Tangki Septic
Tangki septik adalah salah satu cara pengolahan air limbah domestik yang menggunakan proses pengolahan secara anaerobik. Proses ini dapat memisahkan padatan dan cairan di dalam air limbah. Padatan dan cairan memerlukan dan harus diolah lebih lanjut karena banyak mengandung bibit penyakit atau bakteri patogen yang berasal dari kotoran (feces) manusia. Jika tidak diolah, maka dikhawatirkan air limbah dapat menularkan penyakit kepada manusia terutama melalui air (waterborne disease).
Tangki Septic
Secara umum, tangki septik dengan bentuk persegi panjang mengikuti kriteria disain yang mengacu pada SNI 03-2398-2002 yaitu sebagai berikut:
Perbandingan antara panjang dan lebar adalah (2-3): 1 Lebar minimum tangki adalah 0,75m Panjang minimum tangki adalah 1,5m Kedalaman air efektif di dalam tangki antara (1-2,1)m Tinggi tangki septik adalah ketinggian air dalam tangki ditambah dengan tinggi ruang bebas (free board) yang berkisar antara (0,2-0,4)m Penutup tangki septik yang terbenam ke dalam tanah maksimum sedalam 0,4m
Qrata-rata = (q x p) / 1.000
Dimana: Qrata-rata : debit/kapasitas rata-rata air limbah yang akan diolah tangki septik (m3/hari) q : laju timbulan air limbah (liter/orang/hari) p : jumlah pemakai (orang)
Waktu retensi untuk tangki septik dengan sistem terpisah: Td = 2,5 0,3 log (p-q) > 5 hari Waktu retensi untuk tangki septik dengan sistem tercampur: Td = 1,5 0,3 log (p-q) > 2 hari Dimana: Td : waktu retensi minimum (hari) q : laju timbulan air limbah (liter/orang/hari) p : jumlah pemakai (orang)
Keterangan
Di dalam tangki septik akan terbagi beberapa zona mengikuti proses degradasi yang terjadi. Zona tersebut adalah zona buih dan gas, zona pengendapan, zona stabilisasi, dan zona lumpur. Fungsi dan besarnya zona tersebut adalah sebagai berikut (Bintek, 2011):
Zona buih (scum) dan gas untuk membantu mempertahankan kondisi anaerobik di bawah permukaan air limbah yang akan diolah. Zona ini disediakan setinggi (25-30) cm atau 20% dari kedalaman tangki Zona pengendapan sebagai tempat proses pengendapan padatan mudah mengendap (settleable).
Keterangan
Zona stabilisasi adalah zona yang disediakan untuk proses stabilisasi lumpur yang baru mengendap melalui proses pencernaan secara anaerobik (anaerobic digestion). Volume zona ini ditentukan berdasarkan kecepatan stabilisasi lumpur dan jumlah pemakai tangki septik. Volume zona stabilisasi dapat dihitung dengan menggunakan persamaan:
Vstabilisasi : Rs x p
Dimana:
Rs : kecepatan stabilisasi = 0,0425 m3/orang p : jumlah pemakai (orang)
IPLT
IPLT hanya menerima dan mengolah lumpur tinja yang diangkut melalui truk tinja. Proses penguraian lumpur tinja menggunakan proses biologis yang berlangsung dalam kondisi anaerobik (tanpa udara)
10- 30 hari 5-30 hari Tipikal 6-10 5-20 hari 6-10 hari
2 hari
TRUK TINJA
DIGESTER AEROBIK
KOLAM FAKULTATIF 1
KOLAM FAKULTATIF 2
EFLUEN
KOLAM MATURASI
PENGERING
IPLT di MOJOSONGO SOLO MANGKRAK IPLT MANGKRAK-Warga melintas di depan bangunan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) di Mojosongo, Solo, Selasa (25/10/2011). IPLT tersebut mangkrak kurang lebih dua tahun karena akses jalan masuk tertutup sampah TPA Putri Cempo. Sumber : http://www.solopos.com/2011/feature/iplt-di-mojosongo-mangkrak-121241
Bioreaktor anaerobik
Tempat truk tinja saat feeding
Outlet bioreaktor
Kolam fakultatif 1
Bioreaktor anaerobik
Kolam maturasi
Kolam fakultatif 2
Kolam fakultatif 1
Lumpur Tinja
Lumpur tinja dapat dibagi menjadi beberapa kategori berdasarkan tingkat dekomposisinya (Balai Pelatihan Air Bersih & Penyehatan Lingkungan Permukiman, 2000), yaitu:
1. Lumpur tinja segar yaitu lumpur tinja berumur kurang dari 8 (delapan) jam 2. Night soil yaitu lumpur tinja yang telah mengalami proses dekomposisi antara 8 (delapan) sampai 7 (tujuh) hari 3. Lumpur tinja (septage) yaitu tinja yang telah mengalami dekompisisi dalam jangka waktu 1-3 tahun 4. Sludge yaitu lumpur tinja yang telah mengalami dekomposisi pada IPLT yang khusus dibangun
Kapasitas IPLT
Debit lumpur tinja = Persentasi pelayanan x jumlah penduduk daerah layanan x laju timbulan lumpur tinja Keterangan:
Debit lumpur tinja dalam liter/hari atau dibagi dengan 1.000 untuk konversi menjadi m3/hari adalah jumlah lumpur yang akan masuk dan diolah di IPLT setiap harinya Persentasi pelayanan dapat menggunakan pendekatan (50-60)% Laju timbulan lumpur tinja dapat menggunakan pendekatan 0,5 liter/orang/hari
Kolam Anaerobik
Kolam Anaerobik
Kolam Anaerobik
Kolam Anaerobik
Kolam Fakultatif
Kolam Fakultatif
Kolam Maturasi
Kolam Maturasi