NIM : 856637347
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan
rahmatnya, kami dapat menuangkan gagasan-gagasan dan ide-de sehingga menjadi
sebuah proposal untuk memenuhi tugas mata kuliah penelitian tindakan kelas yang
diampu oleh tutor SILVIA MARDALENA,M.Pd. yang berjudul upaya meningkatkan
keaktifan belajar siswa pada pembelajaran matematika kelas II sd dengan menggunakan
metode picture and picture Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada bapak selaku
tutor yang telah membimbing dan mengarahkan kami untuk menulis proposal ini
sehingga bisa menjadi panduan dan acuan untuk kami sebagai guru yang nanti nya dapat
kami terapkan di dalam pengajaran kami di kelas.Kami telah berusaha semampunya, agar
proposal ini mendekati kesempurnaan. Namun, saya menyadari masih banyak
kekurangan yang terdapat dalam penulisan proposal ini, untuk itu saya mohon agar
diberi masukan-masukan, kritik, dan saran yang bersifat membangun agar proposal ini
mendekati kesempurnaan sehingga kami dapat membuat yang lebih baik lagi.
2
DAFTAR ISI
COVER ........................................................................................................................................ i
BAB I
PENDAHULUAN................................................................................................................5
3. pembelajaran matematika.......................................................................................................8
C.rencana
tindakan ................................................................................................................17
D.jenis instrumen...................................................................................................................18
E. PELAKSANA
TINDAKAN..............................................................................................................................19
F. CARA
PENGAMATAN........................................................................................................................1
9
3
G.ANALISIS DATA DAN REFLEKSI ...........................................................................................19
A. KESIMPULAN........................................................................................................................33
B. SARAN......................................................................................................................................33
4
PENDAHULUAN
Dalam kegiatan pembelajaran keaktifan siswa sangat memegang peran yang sangat
penting karena akan menambah suasana belajar yang menyenangkandan membawa
dampak yaang baik bagi pembelajaran.berdasarkanhasil observasi Dalam mengajar di
kelas II SD 152/VI Rantau Panjang IX kecamatan tabir selama ini guru hanya sekedar
ceramah kemudian siswi di kasih tugas,peralatan yang di pakai umtuk mengajar hanya
papan tulis,spidol,buku pelajaran,beberapa peserta didik kelas II kurang bersemangat
dalam mengikuti pelajaran matematika.hal ini dapat di lihat dari pelajaran sehari-hari
yang senang belajar matematika hanya 15 siswa dari 29 siswa.maka penelitian ingin
meningkatkan keaktifan belajar peserta didik pada pembelajaran matematika .
5
B. Rumusan masalah
Berdasarkan penjelasan pada latar belakang masalah tersebut diata,maka dapat di
rumuskan masalah sebagai berikut;
Bagaimanakah melalui penggunaan model pembelajaran picture and picture dapat upaya
menigkatkan keaktifan belajar SD Rantau panjang IX kecamatan tabir 2022/2023 kelas
II SD.
C. Tujuan masalah
Tujuan pada penelitian ini adalah untuk upaya menigkatkan keaktifan siswa pada
pembelajaran matematika melalui metode picture and picture.
D. Manfaat penelitian
1.Secara teoritis
B. dapat di jadikan dasar bagi pendidik yang lain untuk mengadakan penelitian
yang semacan.
2.Secara praktis
a. Manfaat bagi siswa
6
memberikan perbaikan dalam proses pembelajaran terutama model pembelajaran
picture and picture untuk upaya meningkatkan keaktifan belajar siswa pada
pelajran matematika dan pelajran yang lain
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1.Pengertian Keaktifan belajar
Keaktifan belajar merupakan unsur penting dalam meningkatkan hasil belajar dan
meningkatkan mutu kegiatan belajar mengajar. Keaktifan adalah bentuk dari pada
aktivitas peserta didik. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, aktif diartikan sebagai
giat. Keaktifan siswa berarti suatu usaha atau kerja yang dilakukan dengan giat oleh
siswa yang menghasilkan perubahan dari tidak melakukan apa–apa menjadi melakukan
sesuatu.Menurut sardiman ( Nugroho Wibowo : 2016 ) keaktifan adalah kegiatan yang
bersifat fisik maupun mental, yaitu berbuat dan berfikir sebagai sesuatu rangkaian yang
tidak dapat dipisahkan. Sedangkan menurut Aunurrahman ( dalam Diyan Puspita Sari
dan Bambang Priyo Darminto : 2014 ) menyatakan bahwa “keaktifan anak dalam belajar
adalah persoalan penting dan mendasar yang harus dipahami, didasari dan dikembangkan
oleh setiap guru didalam proses pembelajaran“. Berdasarkan beberapa pengertian
keaktifan diatas dapat disimpulkan bahwa keaktifan belajar adalah kegiatan atau
kesibukan peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar disekolah maupun diluar
sekolah yang menunjang keberhasilan belajar siswa. Karakteristik keaktifan siswa dalam
proses pembelajaran dikelas adalah adanya keterlibatan siswa dalam proses tersebut.
Siswa tidak sekedar menerima dan menelan konsep-konsep yang disampaikan guru,
tetapi siswa beraktivitas langsung. Dalam hal ini guru perlu menciptakan situasi yang
menimbulkan aktivitas siswa. Sehingga siswa dapat terlibat langsung dalam proses
pembelajatan. Siswalah yang melakukan kegiatan belajar bukan guru. Agar siswa terlibat
dalam proses. pembelajaran, maka guru hendaknya memilih dan mempersiapkan
kegiatan-kegiatan sesuai dengan tujuan pembelajaran.
2. Pengertian Belajar
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, belajar didefenisikan sebagai : (1)berusaha
memperoleh kepandaian atau ilmu, (2) berlatih, dan (3) berubah tingkah laku atau
tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman ( Depdikbud, 1990 : 13 ). Dalam arti yang
pertama, belajar berkaitan dengan upaya seseorang berlatih untuk memperoleh
7
kepandaian atau ilmu pengetahuan. Kemudian dalam arti yang kedua,belajar adalah suatu
proses dimana seseorang berlatih untuk memperoleh kecakapan fisikal atau motorik agar
ia terampil dalam mengerjakan atau melakukan sesuatu. Sedangkan dalam arti ketiga,
belajar adalah suatu proses merubah tingkah laku atau tanggapan melalui interaksi
dengan lingkungan. Kelompok teori kognitif ( rasyidin, dkk, 2013 : 32 ) beranggapan
bahwa belajar adalah pengorganisasian aspek-aspek kognitif dan persepsi untuk
memperoleh pemahaman. Dalam model ini tingkah laku seseorang ditentukan oleh
persepsi dan pemahamnnya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan, dan
perubahan tinggkah laku sangat dipengaruhi oleh proses berfikir internal yang terjadi
selama proses belajar.
3. Pembelajaran matematika
Istilah pembelajaran berkaitan dengan istilah belajar. Pembelajaran menurut winkel :1991
( dalam eveline,dkk :2014 ) adalah seperangkat tindakan yang dirancang untuk
mendukung proses belajar siswa, dengan memperhitungkan kejadian-kejadian ekstrim
yang berperanan terhadap rangkaian kejadian-kejadian intern yang berlangsung dialami
siswa. Dalam batasan pengertian pembelajaran yang dilakukan disekolah, pembelajaran
matematika dimaksudkan sebagai proses yang sengaja dirancang.
Dalam pembelajaran matematika, konsep yang akan dikonstruksi siswa sebaiknya
dikaitkan dengan konteks nyata yang dikenal siswa. Fungsi pembelajaran matematika
adalah sebagai: (1) alat; (2) pola pikir, (3) ilmu dan pengetahuan. Fungsi pembelajaran
matematika sebagai alat berarti bahwa siswa diberi pemahaman menggunakan
matematika sebagai alat untuk memahami dan menyampaikan informasi. Sedangkan
pembelajaran matematika sebagai pola pikir artinya belajar matematika bagi para siswa
merupakan pembentukan pola pikir dalam pemahaman suatu pengertian. Serta
pembelajaran matematika berfungsi sebagai ilmu dan
pengetahuan yang dimaksud adalah dengan belajar matematika siswa dapat
mengembangkan penemuan-penemuan yang diperoleh.
B . PENGERTIAN MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE
Model pembelajaran diartikan sebagai prosedur sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Dapat juga diartikan suatu
pendekatan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Ibrahim (2000: 29) meyatakan
bahwa model pembelajaran kooperatif picture and picture merupakan suatu model
pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok, yang secara sadar dan
sistematis mengembangkan interaksi yang saling asah, saling asih, dan saling asuh.
Pembelajaran kooperatif picture and picture bernaung dalam teori konstruktivis.
Pembelajaran ini muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan
8
memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Siswa
secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah-
masalah yang kompleks. Taniredja (2013: 55) pembelajaran kooperatif picture and
picture merupakan sistem pengajaran yang memberi kesempatan pada anak didik untuk
bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang berstruktur, berkelompok,
sehingga terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan yang bersifat interdependensi
efektif di antara anggota kelompok Menurut Soekamto, dkk (dalam Aqib Zaenal, 2013:
126) mengemukakan pendapat bahwa: Model pembelajaran adalah kerangka konseptual
yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar
untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para
perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar
mengajar.Dari penjelasan diatas peneliti dapat menyimpulkan bahwa pembelajaran
kooperatif picture and picture adalah suatu metode belajar yang menggunakan gambar
dan dipasangkan / diurutkan menjadi urutan logis, gambar- gambar ini menjadi factor
utama dalam proses pembelajaran, model pembelajaran dimana siswa belajar bersama
dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang siswa, dengan kemampuan
heterogen, jenis kelamin berbeda, saling membantu, dan memberikan kesempatan kepada
semua siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dalam kegiatan
pembelajaran. Model pembelajaran lebih menekankan pada sintaksnya. Karena setiap
model pembelajaran memiliki sintaks atau fase-fase dalam kegiatan pembelajaran yang
berbeda-beda. Model-model pembelajaran disini contohnya model pembelajaran inkuiri,
model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran discovery, model pembelajaran
berbasis masalah, ataupun model pembelajaran langsung. Unsur-unsur penting dalam
model pebelajaran : memiliki nama, merupakan landasan filosofis pelaksanaan
pembelajaran, landasan pada teori belajar dan teori pembelajaran, memiliki tujuan atau
maksud tertentu, memiliki pola tingkah laku kegiatan belajar mengajar (sintaks) yang
jelas dan terarah, mengandung komponeen-komponen, seperti guru, siswa, interaksi guru
dan siswa, dan alat untuk menyampaikan tujuan pembelajaran. Pada penggunaan model
pembelajaran yang tepat bertujuan untuk mendukung tumbuhnya rasa senang siswa
terhadap pembelajaran itu sendiri, menumbuhkan dan meningkatkan rasa senang siswa
terhadap materi pembelajaran yang akan disampaikan, memberikan kemudahan bagi
siswa untuk memahami pelajaran sehingga memungkinkan siswa mencapai hasil belajar
yang lebih baik. Melalui model pembelajaran guru dapat membantu peserta didik
mendapatkan informasi ide, keterampilan , cara berpikir, dan mengekspresikan ide.
Model pembelajaran berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan
para guru dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar. Penggunaan model
9
pembelajaran yang tepat dapat mendorong tumbuhnya rasa senang siswa terhadap
pelajaran, menumbuhkan dan meningkatkan motivasi dalam mengerjakan tugas,
memberikan kemudahan bagi siswa untuk memahami pelajaran sehingga memungkinkan
siswa mencapai hasil belajar yang baik. Model pembelajaran mempunyai makna yang
lebih luas dari pada strategi, metode, atau prosedur pembelajaran. Istilah model
pembelajaran mempunyai 4 ciri khusus yang tidak dipunyai oleh strategi atau metode
pembelajaran, yakni:
10
terkait dengan pembelajaran. Tanpa pemahaman terhadap berbagai kondisi ini, model
yang akan dikembangkan oleh guru cenderung tidak dapat meningkat peran siswa secara
optimal dalam pembelajaran dan pada akhirnya tidak dapat memberikan sumbangan
terhadap pencapaian hasil belajar siswa.
C. JENIS – JENIS MODEL PEMBELAJARAN
Ada beberapa model pembelajaran dibawah ini:
a) Menurut Jonhson dalam Sugiyanto (2007) CTL adalah mendorong sebuah proses
pendidikan yang bertujuan untuk mendorong para siswa melihat makna di dalam materi
akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjek akademik dengan
konteks dalam kehidupan keseharian mereka.
b) Model problem based learning (PBL) adalah model pembelajaran yang menyajikan
masalah kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk belajar. dalam kelas yang
menerapkan pembelajaran berbasiss masalah, peserta didik dalam tim untuk memecahkan
masalah dunia nyata (real world).
c) Model pembelajaran picture and picture adalah suatu model belajar yang
menggunakan gambar dan dipasangkan atau diurutkan menjadi urutan logis. Model
pembelajaran ini mengandalkan gambar sebagai media pembelajaran Menurut
kesimpulan di atas ada beberapa metode pembelajaran, peneliti lebih cocok memakai
metode picture and picture karena menggunakan model yang menggunakan gambar
sebagai media pembelajaran. Model picture and picture adalah model yang menggunakan
media gambar dalam penyampaian materi pembelajaran yang bertujuan mendorong siswa
untuk belajar berpikir kritis dengan jalan memecahkan permasalahan-permasalahan yang
tergantung dalam contoh- contoh gambar yang disajikan. Agar siswa lebih aktif dan
mudah paham pada pembelajaran tersebut.
11
pembelajaran. inovatif; setiap pembelajaran harus memberikan sesuatu yang baru,
berbeda dan selalu menarik minat peserta didik. Pembelajaran kreatif; setiap
pembelajarnya harus menimbulkan minat kepada peserta didik untuk menghasilkan
sesuatu atau dapat menyelesaikan suatu masalah dengan menggunakan metode, teknik
atau cara yang dikuasai oleh siswa itu sendiri yang diperoleh dari proses pembelajaran.
Model pembelajaran picture and picture ini merupakan sebuah model pembelajaran
dimana guru menggunakan alat bantu seperti media gambar untuk menerangkan sebuah
materi atau memfasilitasi siswa untuk aktif belajar. Dengan menggunakan alat bantu
media gambar tersebut diharapkan siswa dapat mengikuti pelajaran dengan fokus yang
baik dan dalam kondisi yang menyenangkan, sehingga apapun pesan yang disampaikan
oleh guru, bisa diterima dengan baik dan mampu
meresap dalam hati, serta dapat diingat kembali oleh siswa.
D. PRINSIP DAN TUJUAN MODEL PICTURE AND PICTURE
Prinsip dasar dalam model pembelajaran kooperatif picture and picture menurut Istarani
(2011: 6) adalah sebagai berikut:
1. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang
dikerjakan dalam kelompoknya.
2. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota
kelompok mempunyai tujuan yang sama.
3. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab
yang sama di antara anggota kelompoknya.
4. Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.
5. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan
keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
6. Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggungjawabkan
secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooferatif. Dari prinsip
dasar dalam model pembelajaran kooperatif picture and picturedi atas, dapat
disimpulkan bahwa dengan model pembelajaran ini melatih siswa untuk dapat bekerja
sama dengan teman yang lainnya dan belajar bertanggung jawab dengan tugas yang di
dapat. Sesuai dengan namanya tife ini menggunakan media gambar dalam proses
pembelajaran yaitu dengan cara memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan
yang logis, melalui cara seperti ini diharapkan siswa mampu berpikir dengan logis
sehingga pembelajaran bermakna.
E. LANGKAH-LANGKAH MODEL PICTURE AND PICTURE
Sesuai dengan namanya, tipe ini menggunakan media gambar dalam proses pembelajaran
yaitu dengan cara memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang
12
logis.Melalui cara seperti ini diharapkan siswa mampu berpikir dengan logis sehingga
pembelajaran menjadi bermakna. Langkah-langkah dalam Pembelajaran Model tipe
kooperatif Picture and Picture adalah sebagai berikut:
1). Guru menyampaikan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin
dicapai. Di langkah ini guru diharapkan untuk menyampaikan apakah yang
menjadi Kompetensi Dasar mata pelajaran yang bersangkutan. Dengan
demikian maka siswa dapat mengukur sampai sejauh mana yang harus
dikuasainya. Disamping itu guru juga harus menyampaikan indicator-
indikator ketercapaian KD, sehingga sampai dimana KKM yang telah
ditetapkan dapat dicapai oleh peserta didik.
2). Memberikan materi pengantar sebelum kegiatan.
Penyajian materi sebagai pengantar sesuatu yang sangat penting, dari sini guru
memberikan momentum permulaan pembelajaran. Kesuksesan dalam proses
pembelajaran dapat dimulai dari sini. Karena guru dapat memberikan motivasi
yang menarik perhatian siswa yang selama ini belum siap. Dengan motivasi
dan teknik yang baik dalam pemberian materi akan menarik minat siswa untuk
belajar lebih jauh tentang materi yang dipelajari.
3). Guru menyediakan gambar-gambar yang akan digunakan (berkaitan dengan
materi). Dalam proses penyajian materi, guru mengajak siswa untuk ikut
terlibat aktif dalam proses pembelajaran dengan mengamati setiap gambar
yang ditunjukan oleh guru atau oleh temannya. Dengan Picture atau gambar
kita akan menghemat energy kita dan siswa akan lebih mudah memahami
materi yang diajarkan. Dalam perkembangan selanjutnya sebagai guru dapat
memodifikasikan gambar atau mengganti gambar dengan video atau
demontrasi yang kegiatan tertentu.
4). Guru menunjuk siswa secara bergilir untuk mengurutkan atau memasangkan
gambar-gambar yang ada.Di langkah ini guru harus dapat melakukan
inovasi, karena penunjukan secara langsung kadang kurang efektif dan
siswa merasa terhukum. Salah satu cara adalah dengan undian, sehingga
siswa merasa memang harus menjalankan tugas yang harus diberikan.
Gambar-gambar yang sudah ada diminta oleh siswa untuk diurutkan,
dibuat, atau di modifikasi ).
5) . Guru memberikan pertanyaan mengenai alasan siswa dalam menentukan
urutan gambar. Setelah itu ajaklah siswa menemukan rumus, tinggi, jalan cerita,
atau tuntutan KD dengan indicator yang akan dicapai. Ajaklah sebanyak-
13
banyaknya peran siswa dan teman yang lain untuk membantu sehingga proses
diskusi dalam PBM semakin menarik.
6). Dari alasan tersebut guru akan mengembangkan materi dan menanamkan
Konsep materi yang sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai. Dalam proses
diskusi dan pembacaan gambar ini guru harus memberikan penekanan-penekanan
pada hal ini dicapai dengan meminta siswa lain untuk mengulangi, menuliskan
atau bentuk lain dengan tujuan siswa mengetahui bahwa hal tersebut penting
dalam pencapaian KD dan indikator yang telah ditetapkan. Pastikan bahwa siswa
telah.
7). Siswa diajak untuk menyimpulkan/merangkum materi yang baru saja
diterimanya. Kesimpulan dan rangkuman dilakukan bersama dengan siswa. Guru
membantu dalam proses pembuatan kesimpulan dan rangkuman.Apabila siswa
belum mengerti hal-hal apa saja yang harus diperhatikan dalam pengamatan
gambar tersebut guru memberikan penguatan kembali
tentang gambar tersebut.Selain prosedur pelaksanaan adapun beberapa prosedur
pembuatnya yaitu antara lain :
a. Strategi perumusan sasaran proses belajar mengajar (PBM), yang berkaitan
dengan strategi yang akan digunakan oleh pengajar dalam menentukan pola ajar
untuk mencapai sasaran PBM.
b. Strategi perencanaan proses belajar mengajar, berkaitan dengan langkah-
langkah pelaksanaan mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Dalam tahap ini
termasuk perencanaan tentang media ajar yang akan digunakan.
c. Strategi pelaksanaan proses balajar mengajar, berhubungan dengan
pendekatan sistem pengajaran yang benar-benar sesuai dengan pokok bahasan
materi ajar. Model pembelajaran tipe kooperatif picture and picture yang
merupakan media gambar. Gambar yang baik digunakan dalam pembelajaran
adalah gambar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, terdapat
tiga syarat yang harus dipenuhi.
1. Harus otentik
Gam bar tersebut haruslah secara jujur melukiskan situasi seperti melihat benda
sebenarnya.
2. Sederhana Komposisi hendaknya cukup jelas dalam menunjukkkan poin-poin
pokok yang
terdapat pada gambar.
3. Sebagai media yang baik, gambar hendaklah bagus dari sudut seni.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran picture
14
and picture pada dasarnya merupakan salah satu strategi pembelajaran yang dapat
menjawab persoalan bagaimana belajar itu bermakna, menyenangkan, kreatif, dan
sesuai dengan realita yang ada serta lebih
melibatkan siswa aktif belajar, baik secara mental, intelektual, fisikl, maupun
sosial Dari langkah-langkah pelaksanaan model pembelajaran picture and picture
diatas, dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah pembelajaran tersebut
mempermudah guru menjalankan proses pembelajaran sehingga lebih terarah dan
mempermudah siswa dala menerima materi yang akan diajarkan oleh guru.
F. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN MODEL PICTURE AND
PICTURE
Menurut Istarani (2011:8), pembelajaran dengan menggunakan metode picture
and picture memiliki kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihan pembelajaran
dengan model picture and picture, diantaranya:
1. Materi yang diajarkan lebih terarah karena pada awal pembelajaran guru
menjelaskan kompetensi yang harus dicapai dan materi secara singkat terlebih
dahulu.
2. Siswa lebih cepat menangkap materi ajar karena guru menunjukkan
gambar- gambar mengenai materi yang dipelajari.
3. Dapat meningkat daya nalar atau daya pikir siswa karena siswa disuruh guru
untuk menganalisa gambar yang ada.
4. Dapat meningkatkan tanggung jawab siswa, sebab guru menanyakan alasan
siswa mengurutkan gambar.
5. Pembelajaran lebih berkesan, sebab siswa dapat mengamati langsung
gambar yang telah dipersiapkan oleh guru.
Adapun kelemahan pembelajaran picture and picture diantaranya:
1. Sulit menemukan gambar-gambar yang bagus dan berkulitas serta sesuai
dengan materi pelajaran.
2.Sulit menemukan gambar-gambar yang sesuai dengan daya nalar atau
kompetensi siswa yang dimiliki.
3.baik guru ataupun siswa kurang terbiasa dalam menggunakan gambar sebagai
bahan utama dalam membahas suatu materi pelajaran.
4.Tidak tersedianya dana khusus untuk menemukan atau mengadakan gambar-
gambar yang diinginkan Dari pembelajaran di atas, dapat disimpulkan bahwa
model pembelajaran picture and picture tidak hanya mempunyai kelebihan, tetapi
juga mempunyai
15
kelemahan. Akan tetapi kelemahan tersebut dapat kita atasi dengan ide-ide kreatif
dan keterampilan yang kita punyai.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. JENIS PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Penelitian tindakan kelas didefinisikan sebagai suatu penyelidikan yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas berupa hasil yang bermanfaat sebagai masukan dalam proses
pembelajaran berdasarkan tindakan tertentu dalam suatu siklus.
Penelitian tindakan kelas merupakan sarana penelitian pembelajaran khususnya dan
pendidikan pada umumnya yang hasilnya akan memberikan masukan bermanfaat bagi
pengambilan keputusan.
Penelitian ini terdiri dari III siklus, setiap siklus terdiri dari beberapa tahapan
yaitu: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Untuk lebih jelasnya
rancangan penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada diagram siklus PTK berikut ini:
Model Spiral, Kemmis dan Mc Taggart
PELAKSANAAN
Pengamatan
Perencanaan
SIKLUS I
Refleksi
PELAKSANAAN
SIKLUS II Pengamatan
Perencanaan 16
B. Setting penelitian
Setting penelitian yaitu di SD 152\VI rantau panjang IX kecamatan tabir kelas II semester 2
tahun pelajaran 2022\2023 adalah sebuah SD yang terletak di kecamatan tabir jaraknya dari
kabupaten merangin adalah kira-kira 26km.arahnya ke barat.
C. Rencana Tindakan
Berdasarkan pada peta konsep diatas maka rancangan penelitian ini dapat dilihat pada
uraian sebagai berikut:
1. Perencanaan
Tahap perencanaan ini dilakukan sebagai berikut :
a. Menentukan media yang akan diajarkan.
b. Menyusun Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk masing-
masing siklus.
c. Menyiapkan media media gambar yang akan digunakan dalam pembelajaran.
d. Menyiapakan lembar observasi dan tes pada masing-masing siklus.
e. Membuat lembar pengamatan aktivitas guru dan peserta didik selama
berlangsungnya proses belajar mengajar.
2. Pelaksanaan
Tindakan merupakan apa yang dilakukan secara sadar dan terkendali oleh guru
atau peneliti yang merupakan variasi yang cermat dan bijaksana sebagai upaya
perbaikan, peningkatan, atau perubahan yang diinginkan. Pada tahap ini peneliti
melakukan tindakan sebagai berikut:
a. Melaksanakan proses belajar mengajar sesuai dengan Rancangan Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang telah disiapkan.
b. Melaksanakan tes akhir tindakan pada masing-masing siklus untuk mengetahui
ada tidaknya peningkatan kemapuan membaca melalui media kartu huruf.
Adapun tindakan kegiatan pembelajaran yang peneliti lakukan adalah
sebagai berikut:
a. Guru memasuki kelas dan mengucap salam.
b. Guru mengajak semua peserta didik untuk berdoa.
c. Guru mengkondisikan kelas dan mengecek kehadiran peserta didik.
17
d. Guru melakukan apersepsi dan moivasi kepada peserta didik.
e. Membentuk kelompok yang terdiri dari 3-4 orang peserta didik.
f. Guru memberikan gambar kepada setiap anggota kelompok.
g. Siswa mencari jawaban sebelum batas waktu yang telah ditentukan.
h. Mengerjakan tes yang diberikan guru.
i. Guru memberikan pesan moral dan refleksi
j. Guru menutup pembelajaran dengan mengajak peserta didik berdoa.
3. Pengamatan
Tahap pengamatan dapat diartikan sebagai kegiatan peneliti mengamati
tindakan yang dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung terhadap aktivitas
anak saat melakukan pembelajaran berhitung . Pengamatan dilakukan untuk
memperoleh gambaran nyata suatu peristiwa atau kejadian untuk menjawab
pertanyaaan penelitian.
4. Refleksi
Refleksi adalah kegiatan mengingat, merenungkan, dan menemukan kembali
suatu tindakan persis seperti yang telah dicatat dalam observasi. Dari hasil observasi
selama proses pembelajaran berlangsung dan hasil tes peserta didik. Pada tahap ini
kegiatan refleksi tersebut terjadi pada siklus 1 dalam penyempurnaan pada siklus
selanjutnya.
D. Jenis Instrumen
Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh
peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan
dipermudah olehnya (Suharsimi Arikunto, 2005: 101). Penelitian ini menggunakan instrumen
pengumpulan data berupa lembar observasi dan dokumentasi. Instrumen untuk penelitian ini
terdiri dari indikator-indikator yang berkaitan dengan kemampuan mengenal angka, yaitu
kemampuan anak dalam mengetahui simbol angka, dan memahami makna angka, yang
diterapkan menggunakan metode gambar , anak-anak bermain menggunakan gambar yang
dibuat sendiri oleh peneliti.
Gambar angka yang dibuat berbentuk persegi panjang, terbuat dari kertas putih. Satu
sisi terdapat tempelan patungan angka dan satu sisinya lagi terdapat tempelan gambar benda
yang disertai tulisan dari makna gambar tersebut.
18
E. Pelaksanaan Tindakan
sebagai pelaksana penelitian ini adalah guru kelas II dan peserta kelas II dengan jumlah 29
peserta didik yang terdiri putra 15 orang dan puti 14 orang SD 152/VI rantau panjang IX
kecamatan tabir.
F. Cara Pengamatan
Guru selain sebagi tenaga pengajar juga berperan sebagai pengawas serta
pengamat bagi siswanya. Jadi pengamatan dilakukan secara langsung oleh guru ketika
proses pembelajaran berlangsung. Dalam penelitian ini guru berperan sebagai observasi
sedangkan peneliti yang melakukan penelitian. Terkait dengan penelitian ini, yang akan
diamati oleh obsevator adalah keaktifan belajar siswa pada pembelajaran matematika
kelas II SD 152/VI rantau panjang ix kecamatan tabir.
G. Analisis Data dan Refleksi
1. Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang diperoleh oleh hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain,
sehingga dapat mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang
lain (Sugiyono, 2013:244). Analisis data dalam penelitian ini adalah data-data yang
diperoleh dari hasil lembar observasi dan dokumentasi mengenai hasil pembelajaran
mengenal huruf melalui permainan kartu huruf. Analisis dilakukan pada setiap siklus
dengan teknik deskriptif kuantitatif. Berikut ini rumus yang digunakan dalam analisis
data dengan teknik diskriptif kuantitatif (Ngalim Purwanto, 2006: 102) yaitu:
NP=R/SM X 100%
Keterangan :
NP = Nilai persen yang dicari/ diharapkan
R = Skor mentah yang diperoleh
SM = Skor maksimum ideal dari nilai yang ada
R = Konstanta
19
jumlah seluruh skor maksimum setiap indikator, lalu dimasukkan pada rumus tersebut
sehingga tampak persentase hasil tindakan pada setiap indikator dan selanjutnya
dihubungkan dengan persentase sebelum tindakan.
20
BAB IV
2. Letak Geografis
Secara geografis SDN 152/VI Rantau Panjang IX Kecamatan Tabir Kabupaten
Kabupaten Merangin Provinsi Jambi. Lokasi SDN 152/VI Rantau Panjang IX ini
kurang lebih berjarak 21.8 KM dari kota Bangko. SDN 152/VI Rantau Panjang XI di
21
a) Peneliti dan guru kelas menyiapkan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang memuat serangkaian kegiatan dengan menggunakan
metode picture and picture , media powerpoint serta metode yang disesuaikan dengan
materi pembelajaran. RPP dan media powerpoint ini dibuat oleh peneliti.
b) Menyiapkan instrumen penelitian yang terdiri dari:
(1) Lembar observasi keaktifan belajar siswa
(2) Lembar angket siswa
(3) Pedoman wawancara guru
(4) Catatan lapangan
c) Melakukan koordinasi dengan guru sebagai kolaborator dan observer 2.
d) Memberikan pelatihan kepada guru kelas yang bertindak sebagai pelaksana
tindakan dengan menggunakan metode picture and picture .
2) Pelaksanaan Tindakan Siklus I
1) Pertemuan 1
Penelitian siklus 1 dilaksanakan pada hari Kamis: tanggal 29, mei 2023, pukul 10.10-
11.30 pada jam ke 2 dan ke 3 di dalam ruang kelas II . Adapun kegiatan dalam
pertemuan ini sebagai berikut :
(1) Guru memberi salam kepada siswa dan berdoa terlebih dahulu.
(2) Guru memberikan aperepsi tentang materi operasi hitung bilangan. Pernahkah
kalian melakukan operasi hitung bilangan? Bagaimana operasi hitung bilangan?
(3) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin di capai.
(4) Guru memberikan penjelasan materi tentang operasi hitung bilangan.
(5) Guru membagi siswa menjadi enam kelompok belajar. Masing- masing kelompok
mendapat yang berbeda untuk membuat operasi hitung bilangan.
(6) Peneliti dan observer 2 membagikan karton dan spidol kepada masing-masing
kelompok dan mengamati masing- masing kelompok.
(7) Setiap kelompok membuat operasi hitung bilangan berdasarkan tema yang di
peroleh, setiap anggota kelompok menjelaskan kepada teman sebaya tentang operasi
hitung bilangan yang mereka buat.
(8) Guru berkeliling dan membantu siswa yang mengalami kesulitan. Guru
mendorong siswa untuk mengumpulkan data dari berbagai sumber yang ada baik dari
buku paket maupun internet.
22
(9) Pada kelompok yang sudah selesai mengerjakan dipersilahkan untuk menyajikan
operasi hitung bilangan yang mereka buat dan kelompok lain untuk menyanggah, atau
mengajukan pertanyaan. Karena semua kelompok belum selesai membuat operasi
hitung bilangan dilanjutkan ke pertemuan berikutnya.
(10) Guru mengakhiri pelajaran dengan salam.
2) Pertemuan 2
Penelitian siklus I pertemuan ke dua dilaksanakan pada hari Senin: tanggal 12 juni
2023, jam 07.40-08.20 dan 08.20-09.00 WIB di kelas II . Adapun kegiatan pada
pertemuan ini adalah sebagai berikut:
(1) Guru memberikan salam kepada siswa dan berdoa.
(2) Guru mempresensi siswa. Siswa yang hadir 32 siswa.
(3) Guru mengulas materi yang disampaikan sebelumnya
(4) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai
dan memotivasi siswa selama proses pembelajaran berlangsung..
(5) Guru memberi instruksi untuk memperesentasikan operasi hitung bilangan pada
kelompok yang sudah selesai dibuat.
(6) Guru dan peneliti serta observer membimbing proses jalannya presentasi operasi
hitung bilangan .
(7) Guru memberikan kesimpulan dan mengakhiri pelajaran dengan salam.
Proses pembelajaran siklus I diakhiri dengan pengisian angket keaktifan siswa.
3) Observasi
23
guru maupun saat salah satu kelompok yang menyajikan hasil operasi hitung bilangan
. Selain faktor siswa, guru juga belum mampu menjelaskan kegiatan pembelajaran
dengan baik dikarenakan masih menyesuaikan dengan metode picture and picture
yang diterapkan. Hasil pengamatan terhadap keaktifan siswa pada siklus I
menunjukkan belum optimalnya keaktifan yang dicapai siswa dalam kegiatan
pembelajaran dengan metode picture and picture . Berikut hasil observasi keaktifan
siswa secara rinci.
Perhitungan rata-rata persentase indikator keaktifan siswa siklus I di atas adalah sebagai
berikut:
24
Berdasarkan tabel 1 di atas, dapat diketahui bahwa pada siklus I rata-rata persentase keaktifan
siswa belum optimal atau belum mencapai kriteria keberhasilan yang ditetapkan yaitu 75%
karena rata-rata persentase indikator keaktifan siswa pada siklus I baru mencapai 70%.
Adapun persentase tiap indikator keaktifan siswa siklus I yaitu membaca 71%, bertanya 74%,
mendengarkan 71%, menulis 71%, membuat peta konsep 70%, menaggapi 66%, bersemangat
dan rasa senang 66%. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada diagram di bawah ini.
Gambar 1. Diagram Persentase Keaktifan Siswa Siklus I Selain dilihat dari observasi,
keaktifan siswa juga dilihat dari angket. Angket ini terbagi menjadi 20 butir pertanyaan
dengan skor masing-masing butir pernyataan 1-4. Skor total keaktifan siswa adalah
80 dan skor terendah adalah 20. Kriteria penilaian yang digunakan adalah sebagai berikut :
a) kategori rendah X < 45 ; b) kategori sedang memiliki skor 45 ≤ X < 55 ; c) kategori tinggi
memiliki skor 55 ≤ X < 65; dan d) kategori sangat tinggi skor 65 ≤ X. Tindakan
dinyatakan berhasil apabila terdapat 75% siswa memiliki keaktifan siswa pada kategori tinggi
dan sangat tinggi. Berdasarkan pengisian angket yang dilakukan oleh siswa pada siklus I
diperoleh data pada tabel berikut :
Tabel 1. Hasil Angket Keaktifan Siswa Siklus I
Hasil yang diperoleh dari angket yang diisi oleh siswa pada akhir siklus I menunjukan bahwa
keaktifan siswa kelas II pada mata pelajaran matematika paling banyak berada pada kategori
sedang yaitu sebesar 47 % . Data menunjukan sebanyak 3 % siswa berada pada
25
kategori rendah dan sebanyak 38 % siswa berada pada kategori tinggi dan siswa berada pada
kategori sangat tinggi 12 %. Karena 75 % siswa belum berada pada kategori tinggi dan sangat
tinggi maka penerapan Metode picture and picture dinyatakan belum berhasil dalam
meningkatkan keaktifan siswa. Agar lebih jelas, keaktifan siswa pada siklus I dari hasil
angket dapat dilihat dalam gambar di bawah ini :
belum berhasil dalam meningkatkan keaktifan siswa. Agar lebih jelas, keaktifan siswa pada
siklus I dari hasil angket dapat dilihat dalam gambar di bawah ini :
Gambar 2 . Diagram Angket Keaktifan Siswa Siklus I Berdasarkan hasil observasi dan angket
dapat dilihat bahwa keaktifan siswa masih dibawah kriteria keberhasilan yang diharapkan.
Untuk itu perlu ada perbaikan tindakan pada siklus I.
4) Refleksi
Penerapan Metode pembelajaran picture and picture pada siklus I belum sepenuhnya dapat
dilaksanakan secara optimal, karena dilihat dari siswanya sendiri belum terbiasa dan masih
bingung, sehingga keaktifan pada siklus I belum terlihat muncul secara penuh. Melalui
pengamatan siklus I, maka diperlukan upaya perbaikan yang maksimal pada siklus II.
Perbaikan upaya ini diupayakan untuk mengoptimalkan pelaksanaan siklus II. Untuk itu
perlu disusun rencana tindakan yang diperbaiki, rencana tindakan yang baru, ataupun yang
dimodifikasi dari siklus sebelumnya pada siklus II agar mencapai kriteria keberhasilan
tindakan. Beberapa kelemahan yang ditemukan pada siklus I antara lain:
a) Guru kurang mampu untuk menjelaskan kegiatan pembelajaran dengan baik
karena guru belum terbiasa dengan metode picture and picture .
b) Belum ada keberanian dalam diri siswa untuk berani bertanya.
c) Guru belum dapat memanfaatkan waktu secara optimal dan efektif pada saat
pembelajaran di kelas berlangsung.
26
d) Masih ada beberapa siswa yang bingung tentang metode picture and picture
terutama dalam operasi hitung bilangan . Berdasarkan permasalahan yang muncul
di atas, maka peneliti dan guru menentukan tujuan dari siklus II adalah:
a) Meningkatan kemampuan dalam menjelaskan kegiatan
pembelajaran kepada siswa dengan memberikan umpan balik.
b) Meningkatkan motivasi siswa agar lebih aktif dan bersemangat dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran melalui tambahan nilai bagi siswa yang aktif.
c) Meningkatkan ketegasan dalam menghadapi siswa yang ramai atau membuat
keributan di kelas dengan menegur siswa yang ramai.
d) Pemanfaatan waktu secara optimal dan efektif pada saat pembelajaran di kelas
berlangsung dengan membatasi anak untuk bersendagurau dengan temannya.
b. Siklus II
1) Perencanaan Tindakan Siklus II
Hasil dari refleksi pada siklus I digunakan sebagai perbaikan pembelajaran untuk siklus II.
Pada siklus II ini perencanaan dan perbaikan dilakukan peneliti dan guru antara lain :
a) Menyusun RPP pada kompetensi dasar Mendeskripsikan melakukan
penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai 500.
b) Menyiapkan media dan sumber pembelajaran. Media yang digunakan dalam
penelitian ini adalah slide ppt dan globe.
c) Menyiapkan instrumen yang diperlukan dalam pembelajaran yang
akan dilakukan yaitu :
(1) Lembar observasi keaktifan siswa yang berupa individu dan kelompok.
(2) Lembar angket keaktifan siswa
(3) Catatan Lapangan
d) Menyusun lembar observasi yang akan digunakan untuk
mengamati keaktifan siswa saat pelaksanaan tindakan.
e) Presentasi hasil diskusi dalam pempuatan peta konsep di depan kelas dilakukan
oleh seluruh anggota kelompok artinya semua anggota kelompok
mempresentasikan hasil diskusinya.
f) Menyiapkan reward yang akan diberikan kepada siswa yang paling aktif di
dalam satu kelas. Selain itu ada hadiah kelompok yang paling aktif.
2) Pelaksanaan Tindakan Siklus II
a) Pertemuan 1
Pada Siklus II pertemuan 1 dilaksanakan pada hari rabu ,
27
tanggal 14 juni 2023, pada pukul 10.10-10.50-11.30 di kelas
(1) Guru memberi salam kepada siswa dan berdoa terlebih dahulu.
(2) Memeriksa kehadiran siswa, kebersihan dan kerapihan kelas
(3) Apersepsi: Menanyakan kepada siswa ”apa itu penjumlahan dan
pengurangan ?”
(4) Motivasi : Guru mendorong peserta didik jelaskan perbedaan penjumlahan
dan pengurangan.
(5) Menyampaikan tujuan pembelajaran.
(6) Menjelaskan materi tentang penjumlahan dan pengurangan .
(7) Guru membagi siswa menjadi 6 kelompok belajar. Masing- masing kelompok
mendapat yang berbeda untuk membuat penjumlahan dan pengurangan .
(8) Peneliti dan observer 2 membagikan karton dan spidol
kepada masing-masing kelompok dan mengamati masing- masing kelompok.
(9) Setiap kelompok membuat penjumlahan dan pengurangan berdasarkan yang
di peroleh, setiap anggota kelompok menjelaskan kepada anggota kelompoknya
tentang penjumlahan dan pengurangan yang mereka buat.
(10) Guru berkeliling dan membantu siswa yang mengalami
kesulitan. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan
data dari berbagai sumber yang ada baik dari buku paket maupun internet.
(11) Pada kelompok yang sudah selesai mengerjakan dipersilahkan untuk
menyajikan penjumlahan dan pengurangan yang mereka buat dan kelompok lain
untuk menyanggah, atau mengajukan pertanyaan. Karena semua kelompok belum
selesai membuat penjumlahan dan pengurangab dilanjutkan ke pertemuan
berikutnya.
(12) Guru mengakhiri pelajaran dengan salam
b) Pertemuan 2
Pada Siklus II pertemuan ke dua dilaksanakan pada hari
Senin tanggal 19 juni 2023 pada pukul 10.10-10.50-10.50-
11.30 di kelas II . Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut :
(1) Guru memberikan salam kepada siswa dan berdoa.
(2) Guru mempresensi siswa. Siswa yang hadir 30 siswa, 2 siswa tidak hadir
karena sakit dan tanpa keterangan
(3) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan memotivasi
siswa belajar.
28
(4) Guru menyuruh semua kelompok menampilkan hasil penjumlahan dan
pengurangan untuk ditampilkan pada hari ini.
(5) Setiap kelompok menerangkan kepada semua kelompok.
(6) Kelompok memberikan sanggahan dan pendapatnya.
(7) Guru dan peneliti serta observer membimbing proses
jalannya presentasi penjumlahan dan pengurangan.
(8) Guru memberikan kesimpulan dan mengakhiri pelajaran dengan salam.
Proses pembelajaran siklus II diakhiri dengan pemberian evaluasi berupa tes
pilihan ganda dan pengisian angket keaktifan siswa.
3) Observasi
Pengamatan terhadap kegiatan guru pada siklus II menunjukkan bahwa guru
sudah dapat melakukan kegiatan pembelajaran dengan baik. Pengelolaan kelas
yang dilakukan oleh guru dalam siklus II ini jauh lebih baik dibandingkan siklus
I. Guru mampu menjelaskan dan mengorganisasikan pembelajaran dengan
metode picture and picture dengan lebih baik. Selain itu guru juga memberikan
dorongan seperti memberikan motivasi kepada siswa agar lebih berperan aktif di
dalam kelas.Siswa terlihat lebih aktif dalam proses pembelajaran di kelas. Siswa
terlihat sangat bersemangat. Siswa juga lebih berani dalam menyampaikan ide
maupun pendapatnya dalam menjawab pertanyaan guru. Selain itu siswa juga
lebih berani bertanya. Siswa yang pada siklus sebelumnya terlihat pasif juga
sudah mulai aktif. Secara umum pengamatan terhadap keaktifan siswa dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran pada siklus II terlihat mengalami peningkatan
dari siklus I. Peningkatan dari siklus II tersebut mengakibatkan rata-rata
persentase keaktifan siswa pada siklus II mencapai kriteria keberhasilan tindakan
yang telah ditetapkan. Haltersebut terlihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 3. Hasil Observasi Keaktifan Siswa Individu Siklus II
29
3. aktivitas mendengarkan Mendengarkan 77
Perhitungan rata-rata persentase indikator keaktifan siswa siklus II adalah sebagai berikut:
berdasarkan tabel 3 di atas, dapat diketahui bahwa pada siklus II rata-rata persentase
keaktifan siswa sudah mencapai kriteria keberhasilan yang ditetapkan yaitu 75% karena rata-
rata persentase indikator keaktifan siswa pada siklus II sudah mencapai 77%. Adapun
persentase tiap indikator keaktifan siswa siklus II yaitu membaca 81%, bertanya 77%,
mendengarkan 77%, menulis 76%, membuat peta konsep 74%, menanggapi 73%,
bersemangat dan rasa senang 79%. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada diagram di bawah
ini
Gambar 3. Diagram Persentase Keaktifan Siswa Siklus II Selain dilihat dari observasi,
keaktifan siswa juga dilihat dari angket . Angket ini terbagi menjadi 20 butir pernyataan
dengan skor masing-masing butir pernyataan antara 1-4. Skor total untuk keaktifan
30
siswa adalah 80 dan skor terendah adalah 20. Kriteria penilaian yang digunakan adalah
sebagai berikut : a) kategori rendah X < 45 ; b) kategori sedang memiliki skor 45 ≤ X < 55 ;
c) kategori tinggi memiliki skor 55 ≤ X < 65; dan d) kategori sangat tinggi skor 65 ≤ X.
Tindakan dinyatakan berhasil apabila terdapat 75% siswa memiliki keaktifan siswa
pada kategori tinggi dan sangat tinggi. Berdasarkan pengisian angket yang dilakukan oleh
siswa padasiklus I diperoleh data pada tabel berikut :
Tabel 4 . Hasil Angket Keaktifan Siswa Siklus II
Hasil yang diperoleh dari angket yang diisi oleh siswa pada akhir siklus II menunjukan
bahwa keaktifan siswa kelas II pada mata pelajaran matematika meningkat dibanding
dengan siklus I. Hal ini terlihat pada kategori tinggi yaitu sebesar 77 % . Selain itu pada
kategori sangat tinggi 20 %. Pada kategori sedang hanya mencapai 3% siswa. Tidak ada satu
siswa pun yang masuk dalam kategori rendah, karena 75 % siswa telah berada pada kategori
tinggi dan sangat tinggi maka penerapan Metode Student picture and picture dinyatakan
berhasil dalam meningkatkan keaktifan siswa. Agar lebih jelas, keaktifan siswa pada
siklus II dari hasil angket dapat dilihat dalam gambar di bawah ini :
31
siklus sebelumnya. Pada siklus II, pengaruh penerapan metode picture and picture terhadap
peningkatan keaktifan siswa dalam pelaksanaan pembelajaran matematika sangat besar.
Siswa terlihat lebih aktif dalam proses pembelajaran di kelas. Siswa juga lebih berani dalam
menyampaikan ide maupun pendapatnya dalam menjawab pertanyaan guru. Selain itu siswa
juga lebih berani bertanya, siswa yang pada siklus sebelumnya terlihat pasif juga sudah
mulai aktifi di kelas.
Guru sudah dapat melakukan kegiatan pembelajaran dengan baik. Pengelolaan kelas yang
dilakukan dalam siklus II ini jauh lebih baik dibandingkan siklus II. Guru mampu
menjelaskan dan mengorganisasikan pembelajaran dengan metode picture and picture dengan
lebih baik. Selain itu juga sudah memberikan motivasi kepada siswa agar lebih berperan aktif
di dalam kelas. Berdasarkan hasil pengamatan dan diskusi yang dilakukan antara
guru dengan peneliti pada siklus II, maka secara umum upaya perbaikan yang dilakukan telah
menunjukan peningkatan serta mencapai kriteriakeberhasilan yang ditetapkan yaitu di atas
75%. Kendala-kendala yang dialami pada siklus I dapat diatasi sehingga tidak terulang lagi
pada siklus II. Indikator keaktifan siswa menunjukan peningkatan. Pernyataan tersebut dapat
dibuktikan berdasarkan data yang diperoleh dari siklus I dan siklus II terlihat adanya
peningkatan.
B. Pembahasan
Penelitian ini merupakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research).
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dapat diartikan sebagai upaya atau tindakan yang dilakukan
oleh guru atau peneliti untuk memecahkan masalah pembelajaran melalui kegiatan penelitian.
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SDN 152/IV Rantau panjang IX yang dilakukan
sebanyak dua siklus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan keaktifan
siswa setelah penerapan metode picture and picture pada pembelajaran matematika di kelas
II SDN 152/IV Rantau Panjang IX. Hasil analisis pada siklus I sampai dengan siklus II
menunjukkan bahwa penerapan metode picture and picture dapat meningkatkan keaktifan
siswa dalam pembelajaran matematika di kelas II B SDN 152/IV Rantau Panjang IX.Hal ini
didukung dengan data rata-rata persentase indikator keaktifan siswa yang meningkat tiap
siklusnya sampai berhasil mencapai kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan pada siklus II.
Pada siklus I guru kurang dapat melakukan kegiatan pembelajaran dengan baik. Guru kurang
mampu menjelaskan dan mengorganisasikan pembelajaran dengan menggunakan metode
picture and picture Guru belum dapat mengontrol kelas dengan baik. Pada awal pembelajaran
guru tidak melakukan apersepi. Guru pun tidak memberikan penguatan dan menyimpulkan
32
materi pelajaran di akhir pembelajaran. Pada saat pembelajaran dimulai, perhatian siswa
belum sepenuhnya tertuju pada materi dan hal tersebut berlangsung sampai pada pertengahan
kegiatan inti. Antusiasme siswa belum terlihat pada siklus I ini. Upaya meningkatkan
keaktifan siswa dengan menerapkan metode picture and picture di kelas II SDN 152/IV
rantau panjang IX pada siklus I belum berhasil dengan baik. Hal tersebut dibuktikan dengan
rata-rata persentase indikator keaktifan siswa pada lembar observasi baru mencapai
70%, sedangkan kriteria keberhasilan tindakan yang telah ditetapkan adalah 75%. Selain itu
hasil angket siswa kelas II , 75 % siswa belum berada pada kategori tinggi dan sangat tinggi.
Beberapa kelemahan atau kendala yang mengakibatkan kegagalan tersebut adalah sebagai
berikut:
1) guru kurang mampu untuk menjelaskan
kegiatan pembelajaran dengan baik;
2) guru kurang dalam hal memotivasi
siswa agar berperan aktif mengikuti kegiatan pembelajaran;
3) guru kurang
tegas menegur siswa yang membuat keributan di kelas;
4) guru belum dapat
memanfaatkan waktu secara optimal dan efektif pada saat pembelajaran di
kelas berlangsung;
5) rata-rata persentase lembar observasi indikator
keaktifan siswa belum mencapai kriteria keberhasilan tindakan karena baru
mencapai 70%. Berdasarkan permasalahan atau kelemahan yang muncul pada
siklus II,maka peneliti dan guru yang mengajar matematika membuat tambahan
perencanaan pada pembelajaran siklus II yaitu mengelola kelas harus lebih baik
dengan ketegasan, memberikan motivasi kepada siswa secara optimal , dan
memberikan reward untuk siswa yang aktif. Pada akhirnya, pengamatan terhadap
kegiatan guru pada siklus IImenunjukkan bahwa guru sudah dapat melakukan
kegiatan pembelajaran dengan baik. Pengelolaan kelas yang dilakukan oleh guru
dalam siklus II ini jauh lebih baik dibandingkan siklus I. Guru mampu
menjelaskan dan mengorganisasikan pembelajaran dengan metode picture and
picture dengan lebih baik. Selain itu guru juga memberikan dorongan seperti
memberikan motivasi kepada siswa agar lebih aktif di dalam kelas. Siswa terlihat
lebih aktif dalam proses pembelajaran di kelas. Siswa terlihat senang dan sangat
bersemangat. Siswa yang pada siklus sebelumnya terlihat pasif juga sudah mulai
33
aktif. Pada kegiatan akhir, siswa berpartisipasi aktif dengan cara menyimpulkan
materi pelajaran bersama dengan guru. Pada siklus II, keaktifan siswa mengalami
peningkatan dari siklus I sebesar 70% menjadi 77%. Hal tersebut dikarenakan
pada siklus II ini guru menerapkan metode picture and picture ditambah dengan
pemberian reward. Selain itu, kendala atau kelemahan yang mengakibatkan
kegagalan pada siklus I berhasil diatasi pada siklus II. Hal tersebut didukung
pula oleh Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (2004: 212-213) yang
mengemukakan bahwa terdapat ciri-ciri dalam suatu lingkungan belajar yang
mendorong semua siswa aktif melakukan kegiatan belajar yaitu situasi kelas
menantang siswa untuk melakukan kegiatan belajar secara bebas tapi terkendali,
guru tidak mendominasi pembicaraan tetapi lebih banyak memberikan
rangsangan berpikir kepada siswa untuk memecahkan masalah, guru
menyediakan sumber belajar dan berbagai media yang diperlukan,adanya
keberanian siswa mengajukan pendapatnya, dan guru mendorong siswa agar
selalu mengajukan pendapatnya secara bebas. Berikut ini disajikan tabel
mengenai peningkatan hasil keaktifan siswa dari siklus I sampai siklusII.
3 Aktivitas Mendengarkan 71 77 %
mendengarkan %
34
6 Aktivitas mental Menanggapi 66 73 %
%
35
Sumber: Data Olahan Pengekategorian Keaktifan Belajar Siswa oleh Peneliti.
Berdasarkan pengkategorian angket di atas, peningkatan skor angket keaktifan siswa pada
siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 7. Hasil Angket Keaktifan Siswa Siklus I dan Siklus I
Berdasarkan pada tabel di atas, maka dapat dijelaskan mengenai peningkatan keaktifan siswa
pada siklus I dan siklus II. Pada siklus I menunjukan bahwa persentase keaktifan siswa paling
banyak berada pada kategori sedang yang diperoleh 15 siswa dengan persentase 47 %.
Sebanyak 12 siswa berada pada kategori tinggi dengan persentase 38 % dan 4 siswa
berada pada kategori sangat tinggi dengan persentase 12 %, 1 siswa berada pada kategori
rendah dengan presentase 3 %. Pada siklus I indikator keberhasilan dalam penelitian ini
belum mencapai 75 %, oleh karena belum mencapai target yang diharapkan maka peneliti
melanjutkan pada siklus II. Pada siklus II secara umum keaktifan siswa meningkat yang
dibuktikan dengan hasil angket. Presentase terbesar berada pada kategori tingi yaitu
sebesar 77 % dan sisanya berada pada kategori sangat tinggi 20%. Pada siklus II ini tindakan
dinyatakan berhasil karena kriteria keberhasilan tindakan yang ditentukan sebesar lebih dari
75 % siswa berada pada kategori tinggi telah tercapai. Untuk memperjelas peningkatan
keaktifan siswa dari siklus I dan siklus II dapat dilihat dalam diagram berikut :
36
Gambar 6. Diagram Angket Keaktifan Siswa siklus I dan siklus II
C. Temuan Penelitian
Selama pelaksanaan penelitian di lapangan, peneliti telah mengumpulkan data-data
penelitian yang diperoleh berdasarkan hasil observasi atau pengamatan, wawancara, dan
catatan lapangan. Pada saat penelitian, ada beberapa pokok-pokok temuan penelitian
antara lain yaitu:
37
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya maka dapat
diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Penerapan metode picture and picture yang pembelajaran matematika dapat meningkatkan
keaktifan dan hasil belajar siswa kelas II SDN 152/IV Rantau panjang IX dalam
pembelajaran matematika . Rata-rata keaktifan sebelum tindakan adalah 47 %. Pada siklus I
persentase keaktifan siswa adalah 12% mengalami peningkatan pada siklus II sebesar 77%
menjadi 79%. Pada siklus I nilai rata-rata hasil belajar sebelum tindakan sebesar 47 %
dan setelah dilakukan tindakan nilai rata-ratanya sebesar 77 % Hasil belajar siswa
mengalami peningkatan sebesar Pada siklus II 77%, nilai rata-rata hasil belajar sebelum
dilakukannya tindakan adalah 47 %dan setelah tindakan adalah sebesar 77 %Hasil belajar
siswa mengalami peningkatan sebesar 75 %
2. Kendala-kendala yang dihadapi dalam pembelajaran picture and picture yaitu siswa
membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menyesuaikan diri pada saat pembelajaran
dengan picture and picture Pada siklus I guru belum sepenuhnya mampu mengelola kelas
38
sehingga keadaan kelas menjadi ramai saat pembagian kelompok dan diskusi kelompok.
Adapun solusi yang diambil oleh guru dan peneliti untuk mengatasi kendala-kendala
tersebut yaitu guru lebih optimal menjelaskan proses pembelajaran matematika dengan
metode picture and picture dan mengelola kelas agar suasana kelas lebih terkontrol.
Penerapan metode picture and picture akan lebih optimal jika ditambah dengan video
pembelajaran matematika.
3. Keunggulan dalam penerapan picture and picture dalam pembelajaran matematika
yaitu pembelajaran matematika lebih bermakna dan menyenangkan karena terjalin kerjasama
yang erat antar siswa dalam kelompok dalam menyelesaikan tugas. Siswa menjadi semangat
dan lebih aktif baik dalam bertanya maupun mengemukakan pendapat atau bertukar
informasi. Penerapan metode picture and picture juga dapat meningkatkan keaktifan dan
hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika
B. Saran
Setelah terbukti bahwa penggunaan metode picture and picture dapat meningkatkan
keaktifan dan hasil belajar siswa, maka dapat dikemukakan saran sebagai berikut:
1. Bagi Sekolah
a) Pihak sekolah agar lebih bekerjasama dengan berbagai pihak untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran dan mendukung berbagai penelitian
pendidikan yang ada.
b) Pihak sekolah agar lebih mendorong guru bersikap kreatif dan inovatif dalam
menciptakan strategi, metode, dan model pembelajaran yang dapat diterapkan
saat pembelajaran sedang
berlangsung.
c) Pihak sekolah agar lebih meningkatkan fasilitas pembelajaran yang
ada sehingga hasil pembelajaran lebih maksimal.
2. Bagi Guru
a) Guru harus bersikap kreatif dan inovatif dalam melaksanakan proses
pembelajaran di kelas sehingga proses pembelajaran lebih menarik dan tidak
menjenuhkan.
b) Pembelajaran melalui metode picture and picture dapat diterapkan oleh guru
matematika atau guru matapelajaran pelajaran lainnya sebagai salah satu
alternatif untuk meningkatkan belajar siswa.
c) Guru harus bisa menguasai kondisi kelas dan membimbing siswa
dalam pembelajaran untuk memecahkan suatu masalah.
39
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Majid. 2014. Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: Interes Media.
A.M Sadirman. 2008. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Raja Grafindo Persada :
Jakarta.
Daryanto.2014. Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013. Yogyakarta : Gava
Media.
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV. Pustaka Setia.
Hidayat, Ryan. 2017. Pengaruh Model Pembelajaran Picture And Picture terhadap
Kemampuan Menulis
Karangan Deskripsi Siswa Kelas VII SMP Nurul Azman Gunung Putri Bogor. DEIKSIS Vol.
09
No.03, Hal. 385-391. Tersedia Pada:
https://journal.lppmunindra.ac.id/index.php/Deiksis/article/view/953.
Huda, Miftahul. 2013. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Istarani. 2011. 58 Pembelajaran Inovatif (Referensi Guru dalam menentukan Model
Pembelajaran). Medan:
40
Media Persada.
Lubis, Renni Ramadhani. 2017. Model Pembelajaran Picture And Picture untuk
Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa. Prosiding Seminar Nasional Tahunan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri
Medan Hal.417-420. Tersedia Pada: http://semnasfis.unimed.ac.id/wp-
content/uploads/2017/06/MODEL-PEMBELAJARAN-PICTURE-AND-PICTURE-
UNTUK-
MENINGKATKAN-HASIL-BELAJAR-SISWA.pdf.
Palguna, P. N. D., Garminah, N. N., Hum, M., & Sudana, D. N .2015. PENERAPANAN
METODE PICTURE AND
PICTURE BERBANTUAN MEDIA GAMBAR BERSERI UNTUK MENINGKATKAN
KETERAMPILAN
MENULIS NARASI. MIMBAR PGSD Undiksha, 3(1).
Rede, Amram. 2017. Pembelajaran Tematik Pemanasan Global dan Kesadaran Diri Siswa
Sekolah Dasar.
Jurnal Ilmu Pendidikan Vol. 23 No. 2 Hal. 1-13. Tersedia Pada:
http://journal.um.ac.id/index.php/jip.
Sekali, E. B. K .2018. MENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN
MENGGUNAKAN MODEL PICTURE
AND PICTURE PADA MATA PELAJARAN PPKn DI KELAS IV SD NEGERI 040446
KABANJAHE
TAHUN PELAJARAN 2017/2018. In Prosiding Seminar Nasional Sains Teknologi
Humaniora dan
Pendidikan (QSinastekmapan) (Vol. 1).
Suraya, Kharisma. R. 2014. Pembelajaran Tematik Integratif dan Pengaruhnya Terhadap
Akhlak Kelas IV
SD Negeri Cebongan Yogyakarta. (Online), (http://digilib.uinsuka.ac.id). Diakses 25 April
2019.
Trianto. 2011. Model Pembelajaran terpadu Konsep Strategi Dan Implementasinya Dalam
Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Wahyuni , Hermin Tri, Punaji Setyosari, Dedi Kuswandi. 2016. Implementasi Pembelajaran
Tematik Kelas
1 SD. Edcomtech Volume 1, Nomor 2, Hal. 129-136. Tersedia Pada:
41
http://journal2.um.ac.id/index.php/edcomtech/article/view/1799.
Yuliastanti, Dini, Ulhaq Zuhdi. 2014. Penerapan Model Pembelajaran Picture And Picture
untuk Meningkat
Hasil Belajar pada Pembelajaran Tematik di Sekolah Dasar. JPGSD.Vol. 02 No. 02 Hal. 1-
10.
Tersedia Pada: https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jurnal-penelitian-
pgsd/article/view/10594.
42