Anda di halaman 1dari 10

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas bimbingan dan
petunjukNya sehingga makalah tentang pengurangan limbah B3.
Kegiatan ini merupakan salah satu kegiatan yang harus di laksanakan dalam rangka
menunjang kegiatan perkuliahan kami di Jurusan Kesehatan Lingkungan dan sekaligus sebagai
salah satu persyaratan kami sebagai mahasiswa untuk mengikuti Ujian nanti.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada penyusunan makalah
ini. Oleh karena itu kami mengundang para pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang
bersifat membangun untuk kemajuan ilmu pengetahuan ini.
Terima kasih, dan semoga makalah ini dapat memberikan sumbangsih positif bagi kita semua.

Jambi, Maret 2020

Penyusun

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (Limbah B3) adalah limbah yang harus dikelola dengan
baik, terutama di lingkungan perusahaan sebagai penghasil limbah B3. Pengelolaan limbah B3
dimulai dari pengurangan di sumber, pemanfaatan melalui 3R baik di dalam perusahaan
maupun diluar perusahaan. Pemanfaatan limbah B3 pada umumnya untuk bahan baku dan
bahan bakar. Bila tidak mampu baru dilakukan pengolahan (misal: pembakaran di incenerator),
dan terakhir penimbunan di landfill.

Berdasarkan hirarkhi pengelolaan Limbah B3, maka prioritas utamanya adalah pengurangan
dan pemanfaatan limbah B3 di perusahaan. Secara umum Limbah B3 terbentuk karena
penggunaan Bahan B3 dalam proses produksi dan kegiatan di perusahaan.Limbah B3 juga
terbentuk karena kurang optimal dalam melakukan “good housekeeping”dan handling
terhadap bahan B3. Disamping itu karena tercampurnya Limbah B3 dengan Limbah Non B3.

Pemerintah dengan berbagai instrument lingkungannya berupaya untuk melakukan


pengawasan terhadap limbah B3. Merujuk amanat Peraturan pemerintah no. 101 Tahun 2014
tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, dimana dalam aturan tersebut
tercantum bagaimana upaya perusahaan untuk mengurangi terbentuknya limbah B3 dan
bagaimana memanfaat limbah B3 yang terbentuk diperusahaan. Selain PP no. 101 tahun 2014,
instrument lain yang menuntut pengurangan dan pemanfaat limbah B3.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut :

1) Apa Definisi dari Limbah B3 ?

2) Apa akibat Limbah B3 terhadap manusia ?


3) Bagaimana cara/metoda dalam upaya pengurangan limbah B3?

1.3 Tujuan

Tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut :

1) Untuk mengetahui definisi dari LImbah B3.

2) Untuk mengetahui dan memahami akibat dari limbah B3 terhadap manusia?

3) Untuk mengetahui dan memahami cara/metoda dalam upaya pengurangan limbah B3.

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 DEFINISI LIMBAH B3

Limbah B3 mungkin kata-kata ini tidak asing ditelinga kita, ketika melihat begitu banyak kasus
pencemaran lingkungan yang terjadi di Indonesia, dimulai dari kasus PT Newmont di Teluk
Buyat, hingga kasus penolakan ekspor ikan Indonesia karena mengandung limbah B-3. Melihat
dan mendengar itu semua tentu saja menjadi suatu pertanyaan seperti apakah limbah B-3
tersebut sehingga begitu berbahaya serta diawasi dengan ketat sekali.

Pengertian limbah B3 berdasarkan BAPEDAL (1995) ialah setiap bahan sisa (limbah) suatu
kegiatan proses produksi yang mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3) karena sifat
(toxicity, flammability, reactivity, dan corrosivity) serta konsentrasi atau jumlahnya yang baik
secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak, mencemarkan lingkungan, atau
membahayakan kesehatan manusia.

Berdasarkan sumbernya, limbah B3 dapat diklasifikasikan menjadi:

1. Primary sludge, yaitu limbah yang berasal dari tangki sedimentasi pada pemisahan awal
dan banyak mengandung biomassa senyawa organik yang stabil dan mudah menguap.
2. Chemical sludge, yaitu limbah yang dihasilkan dari proses koagulasi dan flokulasi.
3. Excess activated sludge, yaitu limbah yang berasal dari proses pengolahan dengan
lumpur aktif sehingga banyak mengandung padatan organik berupa lumpur dari hasil
proses tersebut.
4. Digested sludge, yaitu limbah yang berasal dari pengolahan biologi dengan digested
aerobic maupun anaerobic di mana padatan/lumpur yang dihasilkan cukup stabil dan
banyak mengandung padatan organik.

2.2 Akibat limbah B3 terhadap manusia

Limbah B3 ternyata menimbulkan berbagai penyakit yang membahayakan. Hal ini


dikarenakan penyakit itu timbul dari lingkungan di mana kita tinggal, sehingga tanpa menyadari
kita terkena penyakit tersebut. Manusia memang dapat mengeluarkan zat toksin secara
natural, namun racun dari limbah B3 lebih lambat dikeluarkan. Pengaruh limbah B3 pada
manusia memiliki dua kategori, yaitu efek akut dan efek kronis. Efek akut menimbulkan
kerusakan susunan syaraf, sistem pencernaan, kardiovaskuler, dan pernafasan, serta penyakit
kulit bahkan kematian. Sedangkan efek kronis menimbulkan efek pemicu kanker, mutasi sel
tubuh, cacat bawaan, serta kerusakan sistem reproduksi.
Limbah B3 tersebut juga dapat merusak atau mengganggu sistem pernafasan dan
pencernaan. Jaringan paru-paru akan mengalami kerusakan berat, dan makanan yang
terkontaminasi limbah menyebabkan kerusakan hati. Selain itu, kurangnya jasa pengolahan
limbah B3 juga akan berefek pada janin dan pertumbuhan bayi. Hal ini diturunkan dari ibu yang
mempunyai kadar racun yang sudah menembus plasenta. Para bayi yang memiliki kandungan
racun limbah dapat menderita tuli, kebutaan, kerusakan otak yang berujung retardasi mental
atau celebral palsy. Oleh karena itu, jasa pengolahan limbah B3 sangat dibutuhkan supaya
dampak buruk tersebut semakin berkurang. Tiga metode pengolahan paling populer adalah
chemical conditioning, solidification/stabilization, dan incineration. Chemical conditioning
bertujuan untuk membuat senyawa-senyawa stabil, menghancurkan organisme patogen,
memanfaatkan hal-hal yang memiliki nilai ekonomi dari proses pengolahan ini, serta
mengkondisikan lumpur supaya tidak berbahaya saat dilepaskan ke lingkungan. Sedangkan
pengolahan limbah B3 dengan cara solidification/stabilization adalah proses pencampuran
limbah dengan bahan aditif untuk mengurangi kadar racun limbah dan menurunkan laju migrasi
bahan pencemar. Solidification adalah proses pemadatan zat/senyawa berbahaya dengan
bahan aditif dan berkaitan dengan proses stabilisasi.

2.3 Upaya pengurangan limbah B3

Beberapa konsep wawasan lingkungan terbaru sebagai acuan berperilaku ramah lingkungan,
misalnya pada konteks perusahaan, menurut Soemantojo (2000) konsep pengelolaan limbah
telah bergeser dari tindakan pengelolaan limbah yang bersifat penanggulangan, terhadap
limbah yang terlanjur keluar dari proses produksi atau dikenal sebagai end of pipe treatment,
menjadi tindakan minimisasi limbah yang bersifat pencegahan yang dikenal sebagai konsep 3R
yaitu reduksi pada sumber (reduction), pemakaian kembali (reuse), dan daur ulang (recycle).

Sebenarnya ada lebih dari 3R upaya pencegahan lingkungan, seperti yang dikemukakan oleh
Soerjani (2006) ada 13R yaitu: Reduce (dikurangi), Refuse (ditolak), Replace (diganti), Reuse
(digunakan kembali), Repair (diperbaiki), Recondition (dikembalikan semula), Reconstruct
(dibangun kembali), Recharge (diberdayakan), Rechange (ditukar), Redurability (diperlama
masa pemakaiannya), Restrengted (diperkuat), Remediation (diatur kembali), dan Rehabilition
(direhabilitasi kembali).

Definisi minimisasi adalah upaya mengurangi volume, konsentrasi, toksisitas, dan tingkat
bahaya limbah yang berasal dari proses produksi dengan jalan reduksi pada sumbernya dan
atau pemanfaatan limbah. Pengertian reduksi limbah pada sumbernya adalah upaya
mengurangi volume, konsentrasi, toksisitas dan tingkat bahaya limbah yang menyebar ke
lingkungan secara preventif pada sumber pencemar.

Minimisasi menjadi konsep yang baik kerena memiliki beberapa keuntungan antara lain, yaitu:

a. Minimasi limbah menghemat berbagai sumberdaya yang sangat berharga seperti mineral,
energi, hutan alami dan lahan

b. Minimasi limbah dapat menghemat uang dengan berbagai cara yang dilakukan seperti: lebih
sedikit uang digunakan untuk membeli material, biaya pembuangan limbah dapat dikurangi,
bisnis menjadi lebih efisien

c. Minimasi limbah dapat mengurangi dampak terhadap lingkungan seperti mengurangi areal
yang rusak akibat sumberdaya alam, permanenan dan pembuangan limbah, membutuhkan
lebih sedikit bahan bakar fosil dalam menghasilkan energi panas, mengurangi efek rumah kaca
dan polusi.

Pada konteks kemasyarakatan, ada beberapa perilaku berwawasan lingkungan yang baik untuk
diterapkan. Perilaku tersebut berorientasi pada pencegahan pencemaran lingkungan yang
terangkum dalam 3R (Recycle, Reuse dan Reduce) yaitu:

a. Recycle

1. Memilah antara sampah organik dan non organik

2. Mendaur ulang segala yang dapat didaur ulang: plastik, kupasan buah segar dan sayur mayur,
kertas dan kardus, gelas dan kaleng.

b. Reuse
• Memilih alat rumah tangga atau elektronik yang hemat energi

• Mencari merk yang memperhatikan lingkungan

• Menggunakan tas belanja yang mudah didaur ulang

• Menggunakan kendaraan umum untuk bepergian

• Mulai menggunakan energi bahan bakar alternatif yang tidak hanya dari bahan energi fosil,
misalnya biogas, biodisel, surya sel dsbnya

• Mengurangi emisi CFC dan emisi pengganti CFC dengan tidak menggunakan aerosol dan
menggunakan energi efisien.

• Memilih peralatan yang mempunyai usia pakai lebih lama

c. Reduce

• Memakai listrik seperlunya,

• Menanam pohon untuk menyerap gas karbon dioksida yang ada di udara.

• Hemat dalam menggunakan air

• Menggunakan sepeda atau berjalan kaki untuk jarak yang tidak begitu jauh <5 km

• Mengurangi penggunaan barang-barang yang tidak dapat didaur ulang.

• Mengurangi penggunaan produk yang tingkat kebutuhannya rendah


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari berbagai uraian di atas dapat disimpulan sebagai berikut :

1. Dalam pengelolaan limbah B3, identifikasi dan karakteristik limbah B3 adalah hal yang
penting dan mendasar. Banyak hal yang yang sebelumnya perlu diketahui agar dalam
penanggulangan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun tersebut menjadi tepat dan
bukannya malah menambahkan masalah pada limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
tersebut
2. Pengaruh limbah B3 terhadap mahluk hidup, khususnya manusia terdiri atas 2 kategori
yaitu: (1) efek akut, dan (2) efek kronis. Efek akut dapat menimbulkan akibat berupa
kerusakan susunan syaraf, kerusakan sistem pencernaan, kerusakan sistem kardio
vasculer, kerusakan system pernafasan, kerusakan pada kulit, dan kematian. Sementara
itu, efek kronis dapat menimbulkan efek karsinogenik (pendorong terjadinya kanker),
efek mutagenik (pendorong mutasi sel tubuh), efek teratogenik (pendorong terjadinya
cacat bawaan), dan kerusakan sistem reproduksi.
3. Upaya untuk mengurangi atau meminimalisir limbah B3 bisa di lakukan dengan salah
satu cara yaitu 3R : Recycle, Reuse dan Reduce.

3.2 Saran

Mengingat penjelasan-penjelasan dalam makalah diatas sangat jauh dari kesempurnaan,


karena masih banyaknya kekurangan dan kurang merinci dan lengkapnya materi yang dikutip
atau disampaikan. Maka untuk masa-masa yang akan datang semoga makalah ini dapat lebih
disempurnakan, dan lebih mendalami serta memperinci materi-materinya lagi,sehingga
makalah ini dapat disajikan dengan lebih baik lagi.

Dan dari segi materi, berhubung penulis mengambil tema yaitu B3 atau Bahan Berbahaya dan
Beracun,maka selaku penulis berharap agar penanganan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
tersebut jangan dijadikan masalah yang sepele, namun hal tersebut tentunya dapat menjadi
perhatian kita bersama,bukan hanya pemerintah ,tetapi kita semua, karena apabila dampak
dari limbah B3 tersebut telah menyebar luas, maka bukan hanya satu ataupun dua orang yang
akan menerima akibatnya, tetapi juga akan berpengaruh terhadap orang banyak termasuk
mungkin diri kita sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

http://donymei.blogspot.com/2010/09/dampak-limbah-b3.html

http://mualliffachrozi. blogspot.com/2010/02/mengen-al-limbah-radioaktif-dalam.html

https://environment-indonesia.com/training/cara-mengolah-dan-menangani-limbah-b3-
dengan-benar/

Anda mungkin juga menyukai