Anda di halaman 1dari 26

PROPOSAL

PERENCANAAN PEMBUATAN ALAT PENCUCI ASAP DENGAN SISTEM


DESTILASI TERHADAP PROSES PEMBAKARAN SAMPAH DI TPA BAKUNG

Dosen Pembimbing :
Zainal Muslim, SKM.,M.Kes

Disusun oleh :
Mega Sintya
1713351012

Semester 7

PROGRAM STUDI DIV SANITASI LINGKUNGAN


JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lingkungan adalah tempat hidup semua makhluk yang ada di bumi, khususnya manusia.
Menurut Hendrik L. Blum, 1974 menyatakan bahwa lingkungan adalah faktor terbesar
dalam mempengaruhi derajat kesehatan, sehingga menjaga lingkungan merupakan yang
bebas dari segala kotoran, dan lain-lain yang dapat merugikan segala aspek yang
menyangkut setiap kegiatan dan perilaku masyarakat. Untuk mewujudkan kebersihan
lingkungan, dibutuhkan kesadaran dari masyarakat tentang pentingnya menjaga
kebersihan. (Slamet, 2016)

Sampah menurut Undang-Undang nomor18 Tahun 2008 adalah sisa kegiatan sehari-hari
manuasia dan/atau proses alam yang padat. Sampah merupakan konsekuensi kehidupan,
yang seringkali dan pada banyak tempat telah menimbulkan permasalahan. Seiring dengan
peningkatan jumlah penduduk beserta aktivitasnya, maka timbulan sampah tentunya juga
mengalami peningkatan.

Banyak faktor yang menyebabkan kerusakan lingkungan diantaranya seperti eksploitasi


hutan secara berlebihan, pencemaran lingkungan, ketidak pedulian manusia terhadap alam
seperi membuang sampah sembarangan, hal sering dilakukan oleh masyarakat yang
dianggap sebagai hal biasa. Pencemaran juga dipengaruhi oleh baik secara fisik, biologis,
maupun sosial dari lingkungan hidup manusia terdapat bahan yang merugikan manusia itu
sendiri. Masalah pencemaran dibedakan dalam kualifikasi seperti pencemaran udara,
pencemaran tanah, dan pencemaran air.

Peningkatan jumlah penduduk berarti peningkatan jumlah atau volume timbulan sampah,
sedangkan bertambahnya jenis aktivitas berarti semakin beragam jenis sampah yang
dihasilkan. Jumlah atau volume dan jenis sampah yang dibiarkan menumpuk sangat
membahayakan bagi kehidupan manusia. Tumpukan sampah selain sangat tidak sedap
dipandang mata, juga membutuhkan lahan yang tidak sedikit untuk pembuangannya serta
dapat menimbulkan penyakit bagi manusia dan pencemaran bagi lingkungan.

Permasalahan sampah meliputi 3 bagian yaitu pada bagian hilir, proses dan hulu. Pada
bagian hilir, pembuangan sampah yang terus meningkat. Pada bagian proses,
keterbatasaan sumber daya baik dari masyarakat maupun pemerintah. Pada bagian hulu,
berupa kurang optimalnya sistem yang diterapkan pada pemrosesan akhir. (Mulasari,
2016).

Pengolahan sampah melibatkan pemanfaatan dan penggunaan sarana dan prasarana antara
lain menempatkan sampah pada wadah yang sudah tersedia, proses pengumpulan sampah,
pemindahan, dan pengangkutan sampah, serta pengolahan sampah hingga pada proses
pembuangan akhir (Sahil, 2016). Belum adanya perencanaan dalam pengolahan sampah
mengakibatkan kurang maksimalnya sistem pengolahan sampah. Selain itu, belum adanya
tempat pengolahan sampah menjadi permasalahan yang mendasari hal tersebut (Nilam,
2016).

Salah satu permasalahan yang ditimbulkan oleh sampah adalah menurunnya estetika di
sekitar tempat pembuangan sampah sehinggga berpotentsi menimbulkan konflik social
dnegan masyarakat yang ada di sekitarnya. penentangan yang dilakukan masyarakat pada
umumnya dengan sebab yang membahayakan kesehatan, keselamatan , berkurangnya
kenyamanan dan keterbatasan lahan khususnya untuk penempatan TPA, penempatan TPA
memerlukan lahan yang luas.

Peningkatan jumlah sampah baik dalam segi volume maupun jenisnya menuntut
keseriusan dan perhatian lebih untuk pengelolaannya tidak hanya sekedar untuk upaya
pengumpulan, transportasi dan pemusnahan semata. Disamping itu perubahan dan
pergeseran perilaku dan pola konsumsi masyarakat perkotaan juga mewarnai perubahan
signifikan jenis dan volume sampah, yang pada gilirannya menuntut perubahan
manajemen dan fisik atas sampah.
Selain itu juga, keberadaan sampah yang tidak dikelola dapat menyebabkan pencemaran
lingkungan sehingga menghasilkan cairan lindi dan gas metana yang berperan dalam
pembentuan Gas Rumah Kaca di atmosfer. Keberadaan sampah yang dibakar juga
menambah pencemaran udara dan akhirnya menambah pemanasan global atau bahkan
perubahan iklim dan juga berakibat pada kesehatan masyarakat, seperti gangguan
pernafasan bahkan dapat menyebabkan kanker.

Dampak Sampah plastik dapat bertahan hingga bertahun-tahun sehingga menyebabkan


pencemaran terhadap lingkungan. Sampah plastik tidaklah bijak jika dibakar karena akan
menghasilkan gas yang akan mencemari udara dan membahayakan pernafasan manusia,
dan jika sampah plastik ditimbun dalam tanah maka akan mencemari tanah, air tanah.

Pola pengelolaan sampah menggunakan metode pengumpulan secara (door to door) dan
langsung di tampung di TPA dibiarkan secara open dumping tanpa ada pengelolaan
lanjutan. Sistem pengumpulan sampah yang dilakukan oleh masyarakat kota Bandar
lampung belum baik. Hal ini dapat dilihat dari sampah yang dibuang oleh masyarakat
tidak memisahkan antara sampah organic dan non organic. meningkatkannya timbulan
sampah tanpa system persampahan yang tepat diperkirakan menjadi alasan tidak
terciptanya lingkungan yang bersih

Pemilihan lokasi TPA yang tidak tepat dan system pembuangan secara open dumping
mengakibatkan luasnya dampak negative yang akan ditimbulkan. TPA yang dioperasikan
secara open dumping akan menghasilkan produk sampingan berupa gas metana dan cairan
lindi. cairan lindi berpengaruh pada sifat-sifat air bawah tanah seperti tingginya
konsentrasi total padatan terlarut, konduktivitas elektrik, tingkat kekerasan, klorida, COD,
nitrat dan sulfat, serta mengandung logam berat, dimana kandungannya cenderung
menurun setelah musim hujan dan meningkat sebelum musim hujan. (Vasanthi et al.,
2008:227)
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan diatas, rumusan masalah yang
diajukan pada penelitian ini adalah:
1. Bagaimana teknologi pengolahan sampah yang sesuai untuk mengurangi timbulan
sampah yang ada di TPA Bakung?
2. Bagaimana system yang digunakan dalam teknologi alat pencuci asap terhadap
pembakaran sampah?
3. Berapa biaya yang dibutuhkan dalam pembuatan alat pencuci asap tersebut?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui perencanan teknologi tepat guna yang dapat digunakan dalam pengolahan
sampah

2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui timbulan sampah perhari di TPA bakung
b. Mengetahui system yang digunakan dalam teknologi alat pencuci asap terhadap
pembakaran sampah
c. Mengetahui biaya yang dibutuhkan untuk menerapkan teknologi alat pencuci asap
terhadap pembakaran sampah

D. Manfaat Penelitian
1. Memberikan informasi kepada institusi mengenai rancangan teknologi tepat guna
untuk pengolahan sampah
2. Bagi penulis, dapat menerapkan ilmu yang diperoleh selama pendidikan di
Politeknik Kesehatan Tanjungkarang Progam Studi Sarjana Terapan Sanitasi
Lingkungan.
3. Bagi pengelola TPA Bakung sebagai informasi mengenai perencanaan rancangan
teknologi tepat guna untuk pengolahan sampah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Sampah

Menurut UU Nomor 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah, menyebutkan bahwa


sampah merupakan permasalahan nasional sehingga pengelolaannya perlu di lakukan
secara komprehensif dan terpadu dari hulu ke hilir agar memberikan manfaat secara
ekonomi, sehat bagi masyarakat, dan aman bagi lingkungan, serta dapat mengubah
perilaku masyarakat.

Menurut definisi World Health Organization (WHO) sampah adalah sesuatu yang tidak
digunakan, tidak diapakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari
kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya (Chandra, 2006).

B. Jenis-jenis Sampah

Perkotaan Dalam Undang- Undang No.18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah,
jenis dan sumber sampah yang diatur adalah :
1. Sampah Rumah Tangga Yaitu sampah yang berbentuk padat yang berasal dari sisa
kegiatan seharihari di rumah tangga, tidak termasuk tinja dan sampah spesifik dan
dari proses alam yang berasal dari lingkungan rumah tangga. Sampah ini
bersumber dari rumah atau dari komplek perumahan.
2. Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga yaitu sampah rumah tangga yang bersala
bukan dari rumah tangga dan lingkungan rumah tangga melainkan berasal dari
sumber lain seperti pasar, pusat perdagangan, kantor, sekolah, rumah sakit, rumah
makan, hotel, terminal, pelabuhan, industri, taman kota, dan lainnya.
3. Sampah Spesifik yaitu sampah rumah tangga atau sampah sejenis rumah tangga
yang karena sifat,konsentrasi dan/atau jumlahnya memerlukan penanganan khusus,
meliputi, sampah yang mengandung B3 (bahan berbahaya dan beracun seperti
batere bekas, bekas toner, dan sebagainya), sampah yang mengandung limbah B3
(sampah medis), sampah akibat bencana, puing bongkaran, sampah yang secara
teknologi belum dapat diolah, sampah yang timbul secara periode (sampah hasil
kerja bakti).

C. Sumber Timbulan Sampah

Menurut Gilbert (dalam Ni Komang Ayu Artiningsih, 2008:19), sumber-sumber asal


sampah adalah:
1. Sampah dari permukiman
Pada suatu permukiman biasanya sampah dihasilkan oleh beberapa keluarga yang
tinggal di beberapa bangunan atau asrama. Jenis sampah yang dihasilkan biasanya
berupa sampah organik, seperti sisa makanan atau jenis sampah lainnya yang dapat
bersifat basah, kering, abu plastik dan lainnya. Sampah di permukiman disebut juga
sampah rumah tangga.
2. Sampah dari tempat-tempat umum dan perdagangan
Tempat-tempat umum adalah tempat yang dimungkinkan banyaknya orang
berkumpul dan melakukan kegiatan. Tempat–tempat tersebut mempunyai potensi
yang cukup besar dalam memproduksi sampah, termasuk tempat perdagangan
seperti pertokoan dan pasar. Jenis sampah yang dihasilkan umumnya berupa sisa–
sisa makanan, sampah kering, abu, plastik, kertas, dan kaleng- kaleng, serta sampah
lainnya.
3. Sampah dari sarana pelayanan masyarakat milik pemerintah
sarana pelayanan masyarakat milik pemerintah misalnya tempat hiburan umum,
pantai, masjid, rumah sakit, bioskop, perkantoran, dan sarana pemerintah lainnya
yang dapat menghasilkan sampah kering dan sampah basah.
4. Sampah dari industri Dalam pengertian ini termasuk pabrik–pabrik atau perusahaan
dalam melakukan kegiatan industri yang menghasilkan sampah, baik yang termasuk
distribusi ataupun proses suatu bahan mentah. Sampah yang dihasilkan dari tempat
ini biasanya berupa sampah basah, sampah kering, abu, dan sisa bahan bangunan
5. Sampah dari Pertanian Sampah yang dihasilkan dari pertanian, misalnya sampah
dari kebun, kandang, ladang atau sawah yang dihasilkan berupa bahan makanan
pupuk maupun bahan pembasmi serangga tanaman.
D. Komposisi Sampah

Pengelompokan yang juga sering dilakukan adalah berdasarkan komposisinya,


misalnya dinyatakan sebagai % berat (biasanya berat basah) atau % volume (basah)
dari kertas, kayu, kulit, karet, plastik, logam, kaca, kain, Penyimpanan Bahan-bahan
(bahan baku, produk dan sampah) Outflow (Gas Pembakaran dan Debu) Inflow (bahan)
Outflow (Sampah dan Air limbah) Outflow (bahan) Outflow (Produk) makanan, dan
lain-lain. Komposisi dan sifat-sifat sampah menggambarkan keanekaragaman aktifitas
manusia.
Katagori Sampah % Berat % Volume
Kertas dan bahan-bahan kertas 32,98 62,61
Kayu/produk dari kertas 0,38 0,15
Plastik, kulit, dan produk karet 6,84 9,06
Kain dan produk tekstil 6,36 5,1
Gelas 16,06 5,31
Logam 10,74 9,12
Bahan batu, pasir 0,26 0,07
Sampah organic 26,38 8,58

Berdasarkan sifat-sifat biologis dan kimianya, sampah dapat digolongkan sebagai


berikut :
a. Sampah yang dapat membusuk (garbage), seperti sisa makanan, daun, sampah
kebun, sampah pasar, sampah pertanian, dan lain-lain
b. Sampah yang tidak membusuk (refuse), seperti plastik, kertas, karet, gelas, logam,
kaca, dan sebagainya
c. Sampah yang berupa debu dan abu
d. Sampah yang mengandung zat-zat kimia atau fisis yang berbahaya. Disamping
berasal dari industri atau pabrik-pabrik, sampah jenis ini banyak pula dihasilkan dari
kegiatan kota termasuk dari rumah tangga

Komposisi sampah juga dipengaruhi beberapa faktor antara lain :


a. Cuaca : di daerah yang kandungan airnya tinggi, kelembaban sampah juga akan
cukup tinggi.
b. Frekuensi pengumpulan : semakin sering sampah dikumpulkan maka semakin
tinggi tumpukan sampah terbentuk. Tetapi sampah organik akan berkurang karena
membusuk, dan yang akan terus bertambah adalah kertas dan sampah kering
lainnya yang sulit terdegradasi
c. Musim : jenis sampah akan ditentukan oleh musim buah-buahan yang sedang
berlangsung
d. Tingkat sosial ekonomi : daerah ekonomi tinggi pada umumnya menghasilkan
sampah yang terdiri atas bahan kaleng, kertas, dan sebagainya
e. Pendapatan per kapita : masyarakat dari tingkat ekonomi lemah akan menghasilkan
total sampah yang lebih sedikit dan homogen
f. Kemasan produk : kemasan produk bahan kebutuhan sehari-hari juga akan
mempengaruhi.

E. Karakteristik Sampah

Sampah mempunyai sifat fisik, kimia, dan biologis. Pengetahuan akan sifat-sifat ini
sangat penting untuk perencanaan dan pengelolaan sampah secara terpadu. Sampah
diklasifikasikan dalam karakteristiknya sebagai berikut (Tchobanoglous dkk., 1993)
yaitu:
1. Karakteristik fisik
a. Berat spesifik sampah
Dinyatakan sebagai berat per unit (kg/m3 ). Dalam pengukuran berat spesifik
sampah, harus disebutkan dimana dan dalam kondisi bagaimana sampah
diambil sebagai sampling untuk menghitung berat spesifik sampah. Berat
spesifik sampah dipengaruhi oleh letak geografis, lokasi, jumlah musim, dan
lama waktu penyimpanan. Hal ini sangat penting untuk mengetahui volume
sampah yang diolah. Penelitian komposisi sampah dengan metode sampling
dengan jumlah sampel 100 kg (Tchobanoglous dkk., 1993; ASTM D5231-92
(2008)), pengambilan sampel minimal selama seminggu.Pengambilan sampel
sampah secara random di TPS dilakukan dengan metode perempatan (quarterly
method), yaitu mengaduk serata mungkin, kemudian sampah tersebut dibagi
menjadi empat bagian, sedemikian seterusnya sampai diperoleh sampel
sebanyak 100 kg. Penentuan recovery factor (persentase setiap komponen
sampah yang masih dapat dimanfaatkan kembali/didaur ulang) dilakukan
dengan cara dipilah komponen yang bisa didaur ulang dan dibuat kompos,
kemudian ditimbang kembali.

b. Kelembaban
Kelembaban sampah dapat dinyatakan dengan dua cara, yaitu dengan metode
berat basah dan metode berat kering. Metode basah dinyatakan dalam persen
berat basah bahan, dan metode kering dinyatakan sebagai persen berat kering
bahan. Secara umum metode berat basah sering digunakan.

c. Ukuran partikel
Sangat penting untuk pengolahan akhir sampah, terutama pada tahap mekanis
untuk mengetahui ukuran penyaringan dan pemisahan magnetik.

d. Field Capacity
adalah jumlah air yang dapat tertahan dalam sampah, dan dapat keluar dari
sampah akibat daya grafitasi. Field Capacity sangat penting untuk mengetahui
komponen lindi dalam landfill. Field Capacity bervariasi tergantung dari
perbedaan tekanan dan dekomposisi sampah. Sampah dari daerah permukiman
dan komersial yang tanpa pemadatan Field Capacity sebesar 50 % sampai 60
%.

e. Kepadatan sampah
Konduktifitas sampah sangat penting untuk mengetahui pergerakan dari cairan
dan gas dalam landfill.

2. Karakteristik Kimia
Karakteristik kimia sampah sangat penting dalam mengevaluasi proses alternatif
dan pilihan pemulihan energi. Apabila sampah digunakan sebagai energi bahan
bakar, maka komponen yang harus diketahui adalah analisis proksimasi
(kandungan air, kandungan abu dan kandungan karbon tetap), titik abu sampah,
analisis ultimasi (persentase C, H, O, N, S, dan abu) dan besarnya energi.
a. Analisis proksimasi
Bertujuan mengetahui bahan-bahan yang mudah terbakar dan tak mudah
terbakar. Biasanya dilakukan tes untuk komponen yang mudah terbakar
supaya mengetahui kandungan volatil, kandungan abu, kandungan karbon
tetap dan kandungan air.

b. Titik abu sampah


Adalah temperatur dimana dihasilkan abu dari pembakaran sampah, yang
berbentuk padatan dengan peleburan atau penggumpalan. Temperatur
berkisar antara 1100oC sampai 1200oC.

c. Analisis ultimasi
Adalah penentuan persentase komponen yang ada dalam sampah seperti
persentase C, H, N, S, dan abu. Analisis ultimasi ini bertujuan menentukan
karakteristik kimia bahan organik sampah secara biologis. Misalkan pada
komposting perlu diketahui rasio C/N sampah, supaya dapat berlangsung
baik.

d. Kandungan energi
Kandungan energi dari komponen organik dari sampah, dapat ditentukan
dengan Bomb Calorimeter.

3. Karakteristik Biologis
Sampah organik memiliki komposisi biologis. Fraksi organik dari sampah dapat
dibedakan menjadi beberapa bagian yaitu :
a. Kandungan terlarut seperti gula, asam amino dan berbagai macam asam
organik
b. Hemiselulosa, yaitu hasil penguraian gula
c. Selulosa, yaitu hasil penguraian glukosa
d. Lemak, minyak dan lilin
e. Lignin, material polimer yang terdiri dari cincin aromatik dengan gugus
methoksil. Biasanya terdapat pada kertas, seperti kertas koran dan fiberbroad
f. Lignoselulosa, kombinasi dari lignin dan selulosa
g. Protein, yang terdiri dari rantai asam amino
F. Dampak Negatif Sampah

Menurut Gilbert (dalam Ni Komang Ayu Artiningsih, 2008: 32), ada tiga dampak
negatif sampah terhadap manusia dan lingkungan, yaitu :
1. Dampak Terhadap Kesehatan
Lokasi dan pengelolaan sampah yang kurang memadai (pembuangan sampah yang
tidak terkontrol) merupakan tempat yang cocok bagi beberapa organisme dan
menarik bagi binatang, seperti lalat dan anjing yang dapat menjangkitkan penyakit.
Potensi bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan adalah:
a. Penyakit diare, kolera, dan tifus yang dapat menyebar dengan cepat karena virus
yang berasal dari sampah yang dikelola dengan tidak tepat dapat bercampur
dengan air minum. Penyakit demam berdarah (haemorhagic fever) dapat juga
meningkat dengan cepat di daerah yang pengelolaan sampahnya kurang
memadai
b. Penyakit jamur juga dapat menyebar (misalnya jamur kulit)
c. Penyakit yang dapat menyebar melalui rantai makanan. Salah satu contohnya
adalah penyakit yang dijangkitkan oleh cacing pita (taenia). Cacing ini
sebelumnya masuk ke dalam pencernaan binatang ternak melalui makanannya
yang berupa sisa makanan/sampah

2. Dampak Terhadap Lingkungan


Cairan rembesan sampah yang masuk ke dalam drainase atau sungai akan
mencemari air. Berbagai organisme termasuk ikan dapat mati sehingga beberapa
spesies akan lenyap, hal ini mengakibatkan berubahnya ekosistem perairan
biologis. Penguraian sampah yang dibuang ke dalam air akan menghasilkan asam
organik dan gas cair organik, seperti metana. Selain berbau kurang sedap, gas ini
pada konsentrasi tinggi dapat meledak

3. Dampak Terhadap Keadaan Sosial dan Ekonomi


Dampak-dampak keadaan sosial dan ekonomi adalah:
a. Pengelolaan sampah yang tidak memadai menyebabkan kesehatan masyarakat
terganggu. Hal penting dalam hal ini adalah meningkatnya pembiayaan untuk
berobat ke rumah sakit
b. Pengelolaan sampah yang tidak memadai juga dapat mempengaruhi
infrastruktur lain, seperti tingginya biaya yang diperlukan untuk pengolahan
air. Selain itu, jika sarana penampungan sampah kurang atau tidak efisien,
orang juga akan cenderung membuang sampahnya di jalan. Hal ini
mengakibatkan jalan perlu lebih sering dibersihkan dan diperbaiki.

G. Pengelolaan Sampah

Menurut Undang-undang No 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, terdapat 2


kelompok utama pengelolaan sampah, yaitu Pengurangan sampah (waste
minimization), yang terdiri dari pembatasan terjadinya sampah R1), guna-ulang (R2)
dan daurulang (R3), Penanganan sampah (waste handling), yang terdiri dari, Pemilahan
dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan jenis, jumlah,
dan/atau sifat sampah. Pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan
sampah dari sumber sampah ke tempat penampungan sementara atau tempat
pengolahan sampah terpadu. Pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari
sumber dan/atau dari tempat penampungan sampah sementara atau dari tempat
pengolahan sampah terpadu menuju ke tempat pemrosesan akhir. Pengolahan dalam
bentuk mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah sampah. Pemrosesan akhir
sampah dalam bentuk pengembalian sampah dan/atau residu hasil pengolahan
sebelumnya ke media lingkungan secara aman. (Enri Damanhuri 2006).

H. Metode Pengelolaan Sampah

1. Pengelolaan Sampah Dengan Konsep 3R


menurut Undang-undang No 18 tahun 2008 ini menekankan bahwa prioritas utama
yang harus dilakukan oleh semua fihak adalah bagaimana agar mengurangi sampah
semaksimal mungkin. Bagian sampah atau residu dari kegiatan pengurangan
sampah yang masih tersisa selanjutnya dilakukan pengolahan (treatment) maupun
pengurugan (landfilling). Pengurangan sampah melalui 3R menurut Undang-
undang No 18 tahun 2008 meliputi:
Pembatasan (reduce): mengupayakan agar limbah yang dihasilkan sesedikit
mungkin
a. Guna-ulang (reuse): bila limbah akhirnya terbentuk, maka upayakan
memanfaatkan limbah tersebut secara langsung
b. Daur-ulang (recycle): residu atau limbah yang tersisa atau tidak dapat
dimanfaatkan secara langsung, kemudian diproses atau diolah untuk dapat
dimanfaatkan, baik sebagai bahan baku maupun sebagai sumber energi.

Ketiga pendekatan tersebut merupakan dasar utama dalam pengelolaan sampah,


yang mempunyai sasaran utama minimasi limbah yang harus dikelola dengan
berbagai upaya agar limbah yang akan dilepas ke lingkungan, baik melaui tahapan
pengolahan maupun melalui tahan pengurugan terlebih dahulu, akan menjadi
sesedikit mungkin dan dengan tingkat bahaya sesedikit mungkin.(Enri Damanhuri
Dan Tri Padmi, 2006).

2. Konsep Pengelolaan Sampah Dengan Konsep 3R


Pengelolaan sampah terpadu sebagai salah satu upaya pengelolaan sampah
perkotaan adalah konsep rencana pengelolaan sampah yang perlu dibuat dengan
tujuan mengembangkan suatu sistem pengelolaan sampah yang modern, dapat
diandalkan dan efisien dengan teknologi yang ramah lingkungan. Dalam sistem
tersebut harus dapat melayani seluruh penduduk, meningkatkan standar kesehatan
masyarakat dan memberikan peluang bagi masyarakat dan pihak swasta untuk
berpartisipasi aktif. Konsep pemahaman diharapkan dapat mendorong partisipasi
masyarakat dalam pengelolaan sampah.

Partisipasi masyarakat adalah aspek yang terpenting dalam sistem pengelolaan


sampah secara terpadu. Keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan sampah
merupakan salah satu faktor teknis untuk menangani permasalahan sampah yang
semakin kompleks. Perlunya mekanisme keuntungan dalam pengelolaan sampah
Mekanisme yang baik dalam pengelolaan sampah harus menghasilkan nilai
ekonomi, dimana semula sampah yang tidak berguna diolah sehingga menghasilkan
nilai jual yang baik. Pengelolaan sampah anorganik 4R(Reduce, Reuce,
Recycle,Replace) Berikut ini adalah proses pengelolaan sampah menggunakan
sistem 3R :
a. Sama halnya dengan sampah organik pemilahan sampah dilakukan di rumah
masing-masing yakni membedakan sampah organik dan sampah anorganik.
Kemudian disalurkan pada saluran pembuangan sampah yang merupakan
infrastruktur lingkungan di rumah susun, dibedakan penggunaan saluran
pembuangannya agar kondisi sampah an organik tetap bersih
b. Setalah proses pemilahan langkah selanjutnya adalah pengangkutan sampah dari
tempat penampungan sampah oleh pihak pengumpul sampah anorganik, sampah
ini secara langsung mempunyai nilai ekonomis karena akan ditimbang sesuai
jenisnya
c. Sampah botol bekas dan lainnya dikumpulkan dan akan dijual kepada
pengumpul setiap hari. Untuk sampah plastik seperti bekas detergen, bungkus
kopi, dan lainnya dimanfaatkan kembali untuk dibuat kerajinan tangan seperti
tas, dompet, vas bunga, tempat tisu dan bentuk kreatif lainnya
d. Menghimbau kepada warga untuk meminimalisir sampah kantong plastik
dengan cara menggantinya dengan keranjang untuk kegiatan belanja sehari-hari
dan mengganti bahan lainnya untuk sampah styrofoam karena sampah tersebut
tidak dapat terdegradasi secara alami.

3. Metode Pengomposan
Pengomposan pengolahan sampah organik menjadi kompos yang berguna untuk
memperbaiki kesuburan tanah. Pada bagian ini akan dijabarkan dengan lebih detail
mengenai teknik pengomposan. Berbeda dengan proses pengolahan sampah yang
lainnya, dalam pengomposan, baik bahan baku, tempat pembuatan maupun cara
pembuatan dapat dilakukan oleh siapapun dan dimanapun.

Kompos dapat digunakan untuk tanaman hias, tanaman sayuran, tanaman buah-
buahan maupun tanaman padi disawah. Bahkan hanya dengan ditaburkan diatas
permukaan tanah, maka sifat-sifat tanah tersebut dapat dipertahankan atau dapat
ditingkatkan. Apalagi untuk kondisi tanah yang baru dibuka, biasanya tanah yang
baru dibuka maka kesuburan tanah akan menurun. Oleh karena itu, untuk
mengembalikan atau mempercepat kesuburannya maka tanah tersebut harus
ditambahkan kompos. Menurut Unus, banyak faktor yang mempengaruhi proses
pembuatan kompos, baik biotik maupun abiotik. Faktor –faktor tersebut antara lain :
a. Pemisahan bahan : bahan-bahan yang sekiranya lambat atau sukar untuk
didegradasi/diurai, harus dipisahkan/diduakan, baik yang berbentuk logam,
batu, maupun plastik. Bahkan, bahan-bahan tertentu yang bersifat toksik serta
dapat menghambat pertumbuhan mikroba, harus benar-benar dibebaskan dari
dalam timbunan bahan, misalnya residu pestisida
b. Bentuk bahan : semakin kecil dan homogen bentuk bahan, semakin cepat dan
baik pula proses pengomposan. Karena dengan bentuk bahan yang lebih kecil
dan homagen, lebih luas permukaan bahan yang dapat dijadikan substrat bagi
aktivitas mikroba. Selain itu, bentuk bahan berpengaruh pula terhadap
kelancaran difusi oksigen yang diperlukan serta pengeluaran CO2 yang
dihasilkan
c. Nutrien : untuk aktivitas mikroba di dalam tumpukan sampah memerlukan
sumber nutrien Karbohidrat, misalnya antara 20% - 40% yang digunakan akan
diasimilasikan menjadi komponen sel dan CO2, kalau bandingan sumber
nitrogen dan sumber Karbohidrat yang terdapat di dalamnya (C/N-resio) = 10 :
1. Untuk proses pengomposan nilai optimum adalah 25 : 1, sedangkan
maksimum 10 : 1. (Unus Suriawiria, 2002).

I. Teknik Operasional Pengelolaan Sampah

Permukiman Teknik operasional pengelolaan sampah Permukiman meliputi dasar-dasar


perencanaan untuk kegiatan:
1. Pewadahan sampah
Pewadahan Sampah Kegiatan pewadahan sampah merupakan kegiatan
penyimpanan sampah sementara yang dilakukan sendiri oleh masyarakat atau
pemilik rumah, sebelum sampah dikumpulkan ditempat penampungan sementara
atau diangkut ketempat pembuangan akhir. Jenis wadah yang digunakan antara
lain: kantong plastik, keranjang plastik, tong sampah, bak sampah, kontainer.

2. Pengumpulan sampah
Pengumpulan Sampah Kegiatan pengumpulan sampah merupakan kegiatan
operasional yang dimulai dari sumber sampah ketempat penampungan sementara
(TPS)/trasfer depo, sebelum diangkut ketempat pembuangan akhir (TPA).
Peralatan yang diperlukan dalam pengumpulan sampah terdiri dari:
a. Kantong plastik
b. Kontainer
c. Transfer depo

3. Pemindahan sampah
4. Pengangkutan sampah
Pengangkutan Kegiatan pengangkutan sampah merupakan kegiatan operasional
yang dimulai dari titik-titik pengumpulan sampah/TPS/Transfer Depo sampai ke
TPA. Untuk menunjang kelancaran dalam dalam pengangkutan sampah diperlukan
armada angkut seperti Truk, Dump Truk, Arm Roll Truk.

5. Pengelolaan dan pendaur-ulangan sampah


Pengolahan Pengolahan sampah terdiri dari:
a. Pengolahan sampah organik
1. Komposting Merupakan pengolahan sampah organik atau sampah basah
secara biologis melalui proses penguraian yang berlangsung dalam
kondisi aerobik maupun anerobik
2. Pembuatan gas bio Merupakan gas-gas yang dapat dimanfaatkan sebagai
bahan bakar, yang dihasilkan dari proses pembusukan sampah organik
(berupa kotoran manusia, kotoran hewan, dan sampah pertanian) secara
anaerobik
b. Pengolahan sampah anorganik Misalnya melalui proses
pembakaran/insenerasi (dapat mereduksi volume sampai hingga 70%).

6. Pembuangan akhir sampah


Pemrosesan Akhir Sampah (TPA) Pemrosesan akhir sampah merupakan kegiatan
tahap akhir dari sistem pengelolaan sampah dimana sampah diamankan disuatu
tempat (TPA) agar dapat mengurangi dampak negatif sampah terhadap
lingkungan. Pada umumnya pemrosesan akhir sampah di TPA dapat dilakukan
dengan cara open dumping, controlled landfill, dan sanitary landfill.
a. Open dumping, metode dimana urugan sampah sama sekali tidak dilakukan.
b. Controlledlandfill, atau lahan urug terkendali yang merupakan
perbaikan/peningkatan dari cara open dumping, tapi belum sebaik sanitary
landfill. Dalam controlled landfill penutupan ditunda sampai 5-7 hari
c. Sanitary landfill, diinginkan adanya penutup harian.

2.7 Kerangka Konsep

Perencanaan
Alat Pencuci Asap

Jenis-jenis sampah

Timbulan sampah

Periode
Dinding

Kriteria

Beton
Ruang Pembakaran
Sampah
Kriteria

Ruang Pencuci Asap

2.8 Hipotesis Penelitian


Hasil suatu penelitian pada hakikatnya adalah suatu jawaban atas pertanyaan
penelitian yang telah dirumuskan dalam perencanaan penelitian. Untuk mengarahkan
kepada hasil penelitian ini maka dalam perencanaan penelitian perlu dirumuskan
jawaban sementara dari penelitian. Jawaban sementara dari suatu penelitian biasanya
disebut hipotesis (Notoatmodjo, 2010).

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:


Ada hubungan antara pengolahan sampah dengan proses pembakaran dengan
timbulan sampah yang ada di TPA Bakung.
2.9 Definisi Operasional

No Variabel Pengertian Cara ukur Alat ukut Hasil ukur


1 Desain Alat Pencuci Desain alat pencuci asap yang Menggambar dan Alat dan media Perhitungan desain alat pencuci
Asap dalam pembakaran sampah dengan menghitung hitung asap dan gambar
system destilasi di TPA Bakung
Bandar Lampung
2 Jenis-jenis sampah Jenis dampah yang dapat diolah Observasi Kuisioner/cheklist Jenis sampah yang dihasilkan
dialat pencuci asap yaitu sampah (kg) dan digunakan dalam
anorganik menentukan ruang untuk
perancangan yang diharuskan
3 Timbulan sampah Banyaknya sampah yang dihasilkan Observasi Kuisioner/cheklist Kg/L
dari TPS yang akan dibawa ke TPA
Bakung
4 Periode Lama nya waktu tinggal sampah di Observasi Kuisioner/cheklist Periode/lamanya waktu tinggal
TPS sampah (kg) digunakan untuk
menentukan volume ruang
untuk waktu tinggal sampah
5 Kriteria Beton=Campuran antara Perhitungan SNI
m2
Bangunan semen dan agregat untuk
kontruksi pondasi dalam.
Dinding=Membentuk dan
melindungi isi bangunan.
Lantai = Menunjang aktifitas
dalam ruang dan membentuk
karakter ruang.
Atap = Bagian bangunan yang
melindungi dari panas dan hujan.

6 Ruang Pembakaran Ruang yang digunakan Pengukuran Meteran, alat tulis, P×l×t = luas ruangan
sampah untuk menampung sampah dan Autocad
dan proses pembakaran
sampah
7 Ruang Pencuci Asap Ruang yang digunakan Pengukuran Meteran, alat tulis, P×l×t = luas ruangan
untuk tempat air yang dan Autocad
digunakan untuk mencuci
asap
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat Deskriptif, dalam hal ini peneliti ingin mengetahui gambaran
jumlah timbulan, jenis, karakteristik, periode penyimpanan, kriteria TPA dan
merancang desain Alat pencuci asap dengan system destilasi dalam proses
pembakaran sampah di TPA Bakung Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar
Lampung

B. Tempat dan waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di TPA Bakung Kecamatan Teluk Betung Barat Kota


Bandar Lampung pada bulan Januari 2021

C. Populai dan Sampel

1. Populasi
Populasi merupakan wilayah generasi yang terdiri atas objek atau subjek yang
mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Populasi merupakan keseluruhan subjek
penelitian (Sugiyono, 2008). Dalam penelitian ini populasinya adalah timbulan
sampah yang terdapat di TPA Bakung setiap harinya.

2. Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan random sampling, yaitu pengambilan sampel diambil secara acak.
Agar karakteristik sampel tidak menyimpang dari populasinya, maka sebelum
dilakukan pengambilan sampel perlu ditentukan kriteria inklusi dan eksklusi
(Notoatmodjo, 2010).
D. Cara Pengumpulan Data

Cara pengumpulan data merupakan cara peneliti untuk mengumpulkan data dalam
penelitian (Hidayat, 2007). Dilihat dari sumbernya, data penelitian digolongkan
menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder (Siswanto, Susila&Suyanto, 2013).
a. Data Primer
1. Data primer atau data tangan pertama adalah data yang diperoleh langsung dari
subjek penelitian dengan menggunakan alat pengukuran atau alat pengambilan
data langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang di cari. Data primer
dalam penelitian ini didapatkan dengan mendatangi langsung responden
kemudian meminta persetujuan responden dan mengumpulkan melalui
kuesioner, wawancara dan lembar observasi yang telah disiapkan oleh peneliti.
Data Primer adalah data yang diperoleh melalui:
a. Wawancara, yaitu peneliti mewawancarai Pengelola TPA Bakung
b. Observasi, yaitu peneliti melakukan pengamatan langsung untuk
melihat keadaan di TPA Bakung Kecamatan eluk Betung Barat Kota
Bandar Lampung
c. Dokumentasi, yaitu cara pengumpulan data melalui peninggalan arsip
arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil-dalil atau
hukum-hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penelitian.

b. Data Sekunder
Data sekunder atau data tangan kedua adalah data yang diperoleh lewat pihak
lain, tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitiannya. Data
sekunder biasanya berwujud data dokumentasi atau data laporan yang telah
tersedia. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari TPA Bakung
Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung
E. Alat Pengumpul Data

Alat dan Cara Pengumpulan


1. Alat : Check list dan Kuesioner
2. Cara : wawancara dan observasi langsung

F. Pengolahan dan Analisi Data

1. Pengolahan Data
Data yang diperoleh dari hasil pengukuran, pengamatan dan wawancara
disajikan dalam bentuk tabel gambar desain dan naratif.

2. Analisis Data
Hasil Pengamatan Pengukuran jumlah timbulan, jenis-jenis, karakteristik sampah
yang dihasilkan, kemudian agar dapat menentukan luas ruangan untuk tempat
pembakaran sampah dan ruangan pencuci asap dan mendesain TPS dengan
gambar perspektif dan disain potongan gambar autocad pada setiap unit desain
Alat pencuci asap tahun 2020.
DAFTAR PUSTAKA

Chandra, Budiman. 2006. Pengantar Kesehatan ingkungan.egc. Jakarta Subekti I


(2009)

Damanhuri,E., Padmi, (2004). Pengelolaan Sampah, Diktat Kuliah ITB Bandung.

Hermawati dan Ikbal, 2015. Pengelolaan dan Pemanfaatan Sampah di


Perkotaan. Yogyakarta: Plantaxia.

Jailan, dkk. 2016. Sistem Pengelolaan dan Upaya Penanggulangan sampah di Kota
Ternate. Jurnal Bioedukasi Vol 4 No (2) Maret 2016

Kartikawan, Yudhi. 2007. Pengelolaan Persampahan. Yogyakarta: J. Lingkungan


Hidup.

Kementrian Lingkungan Hidup. 2008. Tentang Pengolahan Sampah. Jakarta: Biro


Hukum dan Humas Kementerian Lingkungan Hidup. Undang-undnag
Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008

Peraturan Pemerintah RI Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah


Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga
.
Putri Rizqi, Mahyudin. 2017. Kajian Permasalahan Pengelolaan Sampah dan
Kesehatan Lingkungan di TPA. Jukung Jurnal Teknik Lingkungan, 3 (1):66-
74,2017

Rizal, A. 2011. Analisis Pengelolaan Persampahan Perkotaan Di Kelurahan Boya


Kecamatan Banawa Kabupaten Donggala.Jurnal SMARTek, 9:155-172

Surjandari, I., Hidayanto, A., Supriyatna, A. 2009. Model Dinamis Pengelolaan


Sampah Untuk Mengurangi Beban Penumpukan. Jurnal Teknik Industri Vol.
11 No. 2, pp 134-147. Diakses 26 desember 2015.

Sumantri, Arif. 2010. Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Kencana Predana Media Group

Undang-Undang RI Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.


26

Anda mungkin juga menyukai