KATA PENGANTAR
Tim Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................iv
DAFTAR TABEL...................................................................................................v
BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................1
1.2 Maksud dan Tujuan....................................................................................3
1.3 Sasaran.....................................................................................................3
1.4 Dasar Hukum.............................................................................................4
1.5 Sistematika Pelaporan................................................................................4
BAB 2 GAMBARAN UMUM....................................................................................6
2.1 Kondisi Fisik...............................................................................................6
2.1.1 Letak Administrasi dan Geografis..........................................................6
2.1.2 Penggunaan Lahan..............................................................................8
2.1.3 Topografi.............................................................................................9
2.1.4 Hidrologi..............................................................................................9
2.1.5 Klimatologi.........................................................................................10
2.2 Kependudukan.........................................................................................11
2.2.1 Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin..................................................11
2.2.2 Penduduk berdasarkan Kelompok Umur...............................................11
2.2.3 Kepadatan Penduduk, Persentase Penduduk, dan Laju Pertumbuhan
Penduduk...................................................................................................12
2.3 Ekonomi..................................................................................................13
2.3.1 Produk Domestik Bruto Regional.........................................................13
2.3.2 Pendapatan Asli Daerah (PAD)............................................................13
2.4 Kesehatan................................................................................................14
2.4.1 Data Kesehatan Tingkat Puskesmas Margadana...................................14
2.4.2 Angka Kesakitan................................................................................14
2.4.3 Jumlah Tenaga Medis.........................................................................19
ii
BAB 3 TINJAUAN KEBIJAKAN.............................................................................21
3.1 Peraturan Daerah Kota Tegal Nomor 1 Tahun 2021 tentang RTRW Kota Tegal 21
3.2 Peraturan Daerah Kota Tegal Nomor 6 Tahun 2019 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Tegal........................................23
3.3 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan........................27
3.4 Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.....................29
3.5 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat....................................................................................................31
3.5.1 Fungsi Puskesmas..............................................................................32
3.5.2 Upaya Kesehatan...............................................................................32
3.5.3 Sumber Daya Manusia Puskesmas.......................................................33
3.6 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 24 Tahun 2014 tentang Rumah Sakit
Kelas D Pratama............................................................................................34
BAB 4 METODOLOGI.........................................................................................38
4.1 Metode Pengumpulan Data.......................................................................38
4.2 Metode Analisis........................................................................................42
BAB 5 RENCANA PEKERJAAN.............................................................................46
5.1 Tim Personil.............................................................................................46
5.2 Jadwal Pelaksanaan..................................................................................46
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................48
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR TABEL
v
BAB 1
PENDAHULUAN
1
disebutkan bahwa persyaratan teknis bangunan gedung meliputi persyaratan
tata bangunan dan persyaratan keandalan bangunan yang meliputi persyaratan
keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan.
Rencana membangun atau mengembangkan suatu Rumah Sakit akan
dilakukan setelah mengetahui Jenis layanan Kesehatan Rumah Sakit serta
kapasitas Tempat Tidur (TT) yang akan dilakukan dan disediakan untuk
masyarakat sesuai dengan Hasil Kajian Studi Kelayakan (Feasibility Study).
Dalam mendirikan atau mengembangkan rumah sakit diperlukan suatu
proses atau langkah-langkah yang sistematis dengan melakukan suatu
penelitian atau studi yang benar, karena setiap proses saling berkaitan satu
sama lainnya dan dilakukan secara bertahap. Studi Kelayakan (Feasibility Study)
adalah Hasil Analisis dan Penjelasan Kelayakan dari segala aspek yang akan
mendasari pendirian atau pengembangan suatu Rumah Sakit, terkait dengan
penentuan Rencana Kerja Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit yang baru akan
dilakukan maupun lanjutan dari yang sudah ada dalam melakukan rencana
pengembangan atau peningkatan kelas dari suatu Rumah Sakit
Dari kondisi Laju Pertumbuhan Demografi, Pengembangan Pembangunan
dan Peningkatan Kehidupan di suatu wilayah, Pola Penyakit dan Epidemiologi,
dan lain-lain, dapat dipahami bahwa suatu Rumah Sakit itu secara relatif akan
berada di daerah Urban atau Semi-Urban. Dimana hal ini pula yang dapat
menentukan bahwa Sarana dan Prasarana suatu Rumah Sakit akan berbeda
sesuai dengan Layanan Kesehatan Rumah Sakit yang akan diberikannya kepada
masyarakat dimana Rumah Sakit tersebut berada.
Kecamatan Margadana merupakan kecamatan dengan luasan wilayah
terluas di Kota Tegal, yaitu sebesar 13,29 km² atau sekitar 33,87 persen dari
luas wilayah Kota Tegal. Sebagai wilayah dengan luas wilayah terluas di Kota
Tegal, penyediaan sarana prasana penunjang seperti fasilitas kesehatan,
pendidikan, dan fasilitas lainnya harus diimbangi dalam menunjang kebutuhan
masyarakatnya. Pada sektor kesehatan, Kecamatan Margadana merupakan
satu-satunya kecamatan di Kota Tegal yang tidak memiliki sarana kesehatan
berupa Rumah Sakit.
2
Terkait dengan hal tersebut diatas pada anggaran 2022, Dinas Kesehatan
Kota Tegal melakukan Kegiatan Penyusunan Studi Kelayakan (Feasibility Study)
Pengembangan Puskesmas Margadana menjadi Rumah Sakit Tipe D.
1.3 Sasaran
3
1.4 Dasar Hukum
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan tentang latar belakang, maksud dan tujuan pekerjaan,
sasaran, ruang lingkup pekerjaan, dan dasar hukum kegiatan studi kelayakan
pengembangan Puskesmas Margadana menjadi Rumah Sakit Tipe D
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Bab ini menjelaskan tentang teori dan kebijakan, baik kebijakan pusat maupun
daerah, yang berkaitan dengan kegiatan studi kelayakan pengembangan
Puskesmas Margadana menjadi Rumah Sakit Tipe D
BAB III GAMBARAN UMUM
Bab ini menjelaskan tentang gambaran umum aspek-aspek yang terkait dengan
studi kelayakan pengembangan pembangunan Puskesmas Margadana menjadi
Rumah Sakit Tipe D yang diantaranya terdiri dari kependudukan, ekonomi, dan
Kesehatan.
4
BAB IV METODOLOGI
Bab ini menjelaskan tentang metodologi pelaksanaan kegiatan studi kelayakan
pengembangan Puskesmas Margadana menjadi Rumah Sakit Tipe D yang terdiri
dari metode pengumpulan data dan metode analisis.
BAB V RENCANA PEKERJAAN
Bab ini menjelaskan tentang rencana pekerjaan yang akan dilakukan dalam
studi kelayakan pengembangan Puskesmas Margadana menjadi Rumah Sakit
Tipe D yang terdiri dari tim personil yang dibutuhkan dalam kegiatan dan
jadwal pelaksanaan
5
BAB 2
GAMBARAN UMUM
Luas wilayah Kota Tegal yaitu sebesar 39,68 km2 yang terdiri 4 Kecamatan
yaitu Kecamatan Tegal Timur, Kecamatan Tegal Barat, Kecamatan Tegal
Selatan, dan Kecamatan Margadana serta 27 Kelurahan. Kecamatan yang
6
memiliki luas wilayah paling besar adalah Kecamatan Tegal Barat dengan luas
15,13 km2, kemudian Kecamatan Margadana dengan luas 11,78 km2,
Kecamatan Tegal Selatan dengan luas 6,43 km 2, sedangkan kecamatan dengan
luas wilayah terkecil adalah Kecamatan Tegal Timur dengan luasan 6,36 km2.
Adapun rincian luas kelurahan di Kota Tegal dapat dilihat pada table berikut ini:
Tabel 2.1 Luas Wilayah Kota Tegal
Luas Wilayah
Kecamatan & Kelurahan
(km2)
Tegal Barat 15,13
Kel. Pesurungan Kidul 0,72
Kel. Debong Lor 0,56
Kel. Kemandungan 0,56
Kel. Pekauman 0,96
Kel. Kraton 1,23
Kel. Tegalsari 2,19
Kel. Muarareja 8,91
Kecamatan Margadana 11,76
Kel. Kaligangsa 2,53
Kel. Krandon 1,2
Kel. Cabawan 1,28
Kel. Margadana 2,41
Kel. Kalinyamat Kulon 1,52
Kel. Sumurpanggang 1
Kel. Pesurungan Lor 1,82
Tegal Selatan 6,43
Kel. Kalinyamat Wetan 0,89
Kel. Bandung 0,59
Kel. Debong Kidu 0,35
Kel. Tunon 0,75
Kel. Keturan 0,62
Kel. Debong Kulon 0,74
Kel. Debong Tengah 1,11
Kel. Randugunting 1,38
Tegal Timur 6,36
Kel. Kejambon 0,86
Kel. Slerok 1,39
Kel. Panggung 2,23
Kel. Mangkukusuman 0,47
Kel. Mintaragen 1,41
Sumber: RPJMD Kota Tegal 2019-2024
7
Sebelah Utara : laut Jawa
8
Kec. Kec. Tegal Kec. Tegal Kec. Tegal
No Tutupan Lahan
Margadana Barat Selatan Timur
23 Semak Belukar 21.75 5.94 6.28 37.04
24 Stasiun - - - 3.03
25 Taman 3.21 1.04 - 3.35
26 Tambak 219.87 511.13 - 50.24
27 Tanah Kosong 22.11 34.43 1.31 11.43
28 Terminal 6.33 - - -
29 TPA - 12.31 - -
Waduk
30 Pengendali 3.37 - - -
31 Wisata Pantai - - - 13.89
Total 1331.28 1209.45 632.68 739.91
Sumber: RPJMD Kota Tegal 2019-2024
2.1.3 Topografi
Dilihat dari kondisi topografi, Kota Tegal merupakan dataran rendah
dengan ketinggian antara 0-3 meter di atas permukaan air laut (dpal), Kota
Tegal terbentuk dari dua jenis batuan yaitu tanah liat dan pasir. Tanah liat
tersebar di hamper seluruh wilayah kecamatan di Kota Tegal. Sedangkan
batuan pasir tersebar di sepanjang daerah pesisir mulai dari Kecamatan Tegal
Barat dan Tegal Timur tepatnya di Kelurahan Muarareja, Kelurahan Tegalsari,
Kelurahan Mintaragen, dan Kelurahan Panggung.
2.1.4 Hidrologi
Kota Tegal memiliki 5 sungai yang mengalir di wilayah administratif Kota
Tegal yaitu Sungai Ketiwon, Sungai Gung, Sungai Gangsa, Sungai Kemiri, dan
Sungai Sibelis. Terdapat 5 (lima) DAS yang melewati Kota Tegal yaitu DAS
Gung, DAS Gung Lama, DAS Sibelis, Das Gangsa, dan DAS Wadas. DAS Gung
merupakan DAS terluas dengan total panjang sungai 55,58 km, total luas DAS
155,52 km2 dan debit air 514 m3 /detik dengan kemiringan 0,0065.
Karakteristik fisik DAS Gung yaitu rentan terhadap banjir. Di bagian hulu
(Kabupaten Tegal) DAS Gung mempunyai kelerengan yang curam. Di bagian
hilir DAS (Kota Tegal), dengan kelerengan yang landai hampir tidak ada
kantong resapan air dan vegetasi yang rendah.
2.1.5 Klimatologi
Kondisi iklim di Kota Tegal yaitu tropis kering, dikarenakan Kota Tegal
berada di daerah pesisir dengan suhu 24,9oC hingga 31,6oC dengan tingkat
9
kelembaban antara 71% - 86%. Musim hujan di Kota Tegal terjadi antara bulan
Januari hingga bulan Juli dengan curah hujan tertinggi pada bulan Januari
sebesar 459 mm dan paling rendah pada bulan Juli sebesar 82 mm.
Berdasarkan dokumen Sistem Informasi Data Indeks Kerentanan (SIDIK) Kota
Tegal berada pada indeks kelas kerentanan sangat rendah sampai dengan
tinggi yaitu sebanyak 7 kelurahan berada pada indeks kerentanan sangat
rendah, 2 kelurahan berada pada indeks kerentanan rendah, 13 kelurahan
berada pada indeks kerentanan sedang, serta 2 keluarahan berada pada indeks
kerentanan tinggi. Wilayah dengan indeks kerentanan tinggi memiliki resiko
terhadap bencana tinggi dan adaptasi terhadap perubahan iklimnya rendah,
sehingga diperlukan upaya untuk meningkatkan adaptasi perubahan iklim di
wilayah tersebut.
10
2.2 Kependudukan
Jumlah penduduk Kota Tegal menurut data BPS Kota Tegal dalam Angka
2022 yaitu sejumlah 273.825 jiwa yang terdiri dari 138.182 jiwa penduduk laki-
laki dan 135.643 jiwa penduduk perempuan. Jumlah penduduk tertinggi beradai
di Kecamatan Tegal Timur yaitu sebanyak 80.707 jiwa penduduk yang terdiri
dari 40.386 penduduk laki-laki dan 40.321 penduduk perempuan. Sedangkan
jumlah penduduk terendah yaitu berada di Kecamatan Margadana dengan
jumlah penduduk sebesar 58.987 jiwa penduduk yang terdiri dari 29.992 jiwa
penduduk laki-laki dan 28.995 jiwa penduduk perempuan.
Kota Tegal didominasi oleh penduduk yang berada pada kelompok umur
40-44 tahun yaitu sebanyak 23.083 jiwa penduduk. Dilihat berdasarkan
kelompok umur, jumlah penduduk tertinggi kedua berada pada kelompok umur
35-39 yaitu sebanyak 22.951 jiwa penduduk, kemudian pada kelompok umur
25-29 tahun yaitu sebanyak 22.143 jiwa penduduk. Sedangkan jumlah
penduduk menurut kelompok umur terendah di Kota Tegal, yaitu penduduk
yang berada pada kelompok umur 75 keatas yaitu sejumlah 3.664 jiwa
penduduk.
11
Tabel 2.4 Jumlah Penduduk Kota Tegal Berdasarkan Kelompok Umur Tahun
2021
Kelompok
Jumlah
Umur (Tahun)
0–4 21.855
5–9 20.853
10 – 14 21.803
15 – 19 22.018
20 – 24 22.054
25 – 29 22.143
30 – 34 21.882
35 – 39 22.951
40 – 44 23.083
45 – 49 19.469
50 – 54 15.708
55 – 59 12.786
60 – 64 10.836
65 – 69 8 255
70 – 74 4 465
75+ 3 664
Kota Tegal 273.825
Sumber: BPS Kota Tegal, 2022
12
Kota Tegal yaitu sebesar 1,30 dengan laju pertumbuhan penduduk tertinggi
yaitu Kecamatan ,argadana sebesar 2,56.
Tabel 2.5 Kepadatan, Laju, dan Persentase Penduduk Kota Tegal
Tahun 2021
2.3 Ekonomi
Berdasarkan Data BPS Kota Tegal dalam Angka 2022, dijelaskan bahwa
PAD atau Pendapatan Asli Daerah Kota Tegal terdiri dari pajak daerah, retribusi
daerah, hasil perusahaan milik daerah dan pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan, serta lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Pendapatan Asli
Daerah Kota Tegal dalam kurun waktu 2017 hingga 2020 mengalami fluktuasi
tiap tahunnya. Jumlah tertinggi PAD Kota Tegal dalam kurun waktu tersebut
yaitu berada pada taun 2017, sebesar 306.830,53. Kemudian mengalami
13
penurunan menjadi 275.021,45 pada tahun 2018 dan jumlah PAD terendah
berada paada tahun 2020 sebesar 266.580,98.
Tabel 2.6 Pendapatan Asli Daerah Kota Tegal Tahun 2017-2020
2.4 Kesehatan
14
Pada Tahun 2021 di Kota Tegal, ditemukan 0 kasus AFP non Polio, angka
tersebut menurun dibandingkan pada tahun 2020 ditemukan 2 kasus AFP pada
anak usia >18 tahun.
2. Penyakit Tuberkulosis (TB Paru)
Sampai saat ini, tuberculosis masih termasuk dalam salah satu masalah
Kesehatan di dunia termasuk Indonesia. Menemukan dan menyembuhkan
pasien adalah cara terbaik untuk mencegah penularan TB. Pada Kota Tegal,
perkiraan jumlah kasus BTA(+) yaitu sebanyak 980 kasus. Berdasarkan jumlah
kasus tersebut, sebanyak 458 kasus ditemukan. Pada tahun 2021, TB Paru di
Kota Tegal yaitu sebesar 159 per 100.000 penduduk. Sementara jumlah seluruh
kasus TB pada tahun 2020 sebesar 633 kasus atau CNR sebesar 221 per
100.000 penducuk.
Dalam rangka meningkatkan angka penemuan kasus baru dan angka
kesembuhan TB Paru di Kota Tegal, telah dilakukan beberapa kegiatan mulai
dari penemuan penderita hingga pelacakan penderita putus obat. Angka
penemuan kasus TB BTA (+) dalam lima tahun terakhir cenderung mengalami
penurunan dari tahun 2018 hingga 2020. Berikut ini grafik CNR TB Paru Kota
Tegal Tahun 2017-2021
15
3. Pneumonia Balita
Jumlah perkitaan kasus Pneumonia Balita di Kota Tegal pada Tahun 2021
sebanyak 1.016 kasus. Dari perkiraan jumlah tersebut, ditemukan sebanyak 74
penderita (7,3%). Jumlah kasus mengalami penurunan dari tahun 2020 ke
tahun 2021, yaitu dengan jumlah sebanyak 366 kasus pada tahun 2020. Angka
cakupan penemuan kasus menurun jika dibanding tahun 2020, dimana
Cakupan penderita pneumonia balita yang ditemukan dan ditangani di Kota
Tegal pada tahun 2020 sebanyak 41,4 %. Upaya penanggulangan yang dapat
dilakukan antara lain dengan program Care Seeking ISPA yaitu program
pemantauan pengobatan yang diberikan oleh petugas kesehatan dan
perawatan di rumah yang dilakukan oleh keluarga serta untuk melihat faktor
penunjang terjadinya ISPA. Upaya lain yang perlu dilakukan adalah evaluasi
program pencegahan dan penanggulangan penyakit ISPA guna mengetahui
penyebab rendahnya angka penemuan kasus Pneumonia pada Balita di Kota
Tegal.
4. Penyakit HIV dan AIDS
16
Sumber: Profil Kesehatan Kota Tegal Tahun 2022
5. Penyakit Diare
Kasus penyakit diare di Kota Tegal pada tahun 2021 yaitu ditemukan
sebanyak 1.696 kasus diare. Jika dibandingkan dengan tahun 2020, kasus diare
mengalami penurunan dari 7.390 menjadi 1.696 kasus diare. Berdasarkan
sejumlah kasus tersebut, sebanyak 1.180 kasus atau 100% telah mendapat
penanganan sesuai dengan standar. Strategi pengendalian penyakit diare yang
dilaksanakan pemerintah Kota Tegal, antara lain melaksanakan tata laksana
penderita diare yang standar di sarana kesehatan, meningkatkan tata laksana
penderita diare di rumah tangga yang tepat dan benar, meningkatkan SKD dan
penanggulangan KLB diare serta melaksanakan upaya kegiatan pencegahan
yang efektif.
6. Penyakit Kusta
Kasus penyakit kusta di Kota Tegal pada tahun 2021 yaitu sebanyak 19
kasus penyakit kusta atau CDR sevesar 6,2 per 100.000 penduduk.
Sebelumnya, pada tahun 2020 CDR penyakit kusta mencapai 6,3 per 100.000
penduduk. Penemuan penderita Kusta merupakan langkah penting dalam
penanggulangan penyakit Kusta, karena dengan ditemukannya penderita Kusta,
17
maka akan mudah didalam memberikan pengobatan. Berikut ini grafik penyakit
kusta di Kota Tegal:
Kasus oenyakit DBD di Kota Tegal pada tahun 2021 yaitu terdaoat 44 kasys
dengan 0 kematian. Dibandingkan dengan tahun 2020, jumlah tersebut
mengalami penurunan yaitu sebanyak 59 kasus pada tahun 2020 dengan 2
kematian.
8. Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imuniasi (PD3I)
Beberapa kasus penyakit PD3I yang ditemukan di Kota Tegal pada tahun
2021 diantaranya yaitu difteri, tetanus neonatorium, dan campak. Pada tahun
2021, tidak ditemukan kasus PD3I di Kota Tegal baik difteri, tetanus, maupun
campak.
9. Penyakit Tidak Menular
Beberapa kasus penyakit tidak menular yang ditemukan di Kota Tegal pada
tahun 2021 diantaranya yaitu hipertensi dan kanker leher rahim. Pada tahun
2021, kasus hipertensi di Kota Tegal ditemukan sebanyak 62.588 kasus dari
73.126 jiwa yang terduga hipertensi. Berdasrakan hal tersbeut, berarti
prevalensi hioertensi di Kota Tegal pada tahun 2021 yaitu sebesar 31,57%.
18
Kasus kanker leher Rahim pada tahun 2021 di Kota Tegal yaitu terdapat 3
kasus dari 734 perempuan yang diperiksa
19
m. Rasio tenaga teknis kefarmasian per 100.000 penduduk tahun 2021 di Kota
Tegal sebesar 37,83 per 100.000 penduduk.
n. Rasio apoteker per 100.000 penduduk tahun 2021 di Kota Tegal sebesar
10,41 per 100.000 penduduk.
o. Rasio tenaga kefarmasian per 100.000 penduduk tahun 2021 di Kota
Tegal sebesar 48,24 per 100.000 penduduk.
20
BAB 3
TINJAUAN KEBIJAKAN
3.1 Peraturan Daerah Kota Tegal Nomor 1 Tahun 2021 tentang RTRW
Kota Tegal
Peraturan Daerah Kota Tegal Nomor 1 Tahun 2021 tentang RTRW Kota
Tegal merupakan Peraturan Perubahan Atas Perubahan Daerah Kota Tegal
Nomor 4 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Tegal Tahun
2011-2031. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Tegal yang berkaitan dengan
pengembangan Puskesmas Margadana menjadi Rumah Sakit Tipe D yang
berlokasi di Kecamatan Margadana adalah:
1. Berdasarkan RTRW Kota Tegal Nomor 4 Tahun 2012 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota Tegal Tahun 2011-2031, SPPK sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 14 huruf b salah satunya meliputi:
a. SPPK Bandung memiliki fungsi untuk pelayanan permukiman yang
meliputi wilayah kecamatan Tegal Selatan;
b. SPPK Kraton memiliki fungsi untuk pelayanan perdagangan dan jasa
yang meliputi wilayah kecamatan Tegal Barat;
c. SPPK Kejambon memiliki fungsi untuk pelayanan permukiman,
pendidikan, perdagangan dan jasa yang meliputi wilayah Kecamatan
Tegal Timur; dan
d. SPPK Sumurpanggang memiliki fungsi untuk pelayanan permukiman dan
pendidikan meliputi wilayah Kecamatan Margadana.
2. Berdasarkan Peraturan Perubahan atas Perubahan RTRW Kota Tegal Nomor
4 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Tegal Tahun
2011-2031 pada Pasal 50F Kawasan kesehatan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 50 huruf f dengan luas kurang lebih 9 (sembilan) hektar
berada di Kecamatan Margadana, Kecamatan Tegal Barat, Kecamatan Tegal
Selatan dan Kecamatan Tegal Timur.
21
Adapun peta rencana struktur ruang untuk dapat melihat rencana struktur
ruang Kota Tegal sebagai berikut:
Adapun peta rencana pola ruang untuk dapat melihat rencana pola ruang
Kota Tegal sebagai berikut:
22
Gambar 3.7 Peta Rencana Pola Ruang Kota Tegal
Program ini merupakan salah satu upaya promotif dan preventif dalam
penurunan kasus kematian ibu, bayi, balita serta merupakan upaya
meningkatkan kesadaran masyarakat untuk hidup sehat. Program ini
dilakukan untuk mencapai indikator kinerja yaitu indikator kinerja Persentase
Rumah Tangga ber-Perilaku Hidup Bersih dan Sehat; Persentase Posyandu
Strata Mandiri; Cakupan Kelurahan Siaga Aktif Mandiri; Cakupan Sekolah
dilakukan penjaringan kesehatan; Persentase keluarga sadar gizi; Persentase
Industri Formal yang melaksanakan UKK; Persentase Institusi yang
23
melaksanakan kegiatan kesehatan olahraga; Persentase kelompok olahraga
masyarakat yang terbina; Persentase Tempat-Tempat Umum yang
memenuhi Syarat kesehatan; Persentase Perumahan dan Lingkungan
(Perumling) memenuhi syarat kesehatan; Persentase Tempat Pengelolaan
Makanan (TPM) yang memenuhi syarat kesehatan; Cakupan Kelurahan ODF
(Open Defecation Free)/ Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS);
Persentase merokok pada penduduk umur < 18 tahun; Prevalensi Stunting
pada anak Balita; Prevalensi Stunting pada anak Baduta; Prevalensi Gizi
Buruk (BB/TB); Cakupan ASI eksklusif; Prevalensi Gizi Kurang, serta
mendukung pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal (SPM) dengan indikator
Persentase anak usia Pendidikan dasar yang mendapatkan Skrining
kesehatan sesuai standar.
Program ini diarahkan untuk meningkatnya kualitas kesehatan ibu hamil, ibu
bersalin, bayi, balita, remaja dan lansia, dengan indikator kinerja Persentase
ibu bersalin yang ditolong oleh Nakes terlatih (cakupan PN); Cakupan
Kunjungan Neonatal (Kn4); Cakupan kunjungan Bayi dan Balita terstandar;
Cakupan pelayanan Kesehatan Reproduksi Remaja; Angka Kematian
Neonatal; Prevalensi Anemia pada Ibu Hamil; Cakupan persalinan di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Selain itu, program ini dimaksudkan untuk mendukung
pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal (SPM).
24
penaggulangan KLB dan Wabah kurang dari 24 jam; Persentase Puskesmas
yang melakukan deteksi dini untuk infeksi Hepatitis B; Angka Kasus Filariasis
yang ditangani. Selain itu, program ini dimaksudkan untuk mendukung
pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal (SPM).
25
kegawatdaruratan tertangani. Program ini mendukung operasional pelayanan
PSC 119 (Public Safety Center).
26
n. Program Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi Penyelenggaraan
BLUD Kardinah
27
e. Asas penghormatan terhadap hak dan kewajiban berarti bahwa
pembangunan Kesehatan dengan menghormati hak dan kewajiban
masyarakat sebagai bentuk kesamaan kedudukan hukum.
f. Asas keadilan berarti bahwa penyelenggaraan kesehatan harus dapat
memberikan pelayanan yang adil dan merata kepada semua lapisan
masyarakat dengan pembiayaan yang terjangkau.
g. Asas gender dan nondiskriminatif berarti bahwa pembangunan
kesehatan tidak membedakan perlakuan terhadap perempuan dan laki-
laki
h. Asas norma agama berarti pembangunan kesehatan harus
memperhatikan dan menghormati serta tidak membedakan agama yang
dianut masyarakat.
Pengaturan Fasilitas Pelayanan Kesehatan diatur dalam Pasal 30, dimana
menurut jenis pelayanan terdiri dari :
r. Pelayanan kesehatan tingkat pertama adalah pelayanan kesehatan yang
diberikan oleh fasilitas pelayanan kesehatan dasar.
a. Pelayanan kesehatan tingkat kedua adalah pelayanan kesehatan yang
diberikan oleh fasilitas pelayanan kesehatan spesialistik.
b. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga adalah pelayanan kesehatan yang
diberikan oleh fasilitas pelayanan kesehatan sub spesialistik.
Penentuan jumlah dan jenis fasilitas pelayanan kesehatan dilakukan oleh
pemerintah daerah dengan mempertimbangkan (Pasal 35 Ayat 2) :
a. luas wilayah;
b. kebutuhan kesehatan;
c. jumlah dan persebaran penduduk;
d. pola penyakit;
e. pemanfaatannya;
f. fungsi sosial;
g. kemampuan dalam memanfaatkan teknologi.
28
Ketentuan perizinan fasilitas pelayanan kesehatan ditetapkan oleh
Pemerintah dan Pemerintah Daerah, dimana fasilitas pelayanan kesehatan
wajib :
a. Memberikan akses yang luas bagi kebutuhan penelitian dan
pengembangan di bidang kesehatan; dan
b. Mengirimkan laporan hasil penelitian dan pengembangan kepada
pemerintah daerah atau menteri.
Pada pasal 32 dinyatakan bahwa :
a. Dalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan kesehatan, baik pemerintah
maupun swasta, wajib memberikan pelayanan kesehatan bagi
penyelamatan nyawa pasien dan pencegahan kecacatan terlebih dahulu.
a. Dalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan kesehatan, baik pemerintah
maupun swasta dilarang menolak pasien dan/atau meminta uang muka.
29
Rumah Sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan
perorangan secar paripurna. Untuk menjalankan tugas di atas, Rumah Sakit
mempunyai fungsi :
a. penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan
sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit;
a. pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan
kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan
medis;
b. penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam
rangka
c. peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan; dan
d. penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan
teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan
kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang
kesehatan.
Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab untuk :
a. menyediakan Rumah Sakit berdasarkan kebutuhan masyarakat;
b. menjamin pembiayaan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit bagi fakir
miskin, atau orang tidak mampu sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan;
c. membina dan mengawasi penyelenggaraan Rumah Sakit;
d. memberikan perlindungan kepada Rumah Sakit agar dapat memberikan
pelayanan kesehatan secara profesional dan bertanggung jawab;
e. memberikan perlindungan kepada masyarakat pengguna jasa pelayanan
Rumah Sakit sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
f. menggerakkan peran serta masyarakat dalam pendirian Rumah Sakit
sesuai dengan jenis pelayanan yang dibutuhkan masyarakat;
g. menyediakan informasi kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat;
h. menjamin pembiayaan pelayanan kegawatdaruratan di Rumah Sakit
akibat bencana dan kejadian luar biasa;
e. menyediakan sumber daya manusia yang dibutuhkan; dan
30
f. mengatur pendistribusian dan penyebaran alat kesehatan berteknologi
tinggi dan bernilai tinggi.
31
pusat pengembangan Kesehatan msyarakat yang memberikan pelayanan
secara terpadu dan menyeluruh kepada masyarakat di wilayah kerja dakam
bentk kegiatan pokok.
32
a. Upaya kesehatan Esensial:
(a). Pelayanan promosi kesehatan
(b). Pelayanan kesehatan lingkungan
(c). Pelayanan kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana
(d). Pelayanan gizi
(e). Pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit.
b. Upaya kesehatan perorangan meliputi:
(a). Rawat jalan
(b). Pelayanan gawat darurat
(c). Pelayanan satu hari (oneday care)
(d). Home care
(e). Rawat inap berdasarkan pertimbangan kebutuhan pelayanan
(f). Kesehatan.
Sumber daya manusia Puskesmas terdiri atas Tenaga Kesehatan dan non
kesehatan. Jenis dan jumlah Tenaga Kesehatan dan tenaga non Kesehatan
sebagaimana dimaksud dihitung berdasarkan analisis beban kerja, dengan
mempertimbangkan jumlah pelayanan yang diselenggarakan, jumlah penduduk
dan persebarannya, karakteristik wilayah kerja, luas wilayah kerja,
ketersediaanfasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama lainnya di wilayah
kerja, dan pembagian waktu kerja. Jenis Tenaga Kesehatan sebagaimana
dimaksud pada Permenkes, 75 tahun 2014 ayat (2) Tentang Puskesmas, paling
sedikit terdiri atas:
(a). dokter atau dokter layanan primer
(b). dokter gigi
(c). Perawat
(d). Bidan
(e). Tenaga kesehatan masyarakat
(f). Tenaga kesehatan lingkungan
(g). Ahli teknologi laboratorium medik
(h). Tenaga gizi
33
(i). Tenaga kefarmasian.
34
barang, fasilitas umum, fasilitas pendidikan, daerah industri, dan areal
limbah pabrik;
3. harus memenuhi kriteria lokasi di:
a. daerah terpencil, daerah yang sulit dijangkau karena berbagai sebab
seperti keadaan geografis meliputi pegunungan, daratan, hutan dan
rawa, transportasi, dan sosial budaya;
b. daerah perbatasan, daerah kabupaten/wilayah geographis yang
berhadapan dengan negara tetangga, baik dibatasi darat maupun
laut;
c. daerah kepulauan atau pulau-pulau kecil terluar, daerah berupa pulau
dengan luas area kurang atau sama dengan 2000 km2 yang memiliki
titik dasar koordinat geografis yang menghubungkan garis pangkal
laut kepulauan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
d. daerah tertinggal, daerah kabupaten yang relatif kurang berkembang
dibandingkan daerah lain dalam skala nasional dan berpenduduk
relatif tertinggal; dan
e. daerah yang belum tersedia rumah sakit atau rumah sakit yang telah
ada sulit dijangkau akibat kondisi geografis;
4. harus memenuhi kriteria lahan, akses, keamanan, dan fasilitas
penunjang:
a. kriteria lahan:
1) kontur tanah datar (matang) dan stabil (tanah keras/tanah
pemadatan);
2) luas lahan disesuaikan dengan luas lantai bangunan rumah sakit yang
akan dibangun, tergantung pada jumlah kebutuhan tempat tidur
pasien yang akan disediakan dan luas lahan yang dapat dibangun
mengikuti Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) daerah
setempat;
3) bagi daerah pemekaran baru yang belum memiliki rumah sakit dapat
menempatkan Rumah Sakit Kelas D Pratama pada bagian lahan yang
35
diperuntukkan bagi Master Plan lahan Rumah Sakit Umum Daerah
setempat;
4) memiliki surat pembebasan lahan atau sertifikat tanah/bukti
kepemilikan tanah;
b. kriteria akses dan keamanan:
1) mudah dijangkau masyarakat;
2) tersedia transportasi umum;
3) memiliki sistem keamanan.
c. kriteria fasilitas penunjang, berupa ketersediaan air bersih, fasilitas
pembuangan limbah, listrik, dan sarana komunikasi.
2. Bangunan
Persyaratan teknis bangunan dan prasarana rumah sakit diantaranya yaitu:
10. Masa Bangunan dan Block Plan
a. Perencanaan Intensitas Bangunan RS harus mengikuti ketentuan
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) kabupaten/kota dan/atau
Rencana Tata Bangunan & Lingkungan (RTBL).
b. Perencanaan Intensitas Bangunan Rumah Sakit meliputi Koefisien
Dasar Bangunan (KDB), Koefisien Lantai Bangunan (KLB), Koefisien
Daerah Hijau (KDH), Garis Sempadan Bangunan (GSB), Garis
Sempadan Jalan (GSJ), Garis Sempadan Pagar (GSP), Garis Sempadan
Sungai (GSS), dan Jarak antar bangunan.
c. Jarak antara massa bangunan dalam RS mempertimbangkan hal-hal
berikut ini:
1) Keselamatan terhadap bahaya kebakaran;
2) Kesehatan termasuk sirkulasi udara dan pencahayaan;
3) Kenyamanan;
4) Keselarasan dan keseimbangan dengan lingkungan.
d. Pengembangan RS pola vertikal dan horizontal
11. Ruang Rawat Jalan
12. Ruang Gawat Darurat
13. Ruang Rawat Inap
36
14. Ruang Tindakan
15. Ruang Kebidanan
16. Ruang Laboratorium
17. Ruang Radiologi
18. Ruang Farmasi
19. Ruang Sterilisasi
20. Ruang Cuci
21. Ruang Dapur dan Gizi
22. Ruang Sekretariat dan Manajemen
23. Ruang IPSRS dan Utilitas Bangunan
24. Ruang Jenazah
3. Prasarana
Adapun prasarana yang harus dipenuhi syaratnya terdiri dari:
1. Sistem Tata Udara
2. Sistem Kelistrikan
3. Sistem pencahayaan
4. Sistem proteksi kebakaran
5. Sistem komunikasi
6. Gas medik
7. Sistem sanitasi
8. Sistem pengendalian terhadap kebisingan
9. Sistem transportasi vertikal dalam rumah sakit
10. Aksesibilitas difabel dan lansia
4. Sumber Daya Manusia
Rumah Sakit Tipe D terdiri dari Tenaga medis, keperawatan, tenaga
Kesehatan lain, dan lainnya. RS Tipe D membutuhkan tenaga dokter
sejumlah 4 orang, dokter gigi 1 orang, perawat 2:3, dan bidan 2 orang.
Selain itu, membutuhkan apoteker 1 orang. Tenaga teknis kefarmasian 2
orang, radiographer 1 orang, analis Kesehatan 1 orang, dan tenaga gizi 1
orang.
37
BAB 4
METODOLOGI
Secara garis besar Data yang didapat dari Pengumpulan Data Primer
adalah:
38
B. Pengumpulan Data Sekunder
39
2. Data Lokasi
Data Kondisi Lahan Rumah Sakit yang ada dan pengembangannya
Bentuk dan Luas Lahan serta Lantai Bangunan yang ada serta
rencana perluasannya
Kondisi Lingkungan menurut ketentuan daerah setempat.
Batas lokasi lahan sekelilingnya
Jaringan Listrik, Air Minum, Telkom, Air Kotor/Limbah, Pemadam
Kebakaran, Jaringan Gas dan Pembuangan Sampah
Data Penggunaan dan ketinggian Bangunan serta Dokumen
Perencanaan Bangunan yang ada (Arsitektur, Struktur, Elektrikal dan
Mekanikal Bangunan).
3. Data Finansial/Keuangan
Data Tarif Perawatan yang ada di Rumah Sakit
Cash Flow Rumah Sakit yang ada
Data Kinerja Tahunan Rumah Sakit yang ada
4. Data Luar/ Data Eksternal Rumah Sakit dan Lingkungan
a. Data Kesehatan
Angka Kesehatan (Morbiditas), Penyakit Utama Rawat Jalan di
Puskesmas dan Rumah Sakit
Angka Kesakitan (Mortalitas), Penyakit Utama Rawat Inap di
Puskesmas dan Rumah Sakit
Jumlah Posyandu, Puskesmas Pembantu, Puskesmas dengan
Tempat Tidur dan Puskesmas Keliling
Jumlah dan Jarak merata Puskesmas Pembantu, Puskesmas DTP
dan Puskesmas Keliling dengan Rumah Sakit di wilayah kerja.
Jumlah Rumah Sakit di wilayah kerja termasuk Rumah Sakit
Swasta.
Jarak Antar Rumah Sakit di wilayah Kerja
Jumlah Tempat Tidur Rumah Sakit di Wilayah Jangkauan Rumah
Sakit.
40
Jumlah dan Jenis tenaga dokter umum dan Spesialis di wilayah
kerja.
Jumlah tenaga kesehatan lainnya diwilayah kerja
b. Data Keadaan Lingkungan Sekitar
Jalan Pencapaian dan Kondisinya serta Klasifikasi Jalan Lingkungan
berupa Jalan Utama maupun Jalan Penghubung lainnya.
Utilitas bangunan sesuai yang ada apakah wilayah ini sudah
memiliki jaringan telepon, listrik, air bersih dan saluran
pembuangan serta data kondisinya.
Kondisi Topografi wilayah perencanaan.
Rencana peruntukkan tanah di sekitar wilayah perencanaan yang
terkait dengan Rencana Tata Ruang Kota yang ada (RTBL, RUTR,
RDTR, RTRW).
Iklim dan cuaca setempat diwilayah ini.
5. Data Kesehatan Kota/ Kabupaten
Data Tarif Perawatan di Rumah Sakit lain sekitar lokasi
Sebaran Rumah Sakit sekitar wilayah
Pola penyakit daerah setempat.
6. Data Kebijakan, Pedoman dan Peraturan Pemerintah
Kebijakan dan pedoman terkait layanan Kesehatan Rumah Sakit.
Peruntukan Tanah diwilayah setempat.
Rencana Detail Tata Ruang.
Peraturan Teknis yang berlaku setempat, antara lain:
41
7. Data Demografi
Luas Wilayah
Jumlah Penduduk
Angka Kepadatan
Laju Pertumbuhan Penduduk
8. Data Sosial Dan Budaya
Agama
Peranan Masyarakat
Suku Bangsa
9. Data Ekonomi
Mata Pencarian
Tingkat Pendapatan
Penghasilan setempat berupa Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) daerah setempat.
42
dan lingkungan, data kesehatan kota/kabupaten, data kebijakan, pedoman, dan
peraturan pemerintah, data demografi, data ekonomi, serta data sosial budaya.
Sesuai dengan Pedoman Penyusunan Studi Kelayakan (Feasibility Study) Rumah
Sakit yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan RI Tahun 2012, terdapat
beberapa analisis yang dapat dilakukan pada studi kelayakan diantaranya yaitu:
1. Analisis Situasi
1. Aspek Internal
Pada studi kelayakan, analisis internal yang akan dianalisis bertujuan untuk
melihat kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh Rumah Sakit. Kekuatan
bagi Rumah Sakit dapat digunakan sebagai bekal untuk survive dalam
melaksanakan operasionalnya sehingga dapat mengurangi ancaman yang
ada, sedangkan kelemahan yang ada dapat diantisipasi agar tidak menjadi
hambatan Rumah Sakit dalam menjalankan operasionalnya. Adapun aspek
yang akan dianalisis diantaranya yaitu sarana kesehatan, pola penyakit dan
epidemiologi, teknologi, sumber daya manusia/ ketenaga kerjaan Rumah
Sakit, organisasi, serta kinerja dan keuangan.
2. Aspek Eksternal
Pada studi kelayakan, aspek eksternal yang akan dianalisis bertujuan untuk
melihat ancaman dan peluang yang dapat dihadapi oleh Rumah Sakit.
Peluang yang dapat menjadikan Rumah Sakit terus berkembang di masa
yang akan datang, sedangkan ancaman yang perlu untuk diantsipasi oleh
Rumah Sakit agar tidak menjadi hambatan di masa yang akan datang.
Adapun aspek yang dianalisis diantaranya yaitu kebijakan, demografi,
43
geografi, sosial ekonomi dan budaya, sumber daya manusia/ ketenaga
kerjaan kesehatan, dan derajat kesehatan.
2. Analisis Permintaan
Kelayakan lokasi dan lahan berkaitan dengan letak geografis yang terletak
di wilayah dengan kondisi yang sangatr mendukung dari aspek
penggunaan lahan, aksesibilitas dan infrastruktur, serta kecenderungan
demografi.
2.Klasifikasi Kelas RS
3. Analisis Kebutuhan
44
analisis permintaan yang telah dilakukan. Analsis Kebutuhan dapat
memberikan gambaran tentang rencana pengembangan Rumah Sakit dilihat
dari aspek kebutuhan lahan, kebutuhan ruang, peralatan medis dan non
medis, sumber daya manusia, serta organisasi dan uraian tugas.
4. Analisis Keuangan
3. Proyeksi Cashflow
4. Analisis keuangan Break Even Point, Internal Rate of Return, dan Net
Present Value.
45
BAB 5
RENCANA PEKERJAAN
46
kelayakan, diskusi dan presentasi, serta tahao pengumpulan laporan dengan
jadwal pelaksanaan sebagai berikut:
Tabel 5.7 Jadwal Pelaksanaan
Bulan Ke-
No. Uraian
1 2
1 Tahap persiapan
2 Tahap survei primer dan
sekunder
3 Tahap analisis dan kompilasi
data
4 Tahap perumusan studi
kelayakan
5 Kesimpulan dan rekomendasi
kelayakan
6 Diskusi dan Presentasi
7 Tahap Pengumpulan Laporan
47
DAFTAR PUSTAKA
BPS Kota Tegal. 2022. Kota Tegal dalam Angka 2022. Dalam tegalkota.bps.go.id
BPS Kota Tegal. 2021. Kota Tegal dalam Angka 2021. Dalam tegalkota.bps.go.id
Dinas Kesehatan Kota Tegal. 2022. Profil Kesehatan Kota Tegal 2022
Peraturan Daerah Kota Tegal Nomor 1 Tahun 2021 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota Tegal Tahun 2011-2031
Peraturan Daerah Kota Tegal Nomor 6 Tahun 2019 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah Tahun 2019-2024
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 24 Tahun 2014 tentang Rumah Sakit Kelas D
Pratama
48