Dosen Pembimbing :
Zainal Muslim, SKM.,M.Kes
Disusun oleh :
Mega Sintya
1713351012
Semester 7
A. Latar Belakang
Lingkungan adalah tempat hidup semua makhluk yang ada di bumi, khususnya manusia.
Menurut Hendrik L. Blum, 1974 menyatakan bahwa lingkungan adalah faktor terbesar
dalam mempengaruhi derajat kesehatan, sehingga menjaga lingkungan merupakan yang
bebas dari segala kotoran, dan lain-lain yang dapat merugikan segala aspek yang
menyangkut setiap kegiatan dan perilaku masyarakat. Untuk mewujudkan kebersihan
lingkungan, dibutuhkan kesadaran dari masyarakat tentang pentingnya menjaga
kebersihan. (Slamet, 2016)
Sampah menurut Undang-Undang nomor18 Tahun 2008 adalah sisa kegiatan sehari-hari
manuasia dan/atau proses alam yang padat. Sampah merupakan konsekuensi kehidupan,
yang seringkali dan pada banyak tempat telah menimbulkan permasalahan. Seiring dengan
peningkatan jumlah penduduk beserta aktivitasnya, maka timbulan sampah tentunya juga
mengalami peningkatan.
Peningkatan jumlah penduduk berarti peningkatan jumlah atau volume timbulan sampah,
sedangkan bertambahnya jenis aktivitas berarti semakin beragam jenis sampah yang
dihasilkan. Jumlah atau volume dan jenis sampah yang dibiarkan menumpuk sangat
membahayakan bagi kehidupan manusia. Tumpukan sampah selain sangat tidak sedap
dipandang mata, juga membutuhkan lahan yang tidak sedikit untuk pembuangannya serta
dapat menimbulkan penyakit bagi manusia dan pencemaran bagi lingkungan.
Permasalahan sampah meliputi 3 bagian yaitu pada bagian hilir, proses dan hulu. Pada
bagian hilir, pembuangan sampah yang terus meningkat. Pada bagian proses,
keterbatasaan sumber daya baik dari masyarakat maupun pemerintah. Pada bagian hulu,
berupa kurang optimalnya sistem yang diterapkan pada pemrosesan akhir. (Mulasari,
2016).
Pengolahan sampah melibatkan pemanfaatan dan penggunaan sarana dan prasarana antara
lain menempatkan sampah pada wadah yang sudah tersedia, proses pengumpulan sampah,
pemindahan, dan pengangkutan sampah, serta pengolahan sampah hingga pada proses
pembuangan akhir (Sahil, 2016). Belum adanya perencanaan dalam pengolahan sampah
mengakibatkan kurang maksimalnya sistem pengolahan sampah. Selain itu, belum adanya
tempat pengolahan sampah menjadi permasalahan yang mendasari hal tersebut (Nilam,
2016).
Salah satu permasalahan yang ditimbulkan oleh sampah adalah menurunnya estetika di
sekitar tempat pembuangan sampah sehinggga berpotentsi menimbulkan konflik social
dnegan masyarakat yang ada di sekitarnya. penentangan yang dilakukan masyarakat pada
umumnya dengan sebab yang membahayakan kesehatan, keselamatan , berkurangnya
kenyamanan dan keterbatasan lahan khususnya untuk penempatan TPA, penempatan TPA
memerlukan lahan yang luas.
Peningkatan jumlah sampah baik dalam segi volume maupun jenisnya menuntut
keseriusan dan perhatian lebih untuk pengelolaannya tidak hanya sekedar untuk upaya
pengumpulan, transportasi dan pemusnahan semata. Disamping itu perubahan dan
pergeseran perilaku dan pola konsumsi masyarakat perkotaan juga mewarnai perubahan
signifikan jenis dan volume sampah, yang pada gilirannya menuntut perubahan
manajemen dan fisik atas sampah.
Selain itu juga, keberadaan sampah yang tidak dikelola dapat menyebabkan pencemaran
lingkungan sehingga menghasilkan cairan lindi dan gas metana yang berperan dalam
pembentuan Gas Rumah Kaca di atmosfer. Keberadaan sampah yang dibakar juga
menambah pencemaran udara dan akhirnya menambah pemanasan global atau bahkan
perubahan iklim dan juga berakibat pada kesehatan masyarakat, seperti gangguan
pernafasan bahkan dapat menyebabkan kanker.
Pola pengelolaan sampah menggunakan metode pengumpulan secara (door to door) dan
langsung di tampung di TPA dibiarkan secara open dumping tanpa ada pengelolaan
lanjutan. Sistem pengumpulan sampah yang dilakukan oleh masyarakat kota Bandar
lampung belum baik. Hal ini dapat dilihat dari sampah yang dibuang oleh masyarakat
tidak memisahkan antara sampah organic dan non organic. meningkatkannya timbulan
sampah tanpa system persampahan yang tepat diperkirakan menjadi alasan tidak
terciptanya lingkungan yang bersih
Pemilihan lokasi TPA yang tidak tepat dan system pembuangan secara open dumping
mengakibatkan luasnya dampak negative yang akan ditimbulkan. TPA yang dioperasikan
secara open dumping akan menghasilkan produk sampingan berupa gas metana dan cairan
lindi. cairan lindi berpengaruh pada sifat-sifat air bawah tanah seperti tingginya
konsentrasi total padatan terlarut, konduktivitas elektrik, tingkat kekerasan, klorida, COD,
nitrat dan sulfat, serta mengandung logam berat, dimana kandungannya cenderung
menurun setelah musim hujan dan meningkat sebelum musim hujan. (Vasanthi et al.,
2008:227)
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan diatas, rumusan masalah yang
diajukan pada penelitian ini adalah:
1. Bagaimana teknologi pengolahan sampah yang sesuai untuk mengurangi timbulan
sampah yang ada di TPA Bakung?
2. Bagaimana system yang digunakan dalam teknologi alat pencuci asap terhadap
pembakaran sampah?
3. Berapa biaya yang dibutuhkan dalam pembuatan alat pencuci asap tersebut?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui perencanan teknologi tepat guna yang dapat digunakan dalam pengolahan
sampah
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui timbulan sampah perhari di TPA bakung
b. Mengetahui system yang digunakan dalam teknologi alat pencuci asap terhadap
pembakaran sampah
c. Mengetahui biaya yang dibutuhkan untuk menerapkan teknologi alat pencuci asap
terhadap pembakaran sampah
D. Manfaat Penelitian
1. Memberikan informasi kepada institusi mengenai rancangan teknologi tepat guna
untuk pengolahan sampah
2. Bagi penulis, dapat menerapkan ilmu yang diperoleh selama pendidikan di
Politeknik Kesehatan Tanjungkarang Progam Studi Sarjana Terapan Sanitasi
Lingkungan.
3. Bagi pengelola TPA Bakung sebagai informasi mengenai perencanaan rancangan
teknologi tepat guna untuk pengolahan sampah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Sampah
Menurut definisi World Health Organization (WHO) sampah adalah sesuatu yang tidak
digunakan, tidak diapakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari
kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya (Chandra, 2006).
B. Jenis-jenis Sampah
Perkotaan Dalam Undang- Undang No.18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah,
jenis dan sumber sampah yang diatur adalah :
1. Sampah Rumah Tangga Yaitu sampah yang berbentuk padat yang berasal dari sisa
kegiatan seharihari di rumah tangga, tidak termasuk tinja dan sampah spesifik dan
dari proses alam yang berasal dari lingkungan rumah tangga. Sampah ini
bersumber dari rumah atau dari komplek perumahan.
2. Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga yaitu sampah rumah tangga yang bersala
bukan dari rumah tangga dan lingkungan rumah tangga melainkan berasal dari
sumber lain seperti pasar, pusat perdagangan, kantor, sekolah, rumah sakit, rumah
makan, hotel, terminal, pelabuhan, industri, taman kota, dan lainnya.
3. Sampah Spesifik yaitu sampah rumah tangga atau sampah sejenis rumah tangga
yang karena sifat,konsentrasi dan/atau jumlahnya memerlukan penanganan khusus,
meliputi, sampah yang mengandung B3 (bahan berbahaya dan beracun seperti
batere bekas, bekas toner, dan sebagainya), sampah yang mengandung limbah B3
(sampah medis), sampah akibat bencana, puing bongkaran, sampah yang secara
teknologi belum dapat diolah, sampah yang timbul secara periode (sampah hasil
kerja bakti).
E. Karakteristik Sampah
Sampah mempunyai sifat fisik, kimia, dan biologis. Pengetahuan akan sifat-sifat ini
sangat penting untuk perencanaan dan pengelolaan sampah secara terpadu. Sampah
diklasifikasikan dalam karakteristiknya sebagai berikut (Tchobanoglous dkk., 1993)
yaitu:
1. Karakteristik fisik
a. Berat spesifik sampah
Dinyatakan sebagai berat per unit (kg/m3 ). Dalam pengukuran berat spesifik
sampah, harus disebutkan dimana dan dalam kondisi bagaimana sampah
diambil sebagai sampling untuk menghitung berat spesifik sampah. Berat
spesifik sampah dipengaruhi oleh letak geografis, lokasi, jumlah musim, dan
lama waktu penyimpanan. Hal ini sangat penting untuk mengetahui volume
sampah yang diolah. Penelitian komposisi sampah dengan metode sampling
dengan jumlah sampel 100 kg (Tchobanoglous dkk., 1993; ASTM D5231-92
(2008)), pengambilan sampel minimal selama seminggu.Pengambilan sampel
sampah secara random di TPS dilakukan dengan metode perempatan (quarterly
method), yaitu mengaduk serata mungkin, kemudian sampah tersebut dibagi
menjadi empat bagian, sedemikian seterusnya sampai diperoleh sampel
sebanyak 100 kg. Penentuan recovery factor (persentase setiap komponen
sampah yang masih dapat dimanfaatkan kembali/didaur ulang) dilakukan
dengan cara dipilah komponen yang bisa didaur ulang dan dibuat kompos,
kemudian ditimbang kembali.
b. Kelembaban
Kelembaban sampah dapat dinyatakan dengan dua cara, yaitu dengan metode
berat basah dan metode berat kering. Metode basah dinyatakan dalam persen
berat basah bahan, dan metode kering dinyatakan sebagai persen berat kering
bahan. Secara umum metode berat basah sering digunakan.
c. Ukuran partikel
Sangat penting untuk pengolahan akhir sampah, terutama pada tahap mekanis
untuk mengetahui ukuran penyaringan dan pemisahan magnetik.
d. Field Capacity
adalah jumlah air yang dapat tertahan dalam sampah, dan dapat keluar dari
sampah akibat daya grafitasi. Field Capacity sangat penting untuk mengetahui
komponen lindi dalam landfill. Field Capacity bervariasi tergantung dari
perbedaan tekanan dan dekomposisi sampah. Sampah dari daerah permukiman
dan komersial yang tanpa pemadatan Field Capacity sebesar 50 % sampai 60
%.
e. Kepadatan sampah
Konduktifitas sampah sangat penting untuk mengetahui pergerakan dari cairan
dan gas dalam landfill.
2. Karakteristik Kimia
Karakteristik kimia sampah sangat penting dalam mengevaluasi proses alternatif
dan pilihan pemulihan energi. Apabila sampah digunakan sebagai energi bahan
bakar, maka komponen yang harus diketahui adalah analisis proksimasi
(kandungan air, kandungan abu dan kandungan karbon tetap), titik abu sampah,
analisis ultimasi (persentase C, H, O, N, S, dan abu) dan besarnya energi.
a. Analisis proksimasi
Bertujuan mengetahui bahan-bahan yang mudah terbakar dan tak mudah
terbakar. Biasanya dilakukan tes untuk komponen yang mudah terbakar
supaya mengetahui kandungan volatil, kandungan abu, kandungan karbon
tetap dan kandungan air.
c. Analisis ultimasi
Adalah penentuan persentase komponen yang ada dalam sampah seperti
persentase C, H, N, S, dan abu. Analisis ultimasi ini bertujuan menentukan
karakteristik kimia bahan organik sampah secara biologis. Misalkan pada
komposting perlu diketahui rasio C/N sampah, supaya dapat berlangsung
baik.
d. Kandungan energi
Kandungan energi dari komponen organik dari sampah, dapat ditentukan
dengan Bomb Calorimeter.
3. Karakteristik Biologis
Sampah organik memiliki komposisi biologis. Fraksi organik dari sampah dapat
dibedakan menjadi beberapa bagian yaitu :
a. Kandungan terlarut seperti gula, asam amino dan berbagai macam asam
organik
b. Hemiselulosa, yaitu hasil penguraian gula
c. Selulosa, yaitu hasil penguraian glukosa
d. Lemak, minyak dan lilin
e. Lignin, material polimer yang terdiri dari cincin aromatik dengan gugus
methoksil. Biasanya terdapat pada kertas, seperti kertas koran dan fiberbroad
f. Lignoselulosa, kombinasi dari lignin dan selulosa
g. Protein, yang terdiri dari rantai asam amino
F. Dampak Negatif Sampah
Menurut Gilbert (dalam Ni Komang Ayu Artiningsih, 2008: 32), ada tiga dampak
negatif sampah terhadap manusia dan lingkungan, yaitu :
1. Dampak Terhadap Kesehatan
Lokasi dan pengelolaan sampah yang kurang memadai (pembuangan sampah yang
tidak terkontrol) merupakan tempat yang cocok bagi beberapa organisme dan
menarik bagi binatang, seperti lalat dan anjing yang dapat menjangkitkan penyakit.
Potensi bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan adalah:
a. Penyakit diare, kolera, dan tifus yang dapat menyebar dengan cepat karena virus
yang berasal dari sampah yang dikelola dengan tidak tepat dapat bercampur
dengan air minum. Penyakit demam berdarah (haemorhagic fever) dapat juga
meningkat dengan cepat di daerah yang pengelolaan sampahnya kurang
memadai
b. Penyakit jamur juga dapat menyebar (misalnya jamur kulit)
c. Penyakit yang dapat menyebar melalui rantai makanan. Salah satu contohnya
adalah penyakit yang dijangkitkan oleh cacing pita (taenia). Cacing ini
sebelumnya masuk ke dalam pencernaan binatang ternak melalui makanannya
yang berupa sisa makanan/sampah
G. Pengelolaan Sampah
3. Metode Pengomposan
Pengomposan pengolahan sampah organik menjadi kompos yang berguna untuk
memperbaiki kesuburan tanah. Pada bagian ini akan dijabarkan dengan lebih detail
mengenai teknik pengomposan. Berbeda dengan proses pengolahan sampah yang
lainnya, dalam pengomposan, baik bahan baku, tempat pembuatan maupun cara
pembuatan dapat dilakukan oleh siapapun dan dimanapun.
Kompos dapat digunakan untuk tanaman hias, tanaman sayuran, tanaman buah-
buahan maupun tanaman padi disawah. Bahkan hanya dengan ditaburkan diatas
permukaan tanah, maka sifat-sifat tanah tersebut dapat dipertahankan atau dapat
ditingkatkan. Apalagi untuk kondisi tanah yang baru dibuka, biasanya tanah yang
baru dibuka maka kesuburan tanah akan menurun. Oleh karena itu, untuk
mengembalikan atau mempercepat kesuburannya maka tanah tersebut harus
ditambahkan kompos. Menurut Unus, banyak faktor yang mempengaruhi proses
pembuatan kompos, baik biotik maupun abiotik. Faktor –faktor tersebut antara lain :
a. Pemisahan bahan : bahan-bahan yang sekiranya lambat atau sukar untuk
didegradasi/diurai, harus dipisahkan/diduakan, baik yang berbentuk logam,
batu, maupun plastik. Bahkan, bahan-bahan tertentu yang bersifat toksik serta
dapat menghambat pertumbuhan mikroba, harus benar-benar dibebaskan dari
dalam timbunan bahan, misalnya residu pestisida
b. Bentuk bahan : semakin kecil dan homogen bentuk bahan, semakin cepat dan
baik pula proses pengomposan. Karena dengan bentuk bahan yang lebih kecil
dan homagen, lebih luas permukaan bahan yang dapat dijadikan substrat bagi
aktivitas mikroba. Selain itu, bentuk bahan berpengaruh pula terhadap
kelancaran difusi oksigen yang diperlukan serta pengeluaran CO2 yang
dihasilkan
c. Nutrien : untuk aktivitas mikroba di dalam tumpukan sampah memerlukan
sumber nutrien Karbohidrat, misalnya antara 20% - 40% yang digunakan akan
diasimilasikan menjadi komponen sel dan CO2, kalau bandingan sumber
nitrogen dan sumber Karbohidrat yang terdapat di dalamnya (C/N-resio) = 10 :
1. Untuk proses pengomposan nilai optimum adalah 25 : 1, sedangkan
maksimum 10 : 1. (Unus Suriawiria, 2002).
2. Pengumpulan sampah
Pengumpulan Sampah Kegiatan pengumpulan sampah merupakan kegiatan
operasional yang dimulai dari sumber sampah ketempat penampungan sementara
(TPS)/trasfer depo, sebelum diangkut ketempat pembuangan akhir (TPA).
Peralatan yang diperlukan dalam pengumpulan sampah terdiri dari:
a. Kantong plastik
b. Kontainer
c. Transfer depo
3. Pemindahan sampah
4. Pengangkutan sampah
Pengangkutan Kegiatan pengangkutan sampah merupakan kegiatan operasional
yang dimulai dari titik-titik pengumpulan sampah/TPS/Transfer Depo sampai ke
TPA. Untuk menunjang kelancaran dalam dalam pengangkutan sampah diperlukan
armada angkut seperti Truk, Dump Truk, Arm Roll Truk.
Perencanaan
Alat Pencuci Asap
Jenis-jenis sampah
Timbulan sampah
Periode
Dinding
Kriteria
Beton
Ruang Pembakaran
Sampah
Kriteria
6 Ruang Pembakaran Ruang yang digunakan Pengukuran Meteran, alat tulis, P×l×t = luas ruangan
sampah untuk menampung sampah dan Autocad
dan proses pembakaran
sampah
7 Ruang Pencuci Asap Ruang yang digunakan Pengukuran Meteran, alat tulis, P×l×t = luas ruangan
untuk tempat air yang dan Autocad
digunakan untuk mencuci
asap
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat Deskriptif, dalam hal ini peneliti ingin mengetahui gambaran
jumlah timbulan, jenis, karakteristik, periode penyimpanan, kriteria TPA dan
merancang desain Alat pencuci asap dengan system destilasi dalam proses
pembakaran sampah di TPA Bakung Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar
Lampung
1. Populasi
Populasi merupakan wilayah generasi yang terdiri atas objek atau subjek yang
mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Populasi merupakan keseluruhan subjek
penelitian (Sugiyono, 2008). Dalam penelitian ini populasinya adalah timbulan
sampah yang terdapat di TPA Bakung setiap harinya.
2. Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan random sampling, yaitu pengambilan sampel diambil secara acak.
Agar karakteristik sampel tidak menyimpang dari populasinya, maka sebelum
dilakukan pengambilan sampel perlu ditentukan kriteria inklusi dan eksklusi
(Notoatmodjo, 2010).
D. Cara Pengumpulan Data
Cara pengumpulan data merupakan cara peneliti untuk mengumpulkan data dalam
penelitian (Hidayat, 2007). Dilihat dari sumbernya, data penelitian digolongkan
menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder (Siswanto, Susila&Suyanto, 2013).
a. Data Primer
1. Data primer atau data tangan pertama adalah data yang diperoleh langsung dari
subjek penelitian dengan menggunakan alat pengukuran atau alat pengambilan
data langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang di cari. Data primer
dalam penelitian ini didapatkan dengan mendatangi langsung responden
kemudian meminta persetujuan responden dan mengumpulkan melalui
kuesioner, wawancara dan lembar observasi yang telah disiapkan oleh peneliti.
Data Primer adalah data yang diperoleh melalui:
a. Wawancara, yaitu peneliti mewawancarai Pengelola TPA Bakung
b. Observasi, yaitu peneliti melakukan pengamatan langsung untuk
melihat keadaan di TPA Bakung Kecamatan eluk Betung Barat Kota
Bandar Lampung
c. Dokumentasi, yaitu cara pengumpulan data melalui peninggalan arsip
arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil-dalil atau
hukum-hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penelitian.
b. Data Sekunder
Data sekunder atau data tangan kedua adalah data yang diperoleh lewat pihak
lain, tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitiannya. Data
sekunder biasanya berwujud data dokumentasi atau data laporan yang telah
tersedia. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari TPA Bakung
Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung
E. Alat Pengumpul Data
1. Pengolahan Data
Data yang diperoleh dari hasil pengukuran, pengamatan dan wawancara
disajikan dalam bentuk tabel gambar desain dan naratif.
2. Analisis Data
Hasil Pengamatan Pengukuran jumlah timbulan, jenis-jenis, karakteristik sampah
yang dihasilkan, kemudian agar dapat menentukan luas ruangan untuk tempat
pembakaran sampah dan ruangan pencuci asap dan mendesain TPS dengan
gambar perspektif dan disain potongan gambar autocad pada setiap unit desain
Alat pencuci asap tahun 2020.
DAFTAR PUSTAKA
Jailan, dkk. 2016. Sistem Pengelolaan dan Upaya Penanggulangan sampah di Kota
Ternate. Jurnal Bioedukasi Vol 4 No (2) Maret 2016
Sumantri, Arif. 2010. Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Kencana Predana Media Group