Puji Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas bimbingan dan
petunjukNya sehingga makalah tentang pengurangan limbah B3.
Kegiatan ini merupakan salah satu kegiatan yang harus di laksanakan dalam rangka
menunjang kegiatan perkuliahan kami di Jurusan Kesehatan Lingkungan dan sekaligus sebagai
salah satu persyaratan kami sebagai mahasiswa untuk mengikuti Ujian nanti.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada penyusunan makalah
ini. Oleh karena itu kami mengundang para pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang
bersifat membangun untuk kemajuan ilmu pengetahuan ini.
Terima kasih, dan semoga makalah ini dapat memberikan sumbangsih positif bagi kita semua.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (Limbah B3) adalah limbah yang harus dikelola dengan
baik, terutama di lingkungan perusahaan sebagai penghasil limbah B3. Pengelolaan limbah B3
dimulai dari pengurangan di sumber, pemanfaatan melalui 3R baik di dalam perusahaan
maupun diluar perusahaan. Pemanfaatan limbah B3 pada umumnya untuk bahan baku dan
bahan bakar. Bila tidak mampu baru dilakukan pengolahan (misal: pembakaran di incenerator),
dan terakhir penimbunan di landfill.
Berdasarkan hirarkhi pengelolaan Limbah B3, maka prioritas utamanya adalah pengurangan
dan pemanfaatan limbah B3 di perusahaan. Secara umum Limbah B3 terbentuk karena
penggunaan Bahan B3 dalam proses produksi dan kegiatan di perusahaan.Limbah B3 juga
terbentuk karena kurang optimal dalam melakukan “good housekeeping”dan handling
terhadap bahan B3. Disamping itu karena tercampurnya Limbah B3 dengan Limbah Non B3.
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1.3 Tujuan
3) Untuk mengetahui dan memahami cara/metoda dalam upaya pengurangan limbah B3.
BAB II
LANDASAN TEORI
Limbah B3 mungkin kata-kata ini tidak asing ditelinga kita, ketika melihat begitu banyak kasus
pencemaran lingkungan yang terjadi di Indonesia, dimulai dari kasus PT Newmont di Teluk
Buyat, hingga kasus penolakan ekspor ikan Indonesia karena mengandung limbah B-3. Melihat
dan mendengar itu semua tentu saja menjadi suatu pertanyaan seperti apakah limbah B-3
tersebut sehingga begitu berbahaya serta diawasi dengan ketat sekali.
Pengertian limbah B3 berdasarkan BAPEDAL (1995) ialah setiap bahan sisa (limbah) suatu
kegiatan proses produksi yang mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3) karena sifat
(toxicity, flammability, reactivity, dan corrosivity) serta konsentrasi atau jumlahnya yang baik
secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak, mencemarkan lingkungan, atau
membahayakan kesehatan manusia.
1. Primary sludge, yaitu limbah yang berasal dari tangki sedimentasi pada pemisahan awal
dan banyak mengandung biomassa senyawa organik yang stabil dan mudah menguap.
2. Chemical sludge, yaitu limbah yang dihasilkan dari proses koagulasi dan flokulasi.
3. Excess activated sludge, yaitu limbah yang berasal dari proses pengolahan dengan
lumpur aktif sehingga banyak mengandung padatan organik berupa lumpur dari hasil
proses tersebut.
4. Digested sludge, yaitu limbah yang berasal dari pengolahan biologi dengan digested
aerobic maupun anaerobic di mana padatan/lumpur yang dihasilkan cukup stabil dan
banyak mengandung padatan organik.
Beberapa konsep wawasan lingkungan terbaru sebagai acuan berperilaku ramah lingkungan,
misalnya pada konteks perusahaan, menurut Soemantojo (2000) konsep pengelolaan limbah
telah bergeser dari tindakan pengelolaan limbah yang bersifat penanggulangan, terhadap
limbah yang terlanjur keluar dari proses produksi atau dikenal sebagai end of pipe treatment,
menjadi tindakan minimisasi limbah yang bersifat pencegahan yang dikenal sebagai konsep 3R
yaitu reduksi pada sumber (reduction), pemakaian kembali (reuse), dan daur ulang (recycle).
Sebenarnya ada lebih dari 3R upaya pencegahan lingkungan, seperti yang dikemukakan oleh
Soerjani (2006) ada 13R yaitu: Reduce (dikurangi), Refuse (ditolak), Replace (diganti), Reuse
(digunakan kembali), Repair (diperbaiki), Recondition (dikembalikan semula), Reconstruct
(dibangun kembali), Recharge (diberdayakan), Rechange (ditukar), Redurability (diperlama
masa pemakaiannya), Restrengted (diperkuat), Remediation (diatur kembali), dan Rehabilition
(direhabilitasi kembali).
Definisi minimisasi adalah upaya mengurangi volume, konsentrasi, toksisitas, dan tingkat
bahaya limbah yang berasal dari proses produksi dengan jalan reduksi pada sumbernya dan
atau pemanfaatan limbah. Pengertian reduksi limbah pada sumbernya adalah upaya
mengurangi volume, konsentrasi, toksisitas dan tingkat bahaya limbah yang menyebar ke
lingkungan secara preventif pada sumber pencemar.
Minimisasi menjadi konsep yang baik kerena memiliki beberapa keuntungan antara lain, yaitu:
a. Minimasi limbah menghemat berbagai sumberdaya yang sangat berharga seperti mineral,
energi, hutan alami dan lahan
b. Minimasi limbah dapat menghemat uang dengan berbagai cara yang dilakukan seperti: lebih
sedikit uang digunakan untuk membeli material, biaya pembuangan limbah dapat dikurangi,
bisnis menjadi lebih efisien
c. Minimasi limbah dapat mengurangi dampak terhadap lingkungan seperti mengurangi areal
yang rusak akibat sumberdaya alam, permanenan dan pembuangan limbah, membutuhkan
lebih sedikit bahan bakar fosil dalam menghasilkan energi panas, mengurangi efek rumah kaca
dan polusi.
Pada konteks kemasyarakatan, ada beberapa perilaku berwawasan lingkungan yang baik untuk
diterapkan. Perilaku tersebut berorientasi pada pencegahan pencemaran lingkungan yang
terangkum dalam 3R (Recycle, Reuse dan Reduce) yaitu:
a. Recycle
2. Mendaur ulang segala yang dapat didaur ulang: plastik, kupasan buah segar dan sayur mayur,
kertas dan kardus, gelas dan kaleng.
b. Reuse
• Memilih alat rumah tangga atau elektronik yang hemat energi
• Mulai menggunakan energi bahan bakar alternatif yang tidak hanya dari bahan energi fosil,
misalnya biogas, biodisel, surya sel dsbnya
• Mengurangi emisi CFC dan emisi pengganti CFC dengan tidak menggunakan aerosol dan
menggunakan energi efisien.
c. Reduce
• Menanam pohon untuk menyerap gas karbon dioksida yang ada di udara.
• Menggunakan sepeda atau berjalan kaki untuk jarak yang tidak begitu jauh <5 km
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Dalam pengelolaan limbah B3, identifikasi dan karakteristik limbah B3 adalah hal yang
penting dan mendasar. Banyak hal yang yang sebelumnya perlu diketahui agar dalam
penanggulangan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun tersebut menjadi tepat dan
bukannya malah menambahkan masalah pada limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
tersebut
2. Pengaruh limbah B3 terhadap mahluk hidup, khususnya manusia terdiri atas 2 kategori
yaitu: (1) efek akut, dan (2) efek kronis. Efek akut dapat menimbulkan akibat berupa
kerusakan susunan syaraf, kerusakan sistem pencernaan, kerusakan sistem kardio
vasculer, kerusakan system pernafasan, kerusakan pada kulit, dan kematian. Sementara
itu, efek kronis dapat menimbulkan efek karsinogenik (pendorong terjadinya kanker),
efek mutagenik (pendorong mutasi sel tubuh), efek teratogenik (pendorong terjadinya
cacat bawaan), dan kerusakan sistem reproduksi.
3. Upaya untuk mengurangi atau meminimalisir limbah B3 bisa di lakukan dengan salah
satu cara yaitu 3R : Recycle, Reuse dan Reduce.
3.2 Saran
Dan dari segi materi, berhubung penulis mengambil tema yaitu B3 atau Bahan Berbahaya dan
Beracun,maka selaku penulis berharap agar penanganan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
tersebut jangan dijadikan masalah yang sepele, namun hal tersebut tentunya dapat menjadi
perhatian kita bersama,bukan hanya pemerintah ,tetapi kita semua, karena apabila dampak
dari limbah B3 tersebut telah menyebar luas, maka bukan hanya satu ataupun dua orang yang
akan menerima akibatnya, tetapi juga akan berpengaruh terhadap orang banyak termasuk
mungkin diri kita sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
http://donymei.blogspot.com/2010/09/dampak-limbah-b3.html
http://mualliffachrozi. blogspot.com/2010/02/mengen-al-limbah-radioaktif-dalam.html
https://environment-indonesia.com/training/cara-mengolah-dan-menangani-limbah-b3-
dengan-benar/