ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur Kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberi rahmat dan hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal
Pemanfaatan Limbah Biji Alpukat Sebagai Sumber Energi Alternatif
Biodiesel Melalui Proses Transesterifikasi, sebagaimana pemenuhan tugas mata
kuliah Pengolahan Limbah Industri.
Dalam penulisan tugas ini, penulis banyak mengalami kesulitan dan
hambatan. Namun, berkat arahan dari semua pihak, akhirnya penulis dapat
menyelesaikan proposal ini. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan
terima kasih kepada teman-teman, terutama Orang tua yang telah memberikan
dorongan moril dan materil.
Penulis sangat bersyukur telah menyelesaikan proposal ini. Besar harapan
penulis semoga proposal ini dapat berjalan sesuai dengan rencana dan dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
iii
I-1
PENDAHULUAN
Kehidupan manusia tidak pernah bisa lepas dari kebutuhan energi. Selama ini
masyarakat Indonesia hanya menggantungkan kebutuhan energi BBM bersumber
pada energi minyak yang terbuat dari fosil. Padahal, cadangan energi fosil di
Indonesia dan dunia semakin hari semakin berkurang, sedangkan kebutuhannya
terus meningkat. Perkiraan ekstream menyebutkan, minyak bumi di Indonesia
dengan tingkat konsumsi seperti saat ini akan habis dalam waktu 10-15 tahun lagi.
Fakta lain juga menyebutkan, bahwa Indonesia sudah menjadi net importir
minyak (solar) dari tahun 2005 (Susilo, 2006). Permasalahan dengan salah satu
alternatif untuk mengatasi masalah akan kelangkaan BBM adalah dengan
memanfaatkan sumber daya alam yang melimpah, salah satunya adalah biji buah
alpukat (avocado seeds).
Biodiesel adalah salah satu bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan,
tidak mempunyai efek terhadap kesehatan yang dapat dipakai sebagai bahan bakar
kendaraan bermotor yang dapat menurunkan emisi bila dibandingkan dengan
minyak diesel. Biodiesel terbuat dari minyak nabati yang berasal dari sumber daya
alam yang dapat diperbaharui. Bahan baku yang berpotensi sebagai bahan baku
pembuat biodiesel antara lain kelapa sawit, kedelai, jarak pagar, alpukat dan
beberapa jenis tumbuhan lainnya. (Wikipedia, 2007).
Salah satu sumber bahan baku biodiesel adalah buah alpukat. Bahan yang
digunakan terletak pada biji dari buah alpukat. Menurut Prasetyowati, biji alpukat
mengandung 15 - 20 % minyak. Kandungan minyak biji alpukat lebih tinggi bila
dibandingkan dengan tanaman-tanaman seperti kedelai, jarak, biji bunga matahari
dan kacang tanah. Namun, kandungan minyak alpukat masih lebih rendah bila
dibandingkan dengan kelapa sawit. Pemanfaatan biji alpukat hingga saat ini hanya
digunakan sebagai obat penghilang stress dan belum dimanfaatkan untuk yang
lainnya padahal biji alpukat memiliki kandungan fatty acid methyl ester sebagai
bahan baku pembuatan biodiesel (Hidayat, 2007).
I-2
1.3 Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
Buah alpukat mengandung 84% asam lemak tidak jenuh, termasuk oleat dan
linoleat. Biji bulat seperti bola, diameter 2,5 – 5 cm, keeping biji putih berwarna
kemerahan. Hamper setiap bagian dari pohon alpukat memiliki manfaat. Biji
alpukat biasanya digunakan sebagai obat atau dalam industri pakaian. Biji alpukat
juga ternyata dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan biodiesel karena
mengandung lemak nabati yang tersusun dari senyawa yang dapat menghasilkan
minyak.
Biji alpukat merupakan bahan biomassa yang mengandung trigliserida dan
asam lemak bebas (FFA). Minyak biji alpukat memiliki kandungan asam lemak
(FFA) yang rendah yaitu 0,367% sehingga dapat dijadikan biodiesel dengan
proses transesterifikasi. Kandungan asam lemak yang tinggi dapat menyebabkan
pembentukan sabun yang dapat menghambat proses transesterifikasi (Marheni &
Setyoningrum, 2010). Komposisi asam lemak minyak biji alpukat dapat dilihat
pada tabel II.1
Tabel II.1. Komposisi Asam Lemak Minyak Biji Alpukat (Rachimoellah, 2009)
Asam Lemak %
2.2 Biodiesel
Biodiesel diartikan sebagai bioenergi atau bahan bakar nabati yang dibuat dari
minyak nabati, baik minyak baru maupun bekas melalui proses esterfikasi,
transesterfikasi atau esterifikasi-transesterifikasi (Hambali et al., 2007). Biodiesel
secara kimiawi dinyatakan sebagai monoalkil ester dari asam lemak rantai
Panjang yang bersumber dari golongan lipida (Darnoko et al., 2001). Monoalkil
ester dapat berupa metil ester atau etil ester yang merupakan senyawa yang
relative stabil, berwujud cair pada temperature ruang (titik leleh antara 4-18 0C),
titik didih rendah dan tidak korosif. Metil ester lebih stabil secara pirolitik dalam
proses distilasi fraksional dan lebih ekonomis sehingga lebih disukai
dibandingkan etil ester (Sonntag, 1982).
Standar biodiesel tidak membedakan bahan dasar yang digunakan dalam
memproduksi biodiesel. Kualitas biodiesel sebagai produk bahan bakar mesin
diesel ditentukan oleh beberapa parameter, antara lain massa jenis, viskositas, titik
nyala, titik tuang, residu karbon, korosi lempeng tembaga. Persyaratan mutu
biodiesel di Indonesia sudah dibakukan dalam SNI-04-7182-2006. Terlihat pada
tabel II.2.
Tabel II.2. Spesifikasi Biodiesel (BSN, 2006)
II-3
2.3.2 De-gumming
Komponen utama yang terkandung dalam gum, yang harus dipisahkan adalah
fosfatida. De-gumming merupakan suatu proses pemisahan getah yang terdiri dari
fosfatida, protein, karbohidrat dan air tanpa mengurangi jumlah asam lemak bebas
dalam minyak.
Proses dilakukan dengan menambahkan asam mineral pekat (umumnya
menggunakan 0,1 – 0,4 %berat H3PO4) ke minyak yang disertai dengan
pemanasan antara suhu 90 – 110 0C. Pada suhu tersebut kekentalan minyak akan
berkurang sehingga gum mudah terpisah dari minyak (Karen, 1986).
2.3.3 Transesterifikasi
Transesterifikasi adalah tahap konversi trigliserida menjadi alkil ester melalui
reaksi dengan alcohol dan menghasilkan produk samping gliserol. Proses ini
dilakukan pada minyak nabati yang memiliki kandungan FFA yang rendah seperti
minyak biji bintaro dan jarak pagar. Katalis yang sering digunakan pada proses
transesterifikasi adalah katalis basa seperti NaOH, KOH, NaOCH3 dan KOCH3.
II-4
METODE PENELITIAN
3.1 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut.
- Pisau
- Hotplate
- Stirer
- Gelas Piala
- Corong pemisah
- Kertas saring
- Botol penampung minyak
- Alat pengepresan
3.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut.
- Biji Alpukat
- Metanol 96%
- NaOH 40%
- H3PO4 85%
- Magnesium silikat
3.3.3 Pre-treatment
a) Minyak biji alpukat dituang ke gelas piala dan dipanaskan di atas hot plate pada
suhu 90 0C.
b) Ditambahkan H3PO4 85% sebanyak 0,5% dari berat minyak sambal diaduk
menggunakan stirrer selama 30 menit
c) Hasil pengadukan kemudian dimasukkan ke corong pemisah dan didiamkan
selama 24 jam
d) Minyak biji alpukat selanjutnya dipisahkan sehingga diperoleh minyak biji
alpukat hasil de-gumming.
e) Minyak biji alpukat hasil de-gumming kemudian di tampung dalam wadah
khusus
b) Didiamkan selama 2 jam sehingga akan terpisah biodiesel dengan pengotor (sisa
metanol dan NaOH)
c) Diperoleh biodiesel murni
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Biji alpukat memiliki potensi yang besar untuk dimanfaatkan sebagai biodiesel
karena mengandung lemak nabati yang tersusun dari senyawa yang dapat
menghasilkan minyak serta memiliki kandungan nilai FFA yang rendah. Adanya
pemanfaatan ini akan mengurangi limbah biji alpukat sekaligus sebagai energi
alternatif pengganti solar yang ramah terhadap lingkungan.
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Hambali, E., dkk. 2007. Teknologi Bioenergi. Cetakan Pertama. Jakarta : Agro
Media
Prasetyowati, R. Pratiwi, dan F. Tris O., "Pengambilan minyak biji alpukat (persea
americana mill) dengan metode ekstraksi", Jurnal Teknik Kimia, vol. 17, no. 2, pp. 16-24,
2010.