dosen pengampu
Dr. H. Noor Hudallah, M. T.
Oleh
Mohammad Syafiun Najib
NIM.5301417042
BAB I ......................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ..................................................................................................................................... 1
1.1Latar Belakang Masalah ................................................................................................................. 1
1.2 Identifikasi Masalah ....................................................................................................................... 2
1.3 Pembatasan Masalah ...................................................................................................................... 2
1.4 Perumusan Masalah ....................................................................................................................... 3
1.5 Tujuan Penelitian ............................................................................................................................ 3
1.6 Manfaat Penelitian .......................................................................................................................... 3
BAB II ........................................................................................................................................................ 4
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................................................ 4
2.1 Pembelajaran berbasis kompetensi ............................................................................................... 4
2.2 Model Pembelajaran ....................................................................................................................... 6
2.3 Belajar Mengenal Komponen Elektronika ................................................................................... 8
2.4 Kerangka Berpikir .......................................................................................................................... 8
2.5 Hipotesis Tindakan ......................................................................................................................... 9
BAB III .................................................................................................................................................... 10
METODOLOGI PENELITIAN ............................................................................................................ 10
3.1 Lokasi, Waktu dan Subjek Penelitian ......................................................................................... 10
3.2 Populasi dan sampel penelitian .................................................................................................... 10
3.3 Jenis Penelitian .............................................................................................................................. 11
3.4 Rancangan penelitian ................................................................................................................... 11
3.5 Instrumen penelitian ..................................................................................................................... 14
3.6 Teknik analisis data ...................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................................. 16
BAB I
PENDAHULUAN
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah lembaga pendidikan formal tingkat menengah
yang bertujuan untuk mewujudkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berakhlak mulia, terampil
dan terlatih untuk memasuki lapangan pekerjaan. Departemen Pendidikan menjadikan SMK
sebagai salah satu lembaga pendidikan kejuruan untuk menyediakan tenaga kerja nasional yang
terampil dan terdidik serta berahklak mulia.
Ada tujuh kriteria Pendidikan Kejuruan yaitu : 1) Orientasi pada kinerja Individu dalam
dunia kerja, 2) justifikasi khusus pada kebutuhan nyata di lapangan, 3) fokus kurikulum pada
aspek-aspek psikomotorik, afektif dan kognitif, 4) tolok ukur keberhasilan tidak hanya di sekolah,
5) kepekaan terhadap pekembangan dunia kerja, 6) memerlukan sarana dan prasarana khusus
yang memadai, dan 7) adanya dukungan masyarakat. (Finch dan Crunkilton :1999;14 -16)
Selanjutnya dalam peraturan pemerintah No. 22 Tahun 2006 tentang pengelompokan mata
pelajaran untuk SMK terdiri atas: 1) normatif : kelompok mata pelajaran yang dialokasikan secara
tetap yang meliputi Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, Pendidikan Jasmani,
Olahraga dan Kesehatan, dan Seni Budaya, 2) adaptif : terdiri atas mata pelajaran Bahasa Inggris,
Matematika, IPA, IPS, KKPI dan Kewirausahaan, dan 3) produktif : terdiri atas sejumlah mata
1
2
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, terdapat banyak masalah yang
mempengaruhi rendahnya hasil belajar siswa. Hal ini dapat ditinjau dari berbagai komponen
pembelajar seperti siswa, guru, sarana prasarana, media dan masih banyak komponen yang
lainnya. Dari banyaknya permasalahan yang dihadapi maka diperkirakan faktor-faktor yang
menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa diidentifikasi beberapa masalah antara lain :
kemampuan guru dalam mengajar masih minim, alokasi waktu dalam pembelajaran masih kurang,
model pembelajaran yang digunakan belum sesuai dengan karakteristik siswa, guru kurang
mengembangkan teknik penyajian materi dalam pembelajaran elektronika analog dan digital dasar,
pemberian materi oleh guru kurang memperhatikan kemampuan siswa, uji kemampuan siswa
belum memberikan umpan balik, baik kepada siswa maupun guru.
Berdasarkan beberapa masalah yang teridentifikasi di atas, maka oleh karena keterbatasan
peneliti dalam hal waktu, tenaga maupun dana maka permasalahan dalam penelitian ini di batasi
pada penerapan model pembelajraan. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini
adalah model pembelajaran Quantum Teaching untuk meningkatkan hasil belajar Mengenal
Komponen Elektronika Kelas X SMK N 1 Semarang.
3
Berdasarkan batasan masalah di atas maka dapat diajukan rumusan masalah sebagai berikut
: “Apakah model pembelajaran Quantum Teaching dapat meningkatkan hasil belajar Mengenal
Komponen Elektronika pada siswa kelas X SMKN 1 Semarang?”
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut : Untuk mengetahui hasil belajar Mengenal Komponen Elektronika dengan
menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching pada siswa kelas X SMKN 1 Semarang
Tahun ajaran 2020-2021.
1. Manfaat bagi peneliti, yaitu sebagai kekayaan wawasan dan pengalaman dalam menentukan
dan menerapkan model pembelajaran yang dapat menunjang hasil belajar siswa yang
maksimal.
2. Manfaat bagi sekolah, yaitu dapat menjadi gambaran bagi tenaga pendidik untuk menentukan
pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan belajar siswa.
3. Manfaat bagi siswa, yaitu sebagai pengalaman belajar dengan menggunakan model Quantum
Teaching.
4. Manfaat bagi mahasiswa, yaitu sebagai gambaran awal dalam penelitian untuk dapat ditindak
lanjuti ke permasalahan yang lebih kompleks.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam teori belajar tuntas siswa sebagai subjek pembelajaran memiliki perbedaan
karakteristik. Konsep utama dalam teori belajar tuntas adalah “semua siswa dapat menuntaskan
materi belajarnya asal diberi waktu yang cukup kepadanya‖ (Hernawan, 2008). Artinya setiap
siswa memerlukan waktu yang berbeda untuk menguasai materi pembelajaran. Hal ini juga
ditopang oleh konsep psikologi tentang perbedaan individual (individual diffrencies) khususnya
tentang kecerdasan intelektual.
Brown dan Saks (1980) mengatakan bahwa usaha belajar siswa memiliki dua dimensi,
yakni (1) jumlah waktu yang dihabiskan siswa dalam suatu kegiatan belajar, dan (2) intensitas
keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar (dalam Hernawan, 2008). Bloom (1998) juga
mengemukakan bahwa kualitas pembelajaran yang optimal dan waktu belajar yang cukup
diharapkan dapat mencapai ketuntasan belajar (dalam Hernawan, 2008).
Berdasarkan teori belajar tuntas yang telah diuraikan di atas maka dapat disimpulkan
bahwa kunci keberhasilan siswa dalam menguasai materi pembelajaran adalah adanya kerja
keras pendidik untuk memperhatikan karakteristik setiap siswa, seperti tingkat kecerdasan
intelektual, gaya belajar, dan alokasi yang dibutuhkan untuk menguasai materi belajar. Oleh
karena itu perlu adanya program pendidikan yang sistematis, terarah, dan program
pembelajaran yang dirancang, diawasi dan disesuaikan dengan tujuan dan hasil.
4
5
Competency base adalah pendekatan pendidikan yang sangat sistematis, dimana setiap
komponen dalam program pembelajaran dirancang dan disesuaikan dengan satu hal dalam
tujuan dan hasil‖ (John Wiley & Sons, 2001). Karakteristik dasar dari program pendidikan
berbasis kompetensi (competency based) ada empat
Pertama yaitu pembelajaran didasarkan hanya pada satu hasil pendidikan dan pelatihan
yang spesifik, diungkapkan dengan jelas dalam bentuk kompetensi yang telah dimodifikasi dari
pekerjaan tertentu dan dilatihkan kepada siswa. Kedua, Program Pendidikan Berbasis
Kompetensi menyediakan kegiatan belajar, materi dan pendidikan yang berkualitas tinggi,
dirancang dengan cermat, pengajaran berpusat pada siswa yang dirancang untuk membantu
para siswa untuk menguasai setiap unit pengajaran.
Ketiga adalah menyediakan waktu yang cukup bagi siswa untuk sepenuhnya menguasai
suatu unit pelajaran, sebelum diizinkan untuk melanjutkan ke unit pelajaran berikutnya.
Keempat, adalah menuntut siswa untuk mempraktikkan penguasaan materi atau
kemampuannya untuk setiap unit pelajaran di dalam situasi lingkungan kerja, sebelum
mendapatkan nilai atas pencapaian itu dan unjuk kerjanya dibandingkan dengan standar tertentu
yang telah ditetapkan (U.S Departement of Education, 2001)
lulusan berupa pengetahuan dan keterampilan yang harus dikuasai seseorang agar memiliki
kompetensi untuk memasuki dunia kerja" (Adams, 1995; Widiarni: 2008).
Kecakapan hidup (life skill) merupakan kecakapan untuk menciptakan atau menemukan
pemecahan masalah-masalah baru (inovasi) dengan menggunakan fakta, konsep, prinsip, atau
prosedur yang telah dipelajari. Penemuan pemecahan masalah baru itu dapat berupa proses
maupun produk yang bermanfaat untuk mempertahankan, meningkatkan, atau memperbarui
hidup dan kehidupan peserta didik.
Selain kecakapan yang bersifat teknis (vokasional), kecakapan hidup mencakup juga
kecakapan sosial (social skills), misalnya kecakapan mengadakan negosiasi, kecakapan
memilih dan mengambil posisi diri, kecakapan mengelola konflik, kecakapan mengadakan
hubungan antar pribadi, kecakapan memecahkan masalah, kecakapan mengambil keputusan
secara sistematis, kecakapan bekerja dalam sebuah tim, kecakapan berorganisasi, dan lain
sebagainya.
Joyce & Weil (1980) mendefinisikan model pembelajaran sebagai kerangka konseptual
yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan pembelajaran. Dengan demikian, model
pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis
dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Jadi model
pembelajaran cenderung preskriptif, yang relatif sulit dibedakan dengan strategi pembelajaran.
Selain memperhatikan rasional teoretik, tujuan, dan hasil yang ingin dicapai, model
pembelajaran memiliki lima unsur dasar (Joyce & Weil (1980)), yaitu :
2. Social system, adalah suasana dan norma yang berlaku dalam pembelajaran.
4. Support system, segala sarana, bahan, alat, atau lingkungan belajar yang mendukung
pembelajaran, dan;
Quantum teaching adalah badan ilmu pengetahuan dan metodologi yang digunakan
dalam perancangan, dan penyajian dan fasilitas dalam pembelajaran. Diciptakan
berdasarkan teori-teori pendidikan seperti Acselerated Learining (Lozanov), Multiple
Intelligence (Gardner), Neuro-Linguistiq Programming (Grinder dan Bandler),
Experiential Learning (Hahn), Socratic Inquiry, Cooperatif Learning (Johnson dan
Johnson),dan Element of Effective Instruction (Hunter). Quantum Teaching adalah sebuah
pendekatan yang segar, mengalir, praktis, dan mudah diterapkan. Quantum Teaching
mencakup spesifik untuk menciptakan lingkungan belajar yang efektif, merancang
kurikulum, menyampaikan isi, dan memudahkan proses belajar. Apa pun mata pelajaran,
tingkat kelas, atau pendengar, Quantum Teaching menjamin siswa tertarik dan berminat
pada setiap pelajaran. (DePorter Dkk:2010).
Mengenal Komponen Elektronika adalah salah satu Kompetensi Dasar (KD) produktif di
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) pada Bidang Studi Keahlian Teknik Komputer dan
Informatika. Dalam penelitian ini materi yang akan di bahas adalah Jenis, Fungsi dan cara
mengidentifikasi, dan menentukan nilai komponen elektronika. Komponen yang akan dibahas
dalam penelitian ini adalah Resistor dan Kapasitor. Karena materi ini masing-masing
membutuhkan dua kali pertemuan dimana pertemuan ketiga adalah pemberian tes hasil belajar.
Adapun cakupan materi yang akan disampaikan adalah Pengertian, Fungsi, Jenis dan cara
membaca nilai resistor dan kapasitor.
Sebelum memulai pembelajaran terdapat beberapa hal yang harus dipersiapkan oleh
peneliti untuk membantu untuk membantu pelaksanaan pembelajaran Beberapa hal yang harus
dipersiapkan yaitu :
1) Lingkungan Sekeliling : yaitu lingkungan belajar yang penuh dengan keindahan seperti
adanya poster tentang pembelajaran, poster afirmasi dengan menggunakan warna yang
bervariasi,
2) Alat Bantu : Guru harus mempersiapkan alat bantu dalam pembelajaran seperti benda
yang digunakan untuk demontrasi dan media pembelajaran lainnya,
3) Pengaturan bangku : posisi duduk merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
suasana pembelajaran,
9
5) musik: musik sangat membantu suasana hati dalam belajar. Quantum Teaching dapat
mencakup seluruh kecerdasan jamak (multiple intelligences) siswa yang berbeda-beda, selain
itu modalitas siswa juga dapat menjangkau secara keseluruhan yaitu modalitas belajar Visual,
Auditorial dan Kinestetik.
Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis tindakan penelitian yang akan diajukan adalah
“Model Pembelajaran Quantum Teaching Dapat Meningkatkan Hasil Belajar Mengenal
Komponen Elektronika Siswa Kelas X SMKN 1 Semarang Tahun Ajaran 2020-2021.”
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
a. Populasi penelitian
Silitonga (2011) mengemukakan bahwa populasi adalah sekumpulan objek yang akan
dijadikan sebagai bahan penelitian dengan ciri mempunyai karakteristik tertentu dalam
penelitian. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X di SMK Negeri
1 Semarang Tahun Ajaran 2020/2021 yang terdiri dari 3 kelas yaitu :
b. Sampel penelitian
Sampel adalah bagian dari populasi yang digunakan untuk mewakili seluruh objek
penelitian yang diteliti. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Random Sampling.
Silitonga (2011) menyatakan bahwa pengambilan unit sampel dapat menggunakan pertolongan
undian atau angka random. Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah 1 kelas dari 3
kelas dengan jumlah 38 orang.
10
11
Jenis Penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian tindakan kelas yaitu suatu bentuk
kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan, untuk meningkatkan kemantapan rasional
dari tindakan-tindakan dalam melaksanakan pembelajaran, memperdalam pemahaman
terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan, serta memperbaiki praktik-praktik pembelajaran
yang dilaksanakan. Penelitian Tindakan Kelas yang akan dilakukan dalam penelitian ini
direncanakan dalam dua siklus.
Dari kedua siklus, masing-masing siklus terdiri dari empat tahapan yaitu sebagai berikut:
a. Tahap perencanaan
d. Tahap refleksi
a. Perencanaan
1. Guru menyusun dan menyiapkan rencana pembelajaran tentang Teori Dasar Kelistrikan dan
Perbedaan Tegangan, Hambatan dan Arus Listrik.
3. Mempersiapkan alat peraga dan bahan serta perlengkapan pembelajaran seperti music, dan
slide show.
c) Angket
b. Pelaksanaan
4. Guru menyampaikan garis besar materi pokok teori dasar kelistrikan yang akan dibahas
dengan menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching. Dengan langkah-langkah
sebagai berikut :
b. Alami, dengan kerja kelompok atau individual siswa dimbimbing untuk mengalami
sendiri bagaimana terjadinya energi lsitrik serta bagaimana membedakan tegangan, hambatan
dan arus listrik dengan menganalogikan air mengalir pada sebuah pipa dimana kran adalah
hambatan dan jumlah air mengalir adalah besarnya arus listrik.
c. Namai, pada tahap ini siswa merangkum pemahamannya tentang analogi yang diberikan
oleh guru tentang air dalam pipa. Sehingga siswa memperoleh konsep dan prinsip terjadinya
energi listrik serta dapat membedakan tegangan, hambatan dan arus listrik.
e. Ulangi, pada tahap ini guru mengulangi penjelasan siswa untuk menguatkan pemahaman
siswa dan mengarahkan konsep atau penjelasan yang masih perlu perbaikan.
5. Guru memberikan angket kepada siswa untuk di isi sebagai bahan refleksi.
13
c. Pengamatan
Dalam penelitian tindakan kelas, pengamatan dilaksanakan dengan beberapa aspek yang
diamati sebagai berikut :
a. Kehadiran siswa
b. Perhatian terhadap cara guru menjelaskan pelajaran serta kektifan dalam pembelajaran.
e. Suara guru dalam berbicara di depan kelas/ kepada siswa selama proses pembelajaran.
e. Refleksi
Refleksi adalah menganalisis hasil kerja siswa dan aktifitas guru. Analisis dilakukan untuk
mengukur baik kelebihan maupun kekurangan yang terdapat pada siklus I, kemudian
mendiskusikan hasil analisis secara kolaborasi untuk perbaikan pada pelaksanaan siklus II.
Instrumen yang digunakan dalam penelitan ini adalah Angket, observasi, dan tes.
Angket
Angket atau kuesioner adalah ―sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal
yang ia ketahui‖ (Arikunto, 2008).
Observasi
Lembar observasi yang akan diisi oleh observer adalah lembar observasi aktivitas guru,
lembar observasi aktivitas siswa dan lembar observasi sarana dan prasarana. Lembar observasi
guru diisi ketika melaksakan pembelajaran menggunakan model Quantum Teaching. Lembar
observasi yang kedua adalah lembar observasi aktivitas siswa bertujuan untuk mengamati
keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran menggunakan model Quantum Teaching.
Tes
Arikunto (2002:127) menyatakan tes merupakan ―serentetan pertanyaan atau latihan serta
alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok‖ . Tes yang akan dilakukan
dalam penelitian ini berupa pre test (tes awal) dan post test (tes akhir). Pre test dilakukan
15
untuk mengetahui pengetahuan awal mengenai bahasan yang akan diajarkan, sedangkan
post test dilakukan dengan tujuan untuk melihat hasil belajar siswa setelah pemberian
tindakan pembelajaran, setelah soal selesai dikerjakan, semua lembar jawaban
dikumpulkan dan dikoreksi, dan selanjutnya dianalisis oleh peneliti.
Data yang diperoleh dari hasil angket, observasi dan tes yang diberikan dianalisis dengan
melakukan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Lembar observasi aktivitas guru Data aktivitas guru dianalisis secara deskriptif ditunjang
dengan data respon siswa yang diberikan pada setiap akhir siklus.
b. Lembar Observasi aktivitas siswa Dari hasil observasi aktivitas siswa yang diperoleh,
dilakukan penganalisasian untuk menghitung persentase tingkat keaktifan siswa dengan
menggunakan rumus :
𝐵
%𝑇𝐴 = × 100%
𝑁
Dimana :
%TA = presentase tingkat keaktifan siswa
B = skor lembar observasi keaktifan siswa
N = skor total
Dengan criteria tingkat keaktifan sebagai berikut :
90% ≤ TA ≤ 100% = Sangat Tinggi (ST)
80% ≤ TA ≤ 89% = Tinggi (T)
65% ≤ TA ≤ 79% = Cukup (C)
55% ≤ TA ≤ 64 = Rendah (R)
0 % ≤ TA ≤ 54 = Sangat Rendah (SR)
DAFTAR PUSTAKA
16