Berdasarkan hasil review BPS, SSK dan MPS Kota Bandung 2010, Terdapat informasi mengenai
tujuan program dan kegiatan yang kiranya telah direncanakan pada tahun 2010 –2015. Untuk lebih
jelasnya mengenai kegiatan yang direncanakan SSK Kota Bandung dapat dilihat pada Tabel di
bawah ini.
No Strategi Program Kegiatan
Sasaran I : Mengurangi pencemaran sungai di Kota Bandung dengan melakukan pengawasan
dan pengandalian pembuangan limbah cair industry dan komersial ke sungai pada akhir tahun
2014
LIMBAH DOMESTIK
Jumlah air limbah domestik yang dihasilkan oleh manusia setiap hari adalah sebesar 70% – 80%
Rata-rata pemakaian air bersih setiap orang adalah 150 lt/hari
Jumlah Air Limbah yang dihasilkan sebesar 105 lt/org/hari
Dapur
Kamar Mandi
Tempat Cuci
Instalasi Pengolahan Air Limbah Bojongsoang mulai beroperasi Pada tahun 1992,
dengan sistem Kolam Stabilisasi Instalasi ini mempunyai Luas Area 85 Ha , terletak diantara
2 Desa yaitu Desa Bojongsoang dan Desa Bojongsari yang Berlokasi di Kecamatan
Bojongsoang Kabupaten Bandung IPAL Bojongsoang berfungsi untuk mengolah Air Limbah
Rumah Tangga dari Kota Bandung yang bertujuan untuk Menurunkan tingkat pencemaran
sungai-sungai di Kota Bandung Disamping membantu mengurangi beban pencemar yang masuk
Ke Sungai Citarum.Jenis buangan Rumah Tangga yang diolah pada IPAL Bojongsoang Adalah
Air Limbah yang berasal dari Kamar mandi, dapur dan Pencucian. Limbah Industri tidak
dapat diolah pada Instalasi Pengolahan ini. Sumber Limbah Rumah Tangga (Limbah Domestik
) yang masuk ke IPAL Bojongsoang dapat juga berasal dari Hotel, Restoran, Mall, Sekolah,
Rumah Sakit , Perkantoran dan sejenisnya. Air Limbah dari sumber tersebut dialirkan melalui
perpipaan menuju Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Bojongsoang. Sedangkan air hasil
proses pengolahan merupakan air yang aman untuk Lingkungan dan pada saat digunakan untuk
kebutuhan Pertanian disekitarnya.
Berdasarkan data pada LKPJ Kota Bandung tahun 2014 diperoleh informasi bahwa indikator
cakupan pelayanan air limbah dai target sebesar 66% dapat terealisasi sesuai target. Jumlah
sambungan terpasang untuk jaringan perpipaan air limbah mencapai 108.533 SR yang melayani
542.665 jiwa atau 21,4% penduduk Kota Bandung dari total keseluruhan penduduk Kota Bandung
yang tercatat di BPS yaitu 2.526.701 jiwa. Adapun Rencana pengelolaan air kotor dan limbah cair
di Kota Bandung secara lebih detail adalah sebagai berikut:
1. Mengembangkan sistem setempat (on site) yang diarahkan pada sistem publik bagi wilayah
yang tidak terlayani saluran air limbah terpusat. Saat ini tidak semua wilayah di Kota Bandung
terlayani oleh sistem terpusat, terutama di wilayah Bandung Timur. Wilayah yang tidak
terlayani sistem terpusat menggunakan sistem individu, berupa atau tangki septik.
Untuk daerah yang padat, sistem individu ini sebenarnya tidak memenuhi syarat kesehatan.
Oleh karena itu di daerah-daerah yang belum terlayani sistem terpusat, akan dikembangkan
sistem setempat, namun sistem ini sudah didesain agar dapat disambungkan satu dengan yang
lain, sehingga dapat membentuk sistem terpusat di masa yang akan datang. Pada saat ini
wilayah Bandung Timur masih cukup rendah kepadatan penduduknya, sehingga tidak
ekonomis apabila langsung dikembangkan sistem terpusat.
2. Mengoptimalkan pelayanan sistem terpusat pada wilayah-wilayah yang sudah dilayani sistem
tersebut. Di wilayah pelayanan sistem terpusat, masih terdapat juga rumah tangga yang belum
menjadi pelanggan dari sistem terpusat tersebut, padahal kapasitas dari sistem jaringan (kecuali
IPAL), masih cukup memadai. Mengoptimalkan pelayanan sistem terpusat dimaksudkan untuk
memanfaatkan kapasitas sistem terpusat yang belum dimanfaatkan.
3. Sedangkan isu-isu strategis dalam pengelolaan air limbah domestik di Kota Bandung meliputi :
1. Aspek Peraturan Perundang-undangan
a. Penerapan sanksi hukum terhadap pelanggaran dalam Perda K3 belum terimplemenasi dengan
optimal
2. Aspek Teknis
a. IPAL Bojong soang belum beroperasi dengan optimal dalam mengolah air limbah domestik
disebabkan sarana dan prasarana IPAL Bojong Soang yang mengalami kerusakan, disfungsi,
dan lainnya.
b. Masih tingginya biaya operasional dan pemeliharaan IPAL Bojong Soang yang tidak diimbangi
dengan efektifitas dan efisiensi pengolahan air limbah domestik. Perencanaan operasi tidak
dilandasi pada rencana jangka panjang sistem pengolahan.
Untuk mengetahui dan menganalisis kebutuhan peningkatan pengelolaan air limbah domestik di
Kota Bandung maka perlu ditelaah sistem dan infrastrutur air limbah domestik yang ada saat ini.
Lengkapnya dapat dilihat pada Gambar 2.6 berikut ini.
Pengelolaan dilakukan oleh Divisi Air Kotor PDAM Kota Bandung. Air limbah diolah hanya
menggunakan 1 (satu) buah IPAL yang terletak di Bojongsoang (Kabupaten Bandung) yang
dibangun tahun 1988 dengan kapasitas 80.835 m3/hari atau 400.000 jiwa (15%) dari penduduk
Kota Bandung. Di sebagian wilayah, saluran air kotor masih bercampur dengan saluran drainase.
Berikut ini skema umum sistem pengelolaan air limbah domestik di Kota Bandung.
IPAL Bojongsoang yang terletak di Kabupaten Bandung perlu terus ditingkatkan kinerja
pengolahannya melalui perbaikan dan perubahan teknologi yang digunakannya sehingga kapasitas
pengolahannya akan lebih optimal baik untuk Kota Bandung maupun nantinya untuk Kabupaten
Bandung. Berikut data cakupan layanan IPAL Bojongsoal per wilayah Bandung.
Tabel 2. 12
Cakupan Layanan IPAL Bojongsoang per wilayah Bandung
No. Uraian Kel. Terlayani %Pelayanan
1 Bandung Barat 20 14.39
2 Bandung Tengah/Selatan 28 20.14
3 Bandung Timur 24 17.27
4 Bandung Utara 21 15.11
Sumber : IPAL Bojongsoang,2011
Adapun kondisi eksisting penanganan air limbah domestik kota bandung tahun 2013 melalui
sistem terpusat menuju IPAL Bojong Soang dapat dilihat pada Tabel 2.13 berikut ini.
Tabel 2. 13
Konsidi Eksisting Penanganan Air Limbah Domestik Kota Bandung Tahun 2014
No. Item Volume Satuan
1 Kapasitas Maks. IPAL 80.835 m3/hari
2 Kapasitas Terpasang 75.309 m3/hari
3 Kapasitas Terpakai 93.16 %
4 Idle Capacity 6.84 %
5 Jumlah Sambungan 108.533 SR
6 Cakupan Pelayanan 66 %
Sumber : PDAM Kota Bandung,2014
Berdasarkan dari kondisi eksisting penanganan air limbah domestik di Kota Bandung maka dapat
diuraikan sebagai berikut analisis kebutuhan pengelolaan air limbah domestik di Kota Bandung.
2.3.1.3 Pendanaan
Biaya perencanaan pelayanan air limbah di kota Bandung berasal dari APBD Kota
Bandung dan Pendapatan PDAM Kota Bandung. Biaya Operasional Air limbah PDAM Kota
Bandung diperoleh dari:
a. Jasa Pelayanan Air limbah dari Pelanggan Air Minum sebesar 30% dari pemakaian air bersih
(PERDA No 17 /PD/ 1986).
b. Jasa Pelayanan Air Kotor bagi non Pelanggan Air Minum yang ditetapkan sesuai dengan SK.
Walikota No 194 Tahun 2002.
c. Pelayanan Tanki Tinja (SK Direksi No. 23/2004).
d. Pelayanan Toilet Container.
e. Pelayanan Kendaraan Maintenance ROM Combi.
Jasa Pelayanan Penyedotan Septik Tank Gratis hanya membayar biaya transportasi saja sebesar
Rp 75.000
• Pelanggan Non PDAM
Tabel 2.15
Permasalahan Pengelolaan Air Limbah Domestik yang Dihadapi
Penggabungan daerah
tangkapan Barat ke
Trunk Sewer bagian
Timur berupa
pemasangan pipa-
pipa 110 mm dengan
sistem jacking
sepanjang jalan
Soekarno- Hatta dari
simpang inhoftank
sampai dengan MH.
Existing (Samsat) dan
pembangunan
bangunan pumping
belum optimalnya
pemanfaatan jaringan induk
air limbah wilayah Bandung
Timur
2. Tantangan Eksternal
a. Meningkatkan cakupan pelayanan air kotor dari 60% menjadi 100% sejalan target universal
akses.
b. Meningkatkan pengelolaan saluran air kotor sehingga kapasitas terpakai IPAL Bojongsoang
meningkat dari 28% menjadi 65%.
c. Mengoptimalkan penerimaan dari sektor air kotor khususnya dari pelanggan air kotor non air
bersih dari 5% menjadi 35%.