Anda di halaman 1dari 17

Makalah Pengolahan Limbah Industri

Disusun Oleh:

KELOMPOK 7
Rahel Sri Amelia Br Tarigan / 1901071
Vika Armaya / 1901083
Amirul Wahid / 1901088
Asri Parika / 1901092
Azza Zemia / 1901093

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI MEDAN
MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa
karena atas berkat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah mata
kuliah Teknologi Buangan Industri yang berjudul “Pengolahan Limbah Industri”

Makalah ini disusun untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat yang


diperlukan untuk lulus mata kuliah Pengolahan Air dan Limbah Industri di Jurusan
Teknik Kimia Kampus Politeknik Teknologi Kimia Industri.Makalah ini masih jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk menyempurnakan makalah ini agar lebih baik dimasa yang akan
datang.

Medan, 14 Oktober 2021

Penulis

1
ABSTRAK

Indonesia menduduki peringkat kedua sebagai negara penghasil limbah sampah plastik
terbesar di dunia setelah Cina. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
menyebutkan jumlah peningkatan timbunan sampah di Indonesia telah mencapai
175.000 ton/hari atau setara 64 juta ton/tahun. Pengelolaan sampah sangat perlu
dilakukan untuk meminimalisir dampak buruknya. Masalah utama yang dihadapi
permukiman adalah pencemaran lingkungan oleh air limbah. Masalah tersebut
dikarenakan tingkat pelayanan air limbah yang sangat rendah. Air limbah rumah tangga
merupakan sumber utama pencemar lingkungan. Sedangkan pencemaran limbah
industri diperkirakan memberi kontribusi rata-rata 25-50%. Sampai saat sekarang
tingkat pelayanan air limbah tidak sebanding dengan pertumbuhan penduduk, sehingga
masih banyak air limbah yang dibuang ke sungai dengan proses yang kurang sempurna.
Suatu strategi dan langkah dalam pengelolaan air limbah yang efektif dan efisiensi telah
diterapkan. Banyaknya kasus pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh limbah
industri dewasa ini telah mendorong terjadinya pergeseran paradigma di dalam
penanganan limbah industri tersebut. Pergeseran paradigma yang dimaksud adalah
perubahan dari end of pipe treatment menjadi pollution prevention principle. Hal ini
berarti penanganan limbah dilakukan bukan setelah limbah tersebut terbentuk, tetapi
pengelolaannya diupayakan sedemikian rupa mulai dari bahan baku sampai akhir
pemakaian produk agar dihasilkan limbah seminimal mungkin. Upaya ini lebih bersifat
proaktif dengan melibatkan berbagai disiplin ilmu. Pola pendekatan produksi bersih
dalam melakukan pencegahan dan pengurangan limbah yaitu dengan strategi 1E4R
(Elimination, Reduce, Reuse, Recycle, Recovery/Reclaim). Prinsip-prinsip pokok dalam
strategi produksi bersih dalam Kebijankan Nasional Produksi Bersih (KLH) dituangkan
dalam 5R (Re-think, Re-use, Reduction, Recovery and Recycle).

Keyword: Pengelolaan air limbah, pencemaran, minimasi limbah, 1E4R, 5R, sarana
dan teknologi pengolahan limbah.

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Salah satu masalah utama yang dihadapi oleh permukiman penduduk terutama di
daerah perkotaan adalah masalah pencemaran lingkungan yang ditimbulkan oleh
pembuangan air limbah yang tidak tertangani dengan baik. Oleh karena itu upaya
menumbuhkan kesadaran terhadap pembangunan yang berwawasan lingkungan
dilakukan secara terus-menerus dan berkesinambungan. Karena pengelolaan lingkungan
hidup bukan semata-mata tanggung jawab pemerintah, tetapi juga menjadi tanggung
jawab semua pihak, termasuk pihak swasta khususnya yang banyak menginvestasikan
modalnya dalam industri yang banyak memproduksi limbah B3 (Bahan Berbahaya dan
Beracun). Disamping itu seluruh lapisan masyarakat juga harus dapat berperan serta
mencegah dan menanggulangi proses serta akibat pencemaran lingkungan tersebut.
Dalam hubungan pencemaran lingkungan, peningkatan intensitas penggunaan ruang
kota yang tidak mengindahkan lingkungan akan menimbulkan penurunan daya dukung
fisik kota. Hal ini disebabkan oleh timbulnya berbagai bentuk pencemaran lingkungan
khususnya limbah industri dan rumah tangga. Pengertian air limbah adalah air yang
telah digunakan manusia dalam berbagai aktivitasnya. Air limbah tersebut dapat berasal
dari aktivitas rumah tangga, perkantoran, pertokoan, fasilitas umum, industri maupun
dari tempat-tempat lain. Air limbah juga diartikan sebagai air bekas yang tidak terpakai
yang dihasilkan dari berbagai aktivitas manusia dalam memanfaatkan air bersih.
Dengan demikian air bekas (air limbah) tersebut sebagai pencemaran lingkungan harus
ditangani. Pada saat ini yang menimbulkan masalah tersebut adalah “tingkat pelayanan
yang rendah”. Dan tidak dapat memenuhi kebutuhan akibat laju pertumbuhan
penduduk.

Industri di Indonesia telah mengalami perkembangan yang cukup pesat, bahkan


beberapa daerah di Indonesia telah menjadi pusat kegiatan industri yang cukup besar.
Tetapi kegiatan industri dewasa ini juga memberikan dampak buruk bagi lingkungan

3
yang pada akhirnya akan berdampak buruk bagi manusia. Hal ini disebabkan timbulnya
limbah yang merupakan hasil samping dari proses produksi yang berpotensi
menimbulkan pencemaran di lingkungan. Salah satu limbah yang memiliki tingkat
kebahayaan yang tinggi adalah limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).Tuntutan
dari hukum dan peraturan yang berlaku serta mulai timbulnya kesadaran masyarakat,
akan pentingnya lingkungan mendorong berbagai perusahaan industri untuk
menerapkan teknologi bersih atau produksi bersih yang bertujuan untuk meminimasi
limbah hasil industri. Limbah B3 secara umum pengelolaannya diterapkan recycle,
reuse, dan recovery. Dimana keseluruhan pengelolaan limbah B3 didasarkan pada
peraturan pemerintah yaitu PP No. 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun yang kemudian dilakukan perubahan pada PP No. 85 Tahun
1999.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja proses/tahapan dalam pemanfaatan limbah?
2. Teknologi apa saja yang dapat digunakan untuk pengolahan limbah?
3. Bagaimana teknik untuk minimasi buangan (limbah) industri?
1.3 Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui proses dalam pemanfaatan dan pengolahan limbah
2. Untuk mengetahui teknologi yang dapat digunakan untuk pengolahan
limbah.
3. Untuk mengetahui teknik minimasi buangan (limbah) industri.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengolahan Limbah Industri


Pencemaran limbah oleh industri diperkirakan kontribusi pencemaran organik
limbah industri pada badan air secara rata-rata adalah 25-50%. Program upaya untuk
menurunkan pencemaran oleh buangan limbah industri belum dapat mencapai tujuan
karena adanya kelemahan pada kemampuan pemerintah untuk memantau buangan
limbah industri, dan menerapkan baku mutu air limbah. Selain juga adanya
kelemahan kemampuan indsutri untuk merancang dan mengoperasikan sistem
pengolahan limbah. Keberadaan industri kecil dengan jumlah yang banyak dan
bercampur dengan perumahan juga menjadi tambahan dalam hal pemantauan dan
penerapan baku mutu limbah industri jenis ini tidak mempunyai kemampuan teknis
maupun pendanaan untuk membangun instalasi pengolahan air limbah. Oleh karena
itu strategi pengelolaan air limbah merupakan strategi yang dimulai dimana limbah
dihasilkan sampai tempat air limbah itu dibuang. Strategi semacam ini dapat dibagi
kedalam langkah dan tindakan secara sinergi sebagai berikut:

1. Minimasi air limbah, program ini berupaya mengurangi air limbah baik dari
industri maupun yang dihasilkan dari rumah tangga.

2. Penigkatan pelayanan, program ini lebih ditujukan untuk meningkatkan


pelayanan dan pengelolaan air limbah oleh masing-masing industri.

3. Pengelolaan dan pembuangan, limbah yang dihasilkan masih perlu diolah


dan dibuang dengan cara yang ramah lingkungan.

Menurut Supriyatno (2000), langkah dan tindakan yang harus dilakukan dalam
pengelolaan air limbah industri yang berwawasan lingkungan diarahkan sebagai
berikut :

1. Semua limbah harus sudah diolah sampai ketingkat yang memenuhi baku
mutu limbah, baku mutu lingkungan, baik air, tanah dan udara.
5
2. Menyusun baku mutu limbah untuk jenis industri dan kegiatan yang belum
mempunyai baku mutu.

3. Mengembangkan dan melaksanakan izin jenis pembuangan (disharge permit)


yang berdasarkan atas baku mutu limbah dengan menyertakan sistem
hukuman dan insentif untuk mendorong minimasi air limbah.

4. Memasukkan tujuan perlindungan kualitas lingkungan setempat dan prinsip-


prinsip daya dukung lingkungan dalam pengembangan izin pembuangan.

5. Melengkapi usaha penataan pengendalian pencemaran yang dilakukan oleh


pemerintah yang mengandalkan kekuatan dari media dan environmental
compliance rating.

6. Memberikan bantuan teknis dan manajemen kepada kegiatan pengendalian


produksi dan pengolahan limbah.

7. Mendorong manufaktur untuk memproduksi peralatan pengendalian


pencemaran berteknologi tinggi dan berlisensi dari manufaktur utama.

2.2 Minimasi Limbah Industri

Minimasi limbah merupakan suatu gambaran mengenai pengurangan limbah


yang akan dibuang ke tempat pembuangan akhir, dan termasuk pula pengurangan
bahan baku serta daur ulang limbah (UNEP & ISWA, 2002). Minimasi limbah juga
dapat diartikan sebagai suatu kegiatan pencegahan dan pengurangan pada bahan untuk
meningkatkan kualitas dari limbah akhir yang dihasilkan dari berbagai proses yang
berlangsung sampai dengan tempat pembuangan akhir (OECD, 2000).

Terdapat beberapa cara dalam meminimasi limbah seperti berikut:

1. Mengklasifikasikan limbah berdasarkan kelompok sehingga dapat diolah


dengan cara yang sama.

2. Pemisahan limbah, dimana limbah yang tidak berbahaya dapat dibuang


dengan cara yang aman.

3. Penyimpanan yang aman.

4. Pengolahan untuk mengurangi sifat pathogen yang terkandung dalam limbah.

6
Peluang mengurangi bahan baku yang akan menimbulkan limbah:
meningkatkan operasional seperti goodhousekeeping, penanganan bahan, perawatan
sarana dan prasarana, merubah formulasi produk yang tidak menimbulkan limbah yang
tidak berbahaya, penggunaan bahan baku yang aman, penggunaan teknologi proses
dan fasilitas yang aman, pengawasan-pengontrolan perhitungan limbah, daur ulang
limbah (UNEP & ISWA, 2002).

Faktor-faktor yang mempengaruhi minimasi limbah industri yaitu seperti:

1. Peraturan dan kebijakan pemerintah.

2. Kelayakan teknologi yang dimiliki.

3. Kelangsungan hidup.

4. Dukungan serta tanggung jawab dari manajemen.

Hal-hal yang mendorong untuk dilakukan minimasi limbah karena meminimasi


limbah dapat:

1. Mengurangi biaya yang dikeluarkan untuk bahan baku, energi, air, proses
penyimpanan dan penanganan, pembuangan limbah, kesehatan dan
keamanan.

2. Mendorong setiap orang untuk menjalankan peraturan dengan tanggung


jawab dan sukarela.

3. Meningkatkan efisiensi.

4. Meningkatkan bentuk kerjasama antar pihak yang terkait.

Aplikasi meminimasi limbah dapat dimulai dari perbaikan sistem pengontrolan


persediaan, contohnya seperti: menghindari kelebihan pembelian, pemeriksaan produk
sebelum penerimaan, pemeriksaan persediaan secara berkala, pemberian identitas
produk/label, pemberian identitas masa pakai produk (expired date), dan penggunaan
teknologi informasi untuk pengontrolan persediaan (UNEP & ISWA, 2002).

2.3 Proses Pengolahan Limbah Industri

Minimisasi limbah merupakan suatu upaya untuk mengurangi volume,


konsentrasi, toksisitas, dan tingkat bahaya limbah yang berasal dari proses produksi,

7
dengan cara reduksi pada sumbernya atau pemanfaatan limbah berupa 4R: penggunaan
kembali (reuse), mengurangi (reduce), daur ulang (recycle), dan perolehan kembali
(recovery) (Lee, 1992).

Pola pendekatan produksi bersih dalam melakukan pencegahan dan pengurangan


limbah yaitu dengan strategi 1E4R (Elimination, Reduce, Reuse, Recycle,
Recovery/Reclaim) (UNEP, 1999). Prinsip-prinsip pokok dalam strategi produksi bersih
dalam Kebijakan Nasional Produksi Bersih (KLH) dituangkan dalam 5R (Re-think, Re-
use, Reduction, Recovery and Recycle).

1. Elimination (pencegahan) adalah upaya untuk mencegah timbulan limbah


langsung dari sumbernya, mulai dari bahan baku, proses produksi sampai menjadi
produk.

2. Re-think (berpikir ulang), adalah suatu konsep pemikiran yang harus dimiliki
pada saat awal kegiatan akan beroperasi, dengan implikasi:

o Perubahan dalam pola produksi dan konsumsi berlaku baik pada proses
maupun produk yang dihasilkan, sehingga harus dipahami analisis daur hidup
(life cycle) produk.

o Upaya produksi bersih tidak dapat berhasil dilaksanakan tanpa adanya


perubahan dalam pola pikir, sikap dan tingkah laku dari semua pihak terkait
pemerintah dan masyarakat.

3. Reduce (pengurangan) adalah upaya untuk menurunkan atau mengurangi


timbulan limbah pada sumbernya.

4. Reuse (pakai ulang/penggunaan kembali) adalah upaya yang memungkinkan


suatu limbah dapat digunakan kembali tanpa perlakuan fisika, kimia atau biologi.

5. Recycle (daur ulang) adalah upaya mendaur ulang limbah untuk


memanfaatkan limbah dengan memrosesnya kembali ke proses semula melalui
perlakuakn fisika, kimia dan biologi.

6. Recovery/ Reclaim (pungut ulang, ambil ulang) adalah upaya mengambil


bahan-bahan yang masih mempunyai nilai ekonomi tinggi dari suatu limbah,
kemudian dikembalikan ke dalam proses produksi dengan atau tanpa perlakuakn

8
fisika, kimia dan biologi.

Tingkatan terakhir dalam pengelolaan lingkungan adalah pengolahan dan


pembuangan limbah apabila upaya produksi bersih sudah tidak dapat dilakukan
dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Treatment (pengolahan) dilakukan apabila seluruh tingkatan produksi bersih


telah dikerjakan, sehingga limbah yang masih ditimbulkan perlu untuk dilakukan
pengolahan agar buangan memenuhi baku mutu lingkungan.

2. Disposal (pembuangan) bagi limbah yang telah diolah. Beberapa limbah yang
termasuk dalam ketegori berbahaya dan beracun (B3) perlu dilakukan penanganan
khusus.

Tingkatan pengelolaan limbah dapat dilakukan berdasarkan konsep produksi


bersih dan pengolahan limbah sampai dengan pembuangan. Penekanan dilakukan
pada pencegahan atau minimisasi timbulan limbah, dan pengolahan maupun
penimbunan merupakan upaya terakhir yang dilakukan bila upaya dengan
pendekatan produksi bersih tidak mungkin untuk diterapkan (Gunawan, 2006).

Gambar 2.1 Hirarki Pengelolaan Limbah di Indonesia (Panggabean, 2000)

9
Gambar 2.2 Teknik Minimisasi Limbah (Panggabean, 2000)

2.4 Teknik Pengolahan Limbah Industri

Mempunyai suatu rencana pengolahan limbah, merupakan suatu syarat yang


harus dipunyai oleh setiap pelaku industri. Setiap keuntungan yang didapatkan dari
proses industri haruslah dibarengi dengan pengolahan limbah supaya tidak merugikan
bagi lingkungan maupun bagi makhluk hidup yang lainnya. Adapun pengolahan limbah
ini ada banyak sekali macamnya sesuai dengan masing- masing jenis limbah. Agar lebih
jelas, kita akan membahasnya sebagai berikut mengenai pengolahan limbah industri:

1. Pengolahan limbah padat

Proses industrialisasi memang banyak sekali menimbulkan limbah, salah satu


jenis limbah yang dapat dihasilkan dari proses industri adalah limbah yang berbentuk
padat. Untuk mengatasi limbah padat cara yang dapat dilakukan antara lain sebagai
berikut:

10
 Penimbunan terbuka

Solusi atau pengolahan pertama yang bisa dilakukan pada limbah padat adalah
penimbunan terbuka. Limbah padat dibagi menjadi organik dan non-organik. Limbah
padat organik akan lebih baik ditimbun, karena akan diuraikan oleh organisme-
organisme pengurai sehingga akan membuat tanah menjadi lebih subur.

 Sanitary landfill

Sanitary landfill ini menggunakan lubang yang sudah dilapisi tanah liat dan juga
plastik untuk mencegah pembesaran di tanah dan gas metana (CH4) yang terbentuk
dapat digunakan untuk menghasilkan listrik.

 Membuat kompos padat

Seperti halnya penimbunan, limbah padat yang bersifat organik akan lebih
bermanfaat apabila dibuat menjadi kompos. Kompos ini bisa dijadikan sebagai usaha
masyarakat yang sangat bermanfaat bagi banyak orang.

 Daur ulang

Limbah padat yang bersifat non-organik bisa dipilah-pilah kembali. Limbah


padat yang masih bisa diproses kembali bisa di daur ulang (recycle) menjadi barang
yang baru atau dibuat barang lain yang bermanfaat atau bernilai jual tinggi. sebagai
contoh adalah kerajinan dari barang- barang bekas.

2. Pengolahan limbah cair

Selain limbah padat, industri juga akan menghasilkan limbah cair. Limbah cair
penanganannya berbeda dengan limbah padat, tentu saja hal ini karena fasanya yang
berbeda. Untuk limbah cair, pengolahan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:

 Pengolahan primer dengan proses penyaringan, pengolahan awal, pengendapan


dan pengapungan. Pengolahan ini efektif untuk polutan minyak dan juga lemak.

11
 Pengolahan sekunder, menggunakan mikroorganisme untuk menguraikan
bahan.
 Pengolahan tersier yang bersifat khusus.
 Desinfeksi.
 Slude treatment atau pengolahan lumpur.

3. Pengolahan limbah gas

Pengolahan limbah gas pada bidang industri dapat dilakukan sebagai berikut:

1. Mengontrol emisi gas buang.


2. Menghilangkan materi partikulat dari udara pembuangan.
3. Pengolahan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun).

Limbah B3 yang sangat berbahaya apabila dibiarkan saja tentu akan


menimbulkan dampak yang buruk. Oleh karena itulah kita harus bisa mengolahnya
supaya tidak berbahaya. Berikut merupakan pengolahan limbah B3:

1. Metode pengolahan secara fisika, kimia dan biologis.

2. Metode pembuangan limbah B3, yang terdiri atas sumur dalam/sumur injeksi,
kolam penyimpanan, dan landfill.

Teknik pengolahan limbah dapat berupa seperti:


 Teknologi pengolahan limbah dengan Teknik Aerasi/Deaerasi
Penambahan oksigen bertujuan untuk meningkatkan kenyamanan
lingkungan dan kondisi sehingga pemakan bahan organik dapat tumbuh dan berbiak
dengan baik sehingga kelangsungan hidupnya terjamin. Penyediaan udara yang lancar
dapat mencegah terjadinya pengendapan di dalam bak aerasi. Adanya endapan akan
menyebabkan terjadinya penahanan pemberian oksigen ke dalam sel. Dengan
demikian akan menyebabkan timbulnya situasi bakteri anaerobik. Menurut Suyasa
(2015), pada praktiknya terdapat 2 cara untuk menambahkan oksigen ke dalam air
limbah, yaitu:
1. Memasukan udara ke dalam air limbah
Cara ini dilakukan dengan memasukan udara atau oksigen murni ke

12
dalam air limbah melalui benda porous atau nozzle. Apabila nozzle diletakkan
di tengah-tengah, maka akan meningkatkan kecepatan kontaknya gelembung
udara tersebut dengan air limbah, sehingga proses pemberian oksigen akan
berjalan lebih cepat. Oleh karena itu, biasanya nozzle diletakkan pada dasar bak
aerasi. Udara yang dimasukkan adalah udara yang berasal dari luar yang
dipompakan kedalam air limbah oleh pompa tekan.
2. Memaksa Air ke Atas untuk Kontak dengan Oksigen
Mengontakkan air limbah dengan oksigen melalui pemutaran baling-
baling yang diletakkan pada permukaan air limbah. Akibat dari pemutaran ini,
air limbah akan terangkat ke atas sehingga air limbah akan mengadakan kontak
langsung dengan udara sekitarnya. Bakteri diperlukan untuk menguraikan
bahan organik yang ada dalam air limbah. Oleh karena itu, diperlukan jumlah
bakteri yang cukup untuk menguraikan bahan-bahan tersebut. Bakteri itu
sendiri akan berkembang biak apabila jumlah makanan yang terkandung di
dalamnya cukup tersedia, sehingga pertumbuhan bakteri dapat dipertahankan
secara konstan.
 Teknologi pengolahan limbah dengan Teknik Adsorpsi
 Teknologi pengolahan limbah dengan Teknik Presipitasi Kimia
 Teknologi pengolahan limbah dengan Teknik Dissolved Air Flotation (DAF)
Dissolved Air Flotation (DAF) merupakan unit pengolahan yang
membawa partikel tersuspensi ke atas permukaan limbah dengan bantuan udara. Jenis
DAF yang biasa digunakan berasal dari Capital Controls Oxfordshire, United
Kingdom. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja DAF dalam menurunkan
minyak dan lemak, salah satunya dengan adanya pre-treatment berupa koagulasi
(penggumpalan) dan flokulasi. Sampel yang digunakan berasal dari industri minyak
bumi. Pre-treatment dilakukan untuk memudahkan pemisahan minyak dan lemak
karena telah terbentuk flok-flok. Faktor lain yang mempengaruhi efisiensi penurunan
minyak dan lemak adalah tekanan. Semakin tinggi tekanan dan dosis aluminium
sulphate (Al2(SO4)3) yang digunakan dalam DAF maka efisiensi penurunannya akan
semakin tinggi pula (Maharani, 2017).
 Teknologi pengolahan limbah dengan Teknik Filtrasi Membran
 Teknologi pengolahan limbah dengan Teknik Membran Bioreaktor

13
 Teknologi pengolahan limbah dengan Teknik Elektrodialisis
 Teknologi pengolahan limbah dengan Teknik Koagulasi/Flokulasi
 Teknologi pengolahan limbah dengan Teknik Trickling Filter
Saringan atau filter trickling adalah bejana yang tersusun oleh lapisan
materi yang kasar, keras, tajam dan kedap air. Kegunaannya adalah mengolah air
limbah dengan mekanisme aliran air yang jatuh dan mengalir perlahan-lahan melalui
batu untuk kemudian tersaring (Suyasa, 2015).

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Indikator pencemaran air berupa indikator fisik, yaitu suhu, kecerahan
dan kekeruhan, warna, padatan tersuspensi dan padatan terlarut. Parameter
kimia meliputi pH (derajat keasaman), Oksigen terlarut, BOD, COD, nitrit,
nitrat, kandungan logam berat dalam air, fosfat, sulfida dan kandungan garam
dalam air. Pencemar di dalam air akan menurunkan kadar oksigen yang
terlarut di dalam air. Kehidupan air membutuhkan jumlah oksigen yang
cukup. Jika kadar oksigennya menurun sampai pada tingkat tertentu, maka
kehidupan biota perairan akan terganggu. Kematian biota perairan antara lain
ikan-ikan dan tumbuhan air juga disebabkan oleh adanya polutan organik dan
anorganik toksik. Polusi termal dari limbah juga akan mengganggu
kehidupan biota perairan.
Polutan akan meresap ke dalam tanah melalui pori-pori tanah. Pada
proses peresapan ini, tanah akan menjadi jenuh. Hal ini akan menimbulkan
gangguan terhadap air tanah, sebagai salah satu sumber air minum yang
paling banyak digunakan. Dampak terhadap kesehatan tergantung dari
kualitas air, karena air merupakan media bagi penyebaran penyakit. Air
sebagai media hidup bagi makhluk hidup termasuk mikroba, air sebagai
sarang penyebar penyakit dan jumlah air yang berkurang menyebabkan tidak
tercukupinya kebutuhan manusia untuk membersihkan dirinya.
Di Indonesia terdapat beberapa penyakit yang dikategorikan sebagai

14
water born diseases atau penyakit yang dibawa oleh air. Penyakit ini dapat
menyebar apabila mikroba penyebabnya dapat masuk ke dalam sumber air
yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Jenis mikroba yang
penyebarannya melalui air cukup banyak, antara lain bakteri, protozoa dan
virus. Selanjutnya, diungkapkan beberapa penyakit yang termasuk dalam
kategori water born diseases beserta agen pembawanya. Industri
menghasilkan hasil samping berupa limbah dengan jumlah limbah yang
dihasilkan berbanding lurus dengan tingginya kegiatan produksi. Limbah
dapat diolah dengan cara diendapkan terlebih dahulu, namun metode ini
menimbulkan dampak bau yang menyengat. Penumpukan limbah juga
memerlukan wilayah yang luas agar tidak mengganggu sanitasi dan
kesehatan di pemukiman penduduk. Masalah ini disebut sebagai masalah
estetika lingkungan. Limbah minyak dan lemak juga menimbulkan masalah
estetika lingkungan yaitu sekitar tempat pembuangan limbah menjadi licin.
Pada tempat pembuangan dan pengolahan limbah, masalah bau umumnya
timbul dari beberapa kegiatan antara lain dari tempat pembuangan limbah dan
pembusukan limbah pada media tanah, air yang menghasilkan gas-gas yang
berbau busuk. Pengolahan limbah adalah untuk mengurangi beban pencemar,
partikel tercampur serta membunuh organisme patogen.
Diperlukan juga tambahan pengolahan untuk menghilangkan bahan
nutrisi, komponen beracun, serta bahan yang tidak dapat didegradasikan agar
kosentrasi yang ada menjadi rendah. Untuk itu diperlukan pengolahan yang
bertahap. Pengolahan limbah dapat dilakukan secara fisik, kimia maupun
secara biologis. Pemilihan cara pengolahan limbah sangat tergantung sifat
dan toksisitas limbah, pertimbangan efektivtas hasil dan aspek ekonomis.

15
DAFTAR PUSTAKA

Gunawan, L. 2006. Peluang Penerapan Produksi Bersih Pada Sistem Pengolahan Air
Limbah Domestik Waste Water Treatment Plant: Studi Kasus Di PT Badak
NGL Bontang. Universitas Dipenogoro. Semarang.

Maharani, V.S. 2017. Studi Literatur: Pengolahan Minyak dan Lemak Limbah Industri.
Institut Teknologi Sepuluh November.

Panggabean, S.M. 2000. Minimisasi Limbah Pada Pusat Pengembangan Pengelolaan


Limbah Radioaktif. Jurnal Buldin LIMBAH. Vol.5(1).

Sumiyati, S. dan Milda, R.I. 2008. Penerapan 3R Pada Limbah B3 Secara Off-site PT
PLIB. Jurnal PRESIPITASI. Vol.4(1). ISSN: 1907-1870.

Suyasa, W.B. 2015. Pencemaran Air & Pengolahan Air Limbah. Udayana University
Press.

16

Anda mungkin juga menyukai