Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH K3

LIMBAH B3

KELOMPOK V
Nama anggota :
1. Ni Nyoman Putri
2. Archangela R. O. Agun
3. Viola Rosalia Go’o
4. Yulia Stephania Lun Dau
5. Maria Priscilla Elu
6. Maria Olivan Dea Meo
7. Putri A. Mantero
8. Febi ga
9. Aprila Seli Rupilu
10. Barth Larson Boling Sau

PRODI FARMASI
POLTEKKES KEMENKES KUPANG
2019

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Masa Esa. Karena rahmat dan
karunianya-Nya, akhirnya “Makalah Limbah B3” ini dapat terselesaikan dengan
baik dan tepat waktu.

Malakah limbah B3 merupakan salah satu makalah tugas K3. Atas penyusunan
makalah ini saya berharap dapat mengupas tetang Limbah B3 yang ada disekitar
kita. Hal ini semata-mata untuk menambah pengetahuan siswa akan bahaya
limabah B3. Sebagaimana dimaklumi bahwa banyak siswa yang tidak mengetahui
apa itu Limbah B3 dan bagaimana cara pengolahannya.

Meskipun sudah diupayakan dengan maksimal, makalah ini pastilah tidak lepas
dari kekurangan, sebagaimana pepatah “tak ada gading yang tak retak”. Oleh
karena itu, saran dan masukan dari berbagai pihak sangat saya harapkan demi
penyempurnaan makalah ini.

Akhirnya, kami ucapkan semoga makalah ini bermanfaat.

Kupang, November 2019

Tim Penyusun

iii
DAFATAR ISI

KATA PENGANTAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ii

DAFTAR ISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . iii

BAB I PENDAHULUAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .1

1.1 Latar belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .1

1.2 Rumusan Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .2

1.3 Tujuan Penulisan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .2

BAB II PEMBAHASAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3

2.1 Pengertian Limbah B . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3

2.2 Teknologi Pengolahan Limbah B3 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .4

2.3 Simbol Limbah B3 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 24

BAB III PENUTUP . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .31

3.1 Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .31

3.2 Saran. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .31

DAFTAR PUSTAKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .32

iv
v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejalan dengan meningkatnya aktivitas ekonomi seperti industri yang


mencemari dan rumahtangga yang menghasilkan berbagai limbah lingkungan
dan mengganggu kesehatan masyarakat.Jenis limbah yang paling berbahaya
bagi lingkungan maupun kesehatan adalah limbah yangdikategorikan sebagai
limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Pencemaran limbah B3
dapatmelalui tanah, air, maupun udara. Pencemaran tersebut menyebabkan
penurunan kualitaslingkungan. Salah satu limbah B3 yang harus menjadi
perhatian adalah limbah-limbah yangmengandung logam berat yaitu Timbal
(Pb), Merkuri (Hg), dan Arsen (As). Limbah logam beratini bersifat racun
dan persisten, sehingga dapat membahayakan kesehatan manusia
danlingkungan hidup. Salah satu dampak yang signifikan bagi kesehatan
manusia adalah penurunanIQ terutama bagi anak –anak dan balita, merusak
produksi haemoglobin darah, menyebabkanketidaksuburan bagi wanita/ pria,
keguguran, dan bayi meninggal dalam kandungan.

Belakangan ini makin banyak limbah-limbah dari pabrik, rumah


tangga, perusahaan, kantor-kantor, sekolah dan sebagainya yang berupa cair,
padat bahkan berupa zat gas dan semuanya itu berbahaya bagi kehidupan kita.
Memang, limbah merupakan hal yang wajar dalam kehidupan manusia.Tetapi
diluar kewajaran itu, ada limbah yang lebih berbahaya lagi yang disebut
dengan limbah B3 (bahan berbahaya dan beracun). Hal tersebut sebenarnya
bukan merupakan masalah kecil dan sepele, karena apabila limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun (B3) tersebut dibiarkan ataupun dianggap sepele
penanganannya, atau bahkan melakukan penanganan yang salah dalam
menanganani limbah B3 tersebut, maka dampak dari Limbah Bahan

1
Berbahaya dan beracun tersebut akan semakin meluas, bahkan
dampaknyapun akan sangat dirasakan bagi lingkungan sekitar kita, dan tentu
saja dampak tersebut akan menjurus pada kehidupan makhluk hidup baik
dampak yang akan dirasakan dalam jangka pendek ataupun dampak yang
akan dirasakan dalam jangka panjang dimasa yang akan dating.

Seiring dengan berjalannya waktu, limbah semakin hari semakin


meningkat jumlahnya. Limbah sangatlah berbahaya bagi kehidupan manusia
atau makhluk hidup lainnya. Banyak orang membuang, menimbun, bahkan
menyimpan limbah dengan jumlah yang banyak serta tidak dikelola dengan
baik. Ternyata limbah-limbah tersebut termasuk limbah B3 (Bahan
Berbahaya dan Beracun). Pada penulisan makalah ini, akan mengupas semua
tentang limbah B3 dan bagaimana system pembuangannya yang baik.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1. Apa yang dimaksud dengan limbah B3?

1.2.2. Bagaimana solusi teknologiuntuk pengolahan limbah B3?

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan limbah B3.

1.3.2. Mengetahui solusi teknologi untuk pengolahan limbah B3.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi limba B3

Definisi limbah B3 berdasarkan BAPEDAL (1995) ialah setiap bahan


sisa (limbah) suatu kegiatan proses produksi yang mengandung bahan
berbahaya dan beracun (B3) karena sifat (toxicity, flammability, reactivity,
dan corrosivity) serta konsentrasi atau jumlahnya yang baik secara langsung
maupun tidak langsung dapat merusak, mencemarkan lingkungan, atau
membahayakan kesehatan manusia.

Menurut PP No. 18 tahun 1999, yang dimaksud dengan limbah B3


adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya
dan atau beracun yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau
jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan
dan atau merusakan lingkungan hidup dan atau membahayakan lingkungan
hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta mahluk hidup lain.

Intinya adalah setiap materi yang karena konsentrasi dan atau sifat dan
atau jumlahnya mengandung B3 dan membahayakan manusia, mahluk hidup
dan lingkungan, apapun jenis sisa bahannya.

 Tujuan Pengelolaan Limbah B3 :

Tujuan pengelolaan B3 adalah untuk mencegah dan menanggulangi


pencemaran atau kerusakan lingkungan hidup yang diakibatkan oleh limbah
B3 serta melakukan pemulihan kualitas lingkungan yang sudah tercemar
sehingga sesuai dengan fungsinya kembali.

3
Dari hal ini jelas bahwa setiap kegiatan/usaha yang berhubungan
dengan B3, baik penghasil, pengumpul, pengangkut, pemanfaat, pengolah
dan penimbun B3, harus memperhatikan aspek lingkungan dan menjaga
kualitas lingkungan tetap pada kondisi semula. Dan apabila terjadi
pencemaran akibat tertumpah, tercecer dan rembesan limbah B3, harus
dilakukan upaya optimal agar kualitas lingkungan kembali kepada fungsi
semula.

2.2 pengelompokan limba B3 berdasarkan siatnya


a. Mudah meledak (explosive)
Limbah mudah meledak adalah limbah yang pada suhu dan tekanan
standar dapat meledak karena dapat menghasilkan gas dengan suhu dan
tekanan tinggi lewat reaksi fisika atau kimia sederhana. Limbah ini sangat
berbahaya baik saat penanganannya, pengangkutan, hingga
pembuangannya karena bisa menyebabkan ledakan besar tanpa diduga-
duga. Adapun contoh limbah B3 dengan sifat mudah meledak misalnya
limbah bahan eksplosif dan limbah laboratorium seperti asam prikat.
b. Pengoksidasi (oxidizing)
Limbah pengoksidasi adalah limbah yang dapat melepaskan panas karena
teroksidasi sehingga menimbulkan api saat bereaksi dengan bahan lainnya.
Limbah ini jika tidak ditangani dengan serius dapat menyebabkan
kebakaran besar pada ekosistem. Contoh limbah b3 dengan sifat
pengoksidasi misalnya kaporit.
c. Mudah menyala (flammable)
Limbah yang memiliki sifat mudah sekali menyala adalah limbah yang
dapat terbakar karena kontak dengan udara, nyala api, air, atau bahan
lainnya meski dalam suhu dan tekanan standar. Contoh limbah B3 yang
mudah menyala misalnya pelarut benzena, pelarut toluena atau pelarut
aseton yang berasal dari industri cat, tinta, pembersihan logam, dan
laboratorium kimia.

4
d. Beracun (moderately toxic)
Limbah beracun adalah limbah yang memiliki atau mengandung zat yang
bersifat racun bagi manusia atau hewan, sehingga menyebabkan
keracunan, sakit, atau kematian baik melalui kontak pernafasan, kulit,
maupun mulut. Contoh limbah b3 ini adalah limbah pertanian seperti
buangan pestisida.
e. Berbahaya (harmful)
Limbah berbahaya adalah limbah yang baik dalam fase padat, cair maupun
gas yang dapat menyebabkan bahaya terhadap kesehatan sampai tingkat
tertentu melalui kontak inhalasi ataupun oral.
f. Korosif (corrosive)
Limbah yang bersifat korosif adalah limbah yang memiliki ciri dapat
menyebabkan iritasi pada kulit, menyebabkan pengkaratan pada baja,
mempunyai pH ≥ 2 (bila bersifat asam) dan pH ≥ 12,5 (bila bersifat basa).
Contoh limbah B3 dengan ciri korosif misalnya, sisa asam sulfat yang
digunakan dalam industri baja, limbah asam dari baterai dan accu, serta
limbah pembersih sodium hidroksida pada industri logam.
g. Bersifat iritasi (irritant)
Limbah yang dapat menyebabkan iritasi adalah limbah yang menimbulkan
sensitasi pada kulit, peradangan, maupun menyebabkan iritasi pernapasan,
pusing, dan mengantuk bila terhirup. Contoh limbah ini adalah asam
formiat yang dihasilkan dari industri karet.Ni
h. Berbahaya bagi lingkungan (dangerous to the environment)
Limbah dengan karakteristik ini adalah limbah yang dapat menyebabkan
kerusakan pada lingkungan dan ekosistem, misalnya limbah CFC atau
Chlorofluorocarbon yang dihasilkan dari mesin pendingin
i. Karsinogenik (carcinogenic), Teratogenik (teratogenic), Mutagenik
(mutagenic)
Limbah karsinogenik adalah limbah yang dapat menyebabkan timbulnya
sel kanker, teratogenik adalah limbah yang mempengaruhi pembentukan

5
embrio, sedangkan limbah mutagenik adalah limbah yang dapat
menyebabkan perubahan kromosom.
2.3 Dampak limba B3 Teradap keseatan
1. Air raksa
 Dampak pada Kesehatan:
Mercury termasuk bahan teratogenik. MeHg didistribusikan
keseluruh jaringan terutama di darah dan otak. MeHg terutama
terkonsentrasi dalam darah dan otak. 90% ditemukan dalam darah
merah.
 Efek Fisiologis
Efek toksisitas mercury terutama pada susunan saraf pusat (SSP)
dan ginjal, dimana mercury terakumulasi yang dapat menyebabkan
kerusakan SSP dan ginjal antara lain tremor, kehilangan daya
ingat.
 Efek pada pertumbuhan
MeHg mempunyai efek pada kerusakan janin dan terhadap
pertumbuhan bayi. Kadar MeHg dalam darah bayi baru lahir
dibandingkan dengan darah ibu mempunyai kaitan signifikan.
 Efek yang lain :
Efek terhadap sistem pernafasan dan pencernaan makanan dapat
terjadi pada keracunan akut.
Inhalasi dari elemental Mercury dapat mengakibatkan kerusakan
berat dari jaringan paru. Sedangkan keracunan makanan yang
mengandung Mercury dapat menyebabkan kerusakan liver.
2. Chromium

Dampak Kesehatan :

 Efek Fisiologi :
Cr (III) merupakan unsur penting dalam makanan (trace essential)
yang mempunyai fungsi menjaga agar metabolisme glucosa, lemak
dan cholesterol berjalan normal.
6
Organ utama yang terserang karena Cr terhisap adalah paru-paru,
sedangkan organ lain yang bisa terserang adalah ginjal, lever, kulit
dan sistem imunitas.
 Efek pada Kulit : Dermatitis berat dan kulkus kulit karena kontak
dengan Cr-IV.
 Efek pada Ginjal : Bila terhirup Cr-VI dapat mengakibatkan
necrosis tubulus renalis.
 Efek pada Hati : Pemajanan akut Cr dapat menyebabkan necrosis
hepar. Bila terjadi 20 % tubuh tersiram asam Cr akan
mengakibatkan kerusakan berat hepar dan terjadi kegagalan ginjal
akut.
3. Cadmiun(cd)
 Dampak pada kesehatan
Beberapa efek yang ditimbulkan akibat pemajanan Cd adalah adanya
kerusakan ginjal, liver, testes, sistem imunitas, sistem susunan saraf
dan darah.
4. Cupper(cu)/temabaga
Dampak terhadap Kesehatan
Cu dalam jumlah kecil (1 mg/hr) penting dalam diet agar manusia tetap
sehat. Namun suatu intake tunggal atau intake perhari yang sangat tinggi
dapat membahayakan. Bila minum air dengan kadar Cu lebih tinggi dari
normal akan mengakibatkan muntah, diare, kram perut dan mual. Bila
intake sangat tinggi dapat mengakibatkan kerusakan liver dan ginjal,
bahkan sampai kematian.
5. Nickel (Ni)
Dampak terhadap Kesehatan : Ni dan senyawanya merupakan bahan
karsinogenik. Inhalasi debu yang mengandung Ni-Sulfide mengakibatkan
kematian karena kanker pada paru-paru dan rongga hidung, dan mungkin
juga dapat terjadi kanker pita suara.

7
6. Pestisida
Dampak pada Kesehatan : Pestisida golongan Organophosphat dan
Carbamat dapat mengakibatkan keracunan Sistemik dan menghambat
enzym Cholinesterase (Enzim yang mengontrol transmisi impulse saraf)
sehingga mempengaruhi kerja susunan saraf pusat yang berakibat
terganggunya fungsi organ penting lainnya dalam tubuh. Keracunan
pestisida golongan Organochlorine dapat merusak saluran pencernaan,
jaringan, dan organ penting lainnya.
7. Timah (pb)
Dampak pada Kesehatan : Sekali masuk ke dalam tubuh timah
didistribusikan terutama ke 3 (tiga) komponen yaitu:
 Darah,
 . Jaringan lunak (ginjal, sumsum tulang, liver, otak),
 Jaringan dengan mineral (tulang + gigi).

Tubuh menimbun timah selama seumur hidup dan secara normal


mengeluarkan dengan cara yang lambat. Efek yang ditimbulkan adalah
gangguan pada saraf perifer dan sentral, sel darah, gangguan
metabolisme Vitamin D dan Kalsium sebagai unsur pembentuk tulang,
gangguan ginjal secara kronis, dapat menembus placenta sehingga
mempengaruhi pertumbuhan janin.

8. Arsene
Dampak terhadap Kesehatan: Arsen inorganik telah dikenal
sebagai racun manusia sejak lama, yang dapat mengakibatkan kematian.
Dosis rendah akan mengakibatkan kerusakan jaringan. Bila melalui mulut,
pada umumnya efek yang timbul adalah iritasi saluran makanan, nyeri,
mual, muntah dan diare.
Selain itu mengakibatkan penurunan pembentukan sel darah merah
dan putih, gangguan fungsi jantung, kerusakan pembuluh darah, luka di
hati dan ginjal.

8
9. Nitrogen oxside
Dampak terhadap kesehatan berupa keracunan akut sehingga tubuh
menjadi lemah, sesak nafas, batuk yang dapat menyebabkan edema pada
paru-paru.
10. Sulfur oxside
Dampak pada kesehatan berupa keracunan akut:
 Pemajanan lewat ingesti efeknya berat, rasa terbakar di mulut,
pharynx, abdomen yang disusul dengan muntah, diare, tinja merah
gelap (melena). Tekanan darah turun drastis.
 Pemajanan lewat inhalasi, menyebabkan iritasi saluran pernafasan,
batuk, rasa tercekik, kemudian dapat terjadi edema paru, rasa
sempit didada, tekanan darah rendah dan nadi cepat.
 Pemajanan lewat kulit terasa sangat nyeri dan kulit terbakar

2.4 Teknologi Pengolahan Limbah B3

Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), adalah


proses untuk mengubah jenis, jumlah dan karakteristik limbah B3 menjadi
tidak berbahaya dan/atau tidak beracun dan/atau immobilisasi limbah B3
sebelum ditimbun dan/atau memungkinkan agar limbah B3 dimanfaatkan
kembali (daur ulang).

Ada berbagai cara/sistem yang dapat dipilih untuk mengolah limbah


B3 baik secara fisika, kimia biologi atau kombinasi dari itu. Pemilihan sistem
yang akan digunakan untuk mengola suatu limbah B3 disesuaikan dengan
karakteristik dan sifat-sifat limbah tersebut, yang mana prosesnya harus aman
dan tidak menimbulkan bahaya bagi pekerjanya, diusahakan dengan biaya
yang seefisien mungkin dan dapat memberikan hasil olahan yang aman bagi
manusia di sekitarnya maupun lingkungan, tidak hanya memindahkan limbah
dari suatu tempat/bentuk yang lain saja tetapi dapat mencapa kestabilan
materi.

9
Proses pengolahan secara fisika dan kimia bertujuan untuk
mengurangi daya racun limbah B3 dan/atau menghilangkan sat/karakteristik
limbah B3 dari berbahaya menjadi tidak berbahaya.cara ini biasanya
menghasilkan produk olahan berupa cairan, gas, debu atau padatan. Produk-
produk hasil olahan tersebut harus memenuhi baku mutu yang berlaku
tentang pengendalian pencemaran sesuai dengan kelasnya.

2.4.1 Jenis-jenis proses pengolahan secara fisika dan kimia antara lan :

 Proses pengolahan secara kimia :

 Reduksi-oksidasi,

 Elektrolisa ,

 Netralisasi,

 Presipitasi/pengendapan,

 Solididifikasi/stabilisasi,

 Absorpsi,

 Penukar ion,

 Pirolisa .

 Proses pengolahan secara fisika :

 Pembersihan gas

 Elektrostatik presipitator

 Penyaringan partikel

 Wet scrubbing

 Adsorpsi dengan karbon aktif

10
 Pemisahan cairan dan padatan :

 Sentrifugasi,

 Klarifikasi,

 Koagulasi

 Filtrasi,

 Flokulasi,

 Flotasi,

 Sedimentasi,

 Thickening.

 Penyisihan komponen-komponen yang spesifik :

 Adsorpsi,

 Kristalisasi,

 Dialisa,

 Elektrodialisa,

 Evaporasi,

 Leaching

 Reserve osmosis,

 Solvent extraction,
11
 Stripping.

2.4.2 Teknik Pengolahan Limbah:

 Netralisasi

Netralisasi limbah diperlukan jika kondisi limbah masih di luar range pH


baku mutu limbah (BML) yang diperlukan (pH 6-8), sebab limbah di luar
kondisi tersebut dapat bersifat racun atau korosif. Dalam beberapa hal
netralisasi dapat dilakukan dengan cara mencampur limbah yang bersifat
asam dengan limbah yang bersifat basa. Pencampuran dilakukan di dalam
suatu bak equalisasi (bak penstabil) pada level ketinggian tetap. Bak ini juga
sering disebut sebagai tangki netralisasi. Tangki reaksi netralisasi dilengkapi
dengan alat sensor pH untuk mengontrol kondisi hasil reaksi. Secara umum
reaksi netralisai tersebut sbagai berikut :

Asam + Basa Garam + Air (kondisi lebih netral)

Netralisasi menggunakan bahan kimia dilakukan dengan menambahkan


bahan yang bersifat asam kuat atau basa kuat. Air limbah yang bersifat asam
umumnya dinetralkan dengan larutan kapur (Ca(OH)2), soda kostik (NaOH)
atau natrium karbonat (Na2CO3). Karena larutan kapur harganya lebih murah
dari pada bahan kimia lainnya, maka larutan ini lebih sering dipakai di
berbagai industri.

Air limbah yang bersifat basa dinetralkan dengan asam kuat seperti
H2SO4, HCL atau dengan gas CO2 dapat dilakukan dengan memasukkan gas
C02 melalui bagian bawah tangki netralisasi. Gas akan membentuk
gelembung-gelembung gas yang akan bereaksi dengan basa yang ada
sehingga dihasilkan asam karbonat (H2CO3).

12
Gambar 1 : Tangki netralisasi

 Pengendapan

Jika konsentrasi logam berat di dalam air limbah cukup tinggi, maka
logam tersebut dapat dipisahkan dari limbah dengan jalan pengendapan.
Pengendapan dapat dilakukan dengan mengubah bentuk logam yang ada ke
dalam bentuk hidroksidanya. Hal ini dilakukan dengan penambahan larutan
kapur (Ca(OH)2) atau soda kostik (NaOH) dengan memperhatikan kondisi
pH akhir dari larutan. Pengendapan optimal akan terjadi pada kondisi pH
dimana hidroksida logam tersebut mempunyai nilai kelarutan minimum.
Untuk lebih jelasnya hubungan antara konsentrasi logam dengan kondisi Ph
dapat dilihat pada Gambar 4.2

Dari gambar 4.2 terlihat bahwa kelarutan minimum krom dan seng terjadi
pH 7,5 dan 10,2. Gambar tersebu juga menunjukkan bahwa konsentrasi krom
maupu seng akan meningkat dengan tajam jika ondisi pH berubah dari nilai
7,5 atau 10,2. Jadi untuk mengendapkan logam yang ada secara optimal
kondisi pH memegang peran yang sangat penting.
13
 Koagulasi dan flokulasi

Koagulasi dan flokulasi digunakan untuk memisahkan padatan tersuspensi


dari cairan jika kecepatan pengendapan secara alami padatan tersebut lambat
atau tidak efisien. Koagulasi dilakukan dengan menambahkan bahan kimia
koagulan ke dalam air limbah. Koagulan yang sering digunakan di
lingkungan industry antara lain larutan kapur Ca (OH)2 tawas (Al(SO4)3. 18
H2O; FeCl3; FeCl2; FeSO4. 7H2O dan lain-lain.

 Oksidasi-Reduksi (Redoks)

Oksidasi adalah reaksi kimia yang akan meningkatkan bilangan valensi


materi yang bereaksi dengan melepaskan electron. Reaksi oksidasi selalu
diikuti dengan reaksi reduksi. Reduksi adalah reaksi kima yang akan
menurunkan bilangan valensi materi yang bereaksi dengan menerima eektron

14
dari luar. Reaksi kimia yang melibatkan kedua reaksi oksidasi dan reduksi ini
dikenal dengan reaksi redok.

Reaksi kimia Oksidasi-Reduksi dapat merubah bahan pencemar yang


bersifat racun menjadi tidak berbahaya atau menurunkan tingkat/daya
racunnya.

Contoh pengolahan limbah B3 dengan reaksi redok :

Krom valensi enam (krom heksavalen) merupakan bahan kimia yang


sangat beracun, sehingga keberadaannya di dalam limbah harus ditangani
dengan sangat hati-hati. Untuk menurunkan tingkat racun dari krom
heksavalen ini dapat dilakukan dengan mengadakan reaksi redok. Krom
heksavalen dapat direduksi menggunakan sulfur dioksida (S02) menjadi krom
trivalent yang mempunyai tingkat/daya racun jauh lebih rendah daripada
krom heksavalen. Reaksi dasar dari krom ini adalah sebagai berikut :

SO2 + H2O H2SO3

2 CrO3 + 3 H2SO3 Cr2(SO4)3 + 3 H2O

Cr2(SO4)3 + 3 Ca(OH)2 2 Cr(OH)3 ++ CaSO4

Krom trivalen lebih aman daripada krom heksavalen sehingga lebih dapat
diterima di lingkungan.

Limbah yang mengandung sianida juga mempunyai sifat racun yang


sangat kuat, sehingga diperlukan pengolahan terlebih dahulu sebelum limbah
tersebut di-landfill. Sianida yang sangat beracun tersebut dapat dioksidasi ke
dalam bentuk sianat yang daya racunnya jauh lebih rendah.

reaksi oksidasinya sebagai berikut :

NaCN + Cl2 + 2 NaOH NaCNO + 2 NaCl + H2O

2 NaCNO + 3 Cl2 + 4 NaOH 2 CO2 + N2 + 6 NaCl + 2 H2O

15
Kedua reaksi tersebut sangat sensitive terhadap perubahan kondisi pH.
Reaksi pertama membutuhkan pH lebih besar dari pada 10 untuk
memproduksi natrium sianida, sedangkan reaksi kedua akan terjadi lebih
cepat pada kondisi pH sekitar 8. Proses klorinasi alkalin akan lebih baik
dilakukan dengan pemutih hipoklorid seperti menggunakan peroksida ozon
untuk lebih menyempurnakan hasil reaksi penghancuran sianida.

 Insenerasi

Insenerator adalah alat untuk membakar sampah padat. Insenerator sering


digunakan untuk mengolah limbah B3 yang memerlukan persyaratan teknis
pengolahan dan hasil olahan yang sangat ketat. Supaya dapat menghilangkan
sifat bahaya dan sifat racun bahan yang dibakar, insenerator harus
dioperasikan pada kondisi diatas temperature destruksi dari bahan yang
dibakar.

Pengolahan secara insenerasi bertujuan untuk menghancurkan senyawa B3


yang terkandung di dalamnya menjadi senyawa yang tidak mengandung B3.
Ukuran, disaint dan spesifikasi insenerator yang digunakan disesuaikan
dengan karakteristik dan jumlah limbah yang akan diolah. Insenerator
dilengkapi dngan alat penceah pencemar udara untuk memenuhi standar
emisi.

Insenerator sudah banyak dipakai oleh industry, usaha pengolahan limbah


B3, rumah sakit, pengelola sampah kota serta sampah pasar. Abu dan asap
dari insenerator harus aman untuk dibuang ke lingkungan. Kualitas hasil
buangan (asap dan abu) banyak dipengaruhi oleh jenis dan karakteristik
bahan yang dibakar serta kinerja dari insenerator yang digunakan. Untuk
mencapai kondisi yang diuakan, diperlukan suatu insenerator yang apat
bekerja dengan baik yang dilenkapi dengan suatu sistem control pengendalian
proses pembakaran agar dapat dipastikan bahwa semua bahan dapat terbakar

16
pada titik optimum pembakarannya dan hasilnya sesuai dengan yang
diharapkan. Dengan demikian teknlogi insenerator yang akan digunakan
harus dapat mengatasi semua permasalahan dalam pembuangan dan
pemusahan limbah B3 (sampah padat).

Gambar 3 sampai 7 menunjukan insenerator yang sudah di produksi di dalam


negeri.

Gambar 3 : insenerator dan bagian-bagiannya

17
Gambar 4 : insenerator yang telah terpasang

Gambar 5 : insenerator yang telah diisi sampah siap untuk dibakar.

Gambar 6 : insenerator pada saat dioperasikan

18
Gambar 7 : asap yang timbul pada saat pembakaran

(jika pembakaran sampa sempurna, asap hamper tak terlihat)

 Pengolahan dengan cara stabilisasi/solidifikasi

Pengolahan secara stabilsasi/solidifikasi bertujuan untuk mengubah siat


fisik dan kimiawi limbah B3 dengan cara penambahan senyawa pengikat
(aditif) B3 agar pergerakan senyawa B3 ini terhambat atau terbatasi dan
membentuk massa monolit dengan struktur yang kekar (massive). Pada
proses ini limbah B3 harus dapat diikat dan stabilkan sehingga sifat racun dan
sifat bahannya dapat diturunkan sampai ambang batas yang ditentukan.

Proses stabilisasi/solidifikasi adalah suatu tahapan proses pengolahan


limbah B3 untuk mengurangi potensi racun dan kandungan limbah B3
melalui upaya memperkecil/membatasi daya larut, pergerakan/penyebaran
dan daya racunnya (immobilisasi unsure yang bersifat racun) sebelum limah
B3 tersebut dibuang ke tempat penimbunan akhir (landfill).

19
Bahan-bahan yang umum digunakan untuk proses stabilisasi/solidifikasi
(bahan aditif) antara lain :

 Bahan pencampur: gypsum, pasir, lempung, abu terbang; &

 Bahan perekat/pengikat : semen, kapur, tanah liat, dll.

 Pengolahan dengan cara penimbun

Pengolahan dengan cara ini memerlukan lokasi yang luas, jauh dari
pemukiman penduduk dan aktivitasnya. Lokasi penimbunan juga tidak boleh
berhubungan dengan factor-faktor pendukung pendukung kehidupan seperti,
tempat sumber air atau lokasi serapan air tanah.

Lokasi penimbunan yang sudah penuh harus ditutup dan tidak dapat
digunakan sebagai lokasi pemukiman.

Kualitas limbah B3 yang akan ditimbun harus dianalisis di laboratorium


terlebih dahulu dan lolos dari persyaratan yang diperlukan, antara lain :

1. Memenuhi baku mutu uji Toxity Characteristic Leaching


Prosedure (TCLP) sesuai table 3 Keputusan Kepala Bapedal
No. Kep-04/BAPEDAL/09/1995; lolos uji Plain Filter Test
da uji kuat tekan (compressive strength);

2. Sudah melalui proses stabilisasi/solidifikasi, insinerasi atau


pengolahan secara fisika atau kimia;

3. Tidak bersifat :

 Mudah meledak.

 Mudah terbakar.

 Reaktif.

20
 Menyebabkan infeksi.

4. Tidak mengandung zat organic lebih besar dari 10 persen;

5. Tidak mengandung PCB;

6. Tidak mengandung dioxin;

7. Tidak mengandung radioaktif;

8. Tidak berbentuk cair atau lumpur.

Pada saat penimbunan limbah B3 harus dilakukan pencatatan yang memuat


informasi dokumentasi (dokumen limbah B3 / waste tracking form) mengenai
asal penghasil limbah B3, karakteristik awal limbah B3, volume, tangal, dan
lokasi (koordinat) penimbunan.

2.2.3 Pemilihan proses Pengolahan Limbah B3

Setiap orang atau badan usaha yang kegiatannya menghasilkan


limbah/sampah, baik cair, padat maupun gas diwajibkan untuk mengolah
limbahnya sampai pada ambang batas yang diberlakukan sebelum dibuang ke
lingkungan. Penerapan sistem pengolahan limba harus disesuaikan dengan
jenis dan karakteristik dari limbah yang akan diolah dengan
mempertimbangkan 4 hal sebagai berikut :

1. Biaya pengolahan murah,

2. Pengoperasian dan perawata alat mudah,

3. Harga alat murah dan tersedia suku cadang,

4. Bisa mengatasi permasalahan limbah/sampah yang dihadapi tanpa


menimbulkan efek samping terhadap lingkungan.

21
Pemilihan proses pengolahan limbah B3, teknologi dan penerapannya juga
didasarkan atas evaluasi kriteria yang menyangkut kinerja, keluwesan,
kehandalan, keamanan, operasi dari teknologi yang digunakan, dan
pertimbangan lingkungan. Timbulan limbah B3 yag sudah tidak dapat diola
atau dimanfaatkan lagi harus ditimbun pada lokasi penimbunan (landfill)
yang memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.

Sebelum melakukan pegolahan, terhadap limbah B3 harus dilakukan uji


analisa kandungan/parameter fisika dan/atau kimia dan/atau bologi guna
menetapkan prosedur yang tepat dalam proses pengolahan limbah B3
tersebut. Setelah kandungan/parameter fisika dan/atau kimia dan/atau biologi
yang terkandung dalam limba B3 tersebut diketahui, maka tahapan
selanjutnya adalah menentukan pilihan proses pengolahan limbah B3 yang
dapat memenuhi kualitas dan baku mutu pembuangan dan/atau lingkungan
yang ditetapkan.

Pemilihan teknologi alternative proses pengolahan limbah B3 dapat dilihat


pada gambar 4.8.

22
Keterangan :

Baku mutu limah cair wajib memenuhi persyaratan sebagaimana yang telah
ditetapkan dalam Kep-men 03/1991 atau yang ditetapkan oleh Bapedal.

Baku mutu emisi udara wajib memenuhi persyaratan sebagaimana yang telah
ditetapkan dalam Kep-men 13/1995 atau yang ditetapkan oleh Bapedal.

Penimbunan wajib memenuhi semua persyaratan yang tercantum dalam PP


19/1994 dan ketentuan lain yang ditetapkan.

Gambar 8 : diagram Alir Alternatif Pemilihan Proses Pengolahan Limbah B3

23
Gambar 9 : Proses Pengolahan Limbah Industri B3

2.3 Simbol Limba B3


1. simbol limbah b3 campuran

Simbol limbah campuran diperuntukkan untuk limbah yang berisi


campuran zat atau senyawa yang terdiri dari beberapa jenis dan berbahaya

24
2. Simbol untuk B3 klasifikasi bersifat mudah menyala (flammable),

Warna dasar putih dengan garis tepi tebal berwarna merah. Gambar
simbol berupa gambar nyala api berwarna putih dan hitam. Simbol ini
menunjukkan suatu bahan yang

memiliki karakteristik sebagai berikut:

 . Dapat menjadi panas atau meningkat suhunya dan terbakar karena


kontak dengan udara pada temperatur ambien;
 Padatan yang mudah terbakar karena kontak dengan sumber nyala api;
 Gas yang mudah terbakar pada suhu dan tekanan normal;
 Mengeluarkan gas yang sangat mudah terbakar dalam jumlah yang
berbahaya, jika bercampur atau kontak dengan air atau udara lembab;
 Padatan atau cairan yang memiliki titik nyala di bawah 0ºC dan titik
didih lebih rendah atau sama dengan 35ºC;
 Padatan atau cairan yang memiliki titik nyala 0ºC – 21ºC;
 Cairan yang mengandung alkohol kurang dari 24% volume dan/atau
pada titik nyala (flash point) tidak lebih dari 60ºC (140ºF) akan
menyala apabila terjadi kontak dengan api, percikan api atau sumber
nyala lain pada tekanan udara 760 mmHg. Pengujiannya dapat
dilakukan dengan metode ”Closed-Up Test”;

25
 Padatan yang pada temperatur dan tekanan standar (25ºC dan 760
mmHg) dengan mudah menyebabkan terjadinya kebakaran melalui
gesekan, penyerapan uap air atau perubahan kimia secara spontan dan
apabila terbakar dapat menyebabkan kebakaran yang terus menerus
dalam 10 detik. Padatan yang hasil pengujian ”Seta Closed Cup Flash
Point Test”-nya menunjukkan titik nyala kurang dari 40ºC;
 Aerosol yang mudah menyala;
 Padatan atau cairan piroforik; dan/atau
 Peroksida organik.
3. Simbol untuk B3 klasifikasi bersifat beracun (toxic),sebagaimana gambar

Warna dasar putih dengan garis tepi tebal berwarna merah. Simbol
berupa gambar tengkorak dan tulang bersilang. Simbol ini menunjukkan
suatu bahan yang memiliki karakteristik sebagai berikut:

 Sifat racun bagi manusia, yang dapat menyebabkan keracunan atau


sakit yang cukup serius apabila masuk ke dalam tubuh melalui
pernafasan, kulit atau mulut. Penentuan tingkat sifat racun ini
didasarkan atas uji LD50 (amat sangat beracun, sangat beracun dan
beracun); dan/atau
 Sifat bahaya toksisitas akut. (baca juga Sianida, apakah itu? )

26
4. Simbol untuk B3 klasifikasi bersifat berbahaya (harmful)

Warna dasar putih dengan garis tepi tebal berwarna merah. Simbol
berupa gambar silang berwarna hitam. Simbol ini untuk menunjukkan
suatu bahan baik berupa padatan, cairan ataupun gas yang jika terjadi
kontak atau melalui inhalasi ataupun oral dapat menyebabkan bahaya
terhadap kesehatan sampai tingkat tertentu.

5. Simbol untuk B3 klasifikasi bersifat iritasi (irritant)

Warna dasar putih dengan garis tepi tebal berwarna merah. Simbol
berupa gambar tanda seru berwarna hitam. Simbol ini menunjukkan suatu
bahan yang memiliki karakteristik sebagai berikut:

27
 Padatan maupun cairan yang jika terjadi kontak secara langsung
dan/atau terus menerus dengan kulit atau selaput lendir dapat
menyebabkan iritasi atau peradangan;
 Toksisitas sistemik pada organ target spesifik karena paparan tunggal
dapat menyebabkan iritasi pernafasan, mengantuk atau pusing;
 Sensitasi pada kulit yang dapat menyebabkan reaksi alergi pada kulit;
dan/atau
 Iritasi/kerusakan parah pada mata yang dapat menyebabkan iritasi
serius pada mata.
6. Simbol untuk B3 klasifikasi bersifat korosif (corrosive)

Warna dasar putih dengan garis tepi tebal berwarna merah. Simbol
terdiri dari 2 gambar yang tertetesi cairan korosif. Simbol ini menunjukkan
suatu bahan yang memiliki karakteristik sebagai berikut:

 Menyebabkan iritasi (terbakar) pada kulit;


 Menyebabkan proses pengkaratan pada lempeng baja SAE 1020
dengan laju korosi > 6,35 mm/tahun dengan temperatur pengujian
55oC; dan/atau c. Mempunyai pH sama atau kurang dari 2 untuk B3
bersifat asam dan sama atau lebih besar dari 12,5 untuk B3 yang
bersifat basa.

28
7. Simbol untuk B3 klasifikasi bersifat berbahaya bagi lingkungan

Warna dasar putih dengan garis tepi tebal berwarna merah. Simbol
berupa gambar pohon dan media lingkungan berwarna hitam serta ikan
berwarna putih. Simbol ini untuk menunjukkan suatu bahan yang dapat
menimbulkan bahaya terhadap lingkungan. Bahan kimia ini dapat merusak
atau menyebabkan kematian pada ikan atau organisme aquatic lainnya atau
bahaya lain yang dapat ditimbulkan, seperti merusak lapisan ozon
(misalnya CFC = Chlorofluorocarbon), persistent di lingkungan (misalnya
PCBs = Polychlorinated Biphenyls). (Baca juga artikel Apa itu POPs
(Persistent Organic Pollutants)? )

8. Simbol untuk B3 klasifikasi bersifat karsinogenik, teratogenik dan


mutagenik (carcinogenic, tetragenic,mutagenic

29
Warna dasar putih dengan garis tepi tebal berwarna merah. Simbol
berupa gambar kepala dan dada manusia berwarna hitam dengan gambar
menyerupai bintang segi enam berwarna putih pada dada. Simbol ini
menunjukkan paparan jangka pendek, jangka panjang atau berulang

dengan bahan ini dapat menyebabkan efek kesehatan sebagai berikut:

 karsinogenik yaitu penyebab sel kanker;


 teratogenik yaitu sifat bahan yang dapat mempengaruhi pembentukan
dan pertumbuhan embrio;
 mutagenic yaitu sifat bahan yang menyebabkan perubahan kromosom
yang berarti dapat merubah genética;
 . toksisitas sistemik terhadap organ sasaran spesifik;
 toksisitas terhadap sistem reproduksi; dan/atau
 gangguan saluran pernafasan
9. Simbol untuk B3 klasifikasi bersifat bahaya lain berupa gas bertekanan

Warna dasar putih dengan garis tepi tebal berwarna merah. Simbol
berupa gambar tabung gas silinder berwarna hitam. Simbol ini untuk
menunjukkan bahaya gas bertekanan yaitu bahan ini bertekanan tinggi dan
dapat meledak bila tabung dipanaskan/terkena panas atau pecah dan isinya
dapat menyebabkan kebakaran.

30
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Yang dimaksud dengan limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan atau
kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan atau beracun yang
karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara
langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan atau
merusakan lingkungan hidup dan atau membahayakan lingkungan hidup,
kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta mahluk hidup lain.

2. Proses teknologi untuk pengolahan limbah B3, meliputi secara fisika,


kimia biologi atau kombinasi. Itu semua dilakukan dengan menggunakan
teknik pengolahan tertentu. Berikut ini macam-macam teknik pengolahan
limbah B3:

a. Netralisasi

b. Pengendapan

c. Koagulasi dan flokulasi

d. Oksidasi-Reduksi (Redoks)

e. Insenerasi

3.2 Saran

Penulis menyarankan agar limbah B3 dari pabrik, rumah tangga,


perusahaan, kantor-kantor, sekolah dan sebagainya sebelum dibuang ke
lingkungan, hendaknya diolah terlebih dahulu agar tidak menimbulkan
dampak buruk khususnya bagi kesehatan manusia dan lingkungan hidup.
31
DAFTAR PUSTAKA

https://candraning.wordpress.com/2013/09/28/makalah-limbah-b3/

Prasetiawan, Agung.(2014).Makalah Pengelolaan Limbah B3.(Online).Tersedia:


https://www.academia.edu/6745548/Makalah_Pengelolaan_Limbah_B3.
(11 September 2014)

Ir. Setiyono, M. Si.2002.Sistem Pengelolaan Limbah B3 di Indonesia.Jakarta:

32

Anda mungkin juga menyukai