Anda di halaman 1dari 41

Khutbah Jumat: 7 Kalimat yang Penting Diucapkan Tiap Hari

Khutbah I
‫الَح ْم ُد ِهلِل اَّلِذ ْي َج َعَل الّتْقَو ى َخ ْيَر الَّز اِد َو الِّلَباِس َو َأَم َر َنا َأْن َتَز َّوَد ِبَها ِليْو م‬
‫الِح َس اب َأْش َهُد َأْن َال ِاَلَه ِاَّال ُهللا َو ْح َد ُه اَل َش ِر ْيَك َلُه َر ُّب الَّناِس َو َأْش َهُد َأَّن‬
‫ َالَّلُهَّم‬.‫َس ِّيَد َنا َح َّم ًد ا َع ْبُد ُه َو َر ُسْو ُلُه الَم ْو ُصْو ُف ِبَأْك َم ِل ِص َفاِت اَألْش َخ اِص‬
‫ َو َع َلى‬،‫َفَص ِّل َو َس ِّلْم َع َلى َس ِّيِد َنا ُمَح َّم ٍد َك اَن َص اِد َق اْلَو ْع ِد َو َك اَن َر ُسْو ًال َنِبًّيا‬
‫ َفَيا َأُّيَها اْلَح اِض ُرْو َن‬، ‫ َأَّم ا َبْعُد‬، ‫آِلِه َو َص ْح ِبِه أجمعين وَس ّلْم َتسليًم ا َك ِثيًرا‬
‫ َفَقْد َفاَز اْلُم َّتُقْو َن َقاَل ُهللا‬،‫ ُاْو ِص ْيِنْي َنْفِس ْى َو ِإَّياُك ْم ِبَتْقَو ى ِهللا‬،‫َر ِح َم ُك ُم ُهللا‬
‫ َيا َاُّيَها اَّلِذ ْيَن آَم ُنْو ا اَّتُقْو ا َهللا َح َّق ُتَقاِتِه َو َال‬، ‫ ِبْس ِم ِهللا الَّرْح َمِن الَّر ِح ْيِم‬: ‫َتَع اَلى‬
‫َتُم ْو ُتَّن ِإَّال َو َاْنُتْم ُم ْس ِلُم ْو َن‬
Maasyiral muslimin rahimakumullah
Di antara rukun khutbah Jumat yang harus dilakukan oleh para khatib adalah menyampaikan
wasiat takwa. Sebagai sebuah rukun yang tak boleh terlewatkan, maka pada kesempatan yang
mulia ini, khatib mengajak kepada para jamaah wabil khusus kepada diri khatib pribadi untuk
senantiasa bertakwa dan patuh kepada Allah dengan menjalankan segala yang
diperintahkanNya dan juga menjauhi dan meninggalkan segala yang dilarang Allah swt.
Takwa ini juga yang ditegaskan Rasulullah saw dalam haditsnya, merupakan faktor yang
paling banyak menyebabkan manusia masuk surga:
‫ َتْقَو ى ِهللا َو ُح ْسُن‬: ‫ُس ِئَل َر ُسْو ُل ِهللا َع ْن َأْك َثِر َم ا ُيْد ِخ ُل الَّناَس َاْلَج َّنَة؟ َقاَل‬
‫اْلُخ ُلِق‬
Artinya: “Rasulullah pernah ditanya perihal sesuatu yang paling banyak menyebabkan
manusia masuk surga. Ia menjawab, ‘Takwa kepada Allah dan akhlak yang baik’.” (HR Abu
Hurairah)
Dalam hadits tersebut kita melihat bahwa selain takwa, akhlak yang baik juga menjadi faktor
dominan orang masuk surga. Akhlak yang baik ini bisa terlihat dari perilaku serta perkataan
seseorang saat menjalankan aktivitas sehari-hari. Jika seseorang berakhlak baik, maka dalam
setiap perkataan dan perbuatannya akan terlihat kedekatannya pada Allah swt. Dari mulutnya
akan keluar kalimat-kalimat mulia dalam mengiringi aktivitasnya, sebagai wujud
penghambaan kepada Allah swt.
Pada kesempatan khutbah kali ini, khatib ingin menyampaikan 7 kalimat mulia dan penting
yang perlu diucapkan untuk mengiringi aktivitas setiap hari sehingga lebih memiliki nilai
ibadah. Semakin sering kita mengucapkan kalimat-kalimat ini, maka insyaAllah hubungan
kita dengan Allah semakin dekat. Dengan dibiasakannya kalimat-kalimat keluar dari mulut,
maka karakter akhlak mulia bisa terpatri dan terwujud dan aktivitas kita. Maasyiral muslimin
rahimakumullah

1
Pertama adalah mengucapkan “Bismillahirrahmanirrahim”. Kalimat ini digunakan untuk
mengawali berbagai aktivitas. Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan bahwa kalimat
“bismillah” mengandung keberkahan.
Dengan membaca kalimat ini, bermakna bahwa kita mengawali aktivitas dengan menyebut
dan mengingat dzat yang paling berkuasa dalam kehidupan ini yakni Allah swt. Hal ini juga
akan lebih menyadarkan kepada kita bahwa semua hasil dari yang kita lakukan nantinya tidak
akan lepas dari kehendak Allah swt, baik keberhasilannya maupun kegagalannya. Allah
berfirman dalam Al-Qur’an surat Yasin ayat 82-83:
‫ َفُسْبٰح َن اَّلِذ ْي ِبَيِدٖه َم َلـُك ْو ُت‬. ‫ِاَّنَم ۤا َاْم ُر ۤٗه ِاَذ ۤا َاَر ا َد َش ْیًئـا َاْن َّيُقْو َل َلٗه ُك ْن َفَيُك ْو ُن‬
‫ُك ِّل َش ْي ٍء َّو ِاَلْيِه ُتْر َج ُعْو َن‬
Artinya: “Sesungguhnya urusannya, apabila Dia menghendaki sesuatu, Dia hanya berkata
kepadanya, jadilah!. Maka jadilah sesuatu itu. Maha suci (Allah) yang di tangan-Nya
kekuasaan atas segala sesuatu dan kepada-Nya kamu dikembalikan.”
Kedua adalah mengucapkan “Alhamdulillahirabbil alamin”. Kalimat ini harus kita biasakan
untuk diucapkan setelah menjalankan berbagai aktivitas sebagai ungkapan syukur kepada
Allah swt yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan dan menyelesaikan aktivitas.
Dengan rasa syukur ini juga, kita berharap Allah melipatgandakan segala nikmat yang telah
dianugerahkan-Nya. Allah telah mengingatkan dalam Al-Qur’an surat Ibrahim Ayat 7:
‫َو ِاْذ َتَاَّذ َن َر ُّبُك ْم َلِٕىْن َشَك ْر ُتْم َاَلِز ْيَد َّنُك ْم َو َلِٕىْن َك َفْر ُتْم ِاَّن َع َذ اِبْي َلَش ِد ْيٌد‬
Artinya: "(Ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur,
niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku),
sesungguhnya azab-Ku benar-benar sangat keras.”
Ketiga adalah mengucapkan “Astaghfirullahal azhim”. Sebuah kalimat yang harus
diucapkan jika kita berbuat sebuah kesalahan dan dosa. Nabi Muhammad SAW pernah
bersabda bahwa orang yang menekuni istighfar akan mendapat kemudahan saat menghadapi
kesulitan dan akan diberi rezeki dari arah yang tidak terduga:
‫َم ْن َلِز َم ااِل ْس ِتْغ َفاَر َج َعَل ُهَّللا َلُه ِم ْن ُك ِّل َهٍّم َفَر ًجا َو ِم ْن ُك ِّل ِض يٍق َم ْخ َر ًجا‬
‫َو َر َز َقُه ِم ْن َح ْيُث اَل َيْح َتِس ُب‬
Artinya: "Barang siapa yang menekuni istighfar, Allah akan membuat setiap kesedihan
menjadi kelonggaran, setiap kesempitan menjadi jalan keluar, dan memberi rezeki kepadanya
dari arah yang tidak disangka-sangka." (HR Ibnu Majah)
Maasyiral muslimin rahimakumullah
Keempat adalah mengucapkan “InsyaAllah”. Kalimat yang kita bisa diucapkan saat kita
akan melakukan sesuatu pada masa yang akan datang dan belum mengerjakannya.
Mengucapkan InsyaAllah merupakan perintah Allah yang termaktub dalam Al-Qur’an Surat
al-Kahfi ayat 23-24:
‫ ِإاّل َأْن َيَش اَء هللا‬. ‫َو ال َتُقوَلَّن ِلَش ْي ٍء ِإِّني َفاِع ٌل َذ ِلَك َغًد ا‬
Artinya: “Dan janganlah engkau mengatakan tentang sesuatu, ‘Aku akan melakukannya
besok.’ Kecuali jika Allah menghendaki atau mengucapkan insyaallah.” Ayat ini memuat
hikmah yang sangat mendalam sekaligus pendidikan bagi kita tentang pentingnya rendah hati

2
dan tidak melulu mengandalkan kemampuan pribadi. Hal ini karena ada kekuatan yang lebih
besar dibanding dirinya yakni Allah swt.
Kelima adalah mengucapkan kalimat “La haula wa la quwwata illa billah”. Kalimat ini
digunakan untuk mengungkapkan pengakuan keterbatasan manusia atas kuasa Allah SWT.
Hal ini sesuai dengan artinya yakni: “Tiada daya dan upaya kecuali dengan kekuatan Allah
yang maha tinggi lagi maha agung.” Dalam hadits riwayat Ibnu Abid Dunya, Rasulullah
menegaskan bahwa siapa saja yang membaca kalimat ini setiap hari sebanyak 100 kali, maka
ia selamanya takkan ditimpa oleh kefakiran. Rasulullah pun menyebut bahwa kalimat ini
merupalkan simpanan surga dengan sebuah sabdanya:
‫ َبلى َيا‬: ‫َع َلى َك ْنٍز ِم ْن ُكُنْو ِز الَج َّنِة؟ ُقْلُت‬ ‫ َأاَل َأُد ُّلَك‬،‫َيا َع ْبَد ِهللا ْبَن َقْيٍس‬
‫ُقَّو َة ِإاَّل ِباِهلل‬ ‫ اَل َح ْو َل َو اَل‬: ‫ َقاَل‬،‫َر ُسْو َل هللا‬
Artinya: “Wahai Abdullah bin Qais, maukah aku tunjukkan kepadamu suatu simpanan dari
berbagai simpanan surga?” Aku menjawab: “Tentu, wahai Rasulullah.” Kemudian beliau
bersabda: “La haula wala quwwata illa billah.” (HR al-Bukhari).
Keenam adalah mengucapkan kalimat “Inna Lillahi wa Inna Ilaihi Rajiun”. Sebuah kalimat
yang diungkapkan ketika kita mendapatkan ataupun mendengar sebuah musibah seperti
kematian ataupun musibah-musibah lainnya. Kalimat yang disebut sebagai kalimat istirja’ ini
adalah ungkapan kesadaran bahwa semua yang di dunia ini adalah berasal dari Allah dan
akan kembali kepadaNya. Dengan mengucapkan kalimat ini, kita meminta kepada Allah
untuk senantiasa menganugerahkan kesabaran dan ketabahan. Allah berfirman dalam Surat
Al-Baqarah ayat 155-156:

‫َو َلَنْبُلَو َّنُك ْم ِبَش ْي ٍء ِم َن اْلَخ ْو ِف َو اْلُجوِع َو َنْقٍص ِم َن اَأْلْم َو اِل َو اَأْلْنُفِس‬
‫) اَّلِذ يَن ِإَذ ا َأَص اَبْتُهْم ُمِص يَبٌة َقاُلوا ِإَّنا ِهَّلِل َو ِإَّنا‬155( ‫َو الَّثَم َر اِت َو َبِّش ِر الَّصاِبِريَن‬
)156( ‫ِإَلْيِه َر اِج ُعوَن‬
Artinya: “155. Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepada kalian dengan sedikit
ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan; dan berikanlah berita gembira
kepada orang-orang yang sabar. 156. (Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah,
mereka mengucapkan: "Innâ lillâhi wa innâ ilaihi râji'ûn.".
Ketujuh adalah mengucapkan kalimat “La ilaaha illalah”. Kalimat tauhid ini adalah salah
satu zikir paling utama karena lebih berat dari dunia seisinya dan mampu lebih mudah
mendekatkan diri kepada Allah swt. Kalimat ini bukan hanya kalimat pengakuan atas keesaan
Allah swt, namun juga disebut sebagai kunci surga. Rasulullah menyebut bahwa orang yang
menjelang ajalnya mengucapkan kalimat ini maka akan masuk surga.

‫ َم ْن َك اَن آِخ َر‬: ‫ َقاَل َر ُسْو ُل ِهللا َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم‬: ‫َع ْن ُمَع اَذ ْبِن َج َبٍل َقاَل‬
‫َكاَل ِمِه اَل ِإٰل َه ِإاَّل هللا َد َخ َل اْلَج َّنَة‬
Artinya: “Dari Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu ia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam berkata, ‘Siapa pun yang akhir ucapannya (ketika menjelang ajal) kalimat La ilaha
illallah maka ia masuk surga’” (HR. Imam Abu Daud) Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Demikianlah 7 kalimat penting yang patut kita ucapkan setiap hari dalam berbagai dinamika

3
‫‪kehidupan sehari-hari sebagai upaya mendekatkan diri kepada Allah swt. Semoga kita bisa‬‬
‫‪mengamalkannya dengan baik dan istiqamah. Amin.‬‬

‫َأُقْو ُل َقْو ِلْي ٰهَذ ا َو َأْسَتْغ ِفُر َهللا ِلْي َو َلُك ْم ‪َ ،‬فاْسَتْغ ِفُرْو ُه‪ِ ،‬إَّنُه ُهَو اْلَغ ُفْو ُر الَّر ِح ْيُم‬
‫‪Khutbah II‬‬

‫َاْلَح ْم ُد ِ ِهلل َو َك َفى‪َ ،‬و ُأَص ِّلْي َو ُأَس ِّلُم َع َلى َس ِّيِد َنا ُمَح َّم ٍد اْلُم ْص َطَفى‪َ ،‬و َع َلى آِلِه‬
‫َو َأْص َح اِبِه َأْهِل اْلَو َفا‪َ .‬أْش َهُد َأْن اَّل إلَه ِإاَّل ُهللا َو ْح َد ُه اَل َش ِر ْيَك َلُه‪َ ،‬و َأْش َهُد َأَّن‬
‫َس ِّيَد َنا ُمَح َّم ًد ا َع ْبُد ُه َو َر ُسْو ُلُه‪َ .‬أَّم ا َبْعُد ‪َ ،‬فَيا َأُّيَها اْلُم ْس ِلُم ْو َن ‪ُ ،‬أْو ِص ْيُك ْم َو َنْفِس ْي‬
‫ِبَتْقَو ى ِهللا اْلَع ِلِّي اْلَعِظ ْيِم َو اْع َلُم ْو ا َأَّن َهللا َأَم َر ُك ْم ِبَأْم ٍر َع ِظ ْيٍم ‪َ ،‬أَم َر ُك ْم ِبالَّص اَل ِة‬
‫َو الَّس اَل ِم َع َلى َنِبِّيِه اْلَك ِر ْيِم َفَقاَل ‪ِ :‬إَّن َهللا َو َم اَل ِئَكَتُه ُيَص ُّلوَن َع َلى الَّنِبِّي ‪َ ،‬يا َأُّيَها‬
‫اَّلِذ يَن آَم ُنوا َص ُّلوا َع َلْيِه َو َس ِّلُم وا َتْس ِليًم ا َالّٰل ُهَّم َص ِّل َع َلى َس ِّيِد َنا ُمَح َّم ٍد َو َع َلى‬
‫آِل َس ِّيِد َنا ُمَحَّم ٍد َك َم ا َص َّلْيَت َع َلى َس ِّيِد َنا ِإْبَر اِهْيَم َو َع َلى آِل َس ِّيِد َنا ِإْبَر اِهْيَم‬
‫َو َباِرْك َع َلى َس ِّيِد َنا ُمَح َّم ٍد َو َع َلى آِل َس ِّيِد َنا ُمَح َّم ٍد َك َم ا َباَر ْك َت َع َلى َس ِّيِد َنا‬
‫ِإْبَر اِهْيَم َو َع َلى آِل َس ِّيِد َنا ِإْبَر اِهْيَم ‪ِ ،‬فْي اْلَع اَلِم ْيَن ِإَّنَك َح ِم ْيٌد َم ِج ْيٌد َالّٰل ُهَّم اْغ ِفْر‬
‫ّٰل‬
‫ِلْلُم ْس ِلِم ْيَن َو اْلُم ْس ِلَم اِت واْلُم ْؤ ِمِنْيَن َو اْلُم ْؤ ِم َناِت اَأْلْح َياِء ِم ْنُهْم َو اَأْلْم َو اِت‪َ ،‬ال ُهَّم‬
‫اْدَفْع َع َّنا اْلَباَل َء َو اْلَغ اَل َء َو اْلَو َباَء َو اْلَفْح َش اَء َو اْلُم ْنَك َر َو اْلَبْغ َي َو الُّس ُيْو َف‬
‫اْلُم ْخ َتِلَفَة َو الَّش َد اِئَد َو اْلِمَح َن ‪َ ،‬م ا َظَهَر ِم ْنَها َو َم ا َبَطَن ‪ِ ،‬م ْن َبَلِد َنا َهَذ ا َخ اَّص ًة‬
‫َو ِم ْن ُبْلَد اِن اْلُم ْس ِلِم ْيَن َع اَّم ًة‪ِ ،‬إَّنَك َع َلى ُك ِّل َش ْي ٍء َقِد ْيٌر ِع َباَد ِهللا‪ ،‬إَّن َهللا َيْأُم ُر‬
‫ِباْلَع ْد ِل َو اإْل ْح َس اِن َو ِإْيَتاِء ِذ ي اْلُقْر َبى وَيْنَهى َع ِن الَفْح َش اِء َو اْلُم ْنَك ِر َو الَبْغ ِي ‪،‬‬
‫َيِع ُظُك ْم َلَع َّلُك ْم َتَذَّك ُرْو َن ‪َ .‬فاذُك ُروا َهللا اْلَعِظ ْيَم َيْذ ُك ْر ُك ْم َو َلِذ ْك ُر ِهللا َأْك َبُر‬

‫‪4‬‬
Khutbah Jumat: Hindari Sikap Menunda-Nunda
Khutbah I

، ‫ َو الَّص اَل ُة َو الَّس اَل ُم َع َلى ُمَح َّم ٍد َس ِّيِد َو َلِد َع ْد َناَن‬، ‫الَح ْم ُد ِهلل اْلَم ِلِك الَّد َّياِن‬
‫ َو َأْش َهُد َأْن اَّل ِإلَه ِإاَّل ُهللا َو ْح َد ُه‬، ‫َو َع َلى آِلِه َو َص ْح ِبِه َو َتاِبِع ْيِه َع َلى َم ِّر الَّز َم اِن‬
‫ َو َأْش َهُد َأَّن‬، ‫اَل َش ِرْيَك َلُه اْلُم َنـَّز ُه َع ِن اْلِج ْس ِم َّيِة َو اْلِج َهِة َو الَّز َم اِن َو اْلَم َك اِن‬
، ‫ ِع َباَد الَّرْح ٰم ِن‬، ‫َس ِّيَد َنا ُمَح َّم ًد ا َع ْبُد ُه َو َر ُسْو ُلُه اَّلِذ ْي َك اَن ُخ ُلُقُه اْلُقْر آَن َأَّم ا َبْعُد‬
‫ و َو َم ا‬: ‫ اْلَقاِئِل ِفي ِكَتاِبِه اْلُقْر آِن‬، ‫َفإِّني ُأْو ِص ْيُك ْم َو َنْفِس ي ِبَتْقَو ى ِهللا الَم َّناِن‬
‫َتْد ِري َنْفٌس َم اَذ ا َتْك ِس ُب َغًد اۖ َو َم ا َتْد ِر ي َنْفٌس ِبَأِّي َأْر ٍض َتُم وُت ۚ ِإَّن َهَّللا َع ِليٌم‬
‫َخ ِبيٌر‬
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah. Pada hari yang mulia ini, khatib menyeru kepada
jamaah sekalian untuk senantiasa menjaga dan meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah
dengan semaksimal mungkin, takwa dalam artian menjauhi segala larangan yang ditetapkan
Allah subhânahu wa ta’âla dan menjalankan perintah-Nya. Dengan ketakwaan yang tertanam
dalam diri, setiap persoalan hidup yang kita alami insyaAllah akan memiliki jalan keluar, dan
sebab ketakwaan pula rezeki akan datang kepada kita tanpa disangka-sangka.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah.
Sudah maklum bagi kita bahwa masa lalu tidak dapat terulang dan masa depan belum terjadi
di depan mata. Saat ini merupakan waktu paling tepat bagi kita untuk melakukan semuanya.
Pekerjaan yang kita usahakan, sesuatu yang kita rencanakan, impian yang kita cita-citakan,
kendati hasilnya tidak langsung diraih saat ini, namun usaha dan realisasinya dapat dilakukan
dan diusahakan mulai sekarang. Dalam hal ini, khatib ingin menegaskan bahwa apa yang
dapat dikerjakan saat ini maka jangan ditunda-tunda, terlebih kebaikan. Baca Juga: Bagi yang
Sudah Mampu, Sebaiknya Menyegerakan atau Menunda Haji?
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah.
Allah menegaskan dalam al-Quran bahwa tidak ada seorang pun yang dapat memastikan apa
yang akan terjadi esok hari. Jangankan memastikan, mengetahui saja realitas yang terjadi pun
tidak bisa, kendati manusia dapat merencanakan dan memperkirakan kemungkinan-
kemungkinan yang terjadi. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman dalam al-Quran surah
Luqman ayat 34:

‫َو َم ا َتْد ِر ي َنْفٌس َم اَذ ا َتْك ِس ُب َغًد اۖ َو َم ا َتْد ِري َنْفٌس ِبَأِّي َأْر ٍض َتُم وُت ۚ ِإَّن َهَّللا‬
‫َع ِليٌم َخ ِبيٌر‬
Artinya: “Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan
diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan
mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Al-Quran surah
Luqman ayat 34)

5
Jamaah sekalian, dari ayat di atas kita dapat mengambil kesimpulan hanya Allah saja yang
mengetahui takdir yang terjadi esok hari, termasuk kematian. Artinya, apabila kita dapat
melakukan suatu kebaikan hari ini, saat ini, maka apabila tidak ada halangan yang mendesak,
lakukanlah selagi mampu dan memungkinkan. Jangan sampai kita menjadi orang yang hanya
berangan-angan tanpa realisasi. Ibn al-Qayyim pernah menyebutkan:
‫ْأ‬
‫إَّن اْلُم َنى َر ُس َأْم َو اِل اْلَم َفاِلْيِس‬
Artinya “Sekadar berangan-angan (tanpa aksi) adalah modalnya orang-orang yang bangkrut.”
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah.
Imam al-Hasan al-Bashri pernah memberikan sebuah nasihat terkait sikap menunda-nunda
sesuatu, beliau berkata, “Waspadalah kamu dengan sikap menunda-nunda. Kamu sekarang
berada di hari ini dan bukan esok hari. Apabila hari esok tiba, kamu akan berada di hari
tersebut dan sekarang kamu masih berada di hari ini. Jika hari esok tidak datang kepadamu,
maka jangan sesali atas apa yang tidak kamu lakukan hari ini.”. “Besok saja”, “Nanti saja”,
“Masih banyak waktu” merupakan kata-kata yang kerap kita ucapkan ketika dihadapkan pada
aktivitas, tugas maupun tanggung jawab yang sebenarnya dapat diselesaikan saat itu juga,
akan tetapi kita malah memilih untuk menundanya di lain waktu. Padahal, menunda-nunda
pekerjaan adalah menambah pekerjaan di kemudian hari.
Terkait hal tadi, Umar ibn al-Khatthab pernah menulis surat kepada Abu Musa al-Asy’ari
yang kala itu sedang berada di Bashrah, beliau menulis “Jangan engkau menunda pekerjaan
hari ini ke esok hari, sebab pekerjaan tersebut akan menumpuk dan engkau akan kehilangan
[kesempatan untuk menyelesaikannya].
Maasyiral muslimin rahimakumullah
Semua yang telah disebutkan di atas sangat berkaitan dengan manajemen waktu. Penting
sekali kita mengatur waktu supaya dapat lebih maksimal dalam menjalani hari. Imam Asy
Syafi’i pernah memberi sebuah nasihat terkait waktu, beliau berkata “Aku pernah bersama
orang-orang dari kalangan sufi. Aku tidaklah mendapatkan pelajaran dari mereka melainkan
dua hal. Satu di antaranya adalah waktu bagaikan pedang. Jika kamu tidak memanfaatkannya,
maka dia akan memotongmu.”.
Jamaah sekalian, urgensi untuk memanfaatkan penggunaan waktu kita dan tidak menunda-
nundanya ke lain waktu pernah disampaikan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam
hadits yang diriwayatkan Imam al-Hakim dalam al-Mustadrak. Ibn Abbash meriwayatkan,
Nabi pernah menasihati seseorang : Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah
shallallah ‘alaihi wa sallam pernah menasihati seseorang,

‫ َش َباَبَك َقْبَل َهَرِم َك َو ِص َّح َتَك َقْبَل َس َقِم َك َو ِغ َناَك َقْبَل‬:‫ِاْغ َتِنْم َخ ْم ًسا َقْبَل َخ ْم ٍس‬
‫َفْقِرَك َو َفَر اَغ َك َقْبَل َش ْغ ِلَك َو َح َياَتَك َقْبَل َم ْو ِتَك‬
Artinya “Manfaatkanlah lima perkara sebelum lima perkara, yaitu masa mudamu sebelum
datang masa tuamu, masa sehatmu sebelum datang masa sakitmu, masa kayamu sebelum
datang masa kefakiranmu, masa luangmu sebelum datang masa sibukmu, dan hidupmu
sebelum datang kematianmu.”
Maasyiral muslimin rahimakumullah
Semoga dari beberapa pesan dan nasihat yang telah disampaikan tadi semoga menjadi alarm
dan pengingat bagi kita untuk senantiasa menjaga waktu dan tidak menunda-nunda pekerjaan

6
‫‪yang bisa kita lakukan hari ini. Semakin kita bisa menggunakan waktu dengan semaksimal‬‬
‫‪mungkin, di sanalah kita mendapatkan keberkahan dari hari yang kita jalani. Allah berfirman‬‬
‫‪dalam al-Quran surah Al-Furqan Ayat 62:‬‬
‫َو ُهَو اَّلِذ ي َج َعَل الَّلْيَل َو الَّنَهاَر ِخ ْلَفًة ِلَم ْن َأَر اَد َأْن َيَّذ َّك َر َأْو َأَر اَد ُشُك وًرا‬
‫‪Artinya “Dia (pula) yang menjadikan malam dan siang silih berganti bagi orang yang ingin‬‬
‫)‪mengambil pelajaran atau orang yang ingin bersyukur.” (QS Al-Furqan : 62‬‬

‫َباَر َك هللا ِلي َو َلُك ْم ِفي ْالُقْر آِن ْالَعِظ ْيِم َو َنَفَعِني َو ِإَّياُك ْم ِبَم ا ِفْيِه ِم ْن آَيِة َو ِذ ْك ِر‬
‫اْلَح ِكْيِم ‪َ .‬أُقْو ُل َقْو ِلي َهَذ ا َفأْسَتْغ ِفُر َهللا الَعِظ ْيَم ِإَّنُه ُهَو الَغ ُفْو ُر الَّر ِح ْيم‬
‫‪Khutbah II‬‬

‫اْلَح ْم ُد ِهَّلِل َو اْلَح ْم ُد ِهَّلِل ُثَّم اْلَحْم ُد ِهَّلِل‪َ .‬أْش َهُد أْن آل إَلَه ِإاَّل ُهللا َو ْح َد ُه اَل َش ِريَك‬
‫َلُه‪َ ،‬و َأْش َهُد أَّن َس ِّيَد َنا ُمَح َّم ًد ا َع ْبُد ُه َو َر ُسْو ُلُه اَّلِذ ْي اَل َنِبّي بعَد ُه‪َ .‬الَّلُهَّم َص ِّل‬
‫َو َس ِّلْم َع َلى َنِبِّيَنا ُمَح َّم ٍد َو َع َلى َأِلِه َو َأْص َح اِبِه َو َم ْن َتِبَع ُهْم ِبِإْح َس اٍن ِإَلى َيْو ِم‬
‫الِقَياَم ِة َأَّم ا َبْعُد ‪َ ،‬فَيا َأُّيَها الَّناُس ُأْو ِص ْيُك ْم َو َنْفِس ْي ِبَتْقَو ى ِهللا َفَقْد َفاَز اْلُم َّتُقْو َن ‪.‬‬
‫َفَقاَل ُهللا َتَع اَلى‪ِ :‬إَّن َهللا َو َم اَل ِئَكَتُه ُيَص ُّلْو َن َع َلى الَّنِبِّي ‪ٰ ،‬ي َأ ُّيها اَّلِذ ْيَن آَم ُنْو ا‬
‫َص ُّلْو ا َع َلْيِه َو َس ِّلُم ْو ا َتْس ِلْيًم ا‪َ .‬الَّلُهَّم َص ِّل َع َلى َس ِّيَد َنا ُمَح َّم ٍد َو َع َلى َأِل َس ِّيَد َنا‬
‫ُمَح َّم ٍد ‪ .‬اللُهَّم اْغ ِفْر ِلْلُم ْؤ ِمِنْيَن َو ْالُم ْؤ ِم َناِت َو ْالُم ْس ِلِم ْيَن َو ْالُم ْس ِلَم اِت‪َ ،‬اَأْلْح ياِء‬
‫ِم ْنُهْم َو ْاَالْم َو اِت‪ .‬اللُهَّم اْدَفْع َع َّنا ْالَبَالَء َو ْالَو َباَء والُقُرْو َن َو الَّز َالِزَل َو ُسْو َء‬
‫ْالِفَتِن َو ْالِمَح َن َم ا َظَهَر ِم ْنَها َو َم ا َبَطَن َع ْن َبَلِد َنا ِإْنُد وِنْيِس َّيا خآَّص ًة َو َس اِئِر‬
‫ُبْلَد اِن ْالُم ْس ِلِم ْيَن عاَّم ًة َيا َر َّب ْالَع اَلِم ْيَن الَّلُهَّم َأِرَنا اْلَح َّق َح ًّقا َو اْر ُز ْقَنا اِّتَباَعُه‬
‫َو َأِرَنا اْلَباِط َل َباِط اًل َو اْر ُز ْقَنا اْج ِتَناَبُه‪َ .‬ر َّبَنا آِتنَا ِفى الُّد ْنَيا َح َس َنًة َو ِفى ْاآلِخ َرِة‬
‫َحَس َنًة َو ِقَنا َع َذ اَب الَّناِر‪َ .‬و َاْلَح ْم ُد ِهّٰلِل َر ِّب اْلٰع َلِم ْيَن ٍع َباَد ِهللا‪ِ ،‬إَّن َهللا َيْأُم ُر‬
‫ِبْالَع ْد ِل َو ْاِإل ْح َس اِن َو ِإْيتاِء ِذ ي ْالُقْر بَى َو َيْنَهى َع ِن ْالَفْح شاِء َو ْالُم ْنَك ِر َو ْالَبْغ ِي‬
‫َيِع ُظُك ْم َلَع َّلُك ْم َتَذَّك ُرْو َن ‪َ ،‬و اْذ ُك ُروا َهللا ْالَعِظ ْيَم َيْذ ُك ْر ُك ْم ‪َ ،‬و اْشُك ُرْو ُه َع لَى ِنَعِمِه‬
‫َيِزْد ُك ْم ‪َ ،‬و َلِذ ْك ُر ِهللا َأْك َبْر‬

‫‪7‬‬
Khutbah Jumat: Meningkatkan Kualitas Iman dengan Tafakkur
Khutbah I

‫ َأْش َهُد َأْن‬. ‫اْلَح ْم ُد ِهّٰلِل اَاْلَحِد الَّص َم ِد اَّلِذ ْي َلْم َيِلْد َو َلْم ُيْو َلْد َو َلْم َيُك ْن َلُه ُك ُفًو ا َأَح ٌد‬
‫ َو َأْش َهُد َأَّن ُمَح َّم ًد ا َع ْبُد ُه َو َر ُسْو ُلُه اَّلِذ ْي‬. ‫اَل ِإٰل َه ِااَّل ُهّٰللا اَّلِذ ْي َأَم َر َنا ِباِإْل ِّتَح اِد‬
‫ الَّص اَل ُة َو الَّس اَل ُم َع َلى َس ِّيِد َنا َو َح ِبْيِبَنا َو َش ِفْيِع َنا َو َم ْو اَل َنا‬. ‫َدَع اَنا ِبُحِّب اْلِباَل ِد‬
‫ ِاَّتُقوا‬, ‫ َفَياَأُّيَها اْلُم ْؤ ِم ُنْو َن‬: ‫ َأَّم ا َبْعُد‬. ‫ُمَح َّم ٍد اَّلِذ ْي َأْر َسَل ِلْلَع اَلِم ْيَن ِاَلى َيْو ِم اْلَم َع اِد‬
‫َهّٰللا َح َّق ُتَقاِتِه َو اَل َتُم ْو ُتَّن ِااَّل َو َأْنُتْم ُم ْس ِلُم ْو َن‬
Segala puji milik Allah swt, Tuhan Yang Maha Kasih. Segala anugerah yang telah kita
nikmati sampai detik ini, tidak lain adalah pemberian dari-Nya. Khususnya, nikmat iman,
nikmat Islam, juga nikmat sehat wal afiat.
Dengan kenikmatan-kenikmatan itu, sudah sepatutnya kita datang dan bertemu pada siang
hari ini dalam rangka menunaikan ibadah shalat Jumat karena-Nya. Tidak lain, inilah bentuk
syukur kita atas semua hal itu.
Selanjutnya, khatib mengajak kita semua untuk senantiasa bershalawat kepada Nabi
Muhammad, Allahumma shalli wa sallim wa barik ‘ala sayyidina Muhammad. Semoga
shalawat kita juga dapat mengalir kepada keluarganya, sahabatnya, tabi’in, dan juga kepada
kita semua selaku umatnya. Amin ya rabbal alamin.
Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah Dalam Islam dikenal rukun iman yang ada
enam, yaitu iman kepada Allah, iman kepada para malaikat, iman kepada kitab-kitab Allah,
iman kepada Nabi dan Rasul, iman kepada hari kiamat, dan iman kepada qada dan qadar.
Pengertian iman sendiri adalah meyakini ajaran-ajaran Islam dengan hati dan
mengamalkannya.
Menurut Imam Nawawi dalam Syarah Sahih Muslim, berangkat dari definisi ini, ulama
ahsulusunnah menjelaskan bahwa keimanan seseorang bisa bertambah dan berkurang, dilihat
dari intensitas kegiatan amal ibadahnya. Mengutip Imam Abul Hasan Ali bin Khalaf bin
Baththal al-Maliki, Imam Nawawi mendasari potensi turun-naiknya iman dengan sejumlah
ayat Al-Qur’an. Diantaranya adalah firman Allah swt berikut:

‫ُهَو اَّلِذ ْٓي َاْنَز َل الَّس ِكْيَنَة ِفْي ُقُلْو ِب اْلُم ْؤ ِمِنْيَن ِلَيْز َد اُد ْٓو ا ِاْيَم اًنا َّمَع ِاْيَم اِنِهْم ۗ َو ِهّٰلِل‬
‫ُج ُنْو ُد الَّسٰم ٰو ِت َو اَاْلْر ِۗض َو َك اَن ُهّٰللا َع ِلْيًم ا َح ِكْيًم ۙا‬.
Artinya, “Dialah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin
untuk menambah keimanan atas keimanan mereka (yang telah ada). Milik Allahlah bala
tentara langit dan bumi dan Allah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana.” (QS. Al-Fath [48]:
4) Juga ayat berikut:

‫ِلَيْسَتْيِقَن اَّلِذ ْيَن ُاْو ُتوا اْلِكٰت َب َو َيْز َد اَد اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْٓو ا ِاْيَم اًنا َّو اَل َيْر َتاَب اَّلِذ ْيَن‬
‫ُاْو ُتوا اْلِكٰت َب َو اْلُم ْؤ ِم ُنْو َۙن‬.

8
Artinya, “(Yang demikian itu) agar orang-orang yang diberi kitab menjadi yakin, orang yang
beriman bertambah imannya, orang-orang yang diberi kitab dan orang-orang mukmin itu
tidak ragu-ragu.” (QS. Al-Fath [74]: 31)
Kedua ayat ini menjadi dasar bahwa kualitas iman seorang muslim bisa bertambah dan
berkurang. Cara mengindentifikasinya adalah dengan melihat intensitas ibadah yang
dilakukannya. Jika ibadahnya rajin maka menujukkan kualitas imannya sedang bagus,
sebaliknya jika intensitasnya rendah maka kualitasnya sedang turun. (Imam Nawawi, Al-
Minhaj Syarah Sahih Muslim, 1929: juz I, hlm. 146) Salah satu upaya yang bisa kita
lakukan untuk meningkatkan dan merawat kualitas iman adalah dengan tafakkur, yaitu
melakukan perenungan mendalam terhadap kekuasaan Allah atau hal-hal bernilai ukhrawi
seperti mengingat banyaknya dosa yang sudah kita perbuat, merenungi kematian dan hari
pembalasan, dan sebagainya. Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah Salah satu tujuan
Allah menciptakan alam semesta ini adalah agar kita senantiasa merenungi tanda-tanda
kekuasaan Sang Maha Pencipta. Gunung-gunung yang berdiri kokoh, laut dan samudera yang
luas dengan segala pesonanya, bentangan langit yang menaungi, dan bumi tempat kita
berpijak, semua ini diciptakan agar kita selalu mengingat betapa agung kekuasaan Allah.
Dengan merenungi secara mendalam ciptaan-ciptaan-Nya, insya Allah kualitas iman dalam
diri kita selalu bertambah. Dalam Al-Qur’an disebutkan,

‫اَّلِذ ْيَن َيْذ ُك ُرْو َن َهّٰللا ِقَياًم ا َّو ُقُعْو ًد ا َّوَع ٰل ى ُج ُنْو ِبِهْم َو َيَتَفَّك ُرْو َن ِفْي َخ ْلِق الَّسٰم ٰو ِت‬
‫َو اَاْلْر ِۚض َر َّبَنا َم ا َخ َلْقَت ٰهَذ ا َباِط ۚاًل ُسْبٰح َنَك َفِقَنا َع َذ اَب الَّناِر‬.
Artinya, “(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam
keadaan berbaring, dan memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya
Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia. Mahasuci Engkau. Lindungilah
kami dari azab neraka.” (QS. Ali Imran [3]: 191)
Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengutip sebuah kalam hikmah, “Orang yang melihat
ciptaan Allah tapi tidak merenunginya untuk memperoleh pelajaran, maka apa yang
dilihatnya hanya akan menggelapkan hati.” Bisyr bin Haris al-Hafi juga menyampaikan,
“Jika seseorang merenungi keagungan Allah, maka ia tidak akan memiliki hasrat untuk
bermaksiat.”
Dua ungkapan ini menjadi bukti bahwa mentafakkuri keagungan Allah melalui ciptaan-Nya
mampu meningkatkan kualitas iman. (Ibnu Katsir, Tafsir Al-Qur’anil ‘Adzim, 2018: juz II,
hlm. 163) Imam Al-Ghazali dalam Ihya ‘Ulumiddin menjelaskan terkait cara kerja tafakkur.
Menurutnya, saat seorang muslim bertafakkur, maka akan menghasilkan pengetahuan dari
objek yang ditafakkurinya. Merenungi kekuasaan Allah dengan melihat gunung-gunung yang
menjulang, misalnya. Jika pengetahuan sudah diperoleh, maka akan menghasilkan sentuhan
batin dalam hati yang diimplementasikan dalam bentuk ketaatan kepada Allah Sang Maha
Pencipta. (Imam Al-Ghazali, Ihya ‘Ulumiddin, 2016: juz IV, hlm. 516)
Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah Selain melalui ciptaan Allah, objek tafakkur
yang bisa kita gunakan adalah nilai-nilai ukhrawi seperti merenungi dosa-dosa yang sudah
perbuat, mengingat kematian, hari pembalasan di akhirat kelak, dan sebagainya. Saat
merenungi kematian, misalnya, kita akan berpikir bahwa setiap manusia memiliki ajal yang

9
bisa datang kapan saja. Lalu kita merenung lebih jauh, jika ajal sudah pasti, amal ibadah apa
saja yang sudah kita perbuat selama dunia untuk bekal di akhirat kelak. Allah swt berfirman:

‫ُقْل ِاَّن اْلَم ْو َت اَّلِذ ْي َتِفُّر ْو َن ِم ْنُه َفِاَّنٗه ُم ٰل ِقْيُك ْم ُثَّم ُتَر ُّد ْو َن ِاٰل ى َع اِلِم اْلَغْيِب‬
‫َو الَّش َهاَد ِة َفُيَنِّبُئُك ْم ِبَم ا ُكْنُتْم َتْع َم ُلْو َن‬
Artinya, “Katakanlah, ‘Sesungguhnya kematian yang kamu lari darinya pasti akan
menemuimu. Kamu kemudian akan dikembalikan kepada Yang Maha Mengetahui yang gaib
dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang selama ini kamu kerjakan.’” (QS. Al-
Jumu’ah [62]: 8) Ayat ini menegaskan bahwa kita semua tidak bisa lari dari jerat kematian.
Meskipun kita bersembunyi di tempat yang sangat sunyi, tidak ada siapapun yang tahu, pasti
kematian akan menghampiri kita. Kematian akan menjemput kita dimana pun kita berada.
Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah Tafakkur merupakan salah satu aktivitas yang
bernilai ibadah. Dengan bertafkkur, berarti kita mensyukuri nikmat Allah berupa anugerah
kedua mata dan akal dengan mennggunakannya untuk melihat kekuasaan Allah dan
merenungi nilai-nilai luhur di baliknya. Rasulullah saw bersabda,
‫ َقاُلْو ا َياَر ُسْو َل ِهللا َو َم اَح ُّظَها ِم َن اْلِعَباَد ِة؟‬.‫َأْع ُطْو ا َأْع ُيَنُك ْم َح َّظَها ِم َن اْلِعَباَد ِة‬
‫َقاَل الَّنْظُر َفي اْلُم ْص َح ِف َو الَّتَفُّك ُر ِفْيِه َو اِإْل ْع ِتَباُر ِع ْنَد َع َج اِئِبِه‬
Artinya, “Berikanlah hak mata untuk beribadah. Para sahabat lalu bertanya, ‘Apakah ibadah
bagian mata itu?’ Nabi menjawab, ‘Melihat (membaca) al-Qur’an dan memikir isinya serta
ambillah pelajaran dari keajaiban isi Al-Qur’an.’” (HR Zaid bin Aslam)
Semoga kita semua bisa selalu menggunakan nikmat kedua mata dan akal untuk senantiasa
mendekatkan diri kepada Allah swt. Dengan tafakkur, kita telah bersyukur kepada Allah
karena memanfaatkan dua nikmat agung ini untuk meningkatkan dan menjaga kualitas iman.

‫َباَر َك ُهللا ِلْي َو َلُك ْم ِفي اْلُقْر ٰا ِن اْلَعِظ ْيِم َو َنَفَعِني َو ِاَّياُك ْم ِبَم ا ِفْيِه ِم َن اٰاْل َياِت‬
‫ َو َأْسَتْغ ِفُر َهللا‬. ‫َو الِّذ ْك ِر اْلَح ِكْيِم َو َتَقَّبَل ِم ِّنْي َو ِم ْنُك ْم ِتاَل َو َتُه ِاَّنُه ُهَو الَّس ِم ْيُع اْلَعِلْيُم‬
‫اْلَعِظ ْيَم ِلْي َو َلُك ْم َو ِلَس اِئِر اْلُم ْس ِلِم ْيَن َو اْلُم ْس ِلَم اِت َفَيا َفْو َز اْلُم ْسَتْغ ِفِرْيَن َو َيا َنَج اَة‬
‫الَّتاِئِبْين‬
Khutbah II
‫ َو الَّص اَل ُة َو الَّس اَل ُم َع ٰل ى‬. ‫َاْلَح ْم ُد ِلِهال اَّلِذ ْي َأْنَع َم َنا ِبِنْع َم ِة اِاْل ْيَم اِن َو اِاْل ْس اَل ِم‬
‫ َأْش َهُد َاْن اَل ِاٰل َه ِااَّل ُهللا‬. ‫ َو َع ٰل ى ٰا ِلِه َو َأْص َح اِبِه اْلِكَر اِم‬. ‫َس ِّيِد َنا ُمَح َّم ٍد َخ ْيِر اَأْلَناِم‬
‫اْلَم ِلُك اْلُقُّد ْو ُس الَّس اَل ُم َو َأْش َهُد َاَّن َس ِّيَد َنا َو َح ِبْيَبَنا ُمَح َّم ًد ا َع ْبُد ُه َو َر ُسْو ُلُه‬
‫ َفَياَأُّيَها الَّناُس ُأْو ِص ْيُك ْم َو َنْفِس ْي ِبَتْقَو ى‬. ‫َص اِح ُب الَّش َرِف َو اِإْل ْح ِتَر ام َأَّم ا َبْعُد‬
‫ َفَقاَل ُهٰللا َتَع اَلى ِاَّن َهٰللا َو َم اَل ِئَكَتُه ُيَص ُّلْو َن َع َلى الَّنِبِّي‬. ‫ِهٰللا َفَقْد َفاَز اْلُم َّتُقْو َن‬
‫ٰي َأُّيَها اَّلِذ ْيَن ٰأ َم ُنْو ا َص ُّلْو ا َع َلْيِه َو َس ِّلُم ْو ا َتْس ِلْيًم ا َالّٰل ُهَّم َص ِّل َو َس ِّلْم َع ٰل ى َس ِّيِد َنا‬
‫ُمَح َّم ٍد َو َع ٰل ى ٰأ ِل َس ِّيِد َنا ُمَح َّم ٍد َك َم ا َص َّلْيَت َع ٰل ى َس ِّيِد َنا ِاْبَر اِهْيَم َو َباِرْك َع ٰل ى‬
10
‫َس ِّيِد َنا ُمَح َّم ٍد َو َع ٰل ى ٰا ِل َس ِّيِد َنا ُمَحَّم ٍد َك َم ا َباَر ْك َت َع ٰل ى َس ِّيِد َنا ِاْبَر اِهْيَم َو َع ٰل ى‬
‫ّٰل‬
‫ٰا ِل َس ِّيِد َنا ِاْبَر اِهْيَم ْفي اْلَع اَلِم ْيَن ِاَّنَك َحِم ْيٌد َم ِج ْيٌد ‪َ .‬ال ُهَّم َو اْر َض َع ِن اْلُخَلَفاِء‬
‫الَّراِش ِد ْيَن ‪َ .‬و َع ْن َاْص َح اِب َنِبِّيَك َاْج َم ِع ْيَن ‪َ .‬و الَّتاِبِع ْبَن َو َتاِبِع الَّتاِبِع ْيَن َو َتاِبِع ِهْم‬
‫ّٰل‬
‫ِاٰل ى َيْو ِم الِّدْيِن ‪َ .‬ال ُهَّم اْغ ِفْر ِلْلُم ْس ِلِم ْيَن َو اْلُم ْس ِلَم اِت َو اْلُم ْؤ ِمِنْيَن َو اْلُم ْؤ ِم َناِت‬
‫َالّٰل ُهَّم اْدَفْع َع َّنا اْلَغ اَل َء َو اْلَو َباَء َو الَّطاُع ْو َن َو اَاْلْمَر اَض َو اْلِفَتَن َم ا اَل َيْدَفُعُه‬
‫َغْيُرَك َع ْن َبَلِد َنا ٰه َذ ا ِاْنُد ْو ِنْيِس َّيا َخ اَّص ًة َو َع ْن َس اِئِر ِباَل ِد اْلُم ْس ِلِم ْيَن َع اَّم ًة َيا‬
‫َر َّب اْلَع اَلِم ْيَن ‪َ .‬ر َّبَنا ٰا ِتَنا ِفي الُّد ْنَيا َحَس َنًة َو ِفي اٰاْل ِخ َرِة َحَس َنًة َو ِقَنا َع َذ اَب‬
‫الَّناِر ِع َباَد ِهٰللا ِاَّن َهٰللا َيْأُم ُر ِباْلَع ْد ِل َو اِاْل ْح َس اِن َو َيْنَهى َع ِن اْلَفْح َش اِء َو اْلُم ْنَك ِر‪.‬‬
‫َيِع ُظُك ْم َلَع َّلُك ْم َتَذَّك ُرْو َن ‪َ .‬فاْذ ُك ُروا َهٰللا اْلَعِظ ْيَم َيْذ ُك ْر ُك ْم ‪َ .‬و اْشُك ُرْو ُه َع ٰل ى ِنَعِمِه‬
‫َيِزْد ُك ْم ‪َ .‬و َلِذ ْك ُر ِهٰللا َاْك َبُر‬

‫‪11‬‬
Khutbah Jumat: Belajar dari Kisah Nabi Ibrahim dan Orang Majusi
Khutbah I

‫َاْلَح ْم ُد ِهّٰلِل اَّلِذ ْي َأْر َسَل َر ُسْو َلُه ِباْلُهَد ى َو ِد ْيِن اْلَح ـِّق ِلُيْظِهَرُه َع َلى الِّدْيِن ُك ِّلِه‬
.‫ َأْش َهُد َأْن اَل ِإٰل َه ِإاَّل هللا َو َأْش َهُد َأَّن ُمَح َّم ًد ا َر ُسْو ُل هللا‬، ‫َو َلْو َك ِرَه اْلُم ْش ِر ُك ْو َن‬
‫ َفَياِع َباَد‬، ‫الّلُهَّم َص ِّل َع َلى َس ِّيِد َنا ُمَح َّم ٍد َو َع َلى ٰا ِلِه َو َأْص َح اِبِه َأْج َم ِع ْيَن أَّم ا َبْعُد‬
‫ ِاَّتُقْو ا َهللا َح َّق ُتَقاِته‬،‫هللا ُأْو ِص ْيُك م َو َنْفِس ي ِبَتْقَو ى ِهللا َفَقْد َفاَز اْلُم َّتُقْو ن‬
‫ َيا َأُّيَها‬: ‫ َفَقْد َقاَل ُهللا َتَع الَى ِفي ِكَتاِبِه اْلَك ِر ْيِم‬، ‫َو َالَتُم ْو ُتَّن ِإَّال َو َأنْـُتْم ُم ْس ِلُم ْو َن‬
‫الَّناُس ِإَّنا َخ َلْقَناُك ْم ِم ْن َذ َك ٍر َو ُأْنَثى َو َج َع ْلَناُك ْم ُش ُعوًبا َو َقَباِئَل ِلَتَع اَر ُفوا ِإَّن‬
‫َأْك َر َم ُك ْم ِع ْنَد ِهللا َأْتَقاُك ْم ِإَّن َهللا َع ِليٌم َخ ِبيٌر‬
Jamaah shalat Jumat hafidhkumullah,
Pada siang yang penuh berkah ini khatib mengingatkan diri sendiri dan mengajak jamaah
sekalian untuk senantiasa bertakwa kepada Allah kapan pun dan di mana pun berada. Yakni,
dengan menjalankan seluruh perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Anjuran takwa selalu diulang-ulang dari mimbar ke mimbar karena memang penting. Namun,
jangan sampai pengulang-ulangan tersebut menjadikannya semakin samar nilai pentingnya,
dan anjuran takwa sebatas rutinitas dan formalitas belaka.
Hadirin, Manusia adalah makhluk pembelajar. Nalarnya didesain untuk bisa menyerap
pelajaran apa saja dari berbagai peristiwa, pengalaman hidup, dan sejarah. Sebagaimana dari
kisah Nabi Ibrahim ‘alaihissalam yang akan disampaikan dalam khutbah kali ini.
Jamaah shalat Jumat hafidhakumullah, Suatu ketika seorang Majusi (penyembah api)
meminta jamuan makanan kepada Nabi Ibrahim sang khalilullah, kekasih Allah. Nabi
Ibrahim lalu mengajukan syarat kepada sang Majusi bahwa ia harus memeluk agama Islam.
Orang Majusi itu pun lantas pergi meninggalkan Nabi Ibrahim dengan tangan hampa. Allah
pun menurunkan wahyu kepada Nabi Ibrahim: “Selama 50 tahun Aku (Allah) memberinya
makan dalam kondisi tetap dalam kekafirannya. Tidak sudikah kau memberinya sesuap
makanan saja tanpa menuntutnya berpindah agama?” Nabi Ibrahim lalu pergi mengejar si
Majusi. Ia ikuti jejaknya hingga saat ketemu Nabi Ibrahim tanpa rasa sungkan meminta maaf
kepadanya. Orang Majusi itu pun heran, apa gerangan yang membuat Nabi Ibrahim berubah
pikiran, bahkan rela meminta maaf. Sang khalilullah menceritakan kejadian tadi kepadanya,
yang akhirnya justru membuat si Majusi terkesima dan masuk Islam secara sukarela. Cerita
ini bisa kita jumpai dalam salah satu kitab induk tasawuf, ar-Risalah al-Qusyairiyah karya
Imam Abul Qasim al-Qusyairi an-Naisaburi. Jamaah shalat Jumat hafidhakumullah, Kisah
Nabi Ibrahim ini memiliki keterkaitan substansi dengan hadits yang diriwayatkan al-Hakim
at-Tirmidzi dalam Nawadir al-Ushul:
‫ َح ِّسن‬، ‫ َيا إْبَر اِهْيُم‬: ‫ أْو َح ى ُهللا إلى ِإبراهيَم‬:‫َو َقاَل صلى هللا عليه وسلم‬
‫ فإَّن َك ِلَم ِتْي َسَبَقْت ِلَم ن َح ُسَن‬، ‫ َتدخْل َم داِخ َل اَألْبراِر‬، ‫ُخ ُلَقَك َو َلْو َم َع الُك َّفاِر‬

12
‫ َو أْن ُأْد ِنَيه ِم ْن‬،‫ َو أْن ُأْس ِكَنُه ِفْي َحِظ يرِة ُقْد ِس ي‬، ‫ُخ ُلَقُه أْن ُأِظ َّلُه في َع ْر ِش ي‬
‫ِج واِر ي‬
Rasulullah saw bersabda: Allah mewahyukan kepada Nabi Ibrahim, “Wahai Ibrahim,
baguskanlan akhlakmu walaupun terhadap kaum kafir, niscaya engkau akan masuk ke tempat
orang-orang yang berbuat baik. Sebab ketetapan-Ku telah mendahului bagi orang yang bagus
akhlaknya, yaitu Aku akan menaunginya di (bawah) Arsy-Ku, Aku menempatkannya dari di
dalam surga-Ku dan Aku akan mendekatkannya dengan rahmat-Ku” (HR at-Tirmidzi dalam
kitab Nawadir-nya).
Dalam hadits tersebut sangat jelas bahwa Allah menghendaki Nabi Ibrahim berbuat baik
kepada siapa pun tanpa pandang bulu, termasuk kepada orang yang masih durhaka kepada
Allah. Allah juga menjanjikan perlindungan dan rahmat atau kasih sayang bagi orang yang
sanggup melaksanakannya. Perintah ini tentu bukan hanya untuk Nabi Ibrahim semata,
melainkan untuk kisah semua, umat manusia. Hadirin rahimakumullah, Perbedaan adalah
sunnatullah. Kiranya mustahil kita dapati dunia ini berada dalam satu warna kulit, satu etnis,
satu agama, satu bahasa, satu budaya, dan seterusnya. Sekarang maupun yang akan datang.
Sebab, Allah sendiri yang berfirman:
‫َو َلْو َش ۤا َء ُهّٰللا َلَج َع َلُك ْم ُاَّم ًة َّو اِح َد ًة َّو ٰل ِكْن ِّلَيْبُلَو ُك ْم ِفْي َم ٓا ٰا ٰت ىُك ْم َفاْسَتِبُقوا‬
‫اْلَخ ْيٰر ِۗت ِاَلى ِهّٰللا َم ْر ِج ُع ُك ْم َج ِم ْيًعا َفُيَنِّبُئُك ْم ِبَم ا ُكْنُتْم ِفْيِه َتْخ َتِلُفْو َن‬
Artinya, “Kalau Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi
Allah hendak menguji kamu terhadap karunia yang telah diberikan-Nya kepadamu, maka
berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah kamu semua kembali, lalu
diberitahukan-Nya kepadamu terhadap apa yang dahulu kamu perselisihkan” (QS al-Maidah:
48).
Keniscayaan akan keragaman ini harus menjadi asas bagi setiap tindakan yang berhubungan
dengan manusia lainnya. Memaksakan kehendak, berarti melanggar ketentuan ini. Jikapun
kita ingin berdakwah atau beramar ma’ruf nahi munkar maka itu seyogianya sebatas
melaksanakan perintah Allah. Bukan penentu perubahan pada sasaran dakwah kita. Kita
hanya diperintah untuk mengajak kepada kebaikan, bukan menjamin datangnya hidayah. Kita
tidak punya kemampuan membolak-balik kondisi hati orang, termasuk kondisi hati kita
sendiri.
Jamaah shalat Jumat hafidhkumullah, I’tibar lain yang bisa kita serap dari kisah Nabi Ibrahim
dan seorang Majusi tadi adalah bahwa kita didorong untuk melaksanakan tauhid secara sejati.
Berbuat baik kepada siapa saja merupakan ekspresi dari keyakinan bahwa semua adalah
makhluk Allah yang mesti dicintai, bagaimanapun keadaannya. Diskriminatif terhadap
manusia lain hanya lantaran perbedaan keyakinan atau agama menggambarkan bahwa kita
lebih mengunggulkan ego kelompok daripada Allah. Sebab, Allah sendiri yang Rahman dan
Rahim tidak pernah membeda-bedakan mereka dalam hal karunia. Semua memperoleh
limpahan rezeki. Islam memang mengajarkan umatnya untuk membenci kekufuran, tetapi
bukan berarti membenci orang kafir; membenci kemaksiatan, tetapi bukan berarti membenci
orang maksiat. Hal ini yang sering disalahpahami sehingga saat bergaul dengan para pendosa
maka seolah akhlak yang baik tidak berlaku bagi mereka. Andai Rasulullah dulu

13
‫‪mempraktikkan perilaku semacam ini kepada masyarakat jahiliyah, mungkin kita tak akan‬‬
‫‪menjumpai keagungan Islam seperti sekarang ini. Sebagaimana dikutip Abdurrauf al-‬‬
‫‪Munawi dalam Faidhul Qadir, Al-Arif billah Syekh Ibnu ‘Arabi pernah mengatakan:‬‬

‫َيْنَبِغ ي ِلَطاِلِب َم َقاِم الُخ َّلِة َأْن ُيَح ِّسَن ُخ ُلَقُه ِلَج ِم ْيع الَخ ْلِق مْؤ ِمِنِهْم‬
‫َو َك اِفِر ِهْم َطاِئِع ِهْم َو َع اِص ْيِهْم‬
‫‪Artinya, “Orang yang mencari derajat sebagai kekasih Allah hendaknya berakhlak baik‬‬
‫‪kepada seluruh manusia, baik yang mukmin maupun yang kafir, baik yang taat maupun yang‬‬
‫‪maksiat.” Umumnya kekasih adalah mencontoh perilaku sosok yang dikasihi, seperti yang‬‬
‫‪dilakukan kebanyakan orang ketika mengidolakan figur tertentu. Nah, di sini kita diajak‬‬
‫‪untuk memperlakukan makhluk dan jagat raya ini sebagaimana Allah memperlakukan‬‬
‫‪mereka. Takhallaqu bi akhlaqillah (berakhlaklah sebagaimana akhlak Allah). Belas kasih‬‬
‫‪Allah meluas kepada seluruh makhluk, menembus sekat-sekat agama, ras, usia, status sosial,‬‬
‫‪dan lainnya. Semoga kita dikaruniai kokoh iman dan Islam, serta kelapangan hati untuk‬‬
‫‪menerima kenyataan akan perbedaan.‬‬

‫َباَر َك ُهللا ِلْي َو َلُك ْم ِفي اْلُقْر ٰا ِن اْلَك ِر ْيِم َو َنَفَعِنْي َو ِإَّياُك ْم ِبَم ا ِفْيِه ِم َن اٰاْل َياِت‬
‫َو الِّذ ْك ِر اْلَح ِكْيِم َو َتَقَّبَل ِم ِّني َو ِم ْنُك ْم ِتاَل َو َتُه ِإَّنُه ُهَو الَّس ِم ْيُع اْلَعِلْيُم َو َأُقْو ُل َقْو ِلي‬
‫َهَذ ا َفَأْسَتْغ ِفُر َهللا الَعِظ ْيَم ِإَّنُه ُهَو الَغ ُفْو ُر الَّر ِح ْيُم‬
‫‪Khutbah II‬‬

‫َاْلَح ْم ُد ِهّٰلِل َع لَى ِإْح َس اِنِه َو الُّشْك ُر َلُه َع لَى َتْو ِفْيِقِه َو ِاْمِتَناِنِه‪َ .‬و َأْش َهُد َأْن اَل ِإٰل َه‬
‫ِإَّال ُهللا َو ْح َد ُه اَل َش ِرْيَك َلُه َو َأْش َهُد أَّن َس ِّيَد َنا ُمَح َّم ًد ا َع ْبُد ُه َو َر ُسْو ُلُه الَّد اِع ْي إلَى‬
‫ِرْض َو اِنِه‪َ .‬الّٰل ُهَّم َص ِّل َع َلى َس ِّيِد َنا ُمَح َّم ٍد َو َع َلى ٰا ِلِه َو َأْص َح اِبِه َو َس ِّلْم َتْس ِلْيًم ا‬
‫َك ِثْيًرا َأَّم ا َبْعُد ‪َ ،‬فيَا َاُّيَها الَّناُس ِاَّتُقوا َهللا ِفْيَم ا َأَم َر َو اْنَتُهْو ا َع َّم ا َنَهى َو اْع َلُم ْو ا‬
‫َأَّن َهللا َأَم َر ُك ْم ِبَأْم ٍر َبَد َأ ِفْيِه ِبَنْفِس ِه َو َثـَنى ِبَم آَل ِئَك ِتِه ِبُقْد ِس ِه َو َقاَل َتعَاَلى ِإَّن َهللا‬
‫َو َم آَل ِئَكَتُه ُيَص ُّلْو َن َع لَى الَّنِبّي َيآ َاُّيَها اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْو ا َص ُّلْو ا َع َلْيِه َو َس ِّلُم ْو ا‬
‫َتْس ِلْيًم ا‪َ .‬الّٰل ُهَّم َص ِّل َو َس ِّلْم َع َلى َس ِّيِد َنا ُمَح َّم ٍد َو َع َلى ٰا ِل َس ِّيِد نَا ُمَحَّم ٍد َو َع َلى‬
‫َأْنِبَياِئَك َو ُرُس ِلَك َو َم آَل ِئَك ِة اْلُم َقَّر ِبْيَن َو اْر َض َع ِن اْلُخَلَفاِء الَّراِش ِد ْيَن َأِبي َبْك ٍر‬
‫َو ُع َم َر َو ُع ْثَم اَن َو َع ِلّي َو َع ْن َبِقَّيِة الَّص َح اَبِة َو الَّتاِبِع ْيَن َو َتاِبِع ي الَّتاِبِع ْيَن َلُهْم‬
‫ّٰل‬
‫ِبِإْح َس اٍن ِإَلى َيْو ِم الِّدْيِن َو اْر َض َع َّنا َم َع ُهْم ِبَر ْح َم ِتَك َيا َأْر َح َم الَّراِح ِم ْيَن َال ُهَّم‬
‫اْغ ِفْر ِلْلُم ْؤ ِمِنْيَن َو ْالُم ْؤ ِم َناِت َو ْالُم ْس ِلِم ْيَن َو ْالُم ْس ِلَم اِت َاَألْح َيآُء ِم ْنُهْم َو ْاَألْم َو اِت‪.‬‬
‫َالّٰل ُهَّم َأِع َّز اِإْل ْس اَل َم َو ْالُم ْس ِلِم ْيَن َو َأِذ َّل الِّش ْر َك َو ْالُم ْش ِرِكْيَن َو اْنُصْر ِع َباَدَك‬
‫اْلُمَو ِّح ِد َّيَة َو اْنُصْر َم ْن َنَص َر الِّدْيَن َو اْخ ُذ ْل َم ْن َخ َذ َل اْلُم ْس ِلِم ْيَن َو َد ِّم ْر َأْع َد اَء‬

‫‪14‬‬
‫ّٰل‬
‫الِّدْيِن َو اْع ِل َك ِلَم اِتَك ِإَلى َيْو َم الِّدْيِن ‪َ .‬ال ُهَّم اْدَفْع َع َّنا اْلَباَل َء َو ْالَو َباَء َو الَّز اَل ِزَل‬
‫َو ْالِمَح َن َو ُسْو َء اْلِفْتَنِة َو ْالِمَح َن َم ا َظَهَر ِم ْنَها َو َم ا َبَطَن َع ْن َبَلِد َنا ِإْنُد وِنْيِس َّيا‬
‫خآَّص ًة َو َس اِئِر اْلُبْلَد اِن اْلُم ْس ِلِم ْيَن عآَّم ًة َيا َر َّب اْلَع اَلِم ْيَن ‪َ .‬ر َّبَنا ٰا ِتنَا ِفى الُّد ْنَيا‬
‫َحَس َنًة َو ِفي اٰاْل ِخ َرِة َحَس َنًة َو ِقَنا َع َذ اَب الَّناِر‪َ .‬ر َّبَنا َظَلْم َنا َأْنُفَس َنا َو ِإْن َلْم َتْغ ِفْر‬
‫ْأ‬
‫َلَنا َو َتْر َح ْم َنا َلَنُك ْو َنَّن ِم َن اْلَخ اِس ِر ْيَن ‪ِ .‬ع َباَد ِهللا ! ِإَّن َهللا َي ُم ُر ِبْالَع ْد ِل َو ْاِإل ْح َس اِن‬
‫َو ِإْيتآِء ِذ ي اْلُقْر بَى َو َيْنَهى َع ِن اْلَفْح شآِء َو ْالُم ْنَك ِر َو ْالَبْغ ي َيِع ُظُك ْم َلَع َّلُك ْم‬
‫َتَذَّك ُرْو َن َو اْذ ُك ُروا َهللا اْلَعِظ ْيَم َيْذ ُك ْر ُك ْم َو اْشُك ُرْو ُه َع لَى ِنَعِمِه َيِزْد ُك ْم َو َلِذ ْك ُر ِهللا‬
‫َأْك َبُر‬

‫‪15‬‬
Khutbah Jumat: Rezekimu Telah Dijamin dan Tak Akan Tertukar
Khutbah I

‫ اْلُم َنَّز ِه َع ِن الَّشْك ِل‬، ‫ اْلَم ْو ُجْو ِد َأَز اًل َّو َأَبًد ا ِباَل َم َك اٍن‬، ‫الَح ْم ُد ِهّٰلِل ُم َك ِّو ِن اَأْلْك َو اِن‬
، ‫ َو الَّص اَل ُة َو الَّس اَل ُم َع َلى َس ِّيِد َنا ُمَح َّم ٍد َس ِّيِد َو َلِد َع ْد َناَن‬، ‫َو اَأْلْع َض اِء َو اَأْلْر َك اِن‬
‫ َأْش َهُد أْن اَل ِإٰل َه ِإاَّل ُهللا‬، ‫َو َع َلى ٰا ِلِه َو َص ْح ِبِه َو َم ْن َتِبَع ُهْم ِبِص ْد ٍق َو ِإْح َس اٍن‬
‫ َو َأْش َهُد أَّن َس ِّيَد َنا ُمَحَّم ًد ا‬، ‫َو ْح َد ُه اَل َش ِر ْيَك َلُه اْلُم َنَّز ُه َع ِن اَأْلْيِن َو الَّز َم اِن‬
‫ َفإِّني ُأْو ِص ْيُك ْم‬، ‫ ِع َباَد الَّرْح ٰم ِن‬، ‫َّر ُسْو ُل ِهللا اَّلِذ ي َك اَن ُخ ُلُقُه اْلُقْر آَن َأَّم ا َبْعُد‬
‫ۤا‬
‫ َو َم ا ِم ْن َد َّبٍة ِفى اَاْلْر ِض‬: ‫ اْلَقاِئِل ِفي ِكَتاِبِه اْلُقْر آِن‬، ‫َو َنْفِس ي ِبَتْقَو ى ِهللا الَم َّناِن‬
:‫ِااَّل َع َلى ِهّٰللا ِر ْز ُقَها َو َيْع َلُم ُم ْسَتَقَّر َها َو ُم ْسَتْو َدَع َهاۗ ُك ٌّل ِفْي ِكٰت ٍب ُّم ِبْيٍن (هود‬

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, Mengawali khutbah pada siang hari yang penuh
keberkahan ini, khatib berwasiat kepada kita semua terutama kepada diri khatib pribadi untuk
senantiasa berusaha meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah
subhanahu wata’ala dengan melakukan semua kewajiban dan meninggalkan seluruh yang
diharamkan. Hadirin jamaah shalat Jumat rahimakumullah, Khutbah pada siang hari ini
mengambil tema “Rezekimu Telah Dijamin dan Tak Akan Tertukar”. Hadirin, Rezeki
berasal dari bahasa Arab: rizqun, yang artinya ma yuntafa‘u bihi, yakni sesuatu yang
digunakan dan diambil manfaatnya (Mukhtar ash-Shihah). Sedangkan dalam Syarh
al-‘Aqa’id, at-Taftazani menjelaskan bahwa rezeki adalah nama bagi sesuatu yang diberikan
oleh Allah kepada hayawan (manusia dan selain manusia, seperti jin dan binatang) lalu ia
gunakan dan ambil manfaatnya, baik halal maupun haram. Dari pengertian yang telah kami
sebutkan, dapat kita pahami bahwa rezeki adalah sesuatu yang telah digunakan dan diambil
manfaatnya, seperti makanan yang telah dimakan, minuman yang telah diminum, pakaian
yang telah dikenakan, rumah yang telah ditempati, mobil yang telah digunakan dan lain
sebagainya. Adapun seseorang yang telah membeli makanan atau memasak makanan, namun
karena hal tertentu lalu tidak ia makan, maka itu bukanlah rezekinya. Begitu juga seseorang
yang telah membangun rumah, lalu karena sebab tertentu tidak ia tempati, maka rumah itu
bukanlah rezekinya. Benar apa yang dikatakan oleh seorang penyair Arab:
‫َقْد َيْج َم ُع اْلَم اَل َغ ْيُر آِكِلِه * َو َيْأُك ُل اْلَم اَل َغ ْيُر َم ْن َج َم َع ا‬
“Terkadang harta dihimpun oleh selain pemakannya. Dan terkadang harta dimakan oleh yang
bukan penghimpunnya.” Rezeki tidak terbatas pada harta yang halal. Harta yang haram pun
juga disebut rezeki. Sebagaimana hal itu ditegaskan oleh Imam an-Nasafi dalam al-‘Aqidah
an Nasafiyyah. Semuanya akan dihisab di pengadilan akhirat. Yang halal akan ditanyakan
dari mana diperoleh. Sedangkan yang haram akan dibalas dengan siksaan. Diriwayatkan dari
Sayyidina Ali bahwa beliau berkata:

16
)‫الُّد ْنَيا َح اَل ُلَها ِح َس اٌب َو َح َر اُمَها ِع َقاٌب (رواه البيهقي في شعب اإليمان‬
“Dunia ini halalnya adalah hisab dan haramnya adalah siksa” (Diriwayatkan al-Baihaqi
dalam Syu’ab al-Iman). Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, Setiap orang dijamin
rezekinya oleh Allah ta’ala sebagaimana dalam firman-Nya:
ۗ‫َو َم ا ِم ْن َد ۤا َّبٍة ِفى اَاْلْر ِض ِااَّل َع َلى ِهّٰللا ِر ْز ُقَها َو َيْع َلُم ُم ْسَتَقَّر َها َو ُم ْسَتْو َدَع َها‬
)٦ :‫ُك ٌّل ِفْي ِكٰت ٍب ُّم ِبْيٍن (هود‬
Maknanya: “Dan tidak satu pun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi melainkan semuanya
dijamin Allah rezekinya. Dia mengetahui tempat kediamannya dan tempat penyimpanannya.
Semua (tertulis) dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)” (QS Hud: 6). Imam Syafi’i
mengatakan:
‫َع ِلْم ُت َأَّن ِر ْز ِقي اَل َيْأُك ُلُه َغْيِر ي َفاْطَم َأَّن َباِلي‬
“Aku mengetahui bahwa rezekiku tidak akan dimakan orang lain, maka menjadi tenanglah
hatiku.” Rezeki kita tidak akan tertukar dengan rezeki orang lain. Rezeki kita juga tidak
akan diambil oleh orang lain. Imam an-Nasafi mengatakan:
‫َو اَل ُيَتَص َّو ُر َأْن اَل َيْأُك َل ِإْنَس اٌن ِرْز َقُه َأْو َيْأُك َل َغ ْيُر ُه ِرْز َقُه‬
“Dan tidak terbayang apabila seseorang tidak memakan rezekinya atau rezekinya dimakan
selainnya.” Rezeki seseorang sudah ada jatah dan takarannya. Sekuat apa pun usaha
seseorang jika bukan rezekinya, maka tidak akan ia raih. Sebaliknya selemah apa pun upaya
seseorang, jika telah ditentukan sebagai rezekinya, pastilah akan ia peroleh. Karenanya
kewajiban kita adalah menghindarkan diri dari mencari rezeki dengan cara yang diharamkan
dan dari sumber yang haram. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
‫ِإَّن ُرْو َح اْلُقْد ِس َنَفَث ِفي ُرْو ِع ْي َأَّن َنْفًسا َلْن َتُم ْو َت َح َّتى َتْسَتْك ِمَل ِرْز َقَها‬
‫َفاَّتُقْو ا َهللا َو َأْج ِم ُلْو ا ِفي الَّطَلِب (رواه الحاكم والبيهقي وأورده القضاعي في‬
)‫مسند الشهاب بلفظه‬
Maknanya: “Sesungguhnya Jibril menyampaikan wahyu ke hatiku bahwa seseorang tidak
akan mati sehingga menyempurnakan rezekinya, maka bertakwalah kepada Allah dan carilah
rezeki dengan cara yang baik” (HR al-Hakim, al-Baihaqi, dan disebutkan oleh al-Qudha’i
dalam Musnad asy Syihab dengan lafaznya). Hadirin jamaah shalat Jumat rahimakumullah,
Meski rezeki telah digariskan dan ditentukan, tetapi Allah dan Rasul-Nya memberitahukan
kepada kita beberapa sebab dan kunci pembuka rezeki. Di antaranya: Pertama, takwa.
Allah ta’ala berfirman:
:‫ َّو َيْر ُز ْقُه ِم ْن َح ْيُث اَل َيْح َتِس ُۗب (الطالق‬، ۙ‫َو َم ْن َّيَّتِق َهّٰللا َيْج َع ْل َّلٗه َم ْخ َر ًجا‬
)٢-٣

17
Maknanya: “Barang siapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan membukakan jalan keluar
baginya, dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya” (QS ath
Thalaq:2-3). Kedua, istighfar dan taubat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

‫َم ْن َلِز َم اِاْل ْس ِتْغ َفاَر َج َعَل ُهللا َلُه ِم ْن ُك ِّل َهٍّم َفَر ًجا َو ِم ْن ُك ِّل ِض ْيٍق‬
)‫َم ْخ َر ًجا َو َر َز َقُه ِم ْن َح ْيُث اَل َيْح َتِس ُب (رواه أبو داود وابن ماجه وغيرهما‬
Maknanya: “Barang siapa yang menetapi (memperbanyak) istighfar, maka Allah akan
menjadikan baginya kelapangan dari setiap kesedihan, jalan keluar dari setiap kesempitan dan
menganugerahkan rezeki kepadanya dari arah yang tidak ia sangka-sangka” (HR Abu
Dawud, Ibnu Majah dan lainnya) Ketiga, menjauhi maksiat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda:
‫ِإَّن الَّرُج َل َلُيْح َر ُم الِّر ْز َق ِبالَّذ ْنِب ُيِص ْيُبُه (رواه الحاكم وابن حبان‬
)‫وغيرهما‬
Maknanya: “Sesungguhnya seseorang akan terhalang dari suatu rezeki sebab dosa yang
dilakukannya.” (HR al-Hakim, Ibnu Hibban, dan lainnya). Keempat, tawakal kepada Allah.
Allah ta’ala berfirman:
)٣ :‫َو َم ْن َّيَتَو َّك ْل َع َلى ِهّٰللا َفُهَو َح ْسُبٗه (الطالق‬
Maknanya: “Dan barang siapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupinya”
(QS ath Thalaq: 3). Tawakal adalah bergantung kepada Allah semata dan mengandalkan-
Nya dalam segala urusan. Tawakal tidaklah menafikan usaha. Tawakal hakikatnya adalah
menyerahkan segala urusan kepada Allah dan percaya penuh kepada-Nya disertai melakukan
sebab, usaha dan ikhtiar. Kita tetap bekerja secara lahiriah dan bertawakal kepada Allah
secara batin. Meskipun kita bekerja, kita tidak menggantungkan tercukupinya kebutuhan
kepada pekerjaan, akan tetapi dalam hal tercukupinya segala urusan, kita hanya bergantung
kepada Allah. Baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
‫ َتْغ ُد و‬، ‫ َلَر َز َقُك ْم َك َم ا َيْر ُز ُق الَّطْيَر‬،‫َلْو َأَّنُك ْم َتَو َّك ْلُتْم َع َلى ِهَّللا َح َّق َتَو ُّك ِلِه‬
)‫ َو َتُروُح ِبَطاًنا (رواه أحمد وابن ماجه والحاكم‬،‫ِخ َم اًصا‬
Maknanya: “Jika kalian bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakkal, niscaya
Allah akan memberikan rezeki kepada kalian seperti Ia memberikan rezeki kepada burung.
Burung-burung itu keluar di pagi hari dalam keadaan perut kosong dan kembali ke sarang-
sarangnya dalam keadaan perut yang terisi penuh.” (HR Ahmad, Ibnu Majah dan al-Hakim).
Kelima, silaturahim. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
‫ َفْلَيِص ْل َرِح َم ُه (رواه‬،‫ َو ُيْنَس َأ َلُه ِفي َأَثِرِه‬،‫َم ْن َأَح َّب َأْن ُيْبَس َط َلُه ِفي ِرْز ِقِه‬
)‫البخاري ومسلم‬
Maknanya: “Barang siapa yang ingin dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya,
hendaklah ia bersilaturahim” (HR al-Bukhari dan Muslim) Ma’asyiral Muslimin
rahimakumullah, Penting untuk kita pahami bersama bahwa banyaknya rezeki bukanlah
tanda dicintai oleh Allah. Sebaliknya sempitnya rezeki juga bukanlah tanda dibenci dan

18
‫‪dimurkai oleh Allah ta’ala. Dalam sebuah hadits, Baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi‬‬
‫‪wasallam bersabda:‬‬

‫َهللا َع َّز َو َج َّل ُيْع ِط ي الُّد ْنَيا َم ْن ُيِح ُّب َو َم ْن اَل ُيِح ُّب َو اَل ُيْع ِط ي الِّدْيَن‬ ‫َو ِإَّن‬
‫ِلَم ْن َأَح َّب (رواه أحمد)‬ ‫ِإاَّل‬
‫‪Maknanya: “Sesungguhnya Allah ‘azza wajalla memberikan dunia kepada orang yang Ia‬‬
‫‪cintai dan kepada orang yang tidak Ia cintai, dan tidak memberikan agama (Islam) kecuali‬‬
‫‪kepada orang yang Ia cintai” (HR Ahmad) Dalam riwayat yang lain:‬‬
‫َو ِإَّن َهللا ُيْع ِط ي اْلَم اَل َم ْن ُيِح ُّب َو َم ْن اَل ُيِح ُّب َو اَل ُيْع ِط ي اِإْل ْيَم اَن ِإاَّل َم ْن‬
‫ُيِح ُّب (رواه الطبراني)‬
‫‪Maknanya: “Sesungguhnya Allah memberikan harta kepada orang yang Ia cintai dan kepada‬‬
‫”‪orang yang tidak Ia cintai, dan tidak memberikan iman kecuali kepada orang yang Ia cintai‬‬
‫‪(HR Ahmad) Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, Demikian khutbah singkat pada siang‬‬
‫‪hari yang penuh keberkahan ini. Semoga bermanfaat dan membawa barakah bagi kita semua.‬‬
‫‪Amin.‬‬

‫َأُقْو ُل َقْو ِلْي ٰهَذ ا َو َأْسَتْغ ِفُر َهللا ِلْي َو َلُك ْم ‪َ ،‬فاْسَتْغ ِفُرْو ُه‪ِ ،‬إَّنُه ُهَو اْلَغ ُفْو ُر الَّر ِح ْيُم‬
‫‪Khutbah II‬‬

‫َاْلَح ْم ُد ِهلل َو َك َفى‪َ ،‬و ُأَص ِّلْي َو ُأَس ِّلُم َع َلى َس ِّيِد َنا ُمَح َّم ٍد اْلُم ْص َطَفى‪َ ،‬و َع َلى آِلِه‬
‫َو َأْص َح اِبِه َأْهِل اْلَو َفا‪َ .‬أْش َهُد َأْن اَّل إلَه ِإاَّل ُهللا َو ْح َد ُه اَل َش ِر ْيَك َلُه‪َ ،‬و َأْش َهُد َأَّن‬
‫َس ِّيَد َنا ُمَح َّم ًد ا َع ْبُد ُه َو َر ُسْو ُلُه َأَّم ا َبْعُد ‪َ ،‬فَيا َأُّيَها اْلُم ْس ِلُم ْو َن ‪ُ ،‬أْو ِص ْيُك ْم َو َنْفِس ْي‬
‫ِبَتْقَو ى ِهللا اْلَع ِلِّي اْلَعِظ ْيِم َو اْع َلُم ْو ا َأَّن َهللا َأَم َر ُك ْم ِبَأْم ٍر َع ِظ ْيٍم ‪َ ،‬أَم َر ُك ْم ِبالَّص اَل ِة‬
‫َو الَّس اَل ِم َع َلى َنِبِّيِه اْلَك ِر ْيِم َفَقاَل ‪ِ :‬إَّن َهللا َو َم اَل ِئَكَتُه ُيَص ُّلوَن َع َلى الَّنِبِّي ‪َ ،‬يا َأُّيَها‬
‫اَّلِذ يَن آَم ُنوا َص ُّلوا َع َلْيِه َو َس ِّلُم وا َتْس ِليًم ا‪َ ،‬الّٰل ُهَّم َص ِّل َع َلى َس ِّيِد َنا ُمَح َّم ٍد َو َع َلى‬
‫آِل َس ِّيِد َنا ُمَحَّم ٍد َك َم ا َص َّلْيَت َع َلى َس ِّيِد َنا ِإْبَر اِهْيَم َو َع َلى آِل َس ِّيِد َنا ِإْبَر اِهْيَم‬
‫َو َباِرْك َع َلى َس ِّيِد َنا ُمَح َّم ٍد َو َع َلى آِل َس ِّيِد َنا ُمَح َّم ٍد َك َم ا َباَر ْك َت َع َلى َس ِّيِد َنا‬
‫ِإْبَر اِهْيَم َو َع َلى آِل َس ِّيِد َنا ِإْبَر اِهْيَم ‪ِ ،‬فْي اْلَع اَلِم ْيَن ِإَّنَك َح ِم ْيٌد َم ِج ْيٌد ‪َ .‬الّٰل ُهَّم اْغ ِفْر‬
‫ِلْلُم ْس ِلِم ْيَن َو اْلُم ْس ِلَم اِت واْلُم ْؤ ِمِنْيَن َو اْلُم ْؤ ِم َناِت اَأْلْح َياِء ِم ْنُهْم َو اَأْلْم َو اِت‪ ،‬اللهم‬
‫اْدَفْع َع َّنا اْلَباَل َء َو اْلَغ اَل َء َو اْلَو َباَء َو اْلَفْح َش اَء َو اْلُم ْنَك َر َو اْلَبْغ َي َو الُّس ُيْو َف‬
‫اْلُم ْخ َتِلَفَة َو الَّش َد اِئَد َو اْلِمَح َن ‪َ ،‬م ا َظَهَر ِم ْنَها َو َم ا َبَطَن ‪ِ ،‬م ْن َبَلِد َنا َهَذ ا َخ اَّص ًة‬
‫َو ِم ْن ُبْلَد اِن اْلُم ْس ِلِم ْيَن َع اَّم ًة‪ِ ،‬إَّنَك َع َلى ُك ِّل َش ْي ٍء َقِد ْيٌر ِع َباَد ِهللا‪ ،‬إَّن َهللا َيْأُم ُر‬

‫‪19‬‬
، ‫ِباْلَع ْد ِل َو اإْل ْح َس اِن َو ِإْيَتاِء ِذ ي اْلُقْر َبى وَيْنَهى َع ِن الَفْح َش اِء َو اْلُم ْنَك ِر َو الَبْغ ِي‬
‫ َفاذُك ُروا َهللا اْلَعِظ ْيَم َيْذ ُك ْر ُك ْم َو َلِذ ْك ُر ِهللا َأْك َبُر‬. ‫َيِع ُظُك ْم َلَع َّلُك ْم َتَذَّك ُرْو َن‬
Khutbah Jumat: Empat Tujuan Diciptakannya Lisan
Khutbah I

‫ َاْلَح ْم ُد ِهلل اَّلِذ ْي َاْنَع َم َنا ِبِنْع َم ة اِاْل ْيَم اِن َو اِاْل ْس اَل ِم َو َأْع َطىَنا الِّلَس اَن‬.‫َاْلَح ْم ُد ِهلل‬
‫ َأْش َهُد َاْن اَل ِاٰل َه ِااَّل ُهللا الَّرْح ٰم ُن َو َأْش َهُد َاَّن َس ِّيَد َنا َو َح ِبْيَبَنا‬. ‫ِبَاْفَص ِح اْلَكاَل ِم‬
‫ّٰل‬
‫ َال ُهَّم َص ِّل َو َس ِّلْم َو َباِرْك َع ٰل ى َس ِّيِد َنا ُمَحَّم ٍد َو‬. ‫ُمَح َّم ًد ا َع ْبُد ُه َو َر ُسْو ُلُه اْلِكَر اُم‬
‫َع ٰل ى ٰا ِلِه َو َاْص َح اِبِه َاْج َم ِع ْيَن َاَّم ا َبْعُد َفَياَأُّيَها الَّناُس ُأْو ِص ْيُك ْم َو َنْفِس ْي ِبَتْقَو ى‬
‫ َأُع ْو ُذ ِباِهلل ِم َن‬. ‫ َقاَل ُهللا َتَع اَلى ِفي اْلُقْر ٰا ِن اْلَعِظ ْيِم‬. ‫ِهللا َفَقْد َفاَز اْلُم َّتُقْو َن‬
‫ ٰي َأُّيَها اَّلِذ ْيَن ٰأ َم ُنْو ا اَّتُقوا َهللا َو ُقْو ُلْو ا‬. ‫الَّش ْيَطاِن الَّر ِج ْيِم ِبْس ِم ِهللا الَّرْح ٰم ِن الَّر ِح ْيِم‬
‫ َم ا َيْلِفُظ ِم ْن َقْو ٍل ِااَّل َلَد ْيِه َر ِقْيٌب َع ِتْيٌد‬:‫ َو َقاَل ُهللا َتَع اَلى‬.‫َقْو اًل َسِد ْيًد ا‬.
Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah ‫ﷻ‬, Marilah kita tingkatkan takwa kita kepada Allah
‫ ﷻ‬karena manusia terbaik di sisi Allah ‫ ﷻ‬adalah yang paling bertakwa kepada-Nya.
Dan marilah kita wujudkan ketakwaan ini dengan senantiasa menjalankan segala perintah
Allah ‫ ﷻ‬dan menjauhi segala yang dilarang Allah ‫ ﷻ‬. Jamaah Jumat yang
dimuliakan Allah ‫ﷻ‬, Al-Imam Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al-Ghazali al-
Thusi menyampaikan dalam Bidayatul Hidayah, bahwa ada empat hal tujuan diciptakannya
lisan oleh Allah ‫ ﷻ‬.
Pertama, memperbanyak dzikir, ingat kepada Allah ‫ ﷻ‬. Hal ini sebagai bentuk kita
bersyukur kepada-Nya yang telah memberikan begitu banyak nikmat. Banyaknya menyebut
asma-Nya dan mengingat-Nya dengan berdzikir, juga merupakan wujud cinta kita kepada-
Nya. Sebab, pepatah mengatakan bahwa semakin kita cinta, semakin kita akan sering
menyebut-nyebut namanya. Bahkan dalam sebuah hadits, Rasulullah saw. mengingatkan
bahwa hamba yang paling utama derajatnya di sisi Allah ‫ ﷻ‬pada hari kiamat nanti adalah
mereka yang banyak berdzikir kepada Allah ‫ ﷻ‬. Imam Abul Hasan al-Wahidi mengutip
pernyataan Ibnu Abbas, mengatakan bahwa maksud dari hadits tersebut adalah berdzikir
kepada Allah di berbagai kesempatan seperti usai shalat, tidur, bangun dari tidur, setiap
makan dan juga saat istirahat. Kedua, membaca Al-Qur’an. Hal ini penting untuk dapat
menuntun kita ke jalan agama Allah ‫ ﷻ‬yakni agama Islam. Membaca Al-Qur’an juga
memberikan kita begitu banyak pahala, meskipun kita tidak memahami kandungan dari ayat-
ayat yang kita baca. Memperbanyak membaca Al-Qur’an juga akan memberikan kita syafaat
kelak di hari kiamat. Bahkan dalam sebuah hadits, Rasulullah Saw bersabda:
‫َخ ْيُر ُك ْم َم ْن َتَع َّلَم اْلُقْر آَن َو َع َّلَم ُه‬
"Sebaik-baiknya orang di antara kalian adalah orang yang belajar Al-Qur’an dan
mengajarkannya".
Ketiga, memberikan petunjuk bagi makhluk Allah ‫ ﷻ‬mengenai agamanya yang benar,
yang dijalankan oleh Rasulullah dan para sahabatnya, yakni agama Islam.

20
Keempat, menyampaikan kebutuhan agama dan dunia kita. Dalam arti belajar dan
melakukan sesuatu keduniaan untuk memenuhi persyaratan peribadatan kita kepada-Nya.
Termasuk soal keduniaan, kita bekerja untuk memperoleh bekal makan sebagai sarana agar
kuat dalam beribadah. Jika lisan tidak digunakan untuk selain empat hal tersebut, maka tidak
ada pilihan lain kecuali diam. Sebab, jika lisan tidak digunakan sesuai dengan tujuan
penciptaannya, maka hal tersebut merupakan bentuk kufur nikmat. Oleh karena itu, marilah
kita gunakan lisan sesuai dengan tujuannya atau lebih baik diam saja. Allah ‫ ﷻ‬pun
berfirman dalam QS Al-Ahzab: 70:
‫ٰٓيَاُّيَها اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنوا اَّتُقوا َهّٰللا َو ُقْو ُلْو ا َقْو اًل َسِد ْيًد ۙا‬
"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian dan berkatalah (dengan) hal-hal baik."
Dalam ayat lain, Allah ‫ ﷻ‬berfirman:
‫َم ا َيْلِفُظ ِم ْن َقْو ٍل ِااَّل َلَد ْيِه َر ِقْيٌب َع ِتْيٌد‬
"Tidak sekali-kali seorang manusia berbicara sepatah kata pun kecuali di sampingnya
terdapat Raqib dan Atid" (QS Qaf: 18). Artinya, jika bukan hal baik yang disampaikan, lebih
baik diam, tidak malah mengatakan hal-hal yang buruk. Sebab, ada dua malaikat yang selalu
siap sedia mencatat segala perkataan kita. Jamaah Jumat sekalian yang dimuliakan Allah
‫ ﷻ‬, Rasulullah Saw bersabda sebagaimana dikutip al-Imam al-Hafidz Jalaluddin
Abdurrahman bin Abi Bakar al-Suyuthi dalam Lubabul Hadits:
‫َم ْن َص َم َت َنَج ا‬
“Siapa yang diam, maka dia selamat.” Syekh al-Alim al-Allamah Muhammad Nawawi bin
Umar al-Bantani menjelaskan hadis tersebut dalam kitab Tanqihul Qaulil Hatsits fi Syarhi
Lubabil Hadits bahwa diam dari bicara, tidak ngomong memang tidak memberikan pahala
terhadap orang tersebut. Akan tetapi, dia dapat selamat dari siksa Allah ‫ﷻ‬. Sebab, dalam
hadits lain yang diriwayatkan oleh Imam Thabrani dari Ibn Umar radliyallahu ‘anhuma,
disabdakan: “Siapa yang banyak bicara, dia banyak salah. Siapa banyak salah, maka banyak
dosanya. Siapa banyak dosanya, tentu neraka lebih utama baginya.” Oleh karena itu, hadirin
jamaah Jumat yang dimuliakan Allah ‫ﷻ‬, Mari kita upayakan untuk tidak perlu banyak
bicara. dalam konteks kekinian, kita tidak perlu banyak mengunggah status di media sosial.
Sebab, Luqman pernah berkata kepada anaknya, bahwa jika bicara merupakan bagian dari
perak, maka diam adalah emas. Artinya, sebagaimana disebutkan Ibnul Mubarak, jika
berbicara dalam ketaatan kepada Allah adalah perak, maka diam dari maksiat kepada Allah
adalah bagian dari emas.

‫ِاَذ ا َم ا اْض ُطِر ْر َت ِاَلى َك ِلَم ٍة * َفَد ْع َها َو َباَب الُّس ُك ْو ِت اْقِص ِد َفَلْو َك اَن ُنْطُقَك‬
‫ِم ْن َفَّض ٍة * َلَك اَن ُس ُك ْو ُتَك ِم ْن َع ْس َجٍد‬
Artinya: "Jika tidak terpaksa untuk bicara sepatah kata, maka tinggalkanlah dan diamlah!.
Jika pun pembicaraanmu merupakan bagian dari perak, maka sungguh diammu itu bagian
dari emas" Jamaah Jumat sekalian, Dalam kitab lain, Syarh Muraqil Ubudiyah ala Matni
Bidayatil Hidayah, Syekh Nawawi menjelaskan bahwa diam mengandung 7.000 kebaikan
yang terangkum dalam tujuh kalimat berikut. 1. Diam adalah ibadah tanpa usaha 2.
Perhiasan tanpa permata 3. Kemuliaan tanpa raja 4. Benteng tanpa penjaga 5. Tidak

21
‫‪butuh alasan manusia 6. Memperoleh kemuliaan malaikat Katibin 7. Tirai aib-aibnya‬‬
‫‪Oleh karena itu, mari kita jaga lisan kita, jaga jari-jemari dan lisan kita untuk menjalankan‬‬
‫‪empat hal yang tadi telah dijabarkan. Jika tidak, maka tahan lisan kita untuk berbicara dan‬‬
‫‪jemari kita dari mengunggah hal-hal buruk di media sosial dengan diam. Demikian khutbah‬‬
‫‪yang saya sampaikan, mudah-mudahan bermanfaat bagi kita semua. Amin‬‬

‫َباَر َك ُهللا ِلْي َو َلُك ْم ِفي اْلُقْر ٰا ِن اْلَعِظ ْيِم َو َنَفَعِني َو ِاَّياُك ْم ِبَم ا ِفْيِه ِم َن اٰاْل َياِت َو‬
‫الِّذ ْك ِر اْلَحِكْيِم َو َتَقَّبَل ِم ِّنْي َو ِم ْنُك ْم ِتاَل َو َتُه ِاَّنُه ُهَو الَّس ِم ْيُع اْلَعِلْيُم ‪َ .‬و َأْسَتْغ ِفُر‬
‫َهللا اْلَعِظ ْيَم ِلْي َو َلُك ْم َو ِلَس اِئِر اْلُم ْس ِلِم ْيَن َو اْلُم ْس ِلَم اِت َفَيا َفْو َز اْلُم ْسَتْغ ِفِرْيَن َو‬
‫َيا َنَج اَة الَّتاِئِبْيَن‬
‫‪Khutbah II‬‬
‫َاْلَح ْم ُد ِهلل اْلَم َّناِن ‪َ .‬و الَّص اَل ُة َو الَّس اَل ُم َع ٰل ى ُمَح َّم ٍد َس ِّيِد َو َلِد َع ْد َناَن ‪َ .‬و َع ٰل ى‬
‫ٰا ِلِه َو َأْص َح اِبِه َو َتاِبِع ِهْم ِاٰل ى ٰأ ِخ ِر الَّز َم اِن ‪َ .‬أْش َهُد َاْن اَل ِاٰل َه ِااَّل ُهللا الَّر ِح ْيُم‬
‫الَّرْح ٰم ُن َو َأْش َهُد َاَّن َس ِّيَد َنا َو َح ِبْيَبَنا ُمَح َّم ًد ا اَّلِذ ْي ُأْنِزَل َع لْيِه اْلُقْر ٰا ُن ‪َ .‬أَّم ا َبْعُد ‪.‬‬
‫َفَياَأُّيَها الَّناُس ُأْو ِص ْيُك ْم َو َنْفِس ْي ِبَتْقَو ى ِهللا َفَقْد َفاَز اْلُم َّتُقْو َن ‪َ .‬فَقاَل ُهللا َتَع اَلى‬
‫ِاَّن َهللا َو َم اَل ِئَكَتُه ُيَص ُّلْو َن َع َلى الَّنِبِّي ٰي َأُّيَها اَّلِذ ْيَن ٰأ َم ُنْو ا َص ُّلْو ا َع َلْيِه َو َس ِّلُم ْو ا‬
‫َتْس ِلْيًم ا‪َ .‬الّٰل ُهَّم َص ِّل َو َس ِّلْم َع ٰل ى َس ِّيِد َنا ُمَح َّم ٍد َو َع ٰل ى ٰأ ِل َس ِّيِد َنا ُمَحَّم ٍد َك َم ا‬
‫َص َّلْيَت َع ٰل ى َس ِّيِد َنا ِاْبَر اِهْيَم َو َباِرْك َع ٰل ى َس ِّيِد َنا ُمَح َّم ٍد َو َع ٰل ى ٰا ِل َس ِّيِد َنا‬
‫ُمَح َّم ٍد َك َم ا َباَر ْك َت َع ٰل ى َس ِّيِد َنا ِاْبَر اِهْيَم َو َع ٰل ى ٰا ِل َس ِّيِد َنا ِاْبَر اِهْيَم ْفي اْلَع اَلِم ْيَن‬
‫ِاَّنَك َح ِم ْيٌد َم ِج ْيٌد ‪َ .‬الّٰل ُهَّم َو اْر َض َع ِن اْلُخَلَفاِء الَّراِش ِد ْيَن َو َع ِن الِّس َّتِة اْلُم َتِّمِم ْيَن‬
‫ِلْلَع َش َرِة اْلِكَر اِم ‪َ .‬و َع ْن َاْص َح اِب َنِبِّيَك َاْج َم ِع ْيَن ‪َ .‬و الَّتاِبِع ْبَن َو َتاِبِع الَّتاِبِع ْيَن َو‬
‫ّٰل‬
‫َتاِبِع ِهْم ِاٰل ى َيْو ِم الِّدْيِن ‪َ .‬ال ُهَّم اْغ ِفْر ِلْلُم ْس ِلِم ْيَن َو اْلُم ْس ِلَم اِت َو اْلُم ْؤ ِمِنْيَن َو‬
‫اْلُم ْؤ ِم َناِت‪َ .‬الّٰل ُهَّم اْدَفْع َع َّنا اْلَغ اَل َء َو اْلَو َباَء َو الَّطاُع ْو َن َو اَاْلْمَر اَض َو اْلِفَتَن‬
‫َم ا اَل َيْدَفُعُه َغْيُرَك َع ْن َبَلِد َنا ِاْنُد ْو ِنْيِس َّيا ٰه َذ ا َخ اَّص ًة َو َع ْن َس اِئِر ِباَل ِد‬
‫اْلُم ْس ِلِم ْيَن َع اَّم ًة َيا َر َّب اْلَع اَلِم ْيَن ‪َ .‬ر َّبَنا ٰا ِتَنا ِفي الُّد ْنَيا َح َس َنًة َو ِفي اٰاْل ِخ َرِة‬
‫َحَس َنًة َو ِقَنا َع َذ اَب الَّناِر‪ِ .‬ع َباَد ِهللا ِاَّن َهللا َيْأُم ُر ِباْلَع ْد ِل َو اِاْل ْح َس اِن َو َيْنَهى‬
‫َع ِن اْلَفْح َش اِء َو اْلُم ْنَك ِر‪َ .‬يِع ُظُك ْم َلَع َّلُك ْم َتَذَّك ُرْو َن ‪َ .‬فاْذ ُك ُروا َهللا اْلَعِظ ْيَم َيْذ ُك ْر ُك ْم ‪.‬‬
‫َو اْشُك ُرْو ُه َع ٰل ى ِنَعِمِه َيِزْد ُك ْم ‪َ .‬و َلِذ ْك ُر ِهللا َاْك َبُر‬

‫‪22‬‬
Khutbah Jumat Bahasa Jawa: Hakikate Kalimat Tauhid
Khutbah I:

‫ وأشهُد أن ال‬،‫الحمُد هلل حمًد ا كثيًرا طيًبا ُم باَر ًك ا فيه كما ُيحُّب رُّبنا ويرَض ى‬
،‫إله إال هللا وحَد ه ال شريَك َلُه َع ِظ يٌم في ُرُبوبَّيته َو ُأًلوِهَّيِتِه َو َأْس َم اِئِه َو ِص َفاِتِه‬
‫ وأشهُد أن محمًد ا عبُد ه ورسوُله الّلُهَّم َص ِّل و‬،‫َح كيٌم في َم َقاِد يِرِه َو َأْح َك اِمِه‬
‫ َو الَّتاِبِع يَن َلُهْم بإْح ِس اٍن‬،‫ وَع َلى آِلِه َو َأْص َح اِبِه‬، ‫َس ِّلْم َو باِرْك َع َلى َس ِّيِد نا ُمَح ّمٍد‬
‫ِإَلى َيْو ِم ِلَقاِئِه‬

// ‫أما بعد َفَيا ِع َباَد ِهللا ُأْو ِص ْيُك ْم َو َنْفِس ْي ِبَتْقَو ى ِهللا َو َتَز َّو ُد ْو ا َفِإَّن َخ ْيَر الَّز اِد‬
‫ َيا َأُّيَها اَّلِذ ْيَن آَم ُنْو ا اَّتُقوا َهللا َو ُقْو ُلْو ا َقْو اًل‬: ‫الَّتْقَو ى َفَقاَل ُهللا َع َّز ِم ْن َقاِئٍل‬
‫َسِد ْيًد ا ُيْص ِلْح َلُك ْم َأْع َم اَلُك ْم َو َيْغ ِفْر َلُك ْم ُذ ُنْو َبُك ْم َو َم ْن ُيِط ِع َهللا َو َر ُسْو َلُه َفَقْد َفاَز‬
‫َفْو ًز ا َع ِظ ْيًم ا‬

Jamaah Jumat Rahimakumullah.


Monggo kito sareng-sareng takwo dumateng Gusti Allah kanthi ngelampahi sedoyo
perintahipun lan nebihi sedoyo awisan-awisanipun. Menopo malih, ketakwaan meniko kedah
dipun tingkataken sehinggo kito dipun golongaken tiyang ingkang muttaqin, inggih puniko
tiyang ingkang kerso takwo dumateng Gusti Allah. Kranten sejatine tiyang ingkang paling
mulyo menggahipun Allah inggih tiyang ingkang kerso takwo.

Gusti Allah dawuh:

‫َذ َك ٍر َّو ُاْنٰث ى َو َج َع ْلٰن ُك ْم ُش ُعْو ًبا َّو َقَبۤا ِٕىَل ِلَتَع اَر ُفْو اۚ ِاَّن‬ ‫ٰٓيَاُّيَها الَّناُس ِاَّنا َخ َلْقٰن ُك ْم ِّم ْن‬
ٌ‫َهّٰللا َع ِلْي ٌم َخ ِبْير‬ ‫َاْك َر َم ُك ْم ِع ْنَد ِهّٰللا َاْتٰق ىُك ْم ۗ ِاَّن‬
Artosipun: Hai poro menungso! Saktemene ingsun wis nyiptaaken siro kabeh saking
golongan lanang lan wadon, lan ndadekno siro kabeh pantan-pantan lan kabilah (kumpulan)
supoyo podo ngenal. Saktemene sak apik-apike siro kabeh mungguhe Gusti Allah yoiku wong
kang paling takwo. Saktemene Allah dzat kang ngaweruhi tur waspodo. (QS: Al- Hujurat, 13)

23
Hadirin Jamaah Jumat Ingkang Minulyo.
Monggo kito tansah syukur dumateng Gusti Allah ingkang sampun ndadosaken kito sedoyo
kalebet tiyang-tiyang ingkang ngawulo dumateng Gusti Allah kelawan ngamalaken
kalimat tauhid “La ilaha illallah” lahir batin. Gusti Allah dawuh:

‫َو اَل َيْمِلُك اَّلِذ يَن َيْدُع وَن ِم ن ُد وِنِه الَّش َفاَع َة ِإاَّل َم ن َش ِهَد ِباْلَح ِّق َو ُهْم َيْع َلُم وَن‬
Artosipun: Lan sesembahan-sesembahan kang podo disembah sakliyane Gusti Allah Ta’ala
iku ora biso aweh pitulungan (syafaat), ananging kang biso aweh pitulungan ya iku wong
kang ngakoni kelawan kang haq (kalimat Tauhid) lan podo yakin. (QS, Al-Zukhruf: 86)

Sahabat Ibnu Abbas paring pepertelan bilih kalimat “bil Haqqi” wonten ayat niki inggih
meniko “bi La ilaha illallah mukhlison biha”, yoiku, wong kang nyekseni kalimat La ilaha
illallah ing lebete manah kanti ikhlas.

Ayat meniko ugi nuduhaken hakekatipun kalimat La ilaha illallah, bilih mboten wonten
sesembahan ingkang patut dipun sembah kejawi namung Gusti Allah. Tegese, namung
dumateng Gusti Allah kito sedoyo ngelampahi amal ibadah. Mboten wonten kumrentek babar
pisan wonten lebetipun manah saklintunipun Gusti Allah. Sedoyo dipun niati lan lampahi
namung dumateng Gusti Allah.

Hadirin Jamaah Jumat Rahimakumulloh.

Kedah kito mangertosi bilih kalimat La ilaha illa Allah meniko sak sae-saenipun dzikir lan
ugi sak utami-utami ilmu kados dawuhipun Rasulullah riwayat Jabir bin Abdillah:

‫َأْفَض ُل الِّذ ْك ِر اَل ِالَه ِااَّل ُهللا َو َأْفَض ُل الُّد َع اِء َاْلَحْم ُد ِهلل‬
Artosipun: Sak utama-utamane dzikir iku Laa ilaaha illa Allah , lan sak utama-utamane
dungo iku Alhamdulillah. (HR. Tirmidzii, Al-Nasai, Ibn Majah)

Kalimat Laa ilaaha illa Allah dipun wastani dzikir ingkang paling utami, keranten kalimat
meniko nuduhaken paneksen (kesaksian) lan tumacepe kalimat Allah wonten lebete manah,
ugi nolak sedoyo sesembahan kejobo Gusti Allah. Kalimat La ilaaha illa Allah saget minggah
piyambak tumuju Arsy tanpo bantuanipun Malaikat. Kados ingkang dipun dawuhaken dening
Gusti Allah Ta’ala:

‫َم ْن َك اَن ُيِريُد اْلِع َّز َة َفِلَّلِه اْلِع َّزُة َج ِم يًعاۚ ِإَلْيِه َيْص َع ُد اْلَك ِلُم الَّطِّيُب َو اْلَع َم ُل‬
‫ۚ الَّصاِلُح َيْر َفُعُه‬
Artosipun: Sopo wonge kepingin kamulyan mongko saktemene sekabehane kamulyan iku
kagungane Gusti Allah. Marang ngersane Gusti Allah ucapan kang bagus iku munggah lan
amal-amal sholeh iku diangkat (QS Al-Fatir: 10)

24
‫‪Wonten tafsir Tabari dipun sebataken bilih, “al-Kalim Al-Thoyyibu” utawi ucapan kang‬‬
‫‪bagus wonten ayat meniko maksudipun inggih kalimat Laa ilaaha illa Allah. Setunggale‬‬
‫‪pendapat negesaken kelawan kalimat Subhanallah wal hamdulillah wa la ilaha illallah‬‬
‫‪wallahu Akbar. Wonten malih ucapan bagus meniko maksudipun ucapan sae ingkang dipun‬‬
‫‪ridoni Gusti Allah.‬‬

‫‪Mugi-mugi kito sedoyo pinaringan istiqamah anggenipun ngawulo, lan nancepake kalimat‬‬
‫‪thoyibah ing lebete manah sehinggo kito kalebet min ahli La ilaha illa Allah.‬‬

‫ﺃﻋﻮﺫ ﺑﺎﻪﻠﻟ ﻣﻦ ﺍﻟﺸﻴﻄﺎﻥ ﺍﻟﺮﺟﻴﻢ ‪ :‬ﺑﺴﻢ ﻪﻠﻟﺍ ﺍﻟﺮﺣﻤﻦ ﺍﻟﺮﺣﻴﻢ َم ن َك اَن ُيِر يُد‬
‫اْلِع َّز َة َفِلَّلِه اْلِع َّزُة َج ِم يًعاۚ ِإَلْيِه َيْص َع ُد اْلَك ِلُم الَّطِّيُب َو اْلَع َم ُل الَّصاِلُح َيْر َفُعُهۚ ‬
‫َو اَّلِذ يَن َيْم ُك ُروَن الَّسِّيَئاِت َلُهْم َع َذ اٌب َش ِد يٌد ۖ َو َم ْك ُر ُأوَٰل ِئَك ُهَو َيُبوُر‬

‫َباَر َك ُهللا ِلى َو َلُك ْم ِفى اْلُقْر آِن اْلَعِظ ْيِم ‪َ .‬و َنَفَعِنْى َو ِاَّياُك ْم ِبَم ا ِفْيِه ِم َن اآْل يَاِت‬
‫َو الِّذ ْك ِر اْلَح ِكْيم‪َ .‬و َتَقَّبَل ُهللا ِم ِّنى َو ِم ْنُك ْم ِتاَل َو َتُه ِاَّنُه ُهَو الَّس ِم ْيُع اْلَعِلْيم‪َ .‬أُقْو ُل‬
‫َقْو ِلي هَذ ا َو اْسَتْغ ِفُر َهللا الَغ ِظ ْيَم ِلْي َو َلُك ْم َو ِلَس اِئِر اْلُم ْس ِلِم ْيَن َو اْلُم ْس ِلَم اِت‬
‫َو اْلُم ْؤ ِمِنْيَن َو اْلُم ْؤ ِم َنات‪َ ،‬فاْسَتْغ ِفُرْو ُه ‪ِ ،‬اَّنُه ُهَو اْلَغ ُفْو ُر الَّر ِح ْيم‬

‫‪Khutbah II‬‬

‫َاْلَح ْم ُد ِهَّلِل َحْم ًد ا َك ِثْيًرا َك َم ا َأَم ْر ‪َ .‬أْش َهُد َأْن َال ِإَلَه ِإَّال ُهللا َو ْح َد ُه َال‬
‫َش ِر ْيَك َلُه ِإْر َغ امًا ِلَم ْن َج َح َد ِبِه َو َك َفْر ‪َ .‬و َأْش َهُد َأَّن َس ِّيَد َنا ُمَح َّم دًا َع ْبُد ُه‬
‫َو َر ُسْو ُلُه َس ِّيُد الَخ َالِئِق َو اْلَبَش ْر ‪َ .‬الَّلُهَّم َص ِّل َو َس ِّلْم َع َلى َس ِّيِد َنا َو َم ْو َالَنا‬
‫ُمَح َّم ٍد َو َع َلى آِلِه وَأْص َح اِبِه َو َم ْن َتِبَع ُهْم ِإَلى َيْو ِم الدين‬

‫َأَّم ا َبْعُد َفيَا َاُّيَها الَّناُس ِاَّتُقوا َهللا ِفْيَم ا َأَم َر َو اْنَتُهْو ا َع َّم ا َنَهى َو اْع َلُم ْو ا َأَّن َهللا‬
‫َأَم َر ُك ْم ِبَأْم ٍر َبَد َأ ِفْيِه ِبَنْفِس ِه َو َثـَنى ِبَم آل ِئَك ِتِه ِبُقْد ِس ِه َو َقاَل َتعَاَلى ِإَّن َهللا‬
‫َو َم آلِئَكَتُه ُيَص ُّلْو َن َع لَى الَّنِبى يآ َاُّيَها اَّلِذ ْيَن آَم ُنْو ا َص ُّلْو ا َع َلْيِه َو َس ِّلُم ْو ا َتْس ِلْيًم ا‪.‬‬
‫اللُهَّم َص ِّل َع َلى َس ِّيِد َنا ُمَح َّم ٍد َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس ِّلْم َو َع َلى آِل َس ِّيِد نَا ُمَح َّم ٍد‬
‫َو َع َلى َاْنِبيآِئَك َو ُرُس ِلَك َو َم آلِئَك ِة ْالُم َقَّر ِبْيَن َو اْر َض الّلُهَّم َع ِن ْالُخَلَفاِء‬
‫الَّراِش ِد ْيَن َأِبى َبْك ٍر َو ُع َم ر َو ُع ْثَم ان َو َع ِلى َو َع ْن َبِقَّيِة الَّص َح اَبِة َو الَّتاِبِع ْيَن‬
‫َو َتاِبِع ي الَّتاِبِع ْيَن َلُهْم ِبِاْح َس اٍن ِاَلى َيْو ِم الِّدْيِن َو اْر َض َع َّنا َم َع ُهْم ِبَر ْح َم ِتَك َيا‬
‫َأْر َح َم الَّراِح ِم ْيَن‬

‫‪25‬‬
‫َاللُهَّم اْغ ِفْر ِلْلُم ْؤ ِمِنْيَن َو ْالُم ْؤ ِم َناِت َو ْالُم ْس ِلِم ْيَن َو ْالُم ْس ِلَم اِت َاَالْح يآُء ِم ْنُهْم‬
‫َو ْاَالْم َو اِت اللُهَّم َأِع َّز ْاِإل ْس َالَم َو ْالُم ْس ِلِم ْيَن َو َأِذ َّل الِّش ْر َك َو ْالُم ْش ِرِكْيَن َو اْنُصْر‬
‫ِع َباَدَك ْالُمَو ِّح ِد َّيَة َو اْنُصْر َم ْن َنَص َر الِّدْيَن َو اْخ ُذ ْل َم ْن َخ َذ َل ْالُم ْس ِلِم ْيَن َو َد ِّم ْر‬
‫َأْع َد اَء الِّدْيِن َو اْع ِل َك ِلَم اِتَك ِإَلى َيْو َم الِّدْيِن ‪ .‬اللُهَّم اْدَفْع َع َّنا ْالَبَالَء َو ْالَو َباَء‬
‫َو الَّز َالِزَل َو ْالِمَح َن َو ُسْو َء ْالِفْتَنِة َو ْالِمَح َن َم ا َظَهَر ِم ْنَها َو َم ا َبَطَن َع ْن َبَلِد َنا‬
‫ِاْنُد وِنْيِس َّيا خآَّص ًة َو َس اِئِر ْالُبْلَد اِن ْالُم ْس ِلِم ْيَن عآَّم ًة َيا َر َّب ْالَع اَلِم ْيَن ‪َ .‬ر َّبَنا آِتنَا‬
‫ِفى الُّد ْنَيا َحَس َنًة َو ِفى ْاآلِخ َرِة َحَس َنًة َو ِقَنا َع َذ اَب الَّناِر‬
‫ْأ‬
‫ِع َباَد ِهللا ! ِإَّن َهللا َي ُم ُر ِبْالَع ْد ِل َو ْاِإل ْح َس اِن َو ِإْيتآِء ِذ ي ْالُقْر بَى َو َيْنَهى َع ِن‬
‫ْالَفْح شآِء َو ْالُم ْنَك ِر َو ْالَبْغ ي َيِع ُظُك ْم َلَع َّلُك ْم َتَذَّك ُرْو َن َو اْذ ُك ُروا َهللا ْالَعِظ ْيَم َيْذ ُك ْر ُك ْم‬
‫َو اْشُك ُرْو ُه َع لَى ِنَعِمِه َيِزْد ُك ْم َو َلِذ ْك ُر ِهللا َأْك َبْر‬

‫‪26‬‬
Khutbah Jumat Bahasa Jawa: Peristiwa Penting Ing Wulan Dzulqa'dah
Khutbah I:

‫ َفَهدى اْلَقْلَب اْلَح اِئَر ِاَلى‬، ‫ َو َنَّقى الَّس َر اِئَر‬، ‫َاْلَح ْم ُد ِهلل اَّلِذ ي َأْص َلَح الَّض َم اِئَر‬
‫ َأْش َهُد َأْن اَل ِالَه ِإاَّل ُهللا َو ْح َد ُه اَل َش ِرْيَك َلُه َر ُّب اْلِع َّز ة‬، ‫َطِرْيِق َأْو َلى اْلَبَص اِئَر‬
‫ اللهم‬، ‫ َو َأْش َهُد َأَّن ُمَح َّم ًد ا َع ْبُد ُه َو َر ُسْو ُله َنِبُّي اْلُم ْص َطَفى اْلَفِقْير‬، ‫َو اْلَبِص ْيِر‬
‫َص ِّل َو َس ِّلْم َو َباِرْك َع َلى َس ِّيِد َنا ُم حَّم ٍد َخ اَتِم اَأْلْنِبَياِء َو اْلُم ْر َسِلْيَن َو َع لى آِلِه‬
‫وَأْص َح اِبِه َأْج َم ِع ْيَن‬

‫َاَّم ا َبْعُد َفيَا َاُّيهَا اْلَح اِض ُرْو َن اَّتُقوا َهَّللا َح َّق ُتَقاِتِه َو ال َتُم وُتَّن ِإَّال َو َأْنُتْم ُم ْس ِلُم وَن‬
،‫َفَقاَل َتعَالَى ِفى اْلُقْر َاِن اْلَك ِرْيِم َياَأُّيَها اَّلِذ يَن آَم ُنوا اَّتُقوا َهَّللا َو ُقوُلوا َقْو ال َسِد يًد ا‬
‫ُيْص ِلْح َلُك ْم َأْع َم اَلُك ْم َو َيْغ ِفْر َلُك ْم ُذ ُنوَبُك ْم َو َم ْن ُيِط ِع َهَّللا َو َر ُسوَلُه َفَقْد َفاَز َفْو ًز ا‬
‫َع ِظ يًم ا‬
Jamaah Jumat rahimakumullah.

Monggo kito sami ningkataken takwo lan taat dumateng Allah, wonten ing panggenan pundi
kemawon kawontenan, rame utawi sepi, terang-terangan utawi rahasia, kanti tansah
nindakaken sedoyo perintah lan nebihi sedoyo awisanipun, supados kita tansah pikantuk
rahmat lan kabegjan saking ngerso Gusti Allah.

Kedah kito mangertosi bilih Gusti Allah paring kamulyan arupi iman lan akal dateng
menungso supados unggul ketimbang makhluk lintune. Ugi panggenan lan wekdal ingkang
dipun lampahi menungso nggadah kautaman ketimbang makhluk lintu. Antawisipun wekdal
ingkang nggadahi kautaman nggih meniko wulan dzul qa’dah.

Gusti Allah dawuh wonten surat Isra’ ayat 70:

‫َو َلَقْد َك َّر ْم َنا َبِني آَد َم َو َح َم ْلَناُهْم ِفي اْلَبِّر َو اْلَبْح ِر َو َر َز ْقَناُهم ِّم َن الَّطِّيَباِت‬
‫َو َفَّض ْلَناُهْم َع َلٰى َك ِثيٍر ِّمَّم ْن َخ َلْقَنا َتْفِض ياًل‬
Artosipun: Lan temen wis ingsun mulyaaken anak putu Adam lan ingsun angkut ono ing
daratan lan laut, lan ingsun wis paring rezeki saking bahan kang sae, lan ingsun unggulake
ngungkuli makhluk lintune kelawan keunggulan tenanan.

27
Hadirin Jamaah Jumat ingkang Bahagio

Ayat meniko miturut sebagian ahli tafsir dipun jelasaken bilih Gusti Allah sampun paring
kamulyan dateng menungso (tedak turune Nabi Adam), nggih meniko golongane menungso
ingkang pinaringan kedadiyan ingkang sae; fisik, akal, manah, hinggo pikantuk ilmu
pengetahuan katah.

Lajeng menungso dipun angkat wonten darat lan laut kelawan nitih kendaraan kados unto,
jaran, kapal lan sakpitungggalane. Lan Gusti Allah paring rezeki saking bahan utawi sumber
ingkang sae kados daharan lan inuman ingkang rupo lan jenise katah; legi, kecut, seger, lezat.
Lan Gusti Allah paring kautaman kagem menungso tenimbang makhluk lintu wonten alam
dunyo meniko.

Gusti Allah dawuh wonten surat at-Taubah, 36:

‫ِإَّن ِع َّدَة الُّش ُهوِر ِع ْنَد ِهَّللا اْثَنا َع َش َر َش ْهًرا ِفي ِكَتاِب ِهَّللا َيْو َم َخ َلَق الَّس َم اَو اِت‬
‫َو اَأْلْر َض ِم ْنَها َأْر َبَع ٌة ُحُر ٌم‬
Artosipun: Saktemene wilangan wulan mungguhe Gusti Allah iku rolas wulan, miturut
pepestene Gusti Allah nalikane nyiptaaken langit lan bumi, ing antawisipun wonten sekawan
wulan ingkang dimulyaaken.

Setunggale hadits Sahih Bukhari riwayat Abi Bakrah mertelaaken sekawan wulan ingkang
mulyo:

‫َع ْن َأِبي َبْك َر َة َع ْن الَّنِبِّي َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َقاَل ِإَّن الَّز َم اَن َقْد اْسَتَد اَر‬
‫َك َهْيَئِتِه َيْو َم َخ َلَق ُهَّللا الَّس َم َو اِت َو اَأْلْر َض الَّس َنُة اْثَنا َع َش َر َش ْهًرا ِم ْنَها َأْر َبَع ٌة‬
‫ُحُر ٌم َثاَل ٌث ُم َتَو اِلَياٌت ُذ و اْلَقْع َد ِة َو ُذ و اْلِح َّج ِة َو اْلُمَح َّر ُم َو َرَج ُب ُمَض َر اَّلِذ ي‬
‫َبْيَن ُج َم اَد ى َو َش ْع َباَن‬
Artosipun: Riwayat saking Abi Bakrah saking Kanjeng Nabi, saktemene zaman iku muter
koyok dene bentuk awale nalika Gusti Allah nyiptaaken langit lan bumi. Setahun iku ono
rolas wulan, antawisipun ono sekawan wulan mulyo, telung wulane jejer urut, yakni
Dzulqa’dah, Dzul hijjah, Muharram, lajeng setunggal wulan ingkang kepisah, wulan Rajab
(mudor) ingkang dumawah antawisipun Jumadil Akhir lan Sya’ban.

Hadirin Jamaah Jumat Ingkang Minulyo

Sakmeniko kito wonten ing lebete wulan Dzulqa’dah, setunggale wulan ingkang kecatet
mulyo lan dados wulan persiapan tumuju maring wulan haji (dzul hijjah). Menopo wulan
meniko dipun wastani mulyo? Kranten ing wulan meniko umat Islam sedoyo sami ninggal
perang lan khusuk ibadah marang Allah.

Dzul qa’dah saget diwastani dzul qu’ud artose tiyang ingkang lungguh

28
ninggalaken perang keranten sami bade ketungkul ibadah, nggih meniko ibadah haji. Pramilo
dipun susul kaliyan wulan dzul hijjah. Gusti Allah paring dawuh ing surat Al-Baqarah ayat
197:

‫َاْلَح ُّج َاْش ُهٌر َّم ْع ُلْو ٰم ٌت‬


Artosipun: Musim haji iku ono ing wulan kang dimaklumi (ditentuaken)

Setunggale peristiwa ing lebete wulan dzul qa’dah, nggih meniko Kanjeng Nabi
ngelampahi umroh ngantos kaping sekawan. Meniko hadits saking Sahih Bukhari ingkang
dipun riwayataken Sahabat Anas bin Malik:

‫ ِإاَّل‬،‫ ُك َّلُهَّن ِفي ِذ ي الَقْع َد ِة‬، ‫اْع َتَم َر َر ُسوُل ِهَّللا صلى هللا عليه وسلم َأْر َبَع ُع َم ٍر‬
‫ َو ُع ْمَر ًة ِم َن الَع اِم‬،‫ ُع ْمَر ًة ِم َن الُحَد ْيِبَيِة ِفي ِذ ي الَقْع َد ِة‬،‫اَّلِتي َك اَنْت َم َع َح َّج ِتِه‬
‫ َح ْيُث َقَس َم َغَناِئَم ُحَنْيٍن ِفي ِذ ي‬،‫ َو ُع ْمَر ًة ِم َن الِج ْع َر اَنِة‬،‫الُم ْقِبِل ِفي ِذ ي الَقْع َد ِة‬
)‫ َو ُع ْمَر ًة َم َع َح َّج ِتِه (رواه البخاري‬، ‫الَقْع َد ِة‬

Artosipun: Rasulullah umroh kaping sekawan, sedoyo wonten lebete Dzulqa’dah kejobo
umroh ingkang dilaksanaaken sareng haji; rinciane yoiku setunggal umrah saking
Hudaibiyyah, setunggal umroh wonten tahun ngejengipun, setunggal umroh saking Ji’ronah
nalika mbagi rampasan perang Hunain, setunggal maleh umroh sareng haji (HR al-
Bukhari).

Hadirin Ingkang Sami Minulyo

Keterangan saking Al-Quran hadits wonten inggil meniko nuduhaken dateng kito sedoyo
supados nyalap perkawis dunyo sekedap tumuju ibadah marang Allah, keranten wulan dzul
qa’dah kecatet wekdal ingkang mulyo. Ampon ngantos kito sia-siaaken.

Monggo kito tingkataken amal ibadah kito sedoyo kanti tenanan. Khususe kagem tiyang
ingkang tindak haji, wulan meniko sae sanget dipun isi kaliyan umroh sak katah-katahe.
Kranten Kanjeng sampun paring contoh umroh wonten wulan dzul qa’dah.

Lajeng kagem tiyang ingkang dereng angsal rezeki tindak haji, wulan dzul qa’dah saget dipun
isi kaliyan tindak lampah sae, nebihi maksiat, ibadah kanti tekun lan ndedungo marang Gusti
Allah supados pinaringan rezeki saget sowan dateng Baitullah. Mugi-mugi kito sedoyo
pikantok rahmat lan pengapuro saking Gusti Allah lan diparingi gangsar, sabar anggenipun
ngelampahi pagesangan wonten dunyo. Amiin.

‫َباَر َك ُهللا ِلْي َو َلُك ْم ِفي اْلُقْر ٰا ِن اْلَعِظ ْيِم َو َنَفَعِنْي وِإَّياُك ْم ِبَم ا ِفْيِه ِم َن اٰاْل َياِت‬
‫ َو َأْسَتْغ ِفُر َهللا‬. ‫َو الِّذ ْك ِر اْلَح ِكْيِم َو َتَقَّبَل ِم ِّنْي َو ِم ْنُك ْم ِتاَل َو َتُه ِإَّنُه ُهَو الَّس ِم ْيُع اْلَعِلْيُم‬
‫اْلَعِظ ْيَم ِلْي َو َلُك ْم َو ِلَس اِئِر اْلُم ْس ِلِم ْيَن َو اْلُم ْس ِلَم اِت َفَيا َفْو َز اْلُم ْسَتْغ ِفِرْيَن َو َيا َنَج اَة‬
‫الَّتاِئِبْيَن‬
29
‫‪Khutbah II:‬‬

‫َاْلَح ْم ُد ِهّٰلِل اَّلِذ ْي َأْنَع َم َنا ِبِنْع َم ِة اِإْل ْيَم اِن َو اِإْل ْس اَل ِم ‪َ .‬و الَّص اَل ُة َو الَّس اَل ُم َع ٰل ى‬
‫َس ِّيِد َنا ُمَح َّم ٍد َخ ْيِر اَأْلَناِم ‪َ .‬و َع ٰل ى ٰا ِلِه َو َأْص َح اِبِه اْلِكَر اِم ‪َ .‬أْش َهُد َأْن اَل ِإٰل َه ِإاَّل ُهللا‬
‫اْلَم ِلُك اْلُقُّد ْو ُس الَّس اَل ُم َو َأْش َهُد َأَّن َس ِّيَد َنا َو َح ِبْيَبَنا ُمَح َّم ًد ا َع ْبُد ُه َو َر ُسْو ُلُه‬
‫َص اِح ُب الَّش َرِف َو اِاْل ْح ِتَر اِم‬

‫َأَّم ا َبْعُد ‪َ :‬فَياَأُّيَها الَّناُس ُأْو ِص ْيُك ْم َو َنْفِس ْي ِبَتْقَو ى ِهللا َفَقْد َفاَز اْلُم َّتُقْو َن ‪َ .‬فَقاَل ُهللا‬
‫َتَع اَلى ِإَّن َهللا َو َم اَل ِئَكَتُه ُيَص ُّلْو َن َع َلى الَّنِبِّي ٰي َأُّيَها اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْو ا َص ُّلْو ا َع َلْيِه َو‬
‫َس ِّلُم ْو ا َتْس ِلْيًم ا‪َ .‬الّٰل ُهَّم َص ِّل َو َس ِّلْم َع ٰل ى َس ِّيِد َنا ُمَح َّم ٍد َو َع ٰل ى ٰا ِل َس ِّيِد َنا ُمَح َّم ٍد‬
‫َك َم ا َص َّلْيَت َع ٰل ى َس ِّيِد َنا ِإْبَر اِهْيَم َو َباِرْك َع ٰل ى َس ِّيِد َنا ُمَح َّم ٍد َو َع ٰل ى ٰا ِل َس ِّيِد َنا‬
‫ُمَح َّم ٍد َك َم ا َباَر ْك َت َع ٰل ى َس ِّيِد َنا ِإْبَر اِهْيَم َو َع ٰل ى ٰا ِل َس ِّيِد َناِإْبَر اِهْيَم ِفي اْلَع اَلِم ْيَن‬
‫ِإَّنَك َح ِم ْيٌد َم ِج ْيٌد ‪َ .‬الّٰل ُهَّم َو اْر َض َع ِن اْلُخَلَفاِء الَّراِش ِد ْيَن ‪َ .‬و َع ْن َأْص َح اِب َنِبِّيَك‬
‫‪َ.‬أْج َم ِع ْيَن ‪َ .‬و الَّتاِبِع ْبَن َو َتاِبِع الَّتاِبِع ْيَن َو َتاِبِع ِهْم ِإٰل ى َيْو ِم الِّدْيِن‬

‫َالّٰل ُهَّم اْغ ِفْر ِلْلُم ْس ِلِم ْيَن َو اْلُم ْس ِلَم اِت َو اْلُم ْؤ ِمِنْيَن َو اْلُم ْؤ ِم َناِت‪َ .‬الّٰل ُهَّم اْدَفْع َع َّنا‬
‫اْلَغ اَل َء َو اْلَو َباَء َو الَّطاُع ْو َن َو اَأْلْمَر اَض َو اْلِفَتَن َم ا اَل َيْدَفُعُه َغْيُرَك َع ْن َبَلِد َنا‬
‫ٰهَذ ا ِإْنُد ْو ِنْيِس َّيا َخ اَّص ًة َو َع ْن َس اِئِر ِباَل ِد اْلُم ْس ِلِم ْيَن َع اَّم ًة َيا َر َّب اْلَع اَلِم ْيَن ‪َ .‬ر َّبَنا‬
‫ٰا ِتَنا ِفي الُّد ْنَيا َحَس َنًة َو ِفي اٰاْل ِخ َرِة َح َس َنًة َو ِقَنا َع َذ اَب الَّناِر‪ِ .‬ع َباَد ِهللا ِاَّن َهللا‬
‫َيْأُم ُر ِباْلَع ْد ِل َو اِاْل ْح َس اِن َو َيْنَهى َع ِن اْلَفْح َش اِء َو اْلُم ْنَك ِر‪َ .‬يِع ُظُك ْم َلَع َّلُك ْم‬
‫َتَذَّك ُرْو َن ‪َ .‬فاْذ ُك ُروا َهللا اْلَعِظ ْيَم َيْذ ُك ْر ُك ْم ‪َ .‬و اْشُك ُرْو ُه َع ٰل ى ِنَعِمِه َيِزْد ُك ْم ‪َ .‬و َلِذ ْك ُر‬
‫ِهللا َاْك َبُر‬

‫‪30‬‬
Khutbah Jumat Bahasa Jawa: Gusti Allah Nyertani Tiyang Ingkang Sabar
Khutbah: I

‫ َأْش َهُد َأْن اَل‬، ‫ َو َأْفَهَم َنا ِبَش ِرْيَعِة الَّنِبّي الَك ريِم‬، ‫ْالَح ْم ُد ِهلل اّلذي َهَد اَنا ُسُبَل الّس َالِم‬
‫ َو َأْش َهُد َأّن َس ِّيَد َنا َو َنِبَّيَنا‬،‫ ُذ و ْالَج الِل َو اإلْك رام‬،‫ِاَلَه ِإاَّل هللا َو ْح َد ُه ال َش ِريك َله‬
‫ الّلُهَّم َص ِّل و َس ِّلْم َو باِرْك َع َلى َس ِّيِد نا ُمَح ّمٍد َو َع َلى‬،‫ُمَح َّم ًد ا َع ْبُد ُه َو َر سوُله‬
‫اِله َو أْص حاِبِه َو الَّتاِبعيَن ِبإْح ساِن إَلى َيْو ِم الِّد ين‬

‫ أْو ُصْيُك ْم َو َنْفِس ْي ِبَتْقَو ى ِهللا َو َطاَع ِتِه َلَع َّلُك ْم‬،‫ َفَياأُّيَها اِإل ْخ َو ان‬: ‫َأَّم ا َبْعُد‬
،‫ َأُع ْو ُذ ِباِهلل ِم َن اَّلشْيَطاِن الَّر ِج ْيم‬: ‫ َقاَل ُهللا َتَع الَى ِفي ْالُقْر اِن ْالَك ِريْم‬، ‫ُتْفِلُحْو ْن‬
،‫ َيا َأُّيَها اَّلِذ يَن َآَم ُنوا اَّتُقوا هللا َو ُقوُلوا َقْو اًل َسِد يًد ا‬: ‫ِبْس ِم ِهللا الَّرْح َمِن الَّر ِح ْيْم‬
‫ُيْص ِلْح َلُك ْم َأْع َم اَلُك ْم َو َيْغ ِفْر َلُك ْم ُذ ُنوَبُك ْم َو َم ْن ُيِط ِع هللا َو َر ُسوَلُه َفَقْد َفاَز َفْو ًز ا‬
‫َع ِظ يًم ا وقال تعالى َيا َاُّيَها اَّلِذ ْيَن آَم ُنْو ا اَّتُقْو ا َهللا َح َّق ُتَقاِتِه َو َال َتُم ْو ُتَّن ِإَّال‬
‫َو َأْنُتْم ُم ْس ِلُم ْو َن‬
Jamaah Jumat rahimakumullah

Monggo kito sami ningkataken takwo dumateng Gusti Allah, ajrih dumateng ngarsonipun
Gusti Allah, kanti ninda’aken sedoyo perintahipun soho nebihi sedoyo awisanipun. Amergi
saking takwo meniko kito sedoyo saget pikantuk ridlone Gusti Allah lan kawilujengan soho
kabegjan wonten ing dunyo ngantos akhirat.

Gusti Allah dawuh:

‫َيا َأُّيَها اَّلِذ يَن آَم ُنوا اَّتُقوا َهَّللا َح َّق ُتَقاِتِه َو اَل َتُم وُتَّن ِإاَّل َو َأْنُتْم ُم ْس ِلُم وَن‬
Artosipun: hei wongkang podo iman, takwoho dumateng Gusti Allah kelawan saktemene
taqwo lan ojo podo mati kejobo siro podo muslim. (QS. Ali ‘Imran; 102)

Ayat meniko nuduhaken bilih kito sedoyo kedah estu takwo lan mboten kumowani nerjang
aturan ingkang sampun dicegah dining Gusti Allah. Katah sanget tiyang ingkang kumowani
amergi mboten nggadah raos takwo ingdalem atine babar pisan ngantos akhire getun lan
nelongso wonten ing dunyo akhirat.

Hadirin Ingkang Bahagio


31
Salah setunggale lelampahan ingkang kalebet takwo nggih meniko ngelampahi sabar. Gusti
Allah dawuh:

‫َيا َأُّيَها اَّلِذ يَن آَم ُنوا اْسَتِع يُنوا ِبالَّصْبِر َو الَّص اَل ِةۚ ِإَّن َهَّللا َم َع الَّصاِبِر يَن‬
Artosipun: Hei, wongkang podo iman, amrih pitulungono siro kabeh kelawan sifat sabar lan
shalat. Saktemene Gusti Allah iku sertane wongkang podo sabar. (Al-Baqarah 153)

Wonten tafsir Tobari dipun jelasaken bilih ayat meniko dipun khususan kagem tiyang
ingkang taat dumateng Gusti Allah. Tegese, ngabekti dumateng perintah Gusti Allah kados
ngelampahi kewajiban, nebihi sedoyo cecegahanipun Gusti Allah lan nerimo pepesten saking
Allah. Dawuh sabar lan shalat dipun sebataken keranten kekalihipun kalebet penggawe taat
marang Allah.

Sabar miturut Imam Tantowi artosipun ngeker nafsu ingatase nanggung perkawis ingkang
disengiti lan nebihi penggawe ngersulo. Penjelasane ayat kasebat nggih meniko nyuwun
pitulung dumateng Gusti Allah supados kiat ngelampahi ngeker nafsu /sabar saking tumindak
olo, nebihi maksiat lan saget khusyuk nalika nindaaken shalat.

Setunggale hadis riwayat Abu Hurairah dawuhaken:

‫ِإذا أَح َّب هللا َع ْبدًا اْبَتالُه ِلَيْس َم َع َتَض ُّر َعُه‬
Artosipun: Nalikane Gusti Allah trisno marang kawulone, mongko bakal nyubo piyambake.
Supados mireng ndedungo kanti andap asor (HR. Baihaqi)

Jamaah Jumat Ingkang Minulyo

Kito sedoyo mangertos bilih Gusti Allah nggadah sifat welas asih lan sayang dumateng
kawulane, sinaoso kawulane niku katah luput lan duso. Tegese sifat welase Gusti Allah niku
luweh agung lan jembar tur pengapuro. Ananging mekaten kito ampun ngantos mancing
bendune Gusti Allah.

Pramilo leres ingkang dipun dawuhaken Imam Ibnu Abi Dunya:

‫ َو َص ْبًرا‬، ‫ َو َص ْبًرا َع َلى اْلَباَل ِء‬،‫َم ا ِم ْن َع ْبٍد َو َهَب ُهَّللا َلُه َص ْبًرا َع َلى اَأْلَذ ى‬
‫ َبْع َد اِإْل يَم اِن ِباِهَّلل‬، ‫ ِإاَّل َو َقْد ُأوِتَي َأْفَض َل َم ا ُأوِتيِه َأَح ٌد‬،‫َع َلى اْلَم َص اِئِب‬
Artosipun: Ora ono kawula ingkang diparingi kesabaran kaliyan Gusti Allah ingatase
nanggung piloro lan bilahi serto musibah kejobo sampun diparingi perkawis ingkang luweh
sae tenimbang tiyang lintu, sak sampune iman marang Gusti Allah. (HR. Ibn Abi Dunya)

Mugi-mugi kito sedoyo kalebet lan kecatet tiyang ingkang tansah kiat ngelampahi sabar
ingatase sedoyo coba, ujian, musibah lan dipun trisnani kaliyan Gusti Allah. Amin ya Rabbal
Alamin.

32
‫أُع وُذ ِباِهلل ِم َن الَّش ْيطاِن الَّر ِج يْم ‪ِ ،‬بْس ِم ِهللا الَّرْح ماِن الَّر ِح يْم ‪َ :‬يا َأُّيَها اَّلِذ يَن‬
‫آَم ُنوا اَّتُقوا َهَّللا َو ُقوُلوا َقْو اًل َسِد يًد ا بَاَر َك ُهللا ِلْي َو لكْم ِفي الُقْر آِن الَعِظ ْيِم ‪،‬‬
‫َو َنَفَعِنْي َو ِإّياُك ْم ِباآلياِت وِذ ْك ِر الَح ِكْيِم ‪ .‬إّنُه َتعَاَلى َج ّو اٌد َك ِر ْيٌم َم ِلٌك َبٌّر َر ُؤ ْو ٌف‬
‫َر ِح ْيٌم‬
‫‪Khutbah II:‬‬

‫َالَح ْم ُد ِهلل َح ْم ًد ا َك َم ا َاَم َر ‪َ .‬و َأْش َهُد َاْن اَّل ِإَلَه ِإاَّل ُهللا َو ْح َد ُه َال َش ِر ْيَك َلُه ِإرَغ اًم ا‬
‫ِلَم ْن َج َح َد ِبِه َو َك َفَر َو َأْش َهُد َأَّن َس ِّيَد َنا ُمَح َّم ًد ا َع ْبُد ُه َو َر ُسْو ُلُه َس ِّيُد الَخ َالِئِق‬
‫َو الَبَش ِر‪َ .‬الَّلُهُّم َص ِّل َو َس ِّلْم َع َلى َس ِّيِد َنا ُمَح َّم ٍد َو َع َلى َاِلِه َو َص ْح ِبِه َم ا اَّتَص َلْت‬
‫َع ْيٌن ِبَنَظٍر َو ُاُذ ٌن ِبَخ َبٍر‬

‫َأَّم ا َبْعُد ‪َ :‬فَياَ ِع باَد هللا ِإَّتُقْو ا َهللا َتَع اَلى َو َذ ُرْو ا الَفَو اِخ َش َم ا َظَهَر ِم ْنَها َو َم ا‬
‫بَطَن َو َح اِفُظْو ا َع َلى الَّطاَع ِة َو ُخ ُضْو ِر الُج ُمَعِة َو الَج َم اَع ِة َو اْع َلُم وا َأَّن َهللا‬
‫َأَم َر ُك ْم ِبَأْم ٍر َبَد َأ ِفْيِه ِبَنْفِس ِه َو َثَّنى ِبَم َالِئَك ِة الُمَس ِّبَحِة ُقْد ِس ِه‪َ ،‬فَقاَل َتَع الَى َو َلْم‬
‫َيَزْل َقاِئًال َع ِلْيًم ا ِإَّن َهللا َو َم َالِئَكَتُه ُيَص ُّلْو َن َع َلى الَّنِبِّي َياَاَّيَها اَّلِذ ْيَن َأَم ُنْو ا‬
‫َص ُّلْو ا َع َلْيِه ِو َس ِّلُم ْو ا َتْس ِلْيًم ا‪َ .‬الَّلُهَّم َص ِّل َو َس ِّلْم َع َلى َس ِّيِد َنا ُمَح َّم ٍد َو َع َلى َأِلِه‬
‫َو َص ْح ِبِه َأجَم ِع ْيَن ‪َ ,‬الَّلُهَّم َو اْر َض َع ِن الُخَلَفاِء الَّراِش ِد ْيَن اَّلِذ ْيَن َقَض ْو ا ِبالَح ِّق‬
‫َو َك اُنْو ا ِبِه َيْع ِد ُلْو َن َس اَد اِتَنا َأِبى َبْك ٍر َو ُع َم َر َو ُع ْثَم اَن َو َع ِلٍّي َو َع ْن َس اِئِر‬
‫َأْص َح اِب َنِبِّيَك َأْج َم ِع ْيَن َو َع ِن الَّتاِبِع ْيَن َو َم ْن َتِبَع ُهْم ِبِإْح َس اِن ِإَلى َيْو ِم الِّدْيِن‬

‫الَلُهَّم اْغ ِفْر ِلْلُم ْس ِلِم ْيَن َو الُم سِلَم اِت َو الُم ْؤ ِمِنيَن َو الُم ْؤ ِم َناِت َاَألْح َياِء ِم ْنُهْم‬
‫َو اَألْم َو اِت‪َ .‬الَّلُهَّم َأِع َّز اِإل ْس َالَم َو الُم ْس ِلِم ْيَن َو َأْع ِل َك ِلَم َتَك ِإَلى َيْو ِم الِّدْيِن ‪َ ,‬الَّلُهَّم‬
‫اْنُصْر َم ْن َنَص َر الِّدْيَن َو اْخ ُذ ْل َم ْن َخ َذ َل الُم ْس ِلِم ْيَن ‪َ .‬الَّلُهَّم َأهِلِك الَيُهْو َد‬
‫َو الَّنَص اَر ى َو اْلَك َفَر َة َو اْلُم ْش ِر ِكْيَن ‪َ .‬الَّلُهَّم َاِم َّنا ِفى ُد ْو ِر َنا َو َأْص ِلْح ُو َالَة ُأَم ْو ِرَنا‬
‫َو اْج َع ِل الَّلُهَّم ِو َالَيَتَنا ِفَم ْن َخ اَفَك َو اَّتَقاَك ‪َ .‬الَّلُهَّم اْدَفْع َع َّنا الَغ َالَء َو الَو َباَء والِّر َبا‬
‫َو الِّز َنا َو الَّز َالِزَل َو اْلِمَح َن َو ُسْو َء الِفَتِن َم ا َظَهَر ِم ْنَها َو َم ا َبَطَن َع ْن ِبَلِد َنا َهَذ ا‬
‫َخ اَّص ًة َو َع ْن َس اِئِر ِبَالِد الُم سِلِم يَن الَع اَّم ًة َياَر َّب الَع اَلِم يَن َر َّبَنا َآِتَنا ِفي الُّد ْنَيا‬
‫َحَس َنًة َو ِفي اَآْلِخ َرِة َحَس َنًة َو ِقَنا َع َذ اَب الَّناِر‬
‫ِع باَد هللا ! ِإَّن َهللا َيأُم ُر ِبالَع ْد ِل َو اِإْل ْح َس اِن َو ِإْيَتاِء ِذ ى الُقرَبى َو َيْنَهى َع ِن‬
‫‪33‬‬
‫ َفاْذ ُك ُرْو ا َهللا الَعِظ ْيَم َيْذ ُك ْر ُك ْم‬, ‫الَفْخ َش اِء َو الُم ْنَك ِر َو الَبْغ ِي َيِع ُظُك م َلَع َّلُك م َتَذَّك ُرْو َن‬
‫اْشُك ُرْو ُه َع َلى ِنَعِمِه َيِزْد ُك ْم َو اْس َأُلْو ُه ِم ْن َفْض ِلِه ُيْع ِط ُك ْم َو َلِذ ْك ُر ِهللا َأكَبُر‬

Khutbah Jumat Bahasa Jawa: Sodaqoh Mboten Kedah Ndamel Bondo


Khutbah I:

‫ َأْش َهُد َأْن‬، ‫ َو َأْفَهَم َنا ِبَش ِرْيَعِة الَّنِبّي الَك ريِم‬، ‫ْالَح ْم ُد ِهلل اّلذي َهَد اَنا ُسُبَل الّس َالِم‬
‫ َو َأْش َهُد َأّن َس ِّيَد َنا‬،‫ ُذ و ْالَج الِل َو اإلْك رام‬،‫اَل ِاَلَه ِإاَّل هللا َو ْح َد ُه ال َش ِر يك َله‬
‫ الّلُهَّم َص ِّل و َس ِّلْم َو باِرْك َع َلى َس ِّيِد نا ُم َحّمٍد‬،‫َو َنِبَّيَنا ُمَح َّم ًد ا َع ْبُد ُه َو َر سوُله‬
‫َو َع َلى اِله َو أْص حاِبِه َو الَّتاِبعيَن ِبإْح ساٍن إَلى َيْو ِم الِّد ين‬

‫ أْو ُصْيُك ْم َو َنْفِس ْي ِبَتْقَو ى ِهللا َو َطاَع ِتِه َلَع َّلُك ْم‬،‫ َفَياُّيَها اِإل ْخ َو ان‬: ‫َأَّم ا َبْعُد‬
،‫ َأُع ْو ُذ ِباِهلل ِم َن اَّلشْيَطاِن الَّر ِج ْيم‬: ‫ َقاَل ُهللا َتَع الَى ِفي ْالُقْر اِن ْالَك ِريْم‬، ‫ُتْفِلُحْو ْن‬
،‫ َيا َأُّيَها اَّلِذ يَن َآَم ُنوا اَّتُقوا هللا َو ُقوُلوا َقْو اًل َسِد يًد ا‬: ‫ِبْس ِم ِهللا الَّرْح َمِن الَّر ِح ْيْم‬
‫ُيْص ِلْح َلُك ْم َأْع َم اَلُك ْم َو َيْغ ِفْر َلُك ْم ُذ ُنوَبُك ْم َو َم ْن ُيِط ِع هللا َو َر ُسوَلُه َفَقْد َفاَز َفْو ًز ا‬
‫َع ِظ يًم ا وقال تعالى َيا َاُّيَها اَّلِذ ْيَن آَم ُنْو ا اَّتُقْو ا َهللا َح َّق ُتَقاِتِه َو َال َتُم ْو ُتَّن ِإَّال‬
‫ َص َدَق ُهللا الَعِظ يُم‬. ‫َو َأْنُتْم ُم ْس ِلُم ْو َن‬
Ma’asyiral Muslimin RahimakumulLah

Monggo kito sami netepi takwo lan taat dumateng Gusti Allah, wonten ing panggenan pundi
kimawon kawontenan, rame utawi sepi, terang-terangan utawi rahasia, kanti tansah
nindakaken sedoyo perintah lan nebihi sedoyo awisanipun, supados kita tansah pikantuk
rahmat lan kabegjan saking ngerso Gusti Allah.

Sholawat serto salam tansah keaturaken dumateng Kanjeng Nabi Muhammad, keluargo, poro
sahabate ingkang dipun ibarataken kados dene rembulan lan lintang kanti madangi, soho
nuduhaken umat lan ngajak ngelampahi kesaenan.
Salah setunggale kesaenan ingkang dipun anjuraken nggih meniko aweh sodaqoh. Gusti
Allah dawuh:

‫اَّلِذ يَن ُيْؤ ِم ُنوَن ِباْلَغْيِب َو ُيِقيُم وَن الَّص اَل َة َو ِمَّم ا َر َز ْقَناُهْم ُيْنِفُقوَن‬
Artosipun: Yo iku wongkang podo iman marang perkoro ghaib, lan jumenengaken sholat, lan
aweh ing sebagian rejeki kang wis ingsun paringaken (QS. Al-Baqarah ayat 3).

34
Miturut tafsir Tabari, iman dateng perkawis ghaib nggih meniko percados kaliyan suwargo,
neroko, ganjaran, duso, tangi sak marine mati (ba’ts), dino kiamat lan sedoyo perkawis
ingkang ghaib ingkang disebataken ingdalem Al-Quran.

Hadirin Jamaah Jumat Ingkang Minulyo

Kedah kito pahami, bilih sodaqoh nggadah katah kautamaan. Wonten ing setunggale hadis
dipun dawuhaken:

‫َم ا َأْح َس َن َع ْبٌد الَّص َد َقَة ِإاَّل َأْح َس َن ُهللا َع َّز َو َج َّل اْلِخ اَل َفَة َع َلى ِتْر َك ِتِه‬
Artosipun: Ora ono kawulo siji ingkang mbagusaken sodaqohe kejobo Gusti Allah ndandani
gantine kanti luwih sae (Ibnu Mubarak)

Sodaqoh saget dilampahi kapan mawon lan ing panggenan pundi kimawon. Kranten sodaqoh
saget nutup dalane keawonan. Kanjeng Nabi dawuh:

‫الَّص َد َقُة َتُس ُّد َس ْبِع ْيَن َباًبا ِم َن الُّس ْو ِء‬


Artosipun: sodaqoh niku saget mbuntu pitung puluh lawange keawonan (HR. Tabrani)

Saking hadis kasebat saget dipun pahami sareng-sareng, bilih sodaqoh niku nggadahi
kautaman ganjaran ageng lan saget nutup dalan keawonan. Nopo malih sodaqoh niku saget
damel nopo kimawon ingkang dipun nggadahi. Kanjeng Nabi dawuh:

‫َم ْن َك اَن َلُه َم اٌل َفْلَيَتَص َّدْق ِبَم اِلِه‬


Artosipun: Sopo wonge nggadah bondo, mongko sodaqoho kelawan bondone

‫َو َم ْن َك اَن َلُه ِع ْلٌم َفْلَيَتَص َّدْق ِبِع ْلِمِه‬


Lan sopo wonge nggadah ilmu, mongko sodaqoho kelawan ilmune

‫َو َم ْن َك اَن َلُه ُقَّو ٌة َفْلَيَتَص َّدْق ِبُقَّو ِتِه‬


Lan sopo wonge nggadah tenogo, mongko sodaqoho kelawan tenogoe (HR. Anas bin Malik)

Hadirin Ingkang Sami Bahagio

Pramilo saking keterangan al-Quran hadis kasebat, monggo kito sami cancut taliwondo
agawe sodaqoh kanti ikhlas, amergi sodaqoh niku mboten wonten syarat kedah sugih
ananging tumindak sae arupi maringaken nopo ingkang dipun nggadahi. Menawi nggadahe
ilmu kados dene poro guru ingkang remen ngajar, mongko sodaqohe niku kelawan ilmune
dumateng murid-muride.

35
‫‪Mugi-mugi kito sedoyo saget ngelampahi agawe sodaqoh lan pinaringan pitulung saking‬‬
‫‪Gusti Allah saget istiqomah sehinggo kalebet tiyang ahli sodaqoh tur ikhlas. Amiin.‬‬

‫أُع ْو ُذ ِباِهَّلل ِم َن الَّش ْيَطاِن الَّر ِج ْيِم ‪ِ ,‬بْس ِم ِهللا الَّرْح َمِن الَّر ِح ْيِم ِإَّن ٱِإْل نَٰس َن َلِفى‬
‫ُخ ْس ٍر ‪ِ ،‬إاَّل ٱَّلِذ يَن َء اَم ُنوا َو َع ِم ُلوا ٱلَّٰص ِلَٰح ِت َو َتَو اَص ْو ا ِبٱْلَح ِّق َو َتَو اَص ْو ا‬
‫ِبٱلَّصْبِر‬

‫َباَر َك ُهللا ِلي َو َلكُم ِفي اْلُقْر آِن اْلَعِظ يِم ‪َ ،‬و َنَفَعِني َو ِإَّياُك ْم ِبَم ا ِفْيِه ِم َن اآْل َياِت‬
‫َو الِّذ ْك ِر اْلَح ِكيِم ‪َ ،‬أُقْو ُل َقْو لِي هَذ ا‪َ ،‬و َأْسَتْغ ِفُر َهللا ِلي َو َلُك ْم ِم ْن ُك َّل َذْنٍب‪،‬‬
‫َفاْسَتغِفُرْو ُه؛ ِإَّنُه ُهَو اْلَغ ُفْو ُر الَّر ِح ُيم‬
‫‪Khutbah II:‬‬

‫َالَح ْم ُد ِهّلِل الَو اِح ِد الَقَّهاِر ‪ ،‬الَرِح ْيِم الَغ َّفاِر ‪َ ،‬أْح َم ُد ُه َتَع اَلى َع َلى َفْض ِلِه الِم ْد َر اِر ‪،‬‬
‫َو َأْشُك ُر ُه َع َلى ِنَعِمِه الِغ َز اِر ‪َ ،‬و َأْش َهُد َأْن اَّل ِإَلَه ِإاَّل هللا َو ْح َد ُه اَل َش ِر ْيَك َلُه‬
‫الَع ِز ْيُز الَج َّباُر‪َ ،‬و َأْش َهُد َأَّن َنِبَّيَنا ُمَح َّم ًد ا َع ْبُد ُه َو َر ُسْو ُلُه الُم ْص َطَفى الُم ْخ َتار‪،‬‬
‫َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َع َلى آِلِه الَطِّيِبْيَن اَألْطَهار‪َ ،‬و ِإْخ وَاِنِه اَألْبَر اِر ‪َ ،‬و َأْص َح اِبِه‬
‫اَألْخ َياِر ‪َ ،‬و َم ْن َتِبَع ُهْم ِبِإْح َس اٍن َم ا ُتَع اِقُب الَلْيَل َو الَّنَهار‬

‫َأَّم ا َبْعُد َفيَا َاُّيَها الَّناُس ِاَّتُقواَهللا ِفْيَم ا َأَم َر َو اْنَتُهْو ا َع َّم ا َنَهى َو اْع َلُم ْو ا َأَّن َهللا‬
‫َأَم َر ُك ْم ِبَأْم ٍر َبَد َأ ِفْيِه ِبَنْفِس ِه َو َثـَنى ِبَم آل ِئَك ِتِه ِبُقْد ِس ِه َو َقاَل َتعَاَلى ِإَّن َهللا‬
‫َو َم آلِئَكَتُه ُيَص ُّلْو َن َع لَى الَّنِبى يآ َاُّيَها اَّلِذ ْيَن آَم ُنْو ا َص ُّلْو ا َع َلْيِه َو َس ِّلُم ْو ا َتْس ِلْيًم ا‪.‬‬
‫اللُهَّم َص ِّل َع َلى َس ِّيِد َنا ُمَح َّم ٍد َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس ِّلْم َو َع َلى آِل َس ِّيِد نَا ُمَح َّم ٍد‬
‫َو َع َلى َاْنِبيآِئَك َو ُرُس ِلَك َو َم آلِئَك ِة ْالُم َقَّر ِبْيَن َو اْر َض الّلُهَّم َع ِن ْالُخَلَفاِء‬
‫الَّراِش ِد ْيَن َأِبى َبْك ٍر َو ُع َم ر َو ُع ْثَم اَن َو َع ِلّى َو َع ْن َبِقَّيِة الَّص َح اَبِة َو الَّتاِبِع ْيَن‬
‫َو َتاِبِع ي الَّتاِبِع ْيَن َلُهْم ِبِاْح َس اٍن ِاَلى َيْو ِم الِّدْيِن َو اْر َض َع َّنا َم َع ُهْم ِبَر ْح َم ِتَك َيا‬
‫َأْر َح َم الَّراِح ِم ْيَن‬

‫‪36‬‬
‫َاللُهَّم اْغ ِفْر ِلْلُم ْؤ ِمِنْيَن َو ْالُم ْؤ ِم َناِت َو ْالُم ْس ِلِم ْيَن َو ْالُم ْس ِلَم اِت َاَالْح يآُء ِم ْنُهْم‬
‫َو ْاَالْم َو اِت اللُهَّم َأِع َّز ْاِإل ْس َالَم َو ْالُم ْس ِلِم ْيَن َو َأِذ َّل الِّش ْر َك َو ْالُم ْش ِرِكْيَن َو اْنُصْر‬
‫ِع َباَدَك ْالُمَو ِّح ِد َّيَة َو اْنُصْر َم ْن َنَص َر الِّدْيَن َو اْخ ُذ ْل َم ْن َخ َذ َل ْالُم ْس ِلِم ْيَن َو َد ِّم ْر‬
‫َأْع َد اَء الِّدْيِن َو اْع ِل َك ِلَم اِتَك ِإَلى َيْو َم الِّدْيِن ‪ .‬اللُهَّم اْدَفْع َع َّنا ْالَبَالَء َو ْالَو َباَء‬
‫َو الَّز َالِزَل َو ْالِمَح َن َو ُسْو َء ْالِفْتَنِة َو ْالِمَح َن َم ا َظَهَر ِم ْنَها َو َم ا َبَطَن َع ْن َبَلِد َنا‬
‫ِاْنُد وِنْيِس َّيا خآَّص ًة َو َس اِئِر ْالُبْلَد اِن ْالُم ْس ِلِم ْيَن عآَّم ًة َيا َر َّب ْالَع اَلِم ْيَن ‪َ .‬ر َّبَنا آِتنَا‬
‫ِفى الُّد ْنَيا َحَس َنًة َو ِفى ْاآلِخ َرِة َحَس َنًة َو ِقَنا َع َذ اَب الَّناِر‪َ .‬ر َّبَنا َظَلْم َنا َاْنُفَس َنا َو إْن‬
‫َلْم َتْغ ِفْر َلَنا َو َتْر َح ْم َنا َلَنُك ْو َنَّن ِم َن ْالَخ اِس ِرْيَن‬
‫ْأ‬
‫ِع َباَد ِهللا ! ِإَّن َهللا َي ُم ُر ِبْالَع ْد ِل َو ْاِإل ْح َس اِن َو ِإْيتآِء ِذ ي ْالُقْر بَى َو َيْنَهى َع ِن‬
‫ْالَفْح شآِء َو ْالُم ْنَك ِر َو ْالَبْغ ي َيِع ُظُك ْم َلَع َّلُك م َتَذَّك ُرْو َن َو اْذ ُك ُروا َهللا ْالَعِظ ْيَم َيْذ ُك ْر ُك ْم‬
‫َو اْشُك ُرْو ُه َع لَى ِنَعِمِه َيِزْد ُك ْم َو َلِذ ْك ُر ِهللا َأْك َبْر‬

‫‪37‬‬
Khutbah Jumat Bahasa Jawa: Manfaati Marang Tiyang Lintu
Khutbah I:

‫ وأشهُد أن ال‬،‫الحمُد هلل حمًد ا كثيًرا طيًبا ُم باَر ًك ا فيه كما ُيحُّب رُّبنا ويرَض ى‬
،‫إله إال هللا وحَد ه ال شريَك َلُه َع ِظ يٌم في ُرُبوبَّيته َو ُاُلْو ِهَّيِتِه َو َأْس َم اِئِه َو ِص َفاِتِه‬
‫ وأشهُد أَّن ُمَح َّم ًد ا َع ْبُد ُه وَر ُسْو ُلُه الّلُهَّم َص ِّل و‬،‫َح كيٌم في َم َقاِد يِرِه َو َأْح َك اِمِه‬
‫ َو الَّتاِبِع يَن َلُهْم بإْح ِس اٍن‬،‫ وَع َلى آِلِه َو َأْص َح اِبِه‬، ‫َس ِّلْم َو باِرْك َع َلى َس ِّيِد نا ُمَح ّمٍد‬
‫ِإَلى َيْو ِم ِلَقاِئِه‬

‫ َو َم ا َك اَن ُهَّللا‬:‫ َو َقاَل َتعَاَلى‬،‫اَّم ا َبْعُد َفيَا َاُّيَها الَّناُس اَّتُقوا هللا حَّق التقَو ى‬
‫ِلُيَع ِّذ َبُهْم َو َأْنَت ِفيِهْم َو َم ا َك اَن ُهَّللا ُمَع ِّذ َبُهْم َو ُهْم َيْسَتْغ ِفُروَن‬
Jamaah Jumat Rahimakumullah
Monggo kito ningkataken takwo dumateng Gusti Allah wonten ing panggenan pundi
kimawon, sepi utawi rame, susah utawi bungah, kranten saking takwo kito saget pikantuk
pengapuro lan ridone Gusti Allah.

Ugi, ampun kesupen ngucap syukur dumateng Gusti Allah ingkang sampun paring kito
nikmat kados dene arupi kesehatan, kesarasan lan kabegjan. Sholawat serto salam mugi
tansah keaturaken dumateng Kanjeng Nabi Muhammad ingkang kito ajeng-ajeng syafaatipun
mbenjang wonten akhirat, panggenan panguripan ingkang sejati.

Gusti Allah dawuh:

‫َو َم ا َٰه ِذِه اْلَح َياُة الُّد ْنَيا ِإاَّل َلْهٌو َو َلِع ٌب َو ِإَّن الَّد اَر اآْل ِخ َر َة َلِهَي اْلَح َيَو اُن َلْو‬
‫َك اُنوا َيْع َلُم وَن‬
Artosipun: Ora ono panguripan ing dunyo kejobo guyon lan dolanan. Lan saktemene akhirat
iku sejatine panguripan, lamun kabeh podo ngerti (Al-Ankabut, 64)

Ayat meniko negesaken panguripan ing dunyo namung mampir ngunjuk tuyo, mampir
sekedap, ameng-amengan, mboten langgeng. Ugi, ngimutaken bilih akhirat niku ingkang
dados panguripan lan panggenan sejati.

38
Jamaah Jumat Ingkang Minulyo

Tiyang ingkang gesang ing dunyo kedah nggadah niatan lan tekad paring kemanfaatan lan
kegiatan migunani dateng tiyang lintu. Kanjeng Nabi dawuh:

‫َخ ْيُر الَّناِس َأْنَفُعُهْم ِللَّناِس‬


Artosipun: Apik-apike menungso iku manfaati marang menungso lintu (HR. Tabrani)

Tegese, tindakan manfaati niku saget dipun wiwiti saking piyambake paring manfaat
dumateng garwo, yugo, sederek lan masyarakate. Sebab, saking meniko saget ndadosake
kesaenan, kerukunan.

Katah sanget tiyang ingkang nyia-nyiaken waktune kagem dolanan kimawon, remen damel
persulayan. Padahal sedoyo niku bakale dipun pertanggungjawabaken mbenjang ing dinten
kiamat. Kanjeng Nabi dawuh:

‫ وُك ُّلُك ْم َم ْس ُئوٌل َع ْن َرِع َّيِتِه‬،‫أال ُك ُّلُك ْم راٍع‬


Artosipun: Ilingo saben siro kabeh iku wong kang mimpin, lan saben siro kabeh bakal
ditakoni saking kepemimpinane marang rakyate (HR. Muslim)

Pinten-pinten perkawis ingkang saget manfaati ing antawisipun: tolong-tinolong, pesen


kebecikan, ucapan sae, paring motivasi semangat ibadah. Nalikane wonten tiyang ingkang
kesusahan, mongko dipun bungahaken penggalihe lan nalikane wonten tiyang nyuwun
pitulung, mongko dipun tulung.

Gusti Allah sampun dawuh wonten surat al-Asr:

‫َو اْلَع ْص ِۙر ِاَّن اِاْل ْنَس اَن َلِفْي ُخ ْس ٍرِااَّل اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْو ا َو َع ِم ُلوا الّٰص ِلٰح ِت َو َتَو اَص ْو ا‬
‫ِباْلَح ِّق ۙە َو َتَو اَص ْو ا ِبالَّصْبِر‬
Artosipun: Demi wektu, saktemene menungso iku ingdalem getunan, kejobo wongkang podo
iman lan amal soleh lan podo paring nasehat kelawan bener lan sabar.

Ayat meniko paring pemahaman bilih kito sedoyo kedah nggunaaken wektu ingkang sediluk
kelawan perkawis ingkang manfaati, sakderenge getunan, kranten wektu mboten bade balik
maleh. Saling ngimutaken antawisipun sederek, paring nasehat lan pitutur kedah dipun
biasaaken tanpo rumongso nggurui.

Jamaah Ingkang Dipun Rahmati Allah

Kedah kito pahami sareng-sareng maksud manfaati niku sanes manfaataken tiyang lintu.
Manfaati niku mbeto kesaenan lan kebungahan dateng tiyang lintu, benten kaliyan
manfaataken ingkang nyebabaken cidero, bendu lan duko.

39
Pramilo Kanjeng Nabi dawuh nalika disuwuni pirso kaliyan sahabat:

‫ َم ْن َطاَل ُع ُم ُر ُه َو َح ُسَن َع َم ُلُه‬: ‫َيا َر ُسوَل ِهَّللا َم ْن َخ ْيُر الَّناِس َقاَل‬


Artosipun: Duh Kanjeng Nabi, sinten tiyang ingkang langkung sae? Kanjeng Nabi ngendiko:
Wong kang dowo umure lan bagus amale (HR: Tirmidzi)

Saking hadis niki saget dipun simpulaken, tiyang ingkang sae niku ingkang pinaringan wektu
ingkang dowo kanti dipun isi kaliyan amal kesaenan, dipun isi kaliyan perkawis ingkang
manfaati lan migunani dateng tiyang lintu.

Wonten setunggale dawuh saking Syekh Ahmad ibn Atha'illah as-Sakandari ing kitab al-
Hikam:

‫ َو ُرَّب ُع ُم ٍر َقليَلٌة آماُد ُه َك ثيَر ٌة أْم داُد ُه‬،‫ُرَّب ُع ُم ٍر اَّتَسَع ْت آماُد ُه َو َقَّلْت أْم داُد ُه‬
Artosipun: Terkadang yuswo soyo dowo ananging mboten manfaati, lan terkadang yuswo
pendek ananging katah manfaate.

Mugi-mugi kito sedoyo pinaringan gangsar anggenipun ngelampahi kesaenan, yuswo berkah
lan pikantuk pitulung saking Gusti Allah saget istiqomah ngelampahi perkawis ingkang
manfaati lan migunani. Amiin

‫ ِبْس ِم ِهللا الَّرْح َمِن الَّر ِح ْيِم َو اْع ُبْد َر َّبَك َح َّتى‬, ‫أُع ْو ُذ ِباِهَّلل ِم َن الَّش ْيَطاِن الَّر ِج ْيِم‬
‫ َو َنَفَعِني َو ِإَّياُك ْم ِبَم ا ِفْيِه‬، ‫ َباَر َك ُهللا ِلي َو َلكُم ِفي اْلُقْر آِن اْلَعِظ يِم‬. ‫َيْأِتَيَك اْلَيِقْيُن‬
‫ َو َأْسَتْغ ِفُر َهللا ِلي َو َلُك ْم ِم ْن ُك َّل‬،‫ َأُقْو ُل َقْو لِي هَذ ا‬، ‫ِم َن اآْل َياِت َو الِّذ ْك ِر اْلَحِكيِم‬
‫ َفاْسَتغِفُرْو ُه؛ ِإَّنُه ُهَو اْلَغ ُفْو ُر الَّر ِح ُيم‬،‫َذْنٍب‬
Khutbah II:

‫إَّن اْلَح ْم َد ِهلِل َنْح َم ُد ُه َو َنْسَتِع ْيُنُه َو َنْسَتْغ ِفُر ْه َو َنُعوُذ ِباِهلل ِم ْن ُش ُرْو ِر َأْنُفِس َنا َو ِم ْن‬
‫ َو َأْش َهُد‬.‫ َم ْن َيْهِدِه ُهللا َفَال ُمِض َّل َلُه َو َم ْن ُيْض ِلْلُه َفَال َهاِدَي َلُه‬،‫َس ِّيَئاِت َأْع َم اِلَنا‬
‫ َالَّلُهَّم‬.‫َأْن َال ِإَلَه ِإَّال ُهللا َو ْح َد ُه َال َش ِر ْيَك َلُه َو َأْش َهُد َأَّن ُمَح َّم ًد ا َع ْبُد ُه َو َر ُسْو ُلُه‬
‫َص ِّل َو َس ِّلْم َع َلى َنِبِّيَنا ُمَح َّم ٍد َو َع َلى آِلِه َو َص ْح ِبِه َو َم ْن َتِبَع ُهْم ِبِإْح َس اٍن ِإَلى َيْو ِم‬
‫اْلِقَياَم ِة‬

‫ َقاَل‬. ‫ َيا َأُّيَها الَّناُس ُأْو ِص ْيُك ْم َو ِإَّياَي ِبَتْقَو ى ِهللا َفَقْد َفاَز اْلُم َّتُقْو َن‬:‫اما بعد‬
. ‫ َيا َأُّيهَا اَّلِذ ْيَن َء اَم ُنوا اَّتُقوا َهللا َح َّق ُتَقاِتِه َو َال َتُم ْو ُتَّن ِإَّال َو َأنُتْم ُّم ْس ِلُم ْو َن‬:‫َتَع اَلى‬

40
‫َقاَل َتَع اَلى‪َ :‬يا َأُّيَها الَّناُس اَّتُقْو ا َر َّبُك ُم اَّلِذ ْي َخ َلَقُك ْم ِّم ْن َنْفٍس َو اِح َد ٍة َو َخ َلَق ِم ْنَها‬
‫َز ْو َج َها َو َبَّث ِم ْنُهَم ا ِر َج اًال َك ِثْيًرا َو ِنَس آًء َو اَّتُقوا َهللا اَّلِذ ْي َتَس آَء ُلْو َن ِبِه‬
‫َو ْاَألْر َح اَم ِإَّن َهللا َك اَن َع َلْيُك ْم َر ِقْيًبا‪ .‬قال تعالى‪َ :‬يا َأُّيَها اَّلِذ ْيَن َء اَم ُنوا اَّتُقوا َهللا‬
‫َو ُقْو ُلْو ا َقْو ًال َسِد ْيًد ا‪ُ .‬يْص ِلْح َلُك ْم َأْع َم اَلُك ْم َو َيْغ ِفْر َلُك ْم ُذ ُنْو َبُك ْم َو َم ْن ُيِط ِع َهللا‬
‫َو َر ُسْو َلُه َفَقْد َفاَز َفْو ًز ا َع ِظ ْيًم ا‬

‫َالّٰل ُهَّم َص ِّل َع َلى َس ِّيِد َنا ُمَح َّم ٍد َو َع َلى آِل َس ِّيِد َنا ُمَح َّم ٍد َك َم ا َص َّلْيَت َع َلى َس ِّيِد َنا‬
‫ِإْبَر اِهْيَم َو َع َلى آِل َس ِّيِد َنا ِإْبَر اِهْيَم َو َباِرْك َع َلى َس ِّيِد َنا ُمَحَّم ٍد َو َع َلى آِل َس ِّيِد َنا‬
‫ُمَح َّم ٍد َك َم ا َباَر ْك َت َع َلى َس ِّيِد َنا ِإْبَر اِهْيَم َو َع َلى آِل َس ِّيِد َنا ِإْبَر اِهْيَم ‪ِ ،‬فْي اْلَع اَلِم ْيَن‬
‫ّٰل‬
‫ِإَّنَك َح ِم ْيٌد َم ِج ْيٌد ‪َ .‬ال ُهَّم اْغ ِفْر ِلْلُم ْس ِلِم ْيَن َو اْلُم ْس ِلَم اِت واْلُم ْؤ ِمِنْيَن َو اْلُم ْؤ ِم َناِت‬
‫اَأْلْح َياِء ِم ْنُهْم َو اَأْلْم َو اِت‪ .‬إَّنَك َسِم ْيٌع َقِر ْيٌب ُم ِج ْيُب الَّد َع َو اِت‪َ ,‬و َقاِض ى‬
‫اْلَح اَج اِت‬
‫ّٰل‬
‫َال ُهَّم اْغ ِفْر ُاِلَم ِة ُمَح َّم ٍد ‪َ .‬و اْر َح ْم ُأَّم َة ُمَح َّم ٍد ‪َ .‬و َأْص ِلْح ُأَّم َة ُمَح َّم ٍد ‪ .‬واْس ُتْر ُاِلَم ِة‬
‫ّٰل‬
‫ُمَح َّم ٍد ‪َ .‬ال ُهَّم اْنُصْر ُهْم َع َلى َأْع َد اِئِهْم َو َو ِّفْقُهْم ِلَع َم ٍل َص اِلٍح َينَفُعُهْم ِفى ُد ْنَياُهْم‬
‫َو ُأْخ َر اُهْم ‪َ .‬الّٰل ُهَّم َأْص ِلْح ُو اَل َة ُأُم ْو ِر َنا َو ُع َلَم اَئَنا َو ُز َع َم اَئَنا َو اْج َع ْل ِهَّم َتُهْم ِفى‬
‫ِاَز اَلِة اْلُم ْنَك َر اِت َو اْلَم َع اِص ى َو اْهِدِهْم َس ِبْيَل الَّر َش اِد ‪ .‬الَّلُهَّم اْر َفْع َو اْدَفْع َع َّنا‬
‫اْلَباَل َء َو اْلَغ اَل َء َو اْلَو َباَء َو الَّطاُع ْو ن َو اْلَفْح َش اَء َو اْلُم ْنَك َر َو اْلَبْغ َي َو الُّس ُيْو َف‬
‫اْلُم ْخ َتِلَفَة َو الَّش َد اِئَد َو اْلِمَح َن ‪َ ،‬م ا َظَهَر ِم ْنَها َو َم ا َبَطَن ‪ِ ،‬م ْن َبَلِد َنا َهَذ ا َخ اَّص ًة‬
‫َو ِم ْن ُبْلَد اِن اْلُم ْس ِلِم ْيَن َع اَّم ًة‪ِ ،‬إَّنَك َع َلى ُك ِّل َش ْي ٍء َقِد ْيٌر‪ .‬الَّلُهَّم ِإَّنا َنْس َأُلَك اْلَع ْفَو‬
‫واْلَع اِفَيَة َو اْلُمَع اَفاَة الَّد اِئَم َة ِفى الِّدْيِن َو الُّد ْنَيا َو اآْل ِخ َر َة‪َ .‬ر َّبَنا آِتَنا ِفى الُّد ْنيأ‬
‫َحَس َنًة‪َ ,‬و ِفى أآلِخ َرِة َحَس َنًة‪َ ,‬و ِقَنا َع َذ اَب الَّناِر‪َ .‬و اْلَح ْم ُد ِهَّلِل َر ِّب اْلّعاّلِم ْيَن‬
‫ْأ‬
‫ِع َباَد ِهَّللا‪ .‬إَّن َهللا َي ُم ُر ِباْلَع ْد ِل َو اإْل ْح َس اِن َو ِإْيَتاِء ِذ ي اْلُقْر َبى وَيْنَهى َع ِن‬
‫الَفْح َش اِء َو اْلُم ْنَك ِر َو الَبْغ ِي ‪َ ،‬يِع ُظُك ْم َلَع َّلُك ْم َتَذَّك ُرْو َن ‪َ .‬فاذُك ُروا َهَّللا اْلَعِظ ْيَم‬
‫َيْذ ُك ْر ُك ْم ‪َ .‬و اْشُك ُرْو ُه َع َلى ِنَعِمِه َيِزْد ُك ْم ‪َ .‬و اْسَئُلْو ُه ِم ْن َفْض ِلِه ُيْؤ ِتُك ْم َو َلِذ ْك ُر ِهللا‬
‫َأْك َبُر‬

‫‪41‬‬

Anda mungkin juga menyukai