Anda di halaman 1dari 58

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................................. i
MODUL 1 SMART SCHOOL .................................................................................... 1
1. Definisi - Latar Belakang .................................................................................. 1
2. Konsep Smart School........................................................................................ 2
3. Langkah Penerapan Smart School .................................................................... 3
4. Business Process Diagram ................................................................................ 4
5. Event (Kejadian) ............................................................................................... 4
6. Activities (Kegiatan) ......................................................................................... 5
7. Actors(Peran, Pelaku) ....................................................................................... 5
8. Gateway ............................................................................................................ 5
9. Komponen Smart School .................................................................................. 6
9.1 Smart Meeting Room ..................................................................................... 6
9.2 Smart Workspace............................................................................................ 6
9.3 Digital library ................................................................................................ 7
9.4 e-Learning for modern learners ..................................................................... 8
10. Komponen Smart School untuk Vokasi ........................................................ 9
MODUL 2 METODE PEMBELAJARAN............................................................... 12
1. Sekolah Pintar – Smart School ....................................................................... 12
2. Apa itu Sekolah Pintar? .................................................................................. 12
3. Tujuan Sekolah Pintar ? .................................................................................. 13
4. Karakteristik Sekolah Pintar ........................................................................... 13
4.1 Sistem Manajemen Siswa ............................................................................. 13
4.2 Kurikulum..................................................................................................... 13
4.3 Pedagogi ....................................................................................................... 14
4.4 Penilaian .................................................................................................. 14
4.5 Metode pengajaran ....................................................................................... 14
5. Contoh penerapan penyisipan pendidikan karakter ........................................ 15
6. Sekolah sebagai organisasi pembelajar........................................................... 16
7. Metoda pengajaran .......................................................................................... 16

i
7.1 Problem Based Learning ......................................................................... 16
7.2 Retrieval Practice..................................................................................... 20
7.3 Project-based learning (PBL) .................................................................. 23
8. Memulai kelas dalam Sekolah Pintar.............................................................. 24
8.1 Memulai Penerapan Metoda Problem Based Learning ........................... 24
8.2 Memulai Penerapan Metoda Retrieval Practice ...................................... 24
8.3 Memulai Penerapan Metoda Project Based Learning ............................. 25
MODUL 3 MANAJEMEN SUMBER DAYA SEKOLAH ..................................... 27
1. Definisi............................................................................................................ 27
2. Implementasi Smart School dalam Manajemen Sekolah ................................ 28
3. Smart School Pendukung Sistem Pengambilan Keputusan ........................... 31
4. Aplikasi Sistem Informasi Akademik Kurikulum 2013 dan KTSP ................ 37
4.1 Portal Guru .............................................................................................. 38
4.2 Login Guru .............................................................................................. 39
PUSTAKA ................................................................................................................. 54

ii
MODUL 1 SMART SCHOOL
Aditya Hans P, S.ST,M.T

1. Definisi - Latar Belakang


Smart school adalah proses untuk mengefisiensikan proses yang terjadi di
sekolah, hal ini mengacu kepada pencapaian tolak ukur human capital index. Human
capital index (HCI) merupakan tolak ukur antar negara yang digunakan untuk
mengukur bagaimana peningkatan hasil kesehatan dan pendidikan saat ini
membentuk produktivitas generasi pekerja berikutnya, dengan asumsi bahwa anak-
anak yang lahir hari ini mengalami lebih dari 18 tahun ke depan peluang pendidikan
dan risiko kesehatan yang dihadapi anak-anak dalam rentang usia ini. Index
pengukuran ini terbagi menjadi 3 komponen, yaitu (1) komponen rerata kemampuan
bertahan hidup dari lahir sampai dengan usia sekolah, (2) komponen edukasi dengan
mengitung tahun belajar di sekolah yang disesuaikan, terakhir (3) kesehatan dengan
menggunakan tolak ukur yang tingkat kelangsungan hidup orang dewasa dan tingkat
hambatan pertumbuhan(stunting) anak dibawah usia 5 tahun. Ketiga komponen ini
dikalkulasi sehingga menghasilkan angka 0.53 untuk kondisi di Indonesia.
Hal ini menjadi penting karena tanpa adanya acuan ketercapaian yang jelas,
maka pola penerapan pendidikan yang akan datang termasuk dengan menyikapi
revolusi industri 4.0 akan menjadi tidak terukur. Bedasarkan undang-undang, bahwa
anggaran pendidikan sudah merupakan 20 persen dari anggaran belanja nasional
tahunan yang mana ditujukan untuk meningkatkan kualitas guru, manajemen sekolah
dan proses belajar mengajar peserta didik.
Oleh sebab itu smart school ini bertujuan untuk memperbaiki (proses)
manajemen sekolah, proses belajar mengajar peserta didik dan meningkatkan
kualitas guru. Memperbaiki yang dimaksud disini adalah meningkatkan efisiensi
dengan mengimplementasikan solusi berbasiskan teknologi pada proses yang
parameter pengukurannya telah disepakati sebelumnya.
Dengan demikian definisi dari smart school adalah “sekolah yang
mengimplementasikan solusi berbasiskan teknologi dalam rangka meningkatkan
efisiensi proses manajemen sekolah, proses belajar mengajar yang mendukung
peningkatan kualitas tenaga pengajar secara terukur.”

1
2. Konsep Smart School
Sebelum menjabarkan konsep terkait dengan smart school, perlu diperhatikan
hal-hal berikut yang disampaikan oleh Evans (2017). Dalam rangka penerapan solusi
berbasiskan teknologi ke dalam lingkup sekolah perlu memepertimbangkan hal
sebagai berikut:
1. Kecenderungan untuk memperparah kesenjangan akan akses siswa materi
pembelajaran, hal ini dikarenakan apabilla tidak diantisipasi maka siswa yang
memanfaatkan teknologi adalah siswa yang sudah terbiasa untuk termotivasi
untuk belajar secara mandiri,
2. Penerapan solusi teknologi dalam lingkup sekolah tanpa menerapkan
perencanaan secara matang hanya karena siswa sudah terbiasa dengan
menggunakan teknologi,
3. Peran tenaga pengajar dengan penerapan teknologi menjadi semakin sentral,
bukan tergantikan,
4. Apabila teknologi merupakan solusi, maka permasalahan apa yang dijawab
oleh solusi teknologi tersebut.
Pertimbangan nomor dua serta nomor empat yang mendasari bagaimana
(penerapan) konsep smart school disusun. Untuk menjawab perencanaan penerapan
solusi teknologi yang ditawarkan oleh smart school, maka diperlukan penjabaran /
identifikasi masalah dari proses yang ada di sekolah. Hal ini sejalan dengan
pendekatan problem based learning.
Untuk menjawab pertimbangan poin ke empat, maka perlu diperjelas apakah
masalah yang sudah diidentifikasikan sebelumnya akan dapat terjawab dengan solusi
teknologi yang ditawarkan oleh smart school. Apabila iya, maka bagaimana integrasi
teknologi sebagai solusi berkorelasi dengan pertanyaan sebagai gambaran
masalahnya. Hal ini menggambarkan jenis solusi teknologi untuk menjawab
permasalahan tertentu, seperti contohnya: penerapan e-learning atau kelas digital
untuk menjawab permasalahan keterbatasannya jam tatap muka antara guru dan
siswa.

2
3. Langkah Penerapan Smart School

Dengan pertimbangan-pertimbangan sebelumnya, maka penerapan dari


konsep smart school dapat dijabarkan dengan langkah acuan sebagai berikut:
1. Penjabaran dari permasalahan yang dapat dijawab dengan solusi teknologi
dari smart school, yang dikategorikan peningkatan efisiensi manajemen
sekolah, peningkatan proses kegiatan belajar mengajar siswa, dan
meningkatkan kualitas guru,
2. Penjelasan proses yang sudah ada (dapat mengacu kepada standard operating
procedure yang sudah ada), yang akan ditingkatkan efisiensinya berdasarkan
perubahan parameter acuan dengan mengubah proses yang disampaikan pada
poin pertama, hal ini dilakukan dengan cara:
 Penentuan parameter acuan untuk menjelaskan efisiensi yang akan
dicapai, sebagai contoh: selisih waktu pengumpulan tugas / ujian
siswa dan pembagian hasil pemeriksaan tugas / ujian siswa menjadi
lebih pendek, dengan demikian latihan soal dapat diperbanyak yang
mendukung penguasaan materi bagi siswa, contoh lainnya adalah
berkurangnya biaya operasional manajemen sekolah dengan
meningkatkan kegiatan yang ada,
 Penggambaran proses yang sudah ada (berupa diagram), dan
perubahan yang akan dilakukan untuk mencapai nilai perubahan
parameter acuan,
 Penggunaan komponen pendukung smart school untuk mencapai
efesiensi yang diharapkan seperti komposisi komponen pendukung
untuk perangkat keras dan/atau perangkat lunak,
3. Implementasi dari penjelasan proses sebelumnya yang terukur dalam satu
periode waktu tertentu,

Dengan demikian konsep smart school terdiri atas:


1. Kategori proses peningkatan efisiensi, yaitu : kegiatan belajar mengajar,
manajemen sekolah,
2. Penjabaran permasalahan yang dijelaskan dengan diagram proses(business

3
process diagram) secara detil, dijelaskan dengan tolak ukur yang ingin
dicapai berupa satuan waktu atau satuan angka,
3. Integrasi komponen smart school yang sudah didekripsikan sebelumnya
untuk menjawab permasalahan yang dijabarkan,

4. Business Process Diagram


Diagram bisnis proses mengacu kepada Business Process Model Notation
(BPMN) yang memungkinkan proses pemetaan proses kegiatan secara sederhana
sampai sangat spesifik.
Seperti yang disampaikan sebelumnya bahwa kemampuan untuk memetakan proses
ini dibutuhkan untuk menjelaskan langkah yang akan diambil ketika mengadakan
penyesuaian untuk mencapai efisiensi yang dituju. Dengan demikian maka
penjabaran proses ke dalam diagram harus bersifat spesifik, tidak cukup dengan
menampilkan proses kegiatan belajar mengajar secara umum (seperti siswa masuk
kelas, atau siswa mengerjakan soal).
Penggambaran diagram proses bisnis dengan acuan BPMN disebut dengan Business
Process Diagram (BPD). BPD ini terdiri atas, (1) Event, (2) Activity, (3) Actors, (4)
Gateway, (5) Sequence Flow.

5. Event (Kejadian)

Event merupakan peristiwa atau kejadian, yang terdiri atas tiga tipe yang
berbeda, yaitu start events, intermediate events, dan end events. Start event
merupakan kejadian yang memulai suatu proses. Intermediate events merupakan
kegiatan yang terjadi ketika proses berlangsung dan end event merupakan kegiatan
yang (dapat) mengakhiri suatu proses.
Dari tiga jenis event tersebut, terdapat pengkategorian kembali yaitu (1) catching
event dan (2) throwing event. Catching event merupakan kejadian kejadian yang
berjalan berdasarkan acuan (trigger) yang sudah didefinisikan sebelumnya, seperti
memulai suatu process. Sedangkan throwing event mengacu kepada kejadian mereka
sendiri untuk menjalankan (trigger) dan tidak mengacu kepada acuan yang sudah
didefinisikan sebelumnya seperti yang kejadian yang dijalankan ketika proses

4
berlangsung atau di akhir suatu proses.
Dalam suatu proses terdapat ke dalam diagram dimulai dengan start event dan
diakhiri dengan end (terminate) event. Diantara kedua event ini terdapat minimal
satu task.
6. Activities (Kegiatan)
Elemen activity atau kegiatan terdiri dari task, sub process. Sub process
merupakan activity yang tersusun dari activity lainnya, seperti gateway, events, dst.
7. Actors(Peran, Pelaku)
Actors merupakan pihak yang melakukan aktifitas/ kegiatan tertentu. Mereka
ditampilkan sebagai Pool(kolam), dan Lane(garis pembatas). Pool merupakan satu
entitas utama seperti perusahaan dan lane merupakan bagian dari perusahaan
tersebut.
8. Gateway
Karena diagram proses bisnis ini bersifat sekuensial atau runut berdasarkan
urutan, maka gateway digunakan untuk situasi yang memecah satu aliran proses
menjadi beberapa aliran seperti pada pertanyaan akan situasi kondisi, apabila tidak A
maka kembali keaktifitas sebelumnya.

Contoh penjabaran dengan menggunakan proses bisnis, dalam hal ini untuk
penggunaan sistem informasi akademis hal nya untuk melakukan proses pencatatan
rapor.

Gambar 1. Proses pengisian Rapor siswa

Penjelasan dari gambar 1 adalah sebagai berikut:


1. Guru memulai rekapitulasi rapor dengan mengumpulkan hasil penilaian

5
siswa,
2. Gateway 1: Apakah evaluasi sikap sudah diberikan? Apabila sudah maka
lanjutkan ke aktivitas 3, apabila belum maka lanjutkan ke aktivitas 4.
3. Guru mencatat untuk evaluasi sikap, lalu lanjut ke gateway 2.
4. Guru menyusun penilaian evaluasi, lalu lanjut ke gateway 1
5. Gateway 2: Apakah evaluasi keterampilan sudah diberikan? Apabila sudah
maka lanjut ke aktivitas 6, apabila belum maka lanjutkan ke aktivitas 7,
6. Guru mencatat untuk evaluasi keterampilan, lalu lanjut ke gateway 3,
7. Guru menyusun penilaian evaluasi, lalu lanjut ke gateway 2,
8. Gateway 3: Apakah evaluasi kemampuan sudah diberikan? Apabila sudah
maka lanjut ke aktivitas 9, apabila belum maka lanjut ke aktivitas 10,
9. Guru mencatat untuk evaluasi kemampuan, lalu lanjut ke aktivitas 11,
10. Guru menyusun penilaian evaluasi, lalu kembali ke gateway 3,

9. Komponen Smart School


Komponen smart school ini dijabarkan berdasarkan fungsi yang dimilikinya
yang tersusun atas kompilasi perangkat keras dan perangkat lunak. Berikut adalah
fungsi dari komponen smart school yang sudah ada.

9.1 Smart Meeting Room


Komponen ini memungkinkan proses belajar mengajar dapat dilakukan tanpa
mengenal batas dan waktu, sebagai contoh: sekolah dapat menjalankan twinning
classroom, siswa dapat berkolaborasi dengan siswa sekolah lain, debat bahasa, atau
sharing best practice. Selain itu smart meeting room juga membantu guru/staf untuk
dapat mengajar jarak jauh atau belajar dalam rangka meningkatkan kompetensinya,
rapat antar kepala sekolah atau kelompok guru mata pelajaran, atau melakukan focus
group discussion (diskusi kelompok terarah).

9.2 Smart Workspace


Komponen ini dapat meningkatkan produktivitas di lingkungan sekolah
dengan mengadopsi teknologi terbaru, memungkinkan para pengajar untuk
berinteraksi dengan sesuatu (alat), menjadikan lingkungan yang lebih dinamis dan

6
mundah di kontrol, memberikan keamanan dan kenyamanan dalam bekerja dalam
lingkungan belajar mengajar. Dalam kenyataanya beberapa istilah sering tertukar
antara workplace (tempat pergi untuk bekerja) dan workspace (area bekerja), dari
pengertian ini dapat disimpulkan bahwa workspace adalah bagian dari workplace.
Adapun jenis dari workspace (area bekerja) dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu:
a. Physical workspace (area kerja fisik) yaitu tempat dimana pengajar
melakukan pekerjaannya, idealnya ruang atau tempat ini ditata sedemikian
rupa supaya dapat memberikan ruang personal kepada para pengajar,
diperkaya dengan fasilitas berupa teknologi untuk mendukung proses belajar
mengajar, dan memanfaatkan area/ruangan semaksimal mungkin.
b. Digital workspace (area kerja digital) yaitu tempat dimana pengajar
melakukan pekerjaannya secara virtual, efek transformasi digital telah
mengubah kultur dari sebuah organisasi/institusi dalam mengatur orang-orang
atau personil, strategi, dan melakukan proses semuanya dengan mengadopsi
teknologi terkini. Disrupsi digital menjadi sebuah tantangan bagi
organisasi/institusi dalam menyelesaikan permasalahan atau memberikan
solusi. Inovasi baru ini memberikan dampak yang besar terhadap layanan
yang telah ada dan mengakibatkan organisasi/institusi mengevaluasi kembali
produk dan/atau layanan jasanya. Dengan demikian dalam menyediakan area
kerja digital yang harus diperhatikan antara lain bagaimana membuat para
guru/siswa online, bekerja bersama tanpa batas, serta meningkatkan
keterlibatan guru/siswa dengan menerapkan prinsip Bring Your Own Device
(BYOD), Choose Your Own Device (CYOD), Bring Your Own App
(BYOA), Develop Your Own Application (DYOA).

9.3 Digital library


Digital library (perpustakaan digital) adalah koleksi dari dokumen-dokumen
dengan mengkombinasikan antara teknologi dan sumberdaya di suatu
organisasi/institusi ke dalam bentuk elektronik guna memudahkan siswa/guru dalam
mengakses sumber pengetahuan yang ada, mengimprovisasi dan mengasah
kemampuan berfikir yang lebih luas. Melakukan digitalisasi sumberdaya yang ada
melupakan proses dari transformasi digital itu sendiri dengan harapan siswa/guru

7
dapat mengakses kapanpun dan dimanapun mereka ingin membaca atau mengetahui
sesuatu yang terdapat atau tersedia di lingkunganya. Selain itu aktivitas siswa yang
membawa informasi yang didapatkan dari perpustakaan digital ke dalam ruangan
kelas untuk didiskusikan juga dapat menjadi tolakukur keberhasilan dari
pemanfaatan perpustakaan digital itu sendiri.
Idealnya perpustakaan digital yang baik adalah menyediakan banyak pilihan
suberdaya/bacaan/konten kepada penggunanya, mudah di akses baik di lingkungan
internal maupun eksternal (di dalam atau luar sekolah), memberikan kemudahan
untuk manajemen dan sistem pencarian informasi koleksi (information retrieval).
9.4 e-Learning for modern learners
Dalam kamus Oxford, e-learning adalah pembelajaran yang dilakukan
menggunakan media elektronik, pada umumnya dengan menggunakan Internet.
Darin E. Hartley [Hartley, 2001] menyatakan “e-Learning merupakan suatu jenis
belajar mengajar yang memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan
menggunakan media Internet, Intranet atau media jaringan komputer lain”,
sedangkan LearnFrame.Com dalam Glossary 2011 memberikan pengertian yang
lebih luas yaitu “eLearning adalah sistem pendidikan yang menggunakan aplikasi
elektronik untuk mendukung belajar mengajar dengan media Internet, jaringan
komputer,maupun komputer standalone”.
Ada beberapa hal yang menjadi komponen utama pembentukan e-Learning
yaitu Infrastruktur, Sistem dan Aplikasi, dan Konten. Sedangkan untuk aktor yang
terlibat dalam komponen ini adalah Guru, Siswa dan Administrator yang mengelolah
proses belajar mengajar.

8
Peyampaian bahan ajar dalam bentuk e-Learning dapat dikategorikan menjadi dua
macam:
a) Synchrounous e-Learning yaitu proses belajar mengajar yang dilakukan secara
langsung dalam waktu yang bersamaan namun tidak dibatasi oleh ruang(jarak),
dan
b) Asynchrounous e-Learning atau proses belajar mengajar yang dilakukan secara
tidak langsung dalam waktu yang tidak bersamaan.
10. Komponen Smart School untuk Vokasi
Smart School untuk Vokasi menekankan penerapan Smart School yang
berorientasi kepada bagian yang hanya ada di pendidikan vokasi. Hal tersebut
merupakan unit produksi atau pengembangan dari unit produksi yaitu Teaching
Factory. Teaching factory merupakan pengembangan dari unit produksi yakni
penerapan sistem industri mitra di unit produksi yang telah ada di SMK. Sedangkang
Unit produksi adalah pengembangan bidang usaha sekolah yang digunakan dalam
upaya pemeliharaan alat bantu pembelajaran dan juga untuk memberikan
pengalaman kerja pada siswanya. Penerapan unit produksi sendiri sudah ditetapkan
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1990 pasal 29 ayat 2 yaitu "Untuk
mempersiapkan siswa sekolah menengah kejuruan menjadi tenaga kerja, pada
sekolah menengah kejuruan dapat didirikan unit produksi yang beroperasi secara
profesional."
Konsep dasar teaching factory adalah model pembelajaran yang

9
diselenggarakan di lingkungan sekolah. Model pembelajaran ini melibatkan industri
dengan tujuan untuk menerapkan budaya dan sistem yang ada pada industri,
sehingga siswa dan guru yang terlibat mendapat pengalaman industri. Selain itu
model pembelajaran ini mengacu atau berbasis produk, namun perlu digaris bawahi
bahwa profit adalah efek bukan tujuan utama. Hal ini yang menjadi pembeda utama
antara unit produksi dan teaching factory.
Perjalanan menuju penerapan Teaching Factory di mulai dari Competency
Based Training(CBT), Production Based Education and Training (PBET) and
Teaching Factory (TeFa). Berikut perbandingan antara ketiga model pembelajaran
yang sudah diterapkan dalam lingkup vokasi, yang dilakukan dengan
membandingkan proses pembelajaran, hasil pembelajaran, guru, mutu proses dan
produk, serta budaya.

Tabel 1.1 Perbandingan antara ketiga model pembelajaran (Sumber: Damarjati, 2017).

Berdasarkan konsep smart school sebelumnya, maka smart school bagi


vokasi merupakan smart school yang mendukung percepatan penerapan Teaching
Factory atau unit produksi yang ada di masing-masing sekolah. Khusus untuk
penerapan Teaching Factory terbagi menjadi 7 tingkat implementasi (dapat dilihat
pada tabel 2) dengan tingkat 1 (yang merupakan tingkat paling bawah), yang
menekankan pada pemahaman dan kemampuan dasar dengan model pembelajaran
CBT, tingkat selanjutnya fokus ditekankan pada langkah kerja yang masih

10
menerapkan model pembelajaran CBT. Sedangkan untuk tingkat 3 fokus penekanan
adalah kepada kualitas (dari produk) yang dilanjutkan dengan tingkat efisiensi pada
tingkat 4. Kedua tingkat ini menggunakan model pembelajaran PBET. Tingkat
selanjutnya, 5 sampai dengan 7 menggunakan Teaching Factory sebagai model
pembelajarannya, dimana tingkat 5 fokus untuk kreativitas dan inovasi, tingkat 6
difokuskan kepada manajemen produksi dan tingkat terakhir kepada kostumisasi
produk serta penjualan.

Tabel 1.2 Fokus dan model pembelajaran yang digunakan pada Implementasi TeFa
(Sumber: Damarjati, 2017).

Pengkategorian teaching factory yang dikombinasikan dengan smart school


memberikan kesempatan bagi sekolah untuk menerapkan model pembelajaran
teaching factory. Model pembelajaran yang mengacu kepada efisiensi suatu proses
yang juga sejalan dengan konsep dasar smart school di sini, maka implementasi
smart school yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi itu berada pada tingkat
implementasi yang ke 4.
Sedangkan untuk unit produksi acuannya penilaian terkait efisiensi dimulai
dengan simulasi penekanan biaya operasional dari proses yang menjadi bisnis utama
dari masing-masing unit produksi tersebut. Melalui pemetaan proses dengan
menggunakan business process diagram yang mengacu kepada BPMN, maka
penerapan tingkat efisiensi dapat dilakukan.

11
MODUL 2 METODE PEMBELAJARAN
Ir. Witarto Adi Winoto, MT

1. Sekolah Pintar – Smart School


Smartphone, Smart TV, Smartwatches, dan Smart Schools : Merupakan
istilah baru yang menarik bagi pasar. Orang sekarang kebanyakan merasa bahwa
perangkat pintar telah membuat hidup mereka lebih nyaman dengan cara yang
beraneka ragam.menarik
Tapi, adakah jaminan jika sekolah nya diberi label pintar, maka proses
belajarnya efesiensi dan efektivitas ? Apakah sekolah pintar membuat perbedaan
yang signifikan bagi perkembangan para siswa didik dan lulusannya ? Atau apakah
ada cara aneh, yang sedemikian sehingga sekolah pintar bisa disebut sebagai
dagangan baru yang lebih baik daripada sekolah tradisional? Apakah kalau sudah
punya perangkat “pintar” berarti hasil karya Anda merupakan “produk” yang
“pintar” juga ?
2. Apa itu Sekolah Pintar?
Smart school adalah lembaga belajar mengajar berbasis teknologi yang
mempersiapkan anak-anak untuk usia informasi. Di sekolah pintar, guru
memanfaatkan bantuan beragam alat multimedia termasuk film, foto, audio, slide,
buku elektronik, elearning, agar proses belajar-mengajarnya menjadi lebih efektif
dan efisien. Kurikulum dan panduan sekolah pintar tidak kaku. Guru dapat
menggunakan berbagai alat multimedia untuk meningkatkan pembelajaran.

Setidaknya ada dua macam sekolah pintar.


1. Sekolah pintar yang sudah menggunakan teknologi baru untuk menyebarkan
informasi namun masih berpegang pada kurikulum tradisional.
2. Sekolah pintar yang mengadopsi konsep sistem sekolah pintar secara utuh
agar hasilnya dapat melampaui sistem pendidikan tradisional.

12
3. Tujuan Sekolah Pintar ?
Sekolah pintar mempersiapkan siswa untuk menghadapi dunia luar.
1. Sekolah pintar dirancang untuk mengidentifikasi dan mengasah kemampuan
siswanya sehingga membantu mereka menjadi unggul di area pilihan mereka.
2. Salah satu tujuan utama sistem sekolah pintar adalah untuk memicu
partisipasi masyarakat di antara para siswa.
3. Siswa dibentuk untuk mengatasi rasa takut mereka dalam belajar untuk
mengekspresikan pandangan mereka yang lebih jauh mempersiapkan mereka
untuk menghadapi dunia luar.
4. Karakteristik Sekolah Pintar
Menurut situs fedena.com, (2016), karakteristik dari Smart School yang
berbeda dengan sekolah tradisional adalah sebagai berikut
4.1 Sistem Manajemen Siswa
Sistem Manajemen siswa mengotomatisasi banyak proses institusi dan
memungkinkan pengelola untuk berkonsentrasi pada pengajaran dan menanamkan
pengetahuan dan pemahaman kepada siswa. Dukungan yang dibutuhkan untuk
Sistem Manajemen Siswa bagi sekolah pintar adalah sistem informasi yang mampu
(1) melayani kebutuhan pembelajaran, (2) melayani kebutuhan informasi bagi para
stakeholder, (3) melayani kebutuhan informasi bagi pengguna lulusan (DUDI atau
Dunia Usaha dan Dunia Industri) serta (4) melayani kebutuhan informasi bagi
perguruan tinggi yang akan menyerap lulusan.
4.2 Kurikulum
Kurikulum untuk kelas pintar di sekolah dirancang untuk pengembangan
menyeluruh kepada potensi siswa. Sistem yang dikembangkan dibingkai dengan cara
yang unik agar pengetahuan dan keterampilan dapat terintegrasi menumbuhkan
pemahaman (understanding, tingkatan kedua dalam taksonomi kognitif – Bloom),
sehingga pengembangan potensi siswa menjadi lebih seimbang dan komprehensif.
Pengembangan potensi ini termasuk pembentukan dan pengembangan karakter dari
siswa.
Penelitian yang dilakukan Alireza Ghonodi dan Ladan Salimi, menyebutkan
bahwa pendekatan sekolah pintar (smart school) memiliki kurikulum yang membawa
perubahan yang didukung oleh teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Terdapat

13
sifat eklektik di dalam sekolah pintar. Sementara siswa akan mengaktifkan
fleksibilitas siswa untuk bersikap kooperatif dengan siswa lain dalam menggunakan
TIK sehingga menjadi lebih produktif.

Menurut Alireza et. al., terdapat 7 (tujuh) karakteristik kurikulum dengan TIK, yaitu
a. dapat menyediakan penggunaan kurikulum kombinasi
b. dapat meningkatkn pentingnya dan keandalan isi kurikulum
c. dapat meningkatkan minat siswa
d. dapat memberikan pengetahuan dengan struktur yang sesuai
e. dapat meningkatkan efisiensi kurikulum
f. dapat meningkatkan kemampuan belajar siswa
g. dapat meningkatkan fleksibilitas kurikulum
4.3 Pedagogi
Ini memberi kebebasan yang lebih dibandingkan dengan rencana pelajaran
yang kaku dari sistem pendidikan tradisional. Hal ini memungkinkan pencampuran
strategi pembelajaran demi transfer pengetahuan dan pemahaman menjadi lebih
efektif dan efisien. Fokus pembelajaran berpusat kepada siswa.
Sementara menurut David Perkins dari Havard, menyatakan bahwa
pembelajaran harus mencakup kepada pemahaman yang mendalam, yang
menggunakan pengetahuan yang fleksibel dan aktif.
4.4 Penilaian
Penilaian dalam sistem pendidikan sama pentingnya dengan proses belajar
mengajar. Penilaian dalam kelas pintar bersifat kontinyu, komprehensif dan integral.
Umpan balik yang akurat merupakan komponen penting dari penilaian dalam sistem
pendidikan dengan dukungan Teknologi Informasi dan Komunikasi.
Menurut David Perkin, Penilaian dilakukan dengan berpusat pada
pembelajaran. Penilaian terbaik ketika dilakukan sebagai alat refleksi dan evaluasi
pembelajaran. Ini dalam rangka menumbuhkan dinamika tanggung jawab dari setiap
siswa atas kualitas proses belajar mereka.
4.5 Metode pengajaran
Metode pengajaran di sekolah pintar berpusat pada siswa. Para guru
menggunakan dukungan alat dan bahan multimedia untuk pengembangan
kemampuan dan bakat siswa. Guru bahkan dapat merekam pelajaran mereka dan

14
mengarsipkannya pada pusat jaringan. Jika membutuhkan, siswa dapat merujuknya
setiap saat.
Setelah berbicara tentang sekolah pintar secara rinci, dapat dengan mudah
disimpulkan bahwa sistem sekolah pintar adalah brilian dan harus diadopsi di
sekolah untuk pengajaran-pembelajaran yang lebih efektif. Memang benar bahwa
membangun sekolah pintar di India merupakan tantangan, tetapi setiap langkah yang
diambil dalam arah ini akan membuat sistem pendidikan yang kuat dan bangsa yang
unggul.

5. Contoh penerapan penyisipan pendidikan karakter


Dengan adanya kurikulum yang fleksibel, penerapan sistem sekolah pintar
pada suatu institusi sekolah dapat menyisipkan pendidikan karakter. Dengan guru
yang kreatif dapat dikembangkan semangat kekeluargaan di lingkungan institusi
sekolah, yang dijaga dengan baik dan bijak ketika pembelajaran

Masalah sosial Karakter yang diinginkan Tindakan penyisipan


Perlunya tumbuh insan Kepemimpinan Di awal dan akhir acara
yang agamis, selalu ingat  beri aba-aba mulai sekolah, siswa pemimpin
berdo’a di awal dan akhir berdoa do’a dapat ditunjuk
acara sekolah dalam satu  mengikuti aba-aba berbeda setiap hari.
hari
Tawuran Sikap sabar dan menahan  membentuk kerjasama
diri dalam tugas kelompok
 ketua dan anggota
berganti ketika tugas
berganti
Pergantian pemimpin Demokratis  Ketua kelas berganti,
ketika naik kelas
Sportivitas  Kejujuran  mengadakan kompetisi
 Belajar menerima antar kelompok belajar
keka-lahan dan tidak
arogan ketika menang

15
Persaudaraan Membentuk semangat  Menjaga melindungi
persau-daraan yang sehat teman yang lemah dari
gangguan
Interaksi antar kelompok  Toleransi  Mengadakan acara
 Saling membantu keber-samaan antar
kelompok
Interaksi antar komunitas  Toleransi  Mengadakan acara
 Saling membantu keber-samaan antar
komunitas

6. Sekolah sebagai organisasi pembelajar


David Perkin menyatakan bahwa Sekolah pintar merupakan tempat
pertumbuhan untuk anak-anak sebagai siswa yang sedang mengejar minat intelektual
dan kolaborasi profesional. Hal itu perlu didukung dan didorong oleh tumbuhnya
institusi sekolah pintar dan para administratornya.
Organisasi belajar yang sukses adalah yang mampu membentuk unsur dan
struktur yang memungkinkan semua anggota komunitas sekolah pintar untuk
berkolaborasi dalam sinergi yang baik, dalam hal proses pengaturan arah dan
pemantauan diri, menciptakan sistem dinamis yang dapat berubah, mengikuti
dinamika kebutuhan dan visi komunitas.
7. Metoda pengajaran
Beberapa contoh metoda pengajaran yang dapat diterapkan dalam sekolah pintar
antara lain :
7.1 Problem Based Learning
Problem-Based Learning(PBL) adalah metodologi pembelajaran dengan
pendekatan berpusat pada peserta didik, fokus pada upaya membantu peserta didik
memperoleh pengetahuan, keterampilan dan kemampuan berpikir kritis melalui
proses belajar yang dinamis.
PBL dikenalkan pertamakali pada tahun 1960, dengan kondisi siswa harus
berurusan dengan kasus nyata, mendiagnosa masalah, melakukan penelitian dan
mengusulkan solusi. Hal ini juga sering dikaitkan dengan "learning by doing",
"situated learning" atau "konstruktivisme sosial", yang dalam beberapa dekade

16
terakhir dianggap oleh banyak pihak kalangan pendidikan sebagai langkah ke depan
dalam mewujudkan sistem pendidikan yang progresif.
Saat ini, metoda PBL telah dilaksanakan di seluruh dunia, termasuk
Indonesia, di berbagai disiplin ilmu dari bisnis, teknik, IT, humaniora hingga ilmu
hukum. PBL dalam berbagai bentuk juga telah diperkenalkan di tingkat pendidikan
dasar sampai dengan pendidikan tinggi, serta pelatihan kalangan profesional.
Bukti empiris menunjukkan bahwa selain melengkapi siswa dengan
keterampilan kolaborasi, siswa termotivasi untuk menghabiskan waktu lebih lama
pada kegiatan belajar, lebih puas dengan pengalaman pendidikan mereka dan
menunjukkan tanda-tanda tergerak dalam budaya belajar sepanjang hayat. Studi juga
menunjukkan bahwa siswa dapat menginternalisasikan dan menerapkan pengetahuan
lebih efektif untuk mengatasi masalah kehidupan nyata melalui pendekatan semacam
itu, dibandingkan dengan metode pengajaran yang lebih konvensional.
Dalam pelaksanaannya, ada berbagai versi penerapan tahapan PBL dari
berbagai institusi pendidikan. Masing masing melakukan riset tersendiri, ataupun
riset bersama, sehingga memperkaya bentuk tahapan pelaksanaan PBL, termasuk
berbagai teknik Scaffolding dilakukan, dengan tujuan agar lebih mempertajam hasil
dari pembelajaran dengan PBL.
7.1.1 Tahapan PBL menurut : The seven jump
Schmidt and Moust (1989), menyatakan bahwa pembelajar berkembang
melalui suatu rangkaian tahapan yang berurut, "The Seven Jump", selama PBL
berlangsung.Yaitu :

Tabel 2.1 Tahapan PBL versi UM, the seven jump

Tahapan Deskripsi Waktu


Klasifikasi istilah dan konsep yang tidak jelas pada
Langkah -1
teks masalah
Langkah -2 Tentukan masalah.Apa yang seharusnya dijelaskan.
Langkah -3 Analisis masalah. Hasilkan ide sebanyak mungkin. 2 jam (f+s)
Analisis masalah. Susun ide-ide secara sistematis dan
Langkah -4
analisalah secara mencalam.
Langkah -5 Formulasikan tujuan pembelajaran.

17
Langkah -6 Cari informasi dan sumber pebelajaran 2 – 7 hari (s)
Langkah -7 Rangkum dan gunakan informasi baru 2 jam (f+s)

catatan : f = fasilitator, s = students


Tahapan PBL ini diterapkan di Universitas Maastricht’s, Belanda dengan
waktu belajar sekitar 2 sampai 7 hari. [P10][P2].

Tabel 2.2 Tahapan PBL versi RP, one-day-one-problem

Tahapan Deskripsi Waktu


Pertemuan -1 Eksplorasi masalah dan isu pembelajaran 1 jam (f+s)
Perioda
Riset mandiri dan pembelajaran kolaboratif 1 jam
Belajar -1
Formulasi tanggapan terhadap masalah dan
Pertemuan -2 menanggulangi rintangan pembelajaran. 1 jam (f+s)
Umpan balik dari fasilitator dan bimbingan
Perioda Konsolidasi group tentang ide-ide.
2 jam
Belajar -2 Penyelesaian tanggapan terhadap masalah
Presentasi group dan kritik.
Pertemuan -3 Umpan balik dari fasilitator dan ringkasan dai isu-isu 2 jam (f+s)
pembelajaran

Sedangkan Tahapan PBL di Republic Polytechnic (RP), Singapura dilaksanakan


dengan konsep One-Day-One-Problem. Sehari satu Problem, dilaksanakan selama 7
jam.
7.1.2 Scaffolding dalam PBL
Di dalam pembelajaran jarak jauh, fasilitator PBL perlu menyesuaikan
penyediaan scaffolding dengan memanfaatkan modul-modul program terutama
Javascript. Modul tersebut dalam konteks matapelajaran tertentu yaitu dapat berupa
kumpulan contoh implementasi modul materi materi pelajaran, yang disusun dengan
kerangka yang sesuai kurikulum dan silabus, serta berupa perancah proses
pembelajaran. Scaffolding yang tadinya berbentuk verbal maupun visual, diganti
dengan pembelajaran interaktif melalui terminal klien internet yang didukung akses

18
ke dokumen berbentuk multimedia, seperti teks, audio, video pendek, maupun
gambar atau diagram yang disimpan dalam server. Dokumen teks sendiri dalam
media internet dapat berbentuk hiperteks, yang di dalamnya mengandung link atau
kaitan dengan dokumen multimedia lainnya.
Hannafin, Land and Oliver (1999) mengelompokkan scaffolding untuk pembelajaran
online menjadi empat, yaitu
 conceptual scaffolding: membantu siswa memutuskan apa yang perlu
dipelajari dan membimbing mereka (dengan diagram roadmap) untuk
menemukan konsep-konsep kunci.
 procedural scaffolding: membantu siswa menggunakan peralatan dan
sumberdaya yang tepat dan efektif.
 strategic scaffolding: membantu siswa menemukan strategi dan metoda
alternatif untuk menemukan solusi dari problem.
 metacognitive scaffolding: mendorong siswa untuk berpikir tentang apa
yang mereka pelajari selama proses dan membantu siswa merefleksikan apa
yang telah dipelajari (self-assessment).

Kyle Hausmann (2011) menulis dalam blognya, setidaknya ada dua bentuk
scaffolding yaitu perancah isi (content scaffolding) serta perancah metakognisi
(metacognitive scaffolding).
 Perancah isi (Content Scaffolding) akan mengingatkan siswa tentang
konsep penting, menyajikan masalah multi-langkah sebagai serangkaian
masalah yang lebih kecil, serta melakukan penguraian (analisis) masalah
menjadi komponen-komponen penyusunnya. Ini digunakan untuk membantu
siswa mensintesis konsep ketika konsep-konsep yang masih baru bagi
mereka.
 Perancah metakognitif (MetaCognitif Scaffolding), di sisi lain, meminta
siswa untuk merenungkan proses yang mereka gunakan dalam mendekati
masalah. Proses ini memungkinkan siswa untuk menggeneralisasi dan
meminta mereka untuk berpikir secara analog. Scaffolding metakognitif
membantu siswa memperluas penerapan pengetahuan mereka dengan situasi
baru.

19
7.2 Retrieval Practice
Tindakan yang dilakukan pada Retrieval Practice, yaitu mengikuti Kuis di
awal pertemuan, dievaluasi hasilnya, kemudian mengoreksi jawaban dengan merujuk
kepada referensi. Hal ini akan meningkatkan potensi Long-term memory dari siswa.
Metoda Retrieval Practice dikembangkan dengan mendasarkan pada model
memori, karakteristiknya serta cara mengaksesnya, yaitu attention dan rehearsal. Di
dalamnya terdapat kegiatan Kuis dan Recall (memanggil kembali informasi yang
pernah diingat) di setiap tatap muka pembelajaran.
Penerapan metoda Retrieval ini memerlukan dukungan Sistem Informasi,
agar perkembangan pengulangan kuisnya dapat diukur dan dicatat dengan rapi di
setiap tatap muka, dan hasilnya menjadi valid. Pengulangan materi melalui kuis akan
memperkuat ingatan siswa terhadap pengetahuan yang diberikan. Penggunaan sistem
informasi juga memudahkan modifikasi bagi soal berikutnya, sehingga akan
mendukung pengembangan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran, karena
dalam kuis diberi soal yang bervariasi.

20
Gambar 2.1 Retrieval Practice yang disisipkan pada pertemuan kelas

Tahapan Retrieval Practice yang disisipkan (lihat gambar 1. di atas bagian kanan)
(a) Modifikasi Minor soal setiap nomor untuk meningkatkan pemahaman
dapat dilakukan salah satu dari berikut ini :
1. Modifikasi Retrieval elemen atau unsur dasar
2. Modifikasi Retrieval pola atau struktur
3. Modifikasi Retrieval perilaku atau proses
4. Modifikasi Retrieval tujuan
(b) Hasil kuis dicatat. Jawaban, terutama yang salah dibandingkan dengan
buku tekstual, buku catatan atau jawaban pada referensi internet yang
ditentukan. Referensi internet yang ditentukan merupakan referensi yang
sudah diverifikasi oleh dosen. Diskusi dan penjelasan dilakukan.

21
(c) Kumpulkan nilai hasil kuis. Pilih nilai terbaik, untuk digabung dengan
nilai Ujian.

Menurut Pooja K Agarwal, "Retrieval practice" dapat dikatakan sebagai


strategi pembelajaran manusia yang fokus untuk mendapatkan informasi dari
otaknya. Melalui tindakan pengambilan, atau memanggil informasi ke pikiran,
ingatan manusia untuk informasi itu akan diperkuat dan melupakan kemungkinan
kecil terjadinya kesalahan. Retrieval Practice adalah alat yang ampuh untuk
meningkatkan pembelajaran tanpa teknologi, uang, atau waktu di dalam kelas.
Dalam Retrieval practice dengan sengaja mengingat informasi memaksa
manusia untuk menarik pengetahuannya "keluar" dan memeriksa apa yang
diketahuinya. Justru “perjuangan” atau tantangan inilah yang meningkatkan ingatan
dan pembelajaran manusia - dengan mencoba mengingat informasi, manusia melatih
atau memperkuat ingatannya, serta dapat mengidentifikasi kesenjangan dalam
pembelajaran.

22
7.2.1 Model Memori manusia

Model pemrosesan informasi dalam dasar psikologi kognitif ini melakukan


dua hal yang terkait: Pertama, model menggambarkan keseluruhan model memori
manusia. Kedua, model ini membahas berbagai pertanyaan yang berhubungan
dengan pembelajaran yang sangat penting bagi para guru - pertanyaan tentang cara
informasi diatur dan diurutkan, metode pengajaran dan pembelajaran yang dapat
memfasilitasi pemrosesan informasi, dan cara meningkatkan pemanfaatan memori.

7.3 Project-based learning (PBL)


Project-based learning (PBL) adalah pedagogi yang berpusat pada siswa yang
melibatkan pendekatan kelas yang dinamis di mana diyakini bahwa siswa
memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam melalui eksplorasi aktif tantangan
dan masalah dunia nyata. Siswa belajar tentang subjek dengan bekerja untuk jangka
waktu yang panjang untuk menyelidiki dan menanggapi pertanyaan, tantangan, atau
masalah yang rumit. Ini adalah gaya pembelajaran aktif dan pembelajaran berbasis
inkuiri. PBL berkebalikan dengan penghitungan hafalan berbasis kertas, atau
instruksi yang dipandu oleh guru yang menyajikan fakta-fakta yang sudah ada atau
menggambarkan jalan yang mulus menuju pengetahuan dengan bukannya
mengajukan pertanyaan, masalah atau skenario.
Menurut Thomas Markham (2011), “Pembelajaran Berbasis Proyek (PBL)
mengintegrasikan pengetahuan dan tindakan. Siswa belajar pengetahuan dan elemen
dari kurikulum inti, tetapi juga menerapkan apa yang mereka ketahui untuk
memecahkan masalah otentik dan menghasilkan hasil yang berarti. Siswa PBL
manfaatkan alat digital untuk menghasilkan produk kolaboratif (hasil kerjasama)
yang berkualitas tinggi, PBL memusatkan kembali pendidikan pada siswa, bukan
kurikulum - pergeseran yang diamanatkan oleh dunia global, yang memberi imbalan

23
aset tak berwujud seperti dorongan, semangat, kreativitas, empati, dan ketahanan.
tidak dapat diajarkan dari buku teks, tetapi harus diaktifkan melalui pengalaman."

8. Memulai kelas dalam Sekolah Pintar


8.1 Memulai Penerapan Metoda Problem Based Learning
Untuk melaksanakan kelas belajar mengajar dengan metoda Problem Based
Learning, diperlukan pertanyaan awal yang menarik keinginan tahu siswa, yang
dilengkapi scaffolding atau perancah pembelajaran.Beberapa topik menarik untuk
Pembelajaran Berbasis Problem (PBL atau Problem Based Learning), antara lain :
1. Topik 1 : BUSI MOTOR
a. Bagaimana membuka dan memeriksa busi motor ?
b. Jika businya sudah mati, bagaimana mengganti dan memasang busi
tersebut ?
2. Topik 2 : Geo Positioning System
a. Bagaimana mengetahui posisi GPS suatu tempat ?
b. Apa manfaat GPS ?
c. Jelaskan kapan sebaiknya kita menggunakan GPS

Contoh-contoh pertanyaan di atas kemudian dikembangkan oleh guru, dengan


memberikan pertanyaan yang mengarahkan siswa, untuk menggunakan scaffolding,
untuk membentuk pengetahuan. Sebagai contoh, tentang BUSI MOTOR, pertanyaan
dapat diarahkan tentang bagaimana cara kerja busi motor, bagaimana skemanya.
Siswa diminta mengeksplorasi pengetahuan pada sumber pengetahuan di buku, buku
elektronik, diagram road map, ataupun internet.
Scaffolding dapat juga berupa kuis-kuis pendek, yang pertanyaannya
mengarahkan siswa. Pada akhir pertemuan kelas, siswa diminta mempresentasikan
pengetahuannya, serta mengikuti diskusi dengan guru.
8.2 Memulai Penerapan Metoda Retrieval Practice
Yang perlu dipersiapkan adalah soal-soal kuis yang akan diulang dengan
sedikit modifikasi.
Contoh kuis pada Metoda Retrieval Practice
1. Soal Informatika 1 :

24
A = 12;
B = 23;
C = A + 2 * B;
B = B + C;
C = A + 2 * B;
B = B + C;
Cetak A, B dan C
Buatlah program javascriptnya.
2. Gantilah program tersebut dengan menggunakan loop
3. Pada pertemuan berikutnya, soal diubah sedikit
A = 12;
B = 23;
C = 3 * A + B;
B = B + C - 5;
C = 3 * A + B;
B = B + C - 5;
C = 3 * A + B;
B = B + C - 5;
Cetak A, B dan C

Soal-soal tersebut dikumpulkan dan disimpan pada elearning (Moodle atau


Edmodo), dan digunakan untuk menjadi soal bagi siswa. Soal dapat sedikit berbeda
(minor) pada pertemuan yang berbeda.
Sementara itu dipersiapkan buku referensi atau rujukan untuk menilai
elemen, struktur dari program. Buku referensi sebaiknya disusun oleh guru dalam
bentuk buku elektronik, yang dapat diakses siswa, setiap saat.
Aspek pengulangan inilah yang akan membantu Rehearsal untuk melakukan
retrieval sehingga memperkuat Long term memori.

8.3 Memulai Penerapan Metoda Project Based Learning


Siswa belajar pengetahuan dan elemen dari kurikulum inti, tetapi juga

25
menerapkan apa yang mereka ketahui.cContoh topik pada Metoda Project Based
Learning
1. Topik 1 : KECEPATAN ANGIN
a. Bagaimana mengetahui kecepatan angin tanpa alat ?
b. Referensi dari internet :
http://www.climate4life.info/2016/02/cara-mengetahui-kecepatan-angin-tanpa-
tanpa-alat.html

2. Topik 2 : Memasak Nasi Goreng Aneka Rasa (untuk SMK Tata Boga)
a. Bagaimana cara memasak Nasi Goreng Sambal Ijo ?
b. Bagaimana cara memasak Nasi Goreng Ikan Asin ?
c. Apa perbedaan antara kedua masakan itu ?

Siswa diminta mengeksplorasi resep masakan di internet atau di buku


elektronik. Selain menurut resep, siswa juga diminta mengungkapkan resepnya, yang
diperoleh dari ajaran orang tuanya, jika ada. Bumbu apa yang bisa dikurangi, bumbu
apa yang harus ada.

26
MODUL 3 MANAJEMEN SUMBER DAYA SEKOLAH
Implementasi Smart School
Aminul Wahib, S.ST, M.Kom
1. Definisi
Kata manajemen berasal dari Bahasa Latin, yaitu dari asal kata manus yang
berarti tangan dan agere yang berarti melakukan. Kata-kata itu digabung menjadi
kata kerja managere yang artinya menangani. Managere diterjemahkan ke dalam
Bahasa Inggris dalam bentuk kata kerja to manage, dengan kata benda management,
dan manager untuk orang yang melakukan kegiatan manajemen. Akhirnya,
management diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia menjadi manajemen atau
pengelolaan.
Manajemen menurut Mary Parker (Stoner & Freeman, 2000) ialah seni
melaksanakan pekerjaan melalui orang-orang (The art of getting things done through
people). Meskipun banyak definisi manajemen yang telah diungkapkan para ahli
sesuai pandangan dan pendekatannya masing-masing, walaupun demikian, yang
dimaksud manajemen adalah perencanaan, pelaksanaan, kepemimpinan, evaluasi dan
pengawasan
Berkaitan dengan history data, manajemen merupakan suatu keistimewaan
dalam menangani masalah waktu dan hubungan SDM ketika hal tersebut muncul
dalam organisasi. Ide tentang waktu dalam organisasi mempunyai beberapa elemen
sebagai berikut:
1. Manajemen adalah usaha menciptakan masa depan yang lebih baik,
dengan mengingat masa lalu dan masa kini.
2. Manajemen dipraktekan di dalam dan refleksi dari waktu tertentu.
3. Manajemen adalah kegiatan yang menghasilkan konsekuensi dan pengaruh
yang muncul dengan berlalunya waktu.

Sumber daya sekolah meliputi semua faktor dan aspek yang dapat
dimanfaatkan oleh pengelola sekolah untuk melaksanakan kegiatan proses
pendidikan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan. Sumber daya
sekolah dapat dikelompokkan menjadi:

27
1. Sumber daya manusia (SDM) yang meliputi kepala sekolah, guru, staf,
tenaga pendidikan, siswa, orang tua, dan masyarakat yang memiliki
keperdulian kepada sekolah.
2. Sumber daya infrastruktur (SDI) yang meliputi bangunan, ruangan,
peralatan, alat peraga pendidikan, waktu belajar, dan penampilan fisik
sekolah.
3. Sumber daya keuangan (SDK) yang meliputi keseluruhan dana
pengelolaan sekolah baik yang diterima dari pemerintah maupun dari
masyarakat.
4. Sumber daya program (SDP), yang meliputi program kerja sekolah,
kurikulum. dsb.

Sehingga manajemen sumber daya sekolah dapat didefinisikan sebagai upaya


merencanakan, mengatur dan mengevaluasi semua faktor dan aspek yang dapat
dimanfatkan oleh pengelola sekolah untuk melaksanakan kegiatan proses pendidikan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

2. Implementasi Smart School dalam Manajemen Sekolah


Lembaga pendidikan mempunyai peran yang sangat vital dalam mencetak
sumber daya manusia yang berkualitas agar mampu bersaing di era revolusi industri
4.0. Untuk membentuk sumber daya manusia yang berkualitas memerlukan suatu
sistem pelayanan pendidikan yang berkualitas. Untuk itu semua ekosistem dalam
dunia pendidikan, baik pemerintah, dunia industri, tenaga kependidikan, guru dan
orang tua harus bekerja sama untuk saling bersinergi.
Sekolah kejuruan sebagai institusi pendidikan vokasi berbasis keterampilan
memiliki tanggungjawab besar dalam menyiapkan sumber daya manusia berdaya
saing untuk menghadapi revolusi industri 4.0. Sehingga sekolah kejuruan dituntut
untuk bertransformasi mengikuti perkembangan teknologi agar dapat berfokus pada
subtansial pendidikan yakni menghasilkan lulusan yang kompeten dalam bidangnya.
Maka dalam hal ini aktivitas sekolah kejuruan dalam pembelajaran, pengajaran dan
manajemen sekolah yang terkategori pekerjaan rutin dan harian perlu melakukan
penyesuaian dengan pergeseran paradigma yang dibawa oleh arus revolusi industri

28
4.0. Penyesuaian tersebut dilakukan dengan pengalihan pekerjaan rutin dan harian
sekolah menggunakan teknologi atau dapat disebut dengan Smart School. Dengan
demikian, beban aktivitas sekolah tidak tersibukkan dengan pekerjaan rutin dan
harian, sehingga sekolah dapat berfokus meningkatkan perihal pokok pendidikan
secara subtansial. Hal ini secara tidak langsung menjadikan konsep Smart School
merupakan langkah persiapan bagi sekolah kejuruan untuk menjawab tantangan
revolusi industri 4.0.
Untuk mewujudkan sekolah yang cerdas (smart school) dalam bidang
manajemen sekolah adalah dengan mengintegrasikan semua sumber daya yang
dimiliki oleh sekolah. Integrasi data dapat diwujudkan yaitu dengan memanfaatan
teknologi informasi dan komunikasi (ICT) baik dalam perencanaan, implementasi
dan evaluasi program sekolah. Adanya integrasi data antar sumber daya secara
otomatis akan menciptakan ikilim tertib adminstrasi disemua level pekerjaan,
sehingga sekolah dapat berjalan secara efektif dan efisien.

Gambar 1. Integrasi antar sumber daya sekolah

Beberapa keuntungan dengan adanya sistem data terintegrasi dalam


pengelolaan sekolah adalah: (1) One for all: Sekali input data ke sistem, maka data
dapat dimanfaatkan oleh semua sumber daya yang membutuhkan. Contoh data siswa
yang telah diinput pada saat seleksi pendaftaran sekolah, seringkali data ini diminta

29
lagi pada saat daftar ulang, dan akan diminta lagi pada saat mengurus anggota
perpustakaan, kegiatan ekstrakulikuler dan keorganisasian lainnya dalam lingkup
manajemen atau satu sekolah.

Gambar 2. Alasan sistem harus terintgrasi

(2) Same for all: Data yang jadi rujukan untuk pengambilan keputusan adalah
sama. Contoh pada kasus sekolah ingin melakukan penjaringan siswa mana saja yang
berhak memperoleh beasiswa dengan mempertimbangkan ekonomi orang tua siswa.
Namun data ekonomi orang tua memiliki banyak versi. Misal versi data penghasilan
orang tua pada saat siswa mendaftar ke sekolah, supaya dapat diterima ke sekolah
tertentu data yang digunakan menunjukkan bahwa dia adalah orang kaya. Namun
pada saat ada penjaringan beasiswa, yang mensyaratkan bagi siswa yang kurang
mampu siswa tersebut berusaha untuk menjadi orang tidak mampu, hal ini sering

30
juga didukung dengan siswa tersebut membawa surat keterangan miskin dari
kelurahan. Jika manajemen sekolah membiarkan adanya data ganda (redudancy)
maka pengambilan keputusan yang diambil rawan tidak akurat (Accuracy). Disinilah
peran integrasi data dalam prevent redudancy. Disamping itu dengan adanya
integrasi sistem maka kecepatan mengakses data akan semakin cepat (fast getting
data) dimanapun dan kapanpun karena suda ada sinergi.

3. Smart School Pendukung Sistem Pengambilan Keputusan


Sekolah kejuruan saat ini di tuntut untuk memiliki keunggulan dengan
memanfaatkan semua sumber daya yang dimiliki. Selain sumber daya infrastruktur,
keuangan dan manusia, sistem informasi adalah salah satu sumber daya yang dapat di
gunakan untuk meningkatkan kualitas lembaga pendidikan. Sistem informasi dapat
di gunakan untuk mendapatkan, mengolah dan menyebar informasi untuk menunjang
kegiatan operasional sehari-hari sekaligus menunjang kegiatan pengambilan
keputusan yang strategis. Beberapa contoh analisis yang dapat dikembangkan dalam
pengambilan keputusan menggunakan data siswa dapat dilihat pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1 Analisis sumber data siswa untuk pengambilan keputusan


Data Siswa Kepala Sekolah Orang Tua Industri

Data Nilai • Memantau rata- • Pemberitahuan • Melihat grafik


rata nilai siswa secara realtime kemampuan
setiap pelajaran ketika nilai anak akademik
• Melihat rangking keluar siswa
siswa terhadap
pelajaran tertentu
Data sikap dan • Memantau history • Pemberitauan • Melihat
perilaku (catatan siswa bermasalah secara realtime attitude siswa
guru, guru BK tentang
atau wali kelas) permasalahan
anaknya disekolah
Data kehadiran • Memantau tingkat • Pemberitahuan jika • Melihat
kedisiplinan tiap anaknya tidak kedisiplinan
pelajaran, kelas hadir siswa

31
maupun siswa

Dari data-data diatas jika dilakukan analisis mendalam dengan menggabungkan antar
data dapat juga menghasilkan sistem pengambilan keputusan. Misal rekomendasi
bagi siswa yang berhak memperoleh beasiswa berdasarkan nilai akademik,
kedisiplinan, catatan guru dan kondisi ekonomi orang tua.

Dtaa
Data Sikap Data Rekomendasi
Data Nilai Ekonomi
dan Perilaku kehadiran Beasiswa
ORT

Gambar 3. Sistem pengambil keputusan rekomendasi beasiswa

Contoh lain analisis yang dapat dikembangkan dari data siswa adalah rata-
rata nilai raport semua jurusan tiap tahun (gambar 3a), rata-rata nilai raport atau
NUN tiap siswa (gambar 3b), rangking pelanggaran siswa (3c), analisa kurikulum
berdasarkan capaian pembelajaran dan jumlah pertemuan (3d), Analisis rata-rata nilai
pelajaran tertentu semua jurusan (3e), Analisis minat siswa terhadap setiap pelajaran dengan
parameter kehadiran dan capaian belajar (3f), dan analisis rekomendasi beasiswa dengan
parameter nilai, disiplin, tingkat ekonomi orang tua dan catatan siswa (3g).

32
Gambar 3a. Rata-rata nilai raport/Nun/Ipk semua jurusan tiap tahun

Gambar 3b. Rata-rata nilai raport / Nun / Ipk tiap siswa tiap semester

33
Gambar 3c. Rangking pelanggaran siswa

Gambar 3d. Analisa kurikulum berdasarkan capaian pembelajaran

34
Gambar 3e. Analisis rata-rata nilai pelajaran tertentu semua jurusan

Gambar 3f. Analisis minat siswa terhadap pelajaran tertentu (%)

35
Gambar 3g. analisis rekomendasi beasiswa bagi siswa berprestasi
Selain dari data siswa, contoh analisis data juga dapat dilakukan dari data guru
maupun data bagian administrasi, baik kaitannya dengan siswa, pimpinan maupun dengan
pemerintah seperti pada Tabel 1.2 dan Tabel 1.3.

Tabel 1.2 Analisis data guru kaitan dengan pimpinan maupun pemerintah
Data Guru Kepala Sekolah Dinas Pendidikan/
Pemerintah
Data Pendidikan dan • Memantau grafik strata • Memantau grafik strata
golongan Pendidikan, dan golongan Pendidikan, golongan di
guru wilayahnya
Pelatihan /seminar/ • Memantau Grafik jumlah • Memantau pemerataan
workshop Guru pelatihan/seminar/workshop pelatihan/workshop/semina
setiap guru r guru di wilayahnya
Data kehadiran guru • Memantau rangking disiplin • Memantau kedisiplinan
para guru sekolah
Data keaktifan guru • Memantau tingkat • Memantau grafik keaktifan
partisipasi guru dalam guru di wilayahnya

36
kemajuan sekolah

Data prestasi guru • Memantau rangking guru • Memantau guru berprestasi


di wilayahnya
Data penilaian dari siswa • Memantau grafik • Memantau tingkat
(survey) kecakapan guru kepuasan siswa

Tabel 1.3 Analisis data administrasi kaitan dengan siswa, guru dan pimpinan
Administrasi Siswa Guru Kepala Sekolah

Data • Memantau • Siswa tidak dapat • Memantau tabel/grafik


pembayaran histori bayar login mengikuti tanggungan siswa
SPP SPP quiz guru jika
belum bayar
Data registrasi • Siswa tidak • Persensi siswa • Memantau tabel/grafik
ulang dapat login ke tidak muncul jika siswa tidak registrasi
sistem/ masuk belum bayar ulang
kelas karena
belum registrasi
ulang
Data survey • Siswa tidak • Data siswa tidak • Memantau grafik
pelayanan dapat melihat muncul tingkat kepuasan
nilai evaluasi dipenilaian jika layanan
hasil belajar belum mengisi • Memantau siswa yang
survey layanan belum memberi
penilaian

4. Aplikasi Sistem Informasi Akademik Kurikulum 2013 dan KTSP


Salah satu contoh sistem informasi akademik (SIAKAD) SMA/SMK versi 4. 1 yang
dikembangkan Wildan Agissa R. yang di share di forum lokomedia. SIAKAD ini
mendukung sekolah dengan berbagai jurusan seperti IPA, IPS, Bahasa, Teknik ataupun
jurusan lainnya. Kurikulum yang diterapkan juga bisa menggunakan kurikulum K13, KTSP,
ataupun keduanya (dalam tingkat yang berbeda). Modul - modul yang ada pada sistem
informasi akademik ini antara lain :

37
1. Data Master 4. Quiz dan Ujian Online
- Data Identitas Sekolah - Bank Soal
- Data Kurikulum - Data Quiz dan Ujian
- Data Tahun Akademik 5. Laporan Nilai Siswa
- Data Gedung - Data Nilai UTS
- Data Ruangan - Cetak Raport UTS
- Data Golongan - Data Capaian Belajar
- Data Jenis PTK - Data Extrakulikuler
- Data Jurusan - Data Prestasi
- Data Kelas - Data Nilai Raport
- Data Status Kepegawaian - Cetak Raport
2. Data Pengguna 6. Absensi
- Data Siswa - Data Absensi Siswa
- Data Guru - Data Absensi Guru
- Data Kepala Sekolah - Data Rekap Absensi Siswa
- Data Administrator 7. PSB Online
3. Data Akademik - Data Menu
- Data Kelompok Mapel - Data Halaman
- Data Mata Pelajaran - Kode Aktivasi
- Data Jadwal Pelajaran - Data Pendaftar SMA
- Data Bahan dan Tugas - Data Pendaftar SMK
- Data Kompetensi Dasar - Data Pendaftar SMP
- Data Penilaian Diri 8. SMS Gateway
- Data Rentang Nilai 9. Journal KBM
- Data Penilaian Teman 10. Forum Diskusi

4.1 Portal Guru


4.1.1 Pendataan Transaksi Akademik
Pendatan transaksi akademik merupakan proses memasukkan data setiap
transaksi akademik ke dalam sistem. Data tersebut akan simpan dan diolah oleh
program sesuai dengan tempatnya. Pendataan transaksi akademik dilakukan setiap
saat tergantung pada waktu terjadinya transaksi tersebut. Semua transaksi akademik
di dasarkan pada tahun pelajaran tertentu. Data tersebut dapat dibuka kembali pada

38
tahun pelajaran berikutnya selama data tersebut masih ada.
Pada program Sistem Informasi Akademik Sekolah, developer menempatkan
beberapa modul di bawah menu "Pendataan Akademik" yang sama dengan modul
pada master yaitu "Kelas", "Siswa", dan "Mata Pelajaran". Penempatan modul
tersebut karena master tersebut bersifat dinamis terutama master siswa yang
bertambah setiap tahunnya.
Pendataan transaksi akademik diawali dengan memasukkan data tahun
pelajaran baru. Data tahun pelajaran harus dibuat sebelum pengguna membuat data
lain seperti jadwal pelajaran dan lain-lain.
4.2 Login Guru
masuk ke halaman guru maka diwajibkan untuk login terlebih dahulu d engan
menggunakan :
Username : NIP
Password : Password guru

Pertama Login semua username kita set dengan NIP dan password bisa
dilihat dalam tabel guru , jadi setelah login jangan lupa untuk edit password menjadi
yang lain melalui menu View Profile, dengan cara klik panah kecil di sebelah kanan
nama guru yang login.

39
Selanjutnya akan tampil halaman detail dan klik button edit profile untuk ganti
password:

Ganti password, selanjutnya untuk menyimpan password klik button update pada
bagian kiri bawah. Selesai dan password sudah terganti.
4.2.1 Halaman Utama guru
Pada halaman utama Guru dapat melihat seluruh mata pelajaran untuk tahun
sekarang atau pada tahun guru tersebut masuk ke system/login yang diajar oleh guru
yang bersangkutan. Untuk melihat mata pelajaran yang diajar oleh guru dalam 1

40
semester bisa dilakukan dengan memilih tahun akademik yang ada pada bagian
kanan atas pada halaman utama selanjutnya klik tombol lihat yang bewarna hijau,
maka jadwal pelajaran persemster akan muncul.

Melihat Jadwal mengajar pada semester yang diinginkan maka pilih melalui Tahun
akademik pada kanan atas dan klik tombol lihat.

Catatan :
Semester Ganjil 2016/2017 artinya Semester 1 Pada 2016
1. Semester 20161 artinya Tahun 2016 Semester 1 Dan jika
20162 artinya Tahun 2016 Semester 2
4.2.2 Absensi Siswa
Absensi Siswa Pada halaman guru berisi data-data siswa dalam 1 mata
pelajaran yang di ajar oleh guru persemester, untuk mengisi absensi siswa, guru
terlebih dahulu harus memilih tahun akademik yang ada pada bagian kanan atas
halaman dan klik tombol lihat untuk menampilkan mata pelajaran yang di ajar pada
semester tersebut, selanjutnya pada daftar mata pelajaran pilih jadwal pelajaran yang
akan di ambil absennya dengan melakukan klik pada tombol bewarna hijau ‘Tampil
Absensi’.

41
Setelah tombol tapil absensi di klik maka akan tampil daftar nama-nama
siswa yang mengikuti kelas atau jadwal pelajaran tersebut pertanggal hari ini.’

Setelah kehadiran atau absensi di pilih/diambil selanjutnya klik tombol


simpan absensi yang terletak pada kanan bawah halaman. Selanjutnya siswa-siswa
yang tidak hadir baik dalam kondisi sakit, izin, atau alpa akan dikirimkan sms
otomatis oleh system kepada orang tuanya dengan syarat sms akan terkirim jika no
telpon orang tua siswa sudah di isi oleh siswa. Pada halaman ini guru juga bisa
mengisi absen pada tanggal sebelumnya dengan memilih tanggal pada bagian kanan
atas dan klik tombol lihat absen selanjutnya isi / pilih absen dan simpan.

4.2.3 Upload Bahan dan Tugas


Pada halaman upload bahan dan tugas akan tampil terselebih dahulu semua
mata pelajaran yang di ajar pada tahun ini dan selanjutnya untuk melihat mata
pelajaran persemester bisa dilakukan dengan memilih tahun akademik pada sudut
kanan atas dan klik tombol lihat.

42
4.2.4 Melihat daftar bahan dan tugas
melihat daftar bahan dan tugas bisa dilakukan dengan cara klik tombol
bewarna hijau ‘List Bahan dan Tugas’ pada data jadwal pelajaran. Dan selanjutnya
akan tampil daftar bahan dan tugas yang pernah diberikan.
Pada Halaman ini, jika kategori adalah bahan maka hanya bisa Download
file saja. Tapi jika kategori adalah tugas maka guru bisa melihat jawaban tugas
yang dikirimkan siswa.

43
4.2.5 Lihat Jawaban dari Tugas
Bisa dilakukan dengan klik tombol bewarna hijau ‘Jawaban tugas’ yang ada
pada data tugas.

dan mengambil atau melihat tugas yang diberikan klik tombol bewarna biru
‘Download’.
4.2.6 Tambahkan Tugas atau bahan Baru
Guru bisa menambahkan bahan pelajaran atau juga tugas baru dengan cara
klik tombol biru ‘Tambahkan data’ pada bagian kanan atas dan selanjutnya akan
tampil halaman untuk menambahkan tugas atau bahan baru.

Berikut keterangan untuk masing2 inputan :

1. Kategori :Pilih bahan atau tugas yang akan diberikan ke siswa.


2. Nama File : judul dari bahan atau tugas yang akan diberikan.
3. File : File yang akan dikirimkan ke siswa per jadwal pelajaran.
4. Waktu mulai : adalah waktu kapan tugas tersebut diberikan. Jika kategori
adalah bahan maka jangan diubah waktunya.
5. Waktu Selesai : adalah waktu kapan terakhir tugas tersebut boleh diambil
dan dikirimkan jawabannya oleh siswa. Jika sudah melebihi waktu yang di

44
tentukan maka tugas tidak bisa dikumpulkan lagi oleh siswa. Jika kategori
adalah bahan maka jangan di ubah waktunya, tapi jika kategori adalah tugas
maka guru bisa memberikan batasan waktu tugas, missal : 2016-04-27
06:54:33 artinya paling lambat tugas bisa di akses pada tanggal 27 april 2016
sampai jam 06:54:33, jika lewat dari itu tugas tidak bisa di akses.
6. Keterangan : hanya keterangan tambahn untuk tugas atau bahan yang
diberikan.
Jika semua sudah di isi selanjutnya klik tombol ‘tambakan’ maka tugas atau
bahan baru sudah di publish ke siswa.
4.2.7 Edit Tugas atau Bahan
Tugas dan bahan juga bisa di edit dengan cara klik tombol bewarna kuning
yang ada icon penanya, maka selanjutnya akan muncul form untuk edit, silahkan
diubah data yang ingin di ubah dan selanjutnya untuk menyimpan klik button
update.

4.2.8 Hapus Tugas dan Bahan


Bahan dan Tugas juga bisa dihapus kapanpun dengan cara klik tombol X
bewarna merah pada daftar tugas.
4.2.9 Quiz dan Ujian Online
Pada halaman Quiz dan Ujian Online akan tampil terlebih dahulu semua
mata pelajaran yang di ajar pada tahun ini dan selanjutnya untuk melihat mata
pelajaran persemester bisa dilakukan dengan memilih tahun akademik pada sudut
kanan atas dan klik tombol lihat.

45
Setelahnya klik tombol bewarna hijau ‘Tampilkan’ maka selanjutnya akan tampil
daftar quiz dan ujian.

Pada halaman ini terdapat beberapa tombol, tambahkan data tombol bewarna
biru, lihat soal tombol bewarna biru, jawaban siswa tombol bewarna hijau dan
tombol X bewarna merah yang meiliki fungsinya masing2.
4.2.10 Tambahkan Quiz atau Ujian
Menambahkan ujian atau quiz baru klik tombol Tambahkan data.

46
Selanjutnya lengkapi semua inputan, berikut keterangand ari inputan :
1. Kategori : Kategori yang bisa dipilih, pilih tugas atau ujian.
2. Keterangan : keterangan dari tugas atau ujian yang akan dilihat siswa.
3. Batas waktu : batas waktu pengerjaan quiz atau ujian dalam menit. Bisa di isi
dengan contoh : 30 atau 60, dll
4. Terakhir Tambahkan.

4.2.11 Lihat soal


Lihat soal maksudnya adalah untuk melihat soal yang akan di uji kepada
siswa, pada halaman lihat soal terdapat 2 jenis soal yaitu essai dan objektif.

Menambakan Soal essai bisa dilakukan dengan klik tombol bewarna biru
‘Tambahkan soal Essai’ dan isi soal. Dan Untuk menambakan Soal objektif juga
sama bisa dilakukan dengan klik tombol bewarna biru ‘Tambahkan soal Objektif’
dan isi soal. Untuk menghapus soal bisa dilakukan dengan klik tombol X bewarna
merah
.
4.2.12 Lihat Jawaban Siswa
Lihat jawaban siswa maksudnya adalah untuk melihat jawaban yang telah
dijawab oleh siswa, pada halaman lihat soal terdapat 2 jenis soal yaitu essai dan
objektif.untuk melihatnya bisa dilakukan dengan klik tombol hijau ‘Lihat Jawaban’
selanjutnya muncul daftar siswa yang mengikuti ujian.

47
Untuk melihat jawaban klik tombol biru ‘lihat jawaban’ di sebelah kanan masing2
siswa.

Untuk nilai objektif akan otomatis sesuai dengan kunci jawaban yang di isi
guru pada saat buat soal, sedangkan untuk nilai essai di isi sendiri oleh guru dengan
mel ihat jawaban dari siswa. Untuk memberikan nilai essai klik tombol bewarna

48
merah ‘Input Nilai Essai’, selanjutnya isi nilai dan simpan.
4.2.13 Forum Diskusi
Forum diskusi adalah sarana untuk komunikasi antara guru dan siswa secara
umum seperti jejaring social yang ada pada saat ini seperti twitter dan facebook,
untuk masuk ke forum diskusi maka harus pilih terlebih dahulu tahun akademik pada
semester tertentu. Selanjutnya klik tombol bewarna hijau ‘Tampilkan.

Setelah tombol Tampilkandi klik maka akan muncul daftar topic yang pernah
anda buat. Jika topic masih kosong maka bisa ditambahkan dengan klik tombol biru
pada kanan atas ‘Buat Topic Baru’.

Selanjutnya akan muncul form untuk membuat topic baru, isi dan lengkapi semua
inputan dan simpan. Melihat Balasan atau komentar dari topic oleh siswa-siswa
dengan mata pelajaran, perkelas yang di buat topicnya bisa dilakukan dengan klik
tombol hijau ‘Lihat Balasan’ dan untuk menghapus topic klik tombol X bewarna
merah.

49
Untuk hak akses membuat topic baru hanya diberikan kepada guru saja sedangkan
siswa hanya bisa berkomentar saja.
4.2.14 Nilai Akademik
Sistem Informasi Akademik Sekolah juga menyimpan nilai akademik siswa
semua siswa pada semua tingkat, jurusan, kelas, dan periode. Nilai tersebut dapat
dilihat oleh guru, siswa, dan wali murid. Guru yang diberi hak masuk ke dalam
sistem bisa memasukkan nilai mata pelajaran kepada siswa yang diajarnya.
4.2.15 Nilai UTS
Mengisi nilai UTS klik menu ‘Laporan NIlai Siswa’ selanjutnya pilih ‘Input
nilai UTS’ dan selanjutnya pilih tahun akademik.

50
dan input nilai UTS klik tombol hijau ‘input nilai’, maka selanjutnya akan tampil
halaman untuk memasukkan nilai siswa permata pelajaran yang dipilih.

4.2.16 Nilai Akhir / Raport


Mengisi nilai Akhir / Raport klik menu ‘Laporan NIlai Siswa’ selanjutnya
pilih ‘Input nilai Raport’ dan selanjutnya pilih tahun akademik.

Sikap adalah nilai sikap siswa selama mengikuti pelajaran.


1. Pengetahuan adalah Nilai Pengetahuan Siswa yang akan tampil di Raport
permata pelajaran.
2. Keterampailan adalah Nilai Keterampilan Siswa yang akan tampil di
Raport permata pelajaran.

Untuk mengisi masing-masing nilai tersebut cukup dengan cara klik masing- masing
tombol yg di inginkan input nilainya.

51
4.2.17 Input Nilai Sikap

Setelah selesai, klik tombol ‘Simpan’ yang ada pada bagian kiri bawah halaman.
Input Nilai Pengetahuan

Menambahkan Nilai Pengetahun Per KD bisa dengan mengisi form inpu


(kotak-kotak) yang berada dibagian masing-masing nilai dan selanjutnya isi
deskripsi, dan mendapatkan nilai Raport maka sistem akan menghitung secara
otomatis.

52
Pada Gambar di atas cara menambahkan nilai pada KD 4.6. Edit data yang
sudah terlanjur masuk klik tombol pena yg bewarna hijau di sebelah kanan nilai per
KD. Dan hapus klik tombol X bewarna merah. Nilai akademik siswa dapat dibuka
pada masa yang akan datang meskipun siswa tersebut sudah tidak berada di kelas
yang bersangkutan selama data mata pelajaran, anggota kelas, dan nilai akademik
siswa tersebut masih ada. Nilai akademik siswa dapat ditampilkan per kelas maupun
per siswa. Nilai tersebut dapat ditampilkan setelah pengguna memilih tahun pelajaran
tertentu.
Komponen penilaian dalam Sistem Informasi Akademik Sekolah terdiri dari
Tugas 1, Tugas 2, Tugas 3, Tugas 4, Tugas 5, Ujian 1, Ujian 2, Ujian 3, Ujian 4,
Ujian 5, UTS, dan UAS. Komponen tersebut tidak harus ada semua. Sekolah
mungkin hanya menggunakan beberapa ujian dan tugas. Nilai akhir merupakan hasil
perhitungan dari setiap komponen penilaian yang ada.

53
PUSTAKA
1. Smart School, https://fedena.com/blog/2016/05/smart-school-is-it-worth-the-
hype.html, diakses pada tanggal 10 Oktober 2018.
2. Agarwal , Pooja K., Ph.D., Roediger, III, Henry L., Ph.D., McDaniel Mark
A., Ph.D., McDermott , Kathleen B., Ph.D. (2013), HOW TO USE
RETRIEVAL PRACTICE TO IMPROVE LEARNING, Washington
University in St Louis http://pdf.retrievalpractice.org/RetrievalPracticeGuide.pdf
3. Winoto, Witarto Adi, (2015), Pembangunan Pustaka Digital Modul Program
Tlogowaru.js sebagai Perancah Pembelajaran (Scaffolding) Struktur Data
dengan Model Pembelajaran Problem Based Learning, Politeknik Kota
Malang – SEAMOLEC
4. e-Learning, https://en.oxforddictionaries.com/definition/us/e-learning,
diakses pada tanggal 10 Oktober 2018.
5. Meluruskan Salah Kaprah Tentang e-Learning, http://romisatriawahono.net/
2008/01/23/meluruskan-salah-kaprah-tentang-e-learning/ , diakses pada
tanggal 10 Oktober 2018.
6. Human Capital Index – Human Capital Project,
http://www.worldbank.org/en/publication/human-capital, diakses pada
tanggal 12 Oktober 2018,.
7. Business Process Modeling Notation, http://www.bpmn.org, diakses pada
tanggal 11 Oktober 2018.
8. Damarjati, Taufiq, Teaching Factory – Konsep dan Implentasi, Presentasi
High Official Meeting 2017 .

54
55

Anda mungkin juga menyukai