DOSEN PEMBIMBING
Dr. HERIX SONATA, MS,ST,M.Si
Kelompok 3:
ARIS PRATAMA PUTRA 2020210065
RIZKY MULYA PUTRA RAMADHAN 2020210068
ADITYA ARIAN MAHA PUTRA 2020210070
GHINA PRICILLIA DARMANSYAH 2020210076
FACHRUL ROZI AULIA 2020210086
DHEA NABILLA PUTRI 2020210087
1.3 Tujuan
Berdasarkan pada rumusan masalah, maka tujuan dari penulisan makalah ini yaitu :
1. Mengetahui sumber dari Limbah B3
2. Mengetahui jenis-jenis dari Limbah B3
3. Mengetahui karakteristik dari Limbah B3
4. Mengetahui bagaimana sistem pengelolaan Limbah B3
BAB II
TEORI
1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Industri di Indonesia berkembang baik jumlah maupun ragamnya sehingga limbah
Industri semakin menjadi masalah. target tingkat pertumbuhan ekononi nasional selama
pembangunan Jangka panjang (PJPT II) rata-rata sebesar 7% pertahun. Di sisi lain
pertumbuhan sektor industri nasional ditargetkan sebesar 9 % pertahun, sehingga dapat
diperkirakan dari aktivitas industri semakin intensif tumbuh dan berkembang dengan
segala dampak dan resiko pencemaran lingkungan.
Bank Dunia memperkirakan sampai Tahun 2000, nilai beban pencemaran rata-rata
yang dibasilkan oleh limbah industri di Indonesia akan meningkat sebesar 280 % untuk
kandungan berbahaya dan beracun (Country study report, 1994). Hal ini dapat terjadi
semakin intensifnya penggunaan berbagai bahan kimia dalam suatu proses produksi yang
menyebabkan limbah industri mengandung bahan berbahaya beracun yang sulit diolah
dengan sistem pengolahan limbah industri secara konvensional (end off pipe treatment).
Aktivitas industri makin beragam, sehingga limbah yang dihasilkan meningkat
kuantitas dan karakteristik limbah semakin kompleks. Akibatnya biaya investasi yang
dibutuhkar untuk pengadaan sarana pengelolaan air limbah meningkat dan lahan yang
dibutuhkan semakin luas. Sampai saat ini biaya penanganan limbah merupakan salah
satu yang mendesak bagi pihak industri, disamping kebutuhan lahan juga merupakan
masalah serius yang harus dipecahkan karena ketersediaan lahan terutama di daerah
perkotaan semakin sulit.
Pengelolaan limbah B3 di Indonesia belum dilaksanakan secara menyeluruh, di sisi
lain industri terus berkembang dan tersebar. Dengan tidak terpusatnya kawasan industri
di suatu kawasan merupakan salah satu penyebab belum dapat terlaksananya pengelolaan
secara menyeluruh. Industri dengan modal yang relatif kecil masih banyak dan lokasinya
tdak terpusat di kawasan industri, sehingga sangatlah berat bagi mereka untuk
mnembanguh suatu sistem pengolahan limbah yang sesuai dengan kualitas limbah yang
dihasilkan.
Penanganan pencemaran lingkungan yang dilaksanakan selama ini bersifat kuratif,
yaitu penanganan dilaksanakan setelah masalah dan dampak pencemaran timbul atau
biasa discbut dengan istilah End off pipe solution. Kenyataannya pola penanganan cara
ini umumnya tidak pernah tuntas dan relatif lebih mahal, dengan demikian perlu
diterapkan pola pencegahan atau preventif. Pola penanganan limbah industri yang baik
yang bersifat terintegrasi, yaitu penanganan dimulai dari sumbernya (point of
generation). Tujuannya untuk mengeliminasi limbah yang diikuti dengan pewadahan di
tempat, pengumpulan, pengangkutan, penyimpanan, pengolahan sampai dengan
pengolahan akhir (ultimate disposal) yang dilakukan secara aman, sesuai dengan
persyaratan yang ditetapkan. Penanganan seperti ini dikenal dengan isiiah 'cradle to
garve' yang populer di Amerika serikat.
Dari sudut kepentingan pemerintah setiap kasus pencemaran lingkungan, pemerintah
selalu dihadapkan pada kondisi yang sulit, yaitu masalah penegakan upaya hukum
terhadap industri yang terbukti mencemari lingkungan. Dalam upaya penegakan hukum
pemerintah seringkali memberikan sanksi ekstrim berupa pemberhentian kegiatan
industrinya. Hal ini akan menimbulkan resiko sosial ekonomi politik seperti kehilangan
pemasukan pajak, lapangan kerja dan gejolak sosial.
Masalah dampak ditimbulkan akibat penanganan limbah B3 yang tidak benar akan
iengganggu kesehatan, Masih ada industri membuang limbah ke badan air, sehingga
masyarakat yang mengkonsumsi air tanah maupun air permukan dapat terkena dampak
berupa kasus keracunan limbah B3, Beberapa dampak kesehatan yang disebabkan oleh
jenis bahan mita pencemar tertentu sering terdapat dalam limbalh B3 antara lain :
Cadmium (Cd), dapat melalui makanan, minuman, udara yang tercemar limbah
industri yang mengandung cadmium yang dapat terakumulasi di ginjal dan hati pada
manusia. Bila tanah dan air tercemarí cadmium, akan diserap tanaman dan biota dan
melalui rantai makanan dapat masuk ke dalam tubuh manusia.
Sianida (CN), sifat sianida mudah larut dalam air, sehingga industri tapioka,
electroplating yang membuang limbah ke badan air menyebabkan tcrcemar sianida.
Bila terminum dalam jumlah melampuí batas menyebabkan sistem transportasi dan
metabolisme oksigen darah terganggu.
Penghasil Limbah B3
Penyimpanan
Pengumpulan
Pengangkutan Pengolahan
Pembuangan Akhir
3.2.3 Pengangkutan
Apabila tidak ditangani di tempat, limbah B3 diangkut ke sarana penyimpanan,
pengolahan/ pembuangan akhir. Sarana pengangkutan yang dipakai mengangkut
limbah B3: truk, kereta api dan kapal. Pengangkutan dengan mengemasi limbah B3
kedalam kontainer dengan drum kapasitas 200 liter. Untuk limbah B3 cair jumlah
besar digunakan tanker sedangkan limbah B3 padat digunakan lugger box dari baja.
Untuk menjaga agar limbah B3 ditangani sesuai prosedur yang benar, harus dilakukan
sejak sumber sampai ke tempat pembuangan akhir (tracking system).
3.2.4 Pengolahan
Limbah B3 memerlukan pengolahan sebelum dibuang ke pembuangan akhir atau
didaur ulang. Pengolahan limbah B3 dapat dilaksanakan secara fisik, kimia, biologis
atau pembakaran Kombinasi dari cara pengolahan sertingkali diterapkan untuk
memperoleh hasil yang efektif terapi murah biayanya dan dapat diterima oleh
lingkungan.
Pengolahan ditujukan untuk mengurangi dan menghilangkan racun/detoksitasi,
merubah bahan berbahaya menjadi kurang berbahaya atau untuk mempersiapkan
proses berikutnya. Pengolahan teknologi secara tepat tergantung jenis yang akan
diolah, kemampuan limbah untuk dapat diolah yang sangat tergantung dari bentuk
limbah (padat, cair gas atau lumpur).
Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi.
a. Bahan kontainer harus sesuai dengan karakter dari limbah B3.
b. Semua kontainer harus disimpan di areal yang tertutup untuk melindungi dari
hujan dan berventilasi.
c. Lantai dasar bangunan harus kedap air untuk menghindari meresapaya ceceran
atau bocoran.
d. Drum yang berisi limbah yang bisa bereaksi harus disimpan terpisah, untuk
mengurangi kemungkinan kebakaran, ledakan dan atau keluarnya gas beracun.
e. Semua drum yang disimpan harus dalam keadaan baik yaitu tertutup dan tidak
bocor.
f. Semua drum harus diberi label yang memuat informasi jelas tentang:
- Pernyataan bahwa limbah adalah B3
- Nama dan alamat penghasil limbah
- Nomor daftar khusus (nomor lisensi) penghasil limbah
- Tanggal pengangkutan
- Uraian tentang limbah
3.2.5 Proses Pembakaran (Inceneration)
Limbah B3 kebanyakan terdiri dari carbon, hidrogen dan oksigen dan juga
mengandung halogen, sulfur, nitrogen dan logam berat. Hadirnya elemen lain dalam
jumlah kecil tidak mengganggu proses oksidasi Limbah B3. Struktur molekul
umumnya menentukan tingkat bahaya dari suatu zat organik terhadap kesehatan
manusi dan lingkungan. Bila molekul limbah dapat dihancurkan dan diubah menjadi
Karbon Dioksidaa, air dan senyawa anorganik, tingkat senyawa organik akan
berkurang. Untuk penghancuran dengan panas merupakan salah satu teknik untuk
mengolah limbah B3.
Inceneration adalah alat untuk mengahancurkan limbah berupa pembakaran
dengan kondisi terkendali. Limbah dapat terurai dari senyawa organik menjadi
senyawa sederhana seperti Co2 dan H2O. Incenerator efektif terutama untuk buangan
organik dalam bentuk padat, cair, gas, lumpur cair (sluries) dan lumpur padat
(sludge). Proses ini tidak biasa digunakan limbah organik seperti lumpur logam berat
dan asam anorganik. Zat karsinogenik-patonegik dapat dihilangkan dengan sempurna
bila insenerator dioperasikan dengan benar. Keletihan incenerator dapat
menghancurkan berbagai senyawa organik dengan sempurna, tetapi terdapat
kelemahan yaitu operator harus yang sudah terlatih. Selain itu biaya investasi lebih
tinggi dibandingkan metode lain dan potensi emisi ke atmosfir lebih besar bila
perencanaan tidak sesuai dengan kebutuhan operasional.
Kinerja incenerator diukur berdasarkan effisiensi penghancuran dan penghilangan
atau DRE (Destruction and Removal Efficiency). Secara prinsip ada 3 jenis
incenerator yaitu :
a. Liquid Injection Incenerator, hanya dapat menerima limbah dalam bentuk cair,
gas, lumpur cair (slurry) yang dapat dipompakan melalui nozzle. Keterbatasan
cara ini hanya dapat dipakai pada industri tertentu.
b. Rotary Kiln Incinerator, dapat dipakai untuk mengolah limbah dalam bentuk padat
termasuk limbah yang dimasukkan dalam drum, gas, cair, lumpur pekat
Sejumlah teknologi dapat digunakan untukm pengolahan fisik kimia, dan berikut ini
digambarkan teknologi untuk mengenali tipe limbah B3 yang dapat diolahnya.
a) Reduksi kimia, pada reduksi kimia ini tahap oksidasi dari kontaminan beracun
diubah untuk menurunkan sifat racun kontaminan beracun diubah untuk
menurunkan sifat racun limbah atau memperbaiki karakteristik limbah untuk
diolah.
b) Oksidasi kimiawi. Pada proses ini, tahap oksidasi kontaminan limbah diubah
untuk mengurangi sifat racunnya secara keseluruhan.
c) Netralisasi dan pengendapan, netralisasi adalah, PH larutan limbah B3
dinetralkan dengan basa, zat-zat yang terlarut diendapkan/dikeluarkan dari
larutan sebagai hidroksida. Proses ini digunakan untuk melepaskan logam berat
dari air limbah.
d) Pemisahan berdasarkan gaya berat. Pada proses ini gaya berat digunakan untuk
memisahkan padatan tersuspensi dari larutan/cairan. Zat padat akan mengendap
di dasar tangki pengendapan (sedimentasi) di tempat pengumpulannya.
e) Solidifikasi
Limbah B3 yang berbentuk lumpur, sebelum dikubur dipadatkan terlebih dahulu
dengan cara : 1) Mencampur limbah B3 dengan bahan semen sehingga terjadi
pengerasan. Proses ini disebut juga dengan istilah sementara. 2) Mencampur
limbah B3 dengan aspal, sehingga terjadi pemadatan. Limbah yang dipadatkan ini
kemudian dibuang ke TPA “khusus”
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Upaya pengelolaan Limbah B3 dimaksudkan untuk menghilangkan atau mengurangi sifat
atau karakteristik berbahaya dan beracun yang dikandungnya agar tidak membahayakan
kesehatan manusia sekaligus mencegah terjadinya segala resiko pencemaran yang dapat
merusak kualitas lingkungan.