Anda di halaman 1dari 86

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri
maupun domestik (rumah tangga). Dimana masyarakat bermukim, disanalah berbagai
jenis limbah akan dihasilkan. Ada sampah, ada air kakus (black water), dan ada air
buangan dari berbagai aktivitas domestik lainnya (grey water).

Pengelolaan Limbah B3 adalah rangkaian kegiatan yang mencakup reduksi,


penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan, dan penimbunan
limbah B3. Pengelolaan Limbah B3 ini bertujuan untuk mencegah, menanggulangi
pencemaran dan kerusakan lingkungan, memulihkan kualitas lingkungan tercemar, dan
meningkatan kemampuan dan fungsi kualitas lingkungan.

Limbah padat lebih dikenal sebagai sampah, yang seringkali tidak dikehendaki
kehadirannya karena tidak memiliki nilai ekonomis. Bila ditinjau secara kimiawi,
limbah ini terdiri dari bahan kimia Senyawa organik dan Senyawa anorganik.

Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak


negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan
penanganan terhadap limbah. Tingkat bahaya keracunan yang ditimbulkan oleh limbah
tergantung pada jenis dan karakteristik limbah.

Limbah atau sampah yaitu limbah atau kotoran yang dihasilkan karena
pembuangan sampah atau zat kimia dari pabrik-pabrik. Limbah atau sampah juga
merupakan suatu bahan yang tidak berarti dan tidak berharga, tapi kita tidak mengetahui
bahwa limbah juga bisa menjadi sesuatu yang berguna dan bermanfaat jika diproses
secara baik dan benar.

Limbah atau sampah juga bisa berarti sesuatu yang tidak berguna dan dibuang
oleh kebanyakan orang, mereka menganggapnya sebagai sesuatu yang tidak berguna dan
jika dibiarkan terlalu lama maka akan menyebabkan penyakit padahal dengan
pengolahan sampah secara benar maka bisa menjadikan sampah ini menjadi benda
ekonomis.

Belakangan ini makin banyak limbah-limbah dari pabrik, rumah tangga,


perusahaan, kantor-kantor, sekolahan, dan sebagainya yang berupa cair, padat bahkan
berupa zat gas dan semuanya itu berbahaya bagi kehidupan kita. Memang, limbah
merupakan hal yang wajar dalam kehidupan manusia. Tetapi diluar kewajaran itu, ada
limbah yang lebih berbahaya lagi yang disebut dengan limbah B3 (bahan berbahaya dan
beracun).

1
Hal tersebut sebenarnya bukan merupakan masalah kecil, dan sepele, karena
apabila limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) tersebut dibiarkan ataupun dianggap
sepele penangannya, atau bahkan melakukan penanganan yang salah dalam menangani
limbah B3 tersebut, dampak dari limbah bahan berbahaya dan beracun tersebut akan
semakin meluas, bahkan dampaknya pun akan sangat dirasakan bagi lingkungan sekitar
kita, dan tentu saja dampak tersebut akan menjurus pada kehidupan makhluk hidup baik
dampak yang akan dirasakan dalam jangka pendek ataupun dampak yang akan dirasakan
dalam jangka panjang dimasa yang akan datang. (Prasetia, Agung. 2014)

Seiring dengan berjalannya waktu, limbah semakin hari semakin meningkat


jumlahnya. Limbah sangatlah berbahaya bagi kehidupan manusia atau makhluk hidup
lainnya. Banyak orang membuang, menimbun, bahkan menyimpan limbah dengan
jumlah yang banyak serta tidak dikelola dengan baik. Ternyata limbah-limbah tersebut
termasuk limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun),(Setiyono, 2002).

Konsep yang dapat digunakan dalam mengolah limbah, adalah konsep 4R, yaitu:

1. Reduce: mengurangi penggunaan produk yang akan menghasilkan sampah.


2. Reuse : menggunakan ulang, menjual atau menyumbangkan barang-barang yang
masih dapat dimanfaatkan.
3. Recycle: memodifikasi benda yang tadinya tidak bermanfaat, menjadi
bermanfaat.
4. Recovery: upaya pengambilan kembali atau pemanfaatan material yang masih
dapat dimanfaatkan.
Limbah pabrik kertas dapat menyebabkan kelainan reproduktif pada plankton
dan invertebrate yang menjadi makanan ikan serta kerang-kerangan. Sludge pabrik
kertas yang dibuang ke Kali menimbulkan pendangkalan sungai dan membunuh
tumbuhan air di tepi sungai karena tumbuhan tersebut tertutupi oleh lapisan bubur
kertas.

Limbah sludge tersebut mestinya tidak dibuang ke sungai bersama air limbah
tetapi diendapkan dan dikeringkan untuk kemudian dibuang secara sanitary land fill
atau dibakar agar tidak mencemari tanah,airdanudara.Sludge pabrik kertas sebenarnya
dapat di tangani dengan cara air limbah tersebut diendapkan terlebih dahulu dan
kemudian dikeringkan untuk selanjutnya dibuang secara sanitary land fill atau dibakar
agar tidak mencamari tanah, air dan udara.

Ada juga Limbah pabrik kertas dapat didaur ulang menjadi karton yang
memiliki nilai jual tinggi.Karton hasil pengolahan limbah pabrik kertas ini disebut
dengan kertas gembos. Proses pembuatannya relative sederhana. Sludge dan kertas
pemulung diproses menjadi bubur kertas. Kemudian dicetak menjadi lembaran dengan
ukuran 66 x 78 cm. Setelah itu, dijemur di bawah terik matahari selama empat
jam.Kemudian dihaluskan dengan rol kalender.Kemudian di pak dengan berat 25
kg.Hal ini tentu saja terasa lebih bernilai ekonomis serta dapat mengurangi dampak
terhadap lingkungan.

2
1.2 Tujuan
 Tujuan Umum
Mengetahui cara cara pengangkutan, pengumpulan dan penyimpanan limbah B3
kertas yang benar, sesuai dengan perundang undangan di Indonesia

 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pembuatan instrumen identifikasi limbah B3
2. Untuk mengetahui pembuatan instrumen penyimpanan limbah B3
3. Untuk mengetahuimenyusun form pengumpulan limbah B3
4. Untuk mengetahui penilaian form pengumpulan limbah B3
5. Untuk mengetahui menyusun form pengangkutan limbah B3
6. Untuk mengetahui penilaian form pengangkutan limbah B3
7. Untuk megetahui desain penimbunan limbah B3

1.3 Manfaat
Agar mahasiswa dan masyarakat mampu mengetahui dan memahami tentang apa yang
dimaksud limbah B3 dan tentang penyimpanan ,pengumpulan danpengangkutan B3
yang baik dan benar sesuai perundang undangan yang sudah ditetapkan.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian

Limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung zat,
energi, dan/atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau jumlahnya, baik
secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusak
lingkungan hidup, dan/atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, serta
kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lain ( PP No. 101, 2014 (Pasal 1).
Intinya adalah setiap materi yang karena konsentrasi dan atau si&at danatau jumlahnya
mengandung B3 dan membahayakan manusia, mahluk hidup dan lingkungan, apapun
jenis sisa bahannya.

Tujuan pengelolaan B3 adalah untuk mencegah dan menanggulangi pencemaran


atau kerusakan lingkungan hidup yang diakibatkan oleh limbahB3 serta melakukan
pemulihan kualitas lingkungan yang sudah tercemar sehingga sesuai dengan fungsinya
kembali.

Dari hal ini jelas bahwa setiap kegiatan dan usaha yang berhubungan dengan
B3, baik penghasil, pengumpul, pengangkut, pemanfaatan, pengolah dan penimbun B3,
harus memperhatikan aspek lingkungan dan menjaga kualitas lingkungan tetap pada
kondisi semula.Dan apabila terjadi pencemaran akibat tertumpah, tercecer dan rembesan
limbah B3, harus dilakukan upaya optimalagar kualitas lingkungan kembali kepada
fungsi semula.

2.2 Identifikasi Bahan Berbahaya dan Beracun


2.1.1 Klasifikasi Limbah B3
Klasifikasi limbah Peraturan Pemerintah RI Pasal 1 No. 101 Tahun 2014 tentang
Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Limbah B3 berdasarkan
sumbernya dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yaitu:
1. Limbah dari sumber spesifik. Limbah B3 ini merupakan sisa proses suatu
industri kegiatan tertentu.
2. Limbah dari sumber yang tidak spesifik. Untuk limbah B3 ini berasal bukan
dari proesutamanya, misalnya dari kegiatan pemeliharaan alat, pencucian,
inhibitor, korosi, pelarut perak, pengemasan dan lain-lain.

4
3. Limbah B3 dari bahan kadaluarsa, tumpahan, sisa kemasan, atau buangan
produk yang tidak memenuhi spesifikasi. Limbah jenis ini tidak memenuhi
spesifikasi yang ditentukan atau tidak dapat dimanfaatkan kembali, sehingga
memerlukan pengelolaan seperti limbah B3 lainnya.
Selain berdasarkan sumber, limbah B3 dibedakan atas jenis buangan
yaitu:
1. Buangan radioaktif, buangan yang mengemisikan radioaktif berbahaya,
persisten untuk periode waktu yang lama.
2. Buangan bahan kimia, umumnya digolongkan lagi menjadi: (i) synthetic
organics; (ii) anorganik logam, garam-garam, asam dan basa; (iii) flamable dan
(iv)explosive.
3. Buangan biological, dengan sumber utama: rumah sakit, penelitian
biologi.Sifat terpenting sumber ini menyebabkan sakit pada mahluk hidup
danmenghasilkan toxin.

2.1.2 Karakteristik Limbah B3


Limbah B3 dibedakan berdasarkan karakteristiknya sebagai berikut
(Padmaningrum, 2010):
A. Mudah terbakar (Flamable)

Gambar 2.1. Simbol B3 Bersifat Mudah Terbakar (Flamable)


Sumber: Permen LH No.03 Tahun 2008)
Buangan ini apabila dekat dengan api/sumber api, percikan, gesekan
mudah menyala dalam waktu yang lama baik selama pengangkutan,
penyimpanan atau pembuangan. Contoh jenis inbuangan Bahan Bakar
Minyak (BBM) atau buangan pelarut (benzena, toluen, aseton).

B. Mudah meledak (Explosive)

5
Buangan yang melalui reaksi kimia menghasilkan ledakan dengan
cepat, suhu, tekanan tinggi mampu merusak lingkungan.Penanganan secara
khusus selama pengumpulan, penyimpanan, maupun pengangkutan.
Berdasarkan penjelasan PP No.85 Tahun 1999 Tentang Perubahan PP
No.18 tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun, limbah dengan sifat ini merupakan limbah yang pada suhu tekanan
standar (250C, 760 mmHg) dapat meledak atau melalui reaksi kimia atau
fisika dapat menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan tinggi yang dengan
cepat dapat merusak lingkungan sekitarnya. Limbah B3 dengan sifat mudah
meledak yang paling berbahaya adalah limbah B3 peroksida organik karena
bersifat oksidator dan tidak stabil.Senyawa ini sangat sensitif terhadap
guncangan, gesekan, dan panas, serta terdekomposisi secara eksotermis
dengan melepaskan energi panas yang sangat tinggi. Contoh limbah B3
dengan sifat ini adalah asetil peroksida, benzoil peroksida, dan jenis
monomer yang mempunyai berpolimerisasi secara spontan sambil
melepaskan gas bertekanan tinggi (seperti butadien dan metakrilat).
Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 03
Tahun 2008 Tentang Tata Cara Pemberian Simbol dan Label Bahan
Berbahaya dan Beracun, simbol untuk B3 klasifikasi bersifat mudah
meledak (explosive) berwarna dasar putih dengan garis tepi tebal berwarna
merah. Simbol berupa gambar bom meledak (explosive/exploded bomb)
berwarna hitam.Simbol ini menunjukkan suatu bahan yang pada suhu dan
tekanan standar (250C, 760 mmHg) dapat meledak dan menimbulkan
kebakaran atau melalui reaksi kimia atau fisika dapat menghasilkan gas
dengan suhu dan tekanan tinggi yang dengan cepat dapat merusak
lingkungan di sekitarnya.

Gambar 2.2. Simbol B3 Bersifat Mudah Meledak (Explosive)


Sumber: PermenLH No.03 Tahun 2008

6
Simbol ini menunjukkan suatu bahan yang memiliki
karakteristik sebagai berikut:

1. Dapat menjadi panas atau meningkat suhunya dan terbakar


karena kontak dengan udara pada temperatur ambien;
2. Padatan yang mudah terbakar karena kontak dengan sumber
nyala api;
3. Gas yang mudah terbakar pada suhu dan tekanan normal;
4. Mengeluarkan gas yang sangat mudah terbakar dalam jumlah
yang berbahaya, jika bercampur atau kontak dengan air atau
udara lembab;
5. Padatan atau cairan yang memiliki titik nyala di bawah 00C dan
titik didih lebih rendah atau sama dengan 350C;
6. Padatan atau cairan yang memiliki titik nyala 00C-210C;
7. Cairan yang mengandung alkohol kurang dari 24% dan/atau pada
titik nyala (flash point) tidak lebih dari 600C (1400F) akan
menyala apabila terjadi kontak dengan api, percikan api atau
sumber nyala lain pada tekanan udara 760 mmHg.
Pengujiannya dapat dilakukan dengan metode ”Closed-Up Test”;
8. Padatan yang pada temperatur dan tekanan standar (250C dan
760 mmHg) dengan mudah menyebabkan terjadinya kebakaran
melalui gesekan, penyerapan uap air atau perubahan kimia secara
spontan dan apabila terbakar dapat menyebabkan kebakaran yang
terus menerus dalam 10 detik. Padatan yang hasil pengujian
”Seta Closed Cup Flash Point Test”-nya menunjukkan titik nyala
kurang dari 400C;
9. Aerosol yang mudah menyala;
10. Padatan atau cairan piroforik; atau
11. Peroksida organik.

Kebanyakan bahan kimia mudah terbakar berupa cairan yang


menghasilkan uap yang umumnya lebih berat daripada udara sehingga
cenderung “mengendap”. Kecenderungan terbakar diukur dengan cara
memanaskan cairan pada tiap-tiap tingkat suhu sampai campuran uap dan
udara terbakar di permukaan cairan. Temperatur saat terjadinya hal tersebut
disebut titik nyala (flash point).

7
a. Padatan mudah terbakar, suatu bahan yang dapat terbakar karena gesekan
atau panas yang tersisa dari pembuatannya atau dapat menyebabkan
bahaya serius bila terbakar. Bahan mudah meledak tidak termasuk
klasifikasi ini;
b. Cairan mudah terbakar (flammable liquid), bahan dengan flash point
kurang dari 37,80C (1000F);
c. Cairan dapat terbakar (combustible liquid) mempunyai flash point lebih
tinggi dari 37,80C (1000F) tetapi kurang dari 93,30C; dan
d. Gas bertekanan mudah terbakar, mempunyai kriteria khusus; batas
terendah mudah terbakar (lower flammability limit) dan kisaran mudah
terbakar (flammability range).
Untuk uap mudah terbakar lower flammability limit (LFL) berarti
nilai ratio uap/udara di bawah mana penyalaan tak dapat berlangsung karena
kurangnya uap. Sedangkan upper flammability limit (UFL) adalah nilai ratio
uap/udara di atas mana penyalaan tak dapat berlangsung karena kurangnya
udara. Kisaran antara lower flammability limit dan upper flammability
limitdisebut flammability range. Sebagai contoh metanol mempunyai titik
nyala 120C, LFL 6,0; UFL 37% volume dalam udara.

C. Menimbulkan karat (Corrosive)


Buangan yang pH nya sangat rendah (pH 12,5) karena dapat bereaksi
dengan buangan lain, dapatmenyebabkan karat besi dengan adanya buangan
lain, dapat menyebabkan karatbaja/besi. Contoh: sisa asam terutama asam
sulfat, limbah asam dan baterai.

Gambar 2.3. Simbol B3 Bersifat Korosif (Corrosive)


Sumber: PermenLH No.03 Tahun 2008

8
Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 03
Tahun 2008 Tentang Tata Cara Pemberian Simbol dan Label Bahan
Berbahaya dan Beracun, simbol untuk B3 klasifikasi bersifat korosif
(corrosive) berwarna dasar putih dengan garis tepi tebal berwarna merah.
Simbol terdiri dari 2 gambar yang tertetesi cairan korosif. Simbol ini
menunjukkan suatu bahan yang memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Menyebabkan iritasi (terbakar) pada kulit;

2. Menyebabkan proses pengkaratan pada lempeng baja SAE 1020 dengan


laju korosi > 6,35 mm/tahun dengan temperatur pengujian 550C; atau
3. Mempunyai pH sama atau kurang dari 2 untuk B3 bersifat asam dan sama
atau lebih besar dari 12,5 untuk B3 yang bersifat basa.
Sifat ini merupakan limbah dengan pH < 2 atau pH > 12,5 karena
dapat bereaksi dengan buangan lain, dapat menyebabkan karat baja/besi dan
menyebabkan iritasi (terbakar) pada kulit. Bahan korosif dipahami sebagai
bahan yang dapat melarutkan logam atau menyebabkan oksidasi material
pada bagian permukaan logam, misalnya karat besi.Pengertian korosif yang
lebih luas adalah sifat bahan yang dapat menyebabkan kerusakan bahan,
termasuk jaringan hidup yang kontak dengan zat tersebut atau terpapari
uapnya.Pada umumnya bahan korosif berupa asam kuat, basa kuat, pahan
pengoksidasi, dan bahan bersifat penarik air (dehydrating agents).

D. Reaktif
Buangan yang dapat menyebabkan kebakaran karena melepaskan oksigen
atau buangan peroksida (organik) yang tidak stabil dalam suhu tinggi.
Contoh: magnesium, perklorat dan metil etil ketonperoksida.
Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 03
Tahun 2008 Tentang Tata Cara Pemberian Simbol dan Label Bahan
Berbahaya dan Beracun, simbol untuk B3 klasifikasi bersifat pengoksidasi
(oxidizing) berwarna dasar putih dengan garis tepi tebal berwarna merah.
Gambar simbol berupa bola api berwarna hitam yang menyala. Simbol ini

9
menunjukkan suatu bahan yang dapat melepaskan banyak panas atau
menimbulkan api ketika bereaksi dengan bahan kimia lainnya, terutama
bahan-bahan yang sifatnya mudah terbakar meskipun dalam keadaan hampa
udara.

Gambar 2.4. Simbol B3 Bersifat Pengoksidasi (Oxidizing)


Sumber: PermenLH No.03 Tahun 2008)
Limbah yang bersifat reaktif adalah limbah-limbah yang mempunyai
salah satu sifat-sifat sebagai berikut:

1. Limbah yang pada keadaan normal tidak stabil dan dapat menyebabkan
perubahan tanpa peledakan;
2. Limbah yang dapat bereaksi hebat dengan air;
3. Limbah yang apabila bercampur dengan air berpotensi menimbulkan
ledakan, menghasilkan gas, uap atau asap beracun dalam jumlah yang
membahayakan bagi kesehatan manusia dan lingkungan;
4. Merupakan limbah sianida, sulfida atau amoniak yang pada kondisi pH
antara 2 dan 12,5 dapat menghasilkan gas, uap atau asap beracun dalam
jumlah yang membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan;
5. Limbah yang dapat mudah meledak atau bereaksi pada suhu dan tekanan
standar (25oC, 760 mmHg); dan
6. Limbah yang menyebabkan kebakaran karena melepas atau menerima
oksigen atau limbah organik peroksida yang tidak stabil dalam suhu
tinggi. Contoh limbah dengan sifat ini adalah asam sulfat bereaksi dengan
air spontan menghasilkan panas tinggi, magnesium, perklorat, dan metil
etil keton peroksida. Limbah lain yang berbentuk debu sangat halus dari
bahan logam, katalis atau batubara reaktif terhadap udara dan berpotensi
untuk terbakar atau meledak.
E. Buangan yang menimbulkan penyakit (Infectious Waste)

10
Buangan yang menimbulkan penyakit (Infectious Waste), yaitu dapat
menularkan penyakit. Contoh: tubuh manusia, cairan tubuh manusia yang
terinfeksi,limbah laboratorium yang terinfeksi kuman penyakit yang dapat
menular.

Gambar 2.5. Simbol B3 Bersifat Menimbulkan Penyakit (Infectious Waste)


Sumber: PermenLH No.03 Tahun 2008

Berdasarkan penjelasan PP No.85 Tahun 1999 Tentang Perubahan PP


No.18 tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun, limbah yang menyebabkan infeksi yaitu bagian tubuh manusia
yang diamputasi dan cairan dari tubuh manusia yang terkena infeksi, limbah
dari laboratorium atau limbah lainnya yang terinfeksi kuman penyakit yang
dapat menular. Limbah ini berbahaya karena mengandung kuman penyakit
seperti hepatitis dan kolera yang ditularkan pada pekerja, pembersih jalan,
dan masyarakat di sekitar lokasi pembuangan limbah.Limbah jenis ini
umumnya berupa limbah rumah sakit atau laboratorium klinik, limbah
laboratorium yang terinfeksi kuman penyakit yang dapat menular, tubuh
manusia, dan cairan tubuh manusia yang terinfeksi.

F. Berbahaya (HarmfuL Waste)


Buangan yang menimbulkan penyakit (Harmful Waste) Berdasarkan
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 03 Tahun 2008
Tentang Tata Cara Pemberian Simbol dan Label Bahan Berbahaya dan
Beracun, simbol untuk B3 klasifikasi bersifat berbahaya (harmful) berwarna
dasar putih dengan garis tepi tebal berwarna merah. Simbol berupa gambar
silang berwarna hitam.Simbol ini untuk menunjukkan suatu bahan baik
berupa padatan, cairan ataupun gas yang jika terjadi kontak atau melalui
inhalasi ataupun oral dapat menyebabkan bahaya terhadap kesehatan sampai
tingkat tertentu.

11
Gambar 2.6. Simbol B3 Bersifat Berbahaya (Harmful)
Sumber: PermenLH No.03 Tahun 2008
G. Beracun (Toxic)
Beracun (Toxic) yaitu buangan berkemampuan meracuni,
menjadikan cacat sampai membunuh mahluk hidup dalam jangka panjang
ataupun jangka pendek.
Sebagai contoh logam berat (seperti Hg, Cr), pestisida, pelarut, halogenida.

Gambar 2.7 Simbol B3 Bersifat Beracun (Toxic)


Sumber: PermenLH No.03 Tahun 2008

Berdasarkan penjelasan PP No.85 Tahun 1999 Tentang Perubahan PP


No.18 tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun, penentuan sifat racun dalam identifikasi limbah ini dapat
menggunakan baku mutu konsentrasi Toxicity Characteristic Leaching
Procedure, TCLP pencemar organik dan anorganik. Apabila konsentrasi
limbah kurang dari nilai ambang batas maka dilakukan uji
toksikologi.Toksisitas adalah hal utama yang diperhatikan menyangkut
bahan barbahaya.Hal ini mencakup efek kronis jangka panjang akibat
pemaparan kontinyu atau periodik dari bahan toksik konsentrasi rendah dan
efek akut dari pemaparan sesaat konsentrasi tinggi. Untuk keperluan
pengawasan dan remediasi dibutuhkan suatu uji standar yang dapat
mengukur seperti apa suatu bahan toksik sampai ke lingkungan dan

12
menyebabkan bahaya bagi makhluk hidup. Salah satu uji yang
dipersyaratkan adalah TCLP.Uji ini dirancang untuk menentukan mobilitas
kontaminan organik maupun anorganik yang terdapat dalam cairan, padatan
dan limbah multifasa.

H. Dangerous for environment (Berbahaya Bagi Lingkungan)

Gambar 2.8. Simbol B3 Bersifat Berbahaya bagi Lingkungan (Dangerous For Environment)
Sumber: PermenLH No.03 Tahun 2008

Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 03


Tahun 2008 Tentang Tata Cara Pemberian Simbol dan Label Bahan
Berbahaya dan Beracun, simbol untuk B3 klasifikasi bersifat berbahaya bagi
lingkungan (dangerous for environment) berwarna dasar putih dengan garis
tepi tebal berwarna merah. Simbol berupa gambar pohon dan media
lingkungan berwarna hitam serta ikan berwarna putih.Simbol ini untuk
menunjukkan suatu bahan yang dapat menimbulkan bahaya terhadap
lingkungan. Bahan kimia ini dapat merusak atau menyebabkan kematian
pada ikan atau organisme aquatik lainnya atau bahaya lain yang dapat
ditimbulkan, seperti merusak lapisan ozon (misalnya CFC =
Chlorofluorocarbon), persistent di lingkungan (misalnya PCBs =
Polychlorinated Biphenyls).

I. Carcinogenic, tetragenic, mutagenic

Gambar 2.9. Simbol B3 Bersifat Karsinogenik, Teratogenik dan Mutagenik


Sumber: PermenLH No.03 Tahun 2008

13
Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 03
Tahun 2008 Tentang Tata Cara Pemberian Simbol dan Label Bahan
Berbahaya dan Beracun, simbol untuk B3 klasifikasi bersifat karsinogenik,
teratogenik dan mutagenik berwarna dasar putih dengan garis tepi tebal
berwarna merah. Simbol berupa gambar kepala dan dada manusia berwarna
hitam dengan gambar menyerupai bintang segi enam berwarna putih pada
dada. Simbol ini menunjukkan paparan jangka pendek, jangka panjang atau
berulang dengan bahan ini dapat menyebabkan efek kesehatan sebagai
berikut:

1. Karsinogenik yaitu penyebab sel kanker


2. Teratogenik yaitu sifat bahan yang dapat mempengaruhi pembentukan
dan pertumbuhan embrio;
3. Mutagenik yaitu sifat bahan yang menyebabkan perubahan kromosom
yang berarti dapat merubah genétika;
4. Toksisitas sistemik terhadap organ sasaran spesifik;
5. Toksisitas terhadap sistem reproduksi; atau
6. Gangguan saluran pernafasan.
J. Pressure gas (bahaya lain berupa gas bertekanan)

Gambar 2.10. Simbol B3 Bersifat Gas Bertekanan


Sumber: Permen LH No.03 Tahun 2008

Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 03


Tahun 2008 Tentang Tata Cara Pemberian Simbol dan Label Bahan
Berbahaya dan Beracun, simbol untuk B3 klasifikasi bersifat gas bertekanan
berwarna dasar putih dengan garis tepi tebal berwarna merah. Simbol berupa
gambar tabung gas silinder berwarna hitam.Simbol ini untuk menunjukkan
bahaya gas bertekanan yaitu bahan ini bertekanan tinggi dan dapat meledak
bila tabung dipanaskan/terkena panas atau pecah dan isinya dapat
menyebabkan kebakaran.

14
Limbah yang temasuk limbah B3 adalah limbah lain yang apabila
diuji dengan metode toksikologi memiliki LD50 di bawah nilai ambang
batas yang telah ditetapkan. Pengujian toksikologi dilakukan untuk
menentukan sifat akut atau kronik dan menetapkan nilai LD50 (Lethal Dose
Fifty).LD50 adalah perhitungan dosis (gram pencemar per kilogram) yang
dapat menyebabkan kematian 50 % populasi makhluk hidup yang dijadikan
percobaan.

Pengelompokan limbah B3 yang lain dapat dibedakan berdasarkan sifatnya,


yaitu:

1) Limbah mudah meledak adalah limbah yang melalui reaksi kimia dapat
menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan tinggi yang dengan cepat dapat
merusak lingkungan.
2) Limbah mudah terbakar adalah limbah yang bila berdekatan dengan api,
percikan api, gesekan atau sumber nyala lain akan mudah menyala atau
terbakar dan bila telah menyala akan terus terbakar hebat dalam waktu lama.
3) Limbah reaktif adalah limbah yang menyebabkan kebakaran karena
melepaskan atau menerima oksigen atau limbah organik peroksida yang
tidak stabil dalam suhu tinggi.
4) Limbah beracun adalah limbah yang mengandung racun yang berbahaya
bagi manusia dan lingkungan. Limbah B3 dapat menimbulkan kematian atau
sakit bila masuk ke dalam tubuh melalui pernapasan, kulit atau mulut.
5) Limbah yang menyebabkan infeksi adalah limbah laboratorium yang
terinfeksi penyakit atau limbah yang mengandung kuman penyakit, seperti
bagian tubuh manusia yang diamputasi dan cairan tubuh manusia yang
terkena infeksi.
2.1.3 Kategori Limbah B3
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 101 Tahun 2014 Kategori limbah B3
dibedakan menjadi 3, yaitu :
A. Limbah B3 kategori 1
1. Karakteristik mudah meledak, mudah menyala, reaktif, infeksius,
dan/atau korosif sesuai dengan parameter uji.
2. Karakteristik beracun melalui TCLP untuk menentukan Limbah yang
diuji memiliki konsentrasi zat pencemar lebih besar dari konsentrasi
zat pencemar pada kolom TCLP-A

15
3. Karakteristik beracun melalui Uji Toksikologi LD50 untuk
menentukan Limbah yang diuji memiliki nilai Uji Toksikologi LD50
lebih kecil dari atau sama dengan 50 mg/kg (lima puluh miligram per
kilogram) berat badan hewan uji.
B. Limbah B3 kategori 2
1. Karakteristik beracun melalui TCLP untuk menentukan Limbah yang
diuji memiliki konsentrasi zat pencemar lebih kecil dari atau sama
dengan konsentrasi zat pencemar pada kolom TCLP-A dan memiliki
konsentrasi zat pencemar lebih besar dari konsentrasi zat pencemar
pada kolom TCLP-B.
2. karakteristik beracun melalui Uji Toksikologi LD50 untuk
menentukan Limbah yang diuji memiliki nilai Uji Toksikologi LD50
lebih besar dari 50 mg/kg (lima puluh miligram per kilogram) berat
badan hewan uji dan lebih kecil dari atau sama dengan 5000 mg/kg
(lima ribu miligram per kilogram) berat badan hewan uji; dan
3. karakteristik beracun melalui uji toksikologi subkronis sesuai dengan
parameter uji
C. Limbah Non B3
Limbah non B3 merupakan limbah yang tidak mengandung bahan
berbahaya dan beracun.Contoh dari limbah non B3 adalah sisa-sisa
sayuran dan daun yang gugur. Berdasarkan asalnya, limbah dibagi
menjadi tiga macam, yaitu :
1. Limbah Keluarga (Rumah Tangga)
Limbah keluarga biasanya berasal dari sisa-sisa aktivitas
keluarga.Limbah yang dihasilkan keluarga biasanya berupa
sampah, baik sampah organik maupun sampah anorganik,
detergen, dan kotoran manusia.Sampah organik contohnya adalah
sisa sayuran dan buah-buahan, sedangkan sampah anorganik
contohnya adalah kaleng dan plastik bekas.
2. Limbah Pertanian
Limbah pertanian dapat berasal dari sisa penggunaaan pupuk
(baik pupuk organik maupun pupuk kimia) maupun sisa-sisa
pestisida.Sisa penggunaan pupuk dapat larut dalam air, kemudian
terbawa menuju sungai dan mengendap pada beberapa tempat di
sungai.Adanya endapan pupuk ini menyebabkan menumpuknya

16
unsur-unsur hara di perairan tersebut. Akibatnya tanaman air
seperti ganggang akan subur dan mendominasi pada perairan
tersebut. Populasi ganggang yang banyak ini akan mengurangi
kandungan oksigen dan menghalangi sinar matahari yang
diperlukan oleh tumbuhan air lainnya. Tidak adanya oksigen dan
sinar matahari yang masuk ini akan menyebabkan kematian bagi
organisme lain yang hidup di perairan tersebut.
Peristiwa ini disebut dengan eutrofikasi.Selain itu limbah
pertanian yang dapat mencemari perairan adalah DDT (sejenis
pestisida).Penggunaan DDT yang berlebihan pada pertanian
dapat memberikan dampak pada ekosistem. DDT mempunyai
sifat larut dalam lemak, hal ini menyebakan organisme yang
terdapat pada rantai makanan di perairan dalam yang tercemar
tubuhnya akan terakumalasi DDT. Akumalasi ini jumlahnya akan
semakin besar pada organisme-organisme yang berada di puncak
rantai makanan.
3. Limbah Industri
Bidang industri selain memberikan dampak yang luar biasa
juga memberikan dampak yang merugikan, yaitu limbah
industri.Limbah industri yang dihasilkan pun sebagian besar
adalah limbah yang tergolong berbahaya dan beracun
(B3).Limbah industri ini perlu mendapatkan pengolahan terlebih
dulu sebelum dibuang ke dalam lingkungan.Hal ini dimaksudkan
agar zat berbahaya yang terkadung di dalamnya tidak ikut
terbuang ke lingkungan.Pembuangan limbah ke lingkungan tanpa
pengolahan dapat menyebabkan pencemaran dan membunuh
organisme yang ada di dalamnya.

2.3 Penyimpanan Bahan Berbahaya dan Beracun


Penyimpanan adalah kegiatan menyimpan limbah B3 yang dilakukanoleh
penghasil atau pengumpul atau pemanfaat atau pengolah dan/atau penimbunlimbah B3
dengan maksud menyimpan sementara.Penghasil limbah B3dapat menyimpan limbah
B3 paling lambat 90 hari sebelum menyerahkannya kepada pengumpul atau pemanfaat
atau pengolah atau penimbun limbah B3. Apabila limbah B3 yang dihasilkan kurang
dari 50 kilogram per hari, penghasil limbah B3 dapat menyimpan limbah B3 lebih dari

17
90 hari sebelum diserahkan kepada pengumpul atau pemanfaat atau pengolah atau
penimbun limbah B3, dengan persetujuan instansi yang bertanggung jawab. Kegiatan
penyimpanan sementara limbah B3 wajib memiliki izin dari Bupati/Walikota.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI Pasal 1 No. 101 Tahun 2014 tentang
Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun penyimpanan limbah B3 dilakukan
di tempat penyimpanan yang sesuai dengan persyaratan sebagai berikut:
a. Lokasi tempat penyimpanan yang bebas banjir, tidak rawan bencana dan diluar
kawasan lindung serta sesuai dengan rencana tata ruang,
b. Rancangan bangunan disesuaikan dengan jumlah, karakteristik limbah B3, dan
upaya pengendalian pencemaran lingkungan,
c. Desain dan konstruksi yang mampu Desain dan konstruksi yang mampu
melindungi Limbah B3 dari hujan dan melindungi Limbah B3 dari hujan dansinar
matahari,
d. Memiliki peneranganpenerangan dan ventilasi, dan
e. Memiliki saluran drainase dan bak penampung.

2.4 Pengumpulan Bahan Berbahaya dan Beracun


Pengumpulan limbah B3 adalah kegiatan mengumpulkan limbah B3 dari
penghasil limbah B3 sebelum diserahkan kepada pemanfaat limbah B3, Pengolah
Limbah B3, dan/atau penimbun limbah B3.Pengumpul limbahB3 adalah badan usaha
yang melakukan kegiatan pengumpulan dengan tujuan untuk mengumpulkan limbah B3
sebelum dikirim ke tempat pengolahan atau pemanfaat atau penimbun limbah B3.
Kewajiban pengumpul limbah B3 hampir sama dengan penghasil limbah B3 dalam
urusan catatan dan penyimpanan. Kegiatan pengumpulan limbah B3 wajib memiliki
izin dari:
a. Menteri untuk pengumpulan limbah B3 skala nasional setelah mendapat
rekomendasi dari gubernur,
b. Gubernur untuk pengumpulan limbah B3 skala provinsi, atau
c. Bupati/Walikota untuk pengumpulan limbah B3 skala kabupaten/kota.
Dalam hal setiap orang yang menghasilkan mampu melakukan
sendiri.Pengumpulan Limbah B3 diserahkan kepada dihasilkannya, Pengumpulan
Limbah Pengumpul Limbah B3.Penyerahan Limbah B3 kepada Pengumpul dengan
bukti penyerahan Limbah B3. Salinan bukti penyerahan Limbah B3 disampaikan oleh
setiap orang kepada Menteri, gubernur, atau bupati/wali kota sesuai dengan
kewenangannya paling lama 7 (tujuh) hari sejak penyerahan Limbah B3.

18
2.5 Pengangkutan Bahan Berbahaya dan Beracun
Pengangkutan limbah B3 adalah suatu kegiatan pemindahan limbah B3 dari
penghasil atau dari pengumpul atau dari pemanfaat atau dari pengolah kepengumpul
atau ke pemanfaat atau ke pengolah atau ke penimbun limbah B3.Setiap pengangkutan
limbah B3 oleh pengangkut limbah B3 wajib disertai dokumen limbah B3 yang
ditetapkan oleh kepala instansi yang bertanggungjawab.
Berdasarkan penjelasan Peraturan Pemerintah RI No. 101 Tahun 2014 tentang
Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun Dokumen limbah B3 adalah surat
yang diberikan pada waktu penyerahan limbahB3 oleh penghasil limbah B3 atau
pengumpul limbah B3 kepada pengangkut limbah B3. Dokumen limbah B3 tersebut
berisi ketentuan sebagai berikut:

a. Nama dan alamat penghasil atau pengumpul limbah B3 yang menyerahkan limbah
B3;

b. Tanggal penyerahan limbah B3;

c. Nama dan alamat pengangkut limbah B3;

d. Tujuan pengangkutan limbah B3; dan

e. Jenis, jumlah, komposisi, dan karakteristik limbah B3 yang diserahkan.

Pengangkutan limbah B3 dilakukan dengan alat angkut khusus yang memenuhi


persyaratan dengan tata cara pengangkutan yang ditetapkan berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Sarana pengangkutan yang dipakai mengangkut
limbah B3 adalah truk, kereta api, atau kapal. Pengangkutan dengan mengemasi limbah
B3 ke dalam container dengan drumkapasitas 200 liter.Untuk limbah B3 cair jumlah
besar digunakan tanker, sedangkan limbah B3 padat digunakan lugger box dari
baja.Kegiatan pengangkutan limbah B3 wajib memiliki izin dari menteri yang
menyelenggarakan urusan di bidang perhubungan setelah mendapat rekomendasi dari
menteri (Larastika, 2011).

19
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Instrumen Identifikasi Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)


No. Jenis B3 Kategori Sifat Simbol
1. Amyl Alcohol 1 Berbahaya
(Harmful Waste)
Buangan yang
menimbulkan
penyakit (Harmful
Waste)
2. Petroleum Benzine 1 Mudah terbakar
(Flamable)

3. Xylene 1 Berbahaya
(Harmful Waste)
Buangan yang
menimbulkan
penyakit (Harmful
Waste)
4. Nitric Acid 1 Menimbulkan karat
(Corrosive)

5. Ortho Phosporic Acid 1 Menimbulkan karat


(Corrosive)

6. Acetic Acid 1 Menimbulkan karat


(Corrosive)

20
7. Acetone 1 Mudah terbakar
(Flamable)

8. Ammoniaque 2 Menimbulkan karat


(Corrosive)

Dangerous for
environment
(Berbahaya Bagi
Lingkungan)
9. Methanol 1 Mudah terbakar
(Flamable)

Beracun (toxic)

Carcinogenic,
tetragenic,
mutagenic
(karsinogenik,
teratogenik dan
mutagenik)
10. Ethanol 1 Mudah terbakar
(Flamable)

11. Chloroform 1 Beracun (toxic)

21
Carcinogenic,
tetragenic,
mutagenic
(karsinogenik,
teratogenik dan
mutagenik)
12. Dithizon 1 Berbahaya
(Harmful Waste)
Buangan yang
menimbulkan
penyakit (Harmful
Waste)
13. Iodine Resublimed 1 Berbahaya
(Harmful Waste)
Buangan yang
menimbulkan
penyakit (Harmful
Waste)
14. 1-Butanol 2 Berbahaya
(Harmful Waste)
Buangan yang
menimbulkan
penyakit (Harmful
Waste)
15. H2SO4 pekat 1 Menimbulkan karat
(Corrosive)

16. HCl pekat 1 Menimbulkan karat


(Corrosive)

22
17. Kalium Iodat (KIO3) 1 Pengoksidasi
(oxidizing)

18. Mercury (II) Sulfate 2 Beracun (toxic)

Dangerous for
environment
(Berbahaya Bagi
Lingkungan)
19. Silver Nitrate 1 Pengoksidasi
(oxidizing)

Menimbulkan karat
(Corrosive)

Dangerous for
environment
(Berbahaya Bagi
Lingkungan)
20. Mercury (II) Iodide 2 Beracun (toxic)

Dangerous for
environment
(Berbahaya Bagi
Lingkungan)
21. Methylorange Indicator 1 Beracun (toxic)

23
22. Neofuchsin 1 Berbahaya
(Harmful Waste)
Buangan yang
menimbulkan
penyakit (Harmful
Waste)
23. Pararosanilin (chlorid) 1 Beracun (toxic)

24. Zinc 1 Dangerous for


environment
(Berbahaya Bagi
Lingkungan)
25. Resorcin 1 Berbahaya
(Harmful Waste)
Buangan yang
menimbulkan
penyakit (Harmful
Waste)
Dangerous for
environment
(Berbahaya Bagi
Lingkungan)

3.2 Instrumen Penyimpanan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)


No. Jenis B3 Tanggal Tanggal Kategori
Produksi Expired
1. Amyl Alcohol 1
2. Petroleum Benzine 1
3. Xylene 31-12-2005 1
4. Nitric Acid 1
5. Ortho Phosporic Acid 30-11-2005 1
6. Acetic Acid 1

24
7. Acetone 1
8. Ammoniaque 31-07-2013 2
9. Methanol 31-03-2015 1
10. Ethanol 31-03-2019 1
11. Chloroform 30-06-2018 1
12. Dithizon 1
13. Iodine Resublimed Oktober 2016 1
14. 1-Butanol 31-07-2013 2
15. H2SO4 pekat 31-05-2011 1
16. HCl pekat 30-06-2007 1
17. Kalium Iodat (KIO3) 1
18. Mercury (II) Sulfate 2
19. Silver Nitrate 30-06-2019 1
20. Mercury (II) Iodide 2
21. Methylorange Indicator 1
22. Neofuchsin 1
23. Pararosanilin (chlorid) 30-09-2009 1
24. Zinc 1
25. Resorcin 1

Sistem Tanggap Darurat (STD) Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)

Sistem Tanggap Darurat menggunakan azas-azas yang terdapat dalam UU 32 Tahun


2009 yaitu azas keterpaduan, azas kehati-hatian, azas Polluter Pay Principle, asas
tanggungjawab, serta azas cepat dan operasional. Dalam system tanggap darurat
melibatkan 3 stakeholder yaitu Pemerintah, Industri/Jasa B3 dan Masyarakat
sebagaimana bagan di bawah ini.

Gambar 1. Keterlibatan Stake Holder dalam Sistem Tanggap Darurat

25
Sebagaimana tercantum dalam PP 74 pasal 24, 25, 26, 27, bahwa ketiga stakeholder
tersebut berperan dalam sistem tanggap darurat, sesuai dengan peran dan
tanggungjawab masing- masing. Garis komando harus jelas untuk menghindari
kesimpangsiuran pelaksanaan tanggungjawab dan peran.

Dalam sistem tanggap darurat tidak membedakan antara B3 dan limbah B3. Sistem
tanggap darurat yang dibangun adalah sama. Dikarenakan secara teknis dampak B3 dan
Limbah B3 adalah sama. Disamping itu juga apabila mengacu kepada aturan nasional
di bidang pengangkutan B3 ataupun Limbah B3 yang dikeluarkan Kemenhub adalah
sama, dimana Kemenhub mengacu kepada MDGs Code (Material dangerous Goods
Code) yang mengacu kepada IMO (International Maritim Organization) dan
UNEP. Di bidang pengangkutan nasional maupun internasional, B3 dan Limbah B3
dikategorikan sebagai Dangerous Goods. Tanggap darurat di pabrik (in plant)/mandiri
dapat mengacu kepada Occupational Safety and Health Administration (OSHA) atau
Kemenaker.

Pada dasarnya industri yang mengolah dan menangani bahan yang mudah meledak,
mudah terbakar seperti minyak bumi dan gas alam, bahan-bahan kimia B3 yang reaktif
atau tidak stabil atau produk antara, memiliki resiko yang tinggi terhadap suatu bencana
industri.

Untuk menghadapi hal tersebut, Kantor Industri dan Lingkungan (IEO) Amerika
Serikat dan Program Lingkungan PBB (UNEP) berdasarkan pengalaman yang
diperoleh dari CMA (Asosiasi Industri Kimia Amerika Serikat) telah
mengembangkan suatu program yang disebut Awareness and Prepadness for
Emergency at Local Level (APELL). Program ini merupakan kesadaran dan kesiapan
menanggulangi keadaan darurat pada tingkat lokal. APELL terutama ditujukan bagi
bahaya yang terjadi di dalam kawasan industri dan pada bergeraknya bahan berbahaya
di lingkungan sekitar kawasan industri tersebut dan ini tidak membedakan B3 ataupun
Limbah B3, tetapi yang dilihat adalah bahayanya.

Pelaksanaan proses APELL akan melibatkan penduduk dan seluruh masyarakat baik
lokal, regional, maupun internasional. Perbatasan teritorial atau yuridiksi sebaiknya
tidak membatasi partisipasi semua unsur yang terkait di dalam proses APELL,
sebaliknya menggarisbawahi kebutuhan proses APELL dalam mengembangkan
rancangan penanggulangan keadaan darurat yang terkoordinasi.

26
Dalam konteks kesadaran dan tanggap darurat, harus dipusatkan pada kecelakaan utama,
yaitu kecelakaan yang menghasilkan efek-efek hingga di luar batas-batas wilayah
perusahaan. Fokus
ini hanya didasarkan pada asumsi bahwa efek-efek yang tidak meluas ke luar batasan-
batasan lokasi perusahaan tersebut, maka berarti tidak perlu diaktifkan suatu rencana
tanggap darurat bagi masyarakat.

Prinsip dasar APELL adalah meliputi sebagai berikut :

1. Sense of Awareness, yaitu meningkatkan kesadaran, kepedulian dari masyarakat,


industri dan usahawan, serta pemerintah dalam hal ini Badan Lembaga Otoritas
pemerintah daerah suatu industri maupun pusat;
2. Sense of Preparedness, yaitu kesiapan sistem dan rancangan penanggulangan keadan
darurat dengan melibatkan seluruh masyarakat, bersama industri dan pemerintah
apabila keadaan darurat akibat kecelakaan atau bencana industri yang mengancam
keselamatan lingkungan berdasarkan sistem informasi data base yang ada.

Mekanisme ini sudah diakomodir oleh PP 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan B3 pasal
24-27 serta PP 101/2014 tentang pengelolaan Limbah B3 pasal 217 – pasal 236.

Adapun Rencana Tanggap Darurat (Emergency Response Plan) merujuk kepada


OSHAS yang perlu disusun meliputi:

1. Pembentukan unit tanggap darurat, pembagian tugas personil, dan mekanisme tahapan
penanggulangan darurat (mandiri, gabungan dan nasional)
2. Melakukan identifikasi tempat atau jalur rawan keadaan darurat
3. Melakukan identifikasi pos polisi, regu pemadam kebakaran dan pos
kesehatan/RS terdekat.
4. Prosedur pengumuman atau tanda terjadi keadaan darurat
5. Menentukan jarak aman, lokasi evakuasi dan jalur evakuasi
6. Prosedur pengamanan lokasi
7. Prosedur handling B3 sesuai dengan karakteristiknya
8. Prosedur pembersihan lokasi/area terpapar dari kontaminasi lepasan dan emisi B3
9. Prosedur pertolongan pertama
10. Kompetensi Personil
11. Sarana dan prasarana STD
12. Training

27
Sedangkan penanggulangan keadaan darurat meliputi:

1. Petugas yang pertama mengetahui terjadi kecelakaan B3 melakukan upaya penghentian


sumber lepasan dan emisi B3
2. Apabila tidak dapat dilakukan upaya penghentian sumber maka segera
mengkomunikasikan kepada Unit Tanggap Darurat internal perusahaan (pemadaman
mandiri)/In Plant
3. Dalam hal penanggulangan mandiri tidak mampu segera mengkomunikasikan ke Pos
Polisi terdekat, regu pemadam kebakaran, pos kesehatan untuk dilakukan pemadaman
gabungan.
4. Dalam hal penanggulangan gabungan tidak mampu segera mengkomunikasikan
ke
BNPB untuk dilakukan pengerahan sumber daya nasional.
5. Menunjuk insident commander di lokasi yang bertugas:
a. Melakukan kajian cepat penyebab, kelas hazard, dan luasan area terpapar
b. Menugaskan Tim untuk melakukan pengukuran lepasan dan atau emisi B3
c. Menugaskan Tim yg terlibat langsung di lokasi (dibagi dalam zona area
terpapar: panas, sedang dan dingin)
d. Melakukan penanganan terhadap B3 sesuai dengan karakteristik
e. Menugaskan Tim pendukung peralatan penanggulangan, pengoperasian
peralatan teknis di sekitar lokasi kecelakaan dan medis
f. Menyampaikan informasi kepada public
g. Penggunaan jenis APD yang sesuai kelas hazard

3.3 Pengumpulan Limbah B3

DEFINISI
Pengumpulan limbah B3 adalah kegiatan mengumpulkan limbah B3 dari penghasil limbah B3
sebelum diserahkan kepada pemanfaat limbah B3, pengolah limbah B3, dan/atau penimbun
limbah B3.

DASAR HUKUM

1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan


Lingkungan Hidup.

28
2. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun.
4. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 18 Tahun 2009 tentang Tata Cara
Perizinan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.
5. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun 2012 tentang Jenis Rencana
Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib memiliki Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup.

RUANG LINGKUP

Jenis izin pengumpulan limbah B3 berdasarkan kewenangannya:

1. Pengumpulan skala kabupaten/kota adalah kegiatan mengumpulkan limbah B3 yang


bersumber dari satu kabupaten/kota dan harus mendapatkan izin dari Bupati/Walikota.
2. Pengumpulan skala provinsi adalah kegiatan mengumpulkan limbah B3 yang
bersumber dari 2 (dua) kabupaten/kota atau lebih dan harus mendapatkan izin dari
Gubernur.
3. Pengumpulan skala nasional adalah kegiatan mengumpulkan limbah B3 yang
bersumber dari 2 (dua) provinsi atau lebih dan harus mendapatkan izin dari Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia.

29
ALUR PROSES PERMOHONAN IZIN PENGUMPULAN LIMBAH B3

PERSYARATAN IZIN PENGUMPULAN LIMBAH B3

No. Jenis Dokumen Keterangan


• Format dapat diunduh di laman
pelayananterpadu.menlh.go.id
• Ditandatangani oleh Direktur yang tercantum dalam
akte pendirian perusahaan di atas Materai Rp.
1. Surat Permohonan
6000,00 disertai cap perusahaan.
• Apabila ditandatangani oleh selain Direktur, maka
melampirkan surat kuasa bermaterai.

30
• Berupa salinan izin lingkungan dan dokumen
lingkungan yang dimiliki perusahaan sesuai
kegiatan yang diajukan permohonannya.
• Izin Lingkungan dimaksud merujuk kepada PP 27
Izin Lingkungan dan tahun 2012 dan Permen LH Nomor 05 tahun 2012.
2.
Dokumen Lingkungan • Dokumen lingkungan yang telah mendapat
persetujuan sebelum berlakunya PP 27 tahun 2012,
dinyatakan tetap berlaku dan dipersamakan sebagai
izin lingkungan.

• Atas nama perusahaan pemohon


Akta Pendirian
• Sudah tercantum kegiatan pengelolaan LB3 yang
3. Perusahaan/Akta
dimohonkan izinnya.
Perubahan

• dokumen izin lokasi atau dokumen lain yang


menunjukkan kesesuaian tata ruang lokasi kegiatan
pemanfaatan limbah B3. Izin lokasi merupakan izin
yang menyatakan bahwa lokasi tersebut dapat
digunakan untuk melakukan kegiatan pemanfaatan
limbah B3, dapat berupa izin lokasi, SITU, Izin
pemanfaatan ruang, dan/atau izin sejenis sesuai
4. Izin Lokasi
dengan peraturan daerah lokasi kegiatan.
• Izin lokasi tidak berlaku bila lokasi berada di
Kawasan Industri, Kawasan Militer, Kawasan
Pertambangan, DLKr/DLKp pelabuhan dan Daerah
Lingkungan Kerja Badan Udara. Dibuktikan dengan
surat keterangan dari pengelola kawasan.

• Atas nama perusahaan pemohon dan masih berlaku


• SIUP dapat berupa SIUP Kecil, SIUP
5. SIUP/IUT/IUI
Menengah,SIUP Besar.

• Atas nama perusahaan pemohon


6. NPWP • nomor pokok wajib pajak perusahaan pemohon

31
• Surat Izin Mendirikan Bangunan dari bangunan
yang digunakan oleh pemohon. IMB wajib
diterbitkan oleh bupati/walikota atau instansi
tingkat kabupaten/kota. Dalam hal IMB diterbitkan
7. IMB selain oleh bupati/walikota atau instansi tingkat
kabupaten/kota (misal: diterbitkan oleh camat),
maka wajib dilampirkan peraturan daerah yang
menjelaskan pendelegasian kewenangan tersebut.

• Asuransi wajib atas nama perusahaan pemohon izin


• Asuransi merupakan asuransi pencemaran
lingkungan
• Asuransi masih berlaku
• Pertanggungan asuransi minimal 5 (lima) milyar
Polis Asuransi rupiah.
8. Pencemaran • Asuransi wajib berbahasa Indonesia (atau dalam
Lingkungan Hidup bahasa Indonesia dan bahasa asing) sesuai dengan
UU 24 /2009 tentang bendera, bahasa, dan lambang
negara serta lagu kebangsaan.
• Dokumen asuransi sudah disampaikan di awal
permohonan.

• Foto berwarna fasilitas laboratorium analisis


Memiliki Laboratorium dan/atau alat analisis limbah B3. Alat analisis
9. Analisis dan/ atau Alat disesuaikan dengan uji karakteristik limbah B3 yang
Analisis Limbah B3 akan dikumpulkan.

• Tenaga terdidik bidang analisis dan/atau


pengelolaan limbah B3.
Memiliki Tenaga
• Bukti berupa sertifikat pelatihan di bidang
Terdidik Bidang
10. pengelolaan limbah B3, atau pengendalian
Analisis dan/atau
pencemaran lingkungan.
Pengelolaan Limbah B3
• Bukti ijazah sarjana/D3/politeknik kimia/teknik
kimia/teknik lingkungan.

32
• Tenaga terdidik di bidang analisa merupakan
pegawai pada perusahaan pemohon izin berupa
kontrak kerja atau pernyataan dari perusahaan
pemohon

• Atas nama perusahaan pemohon


Rekomendasi Gubernur • Mencantumkan jenis limbah B3 yang
untuk Pengumpulan direkomendasikan
11.
limbah B3 skala • berlaku untuk pengumpulan limbah B3 skala
nasional nasional.

• Dokumen salinan kontrak kerjasama sesuai jenis


Kontrak kerjasama
limbah B3 yang dikumpulkan dengan perusahaan
dengan pihak pemanfaat
12. pengolah dan/atau pemanfaat dan/atau
atau pengolah limbah
penimbun/landfill LB3.
B3

• Dokumen berupa gambar rancang bangun fasilitas


pengumpulan yang akan dibangun.
• Rancang bangun paling sedikit harus menjelaskan
tentang:
• dimensi tempat pengumpulan (panjang, lebar,
tinggi; luas/kapasitas; volume).
• Material yang digunakan untuk membangun
fasilitas tempat pengumpulan disesuaikan dengan
Rancang bangun tempat
karakteristik limbah B3 yang akan dikumpulkan.
13. pengumpulan limbah
• kondisi lantai kedap air dan kemiringan lantai.
B3
• ventilasi dan fasilitas penerangan.
• saluran air yang menuju bak pengumpul.
• dimensi bak pengumpul limbah B3 sehingga dapat
menampung ceceran dan/atau air bekas
pembersihan dan/atau air hujan yang bersentuhan
dengan limbah B3.
• saluran air hujan yang terpisah.
• kondisi atap tempat pengumpulan.

33
• penggunaan papan nama, simbol & label limbah B3.

• Berupa dokumen SOP tanggap darurat yang telah


Uraian tentang tata cara memenuhi sistem mutu (dicantumkan tanggal
pengumpulan limbah pengesahan dan ditandatangani oleh
B3 dan proses penanggungjawab kegiatan).
14.
perpindahan limbah B3 • Berisi tata cara pengumpulan limbah B3 yang akan
(penerimaan dan dilakukan misal penggunaan pallet, jarak antar
pengiriman) kemasan, dll.

• Flowsheet kegiatan pemanfaatan limbah B3 dan


Flowsheet lengkap
lengkap dengan kapasitas, neraca massa/mass
15. proses pengumpulan
balance.
limbah B3

• dokumen SOP tanggap darurat yang telah


memenuhi sistem mutu (dicantumkan tanggal
pengesahan dan ditandatangani oleh
Perlengkapan sistem
16. penanggungjawab kegiatan), dan
tanggap darurat
• dokumentasi dari jenis-jenis peralatan tanggap
darurat di lokasi kegiatan.

Tata letak saluran • Gambar layout serta penjelasan mengenai tata letak
drainase untuk saluran drainase untuk penyimpanan limbah B3 fasa
17.
penyimpanan limbah cair di lokasi kegiatan.
B3 fasa cair
• Berlaku bagi permohonan perpanjangan
Laporan realisasi
• Dokumen terdiri dari:
kegiatan pengumpulan
limbah B3 dan 1. rekapitulasi limbah B3 yang dikelola
18. melampiran SK 2. neraca limbah B3 selama masa izin berlaku (5
sebelumnya untuk tahun)
permohonan 3. bukti pelaporan ke KLH
perpanjangan izin 4. SK MENLH yang lama

34
Softcopy dokumen permohonan yang disimpan dalam
Softcopy dokumen
19. format pdf dan disampaikan dalam bentukCompact Disc
permohonan
(CD) atau Flash Drive (FD)

35
KOP SURAT PERUSAHAAN

Tempat, Tanggal Permohonan


(maksimal 5 hari sebelum pengajuan)

Nomor : ………………….
Lampiran : ………………….
Perihal : ………………….

Kepada Yth.
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Di-
Jakarta

Dengan ini kami mengajukan permohonan Izin (Baru/Perpanjangan) Pengelolaan Limbah


B3 Untuk Kegiatan Pengumpulan Limbah B3 dengan data-data sebagai berikut:
Formulir 1. Keterangan Tentang Pemohon
1. Nama Pemohon :
2. Jabatan :
3. Alamat dan/atau : Nama Jalan/Gedung:
Domisili Desa/Kelurahan:
Kecamatan:
Kabupaten/Kota:
Provinsi:
Kode Pos:
4. Nomor Telp/ :
Faksimili
5. Alamat e-mail :

Formulir 2. Keterangan Tentang Perusahaan


1. Nama Perusahaan :
2. Alamat Perusahaan : Nama Jalan/Gedung:
Desa/Kelurahan:

36
Kecamatan:
Kabupaten/Kota:
Provinsi:
Kode Pos:
3. Alamat Lokasi : Nama Jalan/Gedung:
Kegiatan Desa/Kelurahan:
Kecamatan:
Kabupaten/Kota:
Provinsi:
Kode Pos:
4. Nomor Telp/ :
Faksimili
5. Alamat e-mail :
6. Bidang/ Usaha :
Kegiatan
7. Akta Pendirian :
Perusahaan dan/
atau Akta
Perubahan Terakhir
8. NPWP :
9. Nama dan Nomor :
Telepon yang Bisa
Dihubungi (sesuai
dengan surat kuasa)

Formulir 3. Persyaratan Administrasi


Izin Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya Beracun
1. a. Surat Keputusan : Jenis Nomor dan Penerbitan Keterangan
Kelayakan Dokumen Tanggal Izin/
Lingkungan/ Rekomendasi/
Rekomendasi UKL- Persetujuan
UPL dan Izin
Lingkungan

37
b. Lembar Pernyataan :
Keabsahan Dokumen
c. Akta Pendirian :
Perusahaan dan/atau
Akta Perubahan
Terakhir
d. Izin Lokasi :
e. SIUP/IUT/IUI :
f. NPWP :
g. IMB :
2. Polis Asuransi Pencemaran :
Lingkungan Hidup
3. Memiliki Laboratorium :
Analisis dan/ atau Alat
Analisis Limbah B3
4. Memiliki Tenaga Terdidik :
Bidang Analisis dan/atau
Pengelolaan Limbah B3
5. Rekomendasi Gubernur :
untuk Pengumpulan limbah
B3 skala nasional
6. Kontrak kerjasama dengan :
pihak pemanfaat atau
pengolah limbah B3
7. Surat pencabutan SK :
Pengumpulan Limbah B3
dari Provinsi/ Kabupaten/
Kota yang telah dimiliki

Formulir 4. Persyaratan Teknis Pengumpulan Limbah B3


1. Keterangan tentang :
lokasi (nama tempat/

38
letak, luas dan titik
koordinat
2. Uraian tentang sumber, :
jenis dan kode limbah B3
yang akan dikumpulkan
3. Karakteristik per jenis :
limbah B3 yang akan
dikumpulkan
4. Uraian tata cara :
pengemasan dan
pemberian simbol-label
limbah B3
5. Rancang bangun tempat :
pengumpulan limbah B3
6. Uraian tentang tata cara :
pengumpulan limbah B3
dan proses perpindahan
limbah B3 (penerimaan
dan pengiriman)
7. Flowsheet dan narasi :
lengkap proses
dikumpulkan limbah B3
8. Uraian jenis dan :
spesifikasi teknis
pengumpulan limbah B3
dan peralatan yang
digunakan
9. Perlengkapan sistem :
tanggap darurat
10. Tata letak saluran :
drainase untuk
penyimpanan limbah B3
fasa cair

39
11. Laporan realisasi :
kegiatan pengumpulan
limbah B3 untuk
permohonan
perpanjangan izin
12. SK pengumpulan :
sebelumnya untuk
permohonan
perpanjangan izin

Formulir 5. Identitas Pengurus Permohonan Izin Pengumpulan Limbah B3


1. Nama :
2. Jabatan :
3. Surat Kuasa :
4. Alamat dan/ atau Domisili : Nama Jalan/Gedung:
Desa/Kelurahan:
Kecamatan:
Kabupaten/Kota:
Provinsi:
Kode Pos:
5. Nomor Telp/ Faksimili :
6. Alamat e-mail :

Semua dokumen yang saya sampaikan adalah benar, apabila dikemudian hari terdapat
kesalahan atau palsu saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan hukum dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Tanda tangan
pemohon dan cap
perusahaan
Bermaterai 6000

(NAMA
PEMOHON)

40
3.4 FORM PERMOHONAN IZIN PENGANGKUTAN LIMBAH B3

KOP SURAT PERUSAHAAN

..........................................

Nomor :
Lampiran :
Perihal :

Kepada Yth,
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
up. Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah
Limbah dan Bahan Beracun Berbahaya
di
Jakarta

Dengan ini kami mengajukan permohonan izin / rekomendasi pengangkutan limbah bahan
berbahaya dan beracun (B3) – angkutan darat dengan data-data sebagai berikut :

I. KETERANGAN TENTANG PEMOHON

1. Nama Pemohon :

2. Jabatan :

3. Alamat :

4. Nomor telepon / fax :

5. Alamat email :

41
II KETERANGAN TENTANG PERUSAHAAN

1. Nama Perusahaan :

2. Alamat :

3. Nomor Telepon / Fax :

3. Alamat pool / kegiatan kendaraan :

5. Nomor telepon kontak person yang :


dihubungi

6. Jenis Usaha :

7. No. Tanggal Akte Pendirian :

8. Jumlah alat angkut yang diajukan :

9. Kode Manifes :

10. Jenis izin LB3 yang telah dimiliki : Jenis Izin Nomor Izin

42
III PERSYARATAN ADMINISTRASI

REKOMENDASI

1. Lembaran pernyataan keabsahan : (diisi dengan kata-kata “Semua lampiran


dokumen pernyataan izin yang disampaikan sesuai
dengan dokumen asli dan ditandatangani
diatas materai Rp. 6000”)

2. Akte Pendirian :

3. NPWP :

4. Foto copy buku polis asuransi :


pencemaran limgkungan hidup

5. Surat bukti kepemilikan alat angkut : Nomor Polisi Masa Berlaku


berupa STNK

6. Surat bukti kelayakan berupa KIR : Nomor Polisi Masa Berlaku

7. SOP tata cara muat sesuai dengan : (Terlampir A)


jenis dan karakteristik limbah B3
yang akan diangkut

43
8. SOP tata cara bongkar sesuai dengan (Terlampir B)
jenis dan karakteristik limbah B3
yang akan diangkut

9. SOP penanganan dalam keadaan : (Terlampir C)


darurat sesuai dengan jenis dan
karakteristik limbah B3 yang
diangkut

IV PERSYARATAN TEKNIS UMUM PENGANGKUTAN LIMBAH B3

1. Foto alat angkut kendaraan (darat) : (Terlampir D)

2. Foto alat tanggap darurat dan Foto : (Terlampir E)


alat perlindungan diri

3. Foto kemasan limbah B3 : (Terlampir F)

4. Foto penempatan (tata letak) : (Terlampir G)


kemasan limbah B3 di dalam
kendaraan

Persyaratan tambahan untuk permohonan perpanjangan dan / atau penambahan alat


angkut dan / atau perubahan jenis limbah untuk rekomendasi pengangkutan limbah B3

5. Foto copy kontrak kerja sama antara : (Terlampir H)


penanggung jawab kegiatan
(transportasi) dengan penghasil
limbah B3

6. Foto copy kontrak kerja sama antara : (Terlampir I)


penghasil limbah B3 dengan

44
pengelola limbah B3

7. Laporan pengangkutan limbah B3 : (Terlampir J)

45
V PERSYARATAN TEKNIS KHUSUS PENGANGKUTAN LIMBAH B3

1. Keterangan tentang transportasi

Moda Angkutan Darat

No Nomor Model Nomor Nomor Kepemilikan Penggunaan


Polisi Kendaraan Rangka Mesin untuk Kategori
Bahaya
Limbah B3

46
2. Keterangan Tentang Jenis Limbah B3

47
No Kode Jenis Karakteristik Kemasan Kategori Asal Tujuan
Limbah Limbah Limbah B3 Bahaya Limbah Akhir
B3 B3 Limbah B3
B3

48
3. Perjalanan Limbah B3

Kota asal (sumber) limbah B3 :

49
Kota tujuan pengangkutan limbah B3 :

VI IDENTITAS PENGURUS PERMOHONAN REKOMENDASI


PENGANGKUTAN LIMBAH B3

1. Nama Pemohon :

2. Jabatan :

3. Surat kuasa :

4. Alamat :

5. Nomor Telepon / Fax :

6. Alamat email :

Semua dokumen yang saya sampaikan adalah benar dan sah. apabila di kemudian hari
terdapat kesalahan atau palsu, saya bersedia menerima sanksi sesuai sesuai denga peraturan
perundang-undangan.

......................, ........................

50
3.5 FORMULIR PENGANGKUTAN LIMBAH B3

KOP SURAT PERUSAHAAN

Hari / Tanggal Pengangkutan Limbah B3 :

Waktu :

Lokasi :

I KETERANGAN TENTANG PERUSAHAAN PENGANGKUT LIMBAH B3

1. Nama Perusahaan :

2. Alamat :

3. Nomor Telepon / Fax :

4. Alamat pool / kegiatan kendaraan :

5. Nomor telepon kontak person yang :


dihubungi

6. Jenis Usaha :

51
7. No. Tanggal Akte Pendirian :

8. Kode Manifes :

9. Jenis izin LB3 yang telah dimiliki : Jenis Izin Nomor Izin

II KETERANGAN TENTANG PERUSAHAAN PENGHASIL LIMBAH B3

1. Nama Perusahaan :

2. Alamat :

3. Nomor Telepon / Fax :

4. Nomor telepon kontak person yang :


dihubungi

5. Jenis Usaha :

52
6. No. Tanggal Akte Pendirian :

7. Jenis izin LB3 yang telah dimiliki : Jenis Izin Nomor Izin

III MODA ANGKUTAN DARAT

No Nomor Polisi Model Kendaraan Kepemilikan Penggunaan untuk


Kategori Bahaya
Limbah B3

53
IV KETERANGAN JENIS LIMBAH B3

No Kode Jenis Karakteristik Kemasan Kategori Asal Tujuan


Limbah Limbah Limbah B3 Bahaya Limbah Akhir
B3 Limbah B3 B3

54
55
V PERJALANAN LIMBAH B3

Kota asal (sumber) limbah B3 :

Kota tujuan pengangkutan limbah B3 :

......................, ........................

Petugas Pengangkutan Limbah B3

56
3.6 INSTRUMEN PENILAIAN PENGUMPULAN LIMBAH B3 INDUSTRI KERTAS

Nama Industri :

Alamat :

Tanggal Pemeriksaan :

Petugas Pemeriksaan :

Petunjuk pengisian :

1. Apabila kondisi tidak sesuai sebagaimana tercantum pada komponen penilaian, maka
diberikan nilai 0.
2. Bila sesuai sebagaimana tercantum pada komponen penilaian maka diberikan nilai 1.
3. Perhitungan :
𝟑𝟑 𝟑 𝟑 𝟑ℎ 𝟑 𝟑 𝟑 𝟑 𝟑 𝟑 𝟑𝟑 𝟑
a. Persentase Skor = 𝟑 𝟑 𝟑 𝟑𝟑 ℎ 𝟑 𝟑 𝟑 𝟑 𝟑 𝟑𝟑
𝟑 100%
𝟑 𝟑 𝟑 𝟑𝟑 𝟑𝟑ℎ
𝟑𝟑 𝟑 𝟑 𝟑

b. Skor = Nilai yang didapat per-item x bobot

4. Kategori Persentase Skor


Cukup :≤ 𝟑𝟑,
Kurang 𝟑𝟑
:33,34% – 66,67%
Baik : 66,68% – 100%

No Aspek Penilaian

Bobot Nilai Skor Keterangan


Variabel Komponen Penilaian
Penilaian

1. Lokasi 1. Luas tanah termasuk untuk 17


bangunan penyimpanan dan
fasilitas lainnya sekurang-
kurangnya 1 (satu) hektar

2. Area pengumpulan limbah B3


bebas banjir

3. Lokasi pengumpulan limbah B3


memiliki jarak 150 meter dari jalan
utama atau jalan tol

57
4. Lokasi pengumpulan limbah B3
memiliki jarak 50 meter dari jalan
selain jalan utama dan jalan tol

5. Berjarak 300 meter dari fasilitas


umum seperti : daerah pemukiman,
perdagangan, rumah sakit,
pelayanankesehatan atau kegiatan
sosial, hotel, restoran, fasilitas
keagamaan, fasilitas pendidikan,
dll.

6. Berjarak 300 meter dari perairan


seperti : garis pasang tertinggi laut,
badan sungai, daerah pasang surut,
kolam, danau, rawa, mata air,
sumur penduduk, dll.

7. Berjarak 300 meter dari daerah


yang dilindungi seperti : cagar
alam, hutan lindung, kawasan
suaka, dll.

Jumlah

2. Bangunan 1. Penataan bangunan pengumpul 4

a. Memiliki tata ruang yang tepat


sehingga kegiatan
pengumpulan dapat
berlangsung dengan baik dan
aman bagi lingkungan (sesuai
keputusan kepala bapedal
NOMOR : KEP-
01/BAPEDAL/09/1995)

b. Bangunan pengumpulan limbah


B3 dirancang khusus hanya
untuk menyimpan satu
karakteristik limbah

c. Bangunan pengumpulan limbah


B3dilengkapi dengan bak
penampung tumpahan/ceceran
limbah yang dirancang
sedemikian rupa sehingga

58
memudahkan dalam
pengangkatannya

Jumlah

2. Fasilitas pengumpulan 4

a. Terdapat Peralatan dan sistem


pemadam kebakaran

b. Terdapat Pembangkit listrik


cadangan

c. Terdapat Fasilitas pertolongan


pertama

d. Terdapat Peralatan komunikasi

e. Terdapat Gudang tempat


penyimpanan peralatan dan
perlengkapan

f. Terdapat Pintu darurat dan


alarm

Jumlah

3. Bangunan penyimpanan limbah B3 5


mudah terbakar dan explosive

a. Bangunan penyimpanan limbah


B3 mudah terbakar dan
explosive sekurang-kurangnya
berjarak 20 meter dari
bangunan penyimpanan limbah
karakteristik lain atau dari
bangunan-bangunan lain dalam
fasilitas pengumpulan

b. Dinding bangunan terbuat dari


tembok tahan api

c. Rangka pendukung atap terbuat


dari bahan yang tidak mudah
terbakar

59
d. Atap tanpa plafon, terbuat dari
bahan yangringan dan mudah
hancur jika terbakar

e. Sistem ventilasi udara


dirancang untuk mencegah
terjadinya akumulasi gas di
dalam ruang pengumpulan

f. Ventilasi dipasang kasa atau


bahan lain untuk mencegah
masuknya burung atau binatang
kecil lainya ke dalam ruang
pengumpulan

g. Memiliki sistem penerangan


(lampu/cahaya matahari) yang
memadai untuk operasional
penggudangan atau inspeksi
rutin.

h. Lampu penerangan harus


dipasang minimal 1 meter di
atas kemasan dengan sakelar
(stop contact) harus terpasang
di sisi luar bangunan

i. Lantai bangunan penyimpanan


harus kedap air, tidak
bergelombang, kuat dan tidak
retak.

j. Lantai bagian dalam dibuat


melandai turun ke arah bak
penampungan dengan
kemiringan maksimum 1%.

k. Pada bagian luar bangunan


harus dipasang tanda (simbol)
limbah B3 mudah terbakar,
sesuai dengan peraturan
penandaan yang berlaku.

Jumlah

4. Bangunan penyimpanan limbah B3 4

60
bersifat korosif, reaktif, dan
beracun

a. Konstruksi dinding harus


dibuat mudah untuk dilepas

b. konstruksi bangunan (atap,


lantai dan dinding) harus
terbuat dari bahan yang tahan
korosi dan api/panas untuk
bangunan pengumpul limbah
yang korosif dan reaktif

c. Sistem ventilasi udara


dirancang untuk mencegah
terjadinya akumulasi gas di
dalam ruang pengumpulan

d. Ventilasi dipasang kasa atau


bahan lain untuk mencegah
masuknya burung atau binatang
kecil lainya ke dalam ruang
pengumpulan

e. Memiliki sistem penerangan


(lampu/cahaya matahari) yang
memadai untuk operasional
penggudangan atau inspeksi
rutin.

f. Lampu penerangan harus


dipasang minimal 1 meter di
atas kemasan dengan sakelar
(stop contact) harus terpasang
di sisi luar bangunan

g. Lantai bangunan penyimpanan


harus kedap air, tidak
bergelombang, kuat dan tidak
retak.

h. Lantai bagian dalam dibuat


melandai turun ke arah bak
penampungan dengan
kemiringan maksimum 1%.

61
i. Pada bagian luar bangunan
harus dipasang tanda (simbol)
limbah B3 mudah terbakar,
sesuai dengan peraturan
penandaan yang berlaku.

Jumlah

3. Fasilitas 1. Laboratorium 4
tambahan
a. Memiliki fasilitas laboratorium
yang lengkap untuk pengujian
jenis dan karakteristik dari
limbah B3 padat dan cair

b. Terdapat pengujian kualitas


terhadap timbulan dari kegiatan
pengelolaan lilmbah yang
dilakukan

Jumlah

2. Fasilitas pencucian 3

a. Pencucian peralatan atau


perlengkapan yang digunakan
dalam kegiatan pengumpulan
limbah B3 dilakukan di dalam
fasilitas pencucian khusus

b. Fasilitas pencucian harus


dilengkapi bak penampung
dengan kapasitas yang
memadai dan harus kedap air

c. Cairan dari bak pencucian yang


dibuang di lingkungan
memenuhi persyaratan sesuai
baku mutu

d. Terdapat pembersihan atau


pencucian terhadap kendaraan
pengangkut yang akan
meninggalkan lokasi
pengumpulan

Jumlah

62
3. Fasilitas bongkar muat 4

a. Terdapat tata ruang yang tepat


untuk bongkar muat sehingga
memudahkan kegiatan
pemindahan limbah dari dan ke
kendaraan pengangkut

b. Lantai untuk kegiatan bongkar-


muat harus kuat dan kedap air
serta dilengkapi dengan saluran
pembuangan menuju bak
penampung untuk menjamin
tidak ada tumpahan atau
ceceran limbah B3 yang lepas
ke lingkungan

Jumlah

4. Kolam Penampungan Darurat 4

a. Kolam penampung darurat


harus dirancang kedap air dan
mampu menampung
cairan/bahan yang
terkontaminasi dalam jumlah
memadai

b. Kolam penampungan darurat


digunakan sesuai dengan
fungsinya

Jumlah

5. Peralatan penanganan tumpahan 3

a. Pemilik atau operator memiliki


dan mengoperasikan alatalat
atau bahan-bahan yang
digunakan untuk
mengumpulkan dan
membersihkan ceceran atau
tumpahan limbah B3

b. Mengkategorikan bekas alat


atau bahan pembersih yang
tidak digunakan sebagai limbah

63
B3

Jumlah

4. SOP 1. Pengemasan limbah B3 4


Pengumpulan
Limbah B3 a. Kemasan (drum, tong atau bak
kontainer) yang digunakan
dalam kondisi baik, tidak
bocor, berkarat atau rusak

b. Kemasan (drum, tong atau bak


kontainer) yang digunakan
terbuat dari bahan yang cocok
dengan karakteristik limbah B3
yang akan disimpan

c. Kemasan (drum, tong atau bak


kontainer) yang digunakan
mampu mengamankan limbah
yang disimpan di dalamnya

d. Kemasan (drum, tong atau bak


kontainer) yang
digunakanemiliki penutup yang
kuat untuk mencegah terjadinya
tumpahan saat dilakukan
pemindahan atau pengangkutan

e. Kemasan yang telah rusak


(bocor atau berkarat) dan
kemasan yang tidak digunakan
kembali sebagai kemasan
limbah B3 diperlakukan
sebagai limbah B3

f. Kemasan yang digunakan untuk


pengemasan limbah dapat
berupa drum/tong dengan
volume 50 liter, 100 liter atau
200 liter, atau dapat pula
berupa bak kontainer
berpenutup dengan kapasitas 2
M3 , 4 M3 atau 8 M3

g. Limbah B3 yang disimpan

64
dalam satu kemasan adalah
limbah yang sama, atau dapat
pula disimpan bersama-sama
dengan limbah lain yang
memiliki karakteristik yang
sama, atau dengan limbah lain
yang karakteristiknya saling
cocok

h. Pengisian limbah B3 dalam


satu kemasan sesuai
karakteristik dan jenis limbah

Jumlah

2. Kemasan 3

a. Ditandai dengan simbol dan


label yang sesuai dengan
ketentuan mengenai penandaan
pada kemasan limbah B3

b. Selalu dalam keadaan tertutup


rapat dan hanya dapat dibuka
jika akan dilakukan
penambahan atau pengambilan
limbah dari dalamnya

c. Disimpan di tempat yang


memenuhi persyaratan untuk
penyimpanan limbah B3

d. Kemasan bekas mengemas


limbah B3 yang digunakan
kembali untuk mengemas
limbah B3 sesuai dengan
karakteristik sama dengan
limbah B3 sebelumnya atau
saling cocok dengan limbah B3
yang dikemas sebelumnya

e. Adanya pembersihan pada


terlebih dahulu pada
pengemasan limbah B3 yang
tidak saling cocok

65
Jumlah

3. Penyimpanan limbah B3 dalam 4


tong atau bak kontainer

a. drum/tong atau bak kontainer


yang telah berisi limbah B3 dan
disimpan di tempat
penyimpanan dilakukan
pemeriksaan kondisi kemasan
sekurang-kurangnya 1 (satu)
minggu satu kali

b. Adanya pemindahan kedalam


drum atau tong baru pada
kemasan yang mengalami
kerusakan (karat atau bocor),

c. Adanya pembersihan terhadap


ceceran atau bocoran limbah
dan disimpan dalam kemasan
limbah B3 terpisah

Jumlah

4. Penyimpanan kemasan limbah B3 4

a. Penyimpanan kemasan harus


dibuat dengan sistem blok.
Setiap blok terdiri atas 2 (dua)
x 2 (dua)

b. Lebar gang untuk lalu-lintas


manusia minimal 60 cm dan
lebar gang untuk lalu-lintas
kendaraan pengangkut (forklift)
disesuaikan dengan kelayakan
pengoperasiannya

c. Penumpukan kemasan limbah


B3 stabil.

d. Jarak tumpukan kemasan


tertinggi dan jarak blok
kemasan terluar terhadap atap
dan dinding bangunan
penyimpanan tidak boleh

66
kurang dari 1 (satu) meter

e. Kemasan-kemasan berisi
limbah B3 yang tidak saling
cocok harus disimpan secara
terpisah, tidak dalam satu blok,
dan tidak dalam bagian
penyimpanan yang sama.

Jumlah

5. Pewadahan limbah B3 dalam 4


Tangki

a. Terdapat laporan permohonan


rekomendasi kepada Kepala
Bapedal dengan melampirkan
laporan hasil evaluasi terhadap
rancang bangun dari sistem
tangki yang akan dipasang

b. Pondasi, rangka penunjang,


keliman, sambungan, dan
kontrol tekanan (jika ada)
dirancang memenuhi
persyaratan keamanan
lingkungan dan Sistem tangki
harus ditunjang kekuatan
rangka yang memadai, terbuat
dari bahan yang cocok dengan
karakteristik limbah yang akan
disimpan atau diolah, dan aman
terhadap korosi sehingga tangki
tidak mudah rusak.

c. Tangki dan sistem


penunjangnya terbuat dari
bahan yang saling cocok
dengan karakteristik dan jenis
limbah B3 yang
dikemas/disimpannya

d. Limbah-limbah yang tidak


saling cocok tidak ditempatkan
secara bersama-sama di dalam

67
tangki.

e. Limbah-limbah yang tidak


saling cocok tidak ditempatkan
secara bersama-sama di dalam
tangki, kecuali dengan
persyaratan khusus yang telah
ditentukan

f. Tangki dibuat atau dilapisi


dengan bahan yang saling
cocok dengan limbah B3 yang
disimpan serta memiliki
ketebalan dan kekuatan
memadai untuk mencegah
kerusakan akibat pengaruh
tekanan

g. Tangki ditempatkan pada


pondasi atau dasar yang dapat
mendukung ketahanan tangki
terhadap tekanan dari atas dan
bawah dan mampu mencegah
kerusakan yang diakibatkan
karena pengisian, tekanan atau
uplif

h. Tangki dilengkapi dengan


sistem deteksi kebocoran yang
dirancang dan dioperasikan 24
jam sehingga mampu
mendeteksi kerusakan pada
struktur tangki primer dan
sekunder, atau lepasnya limbah
B3 dari sistem penampungan
sekunder

i. Tangki penampungan sekunder,


dirancang untuk dapat
menampung dan mengangkat
cairan-cairan yang berasal dari
kebocoran, ceceran atau
presipitasi

j. Pemilik atau operator

68
melakukan pemeriksaan
sekurang-kurangnya 1 (satu)
kali sehari selama sistem tangki
dioperasikan.

k. Terdapat pemeriksaan sistem


perlindungan katodik (jika ada),
untuk memastikan bahwa
peralatan tersebut bekerja
sempurna oleh pemilik

l. Terdapat sistem tanggap darurat


pada tangki atau sistem
pengumpul sekunder yang
mengalami kebocoran atau
gangguan yang menyebabkan
limbah B3 yang disimpannya
terlepas

Jumlah

6. Penempatan Tangki 5

a. Adanya tanggul disekitar tangki


dengan dilengkapi saluran
pembuangan yang menuju bak
penampung

b. Bak penampung harus kedap


air dan mampu menampung
cairan minimal 110% dari
kapasitas maksimum volume
tangki.

c. Tangki diatur sedemikian rupa


sehingga bila terguling akan
terjadi di daerah tanggul dan
tidak akan menimpa tangki lain.

d. Tangki harus terlindung dari


penyinaran matahari dan
masuknya air hujan secara
langsung.

Jumlah

69
5. Dokumentasi 1. Memiliki izin resmi pengumpulan 24
limbah B3 dari menteri, gubernur
atau bupati

2. Terdapat laporan pengumpulan


limbah

3. Memiliki penetapan penghentian


pengumpulan limbah yang
dilakukan sesuai persyaratan

4. Memiliki form pengumpulan


limbah B3

Jumlah 100

Total keseluruhan

70
3.7 INSTRUMEN PENILAIAN PENGANGKUTAN LIMBAH B3 INDUSTRI
KERTAS

Nama Industri :

Alamat :

Tanggal Pemeriksaan :

Petugas Pemeriksaan :

Petunjuk pengisian :

1. Apabila kondisi tidak sesuai sebagaimana tercantum pada komponen penilaian, maka
diberikan nilai 0.
2. Bila sesuai sebagaimana tercantum pada komponen penilaian maka diberikan nilai 1.
3. Perhitungan :
𝟑𝟑 𝟑 𝟑 𝟑ℎ 𝟑 𝟑 𝟑 𝟑 𝟑 𝟑 𝟑𝟑 𝟑
c. Persentase Skor = 𝟑 𝟑 𝟑 𝟑𝟑 ℎ 𝟑 𝟑 𝟑 𝟑 𝟑 𝟑𝟑
𝟑 100%
𝟑 𝟑 𝟑 𝟑𝟑 𝟑𝟑ℎ
𝟑𝟑 𝟑 𝟑 𝟑

d. Skor = Nilai yang didapat per-item x bobot

5. Kategori Persentase Skor


Cukup :≤ 𝟑𝟑,
Kurang :𝟑𝟑
33,34% – 66,67%
Baik : 66,68% – 100%

No Aspek Penilaian

Bobot Nilai Skor Keterangan


Variabel Komponen Penilaian
Penilaian

1. Kendaraan 1. Perihal teknis dan laik jalan 4


pengangkut
limbah B3 a. Plakat yang dilekatkan pada
sisi kiri, kanan, depan dan
belakang kendaraan dengan
ukuran

b. Nama perusahaan yang


dicantumkan pada sisi kiri,
kanan dan belakang kendaraan
dengan ukuran sesuai

71
peraturan yang berlaku

c. Terdapat Jati diri pengemudi


yang ditempatkan pada
dashboard

d. Terdapat Kotak obat lengkap


dengan isinya

e. Terdapat Alat pemantau unjuk


kerja pengemudi, yang
sekurang-kurangnya dapat
merekam kecepatan kendaraan
dan perilaku pengemudi dalam
mengoperasikan kendaraannya

f. Terdapat Alat pemadam


kebakaran

g. Terdapat Nomor telepon pusat


pengendali operasi yang dapat
dihubungi jika terjadi keadaan
darurat (emergency call), yang
dicantumkan pada sebelah kiri
dan kanan kendaraan
pengangkut

Jumlah

2. Perlengkapan keadaan darurat 3

a. Terdapat Alat komunikasi


antara pengemudi dengan pusat
pengendali operasi dan/atau
sebaliknya

b. Terdapat Lampu tanda bahaya


berwarna kuning yang
ditempatkan diatas atap ruang
kemudi

c. Terdapat rambu portabel

d. Terdapat kerucut pengaman

e. Terdapat segitiga pengaman

72
f. Terdapat dongkrak

g. Terdapat pita pembatas

h. Terdapat serbuk gergaji

i. Terdapat sekop yang tidak


menimbulkan api

j. Terdapat lampu senter

k. Warna kendaraan khusus

l. Terdapat Pedoman
pengoperasian kendaraan yang
baik untuk keadaan normal dan
darurat

m. Terdapat Ganjal roda yang


cukup kuat dan diletakan pada
tempat yang mudah dijangkau
oleh pembantu pengemudi

Jumlah

3. Kendaraan khusus 3

a. Setiap kendaraan pengangkut


limbah B3 yang mudah
meledak, gas mampat, gas cair,
gas terlarut pada tekanan atau
pendinginan tertentu, dan
cairan mudah menyala
memenuhi persyaratan khusus
sesuai dengan keputusan dirjen
hub darat NOMOR :
SK.725/AJ.302/DRJD/2004

b. Setiap kendaraan pengangkut


limbah B3 berupa padatan
mudah menyala, oksidator,
peroksida organik, dan bahan
beracun dan korosif, harus
memenuhi persyaratan khusus
sesuai dengan keputusan dirjen
hub darat NOMOR :
SK.725/AJ.302/DRJD/2004

73
Jumlah

4. Pengemudi dan pembantu 2


pengemudi

a. memiliki Surat Izin Mengemudi


sesuai dengan golongan dan
kendaraan yang
dikemudikannya

b. memiliki pengetahuan
mengenai jaringan jalan dan
kelas jalan, kelaikan kendaraan
bermotor, tata cara mengangkut
barang.

c. memiliki pengetahuan
mengenai bahan berbahaya
yang diangkutnya, seperti
klasifikasi, sifat dan
karakteristik bahan berbahaya

d. memiliki pengetahuan
mengenai bagaimana mengatasi
keadaan jika terjadi suatu
kondisi darurat, seperti cara
menanggulangi kecelakaan

e. memiliki pengetahuan dan


keterampilan mengenai tata
cara pengangkutan bahan
berbahaya, seperti
pengemudian secara aman,
pemeriksaan kesiapan
kendaraan, hubungan muatan
dengan pengendalian
kendaraan, persepsi keadaan
bahaya / darurat

f. memiliki pengetahuan
mengenai ketentuan
pengangkutan bahan berbahaya,
seperti penggunaan plakat,
label dan simbol bahan
berbahaya

74
g. memiliki kemampuan psikologi
yang lebih tinggi daripada
pengangkut bahan / komoditi
yang tidak berbahaya, seperti
tidak mudah panik, sabar,
bertanggung jawab, tidak
mudah jenuh menghadapi
pekerjaan dan situasi yang
monoton

h. memiliki fisik yang sehat dan


tangguh

i. pengemudi telah mengikuti


pelatihan mengenai tata cara
pengangkutan, pemuatan,
pembongkaran, penggunaan
alatalat K3 dan penanggulangan
dalam keadaan darurat yang
diselenggarakan oleh lembaga
pendidikan dan pelatihan yang
ditunjuk oleh Direktur Jenderal
hubungan darat

Jumlah

5. K3 pengemudi dan pembantu 2


pengemudi

a. Memakai APD Pelindung


pernafasan / masker

b. Memakai APD Pelindung


anggota badan

c. Memakai APD Helm

d. Memakai APD Kacamata


pengaman

e. Memakai APD Sarung


tanganbaik dengan bahan
karet, kain ataupun kulit sesuai
bahan berbahaya dan beracun
(B3) yang ditangani

75
f. Memakai APD Sepatu
pengaman

g. Memakai APD Pakaian kerja.

Jumlah

2. Lintas 1. Lintas Angkut 7


Angkutan
Limbah B3 a. Memiliki lintas angkutan yang
telah diatur sesuai peraturan
yang berlaku

b. Terdapat pengawalan
pengawalan oleh petugas yang
bertanggung jawab dibidang
lalu lintas dan angkutan atau
polisi lalu lintas apabila
pengangkutan limbah bahan
berbahaya dan beracun dapat
melalui daerah padat penduduk

c. Terdapat rencana lintas


angkutan bahan berbahaya dan
beracun

Jumlah

2. Tempat asal dan tujuan 7

a. tersedia peralatan bongkar muat


dan peralatan pengaman yang
memenuhi persyaratan

b. Jarak radius keamanan terhadap


resiko kecelakaan sesuai
peraturan yang berlaku

Jumlah

3. Pengoperasian 1. Pengangkutan limbah B3 4


kendaraan
pengangkut a. Pengangkutan limbah B3
limbah B3 dilakukan dalam bentuk curah
atau non curah

b. Pengangkutan limbah B3
curah dilakukan dengan

76
kemasan besar, seperti tangki
portabel atau truk tangki,
kendaraan yang dirancang dan
dibuat dengan persyaratan
khusus.

c. Pengangkutan limbah B3
curah dilakukan dengan
kemasan dalam (inside
container) yang digabung
dengan kemasan luar (outside
container), kemasan dengan
berbagai bentuk, seperti botol,
drum, jerigen, tong, kantong,
kotak / peti dan kemasan
gabungan dan menggunakan
kendaraan pengangkut biasa
yang aman

d. Pengangkutan bahan
berbahaya dan beracun
(B3)memenuhi ketentuan
aspek keselamatan dan
keamanan pada saat bongkar-
muat

e. pemisahan bahan berbahaya


yang tidak diangkut atau
disimpan bersama

f. Kegiatan pengangkutan
dihentikan apabila dalam
pelaksanaan diketahui ada
wadah atau kemasan yang
rusak

g. Bahan berbahaya dan beracun


(B3) yang akan diangkut harus
terlindung dalam wadah dan /
atau kemasan sesuai peraturan
perundang-undangan yang
berlaku.

h. Bahan berbahaya dan beracun


(B3)diikat dengan kuat dan

77
disusun dengan baik sehingga
beban terdistribusi secara
proporsional pada sumbu-
sumbu kendaraan.

Jumlah

2. Kemasan 3

a. Kemasan memenuhi
persyaratan kekuatan bahan
berdasarkan serangkaian
pengujian terhadap bahan
kemasan sesuai peraturan yang
berlaku

b. Pengujian pada bahan


kemasan pertama dibuat dan
dilakukan secara periodik pada
periode tertentu.

c. Setiap kemasan bahan


berbahaya dan beracun (B3)
dilengkapi marking dan label
yang sesuai dengan jenis
bahan berbahaya yang
diangkut.

Jumlah

3. Kendaraan pengangkut 3

a. kendaraan pengangkut limbah


bahan berbahaya dan beracun
(B3) harus menggunakan
plakat yang sesuai dengan jenis
bahan berbahaya yang
diangkut

b. Berat kendaraan pengangkut


bahan berbahaya dan beracun
(B3) berikut muatan penuh,
tidak melebihi jumlah berat
yang diperbolehkan (JBB)
sesuai peraturan yang berlaku

78
c. Pengemudi mengawasi
kendaraan pengangkut bahan
berbahaya dan beracun (B3)
setiap saat dengan
pengecualian sesuai peraturan
yang berlaku

d. Terdapat pedoman
pengoperasian kendaraanbaik
untuk keadaan normal maupun
darurat

e. Terdapat pedoman
pengoperasian kendaraan
sekurang-kurangnya memuat
salinan peraturan yang terkait,
instruksi dan prosedur yang
harus dikerjakan apabila terjadi
kecelakaan atau keterlambatan
pengiriman.

f. Kendaraan pengangkut limbah


B3 tidak berhenti di sembarang
tempat

g. Dalam keadaan terpaksa


kendaraan pengangkut limbah
B3 berhenti pada jalur aman
sesuai peraturan yang berlaku

Jumlah

4. Kegiatan bongkar muat 3

a. Pelaksanaan muat dan bongkar


dilakukan pada tempat-tempat
yang telah ditetapkan dan tidak
mengganggu keamanan,
keselamatan, kelancaran dan
ketertiban lalu lintas dan
masyarakat sekitarnya, serta
sesuai prosedur yang
ditetapkan perusahaan yang
bersangkutan

79
b. Terdapat pengawasan selama
pelaksanaan pemuatan,
istirahat dan bongkar-
muatyang memiliki kualifikasi
sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku

c. Pelaksanaan bongkar muat


harus sesuai peraturan yang
berlaku

5. Pengemudi dan pembantu 2


pengemudi

a. Pengemudi dan pembantu


pengemudi dilarang merokok
Pada jarak kurang dari 8 meter
dari kendaraan pengangkut
bahan berbahaya dan beracun
(B3)

b. Pengemudi mematikan
kendaraan pengangkut pada
saat mengisi bahan bakar

c. Terdapat pengawasaan pada


saat pengisian bahan bakar

Jumlah

4. Kewajiban 1. Melengkapi setiap kendaraan 14


pengangkut pengangkut bahan berbahaya dan
limbah B3 beracun (B3) dengan peralatan dan
perlengkapan sesuai peraturan
yang berlaku

2. Melengkapi awak kendaraan


(pengemudi dan pembantu
pengemudi) dengan perlengkapan
sesuai peraturan yang berlaku

3. Melaksanakan pengangkutan
bahan berbahaya dan beracun (B3)
dengan memenuhi ketentuan
sesuai peraturan yang berlaku

80
4. Melaporkan setiap bulan realisasi
pengangkutan bahan berbahaya
kepada Pejabat yang memberikan
Surat Persetujuan Pengangkutan
limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun (B3)

5. Memberikan pertanggungjawaban
apabila terjadi kerusakan jalan,
jembatan dan gangguan
lingkungan di sekitarnya yang
diakibatkan pengoperasian
kendaraan pengangkut limbah
bahan berbahaya dan beracun (B3)

6. Mengembalikan Surat Persetujuan


setelah pengangkutan selesai
dilaksanakan.

7. Memperbaharui Surat Persetujuan


setiap 6 (enam) bulan, apabila
pengoperasian pengangkutan B3
berlanjut.

Jumlah

5. Kewajiban 1. Industri kertas bertanggung jawab 13


pemilik dan terhadap kerusakan jalan, jembatan
atau dan gangguan lingkungan di
penanggung sekitarnya yang diakibatkan oleh
jawan limbah pengangkutan bahan berbahaya
B3 dan beracun (B3) yang menjadi
miliknya

2. Pihak Industri kertas memberikan


keterangan tentang sifat dan
karakteristik B3 yang dimiliki dan
memberikan pelatihan-pelatihan
sesuai dengan kebutuhan

Jumlah

6. Pengawasan 1. Pelaksanaan pengangkutan limbah 14


bahan berbahaya dan beracun (B3)
diawasi oleh pengawas yang
memenuhi persyaratan, termasuk

81
untuk kegiatan muat dan bongkar

2. Pengawasan dilakukan oleh


pegawai atau petugas yang
ditunjuk oleh pengangkut.

3. Pengawasan harus memenuhi


persyaratan yang telah diatur
dalam peraturan yang berlaku

Jumlah

7. Dokumentasi 1. Terdapat surat tanda lulus uji 16


kendaraan

2. Terdapat sertifikat khusus


pengemudi yang diberikan oleh
dirjen hub darat

3. Terdapat surat keterangan dokter


bagi pengemudi

4. Pelaksanaan pengangkutan
dilengkapi dokumen pengiriman

5. Terdapat surat persetujuan


pengangkutan limbah B3 yang
dikeluarkan oleh dirjen hubungan
darat

6. Terdapat pengolahan data


perizinan angkutan limbah bahan
berbahaya dan beracun (B3) yang
di kelola oleh dirjen hubungan
darat

7. Terdapat rekomendasi
pengangkutan limbah B3 dari
KLH

8. Terdapat dokumen manifest yang


sah sesuai dengan ketentuan
kepala bapedal NO. Kep-
02/BAPEDAL/09/1995

Jumlah 100

82
Total Keseluruhan

3.8 DESAIN PENIMBUNAN LIMBAH B3 (TERLAMPIR)

83
BAB IV

PENUTUP

4.1 Simpulan
 Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 101 tahun 2014
tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) bahan berbahaya
dan beracun dikategorikan menjadi 2 kategori. Dari data B3 yang ada di
Laboratrium Kesehatan Lingkungan Surabaya yang termasuk dalam kategori 1 yaitu
Amyl Alcohol, Petroleum Benzine, Xylene, Nitric Acid, OrthoPhosporic Acid,
Acetid Acid, Actone, Methanol, Ethanol, chloroform, Dithizon, Iodine Resublimed,
H2SO4 pekat, HCL pekat, Kalium Iodat, Silver Nitrate, MethyIorange Indicator,
Nefuchsin, Pararosanilin, Zink, Resorcin. Kategori 2 yaitu Ammonique, 1-Butanol,
Mercury (II) Sulfate, Mercury (II) Iodide.
 Bahan Berbaya dan Beracun yang terdapat di Laboratorium Kesehatan Lingkungan
Surabaya memiliki sifat berbahaya, beracun, mudah terbakar, menimbukan karat,
karsinogenik, teratogenik, mutagenik, dan pengoksida.
 Cara mengajukan permohonan Izin (Baru/Perpanjangan) Pengelolaan Limbah B3
Untuk Kegiatan Pengumpulan Limbah B3, yaitu :
1. Formulir keterangan tentang pemohon.
2. Formulir keterangan tentang perusahaan.
3. Formulir persyaratan administrasi.
4. Formulir persyaratan teknis pengumpulan Limbah B3.
5. Formulir identitas pengurus permohonan izin pengumpulan limbah B3.

4.2 Saran
1. Untuk pihak pengusaha produksi, sebaiknya pada kemasan Bahan Berbahaya dan
Beracun (B3) dicantumkan tanggal produksi dan tanggal kaldaluarsanya.
2. Untuk pihak pengelola Laboratorium, sebaiknya bahan yang sudah kaldaluarsa tidak
digunakan lagi.

84
DAFTAR PUSTAKA

Damanhuri, Enri. Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).Diktat Kuliah TL-
3204.Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan
Lingkungan. Bandung: Institusi Teknologi Bandung; 2010.

Formulir Rekomendasi Pengangkutan B3. 2012. B3.menlh.go.id tanggal akses 16 Mei


2018, 13.45 WIB

Ir.Setiyono,M.Si.2002.Sistem Pengelolaan Limbah B3 di Indonesia.Jakarta

Keputusan Dirjen Perhubungan Darat Nomor : SK.75/AJ.302/DRJD/2014 Tentang


Penyelenggaraan Pengangkutan B3 Di Jalan.

Keputusan Kepala Bapedal Nomor : Kep-01/BAPEDAL/09/1995 Tentang Cara


Persayaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah B3

Malayadi, A. Fiar. 2017. Karakteristik dan Sistem Pengelolaan Limbah Bahan


Berbahaya dan Beracun Laboratorium Universitas Hasanuddin.
[SKRIPSI].Makassar : Universitas Hasanuddin

Niken Hayudanti Anggarini, Megi Stefanus dan Prihatiningsih. Pengelolaan dan


Karakterisasi Limbah B3 di PAIR berdasarkan Potensi Bahaya.Majalah
Ilmiah Aplikasi Isotop dan Radiasi Beta Gamma. 2014; Vol.5(1).Larastika,
Widya. Studi Awal Karakterisasi dan Pengolahan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun (B3) di Universitas Indonesia (Studi Kasus:
Beberapa Laboratorium di FT, FMIPA, FK dan FKG. [Skripsi]. Jakarta:
Universitas Indonesia; 2011

PP RI Nomor 101 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Limbah B3

Peraturan pemerintah No.101 Tahun 2014 Tentang Pengolahan Limbah B3

PERMEN LH RI No.14 Tahun 2013 Tentang Simbol dan Label Limbah B3

Prasetiawan,Agung.(2014).Makalah Pengelolaan Limbah B3.(online).Tersedia:


/www.academia.edu/6745548/Makalah_Pengelolaan_Limbah_B3 (02 April
2018)

85
Undang-Undang Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 18 Tahun 1999.Tentang
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.Jakarta; Kementerian
Lingkungan Hidup.Undang-Undang Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia No. 32 Tahun 2009.Tentang Perlindugan dan Pengelolaan
Lingkungan hidup.Jakarta; Kementerian Lingkungan Hidup.

United Nationts Environment Progremme, APELL Handbook 2nd edition – 2015,


Awareness and Preparedness for Emergencies at Local Leve;, “Aprocess
for improving community awareness and preparedness for technological
hazard sand environmental emergencies”

86

Anda mungkin juga menyukai