Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGENDALIAN VEKTOR DAN BINATANG PENGGANGGU-B

“BIOASSAY DAN SUSCEPTABILITY TEST’’

DISUSUN OLEH:

1. UMI NUR AZIZAH P07133216001


2. AIRIN KARTIKA DEWI P07133216007
3. NOVITA KUMALA SARI P07133216008
4. AGUNG KURNIAWAN P07133216009
5. SAUMI ANGGIT MUSOFI P07133216025
6. ULFIATUN NISA P07133216029
7. BEKTI NUR IMANI P07133216036
8. FITRI AYU ARUMSARI P07133216031
9. ARIEF NUMAN ANNAFISE P07133216038

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN SANITASI LINGKUNGAN

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN

POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA

2018
PENGENDALIAN VEKTOR DAN BINATANG PENGGANGGGU – B

Materi Praktik : Bioassay dan Susceptability test


Kompetensi : Melakukan Survei Vektor dan Binatang Pengganggu
Waktu : 480 menit

A. Latar Belakang
Penyakit zoonosis adalah penyakit yang ditularkan dari hewan ke manusia atau sebaliknya.
Salah satu cara penularan penyakit ini dapat terjadi melalui vektor. Saat ini banyak penyakit
zoonosis pada manusia yang merupakan Kejadian Luar Biasa (KLB) muncul karenan peranan
vektor yang tak terkendali. Penyakit ini sebenarnya sudah lama diketahui keberadaannya dan
dianggap umum, tetapi karena kegagalan pengendalian vektor maka penyakit ini selalu terjadi
berulang kali (Berijaya, 2006).
Nyamuk merupakan salah satu serangga yang memiliki peran sebagai vektor dari agen
penyakit. Penyakit yang ditularkan oleh nyamuk masih merupakan masalah kesehatan bagi
masyarakat, baik di perkotaan maupun di pedesaan, seperti: Demam Berdarah Dengue (DBD),
Malaria, Filariasis (kaki gajah), Chikungunya dan Encephalitis. Biasa (KLB) yang pada
beberapa tahun terakhir ini cenderung mengalami peningkatan jumlah kasus maupun
kematiannya. Nyamuk yang menyebabkan penyakit-penyakit tersebut diantaranya adalah
nyamuk anopheles, aedes, culex, dan lainnya (Suharyo, 2006).
Pengendalian vektor nyamuk terdiri dari beberapa langkah. langkah awal dengan
menurunkan populasi nyamuk, dengan memberantas tempat perindukan nyamuk dan juga
aktivitas untuk membunuh nyamuk dewasa ataupun larva nyamuk dengan insektisida
(Komariah, 2010). Penyemprotan rumah dan pemakaian kelambu berinsektisida pada
prinsipnya memperpendek umur nyamuk sehingga penyebaran dan penularan penyakit dapat
terputus (Sucipto, 2011)
lnsektisida umumnya hanya diuji pada skala laboratorium, sementara berbagai faktor di
lapangan sangat berpengaruh. Faktor-faktor yang mempengaruhi residu insektisida
diantaranya adalah dosis, suhu dan kelembaban, jenis permukaan benda, alat semprot dan ·
ukuran droplet (Hariastuti, 2007).
Metode yang digunakan untuk mengetahui kekuatan/ daya bunuh insektisida yang
digunakan serta efek residual insektisida yang digunakan untuk pengendalian vektor secara
kimiawi disebut dengan metode bioassay,baik untuk pemberantasan nyamuk dewasa maupun
jentik. Dengan kata lain bioassay dilakukan untuk mengetahui efektif atau tidaknya insektisida
yang digunakan terhadap vektor dalam program pemberantasan vektor. Uji yang banyak
dilakukan antara lain uji terhadap kelambu yang diberi insektisida (Yahya, 2013), uji terhadap
fogging(Djati, 2005), dan uji terhadap IRS (Hariastuti, 2007). Untuk itu, praktikum yang kami
lakukan pada acara ini adalah mengetahui metode pengukuran efektivitas insektisida dalam
menanggulangi persebaran nyamuk yaitu dengan uji bioassay.

Pengendalian vektor dengan melakukan uji daya tahan serangga terhadap insektisida
merupakan salah satu program pengendalian penyakit yang ditularkan vektor (demam
berdarah). Insektisida yang digunakan biasanya hanya berdasarkan hasil uji coba terhadap satu
spesies saja nyamuk vektor dan pada kondisi satu daerah saja, sedang Indonesia yang
merupakan negara kepulauan dengan keragaman ekosistem kepekaan nyamuk vektor pun
mungkin berbeda dari satu daerah dengan daerah lainnya. Selain itu akibat penggunaan
insektisida kimia yang berulang-ulang menimbulkan masalah baru yaitu membunuh serangga
bukan target dan timbulnya resistensi vektor terhadap insektisida.

Untuk itu dilakukan pengujian daya tahan serangga (Suscepbility test) terhadap insektisida
yang di gunakan untuk melakukan pengendalian. Apakah serangga tersebut rentan terhadap
insektisida yang diujikan atau tidak. Uji Suscepbility test adalah uji daya tahan nyamuk
terhadap insektisida yang sangat esensial berdasarkan kuantifikasi enzim yang bertanggung
jawab pada proses resistensi. Keunggulah dari uji Suscepbility test adalah informasi setatus
kerentanan diperoleh lebih cepat dan dapat menunjukan mekanisme penurunan kerentanan
(Resistensi dan toleransi) yang di ukur pada serangga secara individu.(Widiarti, 2002).

B. Tujuan Praktikum
1. Untuk mengetahui cara uji bioassay nyamuk
2. Untuk mengukur daya bunuh insektisida yang digunakan dalam pengendalian nyamuk.

C. Bahan dan Alat


Bahan
1) Kapas
2) Beberapa jenis formulasi insektisida siap pakai
3) Serangga uji
4) Kain kassa
Alat
NO BIOASSAY SUCEPTABILITY
1. Pippet tetes Residu Dinding:
- Bioassay cone
- Hand atomizer spray
2. Killing tube Residu pada Media Uji
- Media uji (keramik, triplex, kaca)
- Pippet tetes
- Corong kaca / pape cup

D. Prosedur Kerja
SUCEPTABILITY TEST
a) Memasukkan serangga uji ke dalam killing tube sejumlah minimal 20 ekor untuk masing-
masing tabung (sebanyak 4 tabung termasuk 1 tabung control).
b) Membuka sekat ruang dan memindahkan serangga uji ke ruang exposure tube.
c) Menutup kembali sekat ruang setelah semua serangga uji berada pada ruang exposure.
d) Tutup bagian atas ruang exposure menggunakan impregnated paper dan teteskan
sebanyak 3 (tiga tetes insektisida yang diujikan) dan tunggu selama 1 jam kontak.
e) Setelah 1 jam kontak, hitung jumlah nyamuk yang mati baik pada tabung perlakuan
maupun tabung control, bila ada nyamuk yang masih hidup/pingsan maka dipindahkan
ke tempat lain dan diberi makanan larutan gula 10% tunggu selama 24 jam setelah itu
hitung dan amati jumlah nyamuk yang mati.
f) Bila ada kematian pada kelompok control maka jumlah kematian akibat insektisida
dihitung mengikuti ketentuan abbot formula.
BIOASSAY DINDING
a) Masukkan serangga uji pada masing-masing bioassay cone sebanyak 20 ekor.
b) Bioassay cone yang dipasang sebanyak 3 untuk perlakuan dan 1 untuk control.
c) Semprotkan insektisida yang akan diuji pada dinding hingga timbul kesan basah.
d) Tempelkan bioassay cone yang sudah terisi serangga uji pada dinding yang sudah
disemprot insektisida.
e) Tunggu kontak selama 1 jam.
f) Setelah 1 jam kontak, hitung julah nyamuk yang mati baik pada perlakuan maupun pada
control, bila ada nyamuk yang masih hidup/pingsan maka dipindah ke tempat lain dan
diberi makanan larutan gula 10% kemudian diamati hinga 24 jam, lalu dihitung jumlah
nyamuk yang mati.
g) Bila ada kematian pada kelompok control, maka jumlah kematian akibat insektisida
dihitung mengikuti ketentuan penggunaan abbot formula.

BIOASSAY MEDIA UJI


a) Siapkan 3-4 corong kaca / pape cup, jumlah corong kaca disesuaikan dengan jumlah jenis
insektisida yang akan diuji.
b) Letakkan serangga ukuran besar (seperti kecoa) dengan ukuran dan species yang sama di
bawah corong kaca.
c) Teteskan 3 tetes insektisida di bagian depan corong kaca.
d) Gerakkan tabung kaca menutupi tempat yang sudah diberi tetesan insektisida.
e) Catat waktu dan perubahan-perubahan yang terjadi pada serangga uji, mulai dari gerakan
lambat, cepat, lambat, dan mati.
f) Bandingkan perbedaan respons serangga pada setiap jenis insektisida yang diuji.
E. Hasil Kerja dan Pembahasan
SUSCEPTIBILITY TEST
Berdasarkan praktikum uji kerentanan yang dilakukan di Laboratorium Vektor Jurusan
Kesehatan Lingkungan diperoleh hasil :
Jumlah Presentase
Percobaan Waktu Keterangan
Kematian Kematian
HIT 1 ekor 30 Menit 50 % Resisten
Baygon 2 ekor 25 Menit 100 % Rentan
Vape 2 ekor 25 Menit 100 % Rentan
Kontrol 0 ekor 30 Menit 0% -
Keterangan :

a. Rentan = Kematian > 98%


b. Meragukan = Kematian berkisar 80 -98 %
c. Resisten = Kematian < 80%

Pembahasan
Praktikum dilakukan pukul 10.00 WIB pada hari Senin, 15 Oktober 2018 di
Laboratorium Vektor Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta . Pada
percobaan susceptability atau uji kerentanan ini bertujuan untuk mengetahui kekebalan
fisiologis dari nyamuk.
Praktikum dilakukan menggunakan 3 killing tube , dengan masing-masing
mendapatkan 3 tetes setiap jenis insektisida yaitu HIT, Baygon dan Vape dengan waktu
papar 30 menit.
Dari hasil praktikum yang kami lakukan diperoleh hasil bahwa percobaan pertama
dengan insektisida HIT angka kematian nyamuk 50 % , pada Insektisida Baygon angka
kematian 100 % hanya dengan waktu 25 menit. Kemudian, untuk percobaan menggunakan
insektisida Vape angka kematiannya 100 % dengan paparan waktu 25 menit. Sedangkan,
pada kontrol dengan waktu 30 menit tidak terjadi kematian atau presentase angka kematian
0%.
Hal ini dipengaruhi oleh kondisi nyamuk yang di uji kemungkinan tidak sama jenis
kelaminnya antara killing tube yang satu dengan yang lainnya , nyamuk yang diuji belum
kenyang darah dan jarak antar killing tube terlalu dekat.
Hal ini menunjukan bahwa, nyamuk resisten pada insektisida HIT yang
mengandung bahan aktif Propoksur 1,18% , d-aletrin 0,22%. Resistensi nyamuk atau daya
tahan nyamuk terhadap berbagi jenis insektisida bergantung pada dua faktor, yaitu faktor
luar dan faktor dalam.
1) Faktor dalam meliputi kondisi kekebalan tubuh nyamuk sendiri, semakin kuat daya
kekebalan tubuh nyamuk maka nyamuk tidak akan cepat mati. Selain itu bergantung
pada ukuran tubuh nyamuk dan jenis kelamin nyamuk. Semakin besar tubuh
nyamuk maka daya tahnnya akan semakin meningkat dan nyamuk jantan cenderung
lebuh resisten terhadap berbagai gangguan. Umur nyamuk juga menjadi faktor
penentu daya tahan nyamuk, semakin muda atau semakin tua maka daya tahan
nyamuk terhadap insektisida juga akan rendah, daya tahan insektisida akan
meningkat jika umur nyamuk pada kisaran remaja.
2) Sedangkan untuk faktor luar yang mempengaruhi adalah jenis obat nyamuk yang
digunakan, semakin obat nyamuk mengandung zat kimia yang memiliki kualitas
toksik yang tinggi maka daya tahan nyamuk akan rendah. Jumlah populasi nyamuk
pada suatu area, jika populasi nyamuk semakin banyak maka daya tahan nyamuk
akan semakin rendah. Luas area tempat habitat nyamuk dalam hal ini botol yang
digunakan sebagai tempat uji daya tahan nyamuk, semakin sempit area maka daya
tahan nyamuk akan semakin rendah.

BIOASSAY
1. Bioassay Dinding
Berdasarkan praktikum uji efektivitas insektisida terhadap suatu vektor penyakit
yang dilakukan di Laboratorium Vektor Jurusan Kesehatan Lingkungan diperoleh hasil :
Jumlah Presentase
Insektisida Waktu Pemaparan Keterangan
Kematian Kematian
Nyamuk 1 : 7 menit 54 detik
Insektisida
Baygon 2 ekor Nyamuk 2 : 8 menit 01 detik 100 %
masih baik
Rata-rata : 8 menit 18 detik
Nyamuk 1 : 27 menit 44 detik
Insektisida
HIT 2 ekor Nyamuk 2 : 29 menit 09 detik 100 %
masih baik
Rata-rata : 28 menit 27 detik
Nyamuk 1 : 21 menit 30 detik
Insektisida
Vape 2 ekor Nyamuk 2 : 31 menit 40 detik 100 %
masih baik
Rata-rata : 26 menit 35 detik
Nyamuk 1 : 30 menit
Kontrol 0 ekor Nyamuk 2 : 30 menit 0% -
Rata-rata : 30 menit

Keterangan :
Kematian > 50 – 100% = insektisida masih baik
Kematian < 50% = insektisida sudah tidak baik

Ketentuan Penggunaan Abbot formula :


a. Kematian uji adalah kematian perlakuan bila kematian kelompok kontrol kurang dari
5%.
b. Kematian uji dikoreksi dengan abbot formula, bila kematian kelompok kontrol
berkisar 5 – 20%.
c. Bila kematian kelompok kontrol lebih dari 20%, maka uji harus diulang karena ada
kematian yang disebabkan oleh penyebab lain selain insektisida yang diuji.

% Kematian uji−% kematian kontrol


Rumus Abbot adalah sebagai berikut : x 100%
100−kematian kontrol

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa kematian kontrol yang dipaparkan selama
30 menit sebesar 0%. Dengan demikian kematian uji adalah kematian perlakuan.
Berdasarkan tabel di atas, nyamuk yang diberi perlakuan dengan tiga merk insektisida,
yaitu baygon, HIT, dan vape semuanya menunjukkan kematian 100%. Persentase tersebut
jika dibandingkan dengan kategori, termasuk ke dalam kategori insektisida masih baik
(angka kematian > 50 – 100%.
Insektisida yang paling cepat membunuh nyamuk adalah baygon. Baygon bisa
membunuh 2 ekor nyamuk dalam waktu 8 menit 18 detik. Kemudian insektisida yang
paling cepat kedua dalam membunuh 2 ekor nyamuk yaitu vape. Vape bisa membunuh 2
ekor nyamuk dalam waktu 26 menit 35 detik. Sedangkan HIT bisa membunuh 2 ekor
nyamuk dalam waktu 28 menit 27 detik. Waktu ini adalah waktu terlama dibandingkan
waktu bunuh insektisida lainnya.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ketiga merk insektisida (baygon, HIT,
dan vape) masih dalam keadaan baik. Namun, insektisida yang paling efektif membunuh
vector berupa nyamuk adalah insektisida merk baygon.

2. Bioassay Media
Berdasarkan praktikum uji efektivitas insektisida terhadap suatu vektor penyakit
yang dilakukan di Laboratorium Vektor Jurusan Kesehatan Lingkungan diperoleh hasil :
Insektisida Waktu Keadaan Kecoa % Kematian (30 menit) Media
Baygon 00.00.00 – 00.03.00 Naik ke atas dan bingung
00.03.00 – 00.04.00 Terbalik
00.04.00 – 00.04.15 Kaki melemah
0%
00.04.15 – 00.06.00 Badan terbalik, kaki sedikit bergerak
00.30.00 Belum mati
00.37.00 Mati
Kaca
Vape 00.00.00 – 00.00.36 Mengeluarkan cairan berwarna hijau
00.00.36 – 00.00.56 Pusing 100%
00.01.30 Mati
RAID 00.00.00 – 00.00.48 Badan terbalik
100%
00.01.20 Mati
Kontrol 00.00.00 – 00.30.00 Hidup 0%
Vape 00.00.00 – 00.02.00 Panik
00.02.00 – 00.02.16 Naik ke atas
00.02.16 – 00.03.43 Mencari celah
00.03.43 – 00.12.42 Panik saat mencari celah 0%
00.12.42 – 00.25.53 Bergerak lemas
00.25.53 – 00.30.03 Lemah Kayu
00.30.03 – 01.00.00 Masih hidup dengan kondisi lemah
Baygon 00.00.00 – 00.01.17 Bingung
00.01.17 – 00.01.35 Naik dan terbalik’
100%
00.01.35 – 00.01.54 Panik dan kaki bergerak cepat
00.01.54 – 00.03.07 Kaki mulai melambat
00.03.07 – 00.10.36 Perlahan mulai sekarat dan kaki mulai
tidak bergerak
00.14.16 Kecoa mati sempurna
Kontrol 00.00.00 – 00.30.00 Hidup 0%

% Kematian
Insektisida Waktu Kematian Keadaan Kecoa Media
(30 menit)
00.14.16 Kecoa mati sempurna 100% Kayu
Baygon
00.30.00 Belum mati 0% Kaca
Masih hidup dengan Kayu
00.30.03 – 01.00.00 0%
Vape kondisi lemah
00.01.30 Mati 100% Kaca

RAID 00.01.20 Mati 100% Kaca


00.30.00 Hidup 0% Kaca
Kontrol
00.30.00 Hidup 0% Kayu

Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa kecoa kontrol di media kaca dan kayu
yang telah dipaparkan selama 30 menit tetap dalam keadaan hidup. Hal ini berarti hasil uji
sama dengan hasil perlakuan.
Semua kecoa baik perlakuan dan kontrol dipaparkan selama 30 menit. Namun ada
kecoa yang sebelum 30 menit sudah mati, sehingga pemaparan dihentikan dan dicatat
hasilnya. Selama pemaparan dengan insektisida, reaksi kecoa berbeda-beda pada setiap
perlakuan seperti yang telah tertera di tabel.
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa tidak semua kecoa yang diberi perlakuan
mati. Insektisida baygon hanya dapat membunuh kecoa dalam waktu ≤ 30 menit pada
media kayu, yaitu dengan waktu 14 menit 16 detik. Sedangkan pada media kaca, baygon
tidak mampu membunuh kecoa dalam waktu ≤ 30 menit.
Insektisida vape hanya dapat membunuh kecoa dalam waktu ≤ 30 menit pada media
kaca, yaitu dengan waktu 1 menit 30 detik. Sedangkan pada media kayu, vape tidak
mampu mematikan kecoa dalam waktu ≤ 30 menit.
Kemudian untuk insektisida RAID hanya diuji dengan media kaca saja. Hasilnya
menunjukkan bahwa RAID dapat membunuh kecoa dalam waktu ≤ 30 menit, yaitu dalam
waktu 1 menit 20 detik.
Dari tabel dan penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa ketiga insektisida
memberikan hasil yang berbeda-beda pada setiap media. Hal ini dipengaruhi beberapa
faktor, salah satunya adalah ukuran dan jenis kelamin kecoa. Kecoa yang kami gunakan
mempunyai ukuran dan jenis kelamin yang berbeda pada setiap perlakuan. Hal ini
menjadikan ketidak akuratan untuk mengetahui keefektifan insektisida dalam membunuh
kecoa pada media yang berbeda.
Meskipun begitu, ketiga insektisida (baygon, vape, dan RAID) ini dinyatakan
masih dalam keadaan baik karena bisa membunuh kecoa dalam waktu ≤ 30 menit
(kematian 100%), walaupun tidak pada semua media. Adapun insektisida yang paling
efektif membunuh kecoa adalah insektisida RAID dengan media kaca. Insektisida ini
mempunyai waktu bunuh paling cepat dibanding insektisida lainnya, yaitu 1 menit 20
detik.

3. Bioassay Kelambu
Berdasarkan praktikum uji efektivitas insektisida terhadap suatu vektor penyakit yang
dilakukan di Laboratorium Vektor Jurusan Kesehatan Lingkungan diperoleh hasil :
Insektisida Nyamuk ke- Waktu kematian Persentase Kematian
Baygon 1 5 menit 40 detik
100%
Baygon 2 4 menit 50 detik

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa insektisida baygon dapat


mematikan 2 ekor nyamuk dalam waktu ≤ 30 menit. Nyamuk 1 mati setelah terpapar
baygon selama 5 menit 40 detik, sedangkan nyamuk kedua mati setelah terpapar baygon
selama 4 menit 50 detik. Persentase kematian menunjukkan 100%. Hal ini menunjukkan
bahwa insektisida baygon dinyatakan baik.

F. Kesimpulan
a. Bioassay
Pada uji bioassay dinding, bioassay media, dan bioassay kelambu mendapat hasil
kematian 100% dengan waktu yang berbeda dikarenakan besar, dan jenis kelamin
nyamuk, dan kecoa yang ditangkap. Dalam hasil tersebut insektisida yang digunakan
masih dalam keadaan baik.

b. Suscebtibility Test
Dari hasil praktikum yang kami lakukan dari 3 jenis insektisida (HIT, Baygon dan
Vape), yang memiliki daya bunuh paling cepat yaitu Baygon dengan angka kematian
100% dalam waktu 25menit . Sedangkan yang daya bunuhnya paling lambat yaitu HIT
dengan angka kematian 50% dalam waktu 25menit .
G. Daftar Pustaka

http://andie-hermawan.blogspot.com/2013/01/laporan-praktikum-kesehatan-lingkungan.html

https://siskaphiany.wordpress.com/2015/03/20/uji-bioassay-laporan-praktikum-pengendalian-
vektor-epidemiologi/

H. Lampiran
UJI BIOASSAY

Foto kegiatan Keterangan


Alat yang digunakan ada pipet untuk
mengambil insektisida dan aspirator untuk
menangkap nyamuk

Insektisida yang digunakan adalah baygon,


hit, dan vape

Proses pemberian insektisida pada alat,


sebanyak 3 tetes dari masing-masing
insektisida

3 tabung yang berisi masing-masing 2 ekor


nyamuk dan telah ditetesi insektisida masing-
masing yaitu hit, baygon, dan vape

Diberikan waktu 30 menit, kemudian setelah


30 menit hitung berapa nyamuk yang mati,
jika terdapat nyamuk yang tidak mati maka
tetap dihitung.
Satu tabung control yang berisi 2 ekor
nyamuk dan tidak diberikan insektisida,
diletakkan jauh dari ketiga tabung yang tadi
untuk menghindari kontaminasi insektisida
yang akan mengakibatkan nyamuk di tabung
control mati.

UJI SUSPECTIBILITY

Foto kegiatan Keterangan


Masing-masing gelas diisi 2 ekor nyamuk dan
atasnya ditutup kain streamin

3 gelas untuk praktik, dan 1 gelas untuk


kontrol

Insektisida yang digunakan adalah baygon,


hit, dan vape

Kemudian tembok yang akan digunakan


sebagai tempat pengujian disemprotkan
insektisida sampai muncul efek basah pada
tembok dengan jarak penyemprotan 30 cm

Tabung yang tadi diletakkan diatas tembok


yang telah disemprot insektisida dan ditunggu
sampai dengan nyamuk mati. Dihitung berapa
menit sejak terpaparnya nyamuk sampai
dengan mati.

Anda mungkin juga menyukai