Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

“LIMBAH B3”
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengolahan Limbah Industri

KELOMPOK 3

NUR QOLBI KHAZANATUL HUSNA / 09220180072


NUR RIZKY INAYAH / 09220200078
NUR WINDA SARI / 09220180080
NURISHAQ M / 09220180088
NURUL AULIA / 09220180041

JURUSAN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA MAKASSAR
2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ………………………………………………………..………...... 1

KATA PENGANTAR ……………………………………………………….….. 3

BAB I PENDAHULUAN ...…………………………………………..… 4

1.1 Latar Belakang ……….…………………………..…...… 4

1.2 Rumusan Masalah ……...………………..…………....… 4

1.3 Tujuan ………….…….…………………………….……. 4

BAB II PEMBAHASAN ………………………………………..…...….. 5

2.1 Pengertian Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun (B3)


.……………...…………...……………………..………... 5

2.2 Identifikasi Limbah B3 …………………….……………. 5

2.2.1 Berdasarkan Kategori Bahaya …….…………….. 5

2.2.2 Berdasarkan Sumber ………...……………...….... 7

2.3 Unsur – Unsur Limbah B3 ……...…………………….… 9

2.4 Permasalahan Akibat Limbah B3 Secara Umum ……… 10

2.5 Penanganan Limbah B3 ……………………………...… 11

2.5.1 Pengurangan ……...……………………….....… 11

2.5.2 Penyimpanan ……...…...………………..….….. 11

2.5.3 Pewadahan …..…...…………………………….. 14

2.5.4 Pelabelan ……..…...…...……………..….....….. 14

2.5.5 Pengumpulan …......…………………….......….. 15

1
2.5.6 Pengankutan ….…...…...………..……..…...….. 15

2.6 Pengolahan Limbah B3 ……...….……..…………….… 16

2.6.1 Proses Pengolahan Limbah B3 Secara Kimia …. 16

2.6.2 Proses Pengolahan Limbah B3 Secara Fisika .….18

2.6.3 Proses Pengolahan Limbah B3 Secara Biologis .. 20

2.7 Pembuangan Limbah B3 ……...….……..…………...… 20

2.7.1 Sumur Dalam Atau Sumur Injeksi (Deep Well


Injection) ………..…………..…..…………………..…. 20

2.7.2 Kolam Penyimpanan Atau Surface Impoundments


……..………………..………………...………..…...….. 21

2.7.3 Landfill Atau Secure Landfills …………..…...... 21

2.8 Pemanfaatan Limbah B3 ……...….……..…….….….… 21

2.8.1 Pemanfaatan Oli Bekas Sebagai Bahan Bakar .... 22

2.8.2 Pemanfaatan Abu Batubara (Fly Ash) Sebagai


Hollow Block ……………....………...………….....….. 22

2.9 Dampak Limbah B3 Terhadap Lingkungan Dan Manusia


……………………..............….……..……………….… 23

BAB III PENUTUP ………….…………………………………..…….... 27

3.1 Kesimpulan ……..………...………………………...….. 27

3.2 Saran ……..………………...………………………...… 27

DAFTAR PUSTAKA …...………………………………...……………...……. 28

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur Kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah

memberi rahmat dan hidayahnya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas

makalah terkait limbah B3, sebagaimana pemenuhan tugas mata kuliah

Pengolahan Limbah Industri.

Dalam penulisan tugas ini, kami banyak mengalami kesulitan dan

hambatan.Namun, berkat arahan dari semua pihak, akhirnya kami dapat

menyelesaikan tugas ini.Pada kesempatan ini kami menyampaikan ucapan terima

kasih kepada teman-teman, terutama Orang tua kami yang telah memberikan

dorongan moril dan materil.

Kami sangat bersyukur telah dapat menyelesaikan makalah ini.Kami

mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan tugas rangkuman

ini.Besar harapan semoga rangkuman materi yang telah kami susun dapat

bermanfaat bagi kita semua.

Makassar, 02 Oktober2020

Penulis

3
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Sejalan dengan meningkatnya aktivitas ekonomi seperti industri dan


rumah tangga yang menghasilkan berbagai limbah lingkungan yang menyebabkan
terganggunya kesehatan pada masyarakat.Jenis limbah yang paling berbahaya
bagi lingkungan maupun kesehatan adalah limbah yang dikategorikan sebagai
limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).Pencemaran limbah B3 dapat melalui
tanah, air, maupun udara.Pencemaran tersebut menyebabkan penurunan kualitas
lingkungan.Salah satu limbah B3 yang harus menjadi perhatian adalah limbah-
limbah yang mengandung logam berat yaitu Timbal (Pb), Merkuri (Hg), dan
Arsen (As). Limbah logam berat ini bersifat racun dan persisten, sehingga dapat
membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan hidup.

Secara garis besar,hal tersebut menjadi salah satu patokan bahwa segala
sesuatu yang terjadi merupakan tanggung jawab bersama untuk
menanggulanginya,khususnya pada masalah limbah B3. Limba-limbah B3 sangat
berbahaya dan berdampak sangat buruk dalam jangka panjang sehingga perlu
dilakukan identifikasi untuk mengetahui kategori bahaya limbah B3 tersebut.
Dengan mengetahui kategori dan karakteristik, maka penanganan, pengolahan dan
pemanfaatan limbah B3 dapat dilakukan.

1.2 Rumusan Masalah

Dapat memahami limbah B3 mulai dari identifikasi hingga


penanganannya.

1.3 Tujuan

Untuk mengetahui tentang permasalahan akibat limbah B3 dan


penanganannya secara umum serta dampak limbah B3 terhadap lingkungan dan
manusia.

4
II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian LimbahBahan Berbahaya dan Beracun (B3)


Pengertian limbah B3 berdasarkan BAPEDAL (1995) ialah setiap bahan sisa
(limbah) suatu kegiatan proses produksi yang mengandung bahan berbahaya dan
beracun (B3) karena sifat (toxicity, flammability, reactivity, dan corrosivity) serta
konsentrasi atau jumlahnya yang baik secara langsung maupun tidak langsung
dapat merusak, mencemarkan lingkungan, atau membahayakan kesehatan
manusia.
Menurut PP No. 18 tahun 1999, yang dimaksud dengan limbah B3 adalah sisa
suatu usaha dan atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan atau
beracun yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik
secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan atau merusak
lingkungan hidup dan atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan,
kelangsungan hidup manusia serta mahluk hidup lain.

2.2 Identifikasi Limbah B3


Setiap limbah B3 perlu diidentifikasi terlebih dahulu untuk menetapkan
prosedur yang tepat dalam pengolahan limbah tersebut. Identifikasi limbah B3
digolongkan sebagai berikut :

2.2.1 Berdasarkan kategori bahaya


Ditinjau dari aspek bahaya, limbah B3 dibagi menjadi 2 kategori yaitu kategori 1
dan 2. Limbah B3 kategori 1 merupakan limbah B3 yang berdampak akut dan
langsung terhadap manusia serta dapat dipastikan akan berdampak negatif
terhadap lingkungan hidup. Limbah B3 kategori 2 merupakan limbah yang
mengandung B3, memiliki efek tunda (delayed effect), berdampak tidak langsung
terhadap manusia dan lingkungan hidup serta memiliki toksisitas sub-kronis atau
kronis. Untuk dapat mengetahui limbah tergolong dalam limbah kategori 1,

5
limbah kategori 2, dan limbah non B3 perlu dilakukan uji karakteristik dan/atau
uji toksikologi limbah.

Menurut United Nations Environmental Programme (UNEP), limbah dapat


dianggap sebagai limbah B3 bila memiliki karakteristikberikut ini :
a. Mudah Menyala, limbah yang dapat menyebabkan kebakaran. Hal tersebut
tergantung pada titik nyala dari bahan limbah. Contohnya seperti cairan atau
gas yang dapat menyulut api, senyawa yang sensitif terhadap gesekan atau
dapat menyebabkan kebakaran dengan adanya kelembaban.
b. Reaktif, yaitu kemampuan bahan dalam limbah untuk bereaksi dengan
sendirinya dan bahan lain dalam kondisi normal. Hal ini dapat terjadi karena
bahan yang tidak stabil dan kecenderungan untuk bereaksi dengan air, udara,
atau sensitifitas dengan panas sehingga menyebabkan ledakan.

6
c. Beracun, kemampuan suatu bahan dalam limbah yang dapat menyebabkan
potensi bahaya pada kesehatan manusia maupun lingkungan. Organisme
dapat terpapar dengan cara terhirup, tertelan, atau penyerapan melalui kulit.
Paparan tersebut dapat menyebabkan dampak langsung dan tidak langsung.
Paparan itu dapat dikategorikan sebagai efek karsinogenik, mutagenik, dan
teratogenik, membahayakan sistem reproduksi, pernapasan dan sistem saraf.
d. Korosif, yaitu kemampuan bahan dalam limbah untuk menyebabkan korosi
pada logam karena tingkat asam dan alkalinitas. Limbah dengan sifat seperti
ini perlu penanganan khusus serta ditampung dalam wadah seperti drum,
tangki atau tong.

2.2.2 Berdasarkan sumber


Sumber limbah B3 terbagi dibagi menjadi 3, yaitu limbah B3 dari sumber tidak
spesifik, limbah B3 kadaluarsa; B3 yang tumpah; B3 yang tidak memenuhi
spesifikasi produk yang akan dibuang; bekas kemasan B3, dan limbah B3 dari
sumber spesifik.
Limbah B3 dari sumber yang tidak spesifik.Limbah ini merupakan limbah
B3 yang bukan berasal dari proses utamanya, tetapi berasal dari kegiatan antara
lain pemeliharaan alat, pencucian, pencegahan korosi, atau inhibitor korosi,
pelarutan kerak dan korosi. Berikut ini merupakan contoh limbah B3 dari sumber
tidak spesifik.
Kategori
Zat Pencemar
Kode Limbah Bahaya
a. Pelarut Terhalogenasi 1
A101a Tetrakloroetilen 1
A102a Trikloroetilen 1
A103a Netilen Klorida 1
A110a Klorobenzena 1
A111a Triklorobenzena 1
A112a Fluorokarbon Terklorinasi 1
b. Pelarut Yang Tidak
1
Terhalogenasi :
A101b Ksilena 1
A102b Aseton 1
A103b Etil Asetat 1

7
Limbah B3 kadaluarsa, B3 yang tumpah, B3 yang tidak memenuhi
spesifikasi produk yang akan dibuang, bekas kemasan B3. Limbah-limbah
yang sumbernya demikian masuk dalam kategori limbah akut.
Kode Kategori
Nomor CAS1) Zat Pencemar
Limbah Bahaya
Akrolin atau 2-
A2003 107-02-8 1
Propenal
Aluminium
A2006 20859-73-8 1
Fosfida
A2013 542-621 Barium Sianida 1
A2015 7440-41-7 Bubuk Berilium 1
A2021 75-15-0 Karbon disulfida 1

Limbah B3 dari sumber spesifik. Limbah ini terbagi menjadi 2, yaitu


limbah B3 spesifik khusus dan spesifik umum. Limbah B3 dari sumber spesifik
khusus adalah limbah B3 yang memiliki efek tunda, berdampak tidak langsung
terhadap manusia dan lingkungan hidup, memiliki karakteristik beracun tidak akut
dan dihasilkan dalam jumlah yang besar per satuan waktu.
Berikut ini merupakan conto limbah dari sumber spesifik umum :
Kode Jenis Kode Kategori
Sumber Limbah Uraian Limbah
Industri Industri Limbah Bahaya
1. Proses produksi Limbah karbon
urea, ZA, TSP, aktif selain
DSP, Kalsium limbah karbon
B301-1 2
Sulfat, Asam aktif dengan
Sulfat, Amoniak, kode limbah
Asam Fosfat, D111d
Asam nitrat Terak (slag)
2. Proses reaksi mengandung
Pupuk dan kimia seperti fosfor dari
Bahan Mono Amonium B301-2 proses yang 2
01
Senyawa Fosfat, Kalium menggunakan
Nitrogen Amonium teknologi
Klorida, Kalium electric furnace
Metafosfat dan B301-3 Katalis bekas 2
Amonium Kalium Residu proses
Fosfat B301-4 produksi/kegiat 2
3. Fasilitas Penyerap an
Asam Nitrat Debu emisi dari
4. Proses regenerasi B301-5 alat 2
dari desulfurisasi pengendalian

8
dan lapisan filter pencemaran
5. IPAL yang udara
mengolah efluen Limbah iron
dari proses sponge yang
produksi pupuk B301-6 digunakan pada 2
dan bahan unit
senyawa nitrogen desulfurisasi
B301-7 Sludge IPAL 2

Berikut ini merupakan contoh limbah dari sumber spesifik khusus :


Kode Jenis Limbah Kategori
Sumber Limbah
Limbah B3 Bahaya
Proses peleburan bijih tembaga
B401 Copper slag (smelter) dari proses primer 2
dan sekunder
Proses peleburan bijih dan/atau
logam besi dan baja dengan
menggunakan teknologi EAF
(Electric Arc Furnace), blast
B402 Steel slag 2
furnace, basic oxygen furnace
(BOF), induction furnace,
kupola, dan/atau submerge arc
furnace
B403 Slag nikel Proses peleburan bijih nikel 2
Slag timah Proses peleburan timah putih
B405 2
putih (Sn)
Proses peleburan bijih dan/atau
Iron
B406 logam besi dan baja dengan 2
concentrate
menggunakan tekonologi EAF
Proses peleburan bijih dan/atau
logam besi dan baja dengan
B407 Mill scale 2
menggunakan EAF dan/atau
proses reheating furnace

2.3 Unsur-unsur Limbah B3


Limbah B3 mengandung bahan-bahan kimia beracun yang dapat menimbulkan
dampak jangka pendek dan jangka panjang bagi manusia maupun lingkungan.
Pada umumnya limbah-limbah ini mengandung logam-logam berat seperti
Aluminium (Al), Kromium (Cr), Kadmium (Cd), Tembaga (Cu), Besi (Fe),
Timbal (Pb), Mangan (Mn), Merkuri (Hg), Seng (Zn) dan unsur-unsur lain yang

9
bergabung membentuk senyawa seperti pestisida, sianida, sulfida, fenol dan
sebagainya.

2.4 Permasalahan Akibat Limbah B3 Secara Umum


Pembuangan limbah ke lingkungan akan menimbulkan masalah yang merata
dan menyebar di lingkungan yang luas. Limbah B3 yang sangat menakutkan
adalah limbah dari industri kimia.Limbah dari industri kima pada umumnya
mengandung berbagai macam unsur logam berat yang mempunyai sifat
akumulatif dan beracun (toxic) sehingga berbahaya bagi kesehatan
manusia.Limbah pertanian yang paling utama ialah pestisida dan pupuk.Limbah
B3 dari kegiatan industri yang terbuang ke lingkungan akhirnya akan berdampak
pada kesehatan manusia.
Limbah B3 mempunyai karakteristik mudah meledak, mudah terbakar,
bersifat reaktif, beracun, menyebabkan infeksi, dan bersifat korosif. Terdapat
lebih dari 100.000 jenis senyawa kimia yang umum digunakan masyarakat.
Ratusan di antaranya digolongkan ke dalam kelompok limbah B3 yang dalam
jangka pendek dan jangka panjang dapat mengganggu kesehatan manusia dan
merusak lingkungan.Dampak itu dapat langsung dari sumber ke manusia,
misalnya meminum air yang terkontaminasi atau melalui rantai makanan, seperti
memakan ikan yang telah menggandakan (biological magnification) pencemar
karena memakan mangsa yang tercemar.
Manusia memang dapat mengeluarkan zat toksin secara natural, namun racun
dari limbah B3 lebih lambat dikeluarkan. Pengaruh limbah B3 pada manusia
memiliki dua kategori, yaitu efek akut dan efek kronis. Efek akut menimbulkan
kerusakan susunan syaraf, sistem pencernaan, kardiovaskuler, dan pernafasan,
serta penyakit kulit bahkan kematian. Sedangkan efek kronis menimbulkan efek
pemicu kanker, mutasi sel tubuh, cacat bawaan, serta kerusakan sistem
reproduksi. Limbah B3 tersebut juga dapat merusak atau mengganggu sistem
pernafasan dan pencernaan. Jaringan paru-paru akan mengalami kerusakan berat,
dan makanan yang terkontaminasi limbah menyebabkan kerusakan hati.Selain itu,
limbah B3 juga akan berefek pada janin dan pertumbuhan bayi. Hal ini diturunkan

10
dari ibu yang mempunyai kadar racun yang sudah menembus plasenta. Para bayi
yang memiliki kandungan racun limbah dapat menderita tuli, kebutaan, kerusakan
otak yang berujung retardasi mental atau celebral palsy.

2.5 Penanganan Limbah B3


Setiap limbah B3 harus diidentifikasi dan dilakukan uji analisis kandungan guna
menetapkan prosedur yang tepat dalam pengolahanlimbah tersebut.Setelah uji
analisis kandungan dan karakteristik limbah diketahui, maka upaya penanganan
terpadu akan dapat diterapkan yang terdiri dari pengurangan, penyimpanan,
pewadahan, pelabelan, pengumpulan, pengangkutan, dan pengolahan limbah B3.

2.5.1 Pengurangan
Pengurangan adalah kegiatan penghasil limbah B3 dengan mengurangi jumlah
dan/atau mengurangi sifat bahaya dan/atau racun dari limbah B3 sebelum
dihasilkan dari suatu kegiatan atau usaha. Pengurangan dapat dilakukan melalui
subtitusi bahan, modifikasi proses atau penggunaan bahan yang ramah lingkungan
(PP 101 Tahun 2014).

2.5.2 Penyimpanan
Penyimpanan merupakan kegiatan penampungan sementara limbah B3
hingga jumlahnya mencukupi untuk diangkut atau diolah. Hal ini dilakukan
dengan pertimbangan efisien ekonomis. Penyimpanan dalam jumlah banyak dapat
dikumpulkan di pengumpulan limbah. Limbah B3 padat maupun cair dapat
dimasukkan ke drum dan disimpan dalam gudang yang terlindungi dari panas dan
hujan. Limbah B3 padat/lumpur disimpan dalam bak penampung yang dasarnya
dilapisi dengan lapisan kedap air.

Berikut ini merupakan penyimpanan sesuai dengan kategori limbah B3 :

11
Limbah B3 Yang Dapat Disimpan
Kategori 2
No Fasilitas Sumber
Kategori 1 Spesifik Spesifik
Tidak
Umum Khusus
Spesifik
1 Bangunan    
Tangki dan/atau
2    
kontainer
3 Silo    
Penumpukan limbah
4    
(waste pile)
5 Waste Impoundment    
Bentuk lainnya
sesuai dengan
6 perkembangan ilmu    
pengetahuan dan
teknologi

Berikut ini merupakan waktu penyimpanan dengan kategori limbah B3 :


Kategori Bahaya Waktu Maksimum Penyimpanan
90 hari. Jika dihasilkan <50
Limbah B3 Kategori 1
Kg/hari, tidak dapat diperpanjang
90 hari. Jika dihasilkan <50
Limbah B3 Kategori 2
Kg/hari, dapat diperpanjang

Penyimpanan limbah B3 harus mempertimbangkan jenis dan jumlah B3 yang


dihasilkan. Limbah B3 yang mudah menguap dan mudah terbakar memerlukan
sirkulasi udara yang baik dalam gudang penyimpanan, harus dihindarkan dari
cahaya matahari langsung dan dipisahkan dari limbah B3 yang memiliki sifat
pengoksidasi. Limbah B3 yang sifatnya korosif harus dipisahkan dari peralatan
dengan unsur logam, memerlukan sirkulasi udara yang baik dan menggunakan
penampungan berupa botol kaca atau jerigen plastik.
Menurut PP 101 Tahun 2014, lokasi penyimpanan limbah B3 berupa bangunan
harus memiliki persyaratan paling sedikit terdapat penerangan dan ventilasi serta
mampu melindungi limbah B3 dari hujan dan sinar matahari. Selain itu juga harus
memiliki saluran drainase dan bak penampung, terdapat alat pemadam api dan alat
penanggulangan keadaan darurat lain yang sesuai. Berikut merupakan persyaratan
bangunan penyimpanan limbah B3 :

12
a. Rancang bangun dan luas penyimpanan yang sesuai dengan jenis,
karakteristik dan jumlah limbah B3 yang dihasilkan atau disimpan
b. Bebas banjir dan tidak rawan bencana alam
c. Terlindung dari air hujan baik secara langsung maupun tidak langsung
d. Dibuat tanpa plafon dan memiliki sistem ventilasi udara untuk mencegah
terjadinya akumulasi gas dalam ruang penyimpanan serta memasang kasa
atau bahan lain untuk mencegah masuknya hewan ke dalam ruang
penyimpanan
e. Memilki sistem penerangan yang memadai. Lampu penerangan dipasang
minimum 1 m di atas kemasan dan saklar dipasang di luar bangunan
f. Dilengkapi dengan sistem penangkal petir
g. Bagian luar tempat penyimpanan dilengkapi dengan simbol sesuai dengan
peraturan yang berlaku
h. Lantai bangunan penyimpanan harus kedap air, tidak bergelombang, kuat dan
tidak retak.

Tempat penyimpanan yang digunakan untuk menyimpan lebih dari 1 jenis limbah
B3 dengan karakteristik yang berbeda maka syarat ruang penyimpanan :
a. Harus terdiri dari beberapa ruangan untuk menyimpan satu jenis limbah B3
atau limba-limbah yang saling cocok
b. Antara bagian penyimpanan satu dengan yang lainnya harus dibuat tembok
pemisah untuk menghindari tercampurnya bahan atau masuknya tumpahan
limbah B3 ke bagian penyimpanan lainnya

Untuk persyaratan tempat penyimpanan berupa tangki dan/atau kontainer


yaitu :
a. Kemasan yang terbuat dari bahan yang sesuai dengan limbah B3 yang akan
disimpan
b. Kemasan harus dapat mengungkung limbah B3 untuk tetap berada dalam
kemasan
c. Memiliki penutup yang kuat. Penutup tersebut menjaga agar tidak terjadi
tumpahan saat dilakukan penyimpanan, pemindahan dan atau pengangkutan

13
d. Kemasan juga harus dalam kondisi yang baik, tidak berkarat, tidak rusak, dan
tidak bocor

2.5.3 Pewadahan
Bahan yang digunakan untuk wadah dan sarana lainnya dipilih berdaarkan
karakteristik buangan. Contoh untuk buangan yang korosif disimpan dalam wadah
yang terbuat dari fiber glass. Berikut ini merupakan persyaratan yang harus
dipenuhi :
a. Bahan kontainer harus sesuai dengan karakter dari limbah B3
b. Semua kontainer harus disimpan di area yang tertutup untuk melindungi dari
hujan dan berventilasi
c. Lantai dasar bangunan harus kedap air untuk menghindari meresapnya
ceecran atau bocoran
d. Drum yang berisi limbah yang dapat bereaksi harus disimpan terpisah, untuk
mengurangi kemungkinan kebakaran, ledakan dan keluarnya gas beracun
e. Semua drum yang disimpan harus dalam keadaan baik yaitu tertutup dan
tidak bocor
f. Semua drum harus diberi label yang memuat informasi jelas tentang
pernyataan bahwa limbah adalah limbah B3. Simbol limbah B3 adalah
gambar yang menunjukkan karakteristik limbah B3. Label limbah B3 adalah
keterangan mengenai limbah B3 yang berbentuk tulisan mengenai informasi
limbah, diantaranya penghasil dan alamatnya, waktu dilakukannya
pengemasan, jumlah serta karakteristik limbah B3.

2.5.4 Pelabelan
Semua limbah harus segera diberi label setelah dimasukkan ke dalam kontainer.
Kontainer harus diberi label dan tanda yang jelas dengan mendeskripsikan isi dari
limbah B3 tersebut. Unsur-unsur kimia seharusnya ditulis secara lengkap dalam
format persentase. Jika bahan kimia yang ditemukan tidak diketahui komposisinya
maka akan diberi label dengan “bahan kimia berbahaya yang belum diketahui”.

14
Menurut Permen LH Nomor 14 Tahun 2013, pelabelan berfungsi memberikan
informasi terkait asal-usul limbah B3, identitas limbah B3, serta kuantitas limbah
B3. Limbah B3 yang disimpan pada wadah wajib diberi label sesuai dengan
karakteristik limbah yang ditampung. Karakteristik dominan adalah karakteristik
yang terlebih dahulu ditangani dalam keadaan darurat.
Simbol limbah B3 yang dilekatkan pada wadah harus memenuhi ketentuan
sebagai berikut :
a. Jenis simbol limbah B3 yang ditempel harus sesuai dengan karakteristik
limbah yang ditampung
b. Simbol diletkatkan pada sisi wadah yang tidak terhalang oleh wadah lain dan
mudah dilihat
c. Simbol limbah B3 tidak boleh terlepas atau dilepas dan diganti dengan simbol
limbah B3 lain sebelum wadah atau kemasan dikosongkan.

2.5.5 Pengumpulan
Berdasarkan PP nomor 101 Tahun 2014, pengumpulan limbah B3 merupakan
kegiatan mengumpulkan limbah dari penghasil limbah B3 sebelum diserahkan
kepada pemanfaat limbah B3, pengolah limbah B3, dan/atau penimbun limbah
B3. Pengumpul adalah badan usaha yang melakukan pengumpulan limbah B3
sebelum dikirim ke tempat pengolahan limbah B3. Setiap kegiatan atau usaha
yang menghasilkan limbah B3 wajib melakukan pengumpulan limbah yang
dihasilkan, melakukan segresi limbah dan penyimpanan limbah B3. Segresi
limbah B3 dilakukan sesuai dengan nama dan karakteristik limbah B3.

2.5.6 Pengangkutan
Apabila tidak ditangani di tempat, limbah B3 diangkut ke sarana penyimpanan,
pengolahan atau pembuangan akhir. Sarana pengangkutan yang digunakan dapat
berupa truk, kereta api dan kapal. Untuk limbah B3 cair dengan jumlah besar
digunakan kapal tanker sedangkan limbah B3 padat menggunakan lugger box dari
baja. Untuk menjaga agar limbah B3 ditangani sesuai prosedur yang benar, harus
dilakukan tracking system sejak pengangkutan hingga ke tempat pembuangan

15
akhir. Ketika penuh, wadah yang ada di tempat penyimpanan sementara diangkut
menuju pihak yang telah memiliki izin untuk pembuangan limbah B3.
Berdasarkan kategori bahaya, cara pengangkutan limbah B3 sebagai berikut :
Pengangkutan limbah B3 dengan Dilakukan dalam alat angkut yang
kategori bahaya 1 bersifat tertutup
Pengangkutan limbah B3 dengan Dilakukan dengan alat angkut
kategori bahaya 2 yang bersifat tidak tertutup
Pengangkutan limbah non B3 tidak terikat pada regulasi limbah B3
(seperti menggunakan simbol dan label serta manifes)

2.6 Pengolahan Limbah B3


Berdasarkan prosesnya, pengolahan limbah B3 dapat dilakukan secara kimia,
fisika dan biologis.

2.6.1 Proses Pengolahan Limbah B3 Secara Kimia


Proses pengolahan limbah B3 secara kimia meliputi netralisasi, presipitasi,
koagulasi dan flokulasi serta solidifikasi/stabilisasi.

Netralisasi.Limbah yang bersifat ekstrim asam atau basa harus dinetralkan


terlebih dahulu karena sifat korosif dapat merusak lingkungan. Proses netralisasi
dapat dilakukan dengan mencampurkan limbah asam dan limbah basa dalam bak
ekualisasi. Waktu detensi yang digunakan 8-24 jam untuk stabilisasi. Netralisasi
juga dapat dilakukan dengan penambahan batu kapur, bubur dolomit, soda
kaustik, atau soda-ash.

Presipitasi.Presipitasi adalah pengurangan bahan-bahan terlarut dengan cara


menambahkan senyawa kimia tertentu yang larut dan dapat menyebabkan
terbentuknya padatan. Dalam pengolahan air limbah, presipitasi digunakan untuk
menghilangkan logam berat, sulfat, fluorida, dan fosfat. Senyawa kimia yang
biasa digunakan adalah lime, dikombinasikan dengan kalsium klorida, magnesium
klorida, alumunium klorida, dan garam – garam besi. Adanya complexing agent,
misalnya NTA (Nitrilo Triacetic Acid) atau EDTA (Ethylene Diamine Tetraacetic

16
Acid), menyebabkan presipitasi tidak dapat terjadi. Oleh karena itu, kedua
senyawa tersebut harus dihancurkan sebelum proses presipitasi akhir dari seluruh
aliran, dengan penambahan garam besi dan polimer khusus atau gugus sulfida
yang memiliki karakteristik pengendapan yang baik. Pengendapan fosfat,
terutama pada limbah domestik, dilakukan untuk mencegah eutrofikasi dari
permukaan. Presipitasi fosfat dari sewage dapat dilakukan dengan beberapa
metode, yaitu penambahan slaked lime, garam besi, atau garam alumunium.

Koagulasi dan Flokulasi.Koagulasi dan Flokulasi digunakan untuk memisahkan


padatan tersuspensi dari cairan jika kecepatan pengendapan secara alami padatan
tersebut lambat atau tidak efisien. Proses koagulasi dan flokulasi adalah konversi
dari polutan-polutan yang tersuspensi koloid yang sangat halus didalam air
limbah, menjadi gumpalan-gumpalan yang dapat diendapkan, disaring, atau
diapungkan.

Stabilisasi/Solidifikasi.Stabilisasi/solidifikasi adalah proses mengubah bentuk


fisik dan/atau senyawa kimia dengan menambahkan bahan pengikat atau zat
pereaksi tertentu untuk memperkecil/membatasi kelarutan, pergerakan, atau
penyebaran daya racun limbah, sebelum dibuang. Definisi stabilisasi adalah
proses pencampuran limbah dengan bahan tambahan dengan tujuan menurunkan
laju migrasi bahan pencemar dari limbah serta untuk mengurangi toksisitas limbah
tersebut. Solidifikasi didefinisikan sebagai proses pemadatan suatu bahan
berbahaya dengan penambahan aditif. Kedua proses tersebut seringkali terkait
sehingga sering dianggap mempunyai arti yang sama. Contoh bahan yang dapat
digunakan untuk proses stabilisasi/solidifikasi adalah semen, kapur, dan bahan
termoplastik.

Beberapa kelebihan proses pengolahan kimia antara lain dapat menangani hampir
seluruh polutan anorganik, tidak terpengaruh oleh polutan yang beracun atau
toksik, dan tidak tergantung pada perubahan konsentrasi. Pengolahan kimia dapat
meningkatkan jumlah garam pada efluen, meningkatkan jumlah lumpur sehingga
memerlukan bahan kimia tambahan akibatnya biaya pengolahan menjadi mahal.

17
2.6.2 Proses Pengolahan Limbah B3 Secara Fisika

Proses Flotasi. Proses ini banyak digunakan untuk menyisihkan bahan-bahan


yang mengapung seperti minyak dan lemak agar tidak mengganggu proses
pengolahan berikutnya. Flotasi juga dapat digunakan sebagai cara penyisihan
bahan-bahan tersuspensi (clarification) atau pemekatan lumpur endapan (sludge
thickening) dengan memberikan aliran udara ke atas (air flotation).

Proses Filtrasi. Di dalam pengolahan air buangan, biasanya dilakukan untuk


mendahului proses adsorbsi atau proses reverse osmosis-nya, akan dilaksanakan
untuk menyisihkan sebanyak mungkin partikel tersuspensi dari dalam air agar
tidak mengganggu proses adsorbsi atau menyumbat membran yang dipergunakan
dalam proses osmosa.

Proses Adsorbsi. Proses ini biasanya dengan karbon aktif, dilakukan untuk
menyisihkan senyawa aromatik misalnya fenol dan senyawa organik terlarut
lainnya, terutama jika diinginkan untuk menggunakan kembali air buangan
tersebut.

Teknologi Membran (Reverse Osmosis). Proses ini biasanya diaplikasikan untuk


unit-unit pengolahan kecil, terutama jika pengolahan ditujukan untuk
menggunakan kembali air yang diolah. Biaya instalasi dan operasinya sangat
mahal.

Evaporasi. Pada umumnya dilakukan untuk menguapkan pelarut yang tercampur


dalam limbah, sehingga pelarut terpisah dan dapat diisolasi kembali. Evaporasi
didasarkan pada sifat pelarut yang memiliki titik didih yang berbeda dengan
senyawa lainnya.

Metode Insinerasi. Inisinerasi atau pembakaran dapat diterapkan untuk


memperkecil volume limbah B3. Namun saat melakukan pembakaran perlu
dilakukan pengendalian agar gas beracun hasil pembakaran tidak mencemari
udara. Pengolahan secara insinerasi bertujuan untuk menghancurkan senyawa B3
yang terkandung di dalamnya menjadi senyawa yang tidak mengandung B3.
Insinerator adalah alat untuk membakar sampah padat, terutama untuk mengolah
limbah B3 yang perlu syarat teknis pengolahan dan hasil olahan yang sangat ketat.
Ukuran, desain dan spesifikasi insinerator yang digunakan disesuaikan dengan

18
karakteristik dan jumlah limbah yang akan diolah. Insinerator dilengkapi dengan
alat pencegah pencemar udara untuk memenuhi standar emisi.

Insinerasi mengurangi volume dan massa limbah hingga sekitar 90% (volume)
dan 75% (berat). Teknologi ini bukan solusi terakhir dari sistem pengolahan
limbah padat karena pada dasarnya hanya memindahkan limbah dari bentuk padat
yang kasat mata ke bentuk gas yang tidak kasat mata. Proses insinerasi
menghasilkan energi dalam bentuk panas.Kelebihan metode pembakaran adalah
metode ini merupakan metode hemat uang di bidang transportasi dan tidak
menghasilkan jejak karbon yang dihasilkan transport seperti pembuangan darat.
Menghilangkan 10% dari jumlah limbah cukup banyak membantu mengurangi
beban tekanan pada tanah. Rencana pembakaran waste-to-energy (WTE) juga
memberikan keuntungan yang besar dimana limbah normal maupun limbah B3
yang dibakar mampu menghasilkan listrik yang dapat berkontribusi pada
penghematan ongkos. Pembakaran 250 ton limbah per hari dapat memproduksi
6.5 megawatt listrik sehari (berharga $3 juta per tahun).
Kerugian metode pembakaran adalah adanya biaya tambahan dalam
pembangunan instalasi pembakaran limbah. Selain itu pembakaran limbah juga
menghasilkan emisi gas yang memberikan efek rumah kaca.
Aspek penting dalam sistem insinerasi adalah nilai kandungan energi atau heating
value limbah. Selain menentukan kemampuan dalam mempertahankan
berlangsungnya proses pembakaran, heating value juga menentukan banyaknya
energi yang dapat diperoleh dari sistem insinerasi. Jenis insinerator yang paling
umum diterapkan untuk membakar limbah padat B3 ialah rotary kiln, multiple
hearth, fluidized bed, open pit, single chamber, multiple chamber, aqueous waste
injection, dan starved air unit. Dari semua jenis insinerator tersebut, rotary
kiln mempunyai kelebihan karena alat tersebut dapat mengolah limbah padat, cair,
dan gas secara simultan.

19
2.6.3 Proses Pengolahan Limbah B3 Secara Biologis
Proses pengolahan limbah B3 secara biologi yang berkembang saat ini dikenal
dengan istilah bioremediasi dan fitoremediasi. Bioremediasi adalah penggunaan
bakteri dan mikroorganisme lain untuk mendegradasi/mengurai limbah B3.
Sedangkan fitoremediasi adalah penggunaan tumbuhan untuk mengabsorbsi dan
mengakumulasi bahan-bahan beracun dari tanah. Kedua proses ini sangat
bermanfaat dalam mengatasi pencemaran oleh limbah B3 dan biaya yang
diperlukan lebih murah dibandingkan metode kimia atau fisik. Namun, proses ini
juga masih memiliki kelemahan. Proses bioremediasi dan fitoremediasi
merupakan proses alami sehingga membutuhkan waktu yang relatif lama untuk
membersihkan limbah B3, terutama dalam skala besar. Selain itu, karena
menggunakan makhluk hidup, proses ini dikhawatirkan dapat membawa senyawa-
senyawa beracun ke dalam rantai makanan di dalam ekosistem.

2.7 Pembuangan Limbah B3


2.7.1 Sumur Dalam atau Sumur Injeksi (Deep Well Injection)
Salah satu cara membuang limbah B3 agar tidak membahayakan manusia adalah
dengan memompakan limbah tersebut melalui pipa ke lapisan batuan yang dalam,
di bawah lapisan-lapisan air tanah dangkal maupun air tanah dalam. Secara teori,
limbah B3 ini akan terperangkap di lapisan itu sehingga tidak akan mencemari
tanah maupun air.
Pembuangan limbah B3 melalui metode ini masih mejadi kontroversi dan masih
diperlukan pengkajian yang integral terhadap dampak yang mungkin ditimbulkan.
Data menunjukkan bahwa pembuatan sumur injeksi di Amerika Serikat paling
banyak dilakukan antara tahun 1965-1974 dan hampir tidak ada sumur baru yang
dibangun setelah tahun 1980.
Pembuangan limbah ke sumur dalam merupakan suatu usaha membuang limbah
B3 ke dalam formasi geologi yang berada jauh di bawah permukaan bumi yang
memiliki kemampuan mengikat limbah, sama halnya formasi tersebut memiliki
kemampuan menyimpan cadangan minyak dan gas bumi. Hal yang penting untuk

20
diperhatikan dalam pemilihan tempat ialah strktur dan kestabilan geologi serta
hidrogeologi wilayah setempat.

2.7.2 Kolam Penyimpanan atau Surface Impoundments


Limbah B3 cair dapat ditampung pada kolam-kolam yang diperuntukkan khusus
bagi limbah B3. Kolam-kolam ini dilapisi lapisan pelindung yang dapat mencegah
perembesan limbah. Ketika air limbah menguap, senyawa B3 akan terkonsentrasi
dan mengendap di dasar. Kelemahan metode ini adalah memakan lahan karena
limbah akan semakin tertimbun dalam kolam, ada kemungkinan kebocoran
lapisan pelindung, dan ikut menguapnya senyawa B3 bersama air limbah sehingga
mencemari udara.

2.7.3 Landfill atau Secure Landfills


Limbah B3 dapat ditimbun pada landfill, namun harus dengan pengamanan
tingkat tinggi. Pada metode pembuangan secure landfill, limbah B3 dimasukkan
kedalam drum atau tong-tong, kemudian dikubur dalamlandfill yang didesain
khusus untuk mencegah pencemaran limbah B3. Landfill harus dilengkapi
peralatan monitoring yang lengkap untuk mengontrol kondisi limbah B3 dan
harus selalu dipantau. Metode ini jika diterapkan dengan benar dapat menjadi cara
penanganan limbah B3 yang efektif. Metode secure landfillmerupakan metode
yang memiliki biaya operasi tinggi, masih ada kemungkinan terjadi kebocoran,
dan tidak memberikan solusi jangka panjang karena limbah akan semakin
menumpuk.

2.8 Pemanfaatan Limbah B3


Pemanfaatan limbah B3 adalah kegiatan penggunaan kembali, daur ulang,
dan/atau perolehan kembali yang bertujuan untuk mengubah limbah B3 menjadi
produk yang dapat digunakan sebagai substitusi bahan baku, bahan penolong,
dan/atau bahan bakar yang aman bagi kesehatan manusia dan lingkungan hidup.
Proses kegiatan memanfaatkan limbah B3 dapat dilakukan dengan cara 3R yaitu
Reuse, Recycle dan Recovery. Reuse adalah menggunakan kembali limbah B3
yang telah dibuang, Recycle adalah mendaur ulang limbah B3 yang dibuang untuk

21
digunakan kembali, dan Recovery yaitu mengambil kembali material berguna dari
limbah B3.
Berikut ini merupakan contoh-contoh pemanfaatan limbah B3 :
2.8.1 Pemanfaatan Oli Bekas Sebagai Bahan Bakar
Limbah dari oli bekas merupakan masalah bagi lingkungan dan tergolong
dalam limbah B3 karena limbah oli bekas merupakan bahan yang tidak dengan
mudahnya dapat terurai. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi
limbah oli yaitu dengan dimanfaatkan kembali sehingga tidak mencemari
lingkungan. Limbah industri automotif saat ini dibuang ke lingkungan dalam
jumlah yang cukup banyak, penanganan limbah oli bekas ini dapat dijadikan
sebagai bahan bakar alternatif seperti diesel.
Proses pengolahan oli bekas yaitu tahap pertama merupakan pemisahan air dari oli
bekas pada suhu 1500C, proses ini menghasilkan limbah air yang berasal dari
campuran oli bekas. Tahap kedua memisahkan kotoran dan aditifnya
(penambahan bahan kimia).Tahap ketiga dilakukan untuk perbaikan warna,
menghasilkan bahan dasar pelumas dan limbah lempung. Dan terakhir proses
pengolahan bahan dasar tersebut atau disebut juga dengan blending. Alat dalam
pengolahan limbah oli menjadi bahan bakar alternatif yaitu dengan menggunakan
alat destilasi. Hasil daur ulang oli bekas menggunakan H2SO4 sebesar 5%
memiliki sifat-sifat yang paling mendekati bahan bakar mesin diesel.Nilai
viskositas dan flash point hasil daur ulang berada dalam rentang bahan bakar solar
standar.

2.8.2 Pemanfaatan Abu Batubara (Fly Ash) Sebagai Hollow Block


Abu Batubara (Fly Ash) adalah sisa pembakaran batubara yang sangat halus
yang berasal dari unit pembangkit uap (boiler). Fly Ash mengandung SiO2,
Al2O3, P2O5, dan Fe2O3 yang cukup tinggi sehingga tergolong dalam limbah
B3. Disisi lain, kandungan-kandungan ini memenuhi kriteria sebagai bahan yang
memiliki sifat semen sehingga dapat dimanfaatkan untuk bahan campuran
pembuatan hollow block (batako).

22
Fly Ash dicampur dengan bahan lainnya seperti pasir dan air lalu diaduk
merata. Setelah melalui proses homogenitas, dilakukan pencetakan dengan
menggunakan alat press bata beton. Bata beton dari campuran fly ash kemudian
diangin-anginkan kurang lebih selama 1 hari untuk memastikan batako tersebut
kering dan tidak hancur jika dipindah. Selanjutnya disimpan pada tempat yang
terlindung dari sinar matahari agar penguapan dapat terjadi secara perlahan.
Langkah terakhir yaitu dengan menguji toksisitas bata beton yang telah dibuat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggantian semen oleh fly ash tidak
berpengaruh terhadap dimensi dan kuat tekan pada produk batako sehingga
disimpulkan bahwa limbah fly ash dapat dimanfaatkan menjadi salah satu bahan
baku pembuatan batako.

2.9 Dampak Limbah B3 Terhadap Lingkungan dan Manusia

Berikut dijelaskan beberapa dampak dari pencemaran limbah B3 terhadap


lingkungan maupun makhluk hidup yang terjadi di berbagai tempat di Indonesia
maupun dunia antara lain :
1. Keracunan Air Raksa di Pulau Kyushu
Keracunan Air Raksa yang menyebabkan cacat bawaan pada bayi dikenal
sebagai penyakit Minamata. Penderita adalah masyarakat nelayan yang
tinggal di kota pesisir Minamata di Pulau Kyushu (Minamata Bay).
Keracunan itu berlangsung tujuh bulan, yaitu dari 1953- 1968, disebabkan
pabrik plastik membuang air raksa ke dalam perairan ikan di Minamata
mengandung merkuri antara 27-102 ppm berat kering.Berbagai penelitian di
Indonesia sudah pula mendapatkan berbagai hewan laut dan air yang
mengandung merkuri seperti yang terjadi di Teluk Jakarta dan Medan.Gejala
keracunan secara umum timbul sebagai sakit kepala, mudah lelah dan
teriritasi lengan dan kaki terasa kebal, sulit menelan, penglihatan kabur, luas
penglihatan menciut, ketajaman pendengaran berkurang dan koordinasi otot-
otot lenyap.Beberapa orang secara konstan merasa seperti ada logam di

23
mulut, gusi membengkak, dan diare terdapat secara meluas.Kematian terjadi
infeksi sekunder maupun kelemahan yang semakin parah.

2. Air Limbah Mencemari Sungai Animas di Colorado


Jutaan galon limbah beracun cemari Sungai Animas di Negara Bagian
Colorado, Amerika Serikat pada 5 Agustus 2015 silam.Jumlah air limbah
beracun mengubah air sungai tersebut menjadi kuning cerah tiga kali lipat
dari yang semula diperkirakan oleh Badan Perlindungan Lingkungan
(EPA).Badan pemerintah yang menangani masalah lingkungan itu
mengatakan sebanyak tiga juga galon air limbah telah mencemari Sungai
Animas di Negara Bagian Colorado.Pencemaran ini disebabkan secara tidak
sengaja oleh sejumlah petugas EPA yang sedang melakukan pembersihan di
Tambang Gold King di Colorado.Mereka dengan tidak sengaja membobol
bendungan yang berisi air kotor dari tambang emas yang sudah tidak
beroperasi itu, sehingga hampir empat juta liter air limbah masuk ke sungai.
Tumpahan limbah dari tambang itu mengalir dari Sungai Animas yang
menyatu dengan Sungai San Juan di New Mexico dan Utah, kemudian
bergabung dengan Sungai Colorado di dekat Danau Powell.
Untuk membersihkannya, Sungai Animas ditutup untuk umum dan aparat
setempat memperingatkan masyarakat untuk menjauhi sungai.Diduga air
limbah itu telah mengontaminasi lebih dari 1.000 sumur.Saat itu EPA masih
menyelidiki imbas air limbah di Sungai Animas terhadap kesehatan manusia
dan hewan mengingat air itu ditengarai mengandung racun arsenik dan
timbal.

3. Keracunan Cadmium
Limbah ini biasanya digunakan untuk proses stabilizer dalam pembuatan
Polyvynil Khlorida. Di masa silam Cadmium malah digunakan dalam
pengobatan Sypilis dan Malaria. Hasil Otopsi di Amerika Serikat
menunjukkan akumulasi Cadmium dalam tubuh masyarakat umum secara

24
rata-rata di dapat 30 mgCd di dalam tubuh, 33% di dalam ginjal, 14% di
dalam hati, 2% di dalam paru-paru dan 0,3% di dalam pankreas. Cadmium
dapat mempengaruhi otot polos pembuluh darah secara langsung maupun titik
langsung lewat ginjal, sebagai akibatnya terjadi kenaikan tekanan
darah.Percobaan hewan menunjukkan bahwa kematian dapat terjadi karena
gagal jantung, kasus keracunan Cadmium secara epidemis terjadi di Kota
Toyama Jepang.Sekelompok masyarakat mengeluh tentang sakit pinggang
selama beberapa tahun.Penyakit tersebut kemudian menjadi parah, tulang-
tulang punggung terasa sangat nyeri yang diikuti oleh osteomalacia
(pelunakan tulang) dan fraktur tulang punggung yang multiple kematian dapat
diakibatkan oleh gagal ginjal.

4. Pencemaran di Teluk Buyat


Kasus PT.Newmont Minahasa Raya yang membuang limbahnya melalui
pipa ke perairan laut Teluk Buyat sebanyak 2.000 ton tailing setiap harinya
menyebabkan puluhan ikan mati di wilayah perairan tersebut.Dengan
mengambil contoh ikan yang terdampar, selain itu jumlah tangkapan nelayan
setempat juga menurun drastis dari biasanya. Warga sekitar Pantai Buyat juga
kesulitan air bersih, sebab Sungai Buyat yang merupakan satu-satunya tempat
untuk memenuhi air bersih berubah menjadi keruh seiring dengan aktivitas
perusahaan di hulu sungai. Mereka harus kehilangan wilayah tangkapan ikan
karena ternyata sedimentasi limbah tailing telah menutupi hampir seluruh
permukaan dasar perairan.
Hal yang paling tragis ialah munculnya penyakit-penyakit misterius yang
dialami hamper seluruh warga di perairan tersebut, seperti gatal-gatal, sakit
kepala yang berulang-ulang, perut sering mual, muntah, pembengkakan
dibeberapa bagian tubuh dan beberapa ibu-ibu sering mendadak pingsan. Ini
dikarenakan adanya pencemaran logam berat di sekitar pipa pembuangan
tailing.
Pemerintah pusat menyimpulkan, perusahaan tambang emas PT. NMR
telah mencemari lingkungan di Teluk Buyat, Minahasa, Sulawesi

25
Utara.Laporan audit internal Newmont yang dibeberkan dalam harian New
York Times (22/12), juga ditemukan oleh Tim Terpadu Penanganan kasus
Buyat. Pembuangan sebanyak 33 ton merkuri langsung, sudah dicurigai oleh
tim terpadu dalam laporannya tertanggal November 2004. Kecurigaan tim
terpadu terbukti pada laporan audit internal Newmont yang dipaparkan dalam
artikel New York Times berjudul "Mining Giant told It Put Toxic Vapors Into
Indonesia's Air". Dalam laporan tersebut ditunjukkan pada 1998 mercury
scrubber tidak berfungsi dengan baik, dan baru diperbaiki pertengahan tahun
2001, sehingga merkuri menguap ke udara dan tidak ditangkap sebagai
kalomel. Dalam laporan audit internal yang dibeberkan oleh harian New York
Times itu juga disebutkan 33 ton merkuri yang seharusnya dikumpulkan dan
dikirim ke PPLI selama 4 tahun ternyata, 17 ton di antaranya terlepas di udara
dan 16 ton dilepaskan ke Teluk Buyat.

26
III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang mengandung bahan
berbahaya dan atau beracun yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau
jumlahnyadapat mencemarkan dan merusak kesehatan dan lingkungan
hidup.Dalam pengelolaan limbah B3, identifikasi dan karakteristik limbah B3
adalah hal yang penting dan mendasar.Dengan mengetahui kategori dan
karakteristik, maka penanganan, pengolahan dan pemanfaatan limbah B3 dapat
dilakukan.
Pengaruh limbah B3 terhadap mahluk hidup, khususnya manusia terdiri atas 2
kategori yaitu : (1) efek akut dan (2) efek kronis. Efek akut dapat menimbulkan
akibat berupa kerusakan susunan syaraf, kerusakan sistem pencernaandan
kematian.Sementara itu, efek kronis dapat menimbulkan efek karsinogenik
(pendorong terjadinya kanker), efek mutagenik (pendorong mutasi sel tubuh), efek
teratogenik (pendorong terjadinya cacat bawaan), dan kerusakan sistem
reproduksi.

3.2 Saran
Dengan ini penulis menyarankan agar limbah B3 dari perusahaan, pabrik, rumah
tangga, sekolah/universitas dan perkantoran sebaiknya ditampung dalam
penampungan khusus dan diolah terlebih dahulu agar tidak langsung terbuang ke
saluran pembuangan yang akan masuk ke gorong-gorong,tanah, sungai bahkan
laut yang nantinya akan menimbulkan dampak buruk khususnya bagi kesehatan
manusia dan lingkungan. Penulis juga berharap agar penanganan limbah B3 ini
tidak dianggap mudah mengingat dampaknya yang sangat luar biasa.
Permasalahan limbah ini harus ditangani oleh kita semua, bukan hanya
pemerintah melainkan kerja sama dengan masyarakatnya juga.
.

27
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, N.H., Megi, S., Prihatiningsih. 2014. Pengelolaan dan Karakterisasi Limbah
B3 di PAIR Berdasarkan Potensi Bahaya. Majalah Ilmiah Aplikasi Isotop dan
Radiasi.
Ciptaningayu, T.N. 2017. Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
Laboratorium Di Kampus ITS. Surabaya. Departemen Teknik Lingkungan Fakultas
Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Gunawan, Y. 2006. Peluang Penerapan Produksi Bersih Pada Sistem Pengolahan Air
Limbah Domestik Waste Water Treatment Plant #48, Studi Kasud di PT Badak NGL
Bontang. Universitas Diponegoro
Menteri Lingkungan Hidup. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 101 Tahun 2014
Tentang Pengelolaan Limbah B3.
Voaindonesia.com. Limbah Tambang Emas Cemari Sungai di Colorado, AS. Diakses
pada 23 September 2020, dari https://www.voaindonesia.com/a/limbah-tambang-
emas-cemari-sungai-as-/2909869.html
Majalah Sungai Colorado. Diakses pada 23 September 2020, dari
https://www.bbc.com/indonesia/majalah/2015/08/150811_majalah_sungai_colorado
Academia.edu. Makalah Limbah B3. Diakses pada 24 September 2020, dari
https://www.academia.edu/9647190/Makalah_limbah_B3
Blog.ub.ac.id. Limbah B3 Bahan Berbahaya Beracun. Diakses pada 24 September 2020,
dari https://blog.ub.ac.id/yusriadiblog/2012/10/11/limbah-b3-bahan-berbahaya-
beracun-makalah/
Jurnal.unismabekasi.ac.id. Kasus Newmont. Diakses pada 24 September 2020, dari
http://jurnal.unismabekasi.ac.id/index.php/kybernan/article/download/662/545

28

Anda mungkin juga menyukai