Anda di halaman 1dari 19

PROPOSAL

PEMANFAATAN LIMBAH BIJI ALPUKAT SEBAGAI


SUMBER ENERGI ALTERNATIF BIODIESEL
MELALUI PROSES TRANSESTERIFIKASI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengolahan Limbah Industri

NUR RIZKY INAYAH / 09220200078

JURUSAN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA MAKASSAR
2020
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................................... i
KATA PENGANTAR......................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................I-1
1.1 Latar Belakang............................................................................................I-1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................I-2
1.3 Tujuan.........................................................................................................I-2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................II-1
2.1 Biji Alpukat................................................................................................II-1
2.2 Biodiesel.....................................................................................................II-2
2.3 Proses Pembuatan Biodiesel.......................................................................II-3
BAB III METODE PENELITIAN...................................................................III-1
3.1 Alat.............................................................................................................III-1
3.2 Bahan..........................................................................................................III-1
3.3 Variabel Penelitian......................................................................................III-3
3.4 Diagram Alir...............................................................................................III-3
BAB IV PENUTUP..........................................................................................IV-1
4.1 Kesimpulan.................................................................................................IV-1
4.2 Saran...........................................................................................................IV-1
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................V

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur Kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberi rahmat dan hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal
Pemanfaatan Limbah Biji Alpukat Sebagai Sumber Energi Alternatif
Biodiesel Melalui Proses Transesterifikasi, sebagaimana pemenuhan tugas mata
kuliah Pengolahan Limbah Industri.
Dalam penulisan tugas ini, penulis banyak mengalami kesulitan dan
hambatan. Namun, berkat arahan dari semua pihak, akhirnya penulis dapat
menyelesaikan proposal ini. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan
terima kasih kepada teman-teman, terutama Orang tua yang telah memberikan
dorongan moril dan materil.
Penulis sangat bersyukur telah menyelesaikan proposal ini. Besar harapan
penulis semoga proposal ini dapat berjalan sesuai dengan rencana dan dapat
bermanfaat bagi kita semua.

Bontang, 27 November 2020

Penulis

iii
I-1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kehidupan manusia tidak pernah bisa lepas dari kebutuhan energi. Selama ini
masyarakat Indonesia hanya menggantungkan kebutuhan energi BBM bersumber
pada energi minyak yang terbuat dari fosil. Padahal, cadangan energi fosil di
Indonesia dan dunia semakin hari semakin berkurang, sedangkan kebutuhannya
terus meningkat. Perkiraan ekstream menyebutkan, minyak bumi di Indonesia
dengan tingkat konsumsi seperti saat ini akan habis dalam waktu 10-15 tahun lagi.
Fakta lain juga menyebutkan, bahwa Indonesia sudah menjadi net importir
minyak (solar) dari tahun 2005 (Susilo, 2006). Permasalahan dengan salah satu
alternatif untuk mengatasi masalah akan kelangkaan BBM adalah dengan
memanfaatkan sumber daya alam yang melimpah, salah satunya adalah biji buah
alpukat (avocado seeds).
Biodiesel adalah salah satu bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan,
tidak mempunyai efek terhadap kesehatan yang dapat dipakai sebagai bahan bakar
kendaraan bermotor yang dapat menurunkan emisi bila dibandingkan dengan
minyak diesel. Biodiesel terbuat dari minyak nabati yang berasal dari sumber daya
alam yang dapat diperbaharui. Bahan baku yang berpotensi sebagai bahan baku
pembuat biodiesel antara lain kelapa sawit, kedelai, jarak pagar, alpukat dan
beberapa jenis tumbuhan lainnya. (Wikipedia, 2007).
Salah satu sumber bahan baku biodiesel adalah buah alpukat. Bahan yang
digunakan terletak pada biji dari buah alpukat. Menurut Prasetyowati, biji alpukat
mengandung 15 - 20 % minyak. Kandungan minyak biji alpukat lebih tinggi bila
dibandingkan dengan tanaman-tanaman seperti kedelai, jarak, biji bunga matahari
dan kacang tanah. Namun, kandungan minyak alpukat masih lebih rendah bila
dibandingkan dengan kelapa sawit. Pemanfaatan biji alpukat hingga saat ini hanya
digunakan sebagai obat penghilang stress dan belum dimanfaatkan untuk yang
lainnya padahal biji alpukat memiliki kandungan fatty acid methyl ester sebagai
bahan baku pembuatan biodiesel (Hidayat, 2007).
I-2

The National Biodiesel Foundation (NBF) telah meneliti buah alpukat


sebagai bahan bakar sejak 1994 dan mengungkapkan bahwa biji alpukat
mengandung lemak nabati yang tersusun dari senyawa alkil ester. Bahan ester
tersebut memiliki komposisi yang sama dengan bahan bakar diesel, bahkan nilai
angka setana yang dimiliki oleh biji alpukat lebih baik jika dibandingkan dengan
solar sehingga gas buangnya menjadi lebih ramah lingkungan (Hidayat, 2007).
Hal inilah yang melatarbelakangi penulis dalam mengajukan proposal tentang
potensi pemanfaatan biji alpukat. Melimpahnya limbah biji alpukat dapat
dimanfaatkan secara maksimal dengan memanfaatkan limbah biji alpukat sebagai
bahan baku pembuatan biodiesel melalui proses transesterifikasi.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana cara memanfaatkan limbah biji alpukat menjadi Biodiesel?


1.2.2 Berapa perbandingan minyak dan metanol yang digunakan agar
memperoleh rendemen biodiesel yang maksimal?

1.3 Tujuan

1.3.1 Mengetahui cara memanfaatkan limbah biji alpukat menjadi Biodiesel


1.3.2 Mengetahui perbandingan minyak dan metanol yang sesuai agar
memperoleh rendemen biodiesel yang maksimal
II-1

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Biji Alpukat

Buah alpukat mengandung 84% asam lemak tidak jenuh, termasuk oleat dan
linoleat. Biji bulat seperti bola, diameter 2,5 – 5 cm, keeping biji putih berwarna
kemerahan. Hamper setiap bagian dari pohon alpukat memiliki manfaat. Biji
alpukat biasanya digunakan sebagai obat atau dalam industri pakaian. Biji alpukat
juga ternyata dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan biodiesel karena
mengandung lemak nabati yang tersusun dari senyawa yang dapat menghasilkan
minyak.
Biji alpukat merupakan bahan biomassa yang mengandung trigliserida dan
asam lemak bebas (FFA). Minyak biji alpukat memiliki kandungan asam lemak
(FFA) yang rendah yaitu 0,367% sehingga dapat dijadikan biodiesel dengan
proses transesterifikasi. Kandungan asam lemak yang tinggi dapat menyebabkan
pembentukan sabun yang dapat menghambat proses transesterifikasi (Marheni &
Setyoningrum, 2010). Komposisi asam lemak minyak biji alpukat dapat dilihat
pada tabel II.1

Tabel II.1. Komposisi Asam Lemak Minyak Biji Alpukat (Rachimoellah, 2009)

Asam Lemak %

Palmetic acid 11,85

Palmitoleic acid 3,98

Stearic acid 0,87

Oleic acid 70,54

Linoleic acid 9,45

Linolenic acid 0,87

Eliosenoic acid 0,39

Behenic acid 0,61

Jumlah total asam lemak 98,56


II-1
II-2

2.2 Biodiesel
Biodiesel diartikan sebagai bioenergi atau bahan bakar nabati yang dibuat dari
minyak nabati, baik minyak baru maupun bekas melalui proses esterfikasi,
transesterfikasi atau esterifikasi-transesterifikasi (Hambali et al., 2007). Biodiesel
secara kimiawi dinyatakan sebagai monoalkil ester dari asam lemak rantai
Panjang yang bersumber dari golongan lipida (Darnoko et al., 2001). Monoalkil
ester dapat berupa metil ester atau etil ester yang merupakan senyawa yang
relative stabil, berwujud cair pada temperature ruang (titik leleh antara 4-18 0C),
titik didih rendah dan tidak korosif. Metil ester lebih stabil secara pirolitik dalam
proses distilasi fraksional dan lebih ekonomis sehingga lebih disukai
dibandingkan etil ester (Sonntag, 1982).
Standar biodiesel tidak membedakan bahan dasar yang digunakan dalam
memproduksi biodiesel. Kualitas biodiesel sebagai produk bahan bakar mesin
diesel ditentukan oleh beberapa parameter, antara lain massa jenis, viskositas, titik
nyala, titik tuang, residu karbon, korosi lempeng tembaga. Persyaratan mutu
biodiesel di Indonesia sudah dibakukan dalam SNI-04-7182-2006. Terlihat pada
tabel II.2.
Tabel II.2. Spesifikasi Biodiesel (BSN, 2006)
II-3

2.3 Proses Pembuatan Biodiesel


Pada proses pembuatan biodiesel rekayasa proses dilakukan untuk mengubah
karakteristik minyak nabati sehingga memiliki viskositas yang lebih rendah dan
memiliki kemiripan dengan karakteristik petrodiesel dan biodiesel. Teknologi
proses produksi biodiesel secara konvensional umumnya dilakukan dengan
melakukan beberapa Langkah. Langkah-langkah yang dilakukan dalam
pembentukan biodiesel dijelaskan dibawah ini.

2.3.1 Perolehan minyak dengan Solvent Extraction


Ekstraksi adalah suatu cara untuk mendapatkan minyak dari bahan yang
diduga mengandung minyak. Prinsip dari proses ini adalah ekstraksi dengan
melarutkan minyak dalam pelarut minyak. Pelarut minyak yang digunakan dalam
proses ekstraksi yaitu pelarut organic yang mudah menguap seperti petroleum
eter, benzene, karbin tetraklorida, dan n-heksana (Ketaren, 1986).

2.3.2 De-gumming
Komponen utama yang terkandung dalam gum, yang harus dipisahkan adalah
fosfatida. De-gumming merupakan suatu proses pemisahan getah yang terdiri dari
fosfatida, protein, karbohidrat dan air tanpa mengurangi jumlah asam lemak bebas
dalam minyak.
Proses dilakukan dengan menambahkan asam mineral pekat (umumnya
menggunakan 0,1 – 0,4 %berat H3PO4) ke minyak yang disertai dengan
pemanasan antara suhu 90 – 110 0C. Pada suhu tersebut kekentalan minyak akan
berkurang sehingga gum mudah terpisah dari minyak (Karen, 1986).

2.3.3 Transesterifikasi
Transesterifikasi adalah tahap konversi trigliserida menjadi alkil ester melalui
reaksi dengan alcohol dan menghasilkan produk samping gliserol. Proses ini
dilakukan pada minyak nabati yang memiliki kandungan FFA yang rendah seperti
minyak biji bintaro dan jarak pagar. Katalis yang sering digunakan pada proses
transesterifikasi adalah katalis basa seperti NaOH, KOH, NaOCH3 dan KOCH3.
II-4

Reaksi transesterifikasi merupakan reaksi yang bersifat reversible dengan kalor


reaksi kecil (Prihandana, 2006). Pergeseran reaksi produk biasanya dilakukan
dengan menggunakan alcohol berlebih. Methanol, etanol, propanol dan butanol
banyak digunakan dalam reaksi ini (Freedman et al., 1984).
Pelarut methanol lebih sering digunakan karena harganya lebih murah
dibandingkan dengan alkohol jenis lainnya dan dapat bereaksi cepat dengan
trigliserida serta dapat melarutkan katalis asam dan basa. Selain itu, secara fisika
dan kimia methanol bersifat polar dan memiliki rantai paling pendek. Reaksi
transesterifikasi dengan katalis basa harus dilakukan pada minyak yang bersih,
bebas air dan tidak mengandung katalis. Mekanisme reaksi transesterifikasi

(Freedman et al., 1984) adalah sebagai berikut.

Transesterifikasi merupakan reaksi yang berlangsung dalam 3 tahap. Pertama,


trigliserida (TG) dihirolisis menjadi digliserida (DG), selanjutnya trigliserida
dihidrolisis menjadi monogliserida (MG) yang akhirnya membentuk alkil ester
dan gliserol (Darnoko, 2001). Ketiga reaksi tersebut disajikan sebagai berikut.
Proses konversi pada reaksi transesterifikasi dipengaruhi oleh faktor internal
dan eskternal. Faktor internal merupakan kondisi yang berasal dari minyak,
seperti kadar air dan asam lemak bebas. Sedangkan faktor eksternal merupakan
kondisi yang berasal dari luar bahan, seperti suhu reaksi, waktu reaksi, kecepatan
pengadukan, rasio metanool dan jenis katalis yang digunakan (Freedman et al.,
1984). Proses transesterifikasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya
sebagai berikut :
- Suhu minyak (sebelum dilakukan transesterifikasi
II-5

Suhu minyak sebelum dicampur dengan katalis dan metanol sangat


berpengaruh pada reaksi. Jika pemanasan pada minyak melebihi 60 0C
akan menyebabkan hilangnya methanol pada proses batch karena metanol
akan menguap (Prawitasari & Lestari, 2009).
- Suhu reaksi
Laju reaksi sangat dipengaruhi oleh suhu reaksi. Secara umum, reaksi akan
mendekati titik didih metanol pada tekanan atmosfer.
- Rasio alkohol terhadap minyak
Variabel lain yang berpengaruh besar pada pembentukan yield pada
biodiesel adalah perbandingan volume alkohol terhadap volume minyak.
Perbandingan volume alkohol yang lebih besar terhadap minyak akan
berpengaruh pada pemisahan gliserol. Hal ini menunjukkan bahwa rasio
yang lebih rendah akan menbutuhkan waktu yang lebih lama untuk
membentuk biodiesel dengan yield yang lebih tinggi. Dengan
perbandingan volume yang lebih besar akan meningkatkan konversi tetapi
akan mempersulit proses pemisahan gliserol yang terbentuk dari hasil
samping reaksi.
- Jenis reaksi
KOH dan NaOH sering digunakan sebagai katalis basa. Penambahan
konsentrasi katalis basa pada range 0,1% - 1% berat, memberikan yield
sampai 94-99% konversi minyak nabati dalam membentuk ester.
Meskipun campuran antara alkohol dengan minyak yang digunakan bebas
air, namun sejumlah air akan dihasilkan dalam sistem dari reaksi
hidroksida dengan alkohol. Keberadaan air mengakibatkan meningkatnya
hidrolisis ester yang dihasilkan dari pembentukan sabun. Reaksi
saponifikasi tidak diinginkan selama proses karena dapat mereduksi yield
ester dan mengakibatkan pemisahan gliserol menjadi sulit karena
pembentukan emulsi (Manurung, 2006).
- Proses pencucian
II-5

Produk biodiesel setelah transesterifikasi masih mengandung impuritas


yang harus diminimalkan agar menghasilkan yield lebih tinggi dan
biodiesel
II-6

lebih murni. Keuntungan dengan menggunakan dry washing ini adalah


tidak terjadi reaksi dengan biodiesel saat pencucian tetapi mampu
menghilangkan senyawa-senyawa yang tidak diinginkan dan tidak
menggunakan air sehingga tidak perlu menghilangkan air sisa pencucian
yang masih terkandung dalam biodiesel yang membutuhkan proses yang
lama, tidak ada risiko akan timbulnya emulsi dan hemat energi. Metode
pencucian tanpa air (dry washing) menggunakan bahan adsorben yang
mampu mengikat kotoran, sisa reaktan (metanol) yang tidak bereaksi.
Magnesium silikat merupakan adsorben yang sering digunakan untuk
proses dry washing, merupakan kristal mineral yang berwarna putih
(Herdiani, 2009).
III-1

METODE PENELITIAN

3.1 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut.
- Pisau
- Hotplate
- Stirer
- Gelas Piala
- Corong pemisah
- Kertas saring
- Botol penampung minyak
- Alat pengepresan

3.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut.
- Biji Alpukat
- Metanol 96%
- NaOH 40%
- H3PO4 85%
- Magnesium silikat

3.3 Prosedur Penelitian


Proses pembuatan biodiesel dari biji alpukat dilakukan dengan beberapa tahapan
yaitu preparasi bahan baku, proses pengambilan minyak biji alpukat, pre-
treatment, proses transesterifikasi minyak biji alpukat menjadi biodiesel dan
pencucian biodiesel.
3.3.1 Preparasi Bahan Baku
a) Biji alpukat yang diperoleh dari sumber dicuci terlebih dahulu agar mengurangi
bau tidak sedap sisa daging alpukat yang menempel.
b) Biji alpukat kemudian dijemur selama 2-3 hari dibawah sinar matahari
c) Biji alpukat yang telah dikeringkan kemudian dipotong kecil-kecil untuk
mempermudah saat proses pengepresan
III-2

3.3.2 Proses Pengambilan Minyak Biji Alpukat


a) Biji alpukat yang telah dipotong kecil-kecil ditimbang secara keseluruhan
b) Biji alpukat dimasukkan ke dalam kain penyaring lalu dimasukkan ke dalam
mesin pres
c) Biji alpukat kemudian di pres secara manual. Pengepresan dilakukan sebanyak 3
kali untuk hasil yang maksimal
d) Minyak biji alpukat kemudian ditampung dalam botol penampungan minyak

3.3.3 Pre-treatment
a) Minyak biji alpukat dituang ke gelas piala dan dipanaskan di atas hot plate pada
suhu 90 0C.
b) Ditambahkan H3PO4 85% sebanyak 0,5% dari berat minyak sambal diaduk
menggunakan stirrer selama 30 menit
c) Hasil pengadukan kemudian dimasukkan ke corong pemisah dan didiamkan
selama 24 jam
d) Minyak biji alpukat selanjutnya dipisahkan sehingga diperoleh minyak biji
alpukat hasil de-gumming.
e) Minyak biji alpukat hasil de-gumming kemudian di tampung dalam wadah
khusus

3.3.4 Transesterifikasi Minyak Biji Alpukat Menjadi Biodiesel


a) Minyak biji alpukat hasil de-gumming ditambahkan metanol dengan variasi
penambahan minyak : metanol yaitu 1 : 4, 1 : 6 dan 1 : 8.
b) Ditambahkan NaOH 40% sebanyak 1% dari berat minyak
c) Dilakukan pemanasan pada suhu 60 0C menggunakan hotplate dengan kecepatan
600 rpm selama 1 jam
d) Campuran kemudian dimasukkan ke corong pemisah dan didiamkan selama 24
jam atau hingga terbentuk 2 lapisan yang terpisah dengan jelas.
e) Dilakukan pemisahan terhadap biodiesel yang terbentuk dan hasil samping
gliserol.
f) Biodiesel ditampung dalam wadah khusus
3.3.5 Pencucian Biodiesel
a) Biodiesel yang dihasilkan ditambahkan magnesium silikat sebanyak 100 gram
untuk 500 mL biodiesel
III-3

b) Didiamkan selama 2 jam sehingga akan terpisah biodiesel dengan pengotor (sisa
metanol dan NaOH)
c) Diperoleh biodiesel murni

3.4 Variabel Penelitian


Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas yaitu perbandingan
jumlah minyak : metanol (X) dan variabel terikat yaitu rendemen biodiesel yang
dihasilkan (Y).

3.5 Diagram Alir


IV-1

PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Biji alpukat memiliki potensi yang besar untuk dimanfaatkan sebagai biodiesel
karena mengandung lemak nabati yang tersusun dari senyawa yang dapat
menghasilkan minyak serta memiliki kandungan nilai FFA yang rendah. Adanya
pemanfaatan ini akan mengurangi limbah biji alpukat sekaligus sebagai energi
alternatif pengganti solar yang ramah terhadap lingkungan.

4.2 Saran

Semoga proposal ini dapat terlaksana dan dimanfaatkan sebagaimana


mestinya serta dapat disosialisasikan kepada masyarakat sebagai masukan
alternatif pengganti bahan bakar solar.
V-1

DAFTAR PUSTAKA

Susilo, B. 2006. Biodiesel. Edisi Revisi. Cetakan kedua. Surabaya : Trubus


Agrisarana. Trisunaryanti, W. Shiba, R. Miura, M. Nomura, M.Nishiyama, N.
Matsukata. 1996. Characterisation and Modification of Indonesian Natural
Zeolites and Their Properties for Hydrocracking of a Paraffin. Skiyu Gakkaishi.
39(1). 20-25 Okasa.

Hambali, E., dkk. 2007. Teknologi Bioenergi. Cetakan Pertama. Jakarta : Agro
Media

M. Ghiaci, B. Aghabarari, and A. Gil. "Production of biodiesel by esterification of natural


fatty acids over modified organoclay catalysts" Fuel, vol. 90, no. 11, pp. 3382-3389,
2011.

Prasetyowati, R. Pratiwi, dan F. Tris O., "Pengambilan minyak biji alpukat (persea
americana mill) dengan metode ekstraksi", Jurnal Teknik Kimia, vol. 17, no. 2, pp. 16-24,
2010.

Priyanto, U. 2007. Menghasilkan Biodiesel Jarak Pagar Berkualitas. PT


Agromedia Pustaka. Tangerang

S. Risnoyatiningsih "Biodiesel from avocado seeds by transesterification process", Jurnal


Teknik Kimia, vol. 5, no. 1, p. 345-351, 2010.
V-1

Anda mungkin juga menyukai