Anda di halaman 1dari 4

Pengertian Kalimat Thayyibah &

macam-macamnya
Penulis: Anang Khoironi Pada June 04, 2016

· Pengertian Kalimat Thayyibah


Kalimat Thayyibah secara bahasa adalah perkataan yang baik. Dalam Islam,
Kalimat thayyibah adalah setiap ucapan yang mengandung kebenaran dan
kebajikan yang bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Serta mengandung
aneka perbuatan ma'ruf dan pencegahan dari perbuatan munkar (Tafsir Depag
V/182-183 dan Tafsir Wa Bayan Al-Qur'an oleh Dr. M. Hasan Al-Hamsy hal.258
).

· Macam-macam Kalimat Thayyibah

Adapun macam-macam
Kalimat Thayyibah adalah
sebagai berikut:

1. Bismillahirrokhmaanirrohim

Kalimat Basmalah yang artinya: ”Dengan menyebut Nama Allah yang Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang” ini diucapkan setiap kali kita akan mengawali
suatu pekerjaan atau perbuatan. Dengan membaca Basmalah dimaksudkan agar
pekerjaan yang akan kita lakukan dapat terlaksana dengan baik dan mendapatkan
keberkahan dari Allah Swt. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW. yang artinya,
“Tiap-tiap urusan penting menjadi putus berkahnya jika tidak dimulai dengan
ucapan Bismillâhir-rahmânir-rahîm.”(HR. ar-Rahawy).

2. Assalamu'alaikum

Salam berarti keselamatan, jadi memberi doa kepada orang lain agar selamat.
Makna salam adalah mendoakan kepada orang lain agar selamat di manapun
berada, dalam kondisi apa pun juga tidak terbatas waktunya bukan untuk waktu
siang, sore atau malam saja.
Jadi, bagi orang yang memberi salam disunnahkan untuk mengucap:
Assalamu'alaikum Warohmatullahi Wabarokaatuh
Artinya: "Kesejahteraan, rahmat dan berkah Allah semoga dilimpahkan
kepadamu"

Dan bagi orang yang menjawab salam mengucapkan:


Waalaikumsalaam Warohmatullahi Wabarokaatuh
Artinya: "Dan kesejahteraan, rahmat dan berkah Allah semoga dilimpahkan atas
kamu pula."
Ada seseorang yang datang kepada Nabi Muhammad saw. dan mengucapkan:
Assalamu'alaikum
Maka salam itu dijawab oleh beliau dan ia duduk. Kemudian beliau bersabda,
"Sepuluh".
Sesudah itu datang lagi seseorang dan mengucapkan: Assalamu'alaikum
Warohmatullahi
Salam itu dijawab oleh beliau san ia duduk. Kemudian beliau bersabda, "Dua
puluh".
Sesudah itu datang lagi seseorang dan mengucapkan salam:
Assalamu'alaikum Warohmatullahi Wabarokaatuh
Salam dijawab oleh beliau dan ia duduk kemudian beliau bersabda, "tiga puluh".

Jadi, intinya semakin sempurna kita mengucapkan salam, maka semakin besar
pula pahala yang akan diterima.

3. Subhanallah

Artinya: Maha suciAllah


Subhanallah disebut juga bacaan tasbih.Zat yang paling suci di alam semesta ini
hanyalah Allah, maka sesuai dengan artinya, kalimat ini mengandung makna
penyucian nama dan Zat Allah. Nama Allah harus tetap suci dari segala bentuk
kemusyrikan dan
kekurangan. Karena Allah-lah pemilik segala kesempurnaan.
Semua yang ada di langit dan di bumi bertasbih kepada Allah, memuji kebesaran
Allah, Firman Allah yang Artinya:
"Apa yang ada di langit dan apa yang ada dibumi senantiasa bertasbih kepada
Allah. Maharaja, Yang Maha Suci, Yang Maha perkasa,Maha Bijaksana. (Q.S.
Al-Jumu'ah: 1)

Harus kita yakini dengan keyakinan yang kuat bahwasanya Allah tidak sama
dengan makhluk-Nya. Kita tidak boleh memikirkan bagaimana bentuk Allah,
apakah Allah mempunyai tangan, kaki, wajah, dan lain-lain. Yang harus kita
lakukan hanyalah meyakini Allah itu ada, melalui tanda-tanda kebesaran-Nya
yaitu seluruh
alam semesta ini.Kita meyakini nama-nama Allah dan sifat-Nya yang terdapat di
dalam Al-Qur'an dan Al-Hadits.

Dengan mengucap kalimat tasbih kita akan selalu ingat kebesaran Allah. Alam
yang ada disekitar kita seperti gunung yang menjulang tinggi, lautan nan luas dan
langit adalah sebuah tanda yang menunjukkan tanda kebesaran Allah.

Baca Juga : Pengertian Singkat tentang Infak

4. Laa haula walaa quwwata illaa billaah

Kalimat zikir ini merupakan pengakuan terhadap kefanaan manusia dan ke-Maha
Kuasaannya Allah ini diucapkan ketika seseorang mengambil keputusan
(ber'azam). Kalimat thayyibah ini adalah pancaran dari sikap tawakal seseorang.
Setelah berupaya nyata mempertimbangkan, maka ketika keputusan diambil,
dilanjutkan dengan tawakal kepada Allah, yang dinyatakan dalam sikap menerima
resiko apapun yang terjadi nantinya akibat diputuskannya keputusan tadi. (QS
7:159).

5. Laailaahaillallah

Dalam Hadis Nabi Muhammad disebutkan keutamaan kalimat thayibah laa


ilaahaillallah wahdahu lah syarika laka lahulmulku malhamdu yuhyi wahuwa’ala
kulli syai’in qadir maka Allah akan menetapkan seratus kebaikan dan
menghapuskan seratus kejahatan dan keburukan.

Bahkan disebutkan pula bahwa kalimat ini merupakan kunci pintu surga. Apabila
seseorang mengucapkan dzikir ini sembari mengupas hikmahnya, sungguh nikmat
dan manfaatnya akan diperoleh tiada habis-habisnya. Karena penjabaran arti dari
kalimat ini begitu luasnya. Dan manfaatnya pun bisa dirasakan di setiap waktu
dan dalam kondisi apapun. Intinya satu; mengingat kebesaran Allah SWT.

6. Inna Lillahi wa Inna Ilaihi Raji'un

Salah satu dari kalimat tayyibah itu adalah " Inna Lillahi wa Inna Ilaihi Raji'un ".
Kalimat ini disebut dengan kalimat tarji'. Ketika kita mendengar atau
mendapatkan teman, saudara, atau tetangga kita terkena musibah, maka di
anjurkan membaca kalimat tarji'. Misalnya jika ada orang meninggal dunia atau
sakit keras, terkena, kecelakaan, atau musibah lainnya.

Arti dari kalimat tarji' sendiri adalah'sesungguhnya kita adalah kepunyaan Allah
dan kepada-Nyalah kita akan kembali. Dengan menghayati makna kalimat
tersebut, maka kita akan menjadi sadar bahwa semua makhluk akan mati dan akan
kembali kepada Sang Pencipta, tak terkecuali diri kita. Kita harus sadar bahwa
nyawa kita adalah titipan Allah yang suatu saat akan diminta kembali oleh
pemiliknya.
Adapun keutamaan atau manfaat membaca kalimat tarji', terdapat di dalam Al-
Qur'an Surah Al-Baqarah ayat 156-157, yang artinya :
"(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata: Inna Lillahi
wa inna ilaihi raji'un. (Sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami
kembali). Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhannya,
dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk." (Q.S Al-Baqarah/2 :
156-157)

Baca Juga: Kalah Bukan Akhir dari segalanya

7. Astaghfirullah

Dalam Al-Qur'an surat Ali Imran ayat 135 Allah menyatakan prihal orang- orang
yang mendapat mendapat kenikmatan setelah mereka bertaubat, "Orang orang
yang berbuat kekejian atau menzalimi dirinya lalu ingat kepada Allah, maka minta
ampunlah untuk mereka atas dosa-dosa yang dilakukan." Sungguh Maha Suci
Allah Yang Maha Sempurna, setelah Ia ciptakan manusia sebagai makhluk hidup
yang secara sunnatullah bisa berbuat khilaf, sekaligus Ia berikan penawar bagi
kekhilafan tersebut. Bagi manusia yang pandai mengunakan penawar ini, maka
manusia tidak akan terserang penyakit hati yang serius.

Allah Maha Pengampun, terutama bagi siapapun yang segera bertobat begitu
sadar telah berbuat khilaf. Orang-orang yang selalu membasahkan bibir mereka
dengan istighfar, maka noda-noda berupa dosa yang sempat menempel sedikit
demi sedikit setiap hari tidak segera menumpuk menjadi noktah hitam yang tebal.
Semakin lama noda-noda ini tertumpuk, akan menjadi semakin sulit untuk
menghilangkannya.

Maka benarlah-bahwa kebanyakan kesalahan besar berawal dari kekeliruan-


kekeliruan kecil yang tidak dibenari. Untuk menghindari keterlambatan taubat,
maka dianjurkan untuk istiqamah mengucapkan zikir ini setiap hari, terutama
setelah shalat, walau dirasakan tak ada kesalahan yang diperbuat. Rasulullah
sebagaimana diriwayatkan Bukhari dalam kitab hadisnya bahwa beliau
mengucapkan istighfar setiap hari sebanyak seratus kali.

Ditambahkannya juga bahwa barang siapa yang mengucapkan istighfar sebelum


terbit matahari sampai terbenamnya maka Allah akan menerima taubatnya (HR.
Bukhari) InsyaAllah. Kalimat ini diucapkan ketika seseorang berniat hendak
melakukan sesuatu di masa yang akan datang. Zikir ini akan mengingatkan kita,
bahwa kehendak Allah adalah di atas segalanya. Tak seorangpun mengetahui apa
yang akan terjadi detik setelah ini. Itu sebabnya, tak akan pernah ada janji yang
dapat dipenuhi secara pasti oleh manusia, kecuali dengan menambahkan kalimat,
Insya Allah (QS. 18: 23-24).

Sayangnya, banyak orang mempergunakan kalimat ini secara keliru, hingga


berkembang anggapan bahwa kalimat mulia ini diucapkan sebagai kelonggaran
untuk tidak menepati janji. Perbuatan umum ini banyak menggejala dalam
sebagian masyarakat, sehingga membuat banyak orang dapat memandang negatif
kalimat ini. Adalah tanggung jawab kita bersama, kaum muslim, untuk
meluruskan pandangan seperti ini. Dimulai dengan diri kita sendiri. Mari kita
buktikan bahwa ucapan Insya Allah bukan berarti niat untuk melanggar. Akan
tetapi sebagai ikatan janji yang sudah pasti akan ditepati secara logika manusia,
disertai kepasrahan terhadap kehendak Allah yang sewaktu waktu bisa merubah
apa yang telah kita rencanakan.

Anda mungkin juga menyukai