Anda di halaman 1dari 18

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MENGENAL

KOMPONEN ELEKTRONIKA DENGAN MENGGUNAKAN


MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING PADA
SISWA KELAS X SMKN 1 SEMARANG

Proposal Penelitian Tindakan Kelas


Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Metodologi Penelitian

dosen pengampu
Dr. H. Noor Hudallah, M. T.

Oleh
Mohammad Syafiun Najib
NIM.5301417042

PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2020
DAFTAR ISI

BAB I ......................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ..................................................................................................................................... 1
1.1Latar Belakang Masalah ................................................................................................................. 1
1.2 Identifikasi Masalah ....................................................................................................................... 2
1.3 Pembatasan Masalah ...................................................................................................................... 2
1.4 Perumusan Masalah ....................................................................................................................... 3
1.5 Tujuan Penelitian ............................................................................................................................ 3
1.6 Manfaat Penelitian .......................................................................................................................... 3
BAB II ........................................................................................................................................................ 4
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................................................ 4
2.1 Pembelajaran berbasis kompetensi ............................................................................................... 4
2.2 Model Pembelajaran ....................................................................................................................... 6
2.3 Belajar Mengenal Komponen Elektronika ................................................................................... 8
2.4 Kerangka Berpikir .......................................................................................................................... 8
2.5 Hipotesis Tindakan ......................................................................................................................... 9
BAB III .................................................................................................................................................... 10
METODOLOGI PENELITIAN ............................................................................................................ 10
3.1 Lokasi, Waktu dan Subjek Penelitian ......................................................................................... 10
3.2 Populasi dan sampel penelitian .................................................................................................... 10
3.3 Jenis Penelitian .............................................................................................................................. 11
3.4 Rancangan penelitian ................................................................................................................... 11
3.5 Instrumen penelitian ..................................................................................................................... 14
3.6 Teknik analisis data ...................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................................. 16
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah lembaga pendidikan formal tingkat menengah
yang bertujuan untuk mewujudkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berakhlak mulia, terampil
dan terlatih untuk memasuki lapangan pekerjaan. Departemen Pendidikan menjadikan SMK
sebagai salah satu lembaga pendidikan kejuruan untuk menyediakan tenaga kerja nasional yang
terampil dan terdidik serta berahklak mulia.

Rupert Evan merumuskan tujuan Pendidikan Kejuruan (SMK) : 1) memenuhi kebutuhan


masyarakat akan tenaga kerja, 2) Meningkatkan pilihan pendidikan bagi setiap individu, dan 3)
Mendorong motivasi untuk terus belajar (dalam Muslim: 2007). Dalam peraturan pemerintah No.
29 Tahun 1990 juga merumuskan bahwa Pendidikan Menengah Kejuruan (SMK) mengutamakan
kesiapan siswa untuk memasuki lapangan kerja dan mengembangkan sikap professional.
Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan Pendidikan Kejuruan adalah
mempersiapkan peserta didik sebagai calon tenaga kerja dan mengembangkan eksistensi peserta
didik, untuk kepentingan peserta didik, bangsa dan Negara. Apabila ditinjau dari tujuan dan konsep
dasar pelaksanaannya maka Pendidikan Kejuruan Tingkat Menengah (SMK) sangat berbeda
dengan Pendidikan Umum (SMA).

Ada tujuh kriteria Pendidikan Kejuruan yaitu : 1) Orientasi pada kinerja Individu dalam
dunia kerja, 2) justifikasi khusus pada kebutuhan nyata di lapangan, 3) fokus kurikulum pada
aspek-aspek psikomotorik, afektif dan kognitif, 4) tolok ukur keberhasilan tidak hanya di sekolah,
5) kepekaan terhadap pekembangan dunia kerja, 6) memerlukan sarana dan prasarana khusus
yang memadai, dan 7) adanya dukungan masyarakat. (Finch dan Crunkilton :1999;14 -16)

Selanjutnya dalam peraturan pemerintah No. 22 Tahun 2006 tentang pengelompokan mata
pelajaran untuk SMK terdiri atas: 1) normatif : kelompok mata pelajaran yang dialokasikan secara
tetap yang meliputi Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, Pendidikan Jasmani,
Olahraga dan Kesehatan, dan Seni Budaya, 2) adaptif : terdiri atas mata pelajaran Bahasa Inggris,
Matematika, IPA, IPS, KKPI dan Kewirausahaan, dan 3) produktif : terdiri atas sejumlah mata

1
2

pelajaran yang dikelompokkan dalan Dasar Kompetensi Kejuruan dan Kompetensi


Kejuruan. Implementasi ketiga kelompok materi ini dalam bentuk aktivitas pembelajaran
mencakup kegiatan tatap muka, praktik sekolah dan praktik industri. Keseluruhan aktivitas
pembelajaran ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi siswa dalam wilayah kognitif, afektif,
dan psikomotorik.

Berdasarkan pada pengorganisasian materi pelajaran dan implementasinya maka kriteria


minimal lulusan SMK adalah kompeten dalam pengetahuan dan keterampilan, standar kompetensi
ini akan menjadi modal dasar siswa ketika lepas dari SMK, artinya mereka sudah memiliki
keterampilan dan keahlian sesuai dengan bidangnya dan siap untuk memasuki dunia usaha dan
dunia industri.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, terdapat banyak masalah yang
mempengaruhi rendahnya hasil belajar siswa. Hal ini dapat ditinjau dari berbagai komponen
pembelajar seperti siswa, guru, sarana prasarana, media dan masih banyak komponen yang
lainnya. Dari banyaknya permasalahan yang dihadapi maka diperkirakan faktor-faktor yang
menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa diidentifikasi beberapa masalah antara lain :
kemampuan guru dalam mengajar masih minim, alokasi waktu dalam pembelajaran masih kurang,
model pembelajaran yang digunakan belum sesuai dengan karakteristik siswa, guru kurang
mengembangkan teknik penyajian materi dalam pembelajaran elektronika analog dan digital dasar,
pemberian materi oleh guru kurang memperhatikan kemampuan siswa, uji kemampuan siswa
belum memberikan umpan balik, baik kepada siswa maupun guru.

1.3 Pembatasan Masalah

Berdasarkan beberapa masalah yang teridentifikasi di atas, maka oleh karena keterbatasan
peneliti dalam hal waktu, tenaga maupun dana maka permasalahan dalam penelitian ini di batasi
pada penerapan model pembelajraan. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini
adalah model pembelajaran Quantum Teaching untuk meningkatkan hasil belajar Mengenal
Komponen Elektronika Kelas X SMK N 1 Semarang.
3

1.4 Perumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas maka dapat diajukan rumusan masalah sebagai berikut
: “Apakah model pembelajaran Quantum Teaching dapat meningkatkan hasil belajar Mengenal
Komponen Elektronika pada siswa kelas X SMKN 1 Semarang?”

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut : Untuk mengetahui hasil belajar Mengenal Komponen Elektronika dengan
menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching pada siswa kelas X SMKN 1 Semarang
Tahun ajaran 2020-2021.

1.6 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Manfaat bagi peneliti, yaitu sebagai kekayaan wawasan dan pengalaman dalam menentukan
dan menerapkan model pembelajaran yang dapat menunjang hasil belajar siswa yang
maksimal.

2. Manfaat bagi sekolah, yaitu dapat menjadi gambaran bagi tenaga pendidik untuk menentukan
pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan belajar siswa.

3. Manfaat bagi siswa, yaitu sebagai pengalaman belajar dengan menggunakan model Quantum
Teaching.

4. Manfaat bagi mahasiswa, yaitu sebagai gambaran awal dalam penelitian untuk dapat ditindak
lanjuti ke permasalahan yang lebih kompleks.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pembelajaran berbasis kompetensi

Pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan yang dikelola oleh pendidik untuk


membelajarkan siswa sesuai dengan tujuan dan desain pembelajaran yang telah dirancang. Hal
ini juga mengacu pada teori belajar - mengajar yang menjadi landasannya, belajar tuntas
berbasis kompetensi, penguasaan materi, transformasi budaya, dan lain-lain. Walaupun secara
umum setiap teori pembelajaran ini mempunyai komponen dasar yang harus diperhatikan guru
yaitu karakteristik siswa, sarana dan prasarana, tujuan pembelajaran, bahan ajar, lingkungan
sekolah, kesiapan pendidik dan alokasi waktu.

Dalam teori belajar tuntas siswa sebagai subjek pembelajaran memiliki perbedaan
karakteristik. Konsep utama dalam teori belajar tuntas adalah “semua siswa dapat menuntaskan
materi belajarnya asal diberi waktu yang cukup kepadanya‖ (Hernawan, 2008). Artinya setiap
siswa memerlukan waktu yang berbeda untuk menguasai materi pembelajaran. Hal ini juga
ditopang oleh konsep psikologi tentang perbedaan individual (individual diffrencies) khususnya
tentang kecerdasan intelektual.

Brown dan Saks (1980) mengatakan bahwa usaha belajar siswa memiliki dua dimensi,
yakni (1) jumlah waktu yang dihabiskan siswa dalam suatu kegiatan belajar, dan (2) intensitas
keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar (dalam Hernawan, 2008). Bloom (1998) juga
mengemukakan bahwa kualitas pembelajaran yang optimal dan waktu belajar yang cukup
diharapkan dapat mencapai ketuntasan belajar (dalam Hernawan, 2008).

Berdasarkan teori belajar tuntas yang telah diuraikan di atas maka dapat disimpulkan
bahwa kunci keberhasilan siswa dalam menguasai materi pembelajaran adalah adanya kerja
keras pendidik untuk memperhatikan karakteristik setiap siswa, seperti tingkat kecerdasan
intelektual, gaya belajar, dan alokasi yang dibutuhkan untuk menguasai materi belajar. Oleh
karena itu perlu adanya program pendidikan yang sistematis, terarah, dan program
pembelajaran yang dirancang, diawasi dan disesuaikan dengan tujuan dan hasil.

4
5

Competency base adalah pendekatan pendidikan yang sangat sistematis, dimana setiap
komponen dalam program pembelajaran dirancang dan disesuaikan dengan satu hal dalam
tujuan dan hasil‖ (John Wiley & Sons, 2001). Karakteristik dasar dari program pendidikan
berbasis kompetensi (competency based) ada empat

Pertama yaitu pembelajaran didasarkan hanya pada satu hasil pendidikan dan pelatihan
yang spesifik, diungkapkan dengan jelas dalam bentuk kompetensi yang telah dimodifikasi dari
pekerjaan tertentu dan dilatihkan kepada siswa. Kedua, Program Pendidikan Berbasis
Kompetensi menyediakan kegiatan belajar, materi dan pendidikan yang berkualitas tinggi,
dirancang dengan cermat, pengajaran berpusat pada siswa yang dirancang untuk membantu
para siswa untuk menguasai setiap unit pengajaran.

Ketiga adalah menyediakan waktu yang cukup bagi siswa untuk sepenuhnya menguasai
suatu unit pelajaran, sebelum diizinkan untuk melanjutkan ke unit pelajaran berikutnya.
Keempat, adalah menuntut siswa untuk mempraktikkan penguasaan materi atau
kemampuannya untuk setiap unit pelajaran di dalam situasi lingkungan kerja, sebelum
mendapatkan nilai atas pencapaian itu dan unjuk kerjanya dibandingkan dengan standar tertentu
yang telah ditetapkan (U.S Departement of Education, 2001)

Selain berdasarkan peraturan perundang-undangan, kompetensi lulusan SMK juga dapat


dirumuskan berdasarkan persyaratan yang ditentukan oleh pengguna lulusan atau dunia kerja
(workplace/stakeholder). Usaha dimaksud dengan melalui pengintegrasian SK yang ditentukan
oleh industri ke dalam kurikulum sekolah. "Dunia industri menentukan standar kompetensi
6

lulusan berupa pengetahuan dan keterampilan yang harus dikuasai seseorang agar memiliki
kompetensi untuk memasuki dunia kerja" (Adams, 1995; Widiarni: 2008).

Kecakapan hidup (life skill) merupakan kecakapan untuk menciptakan atau menemukan
pemecahan masalah-masalah baru (inovasi) dengan menggunakan fakta, konsep, prinsip, atau
prosedur yang telah dipelajari. Penemuan pemecahan masalah baru itu dapat berupa proses
maupun produk yang bermanfaat untuk mempertahankan, meningkatkan, atau memperbarui
hidup dan kehidupan peserta didik.

Selain kecakapan yang bersifat teknis (vokasional), kecakapan hidup mencakup juga
kecakapan sosial (social skills), misalnya kecakapan mengadakan negosiasi, kecakapan
memilih dan mengambil posisi diri, kecakapan mengelola konflik, kecakapan mengadakan
hubungan antar pribadi, kecakapan memecahkan masalah, kecakapan mengambil keputusan
secara sistematis, kecakapan bekerja dalam sebuah tim, kecakapan berorganisasi, dan lain
sebagainya.

2.2 Model Pembelajaran

Joyce & Weil (1980) mendefinisikan model pembelajaran sebagai kerangka konseptual
yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan pembelajaran. Dengan demikian, model
pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis
dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Jadi model
pembelajaran cenderung preskriptif, yang relatif sulit dibedakan dengan strategi pembelajaran.

Selain memperhatikan rasional teoretik, tujuan, dan hasil yang ingin dicapai, model
pembelajaran memiliki lima unsur dasar (Joyce & Weil (1980)), yaitu :

1. Syntax, yaitu langkah-langkah operasional pembelajaran.

2. Social system, adalah suasana dan norma yang berlaku dalam pembelajaran.

3. Principles of reaction, menggambarkan bagaimana seharusnya guru memandang,


memperlakukan, dan merespon siswa,
7

4. Support system, segala sarana, bahan, alat, atau lingkungan belajar yang mendukung
pembelajaran, dan;

5. Instructional dan nurturant effects—hasil belajar yang diperoleh langsung berdasarkan


tujuan yang disasar (instructional effects) dan hasil belajar di luar yang disasar
(nurturant effects).

a. Pengertian model Quantum teaching

Quantum teaching adalah badan ilmu pengetahuan dan metodologi yang digunakan
dalam perancangan, dan penyajian dan fasilitas dalam pembelajaran. Diciptakan
berdasarkan teori-teori pendidikan seperti Acselerated Learining (Lozanov), Multiple
Intelligence (Gardner), Neuro-Linguistiq Programming (Grinder dan Bandler),
Experiential Learning (Hahn), Socratic Inquiry, Cooperatif Learning (Johnson dan
Johnson),dan Element of Effective Instruction (Hunter). Quantum Teaching adalah sebuah
pendekatan yang segar, mengalir, praktis, dan mudah diterapkan. Quantum Teaching
mencakup spesifik untuk menciptakan lingkungan belajar yang efektif, merancang
kurikulum, menyampaikan isi, dan memudahkan proses belajar. Apa pun mata pelajaran,
tingkat kelas, atau pendengar, Quantum Teaching menjamin siswa tertarik dan berminat
pada setiap pelajaran. (DePorter Dkk:2010).

b. Asas Utama Quantum Teaching

Quantum Teaching bersandar pada konsep ―Bawalah Dunia Mereka ke Dunia


Kita dan Antarkan Dunia Kita ke Dunia Mereka ‖ . inilah Asas Utama di balik segala
strategi, dan keyakinan Quantum Teaching. Segala hal yang dilakukan dalam kerangka
Quantum Teaching, setiap interaksi dengan siswa, setiap rancangan kurikulum, dan setiap
metode instruksional dibangun di atas prinsip ―Bawalah Dunia Mereka ke Dunia Kita
dan Antarkan Dunia Kita ke Dunia Mereka.
8

2.3 Belajar Mengenal Komponen Elektronika

Mengenal Komponen Elektronika adalah salah satu Kompetensi Dasar (KD) produktif di
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) pada Bidang Studi Keahlian Teknik Komputer dan
Informatika. Dalam penelitian ini materi yang akan di bahas adalah Jenis, Fungsi dan cara
mengidentifikasi, dan menentukan nilai komponen elektronika. Komponen yang akan dibahas
dalam penelitian ini adalah Resistor dan Kapasitor. Karena materi ini masing-masing
membutuhkan dua kali pertemuan dimana pertemuan ketiga adalah pemberian tes hasil belajar.
Adapun cakupan materi yang akan disampaikan adalah Pengertian, Fungsi, Jenis dan cara
membaca nilai resistor dan kapasitor.

2.4 Kerangka Berpikir

Belajar Mengenal Komponen Elektronika merupakan pemahaman dasar siswa untuk


mengetahui konsep prinsip kerja komputer. Karena seluruh kompenen yang terdapat pada
komputer adalah komponen elektronika dimana komponen tersebut dapat bekerja dengan
adanya energy listrik. Salah satu upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran
tersebut adalah melakukan penelitian yang sifatnya lebih inovatif, inspiratif, menantang dan
sesuai dengan kebutuhan siswa agar pembelajaran Elektronika dinikmati siswa dengan penuh
semangat dan gairah, agar siswa lebih memeiliki motivasi untuk giat belajar. Model
pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan lingkungan dan kondisi siswa adalah model
pembelajaran Quantum Teaching.

Sebelum memulai pembelajaran terdapat beberapa hal yang harus dipersiapkan oleh
peneliti untuk membantu untuk membantu pelaksanaan pembelajaran Beberapa hal yang harus
dipersiapkan yaitu :

1) Lingkungan Sekeliling : yaitu lingkungan belajar yang penuh dengan keindahan seperti
adanya poster tentang pembelajaran, poster afirmasi dengan menggunakan warna yang
bervariasi,

2) Alat Bantu : Guru harus mempersiapkan alat bantu dalam pembelajaran seperti benda
yang digunakan untuk demontrasi dan media pembelajaran lainnya,

3) Pengaturan bangku : posisi duduk merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
suasana pembelajaran,
9

4 ) tumbuhkan, aroma, hewan dan unsur organic lainnya,

5) musik: musik sangat membantu suasana hati dalam belajar. Quantum Teaching dapat
mencakup seluruh kecerdasan jamak (multiple intelligences) siswa yang berbeda-beda, selain
itu modalitas siswa juga dapat menjangkau secara keseluruhan yaitu modalitas belajar Visual,
Auditorial dan Kinestetik.

2.5 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis tindakan penelitian yang akan diajukan adalah
“Model Pembelajaran Quantum Teaching Dapat Meningkatkan Hasil Belajar Mengenal
Komponen Elektronika Siswa Kelas X SMKN 1 Semarang Tahun Ajaran 2020-2021.”
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi, Waktu dan Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas X SMKN 1 Semarang semester I Tahun ajaran


2020/2021 yang beralamatkan Jalan Dokter Cipto No.93 Telp. (024) 3545601. Untuk kelas X
SMK N 1 Semarang terdiri dari tiga kelas yaitu X1, X2 dan X3. Kelas yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kelas X1 dengan jumlah siswa 38 orang. Kelas ini digunakan sebagai
subjek penelitian setelah dipilih secara acak.

3.2 Populasi dan sampel penelitian

a. Populasi penelitian

Silitonga (2011) mengemukakan bahwa populasi adalah sekumpulan objek yang akan
dijadikan sebagai bahan penelitian dengan ciri mempunyai karakteristik tertentu dalam
penelitian. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X di SMK Negeri
1 Semarang Tahun Ajaran 2020/2021 yang terdiri dari 3 kelas yaitu :

Kelas X SMK Negeri 1 Semarang

Kelas Jumlah Siswa


X-1 38 Siswa
X-2 38 Siswa
X-3 38 Siswa

b. Sampel penelitian

Sampel adalah bagian dari populasi yang digunakan untuk mewakili seluruh objek
penelitian yang diteliti. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Random Sampling.
Silitonga (2011) menyatakan bahwa pengambilan unit sampel dapat menggunakan pertolongan
undian atau angka random. Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah 1 kelas dari 3
kelas dengan jumlah 38 orang.

10
11

3.3 Jenis Penelitian

Jenis Penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian tindakan kelas yaitu suatu bentuk
kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan, untuk meningkatkan kemantapan rasional
dari tindakan-tindakan dalam melaksanakan pembelajaran, memperdalam pemahaman
terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan, serta memperbaiki praktik-praktik pembelajaran
yang dilaksanakan. Penelitian Tindakan Kelas yang akan dilakukan dalam penelitian ini
direncanakan dalam dua siklus.

Dari kedua siklus, masing-masing siklus terdiri dari empat tahapan yaitu sebagai berikut:

a. Tahap perencanaan

b. Tahap implementasi tindakan

c. Tahap pengamatan / observasi

d. Tahap refleksi

3.4 Rancangan penelitian

a. Perencanaan

1. Guru menyusun dan menyiapkan rencana pembelajaran tentang Teori Dasar Kelistrikan dan
Perbedaan Tegangan, Hambatan dan Arus Listrik.

2. Menentukan alat peraga sebagai media dalam melaksanakan pembelajaran Quantum


Teaching.

3. Mempersiapkan alat peraga dan bahan serta perlengkapan pembelajaran seperti music, dan
slide show.

4. Melakukan kolaborasi dengan guru kelas.

5. Merancang tes siklus I dan kunci jawabannya.

6. Merancang lembar pengamatan :

a) Lembar pengamatan aktvitas siswa

b) Lembar pengamatan aktivitas guru


12

c) Angket

b. Pelaksanaan

1. Guru mengadakan presensi terhadap siswa

2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

3. Guru mengadakan Tanya jawab yang mengarah pada materi pembelajaran

4. Guru menyampaikan garis besar materi pokok teori dasar kelistrikan yang akan dibahas
dengan menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching. Dengan langkah-langkah
sebagai berikut :

a. Tumbuhkan, Menumbuhkan minat siswa terhadap materi pelajaran dengan


menjelaskan apa manfaat materi pelajaran tersebut bagi mereka dan mengapa materi tersebut
harus dipelajari serta seperti apa materi tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

b. Alami, dengan kerja kelompok atau individual siswa dimbimbing untuk mengalami
sendiri bagaimana terjadinya energi lsitrik serta bagaimana membedakan tegangan, hambatan
dan arus listrik dengan menganalogikan air mengalir pada sebuah pipa dimana kran adalah
hambatan dan jumlah air mengalir adalah besarnya arus listrik.

c. Namai, pada tahap ini siswa merangkum pemahamannya tentang analogi yang diberikan
oleh guru tentang air dalam pipa. Sehingga siswa memperoleh konsep dan prinsip terjadinya
energi listrik serta dapat membedakan tegangan, hambatan dan arus listrik.

d. Demontrasikan, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjelaskan


pemahaman yang telah ia rangkum kepada siswa lainnya di depan kelas.

e. Ulangi, pada tahap ini guru mengulangi penjelasan siswa untuk menguatkan pemahaman
siswa dan mengarahkan konsep atau penjelasan yang masih perlu perbaikan.

f. Rayakan, setalah siswa berhasil dalam menyimpulkan serta menjawab berbagai


pernyataan yang diberikan oleh guru maupun siswa, maka sebelum menutup pemblajaran perlu
dirayakan dengan memberikan pujian dan penghargaan baik berupa verbal maupun non verbal.

5. Guru memberikan angket kepada siswa untuk di isi sebagai bahan refleksi.
13

6. Secara individu siswa diberi tugas rumah.

7. Guru memberikan tes siklus I pada pertemuan berikutnya.

c. Pengamatan

Dalam penelitian tindakan kelas, pengamatan dilaksanakan dengan beberapa aspek yang
diamati sebagai berikut :

1. Pengamatan terhadap siswa

a. Kehadiran siswa

b. Perhatian terhadap cara guru menjelaskan pelajaran serta kektifan dalam pembelajaran.

c. Banyaknya siswa yang bertanya dan menanggapi

d. Kerja sama siswa dalam kelompok

2. Pengamatan terhadap guru

a. Penampilan guru di depan kelas

b. Gaya dalam menyampaikan materi pelajaran

c. Cara pengelolaan kelas

d. Cara menggunakan media pembelajaran

e. Suara guru dalam berbicara di depan kelas/ kepada siswa selama proses pembelajaran.

f. Cara guru membimbing kelompok belajar siswa

g. Pemanfaatan waktu yang efektif.

3. Sarana dan prasarana

a. Situasi kelas yang menyenangkan

b. Penataan tempat duduk siswa

c. Buku pelajaran yang menunjang

d. Alat peraga yang diperlukan.


14

e. Refleksi

Refleksi adalah menganalisis hasil kerja siswa dan aktifitas guru. Analisis dilakukan untuk
mengukur baik kelebihan maupun kekurangan yang terdapat pada siklus I, kemudian
mendiskusikan hasil analisis secara kolaborasi untuk perbaikan pada pelaksanaan siklus II.

3.5 Instrumen penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitan ini adalah Angket, observasi, dan tes.

 Angket

Angket atau kuesioner adalah ―sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal
yang ia ketahui‖ (Arikunto, 2008).

 Observasi

Arikunto (2008) menyatakan ―…observasi atau yang disebut pengamatan, meliputi


kegiatan pemuatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat
indera‖ . Observasi dimaksudkan untuk mengetahui adanya kesesuaian antara perencanaan
dan pelaksanaan tindakan yang dilakukan peneliti. Observasi dilaksanakan pada saat
pembelajaran berlangsung.

Lembar observasi yang akan diisi oleh observer adalah lembar observasi aktivitas guru,
lembar observasi aktivitas siswa dan lembar observasi sarana dan prasarana. Lembar observasi
guru diisi ketika melaksakan pembelajaran menggunakan model Quantum Teaching. Lembar
observasi yang kedua adalah lembar observasi aktivitas siswa bertujuan untuk mengamati
keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran menggunakan model Quantum Teaching.

 Tes

Arikunto (2002:127) menyatakan tes merupakan ―serentetan pertanyaan atau latihan serta
alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok‖ . Tes yang akan dilakukan
dalam penelitian ini berupa pre test (tes awal) dan post test (tes akhir). Pre test dilakukan
15

untuk mengetahui pengetahuan awal mengenai bahasan yang akan diajarkan, sedangkan
post test dilakukan dengan tujuan untuk melihat hasil belajar siswa setelah pemberian
tindakan pembelajaran, setelah soal selesai dikerjakan, semua lembar jawaban
dikumpulkan dan dikoreksi, dan selanjutnya dianalisis oleh peneliti.

3.6 Teknik analisis data

Data yang diperoleh dari hasil angket, observasi dan tes yang diberikan dianalisis dengan
melakukan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Menganalisis Lembar observasi

a. Lembar observasi aktivitas guru Data aktivitas guru dianalisis secara deskriptif ditunjang
dengan data respon siswa yang diberikan pada setiap akhir siklus.

b. Lembar Observasi aktivitas siswa Dari hasil observasi aktivitas siswa yang diperoleh,
dilakukan penganalisasian untuk menghitung persentase tingkat keaktifan siswa dengan
menggunakan rumus :

𝐵
%𝑇𝐴 = × 100%
𝑁

Dimana :
%TA = presentase tingkat keaktifan siswa
B = skor lembar observasi keaktifan siswa
N = skor total
Dengan criteria tingkat keaktifan sebagai berikut :
90% ≤ TA ≤ 100% = Sangat Tinggi (ST)
80% ≤ TA ≤ 89% = Tinggi (T)
65% ≤ TA ≤ 79% = Cukup (C)
55% ≤ TA ≤ 64 = Rendah (R)
0 % ≤ TA ≤ 54 = Sangat Rendah (SR)
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. S. 2008. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Deporter, Bobbi dkk. 2010. Quantum Teaching. Bandung: Kaifa

Eka. 2010. Definisi Model Pembelajaran. http://ekagurunesama.blogspot.com. Diakses tanggal 28


Juni 2020.

Finch, Crunkilton. 1999. Curriculum Development in Vocational and Technichal Education.


London: Virginia Fulytechnic Institute and State University.

16

Anda mungkin juga menyukai