Anda di halaman 1dari 58

PRAKTIKUM I

PENYEHATAN AIR

Tempat : Workshop Kesehatan Lingkungan


Judul : Saringan Air Sederhana
Tujuan : Untuk mengetahui proses penjernihan air dengan saringan air
sederhana.

I. Tinjauan Pustaka

Air dan sanitasi merupakan kebutuhan yang sangat vital bagi kehidupan
manusia, karena itu jika kebutuhan tersebut belum tercukupi maka dapat
memberikan dampak yang besar terhadap kerawanan kesehatan maupun social.
Air yang digunakan harus memenuhisyarat dari segi kualitas maupun
kuantitasnya. Secara kualitas, air harus tersedia pada kondisi yang
memenuhisyarat kesehatan; yang dapat ditinjau dari aspek fisika, kimia, dan
biologi. Adanya perkembangan industri danpemukiman dapat mengancam
kualitas air bersih, sehingga diperlukan upaya perbaikan baik secara
sederhanamaupun modern. (Baker, 2013)
Saringan air sederhana/tradisional merupakan modifikasi dari saringan
pasir arang dan saringan pasir lambat. Pada saringan tradisional ini selain
menggunakan pasir, kerikil, batu dan arang juga ditambah satu buah lapisan injuk
/ ijuk yang berasal dari sabut kelapa. Untuk bahasan lebih jauh dapat dilihat pada
artikel saringan air sederhana. (Kusnaedi, 2013)

Filtrasi adalah suatu proses pemisahan zat padat dari fluida (cair maupun
gas) yang membawanya menggunakan suatu medium berpori atau bahan berpori
lain untuk menghilangkan sebanyak mungkin zat padat halus yang tersuspensi dan
koloid. Secara umum filtrasi adalah proses yang digunakan pada pengolahan air
bersih untuk memisahkan bahan pengotor (partikulat) yang terdapat dalam air.
Pada prosesnya air merembes dan melewati media filter sehingga akan
terakumulasi pada permukaan filter dan terkumpul sepanjang kedalaman media
yang dilewatinya. Filter juga mempunyai kemampuan untuk memisahkan
partikulat semua ukuran termasuk didalamnya algae, virus, dan koloid-koloid
tanah.

Pada filtrasi dengan media berbutir, terdapat mekanisme filtrasi sebagai


berikut:
a. Penyaringan secara mekanis (mechanical straining)
b. Sedimentasi
c. Adsorpsi atau gaya elektrokinetik
d. Koagulasi dalam filter bed
e. Aktivitas biologis
Catatan tertulis paling awal tentang pengolahan air, sekitar tahun 4000
SM, menyebutkan filtrasi air melalui pasir dan kerikil. Walaupun sejumlah
modifikasi telah dibuat dengan cara yang aplikasi, filtrasi tetap menjadi salah satu
teknologi mendasar terkait dengan pengolahan air. Digunakannya media filter
atau saringan karena merupakan alat filtrasi atau penyaring yang memisahkan
campuran solida likuida dengan media porous atau material porous lainnya guna
memisahkan sebanyak mungkin padatan tersuspensi yang paling halus. Dan
penyaringan ini merupakan proses pemisahan antara padatan atau koloid dengan
cairan, dimana prosesnya bisa dijadikan sebagai proses awal (primary
treatment).(Baker, 2013)
Pada pengolahan air baku dimana proses koagulasi tidak perlu dilakukan,
maka air baku langsung dapat disaring dengan saringan jenis apa saja termasuk
pasir kasar. Karena saringan kasar mampu menahan material tersuspensi dengan
penetrasi partikel yang cukup dalam, maka saringan kasar mampu menyimpan
lumpur dengan kapasitas tinggi. Karakteristik filtrasi dinyatakan dalam kecepatan
hasil filtrat.Masing-masing dipilih berdasarkan pertimbangan teknik dan ekonomi
dengan sasaran utamanya, yakni menghasilkan filtrat yang murah dengan kualitas
yang tetap tinggi.Dikarenakan juga karena air olahan yang akan disaring berupa
cairan yang mengandung butiran halus atau bahan-bahan yang larut dan
menghasilkan endapan, maka bahan-bahan tersebut dapat dipisahkan dari cairan
melalui filtrasi. Apabila air olahan mempunyai padatan yang ukuran seragam
maka saringan yang digunakan adalahsingle medium. (Tjokrokusumo, 2006)
Sebaliknya,jika ukuran padatan beragam maka digunakan saringan dual
mediumatau three medium. Bagian filter yang berperan penting dalam melakukan
penyaringan adalah media filter. Media Filter dapat tersusun dari pasir silika
alami, anthrasit, atau pasir garnet. Media ini umumnya memiliki variasi dalam
ukuran, bentuk dan komposisi kimia.(Kusnaedi, 2013)

II. Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan slab yaitu
sebagai berikut:
Alat
1. Ember
2. Kran
3. Bor
4. Besi pengaduk
5. SDD ( Shock Drat Dalam )
6. Sealtape
7. Lem

Bahan
1. Tawas
2. Koral
3. Pasir
4. Kaporit
5. Ijuk
6. Kapur
7. Bata
8. Air
III. PROSEDUR KERJA

1. Siapkan alat dan bahan


2. Cuci pasir,koral, dan ijuk sampai benar-benar bersih
3. Buat lubang bagian bawah ember,lalu pasangkan kran
4. Masukkan air dan batu bata yang telah di haluskan ke dalam ember
pertama
5. Ambil sampel air tersebut menggunakan gelas aqua
6. Tambahkan kapur,tawas dan kaporit dengan perbandingan 1 : 1 : 2 sendok
teh ke dalam ember yang telah berisi air dan halusan batu bata
(perbandingan tersebut untuk ember yang berukuran 25 ml)
7. Diamkan selama 15 menit sampai membentuk flok ( gumpalan atau
endapan )
8. Letakkan ijuk,koral dan pasir yang sudah bersih ke dalam ember kedua
dengan ketinggian masing-masing 20 cm
9. Buka kran dari ember pertama
10. Buka kran dari ember kedua
11. Alirkan ke ember ketiga sebagai ember penampungan dan masukkan juga
ke dalam gelas aqua sebagai sampel sesudah penyaringan
12. Bandingkan perbedaan air sampel sebelum penyaringan dan sesudah
penyaringan.
IV. HASIL PENGAMATAN

a. Pencucian pasir b. Penyusunan ijuk,koral dan pasir

c. Pengambilan sampel air d. Pemberian tawas, kapur , dan


kaporit

e. Pengaliran air dari ember 1 ke f.Hasil perbandingan airsebelum dan


ember 2 sesudah penyaringan
V. KESIMPULAN

Dari praktikum penyaringan air kali ini kami menggunakan saringan


sederhana untuk menjernihkan air . Dalam praktikum ini membutuhkan bahan
saringan yaitu pasir,koral, dan ijuk dengan ketinggin masing-masing 20 cm dan
bahan koagulasi,yaitu kapur, tawas dan kaporit dengan perbandingan 1 : 1 : 2.
Dapat disimpulkan kelompok kami mendapatkan hasil air yang bersih dari
perbandingan sampel air sebelum penyaringan. Sehingga air hasil penyaringan ini
dapat digunakan untuk mandi, cuci, dan kakus.
VI. DAFTAR PUSTAKA

Baker, 2013 : Laporan Praktikum Penjernihan Air


http://kikirisky25.blogspot.com/2014/11/laporan-praktikum.html(Diakses
pada tanggal 13 Oktober 2018, pukul 10.00 WIB )

Kusnaedi,2013 : Laporan Praktikum Penjernihan


Airhttp://kikirisky25.blogspot.com/2014/11/laporan-praktikum.html(Diakses
pada tanggal 13 Oktober 2018, pukul 10.00 WIB)

Tjokrokusumo, 2006 : Penjernihan Air Praktikum


Biologihttp://aanindriyani.blogspot.com/2013/11/penjernihan-air-praktikum-
biologi.html (Diakses pada tanggal 13 Oktober 2018, pukul 10.05 WIB)
PRAKTIKUM II
PENYEDIAAN AIR

Tempat : Workshop Kesehatan Lingkungan


Judul :Pembuatan Saringan Pasir Lambat
Tujuan : Mengetahui cara pembuatan saringan pasir lambat

VII. Tinjauan Pustaka


Saringan pasir lambat adalah bak saringan yang menggunakan
pasir sebagaimedia filter dengan ukuran butiran sangat kecil, namun
mempunyai kandungan kuarsayang tinggi. Proses penyaringan
berlangsung secara gravitasi, sangat lambat, dansimultan pada seluruh
permukaan media. Proses penyaringan merupakan kombinasi antara proses
fisis (filtrasi, sedimentasi dan adsorpsi), proses biokimia dan
proses biologis. Apabila air baku mempunyaikandungan kekeruhan tinggi
dan konsentrasi oksigen terlarut rendah, maka sistemsaringan pasir lambat
membutuhkan pengolahan pendahuluan, yang direncanakanterpisah dari
standar ini (SNI 3981:2008 tentang Perencanaan instalasi saringan pasir
lambat) (Utomo, Sudiyo,dkk . 2012)

Unit pengolahan air dengan saringan pasir lambat merupakan suatu


paket. Air baku yang digunakan yakni air sungai atau air danau yang
tingkat kekeruhannya tidak terlalu tinggi. Jika tingkat kekeruhan air
bakunya cukup tinggi misalnya pada waktu musim hujan, maka agar
supaya beban saringan pasir lambat tidak telalu besar, maka perlu
dilengkapi dengan peralatan pengolahan pendahuluan misalnya bak
pengendapan awal dengan atau tanpa koagulasi bahan dengan bahan
kimia. Umumnya disain konstruksi dirancang setelah didapat hasil dari
survai lapangan baik mengenai kuantitas maupun kualitas. Dalam gambar
desain telah ditetapkan proses pengolahan yang dibutuhkan serta tata letak
tiap unit yang beroperasi. Kapasitas pengolahan dapat dirancang dengan
berbagai macam ukuran sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan
(Thamrin 2008)

Saringan Pasir Lambat (SPL) alias Slow Sand Filter (SSF) sudah
lama dikenal di Eropa sejak awal tahun 1800an. Untuk memenuhi
kebutuhan akan air bersih, Saringan Pasir Lambat dapat digunakan untuk
menyaring air keruh ataupun air kotor. Saringan Pasir Lambat sangat
cocok untuk memenuhi kebutuhan akan air bersih pada komunitas skala
kecil atau skala rumah tangga. Hal ini tidak lain karena debit air bersih
yang dihasilkan oleh SPL relatif kecil (Iqbal, 2014)

Menurut Baker (2008), catatantertulis paling


awaltentangpengolahan air, sekitartahun 4000 SM, menyebutkanfiltrasi air
melaluipasirdankerikil.
Walaupunsejumlahmodifikasitelahdibuatdengancara yang aplikasi,
filtrasitetapmenjadisalahsatuteknologimendasarterkaitdenganpengolahan
air. Digunakannya media filter
atausaringankarenamerupakanalatfiltrasiataupenyaring yang
memisahkancampuransolidalikuidadengan media porous atau material
porous lainnyagunamemisahkansebanyakmungkinpadatantersuspensi yang
paling halus. Dan penyaringaninimerupakan proses
pemisahanantarapadatanataukoloiddengancairan,
dimanaprosesnyabisadijadikansebagai proses awal (primary treatment).

MenurutTjokrokusumo (2010), padapengolahan air bakudimana


proses koagulasitidakperludilakukan, maka air
bakulangsungdapatdisaringdengansaringanjenisapasajatermasukpasirkasar.
Karenasaringankasarmampumenahan material
tersuspensidenganpenetrasipartikel yang cukupdalam,
makasaringankasarmampumenyimpanlumpurdengankapasitastinggi.Karak
teristikfiltrasidinyatakandalamkecepatanhasilfiltrat.Masingmasingdipilihbe
rdasarkanpertimbanganteknikdanekonomidengansasaranutamanya,
yaknimenghasilkanfiltrat yang murahdengankualitas yang tetaptinggi.
SesuaidenganStandarNasional Indonesia (2008), Slow Sand filter
atausaringanpasirlambatadalahbaksaringan yang
menggunakanpasirsebagai media
penyaringandenganukuranbutiransangatkecil,
namunmempunyaikandungankuarsa yang tinggi. Proses
penyaringanberlangsungsecaragravitasi, sangatlambat,
dansimultanpadaseluruhpermukaan media. Proses
penyaringanmerupakankombinasiantara proses fisis (filtrasi,
sedimentasidanadsorbsi), proses biokimiadan proses biologis.
Saringanpasirlambatlebihcocokmengolah air baku, yang
mempunyaikekeruhansedangsampairendah, dankonsentrasioksigenterlarut
(dissolved oxygen) sedangsampaitinggi. (Rachmad, 2014)

Ukuran media pasir yang sangatkecilakanmembentukukuranpori-


poriantarabutiran media jugasangatkecil. Meskipunukuranpori-
porinyasangatkecil,
ternyatamasihbelummampumenahanpartikelkoloiddanbakteri yang
adadalam air baku. Akan tetapidenganaliran yang berkelok-
kelokmelaluipori-porisaringandanjugalapisankulitsaringan,
makagradienkecepatan yang
terjadimemberikankesempatanpadapartikelhalus,
untuksalingberkontaksatusamalain, danmembentukgugusan yang
lebihbesar, yang dapatmenahanpartikelsampaipadakedalamantertentu,
danmenghasilkanfiltrat yang memenuhipersyaratankualitas air minum.
(Rachmad, 2014)

Saringan pasir lambat merupakan instalasi pengolahan air yang


mudah, murah, dan efisien.Saringan pasir lambat mempunyai effisiensi
yang tinggi untuk menghilangkan kekeruhan, rasa, dan bau pada air,
bahkan mampu menghilangkan bakteri dengan sangat baik. Untuk
menghilangkan rasa dan bau pada air kadang-kadang perlu dilengkapi
dengan karbon aktif, dan untuk menghilangkan bakteri sering
dipergunakan kaporit (Reynold, 2013)
Proses
penyaringanpadaSaringanPasirLambatdilakukansecarafisikadanbiologi.
SecaraFisika, partikel-partikel yang adadalamsumber air yang
keruhataukotorakantertahanolehlapisanpasir yang adapadasaringan.
Secarabiologi, padasaringanakanterbentuksebuahlapisanbakteri. Bakteri-
bakteridari genus Pseudomonas
danTrichodermaakantumbuhdanberkembangbiakmembentuksebuahlapisan
khusus. Padasaat proses filtrasidengan debit air lambat (100-200
liter/jam/m2 luaspermukaansaringan), patogen yang
tertahanolehsaringanakandimusnahkanolehbakteri-bakteritersebut. (Yoko,
2009)

Teknologi saringan pasir lambat yang banyak diterapkan di


Indonesia biasanya adalah saringan pasir lambat konvesional dengan arah
aliran dari atas ke bawah (down flow), sehingga jika kekeruhan air baku
naik, terutama pada waktu hujan, maka sering terjadi penyumbatan pada
saringan pasir, sehingga perlu dilakukan pencucian secara manual dengan
cara mengeruk media pasirnya dan dicuci, setelah bersih dipasang lagi
seperti semula, sehingga memerlukan tenaga yang cucup banyak.
Ditambah lagi dengan faktor iklim di Indonesia yakni ada musim hujan air
baku yang ada mempunyai kekeruhan yang sangat tinggi. Hal inilah yang
sering menyebabkan saringan pasir lambat yang telah dibangun kurang
berfungsi dengan baik, terutama pada musim hujan. (Sutrisno, 2011)

Jika tingkat kekeruhan air bakunya cukup tinggi misalnya pada


waktu musim hujan, maka agar supaya beban saringan pasir lambat tidak
telalu besar, maka perlu dilengkapi dengan peralatan pengolahan
pendahuluan misalnya bak pengendapan awal atau saringan "Up Flow"
dengan media berikil atau batu pecah, dan pasir kwarsa / silika.
Selanjutnya dari bak saringan awal, air dialirkan ke bak saringan utama
dengan arah aliran dari bawah ke atas (Up Flow). Air yang keluar dari bak
saringan pasir Up Flow tersebut merupakan air olahan dan di alirkan ke
bak penampung air bersih, selanjutnya didistribusikan ke konsumen
dengan cara gravitasi atau dengan memakai pompa. (Sutrisno, 2011)

A. Jenis-jenis Saringan Pasir Lambat

Saringan pasir lambatsangatcocokdigunakandalamskalakecil.

Jenis saringan pasirlambat (SPL) ada 2 macamyaitu:

1. Saringanpasirlambat “Down Flow” ataukonvensional.

Saringanpasirlambat yang menggunakansystem penyaringan air


dariataskebawah,yang pencucian media saringan
danfilternyadilakukan secara manual yakni denganmengeruklapisanpasirba
gianatas, kemudiandicucidengan air bersih.

2. Saringanpasir lambat “Up Flow”

Saringan pasir lambat dengan menggunakansistempenyaringandaribawahk


eatas, yangmempunyai keunggulan dalam hal pencucianmedia saring yang
lebihmudahdibandingdengan model saringanpasirlambatkonvensional.
Jika saringan telah jenuh atau buntu dapat dilakukan pencucian balik
dengan cara membuka kran penguras. Dengan adanya pengurasan ini, air
bersih yang berada dilapisan pasir padat berfungsi sebagai air pencuci
media penyaring atau (backwash) (Puwo Subekti, 2015)

VIII. Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan saringan pasir
lambat yaitu sebagai berikut:
A. Alat
8. Akuarium

B. Bahan
1. Pasir
2. Koral
3. Air

IX. Prosedur Kerja

Adapun prosedur kerja dalam pembutan saringan pasir lambat yaitu sebagai
berikut:

a. Masukkan air ke dalam bak penampung awal


b. Kemudian air mengalir kedalam bak Sedimentasi 1 dengan cara down
flow melewati koral dan pasir
c. Dari bakSedimentasi 1, air mengalir kedalam bak sedimentasi 2 dengan
cara up flow melewati koral dan pasir
d. Dari bak sedimentasi 2 air mengalir kedalam bak penampungan air bersih

X. HasilPraktikum

Saringan Pasir Lambat


A. TAMPAK BELAKANG

60 cm

53 cm

B. POTONGAN A – A

60 cm

25,5 cm
C. TAMPAK ATAS

21 cm 51 cm
5 cm

60 cm
30 cm

20 cm 7,2 cm

D. POTONGAN B – B
99,2 cm

22,5 cm
E. TAMPAK DEPAN

60 cm

F.

55cm

53 cm

F. TAMPAK SAMPING

27,2 cm 51 cm 21 cm

46,5 cm
55 cm
53 cm

V. Kesimpulan

Dari hasilpraktikumkelompok 2 yang telah dilakukan dapatdisimpulkanbahwa,


praktikum pembuatan pasir lambatmerupakansuatuteknologisederhanadengan air
yang mengalirsecara up flow dan down
flow.Saringanpasirlambatmerupakanteknologiuntukmenjernihkan air, tetapi air
hasilpenyaringandarisaringanpasirlambattidakdapatlangsung di minum.
DAFTAR PUSTAKA

Baker, 2008:Pengolahan air bersihdengansistemsaringanpasirlambat (downflow)

https://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jtsl/article/view/1878/pdf

Diakses pada tanggal 13 oktober 2018, pukul 19.00 WIB

Iqbal, 2014 : Saringan Pasir Lambat


http://rickylasatira.blogspot.com/2014/06/makalah-wirausaha-
tentangsaringan.html
Diakses pada tanggal 13 oktober 2018, pukul 19.00 WIB

Purwo Subekti, 2015 : Saringan Pasir Lambat (Up Flow)


http://www.academia.edu/7555209/perencanaan_instalasi_pengolahan_air
_bersih_dengan_saringan_pasir_lambat_up_flow_di_kampus_universitas_
pasir_pengaraian_kabupaten_rokan_hulupropinsi_riau
Diakses pada tanggal 13 oktober 2018, pukul 19.00 WIB

Rachmad, 2014:Pengolahan air bersihdengansistemsaringanpasirlambat


(downflow)

https://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jtsl/article/view/1878/pdf

Diakses pada tanggal 13 oktober 2018, pukul 19.00 WIB

Reynold, 2013 : Definisi Saringan Pasir Lambat


https://datenpdf.com/download/makalah-saringan-pasir-lambat-water-
purification-filtration_pdf

Diakses pada tanggal 13 oktober 2018, pukul 19.00 WIB

(Sutrisno, 2011) : Sistem Saringan Pasir Lambat

http://www.kelair.bppt.go.id/Sitpa/Artikel/Pasir/pasir.html

Diakses pada tanggal 13 oktober 2018, pukul 19.00 WIB

Thamrin,2008 : Pengolahan Pasir Lambat


http://www.kelair.bppt.go.id/Sitpa/Artikel/Pasir/pasir.html
Diakses pada tanggal 13 oktober 2018, pukul 19.00 WIB

Tjokrokusumo, 2010:Pengolahan air bersihdengansistemsaringanpasirlambat


(downflow)

https://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jtsl/article/view/1878/pdf

Diakses pada tanggal 13 oktober 2018, pukul 19.00 WIB

Utomo, Sudiyo,dkk 2012 :Perencanaan instalasi saringan pasir lambat


https://dokumen.tips/documents/saringan-pasir-lambat-
palinglengkap.htmlDiakses pada tanggal 13 oktober 2018, pukul 19.00
WIB

Yoko, 2009 : Saringan Pasir Lambat (SPL)


http://saringan-air-sederhana.blogspot.com/2009/05/saringan-pasir-lambat-
spl.html
Diakses pada tanggal 13 oktober 2018, pukul 19.00 WIB
LAMPIRAN

Tampak Samping Tampak Belakang

Tampak Depan Tampak Atas

Potongan A-A POTONGAN B-B


LAPORAN PRSKTIKUM III
SARINGAN PASIR BERTEKANAN

Hari/tanggal : Kamis, 11 Oktober 2018


Tempat : Workshop Kesehatan Lingkungan
Tujuan : Untuk mengetahui pengelolahan air bersih menggunakan
saringan pasir bertekanan

I. TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN FILTRASI

Proses filtrasi yaitu suatu proses yang bertujuan untuk menghilangkan


kotorankotoran yang masih terkandung dalam air dan bertujuan untuk
meningkatkan kualitas air agar air yang dihasilkan tidak mengandung
bakteri (steril) dan rasa serta aroma air. (Ernawati dkk, 2013)

B. MANFAAT FILTRASI

Air keruh yang digunakan bisa berasal dari mana saja, misalnya
sungai, rawa, telaga, sawah, sawah, air kotor lainnya. Filtrasi dapat
menghilangkan bau yang tidak sedap pada air yang keruh, dapat mengubah
warna air yang keruh menjadi lebih bening, menghilangkan pencemar
yang ada dalam air atau mengurangi kadarnya agar air dapat layak untuk
di minum cara ini berguna untuk desa yang masih jauh dari kota dan
tempat terpencil (Intan, 2013).

C. PRINSIP FILTRASI
Prinsip dasar dari filtrasi ini sangat sederhana yaitu menyaring
molekul-molekul padatan yang tercampur dalam larutan, maka tingkat
kemurnian filtrat yang diperoleh dari filtrasi ini bergantung pada kualitas
serta ukuran pori dari filter (penyaring) yang digunakan. Untuk metode
filtrasi, dimana yang diinginkan ialah residu-nya (ampas) biasanya
diperlukan langkah pengeringan agar seluruh cairan yang masih tersisa
dalam padatan menguap.

D. TUJUAN DARI FILTRASI


1. Menghilangkan gas-gas terlarut
2. Menghilangkan rasa yang tidak enak
3. Membasmi bakteri patogen yang sangat berbahaya
4. Mengelolah agar air dapat digunakan untuk rumah tangga dan
industri
5. Memanfaatkan air kotor atau limbah untuk bisa digunakan kembali
6. Mengurangi resiko meluapnya air kotor dan limbah
7. Mengurangi keterbatasan air bersih dengan membuat filtrasi air
8. Mengurangi penyakit yang diakibatkan oleh air kotor
9. Membantu pemerintah untuk menggalakan air bersih
10. Memperkecil sifat air yang menyebabkan terjadinya endapan dan
korosif pada pipa atau saluran air lainnya

E. FUNGSI BAHAN-BAHAN FILTRASI


Adapun kegunaan dari bahan-bahan tersebut ialah:
1. Pasir berfungsi untuk menahan endapan kotoran-kotoran halus.
2. Kerikil berfungsi untuk menyaring material-material yang
berukuran besar, contoh: daun-daun yang berada di sungai, lumut,
ganggang dll
3. Ijuk berfungsi untuk menyaring partikel yang lolos dari lapisan
sebelumnya dan meratakan air yang mengalir.
4. Arang berfungsi untuk menyaring/menghilangkan bau, warna, zat
pencemar dalam air, sebagai pelindung dan penukaran resin dalam
alat/penyulingan air.
5. Kapas dapat menyerap endapan-endapan air yang membuat
warna air keruh dan dapat melihat endapan-endapan tersebut
yang menempel pada kapas berupa warna endapan atau air kotor
tersebut
F. PROSES PRODUKSI DEPOT AIR MINUM

Menurut Keputusan Menperindag RI Nomor 651/MPP/Kep/l0/2004


tentang Persyaratan Teknis Depot Air Minum dan Perdagangannya, urutan
proses produksi air minum di depot air minum adalah sebagai berikut :

a. Penampungan air baku dan syarat bak penampung

Air baku yang diambil dari sumbernya diangkut dengan menggunakan


tangki dan selanjutnya ditampung dalam bak atau tangki penampung
(reservoir). Bak penampung harus dibuat dari bahan tara pangan (food
grade), harus bebas dari bahan-bahan yang dapat mencemari air. Tangki
pengangkutan mempunyai persyaratan yang terdiri atas :

1. Khusus digunakan untuk air minum.


2. Mudah dibersihkan serta di desinfektan dan diberi pengaman.
3. Harus mempunyai manhole.
4. Pengisian dan pengeluaran air harus melalui kran.
5. Selang dan pompa yang dipakai untuk bongkar muat air baku harus
diberi penutup yang baik, disimpan dengan aman dan dilindungi
dari kemungkinan kontaminasi.

Tangki, galang, pompa dan sambungan harus terbuat dari bahan


tara pangan (food grade), tahan korosi dan bahan kimia yang dapat
mencemari air. Tangki pengangkutan harus dibersihkan, disanitasi dan
desinfeksi bagian luar dan dalam minimal 3 (tiga) bulan sekali.

b. Penyaringan

Penyaringan bertahap terdiri atas:

1. Saringan berasal dari pasir atau saringan lain yang efektif dengan
fungsi yang sama. Fungsi saringan pasir adalah menyaring
partikel-partikel yang kasar. Bahan yang dipakai adalah butir-butir
silica (SiO2) minimal 80%.
2. Saringan karbon aktif yang berasal dari batu bara atau batok kelapa
berfungsi sebagai penyerap bau, rasa, warna, sisa khlor dan bahan
organik. Daya serap terhadap Iodine (I2) minimal 75%.
3. Saringan/Filter lainnya yang berfungsi sebagai saringan halus
berukuran maksimal 10 (sepuluh) micron.

c. Desinfeksi

Desinfeksi dilakukan untuk membunuh kuman patogen. Proses


desinfeksi dengan menggunakan ozon (O3) berlangsung dalam tangki atau
alat pencampur ozon lainnya dengan konsentrasi ozon minimal 0,1 ppm
dan residu ozon sesaat setelah pengisian berkisar antara 0,06 - 0,1 ppm.
Tindakan desinfeksi selain menggunakan ozon, dapat dilakukan dengan
cara penyinaran Ultra Violet (UV) dengan panjang gelombang 254 nm
atau kekuatan 25370 A dengan intensitas minimum 10.000 mw detik per
cm².

d. Pembilasan, Pencucian dan Sterilisasi Wadah

Wadah yang dapat digunakan adalah wadah yang terbuat dari bahan
tara pangan (food grade) dan bersih. Depot air minum wajib memeriksa
wadah yang dibawa konsumen dan menolak wadah yang dianggap tidak
layak untuk digunakan sebagai tempat air minum. Wadah yang akan diisi
harus disanitasi dengan menggunakan ozon (O3) atau air ozon (air yang
mengandung ozon). Bilamana dilakukan pencucian maka harus dilakukan
dengan menggunakan berbagai jenis deterjen tara pangan (food grade) dan
air bersih dengan suhu berkisar 60-850C, kemudian dibilas dengan air
minum/air produk secukupnya untuk menghilangkan sisa-sisa deterjen
yang dipergunakan untuk mencuci.

e. Pengisian
Pengisian wadah dilakukan dengan menggunakan alat dan mesin serta
dilakukan dalam tempat pengisian yang hygienis.

II. ALAT DAN BAHAN


A. ALAT
1. Bak penampung air baku
2. Pompa air
3. Pipa pvc ¾ fitting :
a) Tee ¾ = 6 buah
b) Knee ¾ = 6 buah
c) Stopkran ¾ = 6 buah
4. Sealtipe
5. Gergaji
6. Tabung filtrasi
7. Tabung ultraviolet
8. Housing filter
9. Meteran
10. Sikat galon
11. Galon

B. BAHAN
1. Air baku
2. Pasir kuarsa
3. Arang aktif
4. Karbon
5. Koral
III. PROSEDUR KERJA
A. Siapkan alat dan bahan
B. Rangkai pipa pvc dengan fitting yang ada
C. Setelah alat dan bahan sudah siap alirkan air
1. Air ditampung di bak air baku yang terbuat dari fiber glass, stailess
steel, atau plastik
2. Air dari bak air baku dialirkan ke tabung filtrasi yang berisi pasir
kuarsa, arang aktif, dan carbon yang berfungsi untuk memisahkan
partikel debu dan menyerap zat kimia.
3. Lalu air menuju ke housing filter, yang didalamnya terdapat
cartridge mikrofilter berupa saringan berpori berukuran micron
untuk menyaring partikel kecil dalam air
4. Kemudian air mengalir ke tabung ultraviolet yang berfungsi untuk
membunuh mikroorganisme pada air.
5. Selanjutnya alirkan air masukan ke galon yang akan di isi
IV. HASIL PENGAMATAN

1. Bak penampung air baku 2. Tabung filtrasi dan housing filter

3. Rancangan saringan pasir bertekanan

V. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan pada saringan pasir bertekanan dapat


disimpulkan bahwa saringan pasir bertekanan merupakan teknologi untuk
menyaring kuman, mengurangi TDS dan TSS, dan mengurangi zat-zat
kimia seperti amoniak dan lain lain, sehingga zat-zat kimia tersebut tidak
melebihi nilai ambang batas dan air dapat dikonsumsi.

Daftar pustaka

Ernawati dkk 2013. Ilmu Pengetahuan Alam SMK Kelas X


http://sintautri.blogspot.com/2013/05/makalah-ilmiah-
penjernihan
diakses pada tanggal 13 oktober 2018

Intan 2013. Unit and Processes And Environmental Enginering


https://biologirendy.blogspot.com/2016/04/makalah-
filtrasi.html
diakses pada tanggal 13 oktober 2018
PRAKTIKUM IV
DESAIN PERPIPAAN

Tempat :Workshop
Judul : Perpipaan
Tujuan :Untuk mengetahui cara berapa panjang dan cara
perhitungan perpipaan
I. Tinjauan Pustaka
Pipa adalah aistilah untuk benda silinder yang berlubang dan digunakan
untuk memindahkan zat hasil pemrosesan seperti cairan, gas, uap, zat padat yang
dicairkan maupun serbuk halus. Sedangkan instalasi pipa adalah pemasangan atau
penyambungan pipa-pipa untuk pemasukkan dan pipa pengeluaran khusus yang
terdapat pada bangunan untuk segala keperluan alat plambing, seperti : kamar
mandi, wc, tempat cuci piring (sink), tempat cuci tangan, tempat buang air kecil
(urinoir), jaringan pipa gas, jaringan pipa untuk keperluan rumah, dan lain-lain.
(Sri.2001)
Jenis pipa yang umum digunakan pada pekerjaan pipa, baik didalam
bangunan maupun diluar bangunan adalah:
a. Pipa galvanis merupakan pipa yang sering digunakan Untuk mengalirkan
air bersih
b. Pipa besi tuang dalam pekerjaan systemsalurandan pembuangaan
digunakan untukinstalasi air bersih dan air kotor, pipa ini diproduksi
dengan ∅2” – 15” denganpanjang 3-6 m.
c. Pipa tembagadalam pekerjaan system saluranDan pembuangan dipakai
untuk instalasi air bersih,terutama untuk instalasi air panas karena tembaga
merupakan bahan pengantarpanas yang baik, ringan, mudah disambung,
tahan terhadap karat
d. Pipa PVC (Polyvinyl Clorida)dalam pekerjaan ini dipergunakan untuk
instalasi air bersih maupun air kotor, pipa PVC dibagi dalam 4 kelas yaitu:
1. Kelas AW (VP) dengan tekanan kerja 10 kg/cm2.
2. Kelas A2 dengan tekanan kerja 8 kg/cm2
3. Kelas D (VU) dengan tekanan kerja 5 kg/cm2.
4. Kelas C untuk saluran kabel listrik
5. Panjang standar pipa PVC adalah 4 m dan 6 m per batangg. Pipa PVC
kelas AW (VP) and AZ digunakan untuk instalasi air bersih, saluran
pembuangan, irigasi, pembuangan dan ventilasi pada gedung, saluran
bahan kimia dan sprinkler. Pipa PVC kelas A2 dan D (VU) digunakan
untuk pembuangan irigasi pembuangan pada jalan raya, pembuangan
pada bangunan, pipa PVC kelas C digunakan untuk instalasi listrik dan
penerangan.
Sistem perpipaan terus berkembang kearah yang lebih baik. Pada mulanya
manusia memindahkan air dari sungai/sumur kerumah dengan menggunakan
ember. Lalu berkembang dari satu orang menjadi banyak orang yang berurutan
sehingga proses pengambilan air menjadi lebih mudah. Melalui analogi sederhana
ini manusia berfikir untuk mengefisiensikan waktu dan tenaga maka dibuatlah
distribusi melalui sistem perpipaan.(Whidarto.2000)
Sistem pemipaan digunakan untuk penyediaan dan pendistribusian air
besih, pembuangan limbah dari kawasan industri ataupun dari fasilitas publik
lainnya. Selain itu, sistem pemipaan digunakan untuk mentransportasikan minyak
mentah dari sumur minyak menuju tangki yang kemudian akan diproses
selanjutnya, mentransportasikan dan mendistribusikan gas alam dari sumber gas
menuju tangki penyimpanan. Sistem pemipaan juga di aplikasikan dalam
pendistribusian minyak ataupun gas untuk menyuplai kebutuhan industri, mesin
pembangkit tenaga dan keperluan komersial. Sistem pemipaan juga digunakan
untuk mengangkut cairan, bahan kimia, campuran kimia dan uap pada industri
Sistempemipaanjugadigunakanuntukinstalasipemadamkebakaran,
untukkeperluanmesin-mesindan lain – lain.(Ikhsan,2014)
Saat ini sistem perpipaan sudah amat maju, sebagai contoh sistem
perpipaan yang dibuat untuk mengantarkan minyak dari satu negara ke negara lain
melalui sistem perpipaan bawah laut (offshore). sehingga dengan sistem ini akan
dihemat waktu lebih banyak, walaupun kendala yang akan dihadapi lebih banyak.

Dengan adanya sistem instalasi pemipaan di dalam ruamah ataupun


gedung dan industri dapat memudahkan segala keperluan yang membutuhkan alat
plumbing, seperti : kamar mandi, wc, tempat cuci piring (sink), tempat cuci
tangan, tempat buang air kecil (urinoir), jaringan pipa gas, jaringan pipa untuk
keperluan rumah, pendistribusian minyak atupun gas dan lain sebagainya.
Pada praktek plumbing ini ada beberapa macam alat yang biasanya
dipakai, baik alat untuk memotong, mengukur, mengulir, membersihkan dan alat
bantu untuk memudahkan pekerjaan pipa. Alat-alat tersebut antara lain :
a. Alat Pemberi Tanda
1. Penggores baja
Terbuat dari baja yang keras dengan ujung yang lancip, Berguna
untuk menggores sebagai penandaan pengukuran pada pipa
b. Alat Sambung
Untuk membuat suatu instalasi pasti kita membutuhkan banyak
pipa, karena keterbatasan panjang, dan bentuk pipa yang dijual di pasaran
dan diproduksi dari pabrik, maka dalam pekerjaan suatu instalasi kita tak
terlepas dari penyambungan-penyambungan pipa. Adapun macam-macam
alat sambung tersebut adalah sebagai berikut :
1. Socket
 Digunakan untuk memperpanjang pipa (menyambung pipa lurus)
 Diameter pipa yang disambung sama dengan penyambungan
 Memakai ulir dalam
2. Elbow Galvanis
 Digunakan untuk membelokkan aliran
 Menggunakan ulir dalam
3. Elbow PVC
 Digunakan untuk membelokkan aliran pada pipa pvc
4. Bend
 Digunakan untuk membelokkan arah aliran Beradius besar
5. Tee Stuck
 Digunakan untuk membagi aliran menjadi dua arah
6. Reducer Elbow
 Digunakan untuk memperkecil aliran yang dibelokkan tanpa
mengurangi kecepatan
7. Reducer Socket
 Digunakan untuk memperkecil aliran
8. Cross
 Digunakan untuk membagi aliran menjadi 3 arah
9. Barrel Union
 Digunakan untuk menyambung pipa permanent ( mati ) yang terdiri
dari 3 bagian
10. Dop ( F )
 Digunakan untuk menutup aliran pada ujung pipa
11. Plug
 Digunakan untuk menutup pipa pada sambungan

12. Stop Kran ( Gate Valve )


 Digunakan untuk mengatur aliran yang masuk dalam gedung
 Dipasang sebelum meteran
 Dapat menutup / menghentikan aliran pada saat perbaikan
13. Kran
 Digunakan untuk penutupan atau pengeluaran air pada tempat
tertentu
14. Bushis
 Digunakan untuk menyambung 2 buahpipa yang berlainan ukuran
diameternya
 Mempunyai ulir luar pada sisi luar dan ulir dalam pada sisi dalam
Cara Menentukan Ukuran Panjang Pipa :
a. Dari pusat fitting kepusat fitting termasuk fitting yang adadiantaranya
b. Dari ujungluar fitting keujungluar fitting
c. Dari pusat fitting keujunguliran
d. Dari ujungulirankeujunguliran
Panjang UliranPipa Besi Tuang
Ukuran Pipa Panjang Uliran
Ø ½” 1,5cm
Ø ¾” 1,7cm
Ø 1” 1,9cm

II. Alat dan Bahan


 Meteran panjang
 Mm blok
 Pensil
 Peggaris
 Penghapus
III. Prosedur Kerja
 Siapkan alat dan bahan
 Tentukan lokasi yang akan di ukur
 Mulai mengukur menggunakan meteran panjang
 Setelah mendapat kan hasil gambar alur yang didapat di mm blok
 Lalu hitung kebutuhan yang diperlukan dalam rancangan perpipaan
IV. Hasil Praktikum
A. Denah desain tower

B. Rancangan anggaran biaya


No NamaBa Ukuaran Satuan Jumlah HargaSatuan Harga Total
han
Kebutuan
1 Kran - Buah 1 Rp. 55.000 Rp. 55.000
2 Pipa 2 Inch 1 Rp. 55.000 Rp. 55.000
3 Pipa 1,5 inch 1 Rp. 40.000 Rp. 40.000
4 Pipa 1 Inch 1 Rp. 30.000 Rp. 30.000
5 Pipa ¾ Inch 13 Rp. 23.000 Rp. 299.000
6 L / Ellbo ¾ inch 6 Rp. 5000 Rp. 30.000
7 SDD - buah 1 Rp. 7.000 Rp. 7.000
8 Klem - Buah 52 Rp. 3.000 Rp. 156.000
9 Sealteap - Buah 1 Rp. 3.000 Rp.3000
Jumlah total Rp. 675.000
Jadi,dana yang dibutuhkanuntukmembuatperpipaandan tower keruangandosen D3
adalahRp. 675.000.

V. Kesimpulan
Dari perhitungan yang kami peroleh dapat di simpulkan jumlah RAB total adalah
:Total biaya untuk perpipaan dengan ukuran:
37,8m x 6m x 116,3m x 15,8mx 5m= Rp.675.000
VI. Daftar Pustaka
Ikhsan.2014.Laporan praktek kerja pipa.
http://chece0404.blogspot.com/2011/10/laporan-praktek-kerja-pipa.html
Sri.2001.Laporan praktek kerja pipa.
http://chece0404.blogspot.com/2011/10/laporan-praktek-kerja-pipa.html
Whidarto.2000.Laporan praktek kerja pipa.
http://chece0404.blogspot.com/2011/10/laporan-praktek-kerja-pipa.html
LAMPIRAN
PRAKTIKUM V

PENYEDIAAN AIR

Tempat : PDAM Way Rilau Bandar Lampung

Judul : Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)

Tujuan : Untuk menhetahui proses penyaringan air di PDAM Way Rilau

I. TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN PDAM

Sistem Pengolahan Air PDAM merupakan salah satu keperluan mutlak


bagi manusia, buat keperluan minum, mandi, cuci, masak, dan yang lain.
Ketersediaan air bersih di suatu kawasan benar benar mutlak. Tapi, mengingat
bahwa tak seluruhnya kawasan memperoleh air bersih, sehingga butuh adanya
pemerataan distribusi air bersih bagi penduduk. Kriteria air bersih kebanyakan
meliputi 3 perihal, adalah mutu, kuantitas, dan kontinuitas. Dalam business
sediakan air bersih, umumnya Badan Usaha Milik Negara di Indonesia yg
berkenaan dgn perihal ini merupakan PDAM – Perusahaan Dagang Air
Minum. Kadang ada yg menyindirnya sebagai Perusahaan Dagang Air Mandi,
dikarenakan terkadang air yg didistribusikan tak memenuhi kriteria air minum.
(Sutrisno, 2002)
Air baku dari PDAM yang berasal dari sumber air tidak semerta-merta
dapat langsung digunakan untuk kebutuhan air bersih di dalam bangunan. Air
tersebut terlebih dahulu harus memenuhi persyaratan kualitas, kuantitas dan
kontinuitas. Untuk menjaga kualitas dari air baku tersebut, biasanya air akan
mengalami proses pengolahan. Pengolahan ini secara umum dapat dilakukan
dengan 3 cara: fisika, kimia dan biologi. Pengolahan secara fisika biasanya
dilakukan dengan memanfaatkan sifat makanis dari air tanpa tambahan zat
kimia. Contoh penerapannya adalah pengendapan, adsorbsi, filtrasi, dll.
Pengolahan secara kimiawi tentu saja dengan penambahan zat kimia seperti
tawas, klor, dll yang biasanya untuk menyisihkan logam-logam berat yang
terkandung dalam air. Sedangkan pengolahan secara biologi dengan
memanfaatkan mikroorganisme tertentu yang dapat membantu menjernihkan
air. (Darwin,2001). PDAM di Indonesia umumnya
menggunakan instalasi pengolahan air (IPA) secara fisika dan kimiawi. Pada
dasarnya, pengolahan air tersebut dibagi menjadi 3 bagian yaitu (Arya, 2011 )
:

1. Intake Building
Sesuai dengan namanya, bangunan ini berfungsi sebagai tempat
pertama masuknya air dari sumber air. Bangunan ini dilengkapi
dengan screen bar yang berfungsi untuk menyaring benda-benda asing
yang terdapat dalam air. Selanjutnya air akan masuk ke dalam bak
besar sebelum dipompakan ke water treatment plant.

2. Water Treatment Plant


WTP merupakan instalasi utama pengolahan air bersih. Terdapat
beberapa bagian pengolahan pada STP yang membuat air menjadi
layak digunakan. Adapun bagian tersebut:

a) Koagulasi
Bagian pertama kita kenal dengan bak koagulasi. Di bak ini
air akandestabilisasi dari partikel koloid/kotoran. Proses
destabilisasi dapat dilakukan secara kimiawi dengan
penambahan zat tawas (aluminium sulfat) maupun dengan cara
fisika yaitu dengan rapid mixing (pengadukan cepat), hidrolis
(terjunan atau hydrolic jump) dan secara mekanis (batang
pengaduk) agar tawas bercampur merata dengan air.
b) Flokulasi
Proses selanjutnya adalah flokulasi untuk membentuk dan
memperbesar flok (kumpulan kotoran). Prosesnya air akan
diaduk perlahan agar tawas yang tercampur di air dapat
mengikat partikel kotoran dan membentuk flok yang lebih
besar agar lebih mudah mengendap.

c) Sedimentasi
Setelah flok terbentuk (biasanya berbentuk lumpur), air
akan masuk ke bak sedimentasi dimana berat jenis flok yang
lebih berat akan otomatis mengendap di dasar bak dan air
bersih dapat terpisah dari lumpur.

d) Filtrasi
Setelah air terpisah dari lumpur, air akan disaring lagi agar
benar-benar bersih dengan dimasukkan ke bak filtrasi. Bak
filtrasi dapat menggunakan teknologi membran, namun dapat
pula disubtitusi dengan media lainnya seperti pasir dan kerikil
silica. Proses ini dilakukan dengan bantuan gaya grafitasi.

e) Desinfeksi
Setelah proses pengolahan selesai, biasanya juga dilakukan
proses tambahan (disinfeksi) berupa penambahan chlor,
ozonisasi, UV, pemabasan, dll untuk menghindari adanya
potensi kuman dan bakteri yang terkandung di dalam air.

3. Reservoir

Setelah air selesai diolah, air akan dimasukkan ke tempat


penampungan sementara di dalam reservoir sebelum didistribusikan ke
rumah dan bangunan. Untuk mengalirkan air, biasanya digunakan pipa
HDPE dan PVC.Untuk lebih menghemat biaya pembangunan dan
operasional, bianya Instalasi Pengolahan Air (IPA) dibangun di daerah
yang cukup tinggi (bukit atau gunung) sehingga dapat menghemat
penggunaan pompa air karena dapat dialirkan dengan gaya grafitasi. Untuk
menjangkau wilayah yang lebih luas, biasanya air akan ditampung lagi di
reservoir di tiap daerah sebelum dipompakan ke rumah dan bangunan.

B. PENGERTIAN AIR BERSIH

Pengertian air bersih menurut Permenkes RI No


416/Menkes/PER/IX/1990 adalah airyang digunakan untuk keperluan sehari-hari
dan dapat diminum setelah
dimasak.Sedangkan pengertian air minum menurut Kepmenkes RI No 907/MEN
KES/SK/VII/2002 adalah airyang melalui proses pengolahan atau tanpa proses
pengolahan yang memenuhi syaratkesehatan (bakteriologis, kimiawi, radioaktif,
dan fisik) dan dapat langsung diminum. (Permenkes, 2002)

Pengendalian Pencemaran Air, sedangkan standar kualitas air minum


menggunakanKepmenkes RI No. 907/MENKES/SK/VII/2002 tentang Syarat-
Syarat dan PengawasanKualitas Air Minum.Pengertian ini harus dibedakan
dengan pengertian air minum, yakni air yangmemenuhi syarat-syarat kesehatan
sehingga dapat langsung diminum. Pada umumnyamasyarakat mendapatkan air
minum dengan cara memasak air bersih.Pengolahan air untuk diminum dapat
dikerjakan dengan 2 cara, berikut (JICA, 1999)

1. Menggodok atau mendidihkan air, sehingga semua kuman - kuman


mati. Cara inimembutuhkan waktu yang lama dan tidak dapat dilakukan
secara besar-besaran.

2. Dengan menggunakan zat-zat kimia seperti gas chloor, kaporit, dan lain-
lain. Cara inidapat dilakukan secara besar-besaran, cepat dan murah.Agar
air minum tidak menyebabkan penyakit, maka air tersebut
hendaknyadiusahakan memenuhi persyaratan-persyaratan kesehatan,
setidaknya diusahakan mendekati persyaratan tersebut.Air yang sehat
harus mempunyai persyaratan sebagai berikut:
a) Syarat fisik,,Persyaratan fisik untuk air minum yang sehat
adalah bening (tak berwarna), tidak berasa,suhu dibawah suhu
udaradiluarnya sehingga dalam kehidupan sehari-hari. Cara
mengenal airyang memenuhi persyaratan fisik ini tidak sukar.

b) Syarat bakteriologisAir untuk keperluan minum yang sehat


harus bebas dari segala bakteri terutama bakteri patogen.

c) Syarat kimiaAir minum yang sehat harus mengandung zat-zat


tertentu didalam jumlah yangtertentu pula.

Air yang sudah diolah di IPA selanjutnya didistribusikan melalui jaringan


pipa distribusi sampai ke pelanggan. Air yang sampai di pelanggan harus sesuai
dengan standar pelayanan yang telah ditetapkan baik dari segi Kuantitas, Kualitas,
dan Kontinuitas atau yang sering disebut dengan 3K.Berdasarkan Peraturan
Menteri PU No. 18/PRT/M/2007 tentang Penyelenggaraan Pengembangan Sistem
Penyediaan Air Minum, standar pelayanan 3K adalah sebagai berikut:

1. Kuantitas

Jumlah air mencukupi minimal untuk mandi, makan, dan minum,


atau sesuai yang telah ditetapkan dalam perencanaan. Tekanan air di
konsumen atau titik jangkauan pelayanan terjauh, yaitu minimum1 atm.

2. Kualitas

a) pH antara 6,0 – 7,5


b) Bakteriologis, yaitu bakteri E-colli = 0
c) sisa chlor minimal 0,2 ppm.

3. Kontinuitas

Air harus mengalir di konsumen selama 24 jam perhari.


II. ALAT DAN BAHAN

A. ALAT

1. Intake Building
2. Bak koagulasi
3. Bak flokulasi
4. Bak sedimentasi
5. Bak filtrasi
6. Bak desinfeksi
7. Reservoir

B. BAHAN

1. Air Baku
2. PAC (Poli Alumunium Chloride)
3. Gas Chlor
III. PROSEDUR KERJA

A. PENGALIRAN AIR

1. Sumber air baku yang berasal dari way kuripan, way betung , dan
way jernih masuk melalui intake building atau bangunan untuk
mengambil air baku.
2. Air masuk ke bak koagulasi dan di tambahkan dengan
menggunakan bahan poly alumunium chloride
3. Air mengalir ke bak flokulator dan terjadi pembentukan
flok(kumpulan kotoran)karena terjadi proses flokulasi
4. Air mengalir ke bak sedimentasi untuk memisahkan antara lumpur
dan air bersih dari hasil flokulasi
5. Air mengalir ke bak filtrasi untuk dilakukan penyaringan
6. Air mengalir ke penampungan desinfeksi untuk di beri gas chlor
guna menghindari adanya kuman
7. Air yang sudah bersih ditampung ke reservoir
8. Air bersih siap di distribusikan

B. PROSES BACKWASH

1. Posisikan semua valve agar air masuk melalui bagian bawah filter
(Inlet Pembilasan Media) menuju ke atas filter.
2. Buka valve pembuangan air atas
3. Ubah posisi valve agar air mengalir dari atas filter
4. Buka kran pembuangan air bawah, nyalakan pompa selama 25
menit untuk melakukan pembilasan
5. Ulangi proses backwashing dan pembilasan sampai air benar
benar bersih
6. Posisikan valve seperti semula untuk proses penyaringan air
normal
IV. HASIL PENGAMATAN

A. Sumber Air Baku B. Intake Building

C. Water Treatment Plant (WTP) D. Pendistribusian Air Bersih

V. PEMBAHASAN

Pada praktikum PDAM di Way Rilau air permukaan yang


digunakan sebagai air baku memiliki ketinggian 120 cm. Air ini masuk ke
ruangan intake dengan menggunakan pompa kapasitas 125 liter/ detik, dan
diolah di water treatment plant yang merupakan teknologi untuk
menyaring air. Air yang sudah bersih ini mencukupi untuk didistribusikan
24 jam ke konsumen, dan tentu sudah memenuhi persyaratan permenkes
no. 416/MENKES/PER/IX/1999 tentang persyaratan kualitas air bersih.

VI. KESIMPULAN

Dari hasil pengamatan di PDAM Way Rilau Bandar Lampung ada


beberapa informasi yang kelompok kami dapat, yaitu :

1. Ruangan di PDAM Way Rilau di bagi menjadi Ruangan Intake,


Ruangan Pompa, dan Ruangan Genset
2. Sumber air baku berasal dari way kuripan, way betung, dan way
jernih
3. Jenis pompa yang digunakan yaitu pompa drompost dengan
kapasitas 125 liter/detik
4. Ruang genset terdapat 3 genset dengan kapasitas masing- masing
500 KPA dan terdapat 1 trafo dengan kapasitas 1000 KPA
5. Pada saat air di bak flokulator bahan yang di gunakan untuk
menjernihkan air yaitu poly alumunium chloride (PAC)
6. Pada bak filter terdapat susunan penyaring yang berasal dari pasir
kuarsa,pasir sedang,kerikil, dan pasir halus
7. Backwash di lakukan apabila bak filter telah kotor
8. Pada saat air masuk ke reservoir di lakukan penambahan gas chlor
sebanyak 1 kg untuk membunuh kuman
9. Air yang sudah bersih di distribusikan ke 43.000 konsumen dengan
7 zona,yaitu zona 75,zona 108,zona 231,zona 300,zona 185, zona
145 dan zona 120.
VII. DAFTAR PUSTAKA

Arya , 2011 : Air Bersih PDAM

http://www.rucika.co.id/bagaimana-proses-perjalanan-air-
bersih-pdam-hingga-sampai-ke-rumah-kita/
Diakses tanggal 21 oktober 2018 , pukul 10.00 WIB

Darwin, 2001 : Air Bersih PDAM

http://www.rucika.co.id/bagaimana-proses-perjalanan-air-
bersih-pdam-hingga-sampai-ke-rumah-kita/
Diakses tanggal 21 oktober 2018 , pukul 10.00 WIB

JICA , 1999 : Laporan PDAM

http://www.academia.edu/9259855/227593478-Laporan-
PDAM.

Diakses tanggal 21 oktober 2018 , pukul 10.00 WIB

Permenkes, 2002 : Laporan PDAM

http://www.academia.edu/9259855/227593478-Laporan-
PDAM.

Diakses tanggal 21 oktober 2018 , pukul 10.00 WIB

Permen PU, 2007 : kualitas, kuantitas dan kontinuitas

http://blogs.brpamdki.org/3k-kuantitas-kualitas-
kontinuitas/#sthash.SZLL1doQ.dpbs

Diakses tanggal 21 oktober 2018 , pukul 10.00 WIB

Sutrisno , 2002 : Air Bersih PDAM


http://www.rucika.co.id/bagaimana-proses-perjalanan-air-
bersih-pdam-hingga-sampai-ke-rumah-kita/
Diakses tanggal 21 oktober 2018 , pukul 10.00 WIB
PRAKTIKUM VI

PENYEDIAAN AIR

Tempat : Depot Air Minum Jl. Cengkeh Bandar Lampung

Judul : Depot Air Minum Isi Ulang

Tujuan : Untuk mengetahui proses penyaringan air di Depot Air Minum

I. TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN AIR MINUM ISI ULANG

Air Minum Isi Ulang adalah air yang sudah diolah yang berasal dari mata
air, yang telah melewati tahapan dalam membersihkan kandungan air nya dari
segala kuman dan bakteri yang terkandung didalamnya tanpa harus dimasak
(cara tradisional), sehingga air tersebut dapat langsung diminum, dan hal ini
dapat dilakukan secara terus menerus, mengapa dinamakan air minum isi
ulang (AMIU) karena konsumen yang mengkonsumsi air yang telah melalui
proses ini biasanya menggunakan Galon air dari beberapa merk, sehingga
dinamakan air isi ulang. (Susantiani, 2016)

B. PROSES PENGOLAHAN AIR MINUM ISI ULANG

Urutan proses produksi air minum di Depot air minum adalah sebagai
berikut(Hidayat, 2011 ) :

1. Penampungan air baku


Air baku yang diambil dari sumbernya diangkut dengan
menggunakan tangki air dan selanjutnya ditampung dalam bak tendon.
Bak tendon dibuat dari bahan tara pangan(food grade) dan bebas dari
bahan-bahan yang dapat mencemari air.
Tangki pengangkutan mempunyai persyaratan yang terdiri atas:
a) Khusus digunakan untuk air minum
b) Mudah dibersihkan dan didesinfektan, diberi pengaman.
c) Harus mempunyai ”manhole”
d) Pengisian dan pengeluaran air harus melalui kran.
e) Selang dan pompa yang dipakai untuk bongkar muat air baku
harus diberi penutup yang baik, disimpan dengan aman dan
dilindungi dari kemungkinan kontaminasi. Tangki, selang, pompa
dan sambungan harus terbuat dari bahan tara pangan (food
grade) tahan korosi dan bahan kimia yang dapat mencemari air.
Tangki pengangkutan harus dibersihkan, disanitasi dan desinfeksi
bagian luar dan dalam minimal 3 (tiga) bulan sekali.

2. Penyaringan bertahap
Tahapan penyaringan antara lain terdiri dari :
a) Saringan berasal dari pasir atau sandfilter
b) Saringan karbon aktif atau carbon filter
c) Saringan halus atau micro filter

3. Desinfeksi
Desinfeksi dimaksudkan untuk membunuh kuman patogen. Proses
desinfeksi dengan menggunakan ozon (O3) berlangsung dalam tangki
pencampur ozon minimal 0,1 ppm dan residu ozon sesaatsetelah pengisian
berkisar antara 0,06 – 0,1 ppm. Tindakan desinfeksiselain menggunakan
ozon, dapat dilakukan dengan cara penyinaranUltra Violet (UV) dengan
panjang gelombang 254 mm atau kekuatan 2.537 derajat Angstrom. Proses
desinfeksi sinar ultra violet yaitu dengan melewatkan air kedalam tabung
atau pipa yang disinari dengan lampu ultra violet.

4. Pengisian
Pengisian ketempat air (wadah) dilakukan dengan menggunakan
alat serta dilakukan dalam tempat pengisian yang hygienis.

5. Penutupan
Penutupan tempat air (wadah) dapat dilakukan dengan tutup yang
dibawa konsumen dan atau yang disediakan oleh Depot air minum.

C. SYARAT- SYARAT AIR MINUM ISI ULANG

Syarat syarat kualitas AMIU sebagai berikut (Riyadi, 2014) :

1.Fisika : parameter yang diperiksa seperti bau, jumlah zat padat terlarut
(TDS), kekeruhan, rasa, suhu, warna.
2. Kimia: kimia organic parameter yang diperiksa air raksa, aluminium,
arsen, barium, besi, florida,cadmium, kesadahan, khlorida, kromium,
mangan, natrium, nitrat, Nitrit, Perak, PH, Selenium, Seng, Sianida, Sulfat,
Sulfida, Tembaga, Timbal Kimia Organik Parameter yang diperiksa zat
organik sebagai KMnO4.

D. MANFAAT DAN DAMPAK DARI MENGONSUMSI AIR MINUM


ISI ULANG

1. Manfaat dari mengonsumsi air minum isi ulang (Riyadi, 2014) :

a) Praktis
Dahulu orang pedesaan menjernihkan air dengan saringan yang
terbuat dari sabut kelapa, ijuk, atau pasir, serta cara-cara fisik lainnya.
Seiring perkembangan zaman dan tuntutan kebutuhan, proses penjernihan
air telah disediakan oleh depot-depot pengisian ulang dengan
menggunakan senyawa kimia dan teknologi sehingga untuk mendapatkan
air minum yang memenuhi persyaratan kesehatan tidaklah cukup hanya
dengan penyaringan atau penjernihan tapi dengan membunuh
mikroorganisme. Hal inilah yang dimanfaatkan oleh beberapa kalangan
masyarakaty untuk menggunakan air minum isi ulang karena alasan
praktis.
b) Higienis
Pada saat ini kebutuhan akan air minum yang seh at sangat
dibutuhkan oleh semua orang mengingat buruknya kualitas air minum di
dunia yang menurun. Oleh karena itu, air minum isi ulang yang
merupakan dambaan kebutuhan hidup yang tidak dapat ditawar lagi.
Keistimewaannya antara lain karena rasa, bau, dan warna tidak berubah
dari rasa, bau, dan warna air alami. Hal ini karena selama proses terhadap
bahan baku air ditambahkan zat-zat kimia untuk membunuh
mikroorganisme.

c) Menciptakan Lapangan Kerja


Bisnis Air kemasan di Indonesia cukup menjanjikan. Baik jumlah
pengusaha yang menghasilkan, merk, bentuk, ukuran, dan lain sebagainya.
Jika dahulu air mineral itu hanya terbatas di kemasan dengan volume
terbatas dengan cukup satu kali minum, sekarang sudah sampai kemasan
besar untuk keperluan keluarga dalam ukuran galon. Jadi usaha Depot Air
Isi Minum Ulang (DAIMU) dapat merebut pasaran luas di masyarakat
sehingga dapat menciptakan lapangan kerja.

2. Dampak dari mengonsumsi air minum isi ulang :

a) Terhadap kesehatan
Penggunaan zat-zat kimia dalam proses pengolahan air minum isi
ulang dari sumber air baku mungkin saja zat kimianya tidak
terkontaminasi seluruhnya, sehingga zat-zat kimia yang terdapat dalam air
tersebut dapat saja membahayakan kesehatan manusia. Zat-zat kimia
tersebut dapat saja menimbulkan bakteri jika mengendap dalam jangka
waktu yang lama.

b) Terhadap lingkungan
Telah dibahas sebelumnya bahwa usaha depot air minum isi ulang
tengah berkembang pesat di masyarakat. Jadi, penggunaan sumber air
baku yang berasal dari air tanah juga tergerus dengan semakin banyaknya
depot air minum isi ulang. Hal ini dikarenakan sumber air baku dari air
minum isi ulang tidaklah sembarangan, sehingga jika dilihat dari
lingkungan akan berdampak makin berkurangnya air bersih yang berasal
dari tanah.

c) Pola pikir masyarakat


Akibat makin meningkatnya aktivitas manusia terhadap lingkungan
yang mengeksplorasinya sehingga kualitas air bersih semakin menurun.
Hal ini mengurangi kepercayaan masyarakat untuk mengkonsumsi air
yang dikelola oleh dinas terkait. Sehingga pola pikir masyarakat
cenderung untuk mengkonsumsi air minum dari depot.

d)Gaya hidup
Masyarakat masa kini cenderung memilih air minum isi ulang dari
depot dibandingkan harus memasak, menyaring, atau menjernihkan air. Ini
disebabkan aktivitas dari manusia itu sendiri yang meningkat, sehingga
terbentuk gaya hidup yang konsumtif dan serba praktis.

E. DESINFEKSI
Ketika anda mendatangi lokasi depot air minum dan menemukan
sebuah ruangan kaca besar yang diatasnya dipasang lampu ultraviolet
maka dapat dikatakan bahwa depot air minum tersebut memenuhi
persyaratan akan ketersediaan media disinfektan atau pembunuh kuman
dengan menggunakan sinar dari lampu ultraviolet yang akan dipancarkan
selama 30-60 detik dengan panjang gelombang sekitar 250-260nm.Cara
lain yang dapat ditempuh adalah memasukkan ke tangki ozon dan mengisi
galon dengan cairan ozon berkonsentrasi tertentu selama 1 menit. Metode
tersebut akan meminimalisir adanya kuman penyakit atau pertumbuhan
jamur yang membuat galon dapat dipakai dalam jangka waktu yang lama.
(Hendra, 2014)

F. PROSEDUR PEMBILASAN DAN STERILISASI


Sebelum melakukan pengisian, maka galon yang digunakan akan
melalui tahapan pencucian, pembilasan, dan sterilisasi. Pencucian
dilakukan dengan menggunakan detergen food grade dalam air yang
bersuhu 65-850C. Pencucian ini dilakukan selama1-3 menit kemudian
detergen dibilas menggunakan air minum atau air produk yang disalurkan
melalui pipa sanitasi. Tahapan sterilisasi dilakukan dengan menggunakan
bahan air ozon dengan harapan bagian dalam galon sudah benar-benar
bebas dari pengaruh kuman penyakit ataupun partikel debu yang
sebeelumnya menempel pada galon. (Slamet, 2011)

II. ALAT DAN BAHAN

A. ALAT

1. Tower sebagai bak penampung air baku


2. Pompa air
3. Pipa pvc ¾
4. Tee ¾
5. Knee ¾
6. Stopkran
7. Sealtipe
8. Tabung filtrasi
9. Tabung ultraviolet
10. Sikat gallon
11. Galon

B. BAHAN

1. Air Baku

III. PROSEDUR KERJA

1. Siapkan alat dan bahan


2. Rangkai pipa pvc dengan fitting yang ada
3. Setelah selesai air siap di alirkan
4. Air baku yang di beli dari sumber air di tampung di bak
penampung
5. Air di pompa untuk masuk ke mikrofilter ke 1 sampai mikrofilter
ke 6 yang terdiri dari diameter 10 mikron, 5 mikron, 1 mikron dan
0,4 mikron
6. Air mengalir ke tabung uv untuk proses sterilisasi
7. Sebelum air masuk ke galon yang akan diisi,galon tersebut di
lakukan pencucian sampai bersih dengan menggunakan air yang
sudah bersih dari hasil penyaringan
8. Air minum isi ulang siap di jual

IV. HASIL PENGAMATAN

A. Tower penampung air baku B. Mikro Filter


C. Tabung Ultraviolet D. Sikat pembersih galon

V. KESIMPULAN

Pada praktikum pengamatan depot air minum dengan teknologi


sederhana di jl. Cengkeh Bandar Lampung ini air baku yang digunakan
berasal dari sumber air bersih yang dibeli langsung dari PDAM dan di
angkut dengan mobil tangki dan harus memenuhi persyaratan permenkes
no. 416/MENKES/PER/IX/1999 tentang persyaratan kualitas air bersih.

VI. DAFTAR PUSTAKA

Hendra, 2014 : Makalah pembuatan usaha air galon

http://lhidyasusantiani.blogspot.com/2016/06/makalah-
pembuatan-usaha-air-galon.html
Diakses tanggal 22 oktober 2018 , pukul 19.00 WIB

Hidayat, 2011 : Makalah pembuatan usaha air galon

http://lhidyasusantiani.blogspot.com/2016/06/makalah-
pembuatan-usaha-air-galon.html
Diakses tanggal 22 oktober 2018 , pukul 19.00 WIB

Riyadi, 2014 : Depot Air Minum Isi Ulang


https://www.kajianpustaka.com/2014/04/depot-air-minum-
isi-ulang.html

Diakses tanggal 22 oktober 2018 , pukul 19.00 WIB

Slamet, 2011 : Makalah pembuatan usaha air galon

http://lhidyasusantiani.blogspot.com/2016/06/makalah-
pembuatan-usaha-air-galon.html
Diakses tanggal 22 oktober 2018 , pukul 19.00 WIB

Susantiani , 2016 : Makalah pembuatan usaha air galon

http://lhidyasusantiani.blogspot.com/2016/06/makalah-
pembuatan-usaha-air-galon.html
Diakses tanggal 22 oktober 2018 , pukul 19.00 WIB

Anda mungkin juga menyukai