Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH SANITASI TEMPAT –TEMPAT UMUM

“SANITASI BIOSKOP”

DISUSUN OLEH :

Firgiy anitasary 1713451018


Mela amalia rahman 1713451020
Tri desyarani ranchman 1713451021
Resti dwi jayanti 1713451023
Mila Agustin 1713451029
Aulia Harkaz Aguly 1713451030
Tri Fitria Ulfa 1713451040
Anita Sari 1713451045

DIII KESEHATAN LINGKUNGAN


JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG
TAHUN AJARAN 2018/2019
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan YME karena rahmat dan petunjuk-Nya

penulis bisa menyelesaikan makalah sebagai tugas mata kuliah Sanitasi Tempat-Tempat Umum

yang berjudul “Sanitasi Bioskop,” ini.

Dengan selesainya makalah ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada seluruh pihak yang telah ikut membantu menyelesaikan makalah ini. Penulis
ingin mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada,
1. Seluruh dosen pengampuh mata kuliah Sanitasi Permukiman dan Tempat-Tempat Umum yang
telah banyak membimbing dan memberi masukan kepada penulis hingga terselesaikannya
makalah ini.
2. Orang tua kami, atas segala restu dan dukungannya.
3. Teman-teman, yang selalu memberi semangat kepada penulis untuk menyelesaikan makalah
ini.
Penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikan makalah ini. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang relevansinya dengan penyempurnaan makalah ini sangat penulis
harapkan. Kritik dan saran sekecil apapun akan penulis perhatikan dan pertimbangkan demi
penyempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini mampu memberikan manfaat dan mampu memberikan suatu nilai
tambah kepada para pembacanya.

Bandar lampung, 22 Januari 2019

Penulis
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sanitasi
2.2 Bioskop
2.3 Sanitasi Bioskop
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.1 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sanitasi merupakan suatu cara untuk mencegah terjadinya suatu penyakit menular dengan
jalan memutuskan mata rantai dari sumber. Sanitasi merupakan usaha kesehatan masyarakat
yang menitikberatkan pada penguasaan terhadap berbagai factor lingkungan yang
mempengaruhi derajat kesehatan (Arifin dalam Djamil, 2014).
Menurut Djamil (2014) sanitasi tempat-tempat umum merupakan usaha untuk mengawasi
kegiatan yang berlangsung di tempat-tempat umum terutama yang erat kaitannya dengan
timbulnya atau menularnya suatu penyakit sehingga kerugian yang ditimbulkan oleh kegiatan
tersebut dapat dicegah.
Sanitasi tempat-tempat umum menjadi suatu perhatian khusus bahkan bisa menjadi
problem. Hal ini dikarenakan tempat umum merupakan suatu tempat di mana terdapat banyak
orang bertemu dan melakukan kegiatan. Dengan demikian maka besar kemungkinan untuk
terjadinya penyebaran atau penularan penyakit dari berbagai penyakit yang dibawa oleh
berbagai macam orang tersebut. Salah satu contoh tempat umum seperti bioskop juga perlu
diperhatikan.
Bioskop merupakan gedung pertunjukkan untuk film (Kamus Besar Bahasa Indonesia).
Terdapat banyak orang yang melakukan kegiatan bersama, yaitu menonton film di bioskop.
Dengan demikian sanitasi biokop harus diperhatikan dalam rangka mencegah terjadinya
penularan penyakit seperti yang telah disebutkan sebelumnya terkait dengan pengertian dari
sanitasi. Kegiatan sanitasi bioskop ini bertujuan untuk meningkatkan estetika dan kenyamanan
bagi para pengunjung saat berada di kawasan bioskop.
Terdapat berbagai aspek di dalam sanitasi biokop, antara lain konstruksi bangunan,
fasilitas sanitasi seperti kamar mandi dan WC, saluran pembuangan air limbah, tempat
pembuangan sampah, dan sebagainya. Di berbagai wilayah di Indonesia, bioskop sudah
semakin berkembang seiring dengan kemajuan teknologi.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka perumusan masalahnya adalah: bagaimana hasil
penilaian sanitasi di bioskop.

1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu untuk mengetahui hasil penilaian sanitasi di
bioskop.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sanitasi
Menurut Dr.Azrul Azwar, MPH, sanitasi adalah cara pengawasan masyarakat yang
menitikberatkan kepada pengawasan terhadap berbagai faktor lingkungan yang mungkin
mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat.

Menurut Ehler & Steel, sanitation is the prevention of diseases by eliminating or


controlling the environmental factor which from links in the chain of tansmission. Menurut
Hopkins, sanitasi adalah cara pengawasan terhadap factor-faktor lingkungan yang mempunyai
pengaruh terhadap lingkungan

Sehingga dapat disimpulkan sanitasi adalah segala upaya pengawasan terhadap faktor-
faktor lingkungan yang dilakukan untuk menjamin terwujudnya kondisi yang memenuhi
persyaratan kesehatan.

2.2 Bioskop
Menurut Suparlan, yang disebut dengan bioskop adalah suatu tempat yang mempunyai
bangunan atau gedung dengan konstruksi tertentu di dalamnya, yang mana masyarakat umum
berkumpul dengan dapat melihat film ada layar putih. Dalam hal ini maka yang dimaksud
dengan bioskop mempunyai unsur-unsur:
1. Gedung yang permanen
2. Ada fasilitas
3. Ada jam pertunjukkan tertentu
Macam-macam bioskop:
1. Film theater adalah tempat pertunjukan film biasa, di Indonesia ini disebut Bioskop.
2. Drive in Theater adalah tempat pertunjukan film dimana para penonton dapat
memasukan mobilnya sekaligus ke ruang tempat pertunjukan dan menonton dari atas
mobil yang dibawanya.
3. Cyclo Rama adalah tempat pertunjukan film dimana para penonton seolah-olah berada
ditengah-tengah kejadian cerita dalam film yang dipertunjukan.
Pertunjukan bioskop dengan dipungut biaya atau tidak yang bersifat sementara
misalnya pertunjukan film-film propaganda di kampung atau untuk umum di sekolah di
dalam pasar malam dll, dianggap bukan gedung bioskop resmi dan dibebaskan dari
peraturan-peraturan dan syarat-syarat untuk bioskop permanen.
2.3 Sanitasi Bioskop
Persyaratan, tuntutan dan standar bangunan bioskop (Cinema), terbagi sebagai berikut
(Rusdi, 2010):
A. Bagian Luar Bioskop
1. Letak
Letak atau lokasi gedung biskop perlu diperhatikan karena letak berpengaruh
terhadap kenyamanan dari gedung bioskop. Bentuk letak ini perlu diperhatikan sebagai
berikut:
a. Di tempat yang luas dengan alasan agar memberikan tampat untuk parkir mobil
dan lain-lain kendaraan, serta memberikan keleluasan dan kepuasan para
pengunjung untuk mamandang keindahan sekitarnya. Agar kendaraan dapat
diparkir dengan rapih/teratur perlu adanya rambu untuk tempat parkir
b. Di tempat yang strategis yaitu ditengah-tengah dekat perumahan penduduk agar
mudah dicapai dengan berjalan atau dengan kendaraan, serta ditengah-tengah
tempat rekreasi lain
c. Di tempat yang jauh dari faktor penganggu, seperti tempat pembuangan sampah,
industri yang gaduh dan terlalu ramai
d. Di tempat yang tinggi dan kering, tidak dekat rawa atau daerah banjir.
2. Halaman
a. Halaman sangat penting untuk gedung bioskop, digunakan untuk parkir
kendaraan dan hendaknya cukup luas
b. Halaman harus bersih, tidak terdapat sampah-sampah yang berserakan,
genangan air, oli, dll
c. Pagi dan malam hari halaman bioskop perlu penerangan minimal 3 cm pada
permukaan tanah
d. Halaman perlu diberi pagar sebagai pembatas
e. Arah-arah lalu lintas dibuat teratur baik untuk penonton maupun untuk
kendaraan-kendaraan yang keluar masuk halaman
f. Sisa peralatan yang tidak digunakan untuk parkir dapat dibuat pertamanan
dengan tumbuh-tumbuhan, bunga-bunga untuk menambah keindahan sekitarnya
B. Bagian Dalam Bioskop
1. Ruang Tunggu
Ruang tunggu di gedung bioskop perlu sekali karena:
a. Memberikan tempat bagi para pengunjung yang telah untuk beristirahat
b. Memberikan tempat bagi para penonton untuk menunggu gilirannya menonton
film.
Oleh sebab itu, ruang tunggu perlu dijaga kebersihannya, disediakan tempat
sampah yang cukup, kursi diatur sedemikian rupa, diberi potpot bunga sehingga ruang
tunggu tersebut bentuknya menarik dan menyenangkan.
2. Exterior Traffic
Exterior traffic sangat penting, karena akan melancarkan lalu lintas penonton
untuk menuju ke bagian-bagian lain di lingkungan exteriour gedung tersebut.
Tanpa adanya exteriour traffic lalu lintas penonton akan terganggu. Beberapa hal
yang harus mendapatkan perhatian dari exteriour traffic adalah:
a. Hendaknya jalan-jalan tersebut dibuat cukup lebar
b. Hendaknya jalan-jalan yang menghubungkan dari bagian ke bagian lain cukup
jelas dan teratur
c. Agar keluar masuknya pengunjung teratur maka pintu yang menuju ke ruang
pertunjukkan dan pintu yang keluar dari tempat pertunjukkan hendaknya
terpisah
d. Perlu diperhatikan pencahayaan yang cukup agar tidak panas perlu dipasang
ventilasi buatan
e. Untuk menjaga kebersihan perlu disediakan tempat-tempat atau rokok maupun
puntung rokok
Hal yang penting dalam exterior traffic adalah sebagai berikut:
a. Hendaknya jalan/gang dibuat cukup lebar sesuai dengan tempat duduk yang
tersedia di ruang tunggu.
b. Pembidangan dari pelataran-pelataran seperti:
1) Daerah snack bar
2) Daerah WC/urinoir
3) Daerah tempat orang-orang masuk ke tempat pertunjukan dibagi lagi dalam
pembidangan kelas-kelas.
4) Daerah penjualan karcis
c. Penertiban keluar masuknya para pengunjung dari dan ke dalam tempat
pertunjukan. Pengaturan ini dapat dilakukan dengan diadakan nya pintu masuk
sendiri pintu keluar sendiri sehinggga pada waktu pertunukan bioskop selesai, tidak
menganggu bagi orang-orang yang akan menonton pertunjukan kedua.
d. Adanya tempat abu dan putung rokok sepanjang jalan dari daerah tersebut.
e. Penerangan dan ventilasi yang cukup dapat dipasang ventilasi buatan beruap kipas
angin atau exhauster atau sesuai dengan kemampuan pengatur udara (air
conditioning).
3. WC dan Urinoir
Persyaratan dari WC adalah:
a. Jumlah WC (jamban) adalah minimal 1 buah untuk setiap 200 kursi
b. Jamban untuk laki-laki dan jamban untuk wanita harus terpisah
c. Harus tersedia air yang cukup banyak untuk menggelontor maupun untuk
membersihkan
d. Keadaan jamban harus selalu dalam keadaan bersih dan terpelihara
e. Penerangan minimal 50 lx pada permukaan lantai
Persyaratan dari urinoir:
a. Jumlah minimal 1 buah untuk 100 kursi
b. Tersedia air pembersih yang cukup
c. Penerangan minimal 5 fc pada lantai
d. Keadaan selalu bersih dan terpelihara
e. Urinoir yang baik adalah type single urinoir, cara membersihkannya secara berkala
5 menit atau 10 menit sekali dapat dipakai “intermittent automatic flushing
device”.
Di tempat tersebut sebaiknya terdapat washtafel (tempat cuci tangan) dilengkapi
dengan sabun dan tissue.
4. Pemadam Kebakaran
a. Di dalam gedung bioskop harus tersedia alat pemadam kebakaran yang masih
berfungsi dan diletakkan di tempat yang mudah dilihat dan mudah dijangkau oleh
umum
b. Pada setiap alat pemadam kebakaran perlu adanya penjelasan tentang cara
penggunaannya
c. Jumlah pemadam kebakaran disesuaikan dengan besar kecilnya gedung bioskop
C. Ruang Pemutaran Film
1. Dinding
Dinding gedung bagian dalam dibuat menurut konstruksi yang tepat sehingga
mencegah gema suara, mencegah penyerapan suara (absorbsi), serta membantu
resonansi (menguatkan suara). Dinding gedung menerapkan sistem akustik. Sistem
Akustik adalah pengolahan tata suara pada suatu ruang untuk menghasilkan kualitas
suara yang nyaman untuk dinikmati.
2. Lantai
Lantai harus terbuat dari bahan yang kedap air, keras, tidak licin, dan mudah
dibersihkan. Kemiringan (slope) dibuat sedemikian rupa sehingga pemandangan
penonton yang berada dibelakang tidak terganggu oleh penonoton didepannya.
Kemiringan/penurunan perbedaan tinggi antara barisan kursi yang satu dengan barisan
yang lain di depan atau di belakangnya kurang leibh 10 centimeter. Seperti yang
dikemukakan oleh departemen penerangan bersama lembaga ilmu pengetahuan
indonesia atas hasil penyelidikanya yaitu:
“Jarak antara sandaran kursi yang berurutan menurut normal ukuran orang
Indonesia adalah kurang lebih 90 cm, dengan sudut penurunan ideal ke arah layar 6,20
terhadap garis horizontal, berarti perbedaan tinggi kepala kursi yang berurutan 10
centimeter.”
3. Tempat Duduk atau Kursi
Tempat duduk juga merupakan faktor yang penting dalam gedung bioskop
karena apabila tempat duduk tidak nyaman untuk diduduki maka penonton akan
merasa terganggu menyaksikan pertunjukan. Tempat duduk dibuat untuk perorangan
dan dilengkapi dengan sandaran belakang, sandaran tangan, dan sandaran kaki untuk
mencegah kelelahan selama pertunjukan.
Pengaturan harus sedemikian rupa sehingga tidak berimpitan minimal ada jarak
40 cm antara kursi dengan kursi di depannya untuk jalan penonton menuju kursi yang
dituju. Barisan kursi terdepan minimal 6 meter dari layar dengan sudut pandangan
kurang dari 30o. Tiinggi kursi dari lantai sebaiknya 48 cm dengan sandaran setinggi 38
sampai 40 cm, sedangkan sandaran tangan disesuaikan dengan kemungkinan tangan
dapat bersandar dengan baik, ukuran kursi disesuaikan dengan keadaan orang
Indonesia pada umumnya yaitu minimal 40-45 cm, terbuat dari bahan yang kuat dan
tempat duduk yang empuk, tetapi memudahkan untuk membersihkan baik kotoran
ataupun serangga.

Gambar urutan tempat duduk


Sumber: Neufart Data Arsitek 2
4. Layar Film
Layar merupakan alat yang penting dalam suatu bioskop dan perlu
diperhatikan sebab sejak film diputar sampai selesai pandangan penonton selalu tertuju
ke layar tersebut. Syarat-syarat yang harus dipenuhi adalah:
a. Sebaiknya berwarna putih dan diberi warna gelap ditepi
b. Ukuran harus disesuaikan dengan kekuatan proyeksi dari proyektor film
c. Permukaan yang licin dan bersih
d. Jarak antar layar dengan proyektor dan luasnya ruangan harus sesuai sehingga
gambar proyeksi pada layar benar-benar baik dari segi kesehatan dan segi estetika.
Departemen penerangan dan lembaga ilmu pengetahuan Indonesia
mengemukakan bahwa jarak ideal antara proyektor film terhadap layar adalah kurang
lebih 40 m
5. Proyektor Film dan Ruangan
Penggunaan proyektor sebaiknya mempunyai dua buah dengan ukuran yang
sesuai dengan ukuran film yang banyak beredar sehingga penggantian antar roll film
tidak mengharuskan pertunjukan terputus. Syarat-syarat proyektor yaitu harus baik,
terang dan tidak bergetar sehingga tidak merusak mata. Ruang harus disesuaikan
dengan peralatan dengan jumlah petugas yang melayani proyektor tersebut agar tidak
terjadi kecelakaan. Begitu pula suhu, kelembaban, penerangan yang sesuai dengan
syarat–syarat ruangan normal.
6. Sound System
Sound System adalah suatu alat elektronik yang digunakan untuk mengeraskan
suara sehingga bisa terdengar jelas oleh seluruh penonton. Macam sound system ada
dua yaitu, Sound system mono yang hanya dipakai sebuah amplifier dan sebuah load
speakers. Yang kedua adalah stereo yang dipakai dua atau lebih amplifier dalam satu
unit ataupun unit terpisah dan loudspeakers untuk setiap amplifier. Tipe stereo
sebaiknya dipakai dalam gedung bioskop karena suara yang keluar mendekati suara
yang sebenarnya.
Pengaturan suara sound system di dalam gedung bioskop perlu diperhatikan
dengan penempatan pengeras suara pada dinding dalam jarak yang sama antara satu
dengan yang lainnya, untuk memungkinkan suara yang diterima oleh telinga penonton
dapat merata. Suara dap diukur dengan satuan decibel (dB) antara 80-85 decibel.
7. Ventilasi
Tujuan dari ventilasi adalah memasukkan udara yang segar dan mengeluarkan
udara yang kotor. Ruang pertunjukan mutlak harus mempunyai ventilasi yang baik dan
cukup. Bila suatu ruangan tidak mempunyai sistem ventilasi yang baik, maka akan
menimbulkan beberapa keadaan yang dapat merugikan kesehatan dan kehidupan.
Kadar oksigen akan berkurang, karena pemakaian yang tidak seimbang
sehingga mengakibatkan peningkatan gas asam arang CO2. Hal ini dapat
mengakibatkan sesak napas dan puusing, ruangan akan berbau tidak enak dan
kelembaban udara dalam ruangan akan naik karena penguapan dari kulit atau
pernafasan sehingga mengganggu fungsi paru-paru.
Syarat suhu dan kelembababan yang ideal menurut Drs. Soebagio Rekso
Soebroto adalah suhu ruang atau kamar normal 27o C, kelembababan yang baik adalah
40%. Sedangkan menurut Ir. Budy Gunawan agar udara dalam ruangan selalu segar,
maka ruangan tersebut harus mempunyai sistem ventilasi yang baik sehingga
menghasikkan suhu antara 20oC - 25oC dengan kelembaban diantara 40%-50%.
Sistem ventilasi pada umumnya terbagi menjadi dua yaitu:
a. Ventilasi alami
Ventilasi alami ini dapat dibuat dengan jalan memasang jendela dan lubang-
lubang angin atau dengan menggunakan bahan bangunan yang berpoti-pori.
b. Ventilasi buatan
Prinsip dari ventilasi buatan ini adalah mengalirkan udara dengan
menggunakan alat-alat seperti kipas angin (fan), alat penghisap udara (exhauster)
dan alat pendingin (air conditioning). Untuk bangunan yang diperuntukan bagi
umum seperti bioskop, ventilasi buatan ini sangat baik.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam penggunanaan ventilasi ini
adalah:
a. Bila digunakan kipas angin, maka pergerakan udara hanya berupa putaran
udara sehingga masih diperlukan ventilasi alamiah.
b. Apabila menggunakan alat penghisap udara (exhauster) pada prinsip kerjanya
adalah menghisap udara dalam ruangan yang sudah kotor untuk dikeluarkan.
Alat ini masih membutuhkan ventilasi alam sebagai jalan udara masuk dari luar
yang masih segar.
Pada penggunaan air conditioning terjadi pengolahan udara dengan
penyaringan pendinginan dan pengaturan kelembaban dalam ruangan yang yang
tertutup dan suhu dapat diatur, yang harus diperhatikan dalam penggunakan
ventilasi lain, dan orang yang berada dalam ruangan dilarang merokok.
8. Pencahayaan
Penerangan diperlukan sebelum pertunjukan dimulai dan setelah selesai
pertunjukan utuk memudahkan para pengunjung mencari atau keluar dari kursinya.
Hal-hal yang perlu diperhatikan sehubungan dengan penerangan ini yaitu tidak
menyilaukan, tidak terlalu redup bagi penonton dan petugas, panas yang ditimbulkan
sedapat mungkin relatif kecil, cahaya teratur dan tidak bergetar serta tidak
menyebabkan kebakaran.
9. Sistem Lalu Lintas
Sistem lalu lintas dalam arena pertunjukan bioskop perlu diatur sedemikian
rupa sehingga kelancaran arus penonton waktu keluar tidak terhambat karenanya.
Sebaiknya lalu lintas ini dibagi atas 4 bagian, yaitu:
a. Lalu lintas utama lebar minimal 2 meter.
b. Lintas blok lebar minimal 80 cm.
c. Lintas antar kursi lebar minimal 40 cm.
d. Lintas keliling ruangan lebar minimal 50 cm.

Gambar lintas antar kursi


Sumber: Neufart Data Arsitek 2
10. Pintu Darurat
Pintu bahaya yang dimaksud di sini adalah sebagai pengaman apabila tiba-
tiba terjadi sesuatu kecelakaan seperti kebakaran, gempa bumi dan lain-lain sehingga
penonton dapat dengan mudah keluar dari dalam gedung. Syarat-syarat yang harus
dipenuhi oleh pintu bahaya adalah sebagai berikut:
a. Jarak pintu bahaya yang satu dengan yang lain minimum 5 meter.
b. Dipasang simetris disebelah kanan dan kiri ruangan pertunjukan.
c. Lebar pintu minimal 2 kali lebar pntu biasa (160 cm)
d. Daun pintu harus membuka keluar
e. Selama pertunjukan berlangsung pintu bahaya tidak boleh dikunci
f. Diatas pintu bahaya dipasang tanda merah dengan tulisan “pintu bahaya” yang
jelas.
11. Keadaan Bebas dengan Tikus dan Serangga
Keadaan ini perlu diterapkan baik pada interior maupun pada exterior, karena
serangga dan tikus ini dapat menyebabkan gangguan mental dan menimbulakan
penyakit pada pengunjung. Pencegahan terhadap serangga dapat dilakukan dengan
cara:
a. Kebersihan umum harus tetap dijaga dengan baik dalam gedung maupun luar
gedung pertunjukan
b. Jangan sampai terdapat tempat-tempat mati dalam pengaturan barang atau alat-
alat untuk memudahkan dalam pembersihan.
c. Pemasangan kawat kasa pada lubang-lubang angin
d. Pencahayaan yang sempurna agar sinar dapat menerangi secara merata ke seluruh
ruangan.
Pencegahan terhadap tikus dapat dilakukan dengan cara:
a. Menjaga kebersihan ruangan
b. Menghindari adanya sudut-sudut mati atau ruangan gelap.
c. Menghindari tempat-tempat yang bisa digunakan oleh tikus untuk bersarang.
d. Memasang teralis pada lubang ventilasi bagian bawah.
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

Djamil, SD. 2014. (serial online) dari: http://eprints.ung.ac.id/5976/5/2012-1-13201-811408104-


bab2-14082012113425.pdf (diakses tanggal 22 Februari 2019)
Mukono, H. J. 2006. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Surabaya: Airlangga University Press
Rusdi, Putu. 2010. Standar Ruangan Bioskop. Universitas Udayana.
Suyono dan Budiman. 2012. Ilmu Kesehatan Masyarakat dalam Konteks Kesehatan Lingkungan.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai