Disusun Oleh:
KELOMPOK 1
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa
karena atas berkat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah mata
kuliah Teknologi Buangan Industri yang berjudul “Teknologi Minimasi Buangan
(Limbah) Industri”
Laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun untuk menyempurnakan makalah ini agar lebih baik
dimasa yang akan datang.
Penulis
1
ABSTRAK
Indonesia menduduki peringkat kedua sebagai negara penghasil limbah sampah plastik
terbesar di dunia setelah Cina. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
menyebutkan jumlah peningkatan timbunan sampah di Indonesia telah mencapai 175.000
ton/hari atau setara 64 juta ton/tahun. Pengelolaan sampah sangat perlu dilakukan untuk
meminimalisir dampak buruknya. Masalah utama yang dihadapi permukiman adalah
pencemaran lingkungan oleh air limbah. Masalah tersebut dikarenakan tingkat pelayanan
air limbah yang sangat rendah. Air limbah rumah tangga merupakan sumber utama
pencemar lingkungan. Sedangkan pencemaran limbah industri diperkirakan memberi
kontribusi rata-rata 25-50%. Sampai saat sekarang tingkat pelayanan air limbah tidak
sebanding dengan pertumbuhan penduduk, sehingga masih banyak air limbah yang
dibuang ke sungai dengan proses yang kurang sempurna. Suatu strategi dan langkah
dalam pengelolaan air limbah yang efektif dan efisiensi telah diterapkan. Banyaknya
kasus pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh limbah industri dewasa ini telah
mendorong terjadinya pergeseran paradigma di dalam penanganan limbah industri
tersebut. Pergeseran paradigma yang dimaksud adalah perubahan dari end of pipe
treatment menjadi pollution prevention principle. Hal ini berarti penanganan limbah
dilakukan bukan setelah limbah tersebut terbentuk, tetapi pengelolaannya diupayakan
sedemikian rupa mulai dari bahan baku sampai akhir pemakaian produk agar dihasilkan
limbah seminimal mungkin. Upaya ini lebih bersifat proaktif dengan melibatkan berbagai
disiplin ilmu. Pola pendekatan produksi bersih dalam melakukan pencegahan dan
pengurangan limbah yaitu dengan strategi 1E4R (Elimination, Reduce, Reuse, Recycle,
Recovery/Reclaim). Prinsip-prinsip pokok dalam strategi produksi bersih dalam
Kebijankan Nasional Produksi Bersih (KLH) dituangkan dalam 5R (Re-think, Re-use,
Reduction, Recovery and Recycle).
Keyword: Pengelolaan air limbah, pencemaran, minimasi limbah, 1E4R, 5R, sarana dan
teknologi pengolahan limbah.
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
berpotensi menimbulkan pencemaran di lingkungan. Salah satu limbah yang memiliki
tingkat kebahayaan yang tinggi adalah limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
(B3).Tuntutan dari hukum dan peraturan yang berlaku serta mulai timbulnya
kesadaran masyarakat, akan pentingnya lingkungan mendorong berbagai perusahaan
industri untuk menerapkan teknologi bersih atau produksi bersih yang bertujuan untuk
meminimasi limbah hasil industri. Limbah B3 secara umum pengelolaannya
diterapkan recycle, reuse, dan recovery. Dimana keseluruhan pengelolaan limbah B3
didasarkan pada peraturan pemerintah yaitu PP No. 18 Tahun 1999 tentang
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun yang kemudian dilakukan
perubahan pada PP No. 85 Tahun 1999.
4
BAB II
ISI
1. Minimasi air limbah, program ini berupaya mengurangi air limbah baik dari
industri maupun yang dihasilkan dari rumah tangga.
3. Pengelolaan dan pembuangan, limbah yang dihasilkan masih perlu diolah dan
dibuang dengan cara yang ramah lingkungan.
Menurut Supriyatno (2000), langkah dan tindakan yang harus dilakukan dalam
pengelolaan air limbah industri yang berwawasan lingkungan diarahkan sebagai
berikut :
1. Semua limbah harus sudah diolah sampai ketingkat yang memenuhi baku mutu
limbah, baku mutu lingkungan, baik air, tanah dan udara.
2. Menyusun baku mutu limbah untuk jenis industri dan kegiatan yang belum
mempunyai baku mutu.
5
3. Mengembangkan dan melaksanakan izin jenis pembuangan (disharge permit)
yang berdasarkan atas baku mutu limbah dengan menyertakan sistem hukuman
dan insentif untuk mendorong minimasi air limbah.
3. Kelangsungan hidup.
1. Mengurangi biaya yang dikeluarkan untuk bahan baku, energi, air, proses
penyimpanan dan penanganan, pembuangan limbah, kesehatan dan
keamanan.
3. Meningkatkan efisiensi.
7
Pola pendekatan produksi bersih dalam melakukan pencegahan dan pengurangan
limbah yaitu dengan strategi 1E4R (Elimination, Reduce, Reuse, Recycle,
Recovery/Reclaim) (UNEP, 1999). Prinsip-prinsip pokok dalam strategi produksi bersih
dalam Kebijakan Nasional Produksi Bersih (KLH) dituangkan dalam 5R (Re-think, Re-
use, Reduction, Recovery and Recycle).
2. Re-think (berpikir ulang), adalah suatu konsep pemikiran yang harus dimiliki
pada saat awal kegiatan akan beroperasi, dengan implikasi:
o Perubahan dalam pola produksi dan konsumsi berlaku baik pada proses
maupun produk yang dihasilkan, sehingga harus dipahami analisis daur hidup
(life cycle) produk.
5. Recycle (daur ulang) adalah upaya mendaur ulang limbah untuk memanfaatkan
limbah dengan memrosesnya kembali ke proses semula melalui perlakuakn fisika,
kimia dan biologi.
8
1. Treatment (pengolahan) dilakukan apabila seluruh tingkatan produksi bersih
telah dikerjakan, sehingga limbah yang masih ditimbulkan perlu untuk dilakukan
pengolahan agar buangan memenuhi baku mutu lingkungan.
2. Disposal (pembuangan) bagi limbah yang telah diolah. Beberapa limbah yang
termasuk dalam ketegori berbahaya dan beracun (B3) perlu dilakukan penanganan
khusus.
9
Gambar 2.2 Teknik Minimisasi Limbah (Panggabean, 2000)
Mempunyai suatu rencana pengolahan limbah, merupakan suatu syarat yang harus
dipunyai oleh setiap pelaku industri. Setiap keuntungan yang didapatkan dari proses
industri haruslah dibarengi dengan pengolahan limbah supaya tidak merugikan bagi
lingkungan maupun bagi makhluk hidup yang lainnya. Adapun pengolahan limbah ini
ada banyak sekali macamnya sesuai dengan masing- masing jenis limbah. Agar lebih
jelas, kita akan membahasnya sebagai berikut mengenai pengolahan limbah industri:
10
Penimbunan terbuka
Solusi atau pengolahan pertama yang bisa dilakukan pada limbah padat adalah
penimbunan terbuka. Limbah padat dibagi menjadi organik dan non-organik. Limbah
padat organik akan lebih baik ditimbun, karena akan diuraikan oleh organisme-
organisme pengurai sehingga akan membuat tanah menjadi lebih subur.
Sanitary landfill
Sanitary landfill ini menggunakan lubang yang sudah dilapisi tanah liat dan juga
plastik untuk mencegah pembesaran di tanah dan gas metana (CH4) yang terbentuk dapat
digunakan untuk menghasilkan listrik.
Seperti halnya penimbunan, limbah padat yang bersifat organik akan lebih
bermanfaat apabila dibuat menjadi kompos. Kompos ini bisa dijadikan sebagai usaha
masyarakat yang sangat bermanfaat bagi banyak orang.
Daur ulang
Limbah padat yang bersifat non-organik bisa dipilah-pilah kembali. Limbah padat
yang masih bisa diproses kembali bisa di daur ulang (recycle) menjadi barang yang baru
atau dibuat barang lain yang bermanfaat atau bernilai jual tinggi. sebagai contoh adalah
kerajinan dari barang- barang bekas.
Selain limbah padat, industri juga akan menghasilkan limbah cair. Limbah cair
penanganannya berbeda dengan limbah padat, tentu saja hal ini karena fasanya yang
berbeda. Untuk limbah cair, pengolahan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
11
Slude treatment atau pengolahan lumpur.
Pengolahan limbah gas pada bidang industri dapat dilakukan sebagai berikut:
Limbah B3 yang sangat berbahaya apabila dibiarkan saja tentu akan menimbulkan
dampak yang buruk. Oleh karena itulah kita harus bisa mengolahnya supaya tidak
berbahaya. Berikut merupakan pengolahan limbah B3:
12
2. Memaksa Air ke Atas untuk Kontak dengan Oksigen
Mengontakkan air limbah dengan oksigen melalui pemutaran baling-
baling yang diletakkan pada permukaan air limbah. Akibat dari pemutaran ini,
air limbah akan terangkat ke atas sehingga air limbah akan mengadakan kontak
langsung dengan udara sekitarnya. Bakteri diperlukan untuk menguraikan bahan
organik yang ada dalam air limbah. Oleh karena itu, diperlukan jumlah bakteri
yang cukup untuk menguraikan bahan-bahan tersebut. Bakteri itu sendiri akan
berkembang biak apabila jumlah makanan yang terkandung di dalamnya cukup
tersedia, sehingga pertumbuhan bakteri dapat dipertahankan secara konstan.
Teknologi pengolahan limbah dengan Teknik Adsorpsi
Teknologi pengolahan limbah dengan Teknik Presipitasi Kimia
Teknologi pengolahan limbah dengan Teknik Dissolved Air Flotation (DAF)
Dissolved Air Flotation (DAF) merupakan unit pengolahan yang
membawa partikel tersuspensi ke atas permukaan limbah dengan bantuan udara. Jenis
DAF yang biasa digunakan berasal dari Capital Controls Oxfordshire, United Kingdom.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja DAF dalam menurunkan minyak dan
lemak, salah satunya dengan adanya pre-treatment berupa koagulasi (penggumpalan)
dan flokulasi. Sampel yang digunakan berasal dari industri minyak bumi. Pre-treatment
dilakukan untuk memudahkan pemisahan minyak dan lemak karena telah terbentuk
flok-flok. Faktor lain yang mempengaruhi efisiensi penurunan minyak dan lemak adalah
tekanan. Semakin tinggi tekanan dan dosis aluminium sulphate (Al2(SO4)3) yang
digunakan dalam DAF maka efisiensi penurunannya akan semakin tinggi pula
(Maharani, 2017).
Teknologi pengolahan limbah dengan Teknik Filtrasi Membran
Teknologi pengolahan limbah dengan Teknik Membran Bioreaktor
Teknologi pengolahan limbah dengan Teknik Elektrodialisis
Teknologi pengolahan limbah dengan Teknik Koagulasi/Flokulasi
Teknologi pengolahan limbah dengan Teknik Trickling Filter
Saringan atau filter trickling adalah bejana yang tersusun oleh lapisan
materi yang kasar, keras, tajam dan kedap air. Kegunaannya adalah mengolah air limbah
dengan mekanisme aliran air yang jatuh dan mengalir perlahan-lahan melalui batu untuk
kemudian tersaring (Suyasa, 2015).
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Indikator pencemaran air berupa indikator fisik, yaitu suhu, kecerahan dan
kekeruhan, warna, padatan tersuspensi dan padatan terlarut. Parameter kimia
meliputi pH (derajat keasaman), Oksigen terlarut, BOD, COD, nitrit, nitrat,
kandungan logam berat dalam air, fosfat, sulfida dan kandungan garam dalam
air. Pencemar di dalam air akan menurunkan kadar oksigen yang terlarut di
dalam air. Kehidupan air membutuhkan jumlah oksigen yang cukup. Jika kadar
oksigennya menurun sampai pada tingkat tertentu, maka kehidupan biota
perairan akan terganggu. Kematian biota perairan antara lain ikan-ikan dan
tumbuhan air juga disebabkan oleh adanya polutan organik dan anorganik
toksik. Polusi termal dari limbah juga akan mengganggu kehidupan biota
perairan.
Polutan akan meresap ke dalam tanah melalui pori-pori tanah. Pada proses
peresapan ini, tanah akan menjadi jenuh. Hal ini akan menimbulkan gangguan
terhadap air tanah, sebagai salah satu sumber air minum yang paling banyak
digunakan. Dampak terhadap kesehatan tergantung dari kualitas air, karena air
merupakan media bagi penyebaran penyakit. Air sebagai media hidup bagi
makhluk hidup termasuk mikroba, air sebagai sarang penyebar penyakit dan
jumlah air yang berkurang menyebabkan tidak tercukupinya kebutuhan
manusia untuk membersihkan dirinya.
Di Indonesia terdapat beberapa penyakit yang dikategorikan sebagai water
born diseases atau penyakit yang dibawa oleh air. Penyakit ini dapat menyebar
apabila mikroba penyebabnya dapat masuk ke dalam sumber air yang
digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Jenis mikroba yang penyebarannya
melalui air cukup banyak, antara lain bakteri, protozoa dan virus. Selanjutnya,
diungkapkan beberapa penyakit yang termasuk dalam kategori water born
diseases beserta agen pembawanya. Industri menghasilkan hasil samping
berupa limbah dengan jumlah limbah yang dihasilkan berbanding lurus dengan
tingginya kegiatan produksi. Limbah dapat diolah dengan cara diendapkan
14
terlebih dahulu, namun metode ini menimbulkan dampak bau yang menyengat.
Penumpukan limbah juga memerlukan wilayah yang luas agar tidak
mengganggu sanitasi dan kesehatan di pemukiman penduduk. Masalah ini
disebut sebagai masalah estetika lingkungan. Limbah minyak dan lemak juga
menimbulkan masalah estetika lingkungan yaitu sekitar tempat pembuangan
limbah menjadi licin. Pada tempat pembuangan dan pengolahan limbah,
masalah bau umumnya timbul dari beberapa kegiatan antara lain dari tempat
pembuangan limbah dan pembusukan limbah pada media tanah, air yang
menghasilkan gas-gas yang berbau busuk. Pengolahan limbah adalah untuk
mengurangi beban pencemar, partikel tercampur serta membunuh organisme
patogen.
Diperlukan juga tambahan pengolahan untuk menghilangkan bahan
nutrisi, komponen beracun, serta bahan yang tidak dapat didegradasikan agar
kosentrasi yang ada menjadi rendah. Untuk itu diperlukan pengolahan yang
bertahap. Pengolahan limbah dapat dilakukan secara fisik, kimia maupun
secara biologis. Pemilihan cara pengolahan limbah sangat tergantung sifat dan
toksisitas limbah, pertimbangan efektivtas hasil dan aspek ekonomis.
15
DAFTAR PUSTAKA
Gunawan, L. 2006. Peluang Penerapan Produksi Bersih Pada Sistem Pengolahan Air
Limbah Domestik Waste Water Treatment Plant: Studi Kasus Di PT Badak NGL
Bontang. Universitas Dipenogoro. Semarang.
Maharani, V.S. 2017. Studi Literatur: Pengolahan Minyak dan Lemak Limbah Industri.
Institut Teknologi Sepuluh November.
Sumiyati, S. dan Milda, R.I. 2008. Penerapan 3R Pada Limbah B3 Secara Off-site PT
PLIB. Jurnal PRESIPITASI. Vol.4(1). ISSN: 1907-1870.
Suyasa, W.B. 2015. Pencemaran Air & Pengolahan Air Limbah. Udayana University
Press.
16