JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
T.A 2020/2021
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur marilah kita haturkan kepada Allah SWT sebab karena
limpahan rahmat serta anugerah dari-Nya saya mampu untuk menyelesaikan
laporan praktikum saya yang merupakan tugas dari mata kuliah Manajemen
Pembibian Ternak.
Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan nabi
agung kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjukan
Allah SWT untuk kita semua, yang merupakan sebuah pentunjuk yang paling
benar yakni Syariah agama Islam yang sempurna dan merupakan satu-satunya
karunia paling besar bagi seluruh alam semesta.
Laporan praktikum ini saya buat yang pertama untuk menyelesaikan tugas
yang di berikan dan untuk menginformasikan kepada pembaca semua mengenai
evaluasi pembibitan ternak kambing yang akan saya bahas dalam laporan
praktikum ini.
Selanjutnya dengan rendah hati saya meminta kritik dan saran dari
pembaca untuk makalah ini supaya selanjutnya dapat saya revisi kembali. Karena
saya sangat menyadari, bahwa makalah yang telah saya buat ini masih memiliki
banyak kekurangan.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kambing Peranakan Ettawa (PE), merupakan salah satu sumber daya
penghasil bahan makanan berupa daging dan susu yang memiliki nilai
ekonomi yang tinggi, dan penting artinya bagi masyarakat. Seiring hal tersebut
budidaya kambing memiliki peluang yang cukup besar dengan semakin
sadarnya masyarakat akan kebutuhan gizi perlu segera dipenuhi. Berat tubuh
bangsa kambing PE sekitar 32-37 kg dan produksi susunya 1 - 1,5 liter per
hari.
Pemerahan adalah tindakan mengeluarkan susu dari ambing. Pemerahan
bertujuan untuk mendapatkan produksi susu yang maksimal. Terdapat tiga
tahap pemerahan yaitu pra pemerahan, pelaksanaan pemerahan dan pasca
emerahan. Metode pemerahan dengan tangan antara lain yaitu whole hand
milking, kneevelen dan strippen, diantara ketiga metode tersebut yang terbaik
adalah dengan menggunakan metode whole hand milking. Panjang pendeknya
interval pernerahan akan mempengaruhi produksi susu. Kualitas susu dapat
dijaga salah satu diantaranya dengan melakukan perlakuan dipping. Dipping
adalah suatu tindakan dengan mencelupkan puting susu ke dalam desinfektan
setelah pemerahan berakhir, yang bertujuan untuk mencegah
terkontaminasinya susu oleh bakteri yang dapat merusak kualitas susu dan
menyebabkan mastitis. Perlakuan dipping dapat menghambat pertumbuhan
bakteri dengan cara merusak dinding sel bakteri bagian luar dan membran sel
sehingga desinfektan dapat masuk kedalam sitoplasma sampai kedalam
nukleus, akibatnya bakteri tidak dapat berkembang biak, sehingga terhambat
sampai akhirnya bakteri mati. Jenis desinfektan diantaranya adalah: a. Povidon
Iodine mengandung bahan aktif polivinilpirolidn (PVP) Iodine yang
merupakan antiseptik yakni dapat mengahambat kerja mikroorganisme atau
bakteri. b. Kaporit (calcium hyphochoride) yang digolongkan ke dalam
senyawa halogen, seperti bromine, fluorine dan iodine. Aksi bakteriosidal
golongan halogen adalah dengan cara menginaktivasi protein melalui oksidasi
gugus sulfhidril pada protein dan tersusun atas asam amino yang mengandung
ikatan sulfur, sehingga merubah konformasi dan aktivitas protein. c. Destasan
merupakan desinfektan yang terdiri dari benzalkonium chloride dan
isopropanol yang efektif sebagai penghambat sel bakteri dan memutus jalur
hidup dari sel bakteri.
1.2 Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui Evaluasi Pembibitan
Ternak Kambing Perah . Kambing Peranakan Etawa (PE).
1.3 Manfaat
Hasil praktikum ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan
pembelajaran bagi Mahasiswa tentang pembibitan ternak kambing perah
Peranakan Etawa (PE).
BAB II
ISI
2.1 Sarana dan Prasarana
A. Sarana
Sarana untuk usaha pembibitan kambing dan domba yang baik
meliputi bangunan, alat dan mesin peternakan dan kesehatan hewan, bibit,
pakan, dan obat hewan.
1. Bangunan
a. Jenis Bangunan
1) Kandang:
a) kandang pejantan
b) kandang induk (kawin, beranak)
c) kandang pembesaran
d) kandang isolasi ternak yang sakit
e) kandang laktasi (untuk kambing perah)
b. Persyaratan Kandang
1) Tata letak kandang antara lain:
a) tempat kering dan tidak tergenang air saat hujan
b) mudah memperoleh sumber air
c) sirkulasi udara baik dan cukup sinar matahari pagi
d) tidak mengganggu lingkungan hidup
e) mudah diakses transportasi
2) Konstruksi kandang antara lain:
a) konstruksi harus kuat
b) untuk kandang panggung, jarak antar slat/papan/ bambu tidak
terlalu jarang, tidak terlalu rapat untuk menghindari agar kaki
tidak terperosok dan kotoran bisa jatuh serta lantai di bawah
panggung miring, agar kotoran mudah dibersihkan.
c) drainase dan saluran pembuangan limbah baik
d) memenuhi persyaratan sanitasi
e) luas kandang memenuhi persyaratan daya tampung sebagai
berikut :
NO Kondisi Ternak Luasan Kandang
1 Jantan dewasa 1-1,2 m²/ekor
2 Betina dewasa 0,7-1m²/ekor
3 Induk laktasi 0,7-1m²/ekor +
0,5m²/ekor anak
4 Jantan/betina muda (7-12 0,75 m²/ekor
bln)
5 Jantan/betina sapihan (4-7 0,5 m² /ekor
bln)
3. Bibit
Bibit yang digunakan untuk pembibitan kambing dan domba harus
memenuhi persyaratan mutu sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
4. Setiap usaha pembibitan kambing dan domba harus menyediakan pakan
dengan jumlah cukup dan berkualitas yang berasal dari:
a. hijauan pakan, antara lain rumput (rumput budi daya dan rumput
alam), dan legume
b. hasil samping tanaman pangan, perkebunan, dan hortikultura
dengan kualitas tergantung dari umur pemotongan, palatabilitas
dan ada tidaknya zat toksik (beracun) serta tidak bersifat anti
nutrisi
c. pakan konsentrat sebagai sumber protein dan/atau sumber energi
serta tidak boleh mengandung bahan pakan yang berupa darah,
daging dan/atau tulang serta tidak boleh dicampur dengan hormon
tertentu atau antibiotik imbuhan pakan
d. pakan yang berasal dari pabrik harus memiliki nomor pendaftaran
dan diberi label, sedangkan pakan yang dibuat sendiri harus
memenuhi nutrisi.
5. Obat Hewan
a. obat hewan yang dipergunakan dalam pembibitan kambing dan
domba harus memiliki nomor pendaftaran
b. obat hewan yang dipergunakan sebagai imbuhan dan pelengkap
pakan meliputi premiks dan sediaan obat alami sesuai dengan
peruntukannya; dan
c. penggunaan obat hewan harus sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang obat hewan.
B. Prasarana
1. Lahan dan Lokasi
Lahan dan lokasi pembibitan kambing dan domba harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
a. sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi
(RTRWP), Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/ Kota
(RTRWK), atau Rencana Detail Tata Ruang Daerah (RDTRD)
b. Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan
Lingkungan Hidup (UKL/UPL
c. mempunyai potensi sebagai sumber bibit kambing dan domba
d. letak dan ketinggian lahan dari wilayah sekitarnya
memperhatikan topografi dan fungsi lingkungan, sehingga
kotoran dan limbah yang dihasilkan tidak mencemari
lingkungan serta tidak ditemukan penyakit hewan menular
strategis terutama yang berhubungan dengan reproduksi dan
produksi ternak; dan
e. mudah diakses atau terjangkau alat transportasi.
2. Air dan Sumber Energi
Tersedia cukup air bersih sesuai dengan baku mutu dan sumber
energi yang cukup sesuai kebutuhan dan peruntukannya, seperti
listrik sebagai alat penerangan.
2.2 Perkembangan Populasi Ternak
Populasi kambing di Indonesia terbilang cukup besar dan tersebar luas
dengan jenis kambing kacang menempati urutan pertama diikuti jenis
kambing lain diantaranya kambing Peranakan Etawa (PE). Walaupun
jenis kambing sangat banyak di Indonesia namun dalam pemeliharaannya
hanya dapat dibedakan untuk tiga tujuan utama, yakni sebagai penghasil
daging (kambing potong), penghasil susu (kambing perah), dan dwiguna
(Mulyono dan Sarwono 2008). Produksi utama kambing kacang adalah
penghasil daging (Erlangga 2013; Doloksaribu 2005). Kambing
Peranakan Etawa (PE) merupakan salah satu kambing perah yang cukup
potensial sebagai penyedia protein hewani (daging dan susu) (Arief dan
Rahim 2007; Widodo 2012 et al.). Produksi susu kambing PE berkisar antara
0,5-0,7 liter/ekor/hari (Middatul 2010; Zurriyati 2011 et al.). Bobot badan
dikategorikan sebagai sifat yang mempunyai nilai tinggi dan sangat baik
untuk meningkatkan mutu genetik ternak dengan seleksi individu (Tanius
2003). Ukuran dewasa pada kambing beragam dari 20 Kg pada kambing
kacang sampai 100 Kg pada kambing PE (Subandriyo 2004).
Pedet jantan :7
Pedet betina : 21
Dara :3
Muda jantan : 19
Induk : 34
Pejantan :2 +
Total : 86
A. Pemeliharaan Intensif
Sistem pemeliharaan semi ekstensif merupakan pemeliharaan
ternak dengan pengembalaan secara teratur di wilayah yang masih
dibatasi. Memiliki kandang sebagai tempat berlindung dan tempat
tidur ternak pada malam hari. Masa pengembalaan berlangsung
selama 8 jam setiap hari cerah (Astuti, 2008). Kuswandi, dkk(2000)
menyatakan selain rerumputan kambing juga diberi makanan
tambahan sebagai penguat seperti dedak padi, ampas tahu, ubi jalar, dan
lain sebagainya. Garam mineral dan gula merah juga diberikan sebagai
campuran pada air minum kambing atau biasa juga dicampur pada pakan
penguat kambing.Cara ini tidak merugi karena ongkos produksi
hampir nol, akan tetapi secara nasional akan kebutuhan daging sistem
ini tidak diharapkan.Berikut adalah gambar pemeliharaan secara intensif
dan semi intesif (Sarwo, 2010).
B. Perkandangan
Kandang merupakan tempat yang digunakan oleh kambing untuk
hidup dan berkembangbiak. Ada beberapa macam
tipekandangdiantaranya (Rismaniah, 2001) :
1) Kandang koloni:ternak kambingditempatkan dalam satu
kandang, kandang seperti ini akan menimbulkan
perkawinan yang tidak direncanakan, terjadi perkelahian yang
dapat menimbulkan cedera dan persaingan makanan.
2) Kandang kelompok:ternak kambingdikelompokkan berdasarkan
umur/ukuran tubuh,dipisahkanantara anak,dara dan dewasa.
Kandang seperti ini sangat cocok untuk usaha pembibitan kambing.
3) Kandang individu : kandang individu merupakan kandang
pemisahan / penempatan ternak satu ekor setiap satu
kandang,kandang ini sangat cocok untuk usaha
penggemukan.
2.4 Alat dan Perlengkapan Yang Dimiliki serta Fungsi
A. Tindakan Karantina
Ternak yang baru tiba di lokasi peternakan tidak langsung ditempatkan
pada kandang/ tempat pemeliharaan permanent, tetapi tempatkan dahulu
pada kandang sementara untuk proses adaptasi yang memerlukan waktu
sekitar beberapa minggu. Dalam proses adaptasi ternak diamati terhadap
penyakit cacing (dengan memeriksa fesesnya), penyakit orf, pink eye,
kudis, diare, dan sebagainya. Apabila positif terhadap penyakit tertentu
segera diobati dan lakukan isolasi. Dalam adaptasi ini juga termasuk
adaptasi terhadap jenis pakan yang akan digunakan dalam usaha ternak
kambing. Pada adaptasi ini biasanya harus disiapkan berbagai obat-obatan
untuk mengantisipasi terhadap kemungkinan timbulnya berbagai penyakit.
Setelah 7-21 hari ternak dalam keadaan sehat, maka siap untuk
dipindahkan dalam kandang utama
Tujuan dari karantina adalah untuk memastikan ternak yang baru datang
dari luar wilayah peternakan terbebas dari penyakit. Kandang karantina
harus terletak jauh dari lokasi perkandangan ternak pejantan yang lain, hal
ini bertujuan untuk menghindari penularan penyakit oleh ternak yang baru
di datangkan.
E. Desinfeksi Kandang
Desinfeksi kandang dilakukan setiap dua kali dalam sebulan dengan
menggunakan sprayer yang telah terisi larutan desinfektan dan
disemprotkan ke seluruh lantai, dinding, palungan dan halaman kandang.
Tujuan dari desinfeksi kandang adalah untuk mengendalikan populasi
mikroorganisme yang berpotensi menimbulkan penyakit sehingga
merugikan kesehatan ternak. Kegiatan desinfeksi dapat menggunakan
desinfektan Bestadest dengan dosis 2,5 s/d 5 ml/liter (untuk 4m2) atau
Benzaklin dengan dosis 60 ml/10 liter air disemprotkan keseluruh lantai,
dinding, halaman kandang, dan kuku pejantan.
F. Kontrol Ektoparasit
Ektoparasit adalah parasit yang hidupnya menumpang pada bagian luar
atxau permukaan tubuh inangnya, seperti berbagai jenis serangga (lalat,
dll) serta jenis akari (caplak, tungau dll). Keberadaan ektoparasit akan
mengakibatkan ternak merasa tidak nyaman, sehingga nafsu makan ternak
menurun dan akan berdampak pada kualitas produk ternak. oleh karena itu
penyemprotan anti ektoparasit sangat penting dalam agenda pencegahan
penyakit. Penyemprotan anti ektoparasit merupakan suatu tindakan
pengendalian terhadap parasit-parasit dari luar tubuh yang dapat
mengganggu kesehatan ternak. Ektoparasit dapat menyebabkan stres pada
pejantan, serta dapat bertindak sebagai vektor mekanik maupun biologis
penyakit hewan.
Penyemprotan anti ektoparasit dilakukan secara rutin setiap sebulan sekali
menggunakan sunschin dengan obat anti ektoparasit cyperkiller 25 WP
(25% Cypermethrin dengan dosis 30 gr/50 liter air) dan disemprotkan ke
bagian tubuh ternak, seperti bagian perut, pantat, kaki dan punggung.
Penyemprotan anti ektoparasit dilakukan sebaiknya tidak mencemari
pakan, tempat pakan, dan air minum. Cypermethrin adalah piretroid
sintetis yang digunakan untuk keperluan rumah tangga. Ini berperan
sebagai neurotoksin cepat bertindak pada serangga. Dalam hal ini mudah
terdegradasi di tanah dan tanaman. Cypermethrin sangat beracun untuk
ikan, lebah dan serangga air, menurut National Pestisida Jaringan
Telekomunikasi (NPTN). Cypermethrin banyak ditemukan dalam
pembunuh semut, dan pembunuh kecoa, termasuk Raid dan kapur semut.
Anti ektoparasit lain yang digunakan untuk ternak adalah gusanex. Cara
pemakaiannya yaitu dengan menyemprotkan gusanex pada bagian tubuh
ternak yang mengalami luka. Tujuannya agar luka tersebut segera kering
dan tidak dihinggapi oleh lalat yang selanjutnya akan menjadi tempat
berkembangnya telur lalat dan ektoparasit lainnya.
G. Biosecurity
Menurut Winkel (1997) biosekurity merupakan suatu sistem untuk
mencegah penyakit baik klinis maupun subklinis, yang berarti sistem
untuk mengoptimalkan produksi ternak secara keseluruhan, dan
merupakan bagian untuk mensejahterakan hewan (animal welfare).
Biosecurity adalah semua tindakan yang merupakan pertahanan pertama
untuk pengendalian wabah dan dilakukan untuk mencegah semua
kemungkinan kontak/ penularan dengan peternakan tertular dan
penyebaran penyakit (Dwicipto, 2010) .
Biosecurity merupakan tindakan perlindungan terhadap ternak dari
berbagai bibit penyakit (bakteri dan virus) melalui pengamanan terhadap
lingkungannya dan orang atau individu yang terlibat dalam siklus
pemeliharaan yang dimaksud. Tujuannya yaitu supaya bibit penyakit
(bakteri dan virus) yang terbawa dari luar tidak menyebar dan menginfeksi
ternak. Tindakan biosecurity meliputi :
a) Lokasi peternakan harus terbebas dari gangguan binatang liar yang
dapat merugikan.
b) Melakukan desinfeksi dan penyemprotan insektisida terhadap
serangga, lalat, nyamuk, kumbang, belalang disetiap kandang
secara berkala.
c) Setiap kendaraan yang akan masuk ke areal peternakan harus
melewati bak biosecurity dan disemprot, yang mana cairan yang
digunakan adalah cairan desinfektan (lysol).
I. Otopsi
Bila terjadi kasus kematian ternak maka dilakukan otopsi atau bedah
bangkai pada hari yang sama. Setelah itu dilakukan patologi anatomi,
diambil potongan kubus 1 cm pada organ yang terjadi kelainan, kemudian
dimasukkan ke dalam wadah yang berisi larutan formalin 10%. Sampel
tersebut kemudian dikirim ke laboratorium untuk pemeriksaan lebih lanjut,
baru kemudian dilakukan pencatatan atau laporan mortilitas ternak.
2.9 Sumber Daya Manusia
Menurut Mathis dan Jackson, sumber daya manusia (SDM) merupakan
suatu rancangan sistem-sistem formal dalam suatu organisasi untuk
memastikan penggunaan bakat dan potensi manusia secara efektif dan efisien
agar bisa mencapai tujuan organisasi.
Berdasarkan data Survei Angkatan Kerja (Sakernas) pada 2019 jumlah
tenaga kerja sektor pertanian (sub sektor peternakan, tanaman pangan,
perkebunan, hortikultura) sebesar 31,9 %, angka tersebut menunjukkan bahwa
potensi sektor pertanian memberikan kontribusi sumber pendapatan bagi
masyarakat Indonesia.Dewasa ini, banyak isu yang bermunculan bahwasanya
usaha bidang pertanian kurang diminati para generasi muda saat ini. Tenaga
kerja sektor peternakan didominasi oleh masyarakat berusia 60 tahun.
Berdasarkan data statistik Peternakan dan kesehatan Hewan 2019, tenaga kerja
sektor peternakan berusia di atas 60 tahun sebanyak 1,1 juta orang (23,75 %),
berpendidikan Sekolah Dasar sebanyak 1,6 juta orang (33,78 %), dan
berpendidikan Perguruan Tinggi sebanyak 66 ribu orang (0,72 %).
Tenaga kerja sektor peternakan tidak hanya didominasi di atas usia 60
tahun, berpendidikan Sekolah Dasar, dan Perguruan Tinggi akan tetapi, dapat
dilihat berdasarkan jenis pekerjaan, yaitu peternakan rakyat skala kecil dan
industri peternakan. Diantara peternakan rakyat dan industri peternakan, yang
paling banyak menyerap tenaga kerja didominasi oleh peternakan rakyat skala
kecil. Hal tersebut berkaitan dengan adanya unsur budaya dimana beberapa
peternak memiliki ternak karena peninggalan dari turunan dan tidak bertujuan
untuk skala usaha. Namun, berdasarkan hal tersebut peternak rakyat skala
kecil masih termasuk dalam kategori pelaku tenaga kerja di sektor peternakan
berdasarkan segi ekologi dan sosial.
Peternak merupakan penyedia bahan pangan, artinya salah satu sektor
penghasilan yang dapat bertahan apabila terjadi keadaan yang merugikan
keadaan sekitar. Pelaku usaha yang dapat dikatakan sebagai tenaga kerja
sektor peternakan ialah semua pelaku usaha baik di peternakan rakyat maupun
di industri peternakan termasuk operator kandang.
Adapun faktor minimnya dan upaya meningkatatkan SDM di bidang
peternakan antara lain :
a) Minat yang Rendah
Regenerasi tenaga kerja di sektor peternakan ini sangat dibutuhkan,
karena secara umum masyarakat cenderung menganggap bidang ini
tidak menarik terkait permasalahan modal finansial, pasar, dan harga
yang tidak stabil menjadikan alasan rendahnya minat masyarakat.
Secara umum, masyarakat cenderung menganggap bidang peternakan
tidak memiliki prospek yang baik ke depannya.
Kondisi tenaga kerja atau pelaku usaha sektor peternakan saat ini
terancam tidak sejahtera, disebabkan kurangnya pemahaman
pemerintah akan pentingnya penyediaan peternakan. Semangat
pemerintah dalam penyediaan pangan sektor peternakan hanya sebatas
memenuhi kebutuhan pangan, tidak melihat tentang kedaulatan
pangan. Hal tersebut dapat menimbulkan efek negatif yang pada
akhirnya masyarakat Indonesia akan menjadi sumber pasar oleh pihak
luar, berikutnya akan terjadi pengurangan devisa saat impor yang akan
berpengaruh terhadap ketersediaan potensi tenaga kerja.
Ditambah dengan banyaknya persoalan yang terjadi di sektor
peternakan menyebabkan usaha tani berkurang, munculnya inflasi
kenaikan harga produk pertanian yang kemudian pemerintah
sedemikian rupa melakukan intervensi agar harga tersebut turun.
Seperti halnya pada sapi potong dimana pada saat kenaikan harga
terjadi, kemudian dilakukan impor daging sehingga menyebabkan
harga tertekan dan turun. berlaku pula pada ayam pedaging dimana
harga terus terusan berada jauh di bawah Harga Pokok Produksi (HPP)
dari 2018 hingga saat ini.
Jika dibandingkan antara peternakan rakyat skala kecil dengan industri
peternakan, dampak kesejahteraan tenaga kerja paling besar dirasakan
oleh peternakan rakyat skala kecil, disebabkan minimnya modal usaha
dan tidak adanya acuan aturan kebijakan pengelolaan manajemen
usaha serta belum adanya serikat pekerja yang dapat menjadi wadah
sebagai tempat perlindungan dan juga acuan. Keterampilan yang tidak
dimiliki oleh sebagian peternak yang menyebabkan turunnya minat
serta melemahnya usaha yang dijalankan, di perparah sebagian besar
peternak berada di usia 60 tahun ke atas yang tidak memiliki
keterampilan dan minim pengetahuan mengenai peternakan.
b) Upaya Perbaikan
Peternakan merupakan salah satu sektor yang standar gaji di
Indonesia relatif lebih murah dibanding bidang yang lain. Padahal
peternak merupakan penyedia bahan pangan hewani yang seharusnya
lebih diperhatikan. Apabila penyedia pangan diperhatikan oleh
pemangku kebijakan maka kegiatan impor tidak perlu diadakan
sehingga tenaga kerja sektor peternakan lebih ramai peminat karena
dianggap sejahtera.
Terdapat tiga upaya yang harus dilakukan untuk memperbaiki
kesejahteraan tenaga kerja di sektor peternakan, khususnya pada
peternakan skala kecil. Pertama, adanya perbaikan dari sisi teknis
karena secara umum sumber daya manusia masih kurang di bidang
peternakan (termasuk penyuluh) yang dimana hanya terdapat satu
orang penyuluh di satu kecamatan, padahal jumlah kelompok peternak
pada satu kecamatan bisa mencapai 60-100 kelompok. Langkah yang
harus dilakukan ialah perlu adanya rekayasa seperti yang dilakukan
negara Thailand dimana terdapat tiga orang pendamping dalam satu
wilayah yang bertugas dari segi internal dan eksternal. Di internal
bertugas sebagai penanggung jawab teknis dan sosial, sedangkan
eksternal dari sisi finansial dan pengembangan pasar.
Kedua, perlu adanya financial engineering untuk meningkatkan
sumberdaya finansial, tanpa adanya dukungan dari lembaga
pembiayaan peternak rakyat skal kecil akan berat dalam menjalankan
usaha dan mengembangkan peternakan. Artinya, perlu ada koperasi
untuk peminjaman modal usaha bagi peternak dengan skema
pengembalian biaya pinjaman setelah 3 tahun usaha berjalan, karena
usaha peternakan contohnya pada sapi potong membutuhkan waktu
kurang lebih 3 tahun untuk meraih keuntungan. Peran pemerintah
diperlukan juga disini.
Ketiga, perlu adanya penjamin dan penyediaan pasar (off-taker
product), apabila dua hal tersebut sudah dilaksanakan, selanjutnya ada
penjamin pasar hasil ternak menjadi hal yang penting untuk membantu
pengembangan peternakan dan penyerapan tenaga kerja. Upaya ini
harus lebih fokus ke peternakan rakyat skala kecil, karena industri
peternakan sudah memiliki penjaminan dari off-taker produknya
sendiri.
Langkah berikutnya untuk memperbaiki kondisi tenaga kerja
peternakan adalah ketersediaan data yang valid. Selama ini yang selalu
menjadi pokok permasalahan adalah data (penguatan informasi),
terdapat kebijakan impor akan tetapi landasan data kurang. Selanjutnya
harus melakukan peningkatan kapasitas teknis untuk peternak. Jika
sudah dilakukan barulah bisa menciptakan peternak yang sudah lebih
kompeten dan memahami jaringan model pasar di peternakan.
BAB III
3.1 Kesimpulan
Kambing Peranakan Ettawa (PE), merupakan salah satu sumber daya
penghasil bahan makanan berupa daging dan susu yang memiliki nilai
ekonomi yang tinggi, dan penting artinya bagi masyarakat. Seiring hal tersebut
budidaya kambing memiliki peluang yang cukup besar dengan semakin
sadarnya masyarakat akan kebutuhan gizi perlu segera dipenuhi. Berat tubuh
bangsa kambing PE sekitar 32-37 kg dan produksi susunya 1 - 1,5 liter per
hari.
3.2 Saran
Setelah melakukan praktikum, menurut saya Populasi kambing di
Indonesia terbilang cukup besar dan tersebar luas dengan jenis kambing
kacang menempati urutan pertama diikuti jenis kambing lain
diantaranya kambing Peranakan Etawa (PE). Walaupun jenis kambing
sangat banyak di Indonesia namun dalam pemeliharaannya hanya dapat
dibedakan untuk tiga tujuan utama, yakni sebagai penghasil daging
(kambing potong), penghasil susu (kambing perah), dan dwiguna.
DAFTAR PUSTAKA
Arief, & F. Rahim. 2007. Hubungan Bobot Badan, Lingkar Ambing, dan Umur
Induk Terhadap Produksi Susu Sapi Fries Holland di Kelompok Tani
Permata Ibu Padang. Universitas Andalas Padang.
Astuti, M. 2008. Parameter produksi kambing dan domba di daerah dataran tinggi,
Kecamatan Tretep, Kabupaten Temanggung. Dalam : Domba dan
Kambing di Indonesia. Pros Pertemuan Ilmiah Penelitian Ruminansia
Kecil, Bogor, 22-23 November 2008. Puslitbang Peternakan, Bogor.
Cook BG, Pengelly BC, Brown SD, Donnelly JL, Eagles DA, Franco MA,
Hanson J, Mullen BF, Partridge IJ, Peters M, Schultze-Kraft R. 2005.
Tropical forages: An interactive selection tool. Brisbane (AUS): CSIRO.
https://kumparan.com/talumaulana07/kambing-dan-domba-herculeskesejahteraan-
peternak-indonesia-1vMqDHYtxJZ/full. (26 Juni 2021)
https://www.ilmuternak.com/2016/05/manfaat-kulit-ari-kedelai-sebagai-pakan-
ternak.html#:~:text=Kulit%20ari%20kedelai%20ini%20masih,energy
%20metabolis%202898%20kkal%2Fkg. (26 Juni 2021)
https://www.ilmuternak.com/2017/01/manfaat-dan-kandungan-air-rebusan-
kedelai-untuk-ternak.html. (26 Juni 2021)
https://www.brilio.net/serius/11-pengertian-sumber-daya-manusia-menurut-para-
ahli-200416b.html#:~:text=Menurut%20Mathis%20dan%20Jackson%2C
%20sumber,agar%20bisa%20mencapai%20tujuan%20organisasi.(26 Juni
2021)
http://troboslivestock.com/detail-berita/2020/06/01/72/13072/muhammad-
qomarun-najmi-dinamika-sdm-peternakan- (26 Juni 2021)
https://www.ilmuternak.com/2015/06/manajemen-kesehatan-pada-ternak.html.
(26 Juni 2021)
Jama, Palrq C.A., Bures, R.J., Niang,A., Gachengo, C., Nzigrheba, G., and
Amandalo, B, “Tithonia diversifolia as a Green Manure for soil Fertility
Improvement in Wesern Kenya: A Review”, Agroforestry system, 49(2),
2000
Mulyono, & Sarwono. 2008. Teknik Pembibitan Kambing dan Domba. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Peternakan dalam angka 2020. 2020. Livestock in Figure 2020. Badan Pusat
Statistik
Rismaniah, I. 2001. Sistem Pemeliharaan Ternak Kambing dan Domba.
Ciawi, Bogor. Fakultas Pasca Sarjana, Universitas Padjajaran, Bandung.
Sulardi & Sany, TAM. (2019). Uji Pemberian Limbah Padat Pabrik Kopi Dan
Urine Kambing Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Tomat
(Lycopersicum esculentum Mill). Jasa Padi, 3(2), 7-13