang
digunakan untuk mengukur variabel–variabel dalam ilmu alam sudah
banyak tersedia dan telah teruji validitas dan reliabilitasnya. Jadi
instrumen penelitian adalah merupakan suatu alat atau fasilitas yang
digunakan peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih

39
mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan
sistematis sehingga lebih mudah diolah. Responden diminta untuk
memilih salah satu dari jawaban yang telah disediakan atau memilih
lebih dari satu pilihan yang telah ditentukan. Kisi–kisi instrument
penelitian angket dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Kisi-kisi Instrumen Kuesioner

Variabel Komponen Instrumen No Item Sumber


Data
Context Kebutuhan Siswa kuesioner 1,2,3,4,5 Siswa
Kebutuhan kuesioner 1,2,3,4,5 guru
Sekolah
Input Kesiapan PKL Kuesioner 6,7,8,9,10,11 siswa
Siswa
Kesiapan Kuesioner 6,7,8,9,10,11 guru
Bimbingan Guru
Process Kualitas kuesioner 12,13,14,15,16,17,18, Siswa
pelaksaan PKL 19,20,21,22,23
siswa
Kualitas Kuesioner 12,13,14,15,16,17,18,19 guru
pelaksaan
bimbingan guru
Product Bagi siswa Kuesioner 24,25,26,27,28,29,30,31 Siswa

40
Bagi sekolah kuesioner 20,21,22,23,24,25, guru
26,27,28,29,30

2. Uji Coba Instrumen


a. Kalibrasi Ahli
Pertanyaan yang telah disusun kemudian dikonsultasikan kepada
ahli “judgment” atau kalibrasi ahli. Hasil ini akan memberikan
masukan-masukan terhadap instrumen penelitian sehingga
memperkecil tingkat kelemahan dan kesalahan dari instrumen.
b. Validitas Instrumen
Validitas Instrumen yaitu keadaan yang menggambarkan tingkat
instrumen yang bersangkutan mampu mengukur apa yang akan
diukur (Arikunto, 2005: 167). Adapun rumus yang digunakan
untuk mengukur validitas angket sebagai instrumen penelitian ini
menggunakan rumus Product Moment dari Karl Pearson, sebagai
berikut:
NΣXY −( ΣX )( ΣY )
rxy=
√ {NΣX 2−(ΣX ) 2}{ NΣY 2−ΣY 2 }
Keterangan: 𝑟𝑥𝑦 = korelasi momen akar
N = cacah objek uji coba
Σ𝑋 = sigma atau jumlah X (skor butir)
Σ𝑌 = sigma atau jumlah Y (skor faktor)
Σ𝑋𝑌 = sigma tangkar (perkalian dengan Y)
Perhitungan penelitian ini dibantu menggunakan program SPSS
dengan memasukkan input data pada software computer SPSS.
Apabila harga r (tabel) setelah dibandingkan dengan r tabel
ternyata signifikan atau r tabel < r hitung, maka dapa dikatakan
bahwa instrumen yang disusun sesuai atau sejajar dengan kriteria,

41
berhubung tes yang digunakan sebagai kriteria ialah instrumen
yang mempunyai validitas yang tinggi, maka disimpulkan bahwa
instrumen yang disusun juga memiliki validitas yang tinggi
sebanding dengan validitas instrument kriteria (Yusuf 2014: 238).
c. Uji Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas merupakan konsistensi atau kestabilan skor suatu
instrumen penelitian terhadap individu yang sama, dan diberikan
pada waktu yang berbeda (Yusuf, 2014:242). Pengujian reliabilitas
menggunakan Software Computer SPSS. Menggunakan rumus
Alpha Cronbach dari Hadi (1991: 560), sebagai berikut:
Vx
M [1 ]
Vy
Rtt=
M −1
Keterangan: 𝑟𝑥𝑦 = korelasi momen akar
N = cacah objek uji coba
Σ𝑋 = sigma atau jumlah X (skor butir)
Σ𝑌 = sigma atau jumlah Y (skor faktor)
Σ𝑋𝑌 = sigma tangkar (perkalian dengan Y)
Perhitungan penelitian ini dibantu menggunakan program
SPSS dengan memasukkan input data pada software computer
SPSS. Apabila harga r (tabel) setelah dibandingkan dengan r tabel
ternyata signifikan atau r tabel < r hitung, maka dapat dikatakan
bahwa instrumen yang disusun sesuai atau sejajar dengan kriteria,
berhubung tes yang digunakan sebagai kriteria ialah instrumen
yang mempunyai validitas yang tinggi, maka disimpulkan bahwa
instrumen yang disusun juga memiliki validitas yang tinggi
sebanding dengan validitas instrumen kriteria (Yusuf, 2014: 238).

42
G. Keabsahan Data
Untuk memeriksa Keabsahan data peneliti menggunakan teknik
triangulasi. Triangulasi dimaksudkan untuk mengecek ulang antara data yang
diperoleh melalui studi dokumen, kuesioner untuk mendapatkan data
pendukung dan observasi. Triangulasi memilik arti peneliti menggunakan
teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari
sumber yang sama. Triangulasi memiliki tujuan meningkatkan pemahaman
peneliti terhadap apa yang telah ditemukan.

H. Teknik Analisis Data


Aktivitas analisis data dalam penelitian ini meliputi reduksi data,
display data dan conclusion drawing/verifikasi.
1. Reduksi Data
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak,
untuk itu, maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Semakin lama
penelitian di lapangan, maka jumlah data akan semakin banyak,
kompleks dan rumit. Untuk itu perlu dilakukan analisis data melalui
reduksi data. Pada tahap ini peneliti akan merangkum, memilih hal-hal
yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting. Data yang telah
direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan
mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data yang
dibutuhkan dalam penelitian ini.
Data yang peneliti dapatkan dari lapangan, kemudian dipilah
dan dikelompokkan sesuai dengan fokus penelitian,, sehingga akan
mudah dipahami dan dimengerti dan pada akhirnya data dapat
disajikan dengan baik. Dalam reduksi data terdapat dua bagian yang
penting yaitu:
a. Identifikasi satuan (unit) yang pada awalnya diidentifikasikan
adanya satuan yaitu bagian yang terkecil yang ditemukan
dalam data yang memiliki makna bila dikaitkan dengan fokus

43
penelitian. Identifikasi satuan ini peneliti lakukan untuk
mengelompokkan data yang sesuai dengan sub bab pada fokus
penelitian, agar nantinya dalam menyajikan data peneliti tidak
mendapatkan kesulitan dalam memilih data yang sesuai dengan
fokus penelitian yang sudah ada.
b. Sesudah satuan diperoleh, langkah yang akan dilakukan
berikutnya yaitu membuat koding. Dimana yang dimaksudkan
dalam membuat koding adalah memberikan kode pada setiap
satuan, agar dapat ditelusuri data/satuannya berasal dari
sumber mana. Membuat koding peneliti lakukan dengan cara
memberikan tanda yang berbeda terhadap data yang telah di
peroleh di lapangan. Dengan pemberian kode ini peneliti
menjadi lebih mudah dalam menganalisis dan memasukkan
data yang telah di peroleh dan dicocokkan dengan fokus
penelitian yang telah ditetapkan.
2. Display Data
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya ialah
penyajian data. Penyajian data merupakan sekumpulan informasi
tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan
dan pengambilan tindakan. Dalam hal ini, penyajian data merupakan
kegiatan penyusunan informasi yang kompleks ke dalam suatu bentuk
yang sistematis, sehingga menjadi lebih selektif dan sederhana dan
memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan data dan
pengambilan tindakan.
Penyajian data bisa di lakukan dalam bentuk uraian singkat
ataupun bagan. Hubungan antar kategori flowchart dan sejenisnya.
Proses penyajian data ini mengungkapkan secara keseluruhan dari
sekelompok data yang diperoleh agar mudah dibaca dan dipahami.
Dalam penyajian data yang paling sering digunakan untuk penyajian

44
data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat
naratif.
Pada penelitian ini data yang diperoleh berupa kalimat-kalimat
ataupun kata-kata yang berhubungan dengan fokus penelitian,
sehingga sajian data merupakan sekelompok informasi yang tersusun
secara sistematis yang memberikan kemungkinan untuk ditarik
kesimpulan. Dengan kata lain penyajian data ini merupakan proses
penyusunan informasi secara sistematis dalam rangka memperoleh
kesimpulan-kesimpulan sebagai temuan peneliti.
3. Kesimpulan dan Verifikasi
Setelah data diolah dengan baik, maka peneliti perlu menarik
kesimpulan. Penarikan kesimpulan merupakan kegiatan akhir dalam
analisis data dan dari hasil kesimpulan peneliti akan mengetahui
jawaban dari masalah yang diteliti. Data tersebut harus diuji
kebenarannya, kekokohannya dan kecocokannya yang merupakan
faliditas dari data tersebut.
Kesimpulan merupakan intisari dari hasil penelitian yang
menggambarkan pendapat terakhir peneliti. Simpulan ini diharapkan
memiliki relevansi sekaligus mejawab fokus penelitian yang telah
dirumuskan sebelumnya. Kesimpulan ini merupakan proses re-check
yang dilakukan selama penelitian dengan cara mencocokkan data
dengan catatan-catatan yang telah dibuat peneliti dalam melakukan
penarikan simpulan-simpulan awal. Karena pada dasarnya penarikan
simpulan sementara dilakukan sejak awal pengumpulan data. Data
yang telah diverifikasi, akan dijadikan landasan dalam melakukan
penarikan kesimpulan.

45
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2008). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, S. (2008). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, S. (2016). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, S., & Cepi. (2010). Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Clarke, L., & C, W. (2007). Vocational Education International Appoarch, Development and
System. New York: Routledge.

Devani, S. Y. (2020). Evaluation of Industrial Work Practice Program (Internship) Network


Computer Engineering.

Fahya, F. (2020). Evaluasi Program Praktik Kerja Lapangan (PKL) di SMK N 1 Palopo. Tesis

Hamalik, O. (2008). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Husaini. (2018). Kepempininan Pendidikan Kejuruan. Yogyakarta: UNY Press.

46
Kemendikbud. (2021). Pedoman Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan.

Shinkfield, D. L. (2007). Evaluation, Theory, Models, and Application. San Fransisco: Jossey-
Bass.

Sugihartono. (2007). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.

Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suharyadi, C. (2013). Evaluasi Program Praktik Kerja Industri (Prakerin) Siswa Kompetensi
Keahlian Pemesinan di Kota Yogyakarta. Skripsi

Zuraidah, T. E. (2020). Evaluasi Penerapan Program Praktik Kerja Industri (Prakerin) Program
Studi Teknik Komputer Jaringan (TKJ) di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 8
Palangka Raya. Tesis

LAMPIRAN

47
Lampiran 1

48
Lampiran 2

49
Lampiran 3

50
Lampiran 4

51
Lampiran 5

52
PEDOMAN WAWANCARA KEPADA WAKA KURIKULUM ATAU TIM
POKJA
Identitas Responden
Nama :........................................................................................
NIP :........................................................................................
Hari dan Tanggal Wawancara:........................................................................................
Tempat Wawancara :........................................................................................
Pertanyaan :
1. Mengapa program PKL perlu dilaksanakan di sekolah yang bapak pimpin?
2. Melihat dari program PKL yang dilaksanakan yang ada di sekolah ini, apakah
kurikulum yang ada di sekolah seudah disesuaikan dengan kebututuhan industri?
3. Faktor-faktor apa saja yang mendukung pelaksaan program PKL di sekolah bapak?
4. Bagaiman baapak menentukan calon guru pembimbing bagi siswa PKL?
5. Materi pembekalan apa saja yang diberikan kepada siswa sebelum PKL?
6. Untuk mencari tempat PKL siswa, apakah sekolah mencarikan atau siswa mencari
sendiri?
7. Kesulitan atau hambatan apa yang dijumpai saat pelaksaaan PKL berlangsung?
8. Bagaimana upaya sekolah untuk memonitoring pelaksaan PKL?
9. Apakah tempat PKL siswa sudah sesuai dengan kompetensi keaahliannya?
10. Permasalahan apa saja yang sering muncul dalam pelaksaan PKL?
11. Menurut bapak, sejauh mana kemanfaatan program PKL selama ini?
12. Bagaimana tanggapan industri tentang keberlangsungan PKL?
13. Bagaimana evaluasi yang dilakukan setelah PKL siswa?

Lampiran 6

53
PEDOMAN OBSERVASI
1. Sejarah singkat sekolah
2. Visi dan misi sekolah
3. Keadaan guru
4. Keadaan siswa
5. Keadaaan sarana dan prasarana sekolah

54

Anda mungkin juga menyukai