Dari mimbar khutbah jumat ini khatib mengajak kepada diri khatib dan jamaah sekalian untuk
meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah SWT. Peningkatan iman yang terus
dilakukan dengan cara meningkatkan amal sholeh. Karena derajat kemuliaan seorang hamba di
sisi Allah hanyalah dinilai dengan ketakwaannya. Allah berfirman:
ِع ِه ِإ
َّن َأْك َر َم ُك ْم ْنَد الَّل َأْتَق اُك ْم
“Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa”.
َو َص ْو ُن ْالَج َو اِر ِح َع ِن ْالَقَباِئ، َو َتْر ُك ْاآلَذ ى، َو َر ْفُض ْالَك ِذِب، َو ُمَج اَنَبُة ْالِغ ْيَبِة، َو َتْر ُك ْالِمَر اِء، َطِّيُب ْالِغ ذَاِء: آَداُب الِّص َياِم
Artinya: “Adab berpuasa, yakni: mengonsumsi makanan yang baik, menghindari
perselisihan, menjauhi ghibah (menggunjing orag lain), menolak dusta, tidak menyakiti orang
lain, menjaga anggota badan dari segala perbuatan buruk.”
Hadirin Jamaah sholat Jumat Rohimakumullah
Keenam adab sebagaimana disebutkan di atas akan diuraikan satu per satu berikut ini:
Pertama, mengonsumsi makanan yang baik. Selama berpuasa, khususnya di bulan
Ramadhan, makanan yang sebaiknya kita konsumsi adalah makanan yang baik atau halalan
thayyiba. Makanan yang baik tidak identik dengan makanan yang lezat atau mahal, tetapi adalah
makanan yang baik bagi kesehatan dan tentu saja juga halal secara syarí. Beberapa makanan
yang baik kita konsumsi selama Ramadhan, disamping makanan pokok seperti nasi atau lainnya,
adalah kurma, madu, sayuran, daging, ikan, dan lain sebagainya. Intinya adalah makanan yang
secara kesehatan baik untuk dikonsumsi dan juga halal secara syarí. Syukur-syukur makanan itu
ada tuntunannya di dalam agama baik berdasarkan Al-Qur’an atau hadits Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam seperti madu dan kurma sebagaimana telah disebutkan di atas.
Kedua, menghindari perselisihan. Pertengkaran atau perselisihan bisa terjadi kapan
saja. Tetapi orang-orang berpuasa sangat dianjurkan menjaga kesucian bulan Ramadhan dengan
tidak melakukan pertengkaran. Untuk itu diperlukan kesadaran penuh untuk menahan diri dari
emosi yang dapat menjurus pada pertengkaran. Hal ini sejalan dengan hadits Rasulullah yang
dirawayatkan oleh Bukhari berikut ini:
ِإِّني َص اِئٌم َم َّرَتْيِن: َو ِإِن اْم ُر ٌؤ َقاَتَلُه َأْو َشاَتَم ُه َفْلَيُقْل
Artinya: “Dan jika seseorang mengajak bertengkar atau mencela maka katakanlah, “
Sesungguhnya aku sedang berpuasa. (Ucapkan hal ini dua kali).”
Jadi ungkapan “Aku sedang berpuasa” sebagaimana dimaksudkan dalam hadits di atas
adalah untuk menyatakan ketidak sanggupan kita untuk berselisih atau bertengkar dengan pihak
lain di bulan Ramadhan. Intinya kita sangat dianjurkan untuk bisa menjaga perdamaian dan
kerukunan bersama di saat kita sedang berpuasa.
Artinya: “Takutlah kalian terhadap bulan Ramadhan karena pada bulan ini, kebaikan
dilipatkan sebagaimana dosa juga dilipat-gandakan.”
ًة َن ا ْن الُّد َّبَنا َهْبَلَنا ِم َاْز اِج َنا ُذِّر َّيِتَنا َّر َة َاْع ٍنُي اْجَعْلَنا ِلْل َّتِق َنْي ِا ا اَّ .بَنا َاِتَنا ىِف
َس َو َح َي َم ًم َر ُم َو ُق ْن َو َو َر
ىِف اآْل ِخ َر ِة َح َس َنًة َو ِقَنا َعَذ اَب الَّناِر .
ِعَباَد اهلل! ِاَّن اهلل َيْأُم ِباْلَعْد ِل َو اِإْل ْح اِن َو ِاْيَتاِء ِذ ى اْلُقْر ىَب َو َيْنَه ى َعِن اْلَف ْح َش اِء َو اْلُم ْنَك ِر
َس ُر
ُك ْد ِز َلى ِن ِمِه ُك ْش ا ُك ُك ْذ اْل ْغِى ِعُظُك َل َّلُك َتَّذ َّك َن َفاْذُك ا اهلل اْل ِظ
ْم َي َع َع ُه ْو َع َم ْر ْم َو ُر َي ْي ُر ْو َو َب َي ْم َع ْم ُر ْو
َو َلِذ ْك ُر اِهلل َاْك َبُر َو اُهلل َيْع َلُم َم ا َتْص َنُعْو َن .