Anda di halaman 1dari 5

Mengendalikan Amarah

Jum’at, 20 Mei 2022


Masjid Al-Mujahidin, Sukajadi

‫الَحْم ُد ِهلل اَّلِذ ْي َأْنَز َل الَّس ِكْيَنَة ِفي ُقُلْو ِب ْالُم ْس ِلِم ْيَن الُم ْؤ ِمِنْيَن َو َجَعَل الِّضيَاَق َع َلى ُقُلْو ِب اْلُم َناِفِقْيَن‬
‫ َو َأْش َهُد َأَّن ُمَحَّم ًدا َع ْبُد ُه َو َر ُسْو ُلُه الَّصاِد ُق‬. ‫ َأْش َهُد َأْن اَل ِإَلَه ِإاَّل ُهللا اْلَم ِلُك ْالَح ُّق ْالُم ِبْيُن‬. ‫َو اْلَك اِفِر ْيَن‬
‫ الَّلُهَّم َص ِّل َو َس لِّم َع َلى َس ِّيِد َنا َو َم ْو اَل َنا ُم َحَّمٍد الَم ْبُعْو ِث َر ْح َم ًة ِلْلَع اَلِم ْيَن َو َع َلى آِلِه‬. ‫اْلَو ْع ِد اَألِم ْيِن‬
‫ َأَّم ا َبْعُد َأُّيهَا ْالَح اِض ُرْو َن ْالُم ْس ِلُم ْو َن‬. ‫َو َص ْح ِبِه َو الَّتاِبِع ْيَن اَل َح ْو َل َو اَل ُقَّو َة ِإاَّل ِباِهلل ْالَع ِلِّي ْالَعِظ ْيِم‬
‫َح ِفَظُك ُم ُهللا ُأْو ِص ْيُك ْم َو ِإَّياَي ِبَتْقَو ى ِهللا‬.
‫َقاَل ُهللا َتَع الَى ِفي ِكَتاِبِه اْلَك ِر ْيِم‬:
‫ اَّلِذ يَن‬، ‫َو َس اِر ُع وا ِإَلى َم ْغ ِفَرٍة ِم ْن َر ِّبُك ْم َو َج َّنٍة َع ْر ُض َها الَّس َم اَو اُت َو اَأْلْر ُض ُأِع َّد ْت ِلْلُم َّتِقيَن‬
‫ُيْنِفُقوَن ِفي الَّسَّراِء َو الَّضَّراِء َو اْلَك اِظِم يَن اْلَغْيَظ َو اْلَع اِفيَن َع ِن الَّناِس َو ُهَّللا ُيِح ُّب اْلُم ْح ِسِنيَن‬

Hadirin jama’ah jum’at yang dimuliakan Allah SWT.


Alhamdulillah, hari ini sampai kita kepada hari yang dimuliakan oleh Allah
SWT yang disebut sebagai “Sayyidul Ayyam (induk dari segala hari)”,
Allah SWT masih memberikan kita umur panjang sampai saat ini. Bukan
hanya umur yang panjang, Allah juga telah memberikan nikmat sehat
serta nikmat istiqamah di dalam hati kita. Sehingga dengan nikmat-
nikmat tersebut, ringan kita melangkahkan kaki menyambut seruan azan,
datang memenuhi panggilan Allah, menunaikan shalat fardhu jum’at pada
hari yang mulia ini.

Selanjutnya, shalawat dan salam mari kita haturkan kepada nabi


Muhammad SAW. Mudah-mudahan dengan memperbanyak shalawat,
dalam kehidupan kita diberikan istiqamah, dan di akhir hayat kita ditutup
dengan husnul khatimah, dan ketika menghadap Allah SWT kita
mendapatkan syafaatnya, Amin-Amin ya Rabbal Alamin.

Ma’asyiral Muslimin sidang jama’ah jum’at rahimakumullah.


Pertama, saya sebagai khotib ingin menyampaikan wasiat kepada saya
sendiri khususnya, dan kepada jamaah sekalian.
Marilah kita senantiasa meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah
dengan sebenar-benarnya taqwa. Meneguhkan keimanan kita, dan
senantiasa hidup dalam jalan yang di ridhoi Allah SWT, dengan
menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
Ma’âsyiral muslimîn rahîmakumullâh

Dalam menjalani kehidupan di dunia ini, terkadang kita mendapatkan


kenikmatan yang bisa membuat kita bahagia. Kita biasa menyambutkan
dengan suka cita, bahagia, dan tertawa. Namun bisa jadi terkadang kita
mendapatkan hal yang tidak melegakan hati kita. Cara masing-masing
orang dalam menyikapi hal yang kurang menggembirakan, berbeda-beda.
Ada yang bisa menyikapinya dengan sabar, menyelesaikannya dengan
pelan-pelan. Ada pula yang seketika itu terpantik emosinya, kemudian
marah-marah.

Dalam sebuah hadits shahih Bukhari yang diriwayatkan dari Abu Hurairah
radliyallahu anhu disebutkan:

‫ َأْو ِص ِني‬: ‫َأَّن َر ُج اًل َقاَل ِللَّنِبِّي َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم‬
Ada seorang laki-laki yang berkata kepada Nabi Muhammad ‫ﷺ‬. “Ya
Nabi, berikan kami nasihat!” Lalu kata Nabi menasihatinya:

‫َال َتْغ َض ْب‬ “Jangan marah!”

Mungkin merasa sangat simpel pesan yang diberikan, lelaki ini bertanya
lagi sampai berulang sampai tiga kali. Nabi selalu menjawab dengan
konsisten sebagaimana jawaban yang pertama:

‫َال َتْغ َض ْب‬ “Jangan marah!” (HR. Bukhari)

Ma’asyiral Muslimin sidang jama’ah jum’at rahimakumullah.


Allah SWT membuat “marah” dari api. Apabila orang tersulut emosinya,
api kemarahan akan membara. Api tersebut meletup sehingga darah yang
ada di mata dan muka menjadi tampak memerah. Kulit luar akan
menampakkan apa yang ada di belakangnya. Tidak bisa dibohongi, jika
ada orang yang marah, kulitnya akan menceritakan hal tersebut dengan
sendirinya. Apabila orang yang sedang emosi tersebut bisa menahan
emosinya sehingga meletup, dapat diredamkan, meletup lagi, diredamkan
lagi, yang akan terjadi adalah kulit akan berubah dari kuning ke merah,
dan bolak-balik seperti itu, jadinya kulit menjadi tampak pucat sehingga
jika ada orang yang sedang marah, lalu ia bercermin, melihat dirinya
sendiri, ia akan malu karena saking buruknya ekspresi dan sebab
perubahan aura wajahnya.

Hal ini baru sebatas keburukan yang tampak lahiriah. Efek marah pada
jiwa seseorang adalah bisa menimbulkan kedengkian di dalam sanubari,
rasa iri dalam hati, menyimpan perasaan buruk atas fenomena keadaan
yang tidak sesuai dengan harapannya.

Ma’asyiral Muslimin sidang jama’ah jum’at rahimakumullah.


Ketika ada orang lain yang mencacimaki kita dengan kata-kata kotor, itu
tidak akan membuat diri kita menjadi kotor. Ketika ada orang yang
menghina kita, itu tidak akan membuat kita menjadi hina. Bahkan, ada
orang yang mengkafir-kafirkan kita dan memusyrik-musyrikkan kita, itu
tidak akan menjadikan kita menjadi kafir atau musyrik. Kalau kita
memang tidak melakukan kekufuran dan kemusyrikan.

Maka, ada beberapa cara agar kita bisa meredam amarah.

Pertama, membaca ta’awudz. Hal ini sebagaimana dalam hadits Nabi


yang diceritakan oleh Sulaiman Shurad:

Ada dua laki-laki di samping Nabi ‫ ﷺ‬sedangkan kita sedang duduk-


duduk. Salah satu di antara mereka mencaci temannya, marah, wajahnya
memerah.

‫ َأُع وُذ‬: ‫ َلْو َقاَل‬، ‫ َلْو َقاَلَها َلَذ َهَب َع ْنُه َم ا َيِج ُد‬،‫ " ِإِّني َأَلْع َلُم َك ِلَم ًة‬: ‫َفَقاَل الَّنِبُّي َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم‬
‫" ِباِهلل ِم َن الَّش ْيَطاِن الَّر ِج يِم‬
Kemudian Nabi ‫ ﷺ‬bersabda “Sesungguhnya aku ini mengetahui ada
sebuah kalimat yang jika dibaca, kemarahan itu akan hilang yaitu jika dia
membaca “a’ûdzu billâhi minas syaithânir rajîm” (HR. Bukhari)

Kedua, berwudhu. Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda :

‫ِإَّن اْلَغ َض َب ِم َن الَّش ْيَطاِن َو ِإَّن الَّش ْيَطاَن ُخ ِلَق ِم َن الَّناِر َو ِإَّنَم ا ُتْطَفُأ الَّناُر ِباْلَم اِء َفِإَذ ا َغ ِض َب َأَح ُد ُك ْم‬
‫َفْلَيَتَو َّض ْأ‬
Artinya: “Kemarahan itu dari setan, sedangkan setan terbuat dari api. Api
hanya bisa padam dengan air. Jika di antara kalian marah, berwuduulah.”
(HR. Ahmad, Abu Dawud).

Ketiga, Duduk. Dalam sebuah hadits, Rasul bersabda:

‫ِإَذ ا َغ ِض َب َأَح ُد ُك ْم َو ُهَو َقاِئٌم َفْلَيْج ِلْس َفِإْن َذ َهَب َع ْنُه اْلَغ َض ُب َو ِإاَّل َفْلَيْض َطِج ْع‬
Artinya: “Apabila di antara kalian ada yang marah dalam keadaan berdiri,
duduklah!. Jika marah tidak bisa hilang, Bertidur miringlah!.” (HR.
Ahmad, Abu Dawud)

Keempat, Diam.

‫َو ِإَذ ا َغ ِض َب َأَح ُد ُك ْم َفْلَيْس ُكْت‬


“Jika di antara kalian ada yang marah, maka diamlah.” (HR. Ahmad).

Kelima, bersujud yang berarti shalat sunnah minimal dua rakaat. Dalam
sebuah hadits:

“Ingatlah, sesungguhnya marah itu bara api dalam hati anak Adam.
Tidakkah engkau melihat merahnya kedua matanya dan tegangnya urat
darah di lehernya?

Barangsiapa yang mendapati hal tersebut, hendaklah ia menempelkan


pipinya dengan tanah (sujud).”(HR. Tirmidzi)

Ma’asyiral Muslimin sidang jama’ah jum’at rahimakumullah.


Kita perlu ingat, beginilah hidup di dunia ini. Tidak selalu sesaui dengan
bayang dan ciita-cita kita. Keadaan akan sesuai dengan keinginan perlu
sedikit menunggu saat di surga. Kewajiban kita di dunia ini berusaha
sekuat tenaga untuk menjadi orang-orang yang bertakwa. Orang yang
bertakwa dicirikan dalam Al-Quran sebagai berikut:

‫اَّلِذ يَن ُيْنِفُقوَن ِفي الَّسَّراِء َو الَّضَّراِء َو اْلَك اِظِم يَن اْلَغْيَظ َو اْلَع اِفيَن َع ِن الَّناِس َو ُهَّللا ُيِح ُّب اْلُم ْح ِسِنيَن‬.
Artinya: “(Orang-orang yang bertakwa yaitu) orang-orang yang
menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan
orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan)
orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.”(QS. Ali
Imron :134)

Jelas, di antara ciri-ciri di atas adalah orang yang menahan amarahnya.


Melalui penjelasan khutbah di atas, semoga kita dituntun oleh Allah
sehingga kita bisa menahan amarah, tidak suka marah dan menjadi
orang yang penyabar. Harapan kita, kelak, dengan menahan amarah ini,
semoga kita akan meninggalkan dunia ini dengan husnul khatimah, amin.

‫ َو َتَقَبَّل‬، ‫ َو َنَفَعِنْي َو ِإَّياُك ْم ِبَم ا ِفْيِه ِم َن ْاآلَياِت َو الِّذْك ِر اْلَحِكْيِم‬، ‫َباَر َك ُهللا ِلْي َو َلُك ْم ِفي اْلُقْر آِن اْلَعِظ ْيِم‬
‫ ِإَّنُه ُهَو‬، ‫ َأُقْو ُل َقْو ِلْي َهَذ ا َو َأْسَتْغ ِفُر َهللا اْلَعِظ ْيَم‬. ‫ ِإَّنُه ُهَو الَّس ِم ْيُع اْلَعِلْيُم‬،‫ُهللا ِم ِّنْي َو ِم ْنُك ْم ِتَالَو َتُه‬
‫اْلَغ ُفْو ُر الَّر ِح ْيُم‬
‫َاْلَحْم ُد هلل َحْم ًدا َك ِثْيًرا َك َم ا َاَم َر ‪َ .‬اْش َهُد َاْن اَل ِاَلَه ِااَّل هللا َو ْح َد ُه اَل َش ِر ْيَك َلُه ِاْر َغاًم ا ِلَم ْن َج َح َد َو‬
‫َكَفَر ‪َ .‬و َاْش َهُد َاَّن ُمَحَّم ًدا َع ْبُد ُه َو َر ُسْو ُلُه َس ِّيُد اِإْل ْنِس َو اْلَبَش ِر ‪َ .‬الَّلُهَّم َص ِّل َو َس ِّلْم َو َباِر ْك َع َلى‬
‫ُم َحَّمٍد َو َع َلى َاِلِه َو َاْص َح اِبِه َو َس َّلَم َتْس ِلْيًم ا َك ِثْيًرا‬
‫َأَّم ا َبْعُد ‪َ ،‬فَيا َأُّيَها اْلُم ْس ِلُم ْو َن ‪ُ ،‬أْو ِص ْيُك ْم َو َنْفِسْي ِبَتْقَو ى ِهللا اْلَع ِلِّي اْلَعِظ ْيِم َو اْع َلُم ْو ا َأَّن َهللا َأَم َر ُك ْم‬
‫ِبَأْم ٍر َع ِظ ْيٍم ‪َ ،‬أَم َر ُك ْم ِبالَّص اَل ِة َو الَّس اَل ِم َع َلى َنِبِّيِه اْلَك ِر ْيِم َفَقاَل ‪ِ :‬إَّن َهَّللا َو َم اَل ِئَكَتُه ُيَص ُّلوَن َع َلى‬
‫ّٰل‬
‫الَّنِبِّي ‪َ ،‬يا َأُّيَها اَّلِذ يَن آَم ُنوا َص ُّلوا َع َلْيِه َو َس ِّلُم وا َتْس ِليًم ا‪َ ،‬ال ُهَّم َص ِّل َع َلى َس ِّيِد َنا ُم َحَّمٍد َو َع َلى آِل‬
‫َس ِّيِد َنا ُم َحَّمٍد َك َم ا َص َّلْيَت َع َلى َس ِّيِد َنا ِإْبَر اِهْيَم َو َع َلى آِل َس ِّيِد َنا ِإْبَر اِهْيَم َو َباِر ْك َع َلى َس ِّيِد َنا ُم َحَّمٍد‬
‫َو َع َلى آِل َس ِّيِد َنا ُم َحَّمٍد َك َم ا َباَر ْك َت َع َلى َس ِّيِد َنا ِإْبَر اِهْيَم َو َع َلى آِل َس ِّيِد َنا ِإْبَر اِهْيَم ‪ِ ،‬فْي اْلَع اَلِم ْيَن ِإَّنَك‬
‫‪َ.‬حِم ْيٌد َم ِج ْيٌد‬
‫َالَّلُهَّم اْغ ِفْر ِلْلُم ْؤ ِمِنْيَن َو اْلُم ْؤ ِم َناِت َو اْلُم ْس ِلِم ْيَن َو اْلُم ْس ِلَم اِت َاَأْلْح َياِء ِم ْنُهْم َو اَأْلْم َو اِت ِاَّنَك َسِم ْيٌع‬
‫َقِر ْيٌب ُم ِج ْيُب الَّدْع َو اِت َو َقاِض َي اْلَح اَج اِت ‪َ .‬الَّلُهَّم َر َّبَنا اَل ُتِز ْغ ُقُلْو َبَنا َبْع َد ِاْذ َهَدْيَتَنا َو َهْبَلَنا ِم ْن‬
‫َلُد ْنَك َر ْح َم ًة ِاَّنَك َاْنَت اْلَو َّهاُب ‪َ .‬ر َّبَنا اَل َتْج َع ْل ِفى ُقُلْو َبَنا ِغ اًّل ِلَّلِذ ْيَن َاَم ُنْو ا َر َّبَنا ِاَّنَك َر ُؤ ْو ٌف َّر ِح ْيٌم ‪.‬‬
‫َر َّبَنا َهْبَلَنا ِم ْن َاْز َو اِج َنا َو ُذ ِّر َّيِتَنا ُقَّرَة َاْع ُيٍن َو اْج َع ْلَنا ِلْلُم َّتِقْيَن ِاَم اًم ا‪َ .‬ر َّبَنا َاِتَنا ِفى الُّد ْنَيا َح َس َنًة َو ِفى‬
‫‪.‬اآْل ِخَرِة َحَس َنًة َو ِقَنا َع َذ اَب الَّناِر‬
‫ِعَباَد هللا! ِاَّن هللا َيْأُم ُر ِباْلَع ْد ِل َو اِإْل ْح َس اِن َو ِاْيَتاِء ِذ ى اْلُقْر َبى َو َيْنَهى َع ِن اْلَفْح َش اِء َو اْلُم ْنَك ِر َو‬
‫اْلَبْغ ِى َيِع ُظُك ْم َلَع َّلُك ْم َتَّذ َّك ُرْو َن َفاْذ ُك ُرْو ا هللا اْلَعِظ ْيَم َيْذ ُك ْر ُك ْم َو اْشُك ُرْو ُه َع َلى ِنَعِمِه َيِز ْد ُك ْم َو َلِذ ْك ُر‬
‫ِهللا َاْك َبُر‬

Anda mungkin juga menyukai