Anda di halaman 1dari 29

PROPOSAL SKRIPSI

EFEKTIVITAS METODE TUGAS PROYEK PADA MATERI


STATISTIKA

DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PIMCA

Oleh:
Michellin Cheryl Timbuleng
NIM. 18504030

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA, ILMU PENGETAHUAN ALAM DAN


KEBUMIAN

UNIVERSITAS NEGERI MANADO


2022

2
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI......................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................2
A. Latar Belakang Masalah.....................................................................................2
B. Identifikasi Masalah...........................................................................................4
C. Batasan Masalah................................................................................................4
D. Rumusan Masalah..............................................................................................5
E. Tujuan Penelitian...............................................................................................5
F. Manfaat Penelitian.............................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................6
A. Model Pembelajaran PIMCA..............................................................................6
B. Tugas Proyek......................................................................................................8
C. Hasil Belajar.......................................................................................................9
D. Statistika..........................................................................................................10
E. Penelitian Relevan............................................................................................12
F. Kerangka Berpikir.............................................................................................13
BAB III METODOLOGI PENELITIAN...............................................................................15
A. Jenis Penelitian.................................................................................................15
B. Waktu dan Tempat Penelitian..........................................................................15
C. Subjek Penelitian..............................................................................................15
D. Prosedur Penelitian..........................................................................................16
E. Instrument Penilaian........................................................................................18
F. Teknik Pengumpulan Data................................................................................19
G. Validasi dan Uji Coba Tes..................................................................................20
H. Teknik Analisis Data.........................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................24

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan secara sederhana dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk


membina kepribadian sesuai dengan nilai-nilai dalam masyarakat dan
kebudayaannya. Pendidikan merupakan usaha suatu kelompok masyarakat atau
bangsa untuk mengembangkan kemampuan generasi muda mengenali dan
menghayati nilai-nilai kebaikan dan kemudian hidup melalui pembinaan
informasi dan transformasi budaya masyarkat.
Matematika sebagai salah satu mata pelajaran memiliki peran yang sangat
penting dalam meningkatkan kemampuan penguasaan dan pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Akan tetapi masih banyak peserta didik yang
menganggap bahwa matematika merupakan pelajaran yang sulit, banyak peserta
didik yang tidak berminat untuk belajar matematika sehingga tidak tercapainya
tujuan pembelajaran itu sendiri. Tujuan pembelajaran matematika dapat tercapai
dengan merancang proses pembelajaran matematika, termasuk dengan merancang
desain pembelajaran matematika serta media pembelajarannya. Salah satu materi
yang sulit dipahami siswa adalah materi persamaan garis lurus, pada
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, dan kesulitan siswa dalam
mengidentifikasi proses penyelesaian dari permasalahan tersebut yang diajarkan
dikelas VII pada semester II.
Dari segi tenaga pendidik maupun sarana prasarana sekolah semakin
dibuat lebih baik dan nyaman. Siswa cenderung bosan dengan pelajaran yang
diberikan maupun metode penyampaian pembelajaran yang diajarkan. Demikian
yang terjadi di SMP N 1 Amurang sekarang. Siswa merasa jenuh dengan metode
pembelajaran yang selalu sama dan monoton. Dengan hanya menggunakan
metode text open book dan ceramah, perhatian siswa seringkali mudah teralihkan
dan cepat merasa bosan karena kurang menariknya metode belajar yang diberikan.
Hal tersebut berdampak pada kurang maksimalnya hasil belajar siswa dalam mata
pelajaran tersebut. Dengan adanya media pembelajaran yang sesuai diharapkan
ada peningkatan kualitas pembelajaran. Siswa menjadi termotivasi dalam belajar,

2
dan lebih aktif sehingga suasana belajar lebih menarik dan akhirnya dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Kurangnya pemahaman pada materi juga
menjadikan materi tidak bisa disampaikan dengan baik, hal tersebut
mengakibatkan penyampaian materi menjadi gagal dan hasil belajar siswa pada
materi tersebut kurang maksimal.
Abad 21 ini ditandai dengan inovasi dan perubahan yang secara besar-
besaran mengubah sistem dan tatanan ke taraf yang lebih baru. Fenoma ini
menyebabkan perubahan di dunia pendidikan. Aktivitas pembelajaran cenderung
lebih informal dimana sumber pembelajaran melalui MOOC (Massive Open
Online Course) menjadi lebih populer (Poluakan & Katuuk, 2022). Di abad 21 ini
perkembangan teknologi tidak dapat dihindari lagi. Terdapat banyak manfaat
teknologi dalam bidang pendidikan salah satunya membantu pengajar dalam
pelaksanaan proses belajar mengajar dan komunikasi antar pengajar-peserta didik
(Sansaka Megahantara, 2018). Dalam Pendidikan Matematika tantangan yang
dihadapi pengajar dalam melaksanakan pembelajaran daring atau online antara
lain: keterbatasan dalam menyajikan materi, kebanyakan pengajar tidak pandai
dalam mengedit video dan animasi menggunakan perangkat lunak pembuat
animasi, kebanyakan pada penyajian materi menggunakan PowerPoint dan teks
saja.
Model pembelajaran PIMCA merupakan model pembelajaran alternatif
baru yang dikembangkan oleh Prof. Cosmas Poluakan dan dibangun atas teori
konstruktivisme Vygotsky atau teori konstruksi sosial untuk meningkatkan
keterampilan pemecahan masalah. Model pembelajaran PIMCA bersifat adaptif
dengan tuntutan zaman sekarang karena model pembelajaran PIMCA memberikan
kesempatan untuk menggunakan multimedia dan teknologi informasi sehingga
penelitian model PIMCA perlu dilanjutkan dalam bidang STEM (Science,
Technology, Engineering, and Mathematics. Model pembelajaran PIMCA yang
berbasis MR (Multi-Representation) terdiri dari empat tahap yaitu: (1)
Presentation, (2) Idea Mapping, (3) Conceptualitazion, dan (4) Assesment
Formative yang dapat memicu peserta didik untuk membangun konsep dengan
benar. Pada tahap Conceptualization, ide yang dibangun pada tahap sebelumnya
diklarifikasi melalui eksperimen, diskusi, tugas proyek dan lainnya (Poluakan &
Katuuk, 2022).
3
Tugas proyek merupakan kegiatan yang dilakukan di luar jam kelas. Tugas
proyek dapat dikerjakan secara berkelompok. Tugas proyek efektif untuk
membantu mahasiswa mengerti, menerapkan dan menguasai suatu topik. Tugas
proyek dapat meningkatkan penguasaan mahasiswa terhadap keterampilan abad
21, seperti berpikir tingkat tinggi, berkomunikasi, kolaborasi, kreativitas, inovasi
dan dapat meningkatkan prestasi akademik (Goodman & Stivers, 2010). Menurut
Lampeang (2020), Mamengko (2021), Mayampoh (2021) dan Patol (2021),
dengan menggunakan model pembelajaran PIMCA terdapat peningkatan rata-rata
hasil belajar mahasiswa, model PIMCA juga efektif dan efisien dalam
meningkatkan pemahaman konsep mahasiswa.
Berdasarkan uraian diatas bahwa dengan menggunakan model PIMCA melalui
tugas proyek dapat meningkatkan pemahaman mahasiswa terhadap suatu konsep
sehingga dengan penguasaan konsep tersebut dapat meningkatkan hasil belajar
mahasiswa. Oleh sebab itu, peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai
efektivitas tugas proyek pada materi statistika dengan model pembelajaran
PIMCA.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi


beberapa masalah sebagai berikut:
1. Tidak tercapainya tujuan pembelajaran karena banyak peserta didik yang tidak
berminat dalam pembelajaran matematika.
2. Perlunya desain pembelajaran yang menarik dalam upaya meningkatkan
ketertarikan siswa dalam belajar matematika.
3. Pemanfaatan teknologi dalam proses pembelajaran matematika.
Dari identifikasi masalah di atas maka peneliti memilih judul penelitan
“EFEKTIVITAS METODE TUGAS PROYEK PADA MATERI
STATISTIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PIMCA” untuk
mengetahui peningkatan rata-rata hasil belajar para siswa.

C. Batasan Masalah

4
Masalah dalam penelitian ini dibatasi pada model pembelajaran yang
berbasis tugas proyek pada materi statistika berdasarkan Silabus dan RPP SMP
Negeri 1 Amurang.

D. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini yaitu bagaimana peningkatan rata-


rata hasil belajar siswa dengan Tugas Proyek pada materi statistika dengan
menggunakan Model Pembelajaran PIMCA?

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dilakukan penelitian ini yaitu untuk mengetahui


bagaimana peningkatan rata-rata hasil belajar mahasiswa dengan menerapkan
Tugas Proyek pada materi Statistika dengan menggunakan Model Pembelajaran
PIMCA.
F. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti, dapat mengetahui efektivitas penerapan model pembelajaran


PIMCA berbasis tugas proyek di SMP N 1 Amurang.
2. Bagi siswa, dengan adanya tugas proyek diharapkan dapat membantu siswa
dalam menambah pengetahuan.
3. Bagi guru, dapat dijadikan bahan perbandingan dalam memilih model
pembelajaran untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa dalam belajar.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Model Pembelajaran PIMCA

Dalam pembelajaran matematika diperlukan suatu model pembelajaran


untuk mengembangkan pemahaman konsep siswa dimana pembelajaran
matematika sudah pada tahap yang lebih abstrak dan akan diimplementasikan
untuk memecahkan masalah dunia nyata.
PIMCA (Presentation, Idea Mapping, Conceptualization, Assessment
Formative) merupakan model pembelajaran baru yang dikembangkan dari
MOMBI (Model of Model Based Introduction) untuk meningkatkan
keterampilan pemecahan masalah. Model PIMCA diciptakan sebagai model
pembelajaran alternatif untuk menjawab tantangan pembelajaran era 4.0 saat ini,
mendorong siswa untuk berpikir kritis, kreatif dan memiliki kemampuan berpikir
kritis di sekolah tingkat tinggi. Model Pembelajaran PIMCA meliputi empat
tahap (Poluakan & Katuuk, 2022), yaitu:
a. Presentation, merupakan tahap dimana pelajar atau peserta didik
memperoleh informasi pengetahuan melalui Multi Representation (MR).
Representasi adalah proses untuk menggambarkan sesuatu melalui
multimedia seperti youtube, diagram, gambar, animasi, virtual labs, proyek
film, video, persamaan matematika, grafik, visual, dan lain-lain. Tahap ini
bersesuaian dengan The Cognitive Theory of Multimedia Learning (CTML).
CTML menyatakan bahwa seorang pembelajar dapat belajar lebih baik dengan
memperhatikan kombinasi kata dan gambar daripada dengan kata-kata saja.

b. Idea Mapping, Pada tahap ini dengan bantuan multimedia pada tahap
sebelumnya siswa dapat membangun pengetahuan dengan cara membangun

6
ide-ide konseptual yang berkaitan dengan topik yang sedang dibahas.
Menurut Poluakan dan Katuuk (2022) tahap Idea Mapping bersesuaian
dengan Teori Konstruktivisme Vygotsky. Vygotsky dalam Nasra (2021)
menekankan pada umumnya bahwa dengan pengalaman interaksi sosial
fungsi mental anak akan lebih matang. Seorang anak ketika belajar mendapat
pengaruh yang besar dari orang-orang yang ada disekitarnya. Walaupun
dalam perkembangan anak akan mempelajari sendiri konsep dari
pengalamanannya akan tetapi jauh lebih berkembang ketika seorang anak
memahami konsep dengan berinteraksi dengan orang lain (Nasra, 2021).
Vygotsky membagi tingkat perkembangan kognitif seseorang menjadi
tingkat actual development dan tingkat potential development. Tingkat
actual development, yaitu tingkat perkembangan fungsi mental anak yang
telah terbentuk. Dengan kata lain pada tingkat ini perkembangan fungsi
mental anak berada pada tingkat yang sesungguhnya dimana seorang anak
dapat memecahkan masalah dengan mandiri. Selanjutnya tingkat Potential
Development, yaitu tingkat perkembangan anak yang ditentukan melalui
pemecahan masalah dengan bimbingan orang tua atau dengan teman sebaya
yang lebih mampu. Perbedaan tingkatan antara Actual Development dan
Potential Development disebut dengan Zone of Proximal Development (ZPD)
(Vygotsky, 1978). ZPD merupakan zona dimana apakah anak tersebut dapat
menyelesaikan masalah secara mandiri atau apakah anak tersebut dapat
menyelesaikan dengan bantuan orang-orang yang ada disekitarnya. Dalam
ZPD terdapat pendekatan mengajar yaitu scaffolding. Scaffolding merupakan
pendampingan atau bantuan kepada anak dari seorang yang lebih
berkompeten dengan maksud agar anak mampu mengerjakan tugas dan soal
yang memiliki tingkat kerumitan lebih tinggi dari tingkat perkembangan
kognitifnya. Bantuan dan pendampingan ini dilakukan pada tahap awal
pembelajaran dan kemudian mengurangi bantuan tersebut agar anak dapat
mengambil alih tanggung jawab untuk dapat melakukannya. Pendampingan
yang dimaksud merupakan peringatan, petunjuk dan langkah-langkah untuk
pemecahan masalah (Jimenez – Cardenas, 2018; Vygotsky, 1978).

c. Conceptualization, pada tahap ini konsep-konsep yang dibangun sebelumnya


diluruskan oleh pengajar dimana sebagai fasilitator untuk meluruskan
7
kesalahpahaman peserta didik dalam memahami konsep. Pengajar
mengklasifikasi konsep-konsep dan membuat menjadi konsep yang benar.
Konsep mengacu pada jaringan konsep terkait dan sebagai peta konsep yang
lengkap. Pada tahap ini, konsep dieksplorasi lebih jauh melalui ekseperimen,
virtual lab experiments, demonstrasi, tugas proyek, diskusi, dan lainnya.
Tahap conceptualization bersesuaian dengan Teori Kognitif Bruner. Bagi
Bruner, lingkungan kebudayaan yang ada sangat mempengaruhi
perkembangan kognitif seseorang, terutama bahasa yang sering digunakan.
Pada tahap ini pengembangan kognitif enaktif-ikonik- simbolik diterapkan
melalui tiga tahap (Sirait & Mursyid, 2018), yaitu:

1) Tahap informasi, tahap dimana peserta didik memperoleh informasi-


informasi tentang materi yang dipelajari,

2) Tahap transformasi,tahap dimana informasi yang diperoleh akan


dianalisis, diubah atau ditransformasi ke dalam bentuk abstrak atau
bentuk konseptual.

3) Tahap evaluasi, tahap peserta didik menilai secara mandiri sejauh mana
informasi yang telah dianalisis dapat digunakan untuk penyelesaian
masalah yang akan dihadapinya.
d. Assesment Formative, pada tahap ini peserta didik mengikuti penilaian yang
otenik sebagai penguatan konsep yang diperoleh dari tahapan-tahapan
sebelumnya melalui latihan, menjawab pertanyaan, penilaian kasus dan
penilaian kinerja. Mengembangkan dan merivisi taksonomi Bloom dengan
mengkategorikan dimensi kognitif dari sederhana ke kompleks dan dimensi
pengetahuan dari konkrit ke abstrak. Model penilaian melalui dimensi
kognitif diukur dari mengingat (C1), memahami (C2), menerapkan (C3),
menganalisis (C4), mengevaluasi (C5), dan mencipta (C6); dan dimensi
pengetahuan meliputi pengetahuan faktual, pengetahuan konseptual,
pengetahuan prosedural dan pengetahuan metakognif (Anderson &
Krathwohl, 2001)

B. Tugas Proyek

8
Tugas Proyek merupakan penugasan yang mengeksplorasi, penyelidikan
dan observasi langsung yang terdiri dari tahapan persiapan, pelaksanaan,
pelaporan dan dikerjakan selama waktu yang telah ditentukan (Arfiansyah,
2017).

Menurut Stivers (2010) Tugas proyek dibangun di atas kegiatan dan


tugas-tugas nyata yang memiliki tantangan bagi peserta didik untuk dipecahkan.
Kegiatan ini umumnya dilaksanakan di luar pembelajaran dalam kelas. Tugas
proyek memungkinkan peserta didik untuk merefleksikan ide dan pendapat
mereka sendiri, dan membuat keputusan yang dapat mempengaruhi hasil proyek.
Peserta didik menggunakan teknologi untuk memecahkan masalah-masalah dan
tantangan yang kompleks. Kelebihan pembelajaran berbasis tugas proyek yaitu:
1. Meningkatkan kemampuan komunikasi,
2. Meningkatkan kemampuan presentasi,
3. Meningkatkan kemampuan organisasi,
4. Meningkatkan keterampilan manajemen waktu,
5. Meningkatkan keterampilan kepemimpinan,
6. Meningkatkan kemampuan evaluasi diri,
7. Meningkatkan kemampuan berpikir kritis, dan
8. Meningkatkan motivasi peserta didik.

C. Hasil Belajar

Hasil belajar terdiri dari dua kata yaitu ‘hasil’ dan ‘belajar’. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) hasil merupakan pendapatan; perolehan;
buah. Sedangkan belajar merupakan berusaha memperoleh kepandaian, berubah
tingkah laku.

Mahajan dan Singh (2017) mengatakan bahwa hasil belajar diibaratkan


seperti alat navigasi, Global Positioning System (GPS). Setelah tujuan
dimasukkan ke GPS, perangkat memandu pengemudi sepanjang perjalanan dan
membawa pengemudi ke tujuan yang disebutkan dengan benar tanpa takut
kehilangan arah. Demikian pula hasil belajar adalah alat pemandu yang
membimbing peserta didik ke hasil yang diinginkan dari pembelajaran yang

9
direncanakannya. Juga dengan hasil belajar menunjukkan dan membantu guru
jalan yang harus diikuti dan membuat peserta didik sadar apa yang akan mereka
capai di akhir pembelajaran.

Menurut Gosling dan Moon (2001) hasil belajar didefinisikan sebagai


pernyataan tentang apa yang diharapkan untuk diketahui, dipahami, dan dapat
ditunjukkan oleh pembelajar pada akhir periode pembelajaran. Hasil belajar
biasanya tidak merinci kurikulum, tetapi bidang pembelajaran yang lebih umum.
Namun, tidak boleh terlalu umum sehingga sulit untuk ditafsirkan. Dalam
beberapa mata pelajaran, seperti sains mungkin perlu lebih spesifik (Gosling &
Moon, 2001). Menurut Adam (2004) Hasil belajar adalah pernyataan yang
merinci apa yang akan diketahui atau dapat dilakukan oleh seorang pelajar
sebagai hasil dari suatu kegiatan belajar. Hasil biasanya dinyatakan sebagai
pengetahuan, keterampilan, atau sikap (Adam, 2004).

Hasil belajar harus spesifik dan terukur. Hasil belajar biasanya


dinyatakan berdasarkan Taksonomi Bloom. Taksonomi Bloom sudah terbukti
menjadi alat yang ampuh untuk membantu mengembangkan hasil belajar
(Mahajan & Singh, 2017).

Benjamin S. Bloom membagi tujuan pendidikan menjadi tiga ranah


meliputi kognitif, merupakan ranah berbasis pengetahuan yang terdiri enam
tingkat yaitu, pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi,
yang kemudian direvisi Anderson dan Krathwohl (2001) enam tingkat tersebut
menjadi, mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi dan
mencipta. Dimana mengingat, memahami dan menerapkan termasuk dalam Low
Order Thinking Skill sedangkan menganalisis, mengevaluasi dan mencipta
termasuk dalam High Order Thinking Skill. Kemudian, afektif yaitu ranah
berbasis sikap dan psikomotor, ranah yang berbasis keterampilan (Anderson &
Krathwohl, 2001).

D. Statistika

Statistika adalah ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan cara-cara


pengumpulan data, pengolahan data, penyajian data, penganalisaan data serta
10
penyimpulan data. Data adalah suatu informasi yang diperoleh dari pengamatan
atau penelitian. Populasi adalah kumpulan dari seluruh objek yang mempunyai
sifat atau karakteristik yang sama yang menjadi objek/sasasan pengamatan.
Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil sebagai objek pengamatan
langsung dan dapat dijadikan dasar dalam penarikan kesimpulan. Materi dalam
penelitian ini memfokuskan pada penyajian data tunggal. Data tunggal dapat
disajikan dalam bentuk:

1. Tabel
Penyajian data tunggal dalam bentuk tabel dinamakan tabel distribusi
frekuensi tunggal. Di sini langsung melibatkan frekuensinya masing-masing.
Nilai ( x 1) Tally (Turus) Frekuensi ( f 1)

6 e 5

7 Eed 14

8 eea 11

9 ee 10

Jumlah ∑ (f 1) = 40

2. Diagram Batang
Diagram Batang adalah diagram penyajian data dalam bentuk batang
atau kotak yang dicatat dalam interval tertentu pada bidang cartesius.

rata-rata nilai ulangan Matematika kelas


VIII SMP Negeri 1 Amurang
98 97
96 95 94.5
94
92
92
90
90
88
86
VIII A VIII B VIII C VIII D VIII E

3. Diagram Garis

11
Diagram Garis Diagram garis adalah diagram penyajian data dalam bentuk
garis. Diagram garis biasanya digunakan untuk menggambarkan keadaan yang
berkesinambungan

rata-rata nilai ulangan Matematika kelas


VIII SMP N 1 Amurang
98
97
96
95 94.5
94
92 92
90 90
88
86
VIII A VIII B VIII C VIII D VIII E

4. Diagram Lingkaran
Diagram lingkaran adalah diagram penyajian data dalam bentuk lingkaran.
Bagian-bagian dari daerah lingkaran menunjukkan bagian- bagian atau persen
dari keseluruhan. Untuk membuat diagram lingkaran, terlebih dahulu
ditentukan besarnya persentase tiap objek terhadap keseluruhan data dan
besarnya sudut pusat sektor lingkaran.
Cara menentukan besar sudut data
Banyak nilai A
𝑆𝑢𝑑𝑢𝑡 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐴 = × 360 °
Jumlah seluruh data
No Jenis kegiatan Jumlah Derajat
12
1 Bola voli 12 × 360 °=¿ 108°
40
7
2 Bola kaki 7 × 360 °=¿ 63 °
40
8
3 Bola basket 8 × 360 °=¿ 72°
40
4
4 Tari 4 × 360 °=¿ 36°
40
9
5 Drama 9 × 360 °=¿ 81°
40
Jumlah 40

12
diagram lingkaran hobi kelas VII
B SMP Negeri 1 Amurang

bola kaki bola voli bola basket


tari drama

E. Penelitian Relevan

1. Menurut Lampeang (2020) Model Pembelajaran PIMCA sangat efektif dan


sesuai digunakan untuk proses pembelajaran, dengan menggunakan PIMCA
membuat mahasiswa lebih mudah untuk memahami konsep fisika dengan
langkah-langkah pada Model PIMCA. Berdasarkan penelitiannya rata-rata
hasil nilai pretest adalah 45 dan hasil nilai posttest dengan skor 93
menunjukkan perbedaan sebelum dan sesuah penerapan model PIMCA
(Lampeang, 2021).

2. Menurut Mamengko (2021) Hasil pada analisis data menunjukkan dengan


menggunakan Model PIMCA berbasis MR-SR sangat bermanfaat dalam
meningkatkan pemahaman konsep fisika. Diperlihatkan juga dimana hasil
belajar mahasiswa meningkat dalam topik optical eye material. Dengan rata-
rata nilai pretest 43,75 dan rata-rata nilai posttest 77,08. Hasil dari penelitian
ini menunjukkan Model PIMCA berbasis MR-SR sangat efektif dalam proses
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, termasuk biologi, matematika, kimia,
teknik dan khususnya fisika (Mamengko, 2021).

3. Menurut Mayampoh (2021) mahasiswa yang melakukan praktek fisika


menggunakan aplikasi Phypox dengan Model PIMCA dapat dengan efektif
dan efisien meningkatkan pemahaman konsep mahasiswa. Dengan rata- rata
nilai pretest 11,33 dan rata-rata skor posttest sebesar 18,11 (Mayampoh,
2021).

4. Menurut Patol (2021) Model Pembelajaran PIMCA sangat baik digunakan


dalam proses pembelajaran, dan dapat menjadi referensi bagi pengajar dalam

13
proses pembelajaran. PIMCA merupakan model pembelajaran yang
sederhana untuk digunakan dalam pembelajaran fisika dan juga untuk
konsep-konsep sains yang lain. Hasil penelitian yang dilakukannya terjadi
peningkatan hasil ditunjukkan pada small group terjadi peningkatan dari 0,2
menjadi 2,2 dan untuk large group terjadi peningkatan rata-rata dari 0,7 dan
2,5 (Patol, 2021).

Penelitian-penelitian yang relevan di atas sejalan dengan apa yang


akan penulis teliti dengan menerapkan model pembelajaran PIMCA pada
proses pembelajaran untuk melihat peningkatan rata-rata hasil belajar
mahasiswa, hanya saja penulis akan meneliti dalam ruang lingkup bidang
Matematika dan Komputer khususnya pada materi Statistika, berbeda dengan
penelitian-penelitian di atas yang berada dalam lingkup bidang Fisika.

F. Kerangka Berpikir

Mahasiswa diharapkan mampu mendeskripsikan, meringkas, dan


menganalisis data dari permasalahan nyata. Terkait pembelajaran matematika,
siswa dibimbing untuk menganalisis masalah dalam buku teks matematika.
Sampai saat ini, ketika belajar matematika, siswa dihadapkan pada model
pembelajaran tradisional yang hanya menjadi pendengar tanpa menjadi peserta
aktif dalam proses pembelajaran. Untuk memfasilitasi hal tersebut, diperlukan
model pembelajaran yang dapat merangsang berpikir pada siswa. Dalam hal ini
peneliti mencoba menggunakan model pembelajaran PIMCA.

Model pembelajaran PIMCA adalah suatu model pembelajaran untuk


meningkatkan keterampilan pemecahan masalah. Model PIMCA diciptakan
sebagai model pembelajaran alternatif untuk menjawab tantangan pembelajaran
era 4.0 saat ini, siswa untuk berpikir kritis, kreatif dan memiliki kemampuan
berpikir kritis di sekolah tingkat tinggi.

Dalam hal ini, baik konsep, tujuan maupun langkah-langkah dalam


menerapkan model pembelajaran PIMCA dapat digunakan sebagai salah satu cara
untuk menumbuhkan kemampuan berpikir siswa, maka penelitian akan dilakukan
dengan mengamati pembelajaran di dalam kelas dan akan meneliti mengenai
14
pengaruh dari peggunaan model pembelajaran PIMCA terhadap kemempuan
berpikir siswa dalam pembelajaran matematika.

15
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Pada penelitian ini jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian
campuran (Mixed Methods). Penelitian campuran (Mixed Methods) merupakan
jenis penelitian yang mengombinasikan antara penelitian kuantitatif dan
penelitian kualitatif (Creswell, 2014). Sementara itu, untuk desain penelitian
menggunakan embedded design, merupakan desain penelitian yang bertujuan
untuk mendapatkan data kuantitatif dan kualitatif secara hampir bersamaan
dalam satu studi, akan tetapi salah satu dari data tersebut menjadi prioritas dan
salah satunya menjadi pendukung data yang menjadi prioritas (Creswell, 2006).
Embedded design menggunakan metode kuantitatif (studi eksperimental) dimana
data kualitatif hanya diperlukan dalam jumlah yang terbatas (Almalki, 2016).
Berikut skema the embedded mixed methods design.

Kuantitatif (atau kualitatif )


Pengumpulan data dan analisis data Interpretasi hasil secara
Kuantitatif dan Kualitatif
Kualitatif ( atau kuantitatif )
Pengumpulan data dan analisis
data

Skema Embedded Design (Creswell & Clark, 2011)

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini rencananya dilakukan pada semester ganjil tahun ajaran


2022/2023 di SMP Negeri 1 Amurang.

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian yang diambil pada penelitian ini adalah siswa kelas VII
A yang berjumlah 31 orang di SMP Negeri 1 Amurang

16
D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap yaitu tahap persiapan awal,
tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi.

1. Tahap Persiapan Awal

a. Melakukan studi literatur terhadap jurnal mengenai kesalahpahaman


konsep mahasiswa pada pembelajaran matematika, model pembelajaran
PIMCA dan materi statistika
b. Menyusun perangkat pembelajaran berbasis PIMCA pada materi
Statistika

c. Menyediakan media dan alat bantu untuk menunjang tahap pelaksanaan,


seperti: laptop, internet, dan lainnya.
d. Menyiapkan instrumen penelitian, validasi instrument, ujicoba
instrumen dan perbaikan.
2. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan penelitian, desain studi kuantitatif yang akan
digunakan yaitu One Group Pretest-Posttest Design. Desain ini menggunakan
pretest sebelum perlakuan, kemudian menggunakan posttest setelah diberikan
perlakuan, dengan begitu hasil perlakuan dapat terlihat dengan akurat, karena
dapat membandingkan keadaan sebelum diberikan perlakuan dan sesudah
diberikan perlakuan.
Desain ini dapat digambarkan sebagai berikut:

𝑂1 𝑋 𝑂2

Keterangan:
− 𝑂1 merupakan pre-test, untuk mengukur hasil belajar mahasiswa sebelum
diberi perlakuan pada pembelajaran statistika.
− 𝑋 merupakan perlakuan yang diberikan yaitu berupa model pembelajaran,
model PIMCA pada materi statistika.
− 𝑂2 merupakan post-test, untuk mengukur hasil belajar mahasiswa setelah
diberi perlakuan pada pembelajaran statistika.
17
Pada tahap pelaksanaan ini dilakukan dengan melakukan dua kali
pertemuan secara luring dengan alokasi waktu satu kali pertemuan 3 × 40
menit. Kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan pada tahap ini sebagai
berikut:
a. Untuk pertemuan pertama dimulai dengan pengenalan dan pengantar.
b. me-review pembelajaran matematika pada pertemuan sebelumnya.
c. Memberikan pretest ke siswa mengenai materi statistika.
d. Melaksanakan pembelajaran mengikuti 4 Langkah model pembelajaran
PIMCA:
1) Presentation, pada tahap ini penyampaian informasi berbasis multi-
representasi seperti, video pembelajaran, gambar, grafik terkait
dengan materi statistika secara berulang kali. Pada tahap ini akan
dimulai dengan konsep matematika (20 menit).
2) Idea Mapping, pada tahap ini berdasarkan tahap Presentation,
peneliti akan meminta siswa untuk menulis ide-ide yang bisa
dibangun siswa dengan melihat dan/atau mendengar presentasi
sebelumnya. Peneliti membatasi banyaknya ide yang ditulis sebanyak
empat ide dengan satu ide terdiri dari 1 sampai 3 kata (10 menit).
3) Conceptualization, pada tahap ini peneliti akan memberikan tugas
proyek materi Statistika. Nantinya tugas proyek ini peneliti akan
memberikan soal berupa masalah sehari-hari dengan menggunakan
pendekatan analogi sehingga siswa dapat menerapkan informasi
yang diperoleh dengan ide untuk pemecahan masalah dan
diimplementasi ke dalam bentuk diagram. Tugas proyek ini akan
dikerjakan secara berkelompok yang terdiri dari 5 siswa per
kelompok. Pengerjaan tugas proyek ini bisa dikerjakan selama enam
hari, dan akan dimasukkan pada hari sebelum pertemuan dalam
bentuk laporan format (.pdf). Untuk hardcopy dimasukkan pada
pertemuan berikutnya. Untuk lebih memahami konsep, setiap
kelompok siswa membuat video penjelasan jawaban yang menjadi
penyelesaian dalam tugas proyek itu. Nantinya untuk video
penjelasan dapat diupload pada google drive.

18
Masih pada pertemuan pertama, setelah siswa menulis ide,
peneliti akan membagi kelompok dan menjelaskan mengenai tugas
proyek yang akan dilakukan mahasiswa sekaligus dengan menutup
untuk mengakhiri pertemuan pertama (60 menit).

Pada pertemuan kedua dimulai dengan pengantar, me-review kembali


pertemuan sebelumnya dan pengumpulan tugas proyek (hardcopy)
(100 menit). Kemudian siswa diminta untuk membuat peta konsep
yang sudah dipahami dalam tahapan sebelumnya (20 menit).

4) Assessment Formative, pada tahap akan diberikan latihan soal dan


dikerjakan oleh siswa secara individu dengan membuat sebuah
diagram. Dilanjutkan dengan pembahasan latihan soal juga
sekaligus (20 menit).
e. Memberikan posttest ke siswa setelah diterapkannya Model PIMCA
pada materi Statistika (10 menit)
3. Tahap Interpretasi Hasil Penelitian

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini antara lain:

a. Mengolah data kualitatif dan kuantitatif hasil penelitian yang


diperoleh.
b. Menganalisis dan membahas hasil penelitian yang sudah dilaksanakan.

c. Menarik kesimpulan atau hasil penelitian.

d. Menyusun rekomendasi dan saran.

E. Instrument Penilaian

1. Tes Uraian

Tes yang diberikan pada saat pre-test dan post-test setelah diberikan
perlakuan berbentuk soal-soal uraian. Tes ini dilaksanakan dua kali pada
pretest dan posttest. Tes yang digunakan pada pretest dan posttest
merupakan instrumen tes yang sama. Soal pretest diberikan sebelum
diterapkan model pembelajaran PIMCA, kemudian diberi perlakuan dengan
menerapkan model pembelajaran PIMCA. Kemudian diberikan soal posttest
19
untuk membandingkan rata-rata hasil belajar siswa pada materi Statistika
setelah penerapan model pembelajaran PIMCA.
2. Lembar Idea Mapping

lembar untuk siswa menulis ide- ide yang diperoleh pada tahap
presentation. Tujuan lembar ini untuk menilai pemahaman konsep pada
tahap presentation, dan akan dibandingkan dengan lembar peta konsep.
3. Lembar Concept Maps

Lembar peta konsep merupakan lembar yang dibuat, dimana siswa


mengisi kata-kata di tempat yang sudah disediakan pada peta konsep
dalam tahap akhir Conceptualization. Bertujuan untuk menilai pemahaman
konsep siswa pada tahapan-tahapan sebelumnya.
4. Lembar Pemahaman Statistika

Lembar ini untuk menilai pemahaman statistika yang diterapkan pada


saat membuat tabel/diagram dan saat dalam penyelesaian tugas proyek.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini melalui tes
dan non-tes. Teknik pengumpulan data tes berupa tes uraian, lembar idea
mapping, dan lembar concept maps, sedangkan teknik pengumpulan data non tes
berupa lembar pemahaman statistika

Sumber
No Jenis Data Teknik Instrumen
Data

Data kuantitatif, Tes tertulis di awal Siswa Tes Uraian


skor pretest dan pembelajaran pada
posttest pertemuan pertama
1 dan tes tertulis di
akhir pembelajaran
pada pertemuan ke
dua

Data kuantitatif Peneliti Siswa Lembar


berupa bentuk menyampaikan
uraian objektif pertanyaan dimana Idea Mapping
(BUO) untuk meminta siswa

20
2 menilai menuliskan ide-ide
pemahaman
konsep yang Ide yang benar
dibangun siswa mendapat skor 1.
saat tahap Sedangkan yang
presentation salah atau tidak
menjawab
diberikan skor 0
Data kuantitatif Peneliti Siswa Lembar
berupa bentuk menyampaikan Concept Maps
uraian objektif pertanyaan dimana
(BUO) untuk meminta siswa
menilai menuliskan ide-ide
3 pemahaman Ide yang benar
konsep setelah mendapat skor 1.
diberikan tugas
proyek pada akhir Sedangkan yang
tahapan salah atau tidak
conceptualization menjawab
diberikan skor 0
Data Checklist pada Siswa Lembar
kualitatif berupa lembar Pemahaman
dokumen file pemahaman Statistika
Statistika dan Statistika setelah
video penjelasan pengumpulan tugas
4
penyelesaian proyek
tugas proyek
untuk melihat
pemahaman
materi Statistika

G. Validasi dan Uji Coba Tes

1. Validasi Instrumen Tes


Validitas tes yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
validitas dengan meminta pertimbangan kepada kelompok ahli untuk
kesesuaian antara soal dengan indikator serta kunci jawaban dan bahasa
penyajian soal.

2. Uji Coba Instrumen Tes

Uji coba instrumen tes dilakukan untuk melihat reliabilitas tes.


Realibilitas tes merupakan ukuran yang menunjukkan apakah suatu alat ukur
dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Menghitung nilai reliabilitas tes
21
uraian dengan mengunakan teknik Cronbach’s Alpha.

( )(
r 11=
n
n−1
∑σ 2t
1− 2
σt )
Keterangan:

r 11 = nilai reliabilitas yang akan dicari

𝑛 = jumlah item pertanyaan yang diuji


2
∑ σ t = jumlah varians skor tiap-tiap item

2
σt = varians total

Nilai 𝒓𝟏𝟏 Kategori

𝑟11 ≥ 0,9 Sempurna

0,8 ≤ 𝑟11 < 0,9 Baik

0,7 ≤ 𝑟11 < 0,8 Dapat diterima

0,6 ≤ 𝑟11 < 0,7 Diragukan

0,5 ≤ 𝑟11 < 0,6 Buruk

𝑟11 < 0,5 Tidak Dapat Diterima


Nilai Cronbach’s Alpha (Gliem & Gliem, 2003).
H. Teknik Analisis Data

1. Teknik Analisis Data Kualitatif


Dalam penelitian ini studi dokumentasi menjadi pelengkap data
kuantitatif dalam rangka untuk menjawab pertanyaan dalam penelitian ini.
Dengan menganalisis pemahaman konsep siswa dalam Statistika berdasarkan
penyelesaian pemecahan masalah pada tugas proyek, dapat mendukung data
kuantitatif dalam proses meningkatkan rata-rata hasil belajar siswa.
Peneliti merangkum, memilih hal pokok dan memfokuskan pada
statistika yang dikontruksi oleh siswa. Dengan begitu data yang diperoleh
mempermudah peneliti dan memberikan gambaran lebih jelas. Dilanjutkan
dengan penyajian data kualitatif. Data ini akan di sajikan dalam bentuk uraian

22
singkat, hubungan antar kategori, bagan dan sejenisnya. Dengan menyajikan
data maka data dapat dipahami dengan mudah apa yang sudah terjadi.
Kemudian dari data yang sudah disajikan akan ditarik kesimpulan, tapi
bersifat sementara.
2. Teknik Analisis Data Kuantitatif
Data berupa nilai pre-test dan post-test yang telah diperoleh,
selanjutnya dianalisis dengan menghitung gain ternormalisasi (n-gain) dengan
bantuan aplikasi SPSS 26.0. Uji gain ternormalisasi (n-gain) dilakukan untuk
mengetahui peningkatan hasil belajar kognitif mahasiswa setelah diberi
perlakuan. Gain ternormalisasi atau yang disingkat dengan n- gain merupakan
perbandingan skor gain aktual dengan skor gain maksimum. Skor gain aktual
yaitu skor gain yang diperoleh siswa sedangkan skor gain maksimum yaitu
skor gain tertinggi yang mungkin dapat diperoleh siswa. Perhitungan skor n-
gain dapat dinyatakan dalam rumus berikut:
s f −si
g=
smax −si

Keterangan:
𝑔 = nilai gain ternormalisasi.
𝑆𝑓 = skor post-test.
𝑆𝑖 = skor pre-test.

𝑆𝑚𝑎𝑥 = skor maksimum yang dapat diper oleh siswa.

Nilai n-gain Kategori

𝑔 > 0,7 Tinggi

0,3 ≤ 𝑔 ≤ 0,7 Sedang

𝑔 < 0,3 Rendah

Nilai n-gain (Hake, 1998).

23
Kemudian untuk data kuantitatif pada lembar idea mapping dan
lembar concept maps yang telah diperoleh, selanjutnya dianalisis dengan
menghitung dan mengetahui peningkatan hasil pemahaman konsep siswa
setelah diberikan tugas proyek. Perhitungan skor untuk pemahaman konsep
siswa dapat dinyatakan dalam rumus berikut:

s 1−s0
I= × 100 %
s1

Keterangan:

𝐼 = persentase kenaikan.
𝑆1 = skor yang diperoleh pada lembar Concept Maps.
𝑆0 = skor yang diperoleh pada lembar Idea Mapping

24
DAFTAR PUSTAKA
Creswell, J. W. (2014). A concise introduction to mixed methods research. SAGE
publications.

Creswell, J. W., Hanson, W. E., Clark Plano, V. L., & Morales, A. (2007).
Qualitative research designs: Selection and implementation. The Counseling

Lampeang, N. S., Mondolang, A. H., Tumangkeng, J. v., Makahinda, T., Umboh, I.,
& Poluakan, C. (2021). Use of the four-tier diagnostic test with PIMCA
model on learning of microscope. Journal of Physics: Conference Series,
1968(1). https://doi.org/10.1088/1742-6596/1968/1/012039

Mahajan, M., & Singh, M. K. S. (2017). Importance and Benefits of Learning


Outcomes. IOSR Journal of Humanities and Social Science, 22(03), 65–67.
https://doi.org/10.9790/0837-2203056567

Sansaka Megahantara, G. (2018). Pengaruh Teknologi Terhadap Pendidikan Di


Abad 21.

Mamengko, C. Q., Poluakan, C., Mondolang, A. H., Taunaumang, H., & Mongan,

S. W. (2021). The use of the MR-SR based PIMCA learning model in eye as optical
tools subject. Journal of Physics: Conference Series, 1968(1).
https://doi.org/10.1088/1742-6596/1968/1/012043

Mayampoh, L. B., Tulandi, D. A., Rende, J., Poluakan, C., & Komansilan, A.
(2021). Phyphox application with PIMCA learning model. Journal of
Physics: Conference Series, 1968(1).
https://doi.org/10.1088/1742- 6596/1968/1/012042

Nasra, F., Mongan, S. W., Nusa, J., Poluakan, C., Mondolang, A. H., & Lolowang,

J. (2021). Teaching and learning of electric charge with PIMCA model. Journal of
Physics: Conference Series, 1968(1). https://doi.org/10.1088/1742-
6596/1968/1/012032

Goodman, B., & Stivers, J. (2010). Project-Based Learning.

25
Patol, R., Tulandi, D. A., Umboh, I., Poluakan, C., Komansilan, A., & Tumimomor,

F. (2021). Development of PIMCA learning model on magnetic field. Journal of


Physics: Conference Series, 1968(1). https://doi.org/10.1088/1742
6596/1968/1/012034

Poluakan, C., & Katuuk, D. (2022). PIMCA: A New Alternatives to Physics


Learning Model. Journal of Physics: Conference Series, 2165(1), 012013.
https://doi.org/10.1088/1742-6596/2165/1/012013

Maryati, I. (2018). Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Proyek dalam Materi


Statistika Kelas VIII Sekolah Menengah Pertama. Mosharafa: Jurnal
Pendidikan Matematika, 7(3), 467–476.
https://doi.org/10.31980/mosharafa.v7i3.26

Bulqini, A. (2019). Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Proyek Pada Materi


Penyajian Data Statistika. Prosiding Seminar Nasional & Call For Paper, 70–
82.

Ula, I., Poluakan, C., & Tumimomor, F. R. (2022). Penggunaan Model Pimca dalam
Pembelajaran Fisika Materi Pembiasan Cahaya Dengan Graphline. 3(1), 24–
28. https://doi.org/10.53682/charmsains.v3i1.147

26
1

Anda mungkin juga menyukai