Anda di halaman 1dari 7

KHUTBAH JUM'AT (KENDALIKAN AMARAHMU)

1. Rukun Pertama: Hamdalah


Khutbah jumat itu wajib dimulai dengan hamdalah. Yaitu lafaz yang memuji Allah SWT. Misalnya
lafaz alhamdulillah, atau innalhamda lillah, atau ahmadullah. Pendeknya, minimal ada kata alhamd dan lafaz Allah,
baik di khutbah pertama atau khutbah kedua.

Contoh bacaan:

‫تُُأ َ ْع َما ِل َناُ َم ْنُُيَ ْه ِد ِهُُللاُُفَلَُُم ِضلُُلَ ُه‬


ِ ‫سيئ َا‬ ِ َ‫سن‬
ُْ ‫اُوُم‬
َ َُ‫ن‬ ِ ‫ُُم ْنُُشر ْو ِرُُأ َ ْنف‬ َ ‫ستَ ْغ ِفره‬
ِ ِ‫ُُونَع ْوذُُ ِبالل‬ ْ َ‫ُُون‬ َ ‫ِإنُُا ْل َح ْم َُدُِللُُِنَحْ َمده‬
ْ َ‫ُُون‬
َ ‫ستَ ِعيْنه‬
َ ‫ض ِل ْلُُفَلَُُ َهاد‬
ُ‫ِيُُ َله‬ ْ ‫َو َم ْنُُي‬

Innal hamdalillahi nahmaduhu wa nasta’iinuhu wa nastaghfiruhu wa na’uudzubillaahi min syuruuri anfusinaa wa


min sayyiaati a’maalinaa mayyahdihillaahu falaa mudhillalahu wa mayyudhlilfalaa haadiyalahu

2. Rukun Kedua: Shalawat kepada Nabi SAW


Shalawat kepada nabi Muhammad SAW harus dilafadzkan dengan jelas, paling tidak ada kata shalawat.
Misalnya ushalli ‘ala Muhammad, atau as-shalatu ‘ala Muhammad, atau ana mushallai ala Muhammad.

Contoh bacaan:

ُ‫ُُو َم ْنُُتَبِعَه ْم‬ ْ َ ‫ُُوعَلىُآ ِل ِهُُ ِوأ‬


َ ‫صحَابِ ِه‬ َ ‫سل ْمُُعَلىُمحَمد‬ َ ‫سانُُإِلَىُيَ ْو ِمُُالديْن اَللهمُُصَل‬
َ ‫ُُو‬ َ ْ‫بِ ِإح‬.
Allahumma sholli wa sallam ‘alaa muhammadin wa ‘alaa alihii wa ash haabihi wa man tabi’ahum bi ihsaani ilaa
yaumiddiin.

3. Rukun Ketiga: Washiyat untuk Taqwa

Yang dimaksud dengan washiyat ini adalah perintah atau ajakan atau anjuran untuk bertakwa atau takut kepada
Allah SWT. Dan menurut Az-Zayadi, washiyat ini adalah perintah untuk mengerjakan perintah Allah dan menjauhi
larangan-larangan-Nya. Sedangkan menurut Ibnu Hajar, cukup dengan ajakan untuk mengerjakan perintah Allah.
Sedangkan menurut Ar-Ramli, washiyat itu harus berbentuk seruan kepada ketaatan kepada Allah.
Lafadznya sendiri bisa lebih bebas. Misalnya dalam bentuk kalimat: “takutlah kalian kepada Allah”. Atau
kalimat: “marilah kita bertaqwa dan menjadi hamba yang taat”.
Contoh bacaan:

ْ ‫ُُوأَ ْنت ْمُُم‬


َُ‫س ِلم ْون‬ َ ‫يَاأَيهَاُالذَيْنَُُآ َمن ْواُاتقواُللاَُُحَقُُتقَاتِ ِه‬
َ ‫ُُولَُُتَم ْوتنُُإِل‬
yaa ayyuhalladziina aamanuu ittaqullaaha haqqa tuqaatihi wa laa tamuutunna ilaa wa antum muslimuun
Ketiga rukun di atas harus terdapat dalam kedua khutbah Jumat itu.

4. Rukun Keempat: Membaca ayat Al-Quran pada salah satunya

Minimal satu kalimat dari ayat Al-Quran yang mengandung makna lengkap. Bukan sekedar potongan yang belum
lengkap pengertiannya. Maka tidak dikatakan sebagai pembacaan Al-Quran bila sekedar mengucapkan
lafadz: “tsummanazhar”.
Tentang tema ayatnya bebas saja, tidak ada ketentuan harus ayat tentang perintah atau larangan atau hukum. Boleh
juga ayat Quran tentang kisah umat terdahulu dan lainnya.

Contoh bacaan:

َ ُ‫َلىُُك ِلُُشَئُُقَدِير‬
ُ‫ف‬ ِ ْ ‫تُُأَيْنَُُ َماُتَكونواُيَأ‬
َ ‫تُُ ِبكمُُللاُُج َِمي ًعاُ ِإنُُللاَُُع‬ ِ ‫ستبَق ِِواُاْل َخي َْرا‬
ْ ‫ا‬
Fastabiqul khairooti ayna maa takuunuu ya’ tinikumullahu jamii’an innallaaha ‘alaa kulli syaiin qodiiru (QS.
Al-Baqarah, 2 : 148)

ُ‫أَماُ َب ْعد‬
ammaa ba’du..
Selanjutnya berwasiat untuk diri sendiri dan jamaah agar selalu dan meningkatkan taqwa kepada Allah SWT, lalu
mulai berkhutbah sesuai topiknya. Memanggil jamaah bisa dengan panggilan ayyuhal muslimun, atau ma’asyiral
muslimin rahimakumullah, atau “sidang jum’at yang dirahmati Allah”.

……. isi khutbah pertama ………


“Huh, sebel!,” kalimat seperti itu, mungkin sering juga terjadi diantara kita semua. Sebel, dongkol dan marah.
Entah kepada saudara, anak, teman, antara atasan dan bawahan kita di kantor atau antara pembantu dan
majikan.

Bahkan terkadang pula, kemarahan yang kita keluarkan tidak dengan cara-cara semestinya dan jauh diluar
kewajaran. Mengumpat, mengeluarkan kata-kata kotor, mencela, menghina, atau bahkan mengeluarkan aib
seseorang yang sedang kita jadikan sasaran kemarahan kita.

Sebagian orang mengatakan marah adalah manusiawi. Karena marah adalah bagian dari kehidupan kita. Tapi
siapa sangka, sifat marah justru menimbulkan penyakit. Bahkan yang lebih bahaya, marah justru mendapat
ancaman neraka. Masyaallah!

Nah, baru-baru yang lalu, seorang peneliti dari Yale University di New Heaven, Connecticut (AS)
mengatakan, akibat marah seseorang bisa mengalami serangan jantung. Ini setelah irama organ tubuh vital ini
berdetak terlampau cepat atau dengan ketinggian mematikan. Akibat kemarahan itu, jantung berhenti
mensirkulasi darah yang bisa membuat si pemilik jantung meninggal secara tiba-tiba.

“Kondisi tersebut diperlihatkan dalam cara berbeda saat Anda berada dalam kondisi tertekan yang memicu
kematian mendadak,” kata dr Rachel Lampert.

Lampert dan kolega-koleganya melakukan riset terhadap 62 pasien jantung dan menggunakan alat getar
jantung yang dilekatkan ke tubuh mereka atau disebut ICD. ICD bisa mendeteksi irama jantung atau
“arrhythimia”, yang mengantarkan kejutan listrik guna memulihkan detak jantung normal.

Tapi mengapa orang marah mudah terkena penyakit? Itu karena di dalam darah orang marah terkandung
banyak hormon adrenalin, hormon yang diproduksi oleh kelenjar adrenal ini akan dilepaskan ke dalam darah
ketika ada rangsangan emosi. Akibatnya ya itu tadi, denyut jantung akan bertambah cepat dan tekanan darah
meninggi, keadaan ini yang mengakibatkan penyakit mudah datang.

Jika marah menimbulkan tekanan jantung sih mungkin bisa dimaklumi. Tapi jika marah bisa diancam dengan
neraka, itu kelewat seram dan mengerikan. Tapi itu memang benar.

Dari Abu Hurairah, diceritakan, suatu hari ada seorang laki-laki berkata kepada Nabi shalallahu ‘alaihi wa
sallam, kemudian berkata;

‫ُأنُرجــلًُُقـــالُللـنـبيُصلىُللاُعـلـيـهُوعلىُآلهُوسـلـم‬،ُ‫عــنُأبـيُهـريـرةُرضيُللاُعــنـه‬:
َ

ْ ‫ُ(ُلَُُتَ ْغض‬:ُ‫ُقال‬،ُ‫ارا‬
ُ‫َب‬ ً ‫ُُم َر‬ ْ ‫(ُلَُُت َ ْغض‬:ُ‫قال‬.ُ‫أَ ْو ِصــنِي‬
ِ ‫َبُُ)ُفَ َرد َد‬
‫ رواهُالبخاريُ[ُرقم‬: 6116 ].

(Wahai Rasulullah, berilah aku wasiat kepada saya. ” Rosulullah bersabda, “Jangan
marah!” Kemudian orang itu mengulang-ulang permintaannya. Rasulullah tetap menjawab, “Janganlah
marah!).”[HR Bukhori]

Amarah adalah karunia Allah. Yang jadi masalah adalah, bagaimana marah yang bisa membawa barokah dan
bagaimana yang mendatangkan malapetaka. Kata Rasulullah, amarah itu seperti jadamyang merusak manisnya
madu. Sekuat apapun keimanan seseorang kalau dia pemarah bisa merusak keimanannya.

Sebagian kita memiliki beberapa karakter menyangkut kemarahan. Ada yang lambat marahnya, ada pula yang
cepat marahnya alias tipe ‘sumbu pendek’. Ada pula yang mudah marah tapi ia mudah reda. Sebaliknya ada
pula yang memiliki sifat tidak mudah menghapus amarah alias lama dan tak gampang reda jika marah. Bahkan
sampai-sampai terbawa dendam. Yang terakhir ini adalah sifat paling buruk. Sifat yang paling baik adalah
lambat marahnya dan cepat redanya.

Allah tak segan memberi ganjaran luar biasa di neraka bagi orang-orang yang suka marah. Sebaliknya, akan
memberi hadiah setimpal berupa surga bila ia bisa menahan dan mengendalikan amarah nya. “Laa tahdzab
wa lakal jannah,” kata Rasulullah. (Janganlah marah bagimu surga).[HR. Buhari].

Menahan diri

"Dari Mu'adz bin Anas Al Juhani, Rasulullah bersabda : "Barang siapa yang menahan amarahnya sedangkan
ia mampu untuk mewujudkannya, Allah akan menyebutkan dan memujinya pada hari kiamat kelak di hadapan
seluruh makhluk, hingga dia diberi pilihan untuk mengambil bidadari mana saja yang ia kehendaki" [HR.
Tarmidzi , Abu Daud dan Ibnu Majah].

Tak ada manusia yang tak memiliki sifar amarah berapapun kadarnya. Hanya saja, seberapa jauh, masing-
masing memiliki kemampuan menahan dan mengendalikannya. Rasulullah mengatakan, orang yang dapat
menahan amarahnya, maka Allah akan menjauhkannya dari murka-Nya.

Sang Hujjatul Islam, Syeikh Imam al-Ghazali, dalam Kitab Ihya’ Ulumuddin nya pernah berkata,
“Barangsiapa tidak marah, maka ia lemah dari melatih diri. Yang baik adalah, mereka yang marah namun bisa
menahan dirinya.”

Nah, kepada mereka yang mampu menahan rasa marah, Rasulullah mengatakan, “Siapa yang menahan marah,
padahal ia dapat memuaskan pelampiasannya, maka kelak pada hari kiamat, Allah akan memanggilnya di
depan sekalian makhluk. Kemudian, disuruhnya memilih bidadari sekehendaknya." [HR. Abu Dawud dan
Tirmidzi].

Salah satu cara menahan amarah adalah dengan diam. Rasulullah pernah berkata, “Bila seorang dari kamu
sedang marah hendaklah diam.” [HR. Ahmad].

Cara lain menahan amarah kata Rasulullah adalah membaca ta`awudz: “Inni La a’lamu kalimatan, lau qaa
lahaa dzahaban anhu, maa yajidu, lau qaa la: A’uddzu billahi minasy syaithonir rojim.” (Saya tahu suatu
kalimat yang jika diucapkan seseorang, tentulah akan dapat memadamkan nafsu amarahnya. Yaitu, A’uddzu
billahi minasy syaithonir rojim). [al hadits]

Tips Menghindari Amarah

1. Nabi menganjurkan membca ta`awudz. “A’uddzu billahi minasy syaithonir rojim.” [Aku berlindung kepada
Allah dari godaan syetan yang terkutuk).

2. Diam atau tak bicara guna menjaga ucapan kita. “Apabila diantara kalian marah maka diamlah.” Beliau
ucapkan tiga kali. [HR. Ahmad] )

3 . Berwudu. "Sesungguhnya marah itu dari setan dan setan itu diciptakan dari api, dan api itu diredam dengan
air maka apabila di antara kalian marah, berwudulah" (H.R. Ahmad).

Setelah di itu menutup khutbah pertama dengan do’a untuk seluruh kaum muslimin dan muslimat.

Contoh bacaan:

ْ َ‫اُوأ‬
ُُ‫ستَ ْغ ِفر‬ َ َ‫ُأَق ْولُُقَ ْو ِل ْيُُ َهذ‬.‫ُُوال ِذك ِْرُُا ْل َح ِكي ِْم‬
ِ ‫ُُمنَُُاْآليَا‬
َ ‫ت‬ ِ ‫ُُوإِياك ْمُُبِ َماُفِ ْي ِه‬ َ ‫آنُُا ْل َع ِظي ِْم‬
َ ‫ُُونَفَعَنِ ْي‬ ِ ‫ُُولَك ْمُُفِيُا ْلق ْر‬
َ ‫اركَُُللاُُ ِل ْي‬
َ َ‫ب‬
ُ‫ستَ ْغ ِفر ْوهُُ ِإنهُُه َوُُا ْل َغف ْورُُالر ِحيْم‬ ْ ‫ْنَُُم ْنُُك ِلُُذَ ْنبُُ َفا‬ ْ ‫سا ِئ ِرُُا ْلم‬
ِ ‫س ِل ِمي‬ َ ‫ُُو َلك ْم‬
َ ‫ُُو ِل‬ َ ‫للاَُُ ِل ْي‬.
barakallahu lii wa lakum fill qur’aanil azhiim wa nafa’nii wa iyyaakum bima fiihi minal aayaati wa dzikril hakiim.
Aquulu qowlii hadzaa wa astaghfirullaaha lii wa lakum wa lisaa iril muslimiina min kulli danbin fastaghfiruuhu
innahu huwal ghafuurur rahiimu.

Lalu duduk sebentar untuk memberi kesempatan jamaah jum’at untuk beristighfar dan membaca shalawat secara
perlahan.
Setelah itu, khatib kembali naik mimbar untuk memulai khutbah kedua. Dilakukan dengan diawali dengan
bacaaan hamdallah dan diikuti dengan shalawat.

Contoh bacaan:

َ‫شهَدُُأَ ْنُُ ُل‬


ْ َ‫ينَُُوأ‬
َ ‫بُُا ْلعَالَ ِم‬ َ ِ‫س ِلينَُُ ِإنُُا ْل َح ْم َُدُِلل‬
ِ ‫ُُر‬ ِ ‫شهَدُُأَنُُمحَمدًاُ َخاتَمُُاألَ ْن ِْ ِْ ِب َي‬
َ ‫ُُوا ْلم ْر‬
َ ‫اء‬ ْ َ ‫ينَُُوأ‬ َ ‫ِإلهَُُإِلُُللا‬
َ ‫ُُو ِليُُالصا ِل ِح‬
ُ‫علَى‬
َ ُُْ‫ُارك‬ َ ‫ُإِنكَُُح َِميْدُُ َم ِجيْد‬،‫علَىُآ ِلُُإِب َْرا ِه ْي َم‬
ِ َ‫ُوب‬. َ ‫ُُو‬َ ‫ع َلىُإِب َْرا ِه ْي َم‬
َ َُُ‫ع َلىُآ ِلُُمحَمدُُ َك َماُصَليْت‬ َ ‫علَىُمحَمد‬
َ ‫ُُو‬ َ ُُ‫اَللهم‬
َ ُُ‫ص ِل‬
‫ُأَمابعد‬,.‫ُإِنكَُُح َِميْدُُ َم ِجيْد‬،‫ع َلىُآ ِلُُإِب َْرا ِه ْي َم‬ َ ‫علَىُإِب َْرا ِه ْي َم‬
َ ‫ُُو‬ َ َ‫علَىُآ ِلُُمحَمدُُ َك َماُب‬
َ َُُ‫اركْت‬ َ ‫ُُو‬
َ ‫محَمد‬,
Innal hamdalillahi robbal’aalamiin wa asyhadu an laa ilaaha illahllaahu wa liyyash shalihiina wa asyhadu anna
muhammadan khaatamul anbiyaai wal mursaliina allahumma shalli ‘alaa muhammadan wa ‘alaa aali
muhammadin kamaa shollayta ‘alaa ibroohiima wa ‘alaa alii ibroohiim, innaka hamiidum majiid.Wa barok ‘alaa
muhammadin wa ‘alaa aali muhammadin kamaa baarokta ‘alaa ibroohiima wa ‘alaa alii ibroohiim, innaka
hamiidum majiid.
Ammaa ba’ad..
Selanjutnya di isi dengan khutbah baik berupa ringkasan, maupun hal-hal terkait dengan tema/isi khutbah pada
khutbah pertama yang berupa washiyat taqwa.

……. isi khutbah kedua ……… (cukup diisi dengan wasiat taqwa dan jangan ditambah isi khutbah baru,
karena akan membuat jenuh jama'ah. dikhawatirkan bukannya didengar akan tetapi di acuhkan. selain itu
juga banyak permaslahatan jama'ah di luar).

5. Rukun Kelima: Doa untuk umat Islam di khutbah kedua


Pada bagian akhir, khatib harus mengucapkan lafaz yang doa yang intinya meminta kepada Allah kebaikan untuk
umat Islam. Misalnya kalimat: Allahummaghfir lil muslimin wal muslimat . Atau kalimat Allahumma ajirna
minannar .
Contoh bacaan do’a penutup:

ُ‫ت‬ ِ ‫س ِميْعُُقَ ِريْبُُم ِجيْبُُالدع ََوا‬ َ َُُ‫ُإِنك‬،ِ‫ُُواْألَ ْم َوات‬ َ ‫ُُم ْنه ْم‬ ِ َ‫تُُاْألَحْ ي‬
ِ ‫اء‬ ِ ‫ْنَُُوا ْلمؤْ ِمنَُا‬
َ ‫ُوا ْلمؤْ ِمنِي‬،ِ َ ‫س ِل َمات‬ ْ ‫ْنَُُوا ْلم‬ ْ ‫اَللهمُُا ْغ ِف ْرُُ ِل ْلم‬.
َ ‫س ِل ِمي‬
َُُ‫اُول‬ َ ‫اُرب َن‬َ ‫ْنَُُم ْنُُقَ ْب ِل َن‬
ِ ‫علََِ ىُال ِذي‬ َ ُُ‫علَ ْي َناُإِص ًْراُ َك َماُ َح َم ْلتَه‬
َ ُُ‫اُولَُُتَحْ ِم ْل‬ َ ‫س ْي َناُأَ ْوُُأ َ ْخ َطأ ْ َن‬
َ ‫اُرب َن‬ ِ ‫َاخ ْذُُ َناُإِ ْنُُ َن‬
ِ ‫َرب َناُلَتؤ‬
َ ُ‫ار َح ْمنَاُأَ ْنتَُُ َم ْولَنَاُفَا ْنص ْرنَا‬
َُ‫علَىُا ْلقَ ْو ِمُُا ْلكَافِ ِريْن‬ َ َ‫اُوا ْغ ِف ْرُُلَن‬
ْ ‫اُو‬ َ ‫ُُواعْفُُعَن‬ َ ‫تًحَم ْلنَاُ َمالَُُ َطاقَةَُُلَنَاُبِ ِه‬.
َ َ‫عذ‬
‫ُوالحمدُللُربُالعالمين‬.‫ابُُالن ِار‬ َ ً‫سنَة‬
َ ُ‫ُُو ِق َنا‬ َ ً‫سنَة‬
َ ‫ُُو ِفيُاْأل َ ِخ َر ِةُُ َح‬ َ ‫ر َبنَاُ َءا ِتنَُاُ ِفيُالد ْن َياُ َح‬.
َ

Allahummagh fir lilmuslimiina wal muslimaati, wal mu’miniina wal mu’minaatil ahyaa’I minhum wal amwaati,
innaka samii’un qoriibun muhiibud da’waati.
Robbanaa laa tuaakhidznaa in nasiinaa aw akhtho’naa. Robbanaa walaa tahmil ‘alaynaa ishron kamaa
halamtahuu ‘alalladziina min qoblinaa.Robbana walaa tuhammilnaa maa laa thooqotalanaa bihi, wa’fua ‘annaa
wagh fir lanaa war hamnaa anta maw laanaa fanshurnaa ‘alal qowmil kaafiriina.
Robbana ‘aatinaa fiddunyaa hasanah wa fil aakhiroti hasanah wa qinaa ‘adzaabannaar. Walhamdulillaahi robbil
‘aalamiin.

Anda mungkin juga menyukai