Anda di halaman 1dari 17

Makalah Teknologi Buangan Industri

Teknologi Minimasi Buangan (Limbah) Industri

Disusun Oleh:

KELOMPOK 1

Aulia Rahmadsyah NIM. 1704103010026

Hengki Laira Pasha NIM. 1704103010025

Riska Khairunnisa NIM. 1704103010008

JURUSAN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa
karena atas berkat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah mata
kuliah Teknologi Buangan Industri yang berjudul “Teknologi Minimasi Buangan
(Limbah) Industri”

Makalah ini disusun untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat yang


diperlukan untuk lulus mata kuliah Teknologi Buangan Industri pada kurikulum di
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala.
Penulisan makalah ini dapat diselesaikan tidak lepas dari dukungan, bimbingan,
dan bantuan dari banyak pihak yang sangat berarti . Oleh karena itu, pada kesempatan
ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Nasrul AR, S.T., M.T. selaku dosen pembimbing mata kuliah
Teknologi Buangan Industri.
2. Teman – teman Teknik Kimia yang telah banyak membantu dalam penyusunan
makalah ini.
3. Keluarga yang telah memberi bantuan dan dukungan baik materi maupun moral.

Laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun untuk menyempurnakan makalah ini agar lebih baik
dimasa yang akan datang.

Banda Aceh, 20 Februari 2020

Penulis

1
ABSTRAK

Indonesia menduduki peringkat kedua sebagai negara penghasil limbah sampah plastik
terbesar di dunia setelah Cina. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
menyebutkan jumlah peningkatan timbunan sampah di Indonesia telah mencapai 175.000
ton/hari atau setara 64 juta ton/tahun. Pengelolaan sampah sangat perlu dilakukan untuk
meminimalisir dampak buruknya. Masalah utama yang dihadapi permukiman adalah
pencemaran lingkungan oleh air limbah. Masalah tersebut dikarenakan tingkat pelayanan
air limbah yang sangat rendah. Air limbah rumah tangga merupakan sumber utama
pencemar lingkungan. Sedangkan pencemaran limbah industri diperkirakan memberi
kontribusi rata-rata 25-50%. Sampai saat sekarang tingkat pelayanan air limbah tidak
sebanding dengan pertumbuhan penduduk, sehingga masih banyak air limbah yang
dibuang ke sungai dengan proses yang kurang sempurna. Suatu strategi dan langkah
dalam pengelolaan air limbah yang efektif dan efisiensi telah diterapkan. Banyaknya
kasus pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh limbah industri dewasa ini telah
mendorong terjadinya pergeseran paradigma di dalam penanganan limbah industri
tersebut. Pergeseran paradigma yang dimaksud adalah perubahan dari end of pipe
treatment menjadi pollution prevention principle. Hal ini berarti penanganan limbah
dilakukan bukan setelah limbah tersebut terbentuk, tetapi pengelolaannya diupayakan
sedemikian rupa mulai dari bahan baku sampai akhir pemakaian produk agar dihasilkan
limbah seminimal mungkin. Upaya ini lebih bersifat proaktif dengan melibatkan berbagai
disiplin ilmu. Pola pendekatan produksi bersih dalam melakukan pencegahan dan
pengurangan limbah yaitu dengan strategi 1E4R (Elimination, Reduce, Reuse, Recycle,
Recovery/Reclaim). Prinsip-prinsip pokok dalam strategi produksi bersih dalam
Kebijankan Nasional Produksi Bersih (KLH) dituangkan dalam 5R (Re-think, Re-use,
Reduction, Recovery and Recycle).

Keyword: Pengelolaan air limbah, pencemaran, minimasi limbah, 1E4R, 5R, sarana dan
teknologi pengolahan limbah.

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu masalah utama yang dihadapi oleh permukiman penduduk terutama
di daerah perkotaan adalah masalah pencemaran lingkungan yang ditimbulkan oleh
pembuangan air limbah yang tidak tertangani dengan baik. Oleh karena itu upaya
menumbuhkan kesadaran terhadap pembangunan yang berwawasan lingkungan
dilakukan secara terus-menerus dan berkesinambungan. Karena pengelolaan
lingkungan hidup bukan semata-mata tanggung jawab pemerintah, tetapi juga
menjadi tanggung jawab semua pihak, termasuk pihak swasta khususnya yang banyak
menginvestasikan modalnya dalam industri yang banyak memproduksi limbah B3
(Bahan Berbahaya dan Beracun). Disamping itu seluruh lapisan masyarakat juga
harus dapat berperan serta mencegah dan menanggulangi proses serta akibat
pencemaran lingkungan tersebut. Dalam hubungan pencemaran lingkungan,
peningkatan intensitas penggunaan ruang kota yang tidak mengindahkan lingkungan
akan menimbulkan penurunan daya dukung fisik kota. Hal ini disebabkan oleh
timbulnya berbagai bentuk pencemaran lingkungan khususnya limbah industri dan
rumah tangga. Pengertian air limbah adalah air yang telah digunakan manusia dalam
berbagai aktivitasnya. Air limbah tersebut dapat berasal dari aktivitas rumah tangga,
perkantoran, pertokoan, fasilitas umum, industri maupun dari tempat-tempat lain. Air
limbah juga diartikan sebagai air bekas yang tidak terpakai yang dihasilkan dari
berbagai aktivitas manusia dalam memanfaatkan air bersih. Dengan demikian air
bekas (air limbah) tersebut sebagai pencemaran lingkungan harus ditangani. Pada saat
ini yang menimbulkan masalah tersebut adalah “tingkat pelayanan yang rendah”. Dan
tidak dapat memenuhi kebutuhan akibat laju pertumbuhan penduduk.

Industri di Indonesia telah mengalami perkembangan yang cukup pesat, bahkan


beberapa daerah di Indonesia telah menjadi pusat kegiatan industri yang cukup besar.
Tetapi kegiatan industri dewasa ini juga memberikan dampak buruk bagi lingkungan
yang pada akhirnya akan berdampak buruk bagi manusia. Hal ini disebabkan
timbulnya limbah yang merupakan hasil samping dari proses produksi yang

3
berpotensi menimbulkan pencemaran di lingkungan. Salah satu limbah yang memiliki
tingkat kebahayaan yang tinggi adalah limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
(B3).Tuntutan dari hukum dan peraturan yang berlaku serta mulai timbulnya
kesadaran masyarakat, akan pentingnya lingkungan mendorong berbagai perusahaan
industri untuk menerapkan teknologi bersih atau produksi bersih yang bertujuan untuk
meminimasi limbah hasil industri. Limbah B3 secara umum pengelolaannya
diterapkan recycle, reuse, dan recovery. Dimana keseluruhan pengelolaan limbah B3
didasarkan pada peraturan pemerintah yaitu PP No. 18 Tahun 1999 tentang
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun yang kemudian dilakukan
perubahan pada PP No. 85 Tahun 1999.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja proses/tahapan dalam pemanfaatan limbah?
2. Teknologi apa saja yang dapat digunakan untuk pengolahan limbah?
3. Bagaimana teknik untuk minimasi buangan (limbah) industri?
1.3 Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui proses dalam pemanfaatan dan pengolahan limbah
2. Untuk mengetahui teknologi yang dapat digunakan untuk pengolahan
limbah.
3. Untuk mengetahui teknik minimasi buangan (limbah) industri.

4
BAB II

ISI

2.1 Pengolahan Limbah Industri


Pencemaran limbah oleh industri diperkirakan kontribusi pencemaran organik
limbah industri pada badan air secara rata-rata adalah 25-50%. Program upaya untuk
menurunkan pencemaran oleh buangan limbah industri belum dapat mencapai tujuan
karena adanya kelemahan pada kemampuan pemerintah untuk memantau buangan
limbah industri, dan menerapkan baku mutu air limbah. Selain juga adanya kelemahan
kemampuan indsutri untuk merancang dan mengoperasikan sistem pengolahan limbah.
Keberadaan industri kecil dengan jumlah yang banyak dan bercampur dengan
perumahan juga menjadi tambahan dalam hal pemantauan dan penerapan baku mutu
limbah industri jenis ini tidak mempunyai kemampuan teknis maupun pendanaan untuk
membangun instalasi pengolahan air limbah. Oleh karena itu strategi pengelolaan air
limbah merupakan strategi yang dimulai dimana limbah dihasilkan sampai tempat air
limbah itu dibuang. Strategi semacam ini dapat dibagi kedalam langkah dan tindakan
secara sinergi sebagai berikut:

1. Minimasi air limbah, program ini berupaya mengurangi air limbah baik dari
industri maupun yang dihasilkan dari rumah tangga.

2. Penigkatan pelayanan, program ini lebih ditujukan untuk meningkatkan


pelayanan dan pengelolaan air limbah oleh masing-masing industri.

3. Pengelolaan dan pembuangan, limbah yang dihasilkan masih perlu diolah dan
dibuang dengan cara yang ramah lingkungan.

Menurut Supriyatno (2000), langkah dan tindakan yang harus dilakukan dalam
pengelolaan air limbah industri yang berwawasan lingkungan diarahkan sebagai
berikut :

1. Semua limbah harus sudah diolah sampai ketingkat yang memenuhi baku mutu
limbah, baku mutu lingkungan, baik air, tanah dan udara.

2. Menyusun baku mutu limbah untuk jenis industri dan kegiatan yang belum
mempunyai baku mutu.

5
3. Mengembangkan dan melaksanakan izin jenis pembuangan (disharge permit)
yang berdasarkan atas baku mutu limbah dengan menyertakan sistem hukuman
dan insentif untuk mendorong minimasi air limbah.

4. Memasukkan tujuan perlindungan kualitas lingkungan setempat dan prinsip-


prinsip daya dukung lingkungan dalam pengembangan izin pembuangan.

5. Melengkapi usaha penataan pengendalian pencemaran yang dilakukan oleh


pemerintah yang mengandalkan kekuatan dari media dan environmental
compliance rating.

6. Memberikan bantuan teknis dan manajemen kepada kegiatan pengendalian


produksi dan pengolahan limbah.

7. Mendorong manufaktur untuk memproduksi peralatan pengendalian


pencemaran berteknologi tinggi dan berlisensi dari manufaktur utama.

2.2 Minimasi Limbah Industri

Minimasi limbah merupakan suatu gambaran mengenai pengurangan limbah


yang akan dibuang ke tempat pembuangan akhir, dan termasuk pula pengurangan bahan
baku serta daur ulang limbah (UNEP & ISWA, 2002). Minimasi limbah juga dapat
diartikan sebagai suatu kegiatan pencegahan dan pengurangan pada bahan untuk
meningkatkan kualitas dari limbah akhir yang dihasilkan dari berbagai proses yang
berlangsung sampai dengan tempat pembuangan akhir (OECD, 2000).

Terdapat beberapa cara dalam meminimasi limbah seperti berikut:

1. Mengklasifikasikan limbah berdasarkan kelompok sehingga dapat diolah


dengan cara yang sama.

2. Pemisahan limbah, dimana limbah yang tidak berbahaya dapat dibuang


dengan cara yang aman.

3. Penyimpanan yang aman.

4. Pengolahan untuk mengurangi sifat pathogen yang terkandung dalam limbah.

Peluang mengurangi bahan baku yang akan menimbulkan limbah: meningkatkan


operasional seperti goodhousekeeping, penanganan bahan, perawatan sarana dan
prasarana, merubah formulasi produk yang tidak menimbulkan limbah yang tidak
6
berbahaya, penggunaan bahan baku yang aman, penggunaan teknologi proses dan
fasilitas yang aman, pengawasan-pengontrolan perhitungan limbah, daur ulang limbah
(UNEP & ISWA, 2002).

Faktor-faktor yang mempengaruhi minimasi limbah industri yaitu seperti:

1. Peraturan dan kebijakan pemerintah.

2. Kelayakan teknologi yang dimiliki.

3. Kelangsungan hidup.

4. Dukungan serta tanggung jawab dari manajemen.

Hal-hal yang mendorong untuk dilakukan minimasi limbah karena meminimasi


limbah dapat:

1. Mengurangi biaya yang dikeluarkan untuk bahan baku, energi, air, proses
penyimpanan dan penanganan, pembuangan limbah, kesehatan dan
keamanan.

2. Mendorong setiap orang untuk menjalankan peraturan dengan tanggung


jawab dan sukarela.

3. Meningkatkan efisiensi.

4. Meningkatkan bentuk kerjasama antar pihak yang terkait.

Aplikasi meminimasi limbah dapat dimulai dari perbaikan sistem pengontrolan


persediaan, contohnya seperti: menghindari kelebihan pembelian, pemeriksaan produk
sebelum penerimaan, pemeriksaan persediaan secara berkala, pemberian identitas
produk/label, pemberian identitas masa pakai produk (expired date), dan penggunaan
teknologi informasi untuk pengontrolan persediaan (UNEP & ISWA, 2002).

2.3 Proses Pengolahan Limbah Industri

Minimisasi limbah merupakan suatu upaya untuk mengurangi volume,


konsentrasi, toksisitas, dan tingkat bahaya limbah yang berasal dari proses produksi,
dengan cara reduksi pada sumbernya atau pemanfaatan limbah berupa 4R: penggunaan
kembali (reuse), mengurangi (reduce), daur ulang (recycle), dan perolehan kembali
(recovery) (Lee, 1992).

7
Pola pendekatan produksi bersih dalam melakukan pencegahan dan pengurangan
limbah yaitu dengan strategi 1E4R (Elimination, Reduce, Reuse, Recycle,
Recovery/Reclaim) (UNEP, 1999). Prinsip-prinsip pokok dalam strategi produksi bersih
dalam Kebijakan Nasional Produksi Bersih (KLH) dituangkan dalam 5R (Re-think, Re-
use, Reduction, Recovery and Recycle).

1. Elimination (pencegahan) adalah upaya untuk mencegah timbulan limbah


langsung dari sumbernya, mulai dari bahan baku, proses produksi sampai menjadi
produk.

2. Re-think (berpikir ulang), adalah suatu konsep pemikiran yang harus dimiliki
pada saat awal kegiatan akan beroperasi, dengan implikasi:

o Perubahan dalam pola produksi dan konsumsi berlaku baik pada proses
maupun produk yang dihasilkan, sehingga harus dipahami analisis daur hidup
(life cycle) produk.

o Upaya produksi bersih tidak dapat berhasil dilaksanakan tanpa adanya


perubahan dalam pola pikir, sikap dan tingkah laku dari semua pihak terkait
pemerintah dan masyarakat.

3. Reduce (pengurangan) adalah upaya untuk menurunkan atau mengurangi


timbulan limbah pada sumbernya.

4. Reuse (pakai ulang/penggunaan kembali) adalah upaya yang memungkinkan


suatu limbah dapat digunakan kembali tanpa perlakuan fisika, kimia atau biologi.

5. Recycle (daur ulang) adalah upaya mendaur ulang limbah untuk memanfaatkan
limbah dengan memrosesnya kembali ke proses semula melalui perlakuakn fisika,
kimia dan biologi.

6. Recovery/ Reclaim (pungut ulang, ambil ulang) adalah upaya mengambil


bahan-bahan yang masih mempunyai nilai ekonomi tinggi dari suatu limbah,
kemudian dikembalikan ke dalam proses produksi dengan atau tanpa perlakuakn
fisika, kimia dan biologi.

Tingkatan terakhir dalam pengelolaan lingkungan adalah pengolahan dan


pembuangan limbah apabila upaya produksi bersih sudah tidak dapat dilakukan
dengan langkah-langkah sebagai berikut:

8
1. Treatment (pengolahan) dilakukan apabila seluruh tingkatan produksi bersih
telah dikerjakan, sehingga limbah yang masih ditimbulkan perlu untuk dilakukan
pengolahan agar buangan memenuhi baku mutu lingkungan.

2. Disposal (pembuangan) bagi limbah yang telah diolah. Beberapa limbah yang
termasuk dalam ketegori berbahaya dan beracun (B3) perlu dilakukan penanganan
khusus.

Tingkatan pengelolaan limbah dapat dilakukan berdasarkan konsep produksi


bersih dan pengolahan limbah sampai dengan pembuangan. Penekanan dilakukan
pada pencegahan atau minimisasi timbulan limbah, dan pengolahan maupun
penimbunan merupakan upaya terakhir yang dilakukan bila upaya dengan pendekatan
produksi bersih tidak mungkin untuk diterapkan (Gunawan, 2006).

Gambar 2.1 Hirarki Pengelolaan Limbah di Indonesia (Panggabean, 2000)

9
Gambar 2.2 Teknik Minimisasi Limbah (Panggabean, 2000)

2.4 Teknik Pengolahan Limbah Industri

Mempunyai suatu rencana pengolahan limbah, merupakan suatu syarat yang harus
dipunyai oleh setiap pelaku industri. Setiap keuntungan yang didapatkan dari proses
industri haruslah dibarengi dengan pengolahan limbah supaya tidak merugikan bagi
lingkungan maupun bagi makhluk hidup yang lainnya. Adapun pengolahan limbah ini
ada banyak sekali macamnya sesuai dengan masing- masing jenis limbah. Agar lebih
jelas, kita akan membahasnya sebagai berikut mengenai pengolahan limbah industri:

1. Pengolahan limbah padat

Proses industrialisasi memang banyak sekali menimbulkan limbah, salah satu


jenis limbah yang dapat dihasilkan dari proses industri adalah limbah yang berbentuk
padat. Untuk mengatasi limbah padat cara yang dapat dilakukan antara lain sebagai
berikut:

10
 Penimbunan terbuka

Solusi atau pengolahan pertama yang bisa dilakukan pada limbah padat adalah
penimbunan terbuka. Limbah padat dibagi menjadi organik dan non-organik. Limbah
padat organik akan lebih baik ditimbun, karena akan diuraikan oleh organisme-
organisme pengurai sehingga akan membuat tanah menjadi lebih subur.

 Sanitary landfill

Sanitary landfill ini menggunakan lubang yang sudah dilapisi tanah liat dan juga
plastik untuk mencegah pembesaran di tanah dan gas metana (CH4) yang terbentuk dapat
digunakan untuk menghasilkan listrik.

 Membuat kompos padat

Seperti halnya penimbunan, limbah padat yang bersifat organik akan lebih
bermanfaat apabila dibuat menjadi kompos. Kompos ini bisa dijadikan sebagai usaha
masyarakat yang sangat bermanfaat bagi banyak orang.

 Daur ulang

Limbah padat yang bersifat non-organik bisa dipilah-pilah kembali. Limbah padat
yang masih bisa diproses kembali bisa di daur ulang (recycle) menjadi barang yang baru
atau dibuat barang lain yang bermanfaat atau bernilai jual tinggi. sebagai contoh adalah
kerajinan dari barang- barang bekas.

2. Pengolahan limbah cair

Selain limbah padat, industri juga akan menghasilkan limbah cair. Limbah cair
penanganannya berbeda dengan limbah padat, tentu saja hal ini karena fasanya yang
berbeda. Untuk limbah cair, pengolahan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:

 Pengolahan primer dengan proses penyaringan, pengolahan awal, pengendapan dan


pengapungan. Pengolahan ini efektif untuk polutan minyak dan juga lemak.
 Pengolahan sekunder, menggunakan mikroorganisme untuk menguraikan bahan.
 Pengolahan tersier yang bersifat khusus.
 Desinfeksi.

11
 Slude treatment atau pengolahan lumpur.

3. Pengolahan limbah gas

Pengolahan limbah gas pada bidang industri dapat dilakukan sebagai berikut:

1. Mengontrol emisi gas buang.


2. Menghilangkan materi partikulat dari udara pembuangan.
3. Pengolahan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun).

Limbah B3 yang sangat berbahaya apabila dibiarkan saja tentu akan menimbulkan
dampak yang buruk. Oleh karena itulah kita harus bisa mengolahnya supaya tidak
berbahaya. Berikut merupakan pengolahan limbah B3:

1. Metode pengolahan secara fisika, kimia dan biologis.


2. Metode pembuangan limbah B3, yang terdiri atas sumur dalam/sumur injeksi, kolam
penyimpanan, dan landfill.

Teknik pengolahan limbah dapat berupa seperti:


 Teknologi pengolahan limbah dengan Teknik Aerasi/Deaerasi
Penambahan oksigen bertujuan untuk meningkatkan kenyamanan
lingkungan dan kondisi sehingga pemakan bahan organik dapat tumbuh dan berbiak
dengan baik sehingga kelangsungan hidupnya terjamin. Penyediaan udara yang lancar
dapat mencegah terjadinya pengendapan di dalam bak aerasi. Adanya endapan akan
menyebabkan terjadinya penahanan pemberian oksigen ke dalam sel. Dengan demikian
akan menyebabkan timbulnya situasi bakteri anaerobik. Menurut Suyasa (2015), pada
praktiknya terdapat 2 cara untuk menambahkan oksigen ke dalam air limbah, yaitu:
1. Memasukan udara ke dalam air limbah
Cara ini dilakukan dengan memasukan udara atau oksigen murni ke
dalam air limbah melalui benda porous atau nozzle. Apabila nozzle diletakkan di
tengah-tengah, maka akan meningkatkan kecepatan kontaknya gelembung udara
tersebut dengan air limbah, sehingga proses pemberian oksigen akan berjalan
lebih cepat. Oleh karena itu, biasanya nozzle diletakkan pada dasar bak aerasi.
Udara yang dimasukkan adalah udara yang berasal dari luar yang dipompakan
kedalam air limbah oleh pompa tekan.

12
2. Memaksa Air ke Atas untuk Kontak dengan Oksigen
Mengontakkan air limbah dengan oksigen melalui pemutaran baling-
baling yang diletakkan pada permukaan air limbah. Akibat dari pemutaran ini,
air limbah akan terangkat ke atas sehingga air limbah akan mengadakan kontak
langsung dengan udara sekitarnya. Bakteri diperlukan untuk menguraikan bahan
organik yang ada dalam air limbah. Oleh karena itu, diperlukan jumlah bakteri
yang cukup untuk menguraikan bahan-bahan tersebut. Bakteri itu sendiri akan
berkembang biak apabila jumlah makanan yang terkandung di dalamnya cukup
tersedia, sehingga pertumbuhan bakteri dapat dipertahankan secara konstan.
 Teknologi pengolahan limbah dengan Teknik Adsorpsi
 Teknologi pengolahan limbah dengan Teknik Presipitasi Kimia
 Teknologi pengolahan limbah dengan Teknik Dissolved Air Flotation (DAF)
Dissolved Air Flotation (DAF) merupakan unit pengolahan yang
membawa partikel tersuspensi ke atas permukaan limbah dengan bantuan udara. Jenis
DAF yang biasa digunakan berasal dari Capital Controls Oxfordshire, United Kingdom.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja DAF dalam menurunkan minyak dan
lemak, salah satunya dengan adanya pre-treatment berupa koagulasi (penggumpalan)
dan flokulasi. Sampel yang digunakan berasal dari industri minyak bumi. Pre-treatment
dilakukan untuk memudahkan pemisahan minyak dan lemak karena telah terbentuk
flok-flok. Faktor lain yang mempengaruhi efisiensi penurunan minyak dan lemak adalah
tekanan. Semakin tinggi tekanan dan dosis aluminium sulphate (Al2(SO4)3) yang
digunakan dalam DAF maka efisiensi penurunannya akan semakin tinggi pula
(Maharani, 2017).
 Teknologi pengolahan limbah dengan Teknik Filtrasi Membran
 Teknologi pengolahan limbah dengan Teknik Membran Bioreaktor
 Teknologi pengolahan limbah dengan Teknik Elektrodialisis
 Teknologi pengolahan limbah dengan Teknik Koagulasi/Flokulasi
 Teknologi pengolahan limbah dengan Teknik Trickling Filter
Saringan atau filter trickling adalah bejana yang tersusun oleh lapisan
materi yang kasar, keras, tajam dan kedap air. Kegunaannya adalah mengolah air limbah
dengan mekanisme aliran air yang jatuh dan mengalir perlahan-lahan melalui batu untuk
kemudian tersaring (Suyasa, 2015).

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Indikator pencemaran air berupa indikator fisik, yaitu suhu, kecerahan dan
kekeruhan, warna, padatan tersuspensi dan padatan terlarut. Parameter kimia
meliputi pH (derajat keasaman), Oksigen terlarut, BOD, COD, nitrit, nitrat,
kandungan logam berat dalam air, fosfat, sulfida dan kandungan garam dalam
air. Pencemar di dalam air akan menurunkan kadar oksigen yang terlarut di
dalam air. Kehidupan air membutuhkan jumlah oksigen yang cukup. Jika kadar
oksigennya menurun sampai pada tingkat tertentu, maka kehidupan biota
perairan akan terganggu. Kematian biota perairan antara lain ikan-ikan dan
tumbuhan air juga disebabkan oleh adanya polutan organik dan anorganik
toksik. Polusi termal dari limbah juga akan mengganggu kehidupan biota
perairan.
Polutan akan meresap ke dalam tanah melalui pori-pori tanah. Pada proses
peresapan ini, tanah akan menjadi jenuh. Hal ini akan menimbulkan gangguan
terhadap air tanah, sebagai salah satu sumber air minum yang paling banyak
digunakan. Dampak terhadap kesehatan tergantung dari kualitas air, karena air
merupakan media bagi penyebaran penyakit. Air sebagai media hidup bagi
makhluk hidup termasuk mikroba, air sebagai sarang penyebar penyakit dan
jumlah air yang berkurang menyebabkan tidak tercukupinya kebutuhan
manusia untuk membersihkan dirinya.
Di Indonesia terdapat beberapa penyakit yang dikategorikan sebagai water
born diseases atau penyakit yang dibawa oleh air. Penyakit ini dapat menyebar
apabila mikroba penyebabnya dapat masuk ke dalam sumber air yang
digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Jenis mikroba yang penyebarannya
melalui air cukup banyak, antara lain bakteri, protozoa dan virus. Selanjutnya,
diungkapkan beberapa penyakit yang termasuk dalam kategori water born
diseases beserta agen pembawanya. Industri menghasilkan hasil samping
berupa limbah dengan jumlah limbah yang dihasilkan berbanding lurus dengan
tingginya kegiatan produksi. Limbah dapat diolah dengan cara diendapkan

14
terlebih dahulu, namun metode ini menimbulkan dampak bau yang menyengat.
Penumpukan limbah juga memerlukan wilayah yang luas agar tidak
mengganggu sanitasi dan kesehatan di pemukiman penduduk. Masalah ini
disebut sebagai masalah estetika lingkungan. Limbah minyak dan lemak juga
menimbulkan masalah estetika lingkungan yaitu sekitar tempat pembuangan
limbah menjadi licin. Pada tempat pembuangan dan pengolahan limbah,
masalah bau umumnya timbul dari beberapa kegiatan antara lain dari tempat
pembuangan limbah dan pembusukan limbah pada media tanah, air yang
menghasilkan gas-gas yang berbau busuk. Pengolahan limbah adalah untuk
mengurangi beban pencemar, partikel tercampur serta membunuh organisme
patogen.
Diperlukan juga tambahan pengolahan untuk menghilangkan bahan
nutrisi, komponen beracun, serta bahan yang tidak dapat didegradasikan agar
kosentrasi yang ada menjadi rendah. Untuk itu diperlukan pengolahan yang
bertahap. Pengolahan limbah dapat dilakukan secara fisik, kimia maupun
secara biologis. Pemilihan cara pengolahan limbah sangat tergantung sifat dan
toksisitas limbah, pertimbangan efektivtas hasil dan aspek ekonomis.

15
DAFTAR PUSTAKA

Gunawan, L. 2006. Peluang Penerapan Produksi Bersih Pada Sistem Pengolahan Air
Limbah Domestik Waste Water Treatment Plant: Studi Kasus Di PT Badak NGL
Bontang. Universitas Dipenogoro. Semarang.

Maharani, V.S. 2017. Studi Literatur: Pengolahan Minyak dan Lemak Limbah Industri.
Institut Teknologi Sepuluh November.

Panggabean, S.M. 2000. Minimisasi Limbah Pada Pusat Pengembangan Pengelolaan


Limbah Radioaktif. Jurnal Buldin LIMBAH. Vol.5(1).

Sumiyati, S. dan Milda, R.I. 2008. Penerapan 3R Pada Limbah B3 Secara Off-site PT
PLIB. Jurnal PRESIPITASI. Vol.4(1). ISSN: 1907-1870.

Suyasa, W.B. 2015. Pencemaran Air & Pengolahan Air Limbah. Udayana University
Press.

16

Anda mungkin juga menyukai