Anda di halaman 1dari 20

Air Limbah

Berdasarkan hasil review BPS, SSK dan MPS Kota Bandung 2010, Terdapat informasi mengenai
tujuan program dan kegiatan yang kiranya telah direncanakan pada tahun 2010 –2015. Untuk lebih
jelasnya mengenai kegiatan yang direncanakan SSK Kota Bandung dapat dilihat pada Tabel di
bawah ini.
No Strategi Program Kegiatan
Sasaran I : Mengurangi pencemaran sungai di Kota Bandung dengan melakukan pengawasan
dan pengandalian pembuangan limbah cair industry dan komersial ke sungai pada akhir tahun
2014

1 Perluasan/Penambahan 1.Pengembangan pemasangan


Jaringan Air Limbah jaringan pipa air limbah
diprioritaskan pada pelanggan
air minum per tahun 2000
sambungan rumah
2.Pengembangan pemasangan
jaringan pipa air limbah
diprioritaskan pada pelanggan
air minum di area pelayanan
program Bandung barat (6 Km
) per tahun 3000 sambungan
rumah
Sasaran II : Berfungsinya IPAL yang dimiliki oleh industry dan kegiatan komersial lainnya pada
akhir tahun 2014
2 Pengadaan Fasilitas Pengadaan Sarana Operasi &
Penunjang Pelayanan Air Maintenance
Limbah
sasaran III : Tersedianya dan berfungsinya IPAL komunal untuk industry usaha kecil dan
menengah sebanyak 3 unit pada tahun 2014
3 Optimalisasi IPAL 1.Revitalisasi IPAL
Bojongsoang Bojongsoang
2.Review Master Plan Air
Limbah
3.Kajian Teknik & DED
Optimalisasi IPAL
4.Review FS/DED
Ujungberung
Kemajuan Pelaksanaan SSK Sektor Air Limbah Domestik Kota Bandung
SSK Periode Sebelumnya 2010 Saat ini
Tujuan Sasaran Data Dasar Status saat ini
Meningkatkan Tersedianya perencanaan Penangan air limbah Dokumen
kualitas lingkungan pengelolaan air limbah yang dilakukan oleh Masterplan Air
sehat dan bersih di dari kegiatan industridan BPLH Kota Limbah Kota
Kota Bandung komersial lainnya pada Bandung hanya Bandung telah
melaluipengelolaan akhir tahun 2014 terbatas kepada disusun pada tahun
air limbah limbah industri 2011 tetapi tidak
industridan dalam skala mencakup
kegiatan komersial besartetapi untuk pengelolaan air
lainnya yang efektif industri kecil dan limbah dari kegiatan
dan ekonomis sumberlainnya industridan kegiatan
seperti industry komersial lainnya.
Menurunnya pencemaran makanan seperti Tingkat
sungai di Kota Bandung produksi tahu, pencemaran sungai
dengan melakukan limbah pasar, yang melewati Kota
pengawasan dan Rumah Potong Bandung menurut
pengendalianpembuangan hewan masyarakat, SK Gubernur Jabar
limbah cair industridan sablon dan garmen No 39 Tahun 2000
komersial ke sungai pada kaos dan akifitas termasuk pada
akhir tahun 2014; industri kecil status air mutu
lainnya masih cemar berat . Hal ini
belum tertangani masih disebabkan
dengan baik. oleh Pembuangan
air limbah domestik
yang langsung ke
sungai sebelum
diolah. Ditambah
lagi dengan semakin
banyaknya industri
di Kota Bandung
yang masih belum
seluruhnya
memiliki standar
IPAL yang
berkualitas
sehingga
buangannya aman
di lingkungan.
Berfungsinya IPAL yang IPAL yang
dimiliki oleh industridan berfungsi saat ini
kegiatan komersial IPAL BojongSoang
lainnya pada akhir tahun
2014;
SSK Periode Sebelumnya 2010 Saat ini
Tujuan Sasaran Data Dasar Status saat ini
Tersedianya dan
berfungsinya IPAL
komunal untuk
industriusaha kecil dan
menengah sebanyak 3
unit pada tahun 2014
Sumber: Hasil FGD Tim Pokja Sanitasi Kota Bandung. 2015

Kemajuan Pelaksanaan SSK Sektor Drainase Lingkungan Kota Bandung


SSK Periode Sebelumnya 2010 Saat ini
Tujuan Sasaran Data Dasar Status saat ini
Meningkatkan Tersedianya dokumen
kualitas lingkungan perencanaan pemantauan
yang sehat dan kualitas air sungai di Kota
bersih di Kota Bandung dari 16 sungai
Bandung melalui yang di pantau (35%)
perbaikan kualitas meningkat menjadi 23
air dan sungai (50%) pada Tahun
kebersihandi 2014;
saluran drainase
primer (sungai)
Meningkatnya kesadaran Terjadinya banjir Sosialisasi perda K3
masyarakat di sekitar Cileuncang pada telah banyak
sungai di Kota Bandung musim hujan dan dilakukan oleh
untuk turut serta menjaga keringnya saluran Pemerintah namun
kebersihan sungai dari drainase primer belum
sampah dan limbah pada (sungai) pada saat ditindaklanjuti
tahun 2014; musim kemarau, dengan penegakan
serta tingginya hukum secara tegas
pencemaran sungai bagi pelanggaran
oleh limbah K3. Telah adanya
domesik dan limbah upaya
Meningkatnya kawasan industri. Cepatnya Proporsi Ruang
ruang terbuka hijau pada terjadi Terbuka Hijau
daerah tangkapan air pendangkalan Terhadap
untuk mengurangi banjir sungai karena erosi LuasWilayah Kota
di musim hujan dan lahan di hulu Bandungpada tahun
sedimentasi di sungai menyebabkan 2013 adalah sebesar
pada tahun 2014; meningkatnya 12,14% atau
kekeruhan air 2.030,47 ha. Hal ini
sungai. berarti masih harus
ditingkatkan untuk
SSK Periode Sebelumnya 2010 Saat ini
Tujuan Sasaran Data Dasar Status saat ini
memenuhi amanat
UU No 26 Tahun
2007 tentang
Penataan Ruang
yaitu 30% dari Luas
wilayah.
Meningkatkan Proporsi Ruang
perlindungan kepada situ Terbuka Hijau
dan pembuatan sarana Terhadap
penampungan sementara LuasWilayah Kota
air larian (kolam retensi Bandungpada tahun
seperti embung-embung) 2013 adalah sebesar
12,14% atau
2.030,47 ha. Hal ini
berarti masih harus
ditingkatkan untuk
memenuhi amanat
UU No 26 Tahun
2007 tentang
Penataan Ruang
yaitu 30% dari Luas
wilayah.
Sumber: Hasil FGD Tim Pokja Sanitasi Kota Bandung. 2015

Pengelolaan Air Limbah Domestik


Sistem dan Infrastruktur
Dalam rangka mewujudkan Kota Bandung tahun 2013-2018 yaitu sebagai Kota yang unggul,
nyaman dan sejahtera maka langkah yang utama dilakukan dalam mencapainya adalah
mewujudkan Bandung nyaman melalui perencanaan tata ruang dan pengendalian pemanfaatan
ruang, serta meningkatkan kualitas lingkungan hidup kota pembangunan infrastruktur yang
berkualitas dan berwawasan lingkungan.Pengelolaan air limbah domestik di Kota Bandung
sebagai urusan wajib pelayanan dasar Pemerintah Daerah perlu terus diupayakan untuk
ditingkatkan pengelolaannya baik dari sisi kebijakan, kelembagaan, teknis dan lainnya mengingat
saat ini cakupan layanan air limbah Kota Bandungoleh PDAM tercatat baru mencapai 66%
(Offsite: 37,9 %; Onsite: 28,1 %) (LKPJ Walikota Bandung,2014). Dan kini dengan adanya
tantangan universal akses 100-0-100, peran pemerintah kota bandung sebagai pelayan masyarakat
sekaligus dapat memfasilitasi seluruh stakeholders di Kota Bandung dapat meningkatkan target
capaian akses masyarakat terhadap infrastruktur sanitasi menjadi 100% (tahun 2019). Jika bekerja
sendiri, tentunya akan mustahil tercapai oleh karena itu perlu adanya pemikiran bagaimana
pembaharuaan peran serta masyarakat dan swasta dalam pengelolaan air limbahdomestikkota
Bandung.
Berdasarkan data pada LKPJ Kota Bandung tahun 2014 diperoleh informasi bahwa indikator
cakupan pelayanan air limbah dari target sebesar 66% dapat terealisasi sesuai target. Jumlah
sambungan terpasang untuk jaringan perpipaan air limbah mencapai 108.533 SR yang
melayani 542.665 jiwa atau 21,4% pendudukKota Bandung dari total keseluruhan penduduk
Kota Bandung yang tercatat di BPS yaitu 2.526.701 jiwa. Adapun Rencana pengelolaan air kotor
dan limbah cair di Kota Bandung secara lebih detail adalah sebagai berikut:
1. Mengembangkan sistem setempat (on site) yang diarahkan pada sistem publik bagi
wilayah yang tidak terlayani saluran air limbah terpusat. Saat ini tidak semua wilayah di
Kota Bandung terlayani oleh sistem terpusat, terutama di wilayah Bandung Timur.
Wilayah yang tidak terlayani sistem terpusat menggunakan sistem individu, berupa atau
tangki septik. Untuk daerah yang padat, sistem individu ini sebenarnya tidak
memenuhi syarat kesehatan. Oleh karena itu di daerah-daerah yang belum terlayani sistem
terpusat, akan dikembangkan sistem setempat, namun sistem ini sudah didesain
agar dapat disambungkan satu dengan yang lain, sehingga dapat membentuk sistem
terpusat di masa yang akan datang. Pada saat ini wilayah Bandung Timur masih
cukup rendah kepadatan penduduknya, sehingga tidak ekonomis apabila langsung
dikembangkan sistem terpusat.
2. Mengoptimalkan pelayanan sistem terpusat pada wilayah-wilayah yang sudah dilayani
sistem tersebut. Di wilayah pelayanan sistem terpusat, masih terdapat juga rumah
tangga yang belum menjadi pelanggan dari sistem terpusat tersebut, padahal kapasitas
dari sistem jaringan (kecuali IPAL), masih cukup memadai. Mengoptimalkan
pelayanan sistem terpusat dimaksudkan untuk memanfaatkan kapasitas sistem terpusat
yang belum dimanfaatkan.
3. Sedangkan isu-isu strategis dalam pengelolaan air limbah domestik di Kota
Bandung meliputi :
1.Aspek Peraturan Perundang-undangana.
Penerapan sanksi hukum terhadap pelanggaran dalam Perda K3 belum terimplemenasi dengan
optimal
2.Aspek Teknis
a. IPAL Bojong soang belum beroperasi dengan optimal dalam mengolah air limbah
domestik disebabkan sarana dan prasarana IPAL Bojong Soang yang mengalami
kerusakan, disfungsi, dan lainnya.
b. Masih tingginya biaya operasional dan pemeliharaan IPAL Bojong Soang yang tidak
diimbangi dengan efektifitas dan efisiensi pengolahan air limbah domestik. Perencanaan
operasi tidak dilandasi pada rencana jangka panjang sistem pengolahan.
3. Aspek Pembiayaan
a. Retribusi yang terkumpul pada umumnya sangat terbatas tidak sebanding dengan biaya
operasional dan pemeliharaan serta investasi di sektor ini.
b. Proporsi pembiayaan untuk menangani air limbah domestic di Kota Bandung selama ini
masih belum menjadi prioritas jika dibandingkan dengan Urusan Pekerjaan Umum
lainnya seperti Bina Marga dan Pengembangan Sumber Daya Air.
c. Operasi penarikan retribusi mempunyai efektifitas yang rendah akibat ketidakmampuan
menghadapi kendala (misal landasan hukum, sistem dan kemauan dan kemampuan
bayar masyarakat).
d. Belum terbukanya peluang pendanaan dan investasi dari stakeholders non pemerintah.
4. Aspek Kelembagaan
a. Secara struktural, status unit pengelola di kebanyakan kota mempunyai keterbatasan
wewenang, tidak seimbang dengan tanggung jawab yang diperlukan yang menyangkut
suatu sistem kegiatan yang tidak dapat terpisahkan dengan sistem dalam masyarakat
luas. Kewenangan ini menyangkut masalah teknik maupun keuangan serta manajemen.
b. Belum adanya SOP atau aturan yang mengurus pelimpahan kewenangan dalam
mengelola output pembangunan khususnya yang ditangani oleh Dinas SKPD sehingga
infrastruktur yang telah dibangun selesai pada tahun anggaran atau berbasis proyek
saja tanpa ada kejelasan siapa yang akan mengurus dan memeliharanya.
c. Manajemen operasional masih sederhana, hanya menonjolkan aspek pelaksanaan,
sementara itu aspek perencanaan dan pengendalian tidak terperhatikan.
d. Tenaga terdidik bidang sistem penyaluran air limbah di daerah masih sangat terbatas.

LIMBAH DOMESTIK

JUMLAH AIR BUANGAN (LIMBAH DOMESTIK)

Jumlah air limbah domestik yang dihasilkan oleh manusia setiap hari adalah sebesar 70% – 80%
Rata-rata pemakaian air bersih setiap orang adalah 150 lt/hari
Jumlah Air Limbah yang dihasilkan sebesar 105 lt/org/hari

SUMBER AIR LIMBAH DOMESTIK

 Dapur
 Kamar Mandi
 Tempat Cuci

DAMPAK YANG TERJADI AKIBAT AIR LIMBAH TIDAK DITANGANI

 Pencemaran lingkungan meningkat


 Angka kesakitan meningkat setiap tahun
 Pencemaran sungai semakin tinggi
 Pencemaran sumber-sumber air meningkat (sungai dan sumur penduduk)
 Biaya pengolahan air akan meningkat tinggi
Jenis Pelayanan Air Limbah

1. Jaringan Air Limbah Primer(Perpipaan)


2. Penyambungan Saluran Rumah(House Connection)
3. Penyambungan Saluran Air Limbahd ari Gedung dan Perkantoran serta Kegiatan lainnya
4. Pelayanan Penyedotan Septik Tank
5. Pelayanan Toilet Mobile
6. Pemeliharaan Brandgang dan Bangunan Pelengkap lainnya
7. Pelayanan Gangguan Saluran Air Limbah

Instalasi Pengolahan Air Limbah Bojongsoang mulai beroperasi Pada tahun 1992,
dengan sistem Kolam Stabilisasi Instalasi ini mempunyai Luas Area 85 Ha , terletak diantara
2 Desa yaitu Desa Bojongsoang dan Desa Bojongsari yang Berlokasi di Kecamatan
Bojongsoang Kabupaten Bandung IPAL Bojongsoang berfungsi untuk mengolah Air Limbah
Rumah Tangga dari Kota Bandung yang bertujuan untuk Menurunkan tingkat pencemaran
sungai-sungai di Kota Bandung Disamping membantu mengurangi beban pencemar yang masuk
Ke Sungai Citarum.Jenis buangan Rumah Tangga yang diolah pada IPAL Bojongsoang Adalah
Air Limbah yang berasal dari Kamar mandi, dapur dan Pencucian. Limbah Industri tidak
dapat diolah pada Instalasi Pengolahan ini. Sumber Limbah Rumah Tangga (Limbah Domestik
) yang masuk ke IPAL Bojongsoang dapat juga berasal dari Hotel, Restoran, Mall, Sekolah,
Rumah Sakit , Perkantoran dan sejenisnya. Air Limbah dari sumber tersebut dialirkan melalui
perpipaan menuju Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Bojongsoang. Sedangkan air hasil
proses pengolahan merupakan air yang aman untuk Lingkungan dan pada saat digunakan untuk
kebutuhan Pertanian disekitarnya.

2.3.1 Pengelolaan Air Limbah Domestik


2.3.1.1 Sistem dan Infrastruktur
Dalam rangka mewujudkan Kota Bandung tahun 2013-2018 yaitu sebagai Kota yang
unggul, nyaman dan sejahtera maka langkah yang utama dilakukan dalam mencapainya adalah
mewujudkan Bandung nyaman melalui perencanaan tata ruang dan pengendalian pemanfaatan
ruang, serta meningkatkan kualitas lingkungan hidup kota pembangunan infrastruktur yang
berkualitas dan berwawasan lingkungan.
Pengelolaan air limbah domestik di Kota Bandung sebagai urusan wajib pelayanan dasar
Pemerintah Daerah perlu terus diupayakan untuk ditingkatkan pengelolaannya baik dari sisi
kebijakan, kelembagaan, teknis dan lainnya mengingat saat ini cakupan layanan air limbah Kota
Bandung oleh PDAM tercatat baru mencapai 66% (Offsite: 37,9 %; Onsite: 28,1 %) (LKPJ
Walikota Bandung, 2014). Dan kini dengan adanya tantangan universal akses 100-0-100, peran
pemerintah kota bandung sebagai pelayan masyarakat sekaligus dapat memfasilitasi seluruh
stakeholders di Kota Bandung dapat meningkatkan target capaian akses masyarakat terhadap
infrastruktur sanitasi menjadi 100% (tahun 2019). Jika bekerja sendiri, tentunya akan mustahil
tercapai oleh karena itu perlu adanya pemikiran bagaimana pembaharuaan peran serta masyarakat
dan swasta dalam pengelolaan air limbah domestik kota Bandung.
Capaian kinerja pengelolaan air limbah Kota Bandung dapat dijabarkan sebagai berikut :
Indikator Pengendalian pada Sumber Pencemar (dari 250 sumber pencemar), dari target
sebanyak 7 (tujuh) perusahaan dapat terealisasi sebanyak 43 (empat puluh tiga) perusahaan.
Berdasarkan rekomendasi teknis air buangan yang dikeluarkan sebagai dasar penerbitan Izin
Pembuangan Air Buangan Ke Badan Air Penerima, di mana persyaratannya adalah limbah cairnya
harus memenuhi standar baku mutu kualitas air. Persyaratan teknis untuk mendapatkan
rekomendasi pembuangan air buangan ke badan air penerima adalah menyertakan hasil uji
sampling kualitas limbah cair dari outlet/titik pembuangan instalasi pengolahan yang harus,
memenuhi standar baku mutu. Setelah mendapatkan ijin pembuangan air buangan ke badan air
penerima, perusahaan pun wajib melakukan pemantauan terhadap kualitas limbah cairnya dan
harus dipastikan selalu memenuhi standar baku mutu.

Berdasarkan data pada LKPJ Kota Bandung tahun 2014 diperoleh informasi bahwa indikator
cakupan pelayanan air limbah dai target sebesar 66% dapat terealisasi sesuai target. Jumlah
sambungan terpasang untuk jaringan perpipaan air limbah mencapai 108.533 SR yang melayani
542.665 jiwa atau 21,4% penduduk Kota Bandung dari total keseluruhan penduduk Kota Bandung
yang tercatat di BPS yaitu 2.526.701 jiwa. Adapun Rencana pengelolaan air kotor dan limbah cair
di Kota Bandung secara lebih detail adalah sebagai berikut:
1. Mengembangkan sistem setempat (on site) yang diarahkan pada sistem publik bagi wilayah
yang tidak terlayani saluran air limbah terpusat. Saat ini tidak semua wilayah di Kota Bandung
terlayani oleh sistem terpusat, terutama di wilayah Bandung Timur. Wilayah yang tidak
terlayani sistem terpusat menggunakan sistem individu, berupa atau tangki septik.
Untuk daerah yang padat, sistem individu ini sebenarnya tidak memenuhi syarat kesehatan.
Oleh karena itu di daerah-daerah yang belum terlayani sistem terpusat, akan dikembangkan
sistem setempat, namun sistem ini sudah didesain agar dapat disambungkan satu dengan yang
lain, sehingga dapat membentuk sistem terpusat di masa yang akan datang. Pada saat ini
wilayah Bandung Timur masih cukup rendah kepadatan penduduknya, sehingga tidak
ekonomis apabila langsung dikembangkan sistem terpusat.
2. Mengoptimalkan pelayanan sistem terpusat pada wilayah-wilayah yang sudah dilayani sistem
tersebut. Di wilayah pelayanan sistem terpusat, masih terdapat juga rumah tangga yang belum
menjadi pelanggan dari sistem terpusat tersebut, padahal kapasitas dari sistem jaringan (kecuali
IPAL), masih cukup memadai. Mengoptimalkan pelayanan sistem terpusat dimaksudkan untuk
memanfaatkan kapasitas sistem terpusat yang belum dimanfaatkan.
3. Sedangkan isu-isu strategis dalam pengelolaan air limbah domestik di Kota Bandung meliputi :
1. Aspek Peraturan Perundang-undangan

a. Penerapan sanksi hukum terhadap pelanggaran dalam Perda K3 belum terimplemenasi dengan
optimal

2. Aspek Teknis

a. IPAL Bojong soang belum beroperasi dengan optimal dalam mengolah air limbah domestik
disebabkan sarana dan prasarana IPAL Bojong Soang yang mengalami kerusakan, disfungsi,
dan lainnya.

b. Masih tingginya biaya operasional dan pemeliharaan IPAL Bojong Soang yang tidak diimbangi
dengan efektifitas dan efisiensi pengolahan air limbah domestik. Perencanaan operasi tidak
dilandasi pada rencana jangka panjang sistem pengolahan.
Untuk mengetahui dan menganalisis kebutuhan peningkatan pengelolaan air limbah domestik di
Kota Bandung maka perlu ditelaah sistem dan infrastrutur air limbah domestik yang ada saat ini.
Lengkapnya dapat dilihat pada Gambar 2.6 berikut ini.

Gambar 2.6 Diagram Sistem Sanitasi Air Limbah


Sumber : Hasil FGD Tim Pokja AMPL/Sanitasi Kota Bandung. 2015

Pengelolaan dilakukan oleh Divisi Air Kotor PDAM Kota Bandung. Air limbah diolah hanya
menggunakan 1 (satu) buah IPAL yang terletak di Bojongsoang (Kabupaten Bandung) yang
dibangun tahun 1988 dengan kapasitas 80.835 m3/hari atau 400.000 jiwa (15%) dari penduduk
Kota Bandung. Di sebagian wilayah, saluran air kotor masih bercampur dengan saluran drainase.
Berikut ini skema umum sistem pengelolaan air limbah domestik di Kota Bandung.
IPAL Bojongsoang yang terletak di Kabupaten Bandung perlu terus ditingkatkan kinerja
pengolahannya melalui perbaikan dan perubahan teknologi yang digunakannya sehingga kapasitas
pengolahannya akan lebih optimal baik untuk Kota Bandung maupun nantinya untuk Kabupaten
Bandung. Berikut data cakupan layanan IPAL Bojongsoal per wilayah Bandung.
Tabel 2. 12
Cakupan Layanan IPAL Bojongsoang per wilayah Bandung
No. Uraian Kel. Terlayani %Pelayanan
1 Bandung Barat 20 14.39
2 Bandung Tengah/Selatan 28 20.14
3 Bandung Timur 24 17.27
4 Bandung Utara 21 15.11
Sumber : IPAL Bojongsoang,2011

Adapun kondisi eksisting penanganan air limbah domestik kota bandung tahun 2013 melalui
sistem terpusat menuju IPAL Bojong Soang dapat dilihat pada Tabel 2.13 berikut ini.

Tabel 2. 13
Konsidi Eksisting Penanganan Air Limbah Domestik Kota Bandung Tahun 2014
No. Item Volume Satuan
1 Kapasitas Maks. IPAL 80.835 m3/hari
2 Kapasitas Terpasang 75.309 m3/hari
3 Kapasitas Terpakai 93.16 %
4 Idle Capacity 6.84 %
5 Jumlah Sambungan 108.533 SR
6 Cakupan Pelayanan 66 %
Sumber : PDAM Kota Bandung,2014

Berdasarkan dari kondisi eksisting penanganan air limbah domestik di Kota Bandung maka dapat
diuraikan sebagai berikut analisis kebutuhan pengelolaan air limbah domestik di Kota Bandung.

2.3.1.2 Aspek Teknis


Perangkat jaringan air kotor untuk melayani pengelolaan dan pengolahan air kotor di Kota
Bandung adalah:
1. Saluran air kotor lama yang dibangun pada jaman Belanda (tahun 1916) sepanjang 14 km yang
dilengkapi dengan bangunan Inhoff Tank.
2. Saluran tercampur yang berfungsi untuk menyalurkan air kotor dan air hujan.
3. Tangki Septik dengan jumlah 200.000 buah yang tersebar di seluruh Kota Bandung.
4. BUDP Tahap I, saluran air kotor sepanjang 176 km dengan bangunan pelengkap untuk melayani
460.000 jiwa.
5. BUDP Tahap II :
 Saluran air kotor sepanjang 128 km yang dilengkapi dengan bangunan pelengkap untuk
melayani 421.000 jiwa
 Pumping Station sebanyak 2 (dua) unit (Jalan Jakarta dan Jalan Cijaura Hilir)
 Instalasi pengolahan air kotor yang dilengkapi dengan Kolam Stabilisasi seluas 85 Ha yang
berlokasi di Kecamatan Bojongsoang, untuk areal pelayanan Bandung Timur dan Tengah
Selatan.

2.3.1.3 Pendanaan
Biaya perencanaan pelayanan air limbah di kota Bandung berasal dari APBD Kota
Bandung dan Pendapatan PDAM Kota Bandung. Biaya Operasional Air limbah PDAM Kota
Bandung diperoleh dari:
a. Jasa Pelayanan Air limbah dari Pelanggan Air Minum sebesar 30% dari pemakaian air bersih
(PERDA No 17 /PD/ 1986).
b. Jasa Pelayanan Air Kotor bagi non Pelanggan Air Minum yang ditetapkan sesuai dengan SK.
Walikota No 194 Tahun 2002.
c. Pelayanan Tanki Tinja (SK Direksi No. 23/2004).
d. Pelayanan Toilet Container.
e. Pelayanan Kendaraan Maintenance ROM Combi.

Tarif Pelayanan Tanki Tinja (SK.Direksi No.23/2004):


• Pelanggan PDAM

Jasa Pelayanan Penyedotan Septik Tank Gratis hanya membayar biaya transportasi saja sebesar
Rp 75.000
• Pelanggan Non PDAM

Biaya Penyedotan Rp. 10.000,-/m3


Biaya Transportasi Rp. 75.000,-
2.3.1.7 Permasalahan dan Tantangan
Permasalahan pengelolaan air limbah yang dihadapi oleh Pemerintah Daerah di Kota Bandung
dapat dilihat pada Tabel 2.15 di bawah ini.

Tabel 2.15
Permasalahan Pengelolaan Air Limbah Domestik yang Dihadapi

No Aspek Pengelolaan Air Limbah Permasalahan Yang Rencana Tindak


Dihadapi Lanjut

1 Permasalahan Yang Dihadapi belum tersedianya data Pelaksanaan


pengelolaan air limbah (off pendataan yang
site dan on site) meliputi evaluasi
sambungan rumah
pada jalur pipa
existing dan saluran
tercampur
brandgang) ex
Belanda, evaluasi
sambungan rumah
pada jalur pipa ex
BUDP, membuat
sistem billing
(penagihan) khusus
air kotor.

pemanfaatan jaringan air


(eks irigasi)

masih adanya limbah non


domestik yang masuk ke Pengembangan
dalam SPAL secara off site pemasangan jaringan
pipa air kotor
diprioritaskan yang
berlangganan air
minum dilokasi: RW
09 Kelurahan
Babakan Ciparay,
Komplek Margahayu
Raya Jalan Mars
Selatan dan
sekitarnya, Jalan
Kebon Gedang RW
08, Jalan Simpang
(bantaran sungai
Cicadas), RW. 10
Babakan Garut
Kelurahan
Cibangkong
Batununggal,
kelurahan Sukapura-
kecamatan
Kiaracondong,
Babakan desa RW
06 Kiaracondong.
Pengembangan
pemasangan jaringan
pipa air kotor
diprioritaskan yang
berlangganan air
minum di lokasi area
pipa induk 6 km
Bandung Barat,
seperti perumahan
Mekarwangi (DED
sudah siap),
perumahan Pasirluyu
– Pasirsalam,
perumahan Kembar
(Sriwijaya),
pemukiman Sekejati.
Pelayanan sistem
setempat di kawasan
kumuh
(communal/MCK
plus-plus) sepanjang
sungai lokasi
Lebaksiliwangi,
lokasi Pasirluyu,
lokasi Sekekuda.
Pelayanan sistem
setempat (MCK plus)
di lokasi RT 03/RW
06 kel Pasir Endah,
serta lokasi RW 01
kel Cigending.
Keduanya di
kecamatan
Ujungberung.
adanya penanganan akhir Penyambungan dari
buangan air limbah untuk tangkapan
wilayah Bandung Barat Nyengseret dan
inhoftank ke trunk
sewer barat berupa
pemasangan pipa 800
mm dengan sistem
jacking sepanjang
jalan inhoftank.

Penggabungan daerah
tangkapan Barat ke
Trunk Sewer bagian
Timur berupa
pemasangan pipa-
pipa 110 mm dengan
sistem jacking
sepanjang jalan
Soekarno- Hatta dari
simpang inhoftank
sampai dengan MH.
Existing (Samsat) dan
pembangunan
bangunan pumping

A Sistem On-Site Sanitation

Belum dipahaminya secara Adanya sosialisasi


teknis pengolahan air limbah dan pengarahan
domestik melalui tangki teknis untuk
septik. Tangki septik masyarakat dan
terutama di perumahan- pengembang terkait
perumahan masih belum kewajiban untuk
sesuai standar sehingga membangun tangki
kenyataannya masih seperti septik
cubluk. sebagai syarat izin
mendirikan bangunan
berupa permukiman.
Adanya monitoring
dan evaluasi yang
dilakukan oleh aparat
pemerintah terkait
kontrol fungsi dari
Tangki Septik yang
digunakan oleh
masyarakat
Belum optimalnya Perlu adanya
pemanfaatan pelayanan sosialisasi kepada
tangki tinja. masyarakat yang
Belum adanya kesadaran dan diawali dari
tanggung jawab masyarakat pelanggan PDAM
untuk melakukan sedot tinja terkait pelayanan
dari tangki septiknya PDAM dalam
minimal 1 tahun sekali. menyedot tinja secara
gratis.

B Sistem Off Site Sanitatioan

belum optimalnya
pemanfaatan jaringan induk
air limbah wilayah Bandung
Timur

operasional Pumping Station


belum optimal
Kinerja IPAL Bojongsoang
belum optimal. Revitalisasi IPAL
Terganggunya proses kolam Bojongsoang.
akibat adanya daerah mati Perbaikan kolam
(dead zone) yang plus unit bak
menyebabkan sistem aliran pengering lumpur dan
pada kolam facultatif tidak mechanical
baik. Pertumbuhan rumput pengangkat lumpur
pada areal kolam tidak dapat kolam (sludge pump):
tertangani untuk seluruh a. Perbaikan tanggul
areal kolam. Terjadinya kolam.
penumpukan lumpur pada b. Perbaikan buffle
bak penampung (slump stone.
well). c. Perbaikan proteksi
kolam.
d. Pembuatan dan
perbaikan bak
pengering lumpur.
e. Mechanical
pengangkat lumpur
(sludge pump).
Kajian teknik dan
DED IPAL
Bojongsoang untuk
penggabungan
buangan air kotor
Bandung Barat:
a. Evaluasi IPAL
setelah
penggabungan
wilayah Barat.

Kajian teknik dan


DED IPAL
Bojongsoang.
Sedangkan tantangan yang dihadapi dalam pengelolaan air limbah di Kota Bandung meliputi:
1. Tantangan Internal meliputi :
a. Tingkat pencemaran Sungai Citepus cukup tinggi.
b. Jaringan yang telah tersedia sebagian besar belum dimanfaatkan.
c. Outfal dari setiap area jaringan dibuang secara bebas ke badan air.
d. Sarana dan prasarana IPAL Bojong Soang sudah melebihi umur teknis. Struktur baffle stone
pada kolam sudah roboh dan tidak berfungsi. Struktur proteksi pada area kolam sudah rusak.
Belum adanya unit mekanikal pompa pengangkat lumpur.
e. Jalur pipa induk dan IPAL belum dimanfaatkan secara optimal/cakupan masih rendah.
f. Keterbatasannya pipa pengumpul di Wilayah Timur sehingga sambungan rumah tidak dapat
disambungkan langsung terhadap pipa utama.
g. Sampah yang terbawa dari perpipaan ke Instalasi Pumping dan IPAL belum terangkut secara
optimal.
h. Sebagian masyarakat belum memiliki tanggung jawab untuk mengurus tangki septiknya
dengan sedot tinja secara rutin melalui layanan PDAM atau swasta.
i. Pencapaian target dari hasil pelayanan penyedotan tangki septik tidak tercapai.
j. Luasnya daerah pelayanan operasi pemeliharaan dan kurangnya tenaga operasional.
k. Pompa sering macet mengalami gangguan sehingga air yang masuk ke IPAL tidak maksimal.
l. Kondisi kendaraan tidak maksimal kurang laik pakai.
m. Kendaraan untuk penanggulangan operasi pemeliharaan dan tenaga operasional tidak sesuai
dengan daerah cakupan layanan.
n. Banyaknya muatan sampah yang masuk ke bangunan pompa.
 Umur teknis pintu penstok sudah melampaui batas tidak dapat difungsikan.
 Belum memiliki data base kepelangganan air kotor serta sistem billingnya.
 Belum adanya master plan pengelolaan air limbah di kota Bandung
o. Belum adanya penanganan akhir buangan air limbah domestik untuk wilayah Bandung
Barat

2. Tantangan Eksternal
a. Meningkatkan cakupan pelayanan air kotor dari 60% menjadi 100% sejalan target universal
akses.

b. Meningkatkan pengelolaan saluran air kotor sehingga kapasitas terpakai IPAL Bojongsoang
meningkat dari 28% menjadi 65%.

c. Mengoptimalkan penerimaan dari sektor air kotor khususnya dari pelanggan air kotor non air
bersih dari 5% menjadi 35%.

Anda mungkin juga menyukai