PENDAHULUAN
Limbah padat lebih dikenal sebagai sampah, yang seringkali tidak dikehendaki
kehadirannya karena tidak memiliki nilai ekonomis. Bila ditinjau secara kimiawi,
limbah ini terdiri dari bahan kimia Senyawa organik dan Senyawa anorganik.
Limbah atau sampah yaitu limbah atau kotoran yang dihasilkan karena
pembuangan sampah atau zat kimia dari pabrik-pabrik. Limbah atau sampah juga
merupakan suatu bahan yang tidak berarti dan tidak berharga, tapi kita tidak mengetahui
bahwa limbah juga bisa menjadi sesuatu yang berguna dan bermanfaat jika diproses
secara baik dan benar.
Limbah atau sampah juga bisa berarti sesuatu yang tidak berguna dan dibuang
oleh kebanyakan orang, mereka menganggapnya sebagai sesuatu yang tidak berguna dan
jika dibiarkan terlalu lama maka akan menyebabkan penyakit padahal dengan
pengolahan sampah secara benar maka bisa menjadikan sampah ini menjadi benda
ekonomis.
1
Hal tersebut sebenarnya bukan merupakan masalah kecil, dan sepele, karena
apabila limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) tersebut dibiarkan ataupun dianggap
sepele penangannya, atau bahkan melakukan penanganan yang salah dalam menangani
limbah B3 tersebut, dampak dari limbah bahan berbahaya dan beracun tersebut akan
semakin meluas, bahkan dampaknya pun akan sangat dirasakan bagi lingkungan sekitar
kita, dan tentu saja dampak tersebut akan menjurus pada kehidupan makhluk hidup baik
dampak yang akan dirasakan dalam jangka pendek ataupun dampak yang akan dirasakan
dalam jangka panjang dimasa yang akan datang. (Prasetia, Agung. 2014)
Konsep yang dapat digunakan dalam mengolah limbah, adalah konsep 4R, yaitu:
Limbah sludge tersebut mestinya tidak dibuang ke sungai bersama air limbah
tetapi diendapkan dan dikeringkan untuk kemudian dibuang secara sanitary land fill
atau dibakar agar tidak mencemari tanah,airdanudara.Sludge pabrik kertas sebenarnya
dapat di tangani dengan cara air limbah tersebut diendapkan terlebih dahulu dan
kemudian dikeringkan untuk selanjutnya dibuang secara sanitary land fill atau dibakar
agar tidak mencamari tanah, air dan udara.
Ada juga Limbah pabrik kertas dapat didaur ulang menjadi karton yang
memiliki nilai jual tinggi.Karton hasil pengolahan limbah pabrik kertas ini disebut
dengan kertas gembos. Proses pembuatannya relative sederhana. Sludge dan kertas
pemulung diproses menjadi bubur kertas. Kemudian dicetak menjadi lembaran dengan
ukuran 66 x 78 cm. Setelah itu, dijemur di bawah terik matahari selama empat
jam.Kemudian dihaluskan dengan rol kalender.Kemudian di pak dengan berat 25
kg.Hal ini tentu saja terasa lebih bernilai ekonomis serta dapat mengurangi dampak
terhadap lingkungan.
2
1.2 Tujuan
Tujuan Umum
Mengetahui cara cara pengangkutan, pengumpulan dan penyimpanan limbah B3
kertas yang benar, sesuai dengan perundang undangan di Indonesia
Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pembuatan instrumen identifikasi limbah B3
2. Untuk mengetahui pembuatan instrumen penyimpanan limbah B3
3. Untuk mengetahuimenyusun form pengumpulan limbah B3
4. Untuk mengetahui penilaian form pengumpulan limbah B3
5. Untuk mengetahui menyusun form pengangkutan limbah B3
6. Untuk mengetahui penilaian form pengangkutan limbah B3
7. Untuk megetahui desain penimbunan limbah B3
1.3 Manfaat
Agar mahasiswa dan masyarakat mampu mengetahui dan memahami tentang apa yang
dimaksud limbah B3 dan tentang penyimpanan ,pengumpulan danpengangkutan B3
yang baik dan benar sesuai perundang undangan yang sudah ditetapkan.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung zat,
energi, dan/atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau jumlahnya, baik
secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusak
lingkungan hidup, dan/atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, serta
kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lain ( PP No. 101, 2014 (Pasal 1).
Intinya adalah setiap materi yang karena konsentrasi dan atau si&at danatau jumlahnya
mengandung B3 dan membahayakan manusia, mahluk hidup dan lingkungan, apapun
jenis sisa bahannya.
Dari hal ini jelas bahwa setiap kegiatan dan usaha yang berhubungan dengan
B3, baik penghasil, pengumpul, pengangkut, pemanfaatan, pengolah dan penimbun B3,
harus memperhatikan aspek lingkungan dan menjaga kualitas lingkungan tetap pada
kondisi semula.Dan apabila terjadi pencemaran akibat tertumpah, tercecer dan rembesan
limbah B3, harus dilakukan upaya optimalagar kualitas lingkungan kembali kepada
fungsi semula.
4
3. Limbah B3 dari bahan kadaluarsa, tumpahan, sisa kemasan, atau buangan
produk yang tidak memenuhi spesifikasi. Limbah jenis ini tidak memenuhi
spesifikasi yang ditentukan atau tidak dapat dimanfaatkan kembali, sehingga
memerlukan pengelolaan seperti limbah B3 lainnya.
Selain berdasarkan sumber, limbah B3 dibedakan atas jenis buangan
yaitu:
1. Buangan radioaktif, buangan yang mengemisikan radioaktif berbahaya,
persisten untuk periode waktu yang lama.
2. Buangan bahan kimia, umumnya digolongkan lagi menjadi: (i) synthetic
organics; (ii) anorganik logam, garam-garam, asam dan basa; (iii) flamable dan
(iv)explosive.
3. Buangan biological, dengan sumber utama: rumah sakit, penelitian
biologi.Sifat terpenting sumber ini menyebabkan sakit pada mahluk hidup
danmenghasilkan toxin.
5
Buangan yang melalui reaksi kimia menghasilkan ledakan dengan
cepat, suhu, tekanan tinggi mampu merusak lingkungan.Penanganan secara
khusus selama pengumpulan, penyimpanan, maupun pengangkutan.
Berdasarkan penjelasan PP No.85 Tahun 1999 Tentang Perubahan PP
No.18 tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun, limbah dengan sifat ini merupakan limbah yang pada suhu tekanan
standar (250C, 760 mmHg) dapat meledak atau melalui reaksi kimia atau
fisika dapat menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan tinggi yang dengan
cepat dapat merusak lingkungan sekitarnya. Limbah B3 dengan sifat mudah
meledak yang paling berbahaya adalah limbah B3 peroksida organik karena
bersifat oksidator dan tidak stabil.Senyawa ini sangat sensitif terhadap
guncangan, gesekan, dan panas, serta terdekomposisi secara eksotermis
dengan melepaskan energi panas yang sangat tinggi. Contoh limbah B3
dengan sifat ini adalah asetil peroksida, benzoil peroksida, dan jenis
monomer yang mempunyai berpolimerisasi secara spontan sambil
melepaskan gas bertekanan tinggi (seperti butadien dan metakrilat).
Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 03
Tahun 2008 Tentang Tata Cara Pemberian Simbol dan Label Bahan
Berbahaya dan Beracun, simbol untuk B3 klasifikasi bersifat mudah
meledak (explosive) berwarna dasar putih dengan garis tepi tebal berwarna
merah. Simbol berupa gambar bom meledak (explosive/exploded bomb)
berwarna hitam.Simbol ini menunjukkan suatu bahan yang pada suhu dan
tekanan standar (250C, 760 mmHg) dapat meledak dan menimbulkan
kebakaran atau melalui reaksi kimia atau fisika dapat menghasilkan gas
dengan suhu dan tekanan tinggi yang dengan cepat dapat merusak
lingkungan di sekitarnya.
6
Simbol ini menunjukkan suatu bahan yang memiliki
karakteristik sebagai berikut:
7
a. Padatan mudah terbakar, suatu bahan yang dapat terbakar karena gesekan
atau panas yang tersisa dari pembuatannya atau dapat menyebabkan
bahaya serius bila terbakar. Bahan mudah meledak tidak termasuk
klasifikasi ini;
b. Cairan mudah terbakar (flammable liquid), bahan dengan flash point
kurang dari 37,80C (1000F);
c. Cairan dapat terbakar (combustible liquid) mempunyai flash point lebih
tinggi dari 37,80C (1000F) tetapi kurang dari 93,30C; dan
d. Gas bertekanan mudah terbakar, mempunyai kriteria khusus; batas
terendah mudah terbakar (lower flammability limit) dan kisaran mudah
terbakar (flammability range).
Untuk uap mudah terbakar lower flammability limit (LFL) berarti
nilai ratio uap/udara di bawah mana penyalaan tak dapat berlangsung karena
kurangnya uap. Sedangkan upper flammability limit (UFL) adalah nilai ratio
uap/udara di atas mana penyalaan tak dapat berlangsung karena kurangnya
udara. Kisaran antara lower flammability limit dan upper flammability
limitdisebut flammability range. Sebagai contoh metanol mempunyai titik
nyala 120C, LFL 6,0; UFL 37% volume dalam udara.
8
Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 03
Tahun 2008 Tentang Tata Cara Pemberian Simbol dan Label Bahan
Berbahaya dan Beracun, simbol untuk B3 klasifikasi bersifat korosif
(corrosive) berwarna dasar putih dengan garis tepi tebal berwarna merah.
Simbol terdiri dari 2 gambar yang tertetesi cairan korosif. Simbol ini
menunjukkan suatu bahan yang memiliki karakteristik sebagai berikut:
D. Reaktif
Buangan yang dapat menyebabkan kebakaran karena melepaskan oksigen
atau buangan peroksida (organik) yang tidak stabil dalam suhu tinggi.
Contoh: magnesium, perklorat dan metil etil ketonperoksida.
Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 03
Tahun 2008 Tentang Tata Cara Pemberian Simbol dan Label Bahan
Berbahaya dan Beracun, simbol untuk B3 klasifikasi bersifat pengoksidasi
(oxidizing) berwarna dasar putih dengan garis tepi tebal berwarna merah.
Gambar simbol berupa bola api berwarna hitam yang menyala. Simbol ini
9
menunjukkan suatu bahan yang dapat melepaskan banyak panas atau
menimbulkan api ketika bereaksi dengan bahan kimia lainnya, terutama
bahan-bahan yang sifatnya mudah terbakar meskipun dalam keadaan hampa
udara.
1. Limbah yang pada keadaan normal tidak stabil dan dapat menyebabkan
perubahan tanpa peledakan;
2. Limbah yang dapat bereaksi hebat dengan air;
3. Limbah yang apabila bercampur dengan air berpotensi menimbulkan
ledakan, menghasilkan gas, uap atau asap beracun dalam jumlah yang
membahayakan bagi kesehatan manusia dan lingkungan;
4. Merupakan limbah sianida, sulfida atau amoniak yang pada kondisi pH
antara 2 dan 12,5 dapat menghasilkan gas, uap atau asap beracun dalam
jumlah yang membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan;
5. Limbah yang dapat mudah meledak atau bereaksi pada suhu dan tekanan
standar (25oC, 760 mmHg); dan
6. Limbah yang menyebabkan kebakaran karena melepas atau menerima
oksigen atau limbah organik peroksida yang tidak stabil dalam suhu
tinggi. Contoh limbah dengan sifat ini adalah asam sulfat bereaksi dengan
air spontan menghasilkan panas tinggi, magnesium, perklorat, dan metil
etil keton peroksida. Limbah lain yang berbentuk debu sangat halus dari
bahan logam, katalis atau batubara reaktif terhadap udara dan berpotensi
untuk terbakar atau meledak.
E. Buangan yang menimbulkan penyakit (Infectious Waste)
10
Buangan yang menimbulkan penyakit (Infectious Waste), yaitu dapat
menularkan penyakit. Contoh: tubuh manusia, cairan tubuh manusia yang
terinfeksi,limbah laboratorium yang terinfeksi kuman penyakit yang dapat
menular.
11
Gambar 2.6. Simbol B3 Bersifat Berbahaya (Harmful)
Sumber: PermenLH No.03 Tahun 2008
G. Beracun (Toxic)
Beracun (Toxic) yaitu buangan berkemampuan meracuni,
menjadikan cacat sampai membunuh mahluk hidup dalam jangka panjang
ataupun jangka pendek.
Sebagai contoh logam berat (seperti Hg, Cr), pestisida, pelarut, halogenida.
12
menyebabkan bahaya bagi makhluk hidup. Salah satu uji yang
dipersyaratkan adalah TCLP.Uji ini dirancang untuk menentukan mobilitas
kontaminan organik maupun anorganik yang terdapat dalam cairan, padatan
dan limbah multifasa.
Gambar 2.8. Simbol B3 Bersifat Berbahaya bagi Lingkungan (Dangerous For Environment)
Sumber: PermenLH No.03 Tahun 2008
13
Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 03
Tahun 2008 Tentang Tata Cara Pemberian Simbol dan Label Bahan
Berbahaya dan Beracun, simbol untuk B3 klasifikasi bersifat karsinogenik,
teratogenik dan mutagenik berwarna dasar putih dengan garis tepi tebal
berwarna merah. Simbol berupa gambar kepala dan dada manusia berwarna
hitam dengan gambar menyerupai bintang segi enam berwarna putih pada
dada. Simbol ini menunjukkan paparan jangka pendek, jangka panjang atau
berulang dengan bahan ini dapat menyebabkan efek kesehatan sebagai
berikut:
14
Limbah yang temasuk limbah B3 adalah limbah lain yang apabila
diuji dengan metode toksikologi memiliki LD50 di bawah nilai ambang
batas yang telah ditetapkan. Pengujian toksikologi dilakukan untuk
menentukan sifat akut atau kronik dan menetapkan nilai LD50 (Lethal Dose
Fifty).LD50 adalah perhitungan dosis (gram pencemar per kilogram) yang
dapat menyebabkan kematian 50 % populasi makhluk hidup yang dijadikan
percobaan.
1) Limbah mudah meledak adalah limbah yang melalui reaksi kimia dapat
menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan tinggi yang dengan cepat dapat
merusak lingkungan.
2) Limbah mudah terbakar adalah limbah yang bila berdekatan dengan api,
percikan api, gesekan atau sumber nyala lain akan mudah menyala atau
terbakar dan bila telah menyala akan terus terbakar hebat dalam waktu lama.
3) Limbah reaktif adalah limbah yang menyebabkan kebakaran karena
melepaskan atau menerima oksigen atau limbah organik peroksida yang
tidak stabil dalam suhu tinggi.
4) Limbah beracun adalah limbah yang mengandung racun yang berbahaya
bagi manusia dan lingkungan. Limbah B3 dapat menimbulkan kematian atau
sakit bila masuk ke dalam tubuh melalui pernapasan, kulit atau mulut.
5) Limbah yang menyebabkan infeksi adalah limbah laboratorium yang
terinfeksi penyakit atau limbah yang mengandung kuman penyakit, seperti
bagian tubuh manusia yang diamputasi dan cairan tubuh manusia yang
terkena infeksi.
2.1.3 Kategori Limbah B3
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 101 Tahun 2014 Kategori limbah B3
dibedakan menjadi 3, yaitu :
A. Limbah B3 kategori 1
1. Karakteristik mudah meledak, mudah menyala, reaktif, infeksius,
dan/atau korosif sesuai dengan parameter uji.
2. Karakteristik beracun melalui TCLP untuk menentukan Limbah yang
diuji memiliki konsentrasi zat pencemar lebih besar dari konsentrasi
zat pencemar pada kolom TCLP-A
15
3. Karakteristik beracun melalui Uji Toksikologi LD50 untuk
menentukan Limbah yang diuji memiliki nilai Uji Toksikologi LD50
lebih kecil dari atau sama dengan 50 mg/kg (lima puluh miligram per
kilogram) berat badan hewan uji.
B. Limbah B3 kategori 2
1. Karakteristik beracun melalui TCLP untuk menentukan Limbah yang
diuji memiliki konsentrasi zat pencemar lebih kecil dari atau sama
dengan konsentrasi zat pencemar pada kolom TCLP-A dan memiliki
konsentrasi zat pencemar lebih besar dari konsentrasi zat pencemar
pada kolom TCLP-B.
2. karakteristik beracun melalui Uji Toksikologi LD50 untuk
menentukan Limbah yang diuji memiliki nilai Uji Toksikologi LD50
lebih besar dari 50 mg/kg (lima puluh miligram per kilogram) berat
badan hewan uji dan lebih kecil dari atau sama dengan 5000 mg/kg
(lima ribu miligram per kilogram) berat badan hewan uji; dan
3. karakteristik beracun melalui uji toksikologi subkronis sesuai dengan
parameter uji
C. Limbah Non B3
Limbah non B3 merupakan limbah yang tidak mengandung bahan
berbahaya dan beracun.Contoh dari limbah non B3 adalah sisa-sisa
sayuran dan daun yang gugur. Berdasarkan asalnya, limbah dibagi
menjadi tiga macam, yaitu :
1. Limbah Keluarga (Rumah Tangga)
Limbah keluarga biasanya berasal dari sisa-sisa aktivitas
keluarga.Limbah yang dihasilkan keluarga biasanya berupa
sampah, baik sampah organik maupun sampah anorganik,
detergen, dan kotoran manusia.Sampah organik contohnya adalah
sisa sayuran dan buah-buahan, sedangkan sampah anorganik
contohnya adalah kaleng dan plastik bekas.
2. Limbah Pertanian
Limbah pertanian dapat berasal dari sisa penggunaaan pupuk
(baik pupuk organik maupun pupuk kimia) maupun sisa-sisa
pestisida.Sisa penggunaan pupuk dapat larut dalam air, kemudian
terbawa menuju sungai dan mengendap pada beberapa tempat di
sungai.Adanya endapan pupuk ini menyebabkan menumpuknya
16
unsur-unsur hara di perairan tersebut. Akibatnya tanaman air
seperti ganggang akan subur dan mendominasi pada perairan
tersebut. Populasi ganggang yang banyak ini akan mengurangi
kandungan oksigen dan menghalangi sinar matahari yang
diperlukan oleh tumbuhan air lainnya. Tidak adanya oksigen dan
sinar matahari yang masuk ini akan menyebabkan kematian bagi
organisme lain yang hidup di perairan tersebut.
Peristiwa ini disebut dengan eutrofikasi.Selain itu limbah
pertanian yang dapat mencemari perairan adalah DDT (sejenis
pestisida).Penggunaan DDT yang berlebihan pada pertanian
dapat memberikan dampak pada ekosistem. DDT mempunyai
sifat larut dalam lemak, hal ini menyebakan organisme yang
terdapat pada rantai makanan di perairan dalam yang tercemar
tubuhnya akan terakumalasi DDT. Akumalasi ini jumlahnya akan
semakin besar pada organisme-organisme yang berada di puncak
rantai makanan.
3. Limbah Industri
Bidang industri selain memberikan dampak yang luar biasa
juga memberikan dampak yang merugikan, yaitu limbah
industri.Limbah industri yang dihasilkan pun sebagian besar
adalah limbah yang tergolong berbahaya dan beracun
(B3).Limbah industri ini perlu mendapatkan pengolahan terlebih
dulu sebelum dibuang ke dalam lingkungan.Hal ini dimaksudkan
agar zat berbahaya yang terkadung di dalamnya tidak ikut
terbuang ke lingkungan.Pembuangan limbah ke lingkungan tanpa
pengolahan dapat menyebabkan pencemaran dan membunuh
organisme yang ada di dalamnya.
17
90 hari sebelum diserahkan kepada pengumpul atau pemanfaat atau pengolah atau
penimbun limbah B3, dengan persetujuan instansi yang bertanggung jawab. Kegiatan
penyimpanan sementara limbah B3 wajib memiliki izin dari Bupati/Walikota.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI Pasal 1 No. 101 Tahun 2014 tentang
Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun penyimpanan limbah B3 dilakukan
di tempat penyimpanan yang sesuai dengan persyaratan sebagai berikut:
a. Lokasi tempat penyimpanan yang bebas banjir, tidak rawan bencana dan diluar
kawasan lindung serta sesuai dengan rencana tata ruang,
b. Rancangan bangunan disesuaikan dengan jumlah, karakteristik limbah B3, dan
upaya pengendalian pencemaran lingkungan,
c. Desain dan konstruksi yang mampu Desain dan konstruksi yang mampu
melindungi Limbah B3 dari hujan dan melindungi Limbah B3 dari hujan dansinar
matahari,
d. Memiliki peneranganpenerangan dan ventilasi, dan
e. Memiliki saluran drainase dan bak penampung.
18
2.5 Pengangkutan Bahan Berbahaya dan Beracun
Pengangkutan limbah B3 adalah suatu kegiatan pemindahan limbah B3 dari
penghasil atau dari pengumpul atau dari pemanfaat atau dari pengolah kepengumpul
atau ke pemanfaat atau ke pengolah atau ke penimbun limbah B3.Setiap pengangkutan
limbah B3 oleh pengangkut limbah B3 wajib disertai dokumen limbah B3 yang
ditetapkan oleh kepala instansi yang bertanggungjawab.
Berdasarkan penjelasan Peraturan Pemerintah RI No. 101 Tahun 2014 tentang
Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun Dokumen limbah B3 adalah surat
yang diberikan pada waktu penyerahan limbahB3 oleh penghasil limbah B3 atau
pengumpul limbah B3 kepada pengangkut limbah B3. Dokumen limbah B3 tersebut
berisi ketentuan sebagai berikut:
a. Nama dan alamat penghasil atau pengumpul limbah B3 yang menyerahkan limbah
B3;
19
BAB III
PEMBAHASAN
3. Xylene 1 Berbahaya
(Harmful Waste)
Buangan yang
menimbulkan
penyakit (Harmful
Waste)
4. Nitric Acid 1 Menimbulkan karat
(Corrosive)
20
7. Acetone 1 Mudah terbakar
(Flamable)
Dangerous for
environment
(Berbahaya Bagi
Lingkungan)
9. Methanol 1 Mudah terbakar
(Flamable)
Beracun (toxic)
Carcinogenic,
tetragenic,
mutagenic
(karsinogenik,
teratogenik dan
mutagenik)
10. Ethanol 1 Mudah terbakar
(Flamable)
21
Carcinogenic,
tetragenic,
mutagenic
(karsinogenik,
teratogenik dan
mutagenik)
12. Dithizon 1 Berbahaya
(Harmful Waste)
Buangan yang
menimbulkan
penyakit (Harmful
Waste)
13. Iodine Resublimed 1 Berbahaya
(Harmful Waste)
Buangan yang
menimbulkan
penyakit (Harmful
Waste)
14. 1-Butanol 2 Berbahaya
(Harmful Waste)
Buangan yang
menimbulkan
penyakit (Harmful
Waste)
15. H2SO4 pekat 1 Menimbulkan karat
(Corrosive)
22
17. Kalium Iodat (KIO3) 1 Pengoksidasi
(oxidizing)
Dangerous for
environment
(Berbahaya Bagi
Lingkungan)
19. Silver Nitrate 1 Pengoksidasi
(oxidizing)
Menimbulkan karat
(Corrosive)
Dangerous for
environment
(Berbahaya Bagi
Lingkungan)
20. Mercury (II) Iodide 2 Beracun (toxic)
Dangerous for
environment
(Berbahaya Bagi
Lingkungan)
21. Methylorange Indicator 1 Beracun (toxic)
23
22. Neofuchsin 1 Berbahaya
(Harmful Waste)
Buangan yang
menimbulkan
penyakit (Harmful
Waste)
23. Pararosanilin (chlorid) 1 Beracun (toxic)
24
7. Acetone 1
8. Ammoniaque 31-07-2013 2
9. Methanol 31-03-2015 1
10. Ethanol 31-03-2019 1
11. Chloroform 30-06-2018 1
12. Dithizon 1
13. Iodine Resublimed Oktober 2016 1
14. 1-Butanol 31-07-2013 2
15. H2SO4 pekat 31-05-2011 1
16. HCl pekat 30-06-2007 1
17. Kalium Iodat (KIO3) 1
18. Mercury (II) Sulfate 2
19. Silver Nitrate 30-06-2019 1
20. Mercury (II) Iodide 2
21. Methylorange Indicator 1
22. Neofuchsin 1
23. Pararosanilin (chlorid) 30-09-2009 1
24. Zinc 1
25. Resorcin 1
25
Sebagaimana tercantum dalam PP 74 pasal 24, 25, 26, 27, bahwa ketiga stakeholder
tersebut berperan dalam sistem tanggap darurat, sesuai dengan peran dan
tanggungjawab masing- masing. Garis komando harus jelas untuk menghindari
kesimpangsiuran pelaksanaan tanggungjawab dan peran.
Dalam sistem tanggap darurat tidak membedakan antara B3 dan limbah B3. Sistem
tanggap darurat yang dibangun adalah sama. Dikarenakan secara teknis dampak B3 dan
Limbah B3 adalah sama. Disamping itu juga apabila mengacu kepada aturan nasional
di bidang pengangkutan B3 ataupun Limbah B3 yang dikeluarkan Kemenhub adalah
sama, dimana Kemenhub mengacu kepada MDGs Code (Material dangerous Goods
Code) yang mengacu kepada IMO (International Maritim Organization) dan
UNEP. Di bidang pengangkutan nasional maupun internasional, B3 dan Limbah B3
dikategorikan sebagai Dangerous Goods. Tanggap darurat di pabrik (in plant)/mandiri
dapat mengacu kepada Occupational Safety and Health Administration (OSHA) atau
Kemenaker.
Pada dasarnya industri yang mengolah dan menangani bahan yang mudah meledak,
mudah terbakar seperti minyak bumi dan gas alam, bahan-bahan kimia B3 yang reaktif
atau tidak stabil atau produk antara, memiliki resiko yang tinggi terhadap suatu bencana
industri.
Untuk menghadapi hal tersebut, Kantor Industri dan Lingkungan (IEO) Amerika
Serikat dan Program Lingkungan PBB (UNEP) berdasarkan pengalaman yang
diperoleh dari CMA (Asosiasi Industri Kimia Amerika Serikat) telah
mengembangkan suatu program yang disebut Awareness and Prepadness for
Emergency at Local Level (APELL). Program ini merupakan kesadaran dan kesiapan
menanggulangi keadaan darurat pada tingkat lokal. APELL terutama ditujukan bagi
bahaya yang terjadi di dalam kawasan industri dan pada bergeraknya bahan berbahaya
di lingkungan sekitar kawasan industri tersebut dan ini tidak membedakan B3 ataupun
Limbah B3, tetapi yang dilihat adalah bahayanya.
Pelaksanaan proses APELL akan melibatkan penduduk dan seluruh masyarakat baik
lokal, regional, maupun internasional. Perbatasan teritorial atau yuridiksi sebaiknya
tidak membatasi partisipasi semua unsur yang terkait di dalam proses APELL,
sebaliknya menggarisbawahi kebutuhan proses APELL dalam mengembangkan
rancangan penanggulangan keadaan darurat yang terkoordinasi.
26
Dalam konteks kesadaran dan tanggap darurat, harus dipusatkan pada kecelakaan utama,
yaitu kecelakaan yang menghasilkan efek-efek hingga di luar batas-batas wilayah
perusahaan. Fokus
ini hanya didasarkan pada asumsi bahwa efek-efek yang tidak meluas ke luar batasan-
batasan lokasi perusahaan tersebut, maka berarti tidak perlu diaktifkan suatu rencana
tanggap darurat bagi masyarakat.
Mekanisme ini sudah diakomodir oleh PP 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan B3 pasal
24-27 serta PP 101/2014 tentang pengelolaan Limbah B3 pasal 217 – pasal 236.
1. Pembentukan unit tanggap darurat, pembagian tugas personil, dan mekanisme tahapan
penanggulangan darurat (mandiri, gabungan dan nasional)
2. Melakukan identifikasi tempat atau jalur rawan keadaan darurat
3. Melakukan identifikasi pos polisi, regu pemadam kebakaran dan pos
kesehatan/RS terdekat.
4. Prosedur pengumuman atau tanda terjadi keadaan darurat
5. Menentukan jarak aman, lokasi evakuasi dan jalur evakuasi
6. Prosedur pengamanan lokasi
7. Prosedur handling B3 sesuai dengan karakteristiknya
8. Prosedur pembersihan lokasi/area terpapar dari kontaminasi lepasan dan emisi B3
9. Prosedur pertolongan pertama
10. Kompetensi Personil
11. Sarana dan prasarana STD
12. Training
27
Sedangkan penanggulangan keadaan darurat meliputi:
DEFINISI
Pengumpulan limbah B3 adalah kegiatan mengumpulkan limbah B3 dari penghasil limbah B3
sebelum diserahkan kepada pemanfaat limbah B3, pengolah limbah B3, dan/atau penimbun
limbah B3.
DASAR HUKUM
28
2. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun.
4. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 18 Tahun 2009 tentang Tata Cara
Perizinan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.
5. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun 2012 tentang Jenis Rencana
Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib memiliki Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup.
RUANG LINGKUP
29
ALUR PROSES PERMOHONAN IZIN PENGUMPULAN LIMBAH B3
30
• Berupa salinan izin lingkungan dan dokumen
lingkungan yang dimiliki perusahaan sesuai
kegiatan yang diajukan permohonannya.
• Izin Lingkungan dimaksud merujuk kepada PP 27
Izin Lingkungan dan tahun 2012 dan Permen LH Nomor 05 tahun 2012.
2.
Dokumen Lingkungan • Dokumen lingkungan yang telah mendapat
persetujuan sebelum berlakunya PP 27 tahun 2012,
dinyatakan tetap berlaku dan dipersamakan sebagai
izin lingkungan.
31
• Surat Izin Mendirikan Bangunan dari bangunan
yang digunakan oleh pemohon. IMB wajib
diterbitkan oleh bupati/walikota atau instansi
tingkat kabupaten/kota. Dalam hal IMB diterbitkan
7. IMB selain oleh bupati/walikota atau instansi tingkat
kabupaten/kota (misal: diterbitkan oleh camat),
maka wajib dilampirkan peraturan daerah yang
menjelaskan pendelegasian kewenangan tersebut.
32
• Tenaga terdidik di bidang analisa merupakan
pegawai pada perusahaan pemohon izin berupa
kontrak kerja atau pernyataan dari perusahaan
pemohon
33
• penggunaan papan nama, simbol & label limbah B3.
Tata letak saluran • Gambar layout serta penjelasan mengenai tata letak
drainase untuk saluran drainase untuk penyimpanan limbah B3 fasa
17.
penyimpanan limbah cair di lokasi kegiatan.
B3 fasa cair
• Berlaku bagi permohonan perpanjangan
Laporan realisasi
• Dokumen terdiri dari:
kegiatan pengumpulan
limbah B3 dan 1. rekapitulasi limbah B3 yang dikelola
18. melampiran SK 2. neraca limbah B3 selama masa izin berlaku (5
sebelumnya untuk tahun)
permohonan 3. bukti pelaporan ke KLH
perpanjangan izin 4. SK MENLH yang lama
34
Softcopy dokumen permohonan yang disimpan dalam
Softcopy dokumen
19. format pdf dan disampaikan dalam bentukCompact Disc
permohonan
(CD) atau Flash Drive (FD)
35
KOP SURAT PERUSAHAAN
Nomor : ………………….
Lampiran : ………………….
Perihal : ………………….
Kepada Yth.
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Di-
Jakarta
36
Kecamatan:
Kabupaten/Kota:
Provinsi:
Kode Pos:
3. Alamat Lokasi : Nama Jalan/Gedung:
Kegiatan Desa/Kelurahan:
Kecamatan:
Kabupaten/Kota:
Provinsi:
Kode Pos:
4. Nomor Telp/ :
Faksimili
5. Alamat e-mail :
6. Bidang/ Usaha :
Kegiatan
7. Akta Pendirian :
Perusahaan dan/
atau Akta
Perubahan Terakhir
8. NPWP :
9. Nama dan Nomor :
Telepon yang Bisa
Dihubungi (sesuai
dengan surat kuasa)
37
b. Lembar Pernyataan :
Keabsahan Dokumen
c. Akta Pendirian :
Perusahaan dan/atau
Akta Perubahan
Terakhir
d. Izin Lokasi :
e. SIUP/IUT/IUI :
f. NPWP :
g. IMB :
2. Polis Asuransi Pencemaran :
Lingkungan Hidup
3. Memiliki Laboratorium :
Analisis dan/ atau Alat
Analisis Limbah B3
4. Memiliki Tenaga Terdidik :
Bidang Analisis dan/atau
Pengelolaan Limbah B3
5. Rekomendasi Gubernur :
untuk Pengumpulan limbah
B3 skala nasional
6. Kontrak kerjasama dengan :
pihak pemanfaat atau
pengolah limbah B3
7. Surat pencabutan SK :
Pengumpulan Limbah B3
dari Provinsi/ Kabupaten/
Kota yang telah dimiliki
38
letak, luas dan titik
koordinat
2. Uraian tentang sumber, :
jenis dan kode limbah B3
yang akan dikumpulkan
3. Karakteristik per jenis :
limbah B3 yang akan
dikumpulkan
4. Uraian tata cara :
pengemasan dan
pemberian simbol-label
limbah B3
5. Rancang bangun tempat :
pengumpulan limbah B3
6. Uraian tentang tata cara :
pengumpulan limbah B3
dan proses perpindahan
limbah B3 (penerimaan
dan pengiriman)
7. Flowsheet dan narasi :
lengkap proses
dikumpulkan limbah B3
8. Uraian jenis dan :
spesifikasi teknis
pengumpulan limbah B3
dan peralatan yang
digunakan
9. Perlengkapan sistem :
tanggap darurat
10. Tata letak saluran :
drainase untuk
penyimpanan limbah B3
fasa cair
39
11. Laporan realisasi :
kegiatan pengumpulan
limbah B3 untuk
permohonan
perpanjangan izin
12. SK pengumpulan :
sebelumnya untuk
permohonan
perpanjangan izin
Semua dokumen yang saya sampaikan adalah benar, apabila dikemudian hari terdapat
kesalahan atau palsu saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan hukum dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Tanda tangan
pemohon dan cap
perusahaan
Bermaterai 6000
(NAMA
PEMOHON)
40
3.4 FORM PERMOHONAN IZIN PENGANGKUTAN LIMBAH B3
..........................................
Nomor :
Lampiran :
Perihal :
Kepada Yth,
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
up. Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah
Limbah dan Bahan Beracun Berbahaya
di
Jakarta
Dengan ini kami mengajukan permohonan izin / rekomendasi pengangkutan limbah bahan
berbahaya dan beracun (B3) – angkutan darat dengan data-data sebagai berikut :
1. Nama Pemohon :
2. Jabatan :
3. Alamat :
5. Alamat email :
41
II KETERANGAN TENTANG PERUSAHAAN
1. Nama Perusahaan :
2. Alamat :
6. Jenis Usaha :
9. Kode Manifes :
10. Jenis izin LB3 yang telah dimiliki : Jenis Izin Nomor Izin
42
III PERSYARATAN ADMINISTRASI
REKOMENDASI
2. Akte Pendirian :
3. NPWP :
43
8. SOP tata cara bongkar sesuai dengan (Terlampir B)
jenis dan karakteristik limbah B3
yang akan diangkut
44
pengelola limbah B3
45
V PERSYARATAN TEKNIS KHUSUS PENGANGKUTAN LIMBAH B3
46
2. Keterangan Tentang Jenis Limbah B3
47
No Kode Jenis Karakteristik Kemasan Kategori Asal Tujuan
Limbah Limbah Limbah B3 Bahaya Limbah Akhir
B3 B3 Limbah B3
B3
48
3. Perjalanan Limbah B3
49
Kota tujuan pengangkutan limbah B3 :
1. Nama Pemohon :
2. Jabatan :
3. Surat kuasa :
4. Alamat :
6. Alamat email :
Semua dokumen yang saya sampaikan adalah benar dan sah. apabila di kemudian hari
terdapat kesalahan atau palsu, saya bersedia menerima sanksi sesuai sesuai denga peraturan
perundang-undangan.
......................, ........................
50
3.5 FORMULIR PENGANGKUTAN LIMBAH B3
Waktu :
Lokasi :
1. Nama Perusahaan :
2. Alamat :
6. Jenis Usaha :
51
7. No. Tanggal Akte Pendirian :
8. Kode Manifes :
9. Jenis izin LB3 yang telah dimiliki : Jenis Izin Nomor Izin
1. Nama Perusahaan :
2. Alamat :
5. Jenis Usaha :
52
6. No. Tanggal Akte Pendirian :
7. Jenis izin LB3 yang telah dimiliki : Jenis Izin Nomor Izin
53
IV KETERANGAN JENIS LIMBAH B3
54
55
V PERJALANAN LIMBAH B3
......................, ........................
56
3.6 INSTRUMEN PENILAIAN PENGUMPULAN LIMBAH B3 INDUSTRI KERTAS
Nama Industri :
Alamat :
Tanggal Pemeriksaan :
Petugas Pemeriksaan :
Petunjuk pengisian :
1. Apabila kondisi tidak sesuai sebagaimana tercantum pada komponen penilaian, maka
diberikan nilai 0.
2. Bila sesuai sebagaimana tercantum pada komponen penilaian maka diberikan nilai 1.
3. Perhitungan :
𝟑𝟑 𝟑 𝟑 𝟑ℎ 𝟑 𝟑 𝟑 𝟑 𝟑 𝟑 𝟑𝟑 𝟑
a. Persentase Skor = 𝟑 𝟑 𝟑 𝟑𝟑 ℎ 𝟑 𝟑 𝟑 𝟑 𝟑 𝟑𝟑
𝟑 100%
𝟑 𝟑 𝟑 𝟑𝟑 𝟑𝟑ℎ
𝟑𝟑 𝟑 𝟑 𝟑
No Aspek Penilaian
57
4. Lokasi pengumpulan limbah B3
memiliki jarak 50 meter dari jalan
selain jalan utama dan jalan tol
Jumlah
58
memudahkan dalam
pengangkatannya
Jumlah
2. Fasilitas pengumpulan 4
Jumlah
59
d. Atap tanpa plafon, terbuat dari
bahan yangringan dan mudah
hancur jika terbakar
Jumlah
60
bersifat korosif, reaktif, dan
beracun
61
i. Pada bagian luar bangunan
harus dipasang tanda (simbol)
limbah B3 mudah terbakar,
sesuai dengan peraturan
penandaan yang berlaku.
Jumlah
3. Fasilitas 1. Laboratorium 4
tambahan
a. Memiliki fasilitas laboratorium
yang lengkap untuk pengujian
jenis dan karakteristik dari
limbah B3 padat dan cair
Jumlah
2. Fasilitas pencucian 3
Jumlah
62
3. Fasilitas bongkar muat 4
Jumlah
Jumlah
63
B3
Jumlah
64
dalam satu kemasan adalah
limbah yang sama, atau dapat
pula disimpan bersama-sama
dengan limbah lain yang
memiliki karakteristik yang
sama, atau dengan limbah lain
yang karakteristiknya saling
cocok
Jumlah
2. Kemasan 3
65
Jumlah
Jumlah
66
kurang dari 1 (satu) meter
e. Kemasan-kemasan berisi
limbah B3 yang tidak saling
cocok harus disimpan secara
terpisah, tidak dalam satu blok,
dan tidak dalam bagian
penyimpanan yang sama.
Jumlah
67
tangki.
68
melakukan pemeriksaan
sekurang-kurangnya 1 (satu)
kali sehari selama sistem tangki
dioperasikan.
Jumlah
6. Penempatan Tangki 5
Jumlah
69
5. Dokumentasi 1. Memiliki izin resmi pengumpulan 24
limbah B3 dari menteri, gubernur
atau bupati
Jumlah 100
Total keseluruhan
70
3.7 INSTRUMEN PENILAIAN PENGANGKUTAN LIMBAH B3 INDUSTRI
KERTAS
Nama Industri :
Alamat :
Tanggal Pemeriksaan :
Petugas Pemeriksaan :
Petunjuk pengisian :
1. Apabila kondisi tidak sesuai sebagaimana tercantum pada komponen penilaian, maka
diberikan nilai 0.
2. Bila sesuai sebagaimana tercantum pada komponen penilaian maka diberikan nilai 1.
3. Perhitungan :
𝟑𝟑 𝟑 𝟑 𝟑ℎ 𝟑 𝟑 𝟑 𝟑 𝟑 𝟑 𝟑𝟑 𝟑
c. Persentase Skor = 𝟑 𝟑 𝟑 𝟑𝟑 ℎ 𝟑 𝟑 𝟑 𝟑 𝟑 𝟑𝟑
𝟑 100%
𝟑 𝟑 𝟑 𝟑𝟑 𝟑𝟑ℎ
𝟑𝟑 𝟑 𝟑 𝟑
No Aspek Penilaian
71
peraturan yang berlaku
Jumlah
72
f. Terdapat dongkrak
l. Terdapat Pedoman
pengoperasian kendaraan yang
baik untuk keadaan normal dan
darurat
Jumlah
3. Kendaraan khusus 3
73
Jumlah
b. memiliki pengetahuan
mengenai jaringan jalan dan
kelas jalan, kelaikan kendaraan
bermotor, tata cara mengangkut
barang.
c. memiliki pengetahuan
mengenai bahan berbahaya
yang diangkutnya, seperti
klasifikasi, sifat dan
karakteristik bahan berbahaya
d. memiliki pengetahuan
mengenai bagaimana mengatasi
keadaan jika terjadi suatu
kondisi darurat, seperti cara
menanggulangi kecelakaan
f. memiliki pengetahuan
mengenai ketentuan
pengangkutan bahan berbahaya,
seperti penggunaan plakat,
label dan simbol bahan
berbahaya
74
g. memiliki kemampuan psikologi
yang lebih tinggi daripada
pengangkut bahan / komoditi
yang tidak berbahaya, seperti
tidak mudah panik, sabar,
bertanggung jawab, tidak
mudah jenuh menghadapi
pekerjaan dan situasi yang
monoton
Jumlah
75
f. Memakai APD Sepatu
pengaman
Jumlah
b. Terdapat pengawalan
pengawalan oleh petugas yang
bertanggung jawab dibidang
lalu lintas dan angkutan atau
polisi lalu lintas apabila
pengangkutan limbah bahan
berbahaya dan beracun dapat
melalui daerah padat penduduk
Jumlah
Jumlah
b. Pengangkutan limbah B3
curah dilakukan dengan
76
kemasan besar, seperti tangki
portabel atau truk tangki,
kendaraan yang dirancang dan
dibuat dengan persyaratan
khusus.
c. Pengangkutan limbah B3
curah dilakukan dengan
kemasan dalam (inside
container) yang digabung
dengan kemasan luar (outside
container), kemasan dengan
berbagai bentuk, seperti botol,
drum, jerigen, tong, kantong,
kotak / peti dan kemasan
gabungan dan menggunakan
kendaraan pengangkut biasa
yang aman
d. Pengangkutan bahan
berbahaya dan beracun
(B3)memenuhi ketentuan
aspek keselamatan dan
keamanan pada saat bongkar-
muat
f. Kegiatan pengangkutan
dihentikan apabila dalam
pelaksanaan diketahui ada
wadah atau kemasan yang
rusak
77
disusun dengan baik sehingga
beban terdistribusi secara
proporsional pada sumbu-
sumbu kendaraan.
Jumlah
2. Kemasan 3
a. Kemasan memenuhi
persyaratan kekuatan bahan
berdasarkan serangkaian
pengujian terhadap bahan
kemasan sesuai peraturan yang
berlaku
Jumlah
3. Kendaraan pengangkut 3
78
c. Pengemudi mengawasi
kendaraan pengangkut bahan
berbahaya dan beracun (B3)
setiap saat dengan
pengecualian sesuai peraturan
yang berlaku
d. Terdapat pedoman
pengoperasian kendaraanbaik
untuk keadaan normal maupun
darurat
e. Terdapat pedoman
pengoperasian kendaraan
sekurang-kurangnya memuat
salinan peraturan yang terkait,
instruksi dan prosedur yang
harus dikerjakan apabila terjadi
kecelakaan atau keterlambatan
pengiriman.
Jumlah
79
b. Terdapat pengawasan selama
pelaksanaan pemuatan,
istirahat dan bongkar-
muatyang memiliki kualifikasi
sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku
b. Pengemudi mematikan
kendaraan pengangkut pada
saat mengisi bahan bakar
Jumlah
3. Melaksanakan pengangkutan
bahan berbahaya dan beracun (B3)
dengan memenuhi ketentuan
sesuai peraturan yang berlaku
80
4. Melaporkan setiap bulan realisasi
pengangkutan bahan berbahaya
kepada Pejabat yang memberikan
Surat Persetujuan Pengangkutan
limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun (B3)
5. Memberikan pertanggungjawaban
apabila terjadi kerusakan jalan,
jembatan dan gangguan
lingkungan di sekitarnya yang
diakibatkan pengoperasian
kendaraan pengangkut limbah
bahan berbahaya dan beracun (B3)
Jumlah
Jumlah
81
untuk kegiatan muat dan bongkar
Jumlah
4. Pelaksanaan pengangkutan
dilengkapi dokumen pengiriman
7. Terdapat rekomendasi
pengangkutan limbah B3 dari
KLH
Jumlah 100
82
Total Keseluruhan
83
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 101 tahun 2014
tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) bahan berbahaya
dan beracun dikategorikan menjadi 2 kategori. Dari data B3 yang ada di
Laboratrium Kesehatan Lingkungan Surabaya yang termasuk dalam kategori 1 yaitu
Amyl Alcohol, Petroleum Benzine, Xylene, Nitric Acid, OrthoPhosporic Acid,
Acetid Acid, Actone, Methanol, Ethanol, chloroform, Dithizon, Iodine Resublimed,
H2SO4 pekat, HCL pekat, Kalium Iodat, Silver Nitrate, MethyIorange Indicator,
Nefuchsin, Pararosanilin, Zink, Resorcin. Kategori 2 yaitu Ammonique, 1-Butanol,
Mercury (II) Sulfate, Mercury (II) Iodide.
Bahan Berbaya dan Beracun yang terdapat di Laboratorium Kesehatan Lingkungan
Surabaya memiliki sifat berbahaya, beracun, mudah terbakar, menimbukan karat,
karsinogenik, teratogenik, mutagenik, dan pengoksida.
Cara mengajukan permohonan Izin (Baru/Perpanjangan) Pengelolaan Limbah B3
Untuk Kegiatan Pengumpulan Limbah B3, yaitu :
1. Formulir keterangan tentang pemohon.
2. Formulir keterangan tentang perusahaan.
3. Formulir persyaratan administrasi.
4. Formulir persyaratan teknis pengumpulan Limbah B3.
5. Formulir identitas pengurus permohonan izin pengumpulan limbah B3.
4.2 Saran
1. Untuk pihak pengusaha produksi, sebaiknya pada kemasan Bahan Berbahaya dan
Beracun (B3) dicantumkan tanggal produksi dan tanggal kaldaluarsanya.
2. Untuk pihak pengelola Laboratorium, sebaiknya bahan yang sudah kaldaluarsa tidak
digunakan lagi.
84
DAFTAR PUSTAKA
Damanhuri, Enri. Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).Diktat Kuliah TL-
3204.Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan
Lingkungan. Bandung: Institusi Teknologi Bandung; 2010.
85
Undang-Undang Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 18 Tahun 1999.Tentang
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.Jakarta; Kementerian
Lingkungan Hidup.Undang-Undang Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia No. 32 Tahun 2009.Tentang Perlindugan dan Pengelolaan
Lingkungan hidup.Jakarta; Kementerian Lingkungan Hidup.
86