Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN AKHIR

PRAKTIKUM DASAR REKAYASA PROSES


PEMBUATAN BIODIESEL

DEA AYU SUKMA PUTRI UTAMI


2141420010
SHABRINA ADANI PUTRI, S.Si., M.Si

PROGRAM STUDI D-IV TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI MALANG
PEMBUATAN BIODIESEL
1.1 CAPAIAN PEMBELAJARAN
1. Memahami dan menjelaskan teori pembuatan biodiesel serta analisanya.
2. Dapat membuat biodiesel yang dihasilkan dengan benar.
3. Mneganalisa kulaitas/kuantitas biodiesel yang dihasilkan dengan benar.
1.2 LATAR BELAKANG
Saat ini, bahan bakar fosil merupakan sumber energi secara global. Namun,
persediaan energi fosil seperti minyak, gas dan batubara di Indonesia yang selama ini
digunakan semakin menipis, dan akan diperkirakan habis pada tahun 2025. Indonesia
sedang mengalami krisis energi dan terpaksa harus impor BBM dari negara asing,
padahal Indonesia merupakan salah satu negara penghasil minyak bumi di dunia.
Oleh karena itu, untuk mengatasi permasalahan ini diperlukan usaha-usaha untuk
mencari bahan energi terbarukan (renewable energy). Salah satu bahan bakar
alternatif yang ramah lingkungan dan berasal dari sumber daya yang dapat
diperbaharui adalah biodiesel.
Menurut American Society for Testing Materials (ASTM Internasional),
biodiesel didefinisikan sebagai mono-alkil ester rantai panjang asam lemak yang
berasal dari sumber yang terbarukan, yang digunakan untuk mesin diesel. Biodiesel
merupakan bahan bakar terbarukan, biodegradable, tidak beracun, dan ramah
lingkungan. Biodiesel menghasilkan emisi yang lebih rendah, memiliki titik flash
tinggi, daya pelumas yang lebih baik, dan cetane number tinggi. Penggunaan
biodiesel memiliki potensi untuk mengurangi tingkat polusi dan kemungkinan
karsinogen [Novalina, 2015].
Tanaman jarak pagar (Jatropha curcas L.) merupakan salah satu tanaman yang
berpotensi sebagai bahan bakar alami terbarukan. Tanaman ini sangat cepat tumbuh
dan struktur akarnya mampu menahan erosi, terutama apabila ditanam dengan jarak
yang sangat rapat. Biji jarak merupakan bagian dari tanaman jarak pagar yang
mengandung minyak cukup tinggi. Tanaman sejak lama dikenal sebagai tanaman
konservasi karena sifatnya yang sangat toleran terhadap jenis tanah dan iklim.
Selain karakteristik yang dimiliki oleh minyak sawit, minyak jarak juga dapat
digunakan sebagai bahan biodiesel. Minyak jarak memiliki dua jenis yang dikenal di
Indonesia, yaitu jarak pagar (jatropha curkas) dan jarak kepyar (castor ricinus
comunis). Kandungan minyak yang terdapat pada biji jarak pagar sekitar 30 – 50 %
dan mengandung 16 – 18 atom karbon per molekul. Untuk minyak bumi mengandung
8 – 10 atom karbon. Perbedaan kandungan atom karbon yang lebih besar pada minyak
jarak mengakibatkan viskositas yang lebih tinggi dibandingkan viskositas minyak
bumi (Said, 2009).
Bahan baku minyak nabati yang berpotensi digunakan sebagai bahan baku
biodiesel ialah tanaman jarak pagar (Jatropha Curcas Oil). Tanaman jarak pagar
berasal dari daerah tropis Amerika Tengah, telah lama dikenal oleh masyarakat
Indonesia dari jaman penjajahan Jepang. Tanaman jarak pagar sering dijumpai
sebagai pagar pada pekarangan, selain itu juga minyak jarak dipergunakan sebagai
obat serta diperuntukan pada minyak lampu. Biji tanaman jarak terkandung persentase
minyak yang besar, sehingga mulai dilirik untuk digunakan sebagai sumber bahan
bakar alternatif dimasa yang akan datang.
1.3 DASAR TEORI
Biodiesel adalah salah satu bahan bakar yang dibuat dari minyak tumbuhtumbuhan
(nabati) atau lemak hewan. Biodiesel secara umum dapat diperbaharui dan merupakan
bahan bakar yang terdiri dari campuran monoalkil ester dari rantai panjang asam lemak
(Said, 2009). Biodiesel adalah bahan bakar minyak nabati yang dikembangkan sesuai
blue print. Bahan-bahan yang sering digunakan dalam pembuatan biodiesel antara lain
ialah minyak jarak pagar (jatropha curcas), minyak kelapa sawit (crude palm oil), jarak
kepyar (ricinus communis), dan masih banyak yang lainnya. (Nurcholis, 2007). Adapun
beberapa kelebihan yang dimiliki oleh biodiesel sebagai berikut:
1) Biodiesel mampu beroperasi pada mesin konvensional tanpa harus
memodifikasi mesin.
2) Biodiesel mengurangi emisi dan senyawa karsinogen.
3) Biodiesel aman dan tidak beracun.
4) Menghasilkan pembakaran yang sempurna terhadap mesin biodiesel.
Biodiesel diakui sebagai bahan bakar alternatif dengan petroleum diesel
dalam wujud murni atau campuran 20% (Said, 2009).
DENSITAS
Densitas adalah jumlah zat yang terkandung dalam suatu unit volume (Moechtar,
1989). Densitas suatu bahan tidak sama pada setiap bagiannya tergantung pada faktor
lingkungan seperti tekanan dan suhu. Satuan densitas adalah kg/m3 . Dalam cgs adalah
gram per centimeter kubik g/cm3 , yang sering juga digunakan. Faktor konversi sangat
berguna dimana 1 g/cm³ = 1000 kg/m3 (Young, 2002). Pengukuran densitas sebuah
biodiesel dapat dilakukan dengan menggunakan timbangan digital dan piknometer ukuran
25 ml. Nilai densitas dapat dihitung menggunakan rumus (Ketaren S., 1986).
ρ= 𝑚 v (2.1)
Keterangan:
- ρ = massa jenis air (kg/m³).
- m = massa benda (kg).
- v = volume benda (m³).
VISKOSITAS
Viskositas merupakan kekentalan suatu fluida. Pada fluida mempunyai kekentalan
yang berbeda-beda, biasannya dinyatakan dengan ƞ. Untuk mengetahui nilai besar
kecilnya suatu viskositas dapat melakukan pengukuran dengan menggunakan alat
viscometer. Apabila viskositas semakin tinggi maka membutuhkan tekanan yang tinggi
juga untuk mengalirkan bahan bakar. Hal ini sangat penting, karena berpengaruh pada
kerja injektor pada mesin. Oleh karena itu, bahan bakar harus mempunyai viskositas yang
relatif rendah, agar dengan mudah dapat teratomisasi dan mengalir (Dewi, 2015).
Esterifikasi
Esterifikasi adalah reaksi antara asam lemak dengan alkohol meggunakan katalis asam.
Esterifikasi dengan katalis asam mengkonversi FFA menjadi ester alkil. Esterifikasi pada
umumnya menggunakan katalis asam homogen seperti asam klorida (HCI) dan asam
sulfat (H2S04), Tahap esterifikasi biasa diikuti dengan tahap transesterifikasi (Kasim,
2012). Reaksi asam lemak menjadi metil ester sebagai berikut :
RCOOH + CH3OH RCOOH3 + H2O
Asam lemak + Metanol Metil Ester + Air
Reaksi esterifikasi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah rasio mol metanol
dengan minyak, suhu, waktu reaksi, konsentrasi katalis dan kandungan air pada minyak.
Semakin tinggi rasio mol metanol dengan minyak yang digunkan, maka semakin tinggi
rendemen metil ester dan semakin kecil kandungan asam lemak bebas di akhir operasi
Suhu operasi yang optimum adalah 60°C (Kasim, 2012). Esterfikasi dilakukan apabila
bahan yang digunakan adalah minyak yang memiliki kadar FFA tinggi.
TRANS-ESTERIFIKASI
Transesterifikasi adalah proses pertukaran gugus organik R″ pada suatu ester dengan
gugus organik R′ dari alkohol. Reaksi ini terkadang dikatalisis oleh penambahan katalis asam
atau basa. Reaksi ini juga dapat dicapai dengan bantuan enzim terutama lipase.
Reaksi transesterifikasi mengubah trigliserida (96-98 %minyak) dan alkohol menjadi
ester, dengan sisa gliserin sebagai produk sampingnya. Hasilnya molekul-molekul trigliserida
yang panjang dan bercabang diubah menjadi ester-ester yang lebih kecil yang memiliki
ukuran dan sifat yang serupa dengan minyak solar.

Reaksi pada Transesterifikasi


Alkohol yang digunakan adalah alkohol dengan rantai pendek, seperti metanol, etanol
dan butanol. Metanol dan etanol dapat dengan mudah dihasilkan dari bahan nabati. Etanol
menghasilkan etil ester yang lebih sedikit dan meninggalkan sisa karbon yang banyak.
Metanol selain harganya yang lebih murah, juga adalah jenis alkohol yang paling umum
digunakan. Katalis digunakan untuk mempercepat jalannya reaksi (Encinar, 1999).
Metanol dan etanol adalah jenis alkohol yang banyak dipakai dalam industri, karena
kedua jenis alkohol ini memberikan reaksi yang relatif lebih cepat. Reaksi dengan alkohol
yang mempunyai titik didih lebih rendah dilaksanakan pada suhu 60-65 ºC, sedangkan untuk
reaksi dengan alkohol yang mempunyai titik didih tinggi dilakukan pada suhu 200-250 ºC.
Reaktor yang dipakai diusahakan dalam keadaan kering dan kadar asam lemak bebas yang
ada dalam minyak atau lemak harus kecil. Konsentrasi katalisator akan berkurang karena air
dan asam lemak bebas yang ada dalam minyak atau lemak harus kecil. Konsentrasi
katalisator akan berkurang karena air dan asam lemak bebas akan bereaksi dengan katalisator
yang sifatnya basa dan membentuk sabun.
Faktor yang Mempengaruhi Proses Pembuatan Biodiesel

1. Rasio Molar Antara trigliserida dan alkohol


Agar reaksi dapat bergeser ke arah produk, alkohol yang ditambahkan harus berlebih
dari kebutuhan stoikiometrinya. Peningkatan alkohol terhadap trigliserida akan
meningkatkan konversi tetapi menyulitkan pemisahan gliserol.
2. Homogenisasi (Pencampuran)
Transesterifikasi tidak akan berlangsung baik bila campuran bahan tidak
dihomogenisasi terutama selama tahap awal proses. Pengadukan yang kuat (vigorous
stirring) merupakan salah satu metode homogenisasi yang cukup berhasil untuk
proses yang dilakukan secara batch dan kontinyu.
3. Jenis Katalis
Penggunaan katalisator berguna untuk menurunkan tenaga aktivasi sehingga reaksi
berjalan dengan mudah. Bila tenaga aktivasi kecil maka harga konstanta kecepatan
reaksi bertambah besar.
4. Temperatur Reaksi
Transesterifikasi dapat dilakukan pada berbagai temperatur, tergantung dari jenis
trigliserida yang digunakan. Jika temperatur semakin tinggi, laju reaksi akan semakin
cepat. Temperatur selama reaksi transesterifikasi dapat dilakukan pada rentang
temperatur 30-65oC. Dalam proses transeterifikasi, perubahan temperatur reaksi
menyebabkan gerakan molekul semakin cepat (tumbukan antara molekul pereaksi
meningkat). Temperatur mempengaruhi viskositas dan densitas, karena viskositas dan
densitas merupakan dua parameter fisis penting yang mempengaruhi pemanfaatan
biodiesel sebagai bahan bakar.
5. Kandungan air dan asam lemak bebas
Terdapatnya air dalam trigliserida menyebabkan terjadinya reaksi saponifikasi yang
dapat menurunkan tingkat efisiensi katalis. Jika kandungan asam lemak bebasnya
tinggi maka akan dibutuhkan banyak basa.
6. Kecepatan Pengadukan
Setiap reaksi dipengaruhi oleh tumbukan antar molekul yang larut dalam reaksi
dengan memperbesar kecepatan pengadukan maka jumlah tumbukan antar molekul
zat pereaksi akan semakin besar sehingga kecepatan reaksi akan bertambah besar.
7. Lama Waktu Pengendapan (Settling)
Lama waktu pengendapan berpengaruh pada proses transestefikasi 2 tahap yaitu
melakukan dua kali proses transesterifikasi. Pengendapan bertujuan untuk
memisahkan gliserol dan biodiesel. Waktu pengendapan metil ester mempengaruhi
bilangan asam. Ketika pengendapan yang lebih lama, diduga tingkat oksidasi pada
proses dua tahap lebih tinggi dari pada proses satu tahap. Hal ini mengakibatkan
bilangan asam menjadi lebih tinggi. Umumnya, biodiesel cenderung mudah
mengalami kerusakan oleh proses oksidasi dan hidrolisis pada waktu penyimpanan
karena adanya asam lemak tak jenuh yang merupakan penyusun komposisi biodiesel.
Tabel Syarat Mutu Biodiesel

No Parameter Uji Satuan Persyaratan


1 Massa Jenis Kg/m3 850-890
2 Viskositas Cst 2,3-6,0
Kinematik 40C
3 Bilangan Asam Mg-KOH/g, 0,5
maks
Sumber: SNI 7182:2015
1.4 METODOLOGI PERCOBAAN
1.4.1 Alat Percobaan
1. Oil bath / water bath
2. Gelas Beaker
3. Overhead stirrer
4. Buret beserta statif
5. Kaca arloji
6. Erlenmeyer
7. Gelas Ukur
8. Labu Bundar 4 leher
9. Viscometer Ostwald dan viscosity bath
10. Density / Specific Gravity Meter
11. Erlenmeyer
12. Buret dan statif

1.4. Bahan Percobaan


1. Metanol
2. NaOH
3. Minyak
4. KOH 0,1N
5. Indikator PP

1.4.3 Prosedur Pembuatan Biodiesel


Persiapan bahan baku
Uji kadar FFA (Free Fatty Acid)
1. Timbang 20 gram sampel (minyak) dalam Erlenmeyer
2. Tambahkan 50 ml etanol panas dan 3 tetes indicator phenolphthalein
(PP) ke dalam minyak
3. Didinginkan pada suhu ruang
4. Titrasi dengan larutan NaOH 0,1 N sampai terjadi perubahan warna
menjadi merah jambu dan tidak hilang selama 30 detik

5. Catat volume titran (ml) dan hitung kadar FFA. Asam lemak bebas
dinyatakan sebagai % FFA. 
6. Persen asam lemak bebas dinyatakan sebagai oleat pada kebanyakan
minyak dan lemak. Untuk minyak kelapa dan minyak inti kelapa
sawit dinyatakan sebagai laurat, sedang pada minyak sawit
dinyatakan sebagai palmitat. % FFA = x 100% 
7. Jika hasil uji kadar FFA dalam sampel > 2 % maka lakukan proses
esterifikasi hingga FFA mencapai < 2 %.

50 ml etanol 20 grm Minyak


panas 3 tetes Indikator
PP

Titrasi dengan NaOH


0,1 N

Ulangi sebanyak 2
kali

Hitung kadar FFA %

Proses Esterifikasi 

1. Timbang sampel (minyak) sebanyak 300 g 


2. Tambahkan metanol dengan rasio mol 3 : 1 dengan minyak.
Tambahkan pula asam sulfat pekat sebanyak 0,05 % dari FFA nya.
Campur terlebih dahulu asam sulfat dan metanol baru kemudian
tambahkan perlahan ke dalam sampel minyak 
3. Lakukan pengadukan dengan pemanasan dengan suhu 60oC selama 2
jam 
4. Setelah didinginkan, pisahkan dengan menggunakan corong pisah.
5. Uji kadar FFA nya. Jika kadar FFA > 2% ulangi prosedur
esterifikasi.
100 grm methanol
300 grm minyak 0,05% FFA H2SO4

Pengadukan dan Pemanasan 60 C selama 2 jam

Pemisahan dengan Corong Pisah

Uji kadar FFA %

Proses Trans-esterifikasi

1. Sampel minyak yang digunakan yang memiliki kadar FFA <


2%, jika melebihi maka perlu dilakukan proses esterifikasi
terlebih dahulu 
2. Timbang sampel sebanyak 300 g 
3. Timbang katalis sebanyak 0,5 – 2 % dari berat sampel
minyak (variabel)
4. Timbang metanol dengan perbandingan mol 3:1 dari berat
minyak (variabel) 
5. Memasukkan sampel ke dalam labu bundar leher 4 yang telah
dirangkai bersama dengan motor pengaduk di dalam pemanas
air atau waterbath 
6. Campurkan terlebih dahulu katalis dan metanol, panaskan
pada suhu ± 40oC hingga katalis larut dalam metanol 
7. Set suhu waterbath pada suhu 60Oc
8. Panaskan sampel pada suhu 60oC, kemudian masukkan
perlahan campuran katalis dan pengadukan selama 90 menit
9. Diamkan biodiesel di dalam corong pisah untuk memisahkan
lapisan biodiesel dari gliserol selama 24 – 48 jam,
10. Cuci biodiesel dengan air panas (suhu 80 – 90 oC)
11. Pencucian menggunakan air panas dilakukan beberapa kali
hingga air pencuci berwarna jernih dan didapatkan metil ester
yang bebas pengotor
12. Penguapan sisa air pencuci yang ada di metil ester dengan
memanaskan metil ester yang diperoleh pada temperatur 105
°C
13. Lakukan analisa biodiesel → Bilangan asam, viskositas,
densitas
100 grm methanol Panaskan pada
3,06 grm NaOH (s) suhu 40C

Panaskan pada suhu 60C


dan pengadukan selama 90 300 gram minyak
menit

Diamkan biodiesel dalam corong pisah selama 24-48 jan

Cuci biodiesel dengan air panas beberapa kali sampai air


pencuci jernih

Penguapan sisa air pencuci menggunakan oven dengan suhu


105 C

Analisis biodiesel (Bilangan Asam, Viskositas, dan Densitas)


1.4. Prosedur Analisis Biodiesel
Viskositas Kinematik

Suhu diatur 40 C

Mengisi dengan Biodiesel


sampai ¾ bola

Vis. Otswald dimasukkan


ke wadah

Biodiesel dihisap dengan ball pipet sampai tanda


batas atas

Ball pipet dilepas dan dihitung waktu yang


dibutuhkan sampai ke tanda batas bawah

Densitas

Netralisasi alat dengan menginjeksikan


etanol dan tekan Pump

Injeksikan Biodiesel ke dalam alat dan


tekan meas

Catat densitas pada alat setelah muncul


tulisan “Result”
Bilangan Asam

2 ml etanol 2 ml biodiesel
3 tetes Indikator PP

Titrasi dengan KOH 0,1 N

Ulangi sebanyak 3 kali

1.5. Data Pengamatan dan Perhitungan


1.5. Pembuatan Biodiesel
A. Uji Kadar FFA
No Berat Sampel Vol Etanol Volume NaOH % FFA
1 20 grm 50 ml 2,1 ml 0,282392 %
2 20 grm 50 ml 1 ml 0,154032 %
Rata – Rata FFA 0,218212 %
Perhitungan
BE Minyak Palmitat = 256,52 gr/mol
N NaOH = 0,1 N
V NaOH × N NaOH × BE
% FFA 1 = ×100
msampel ×1000
2,1ml × 0,1 ×256,52
= ×100
20× 1000
= 0,269346%
V NaOH × N NaOH × BE
% FFA 2 = ×100
msampel ×1000
1ml × 0,1× 256,52
= ×100
20× 1000
= 0,12826%
B. Data Trans-esterifikasi
No Bahan Jumlah Keterangan
1 Minyak 500 grm
2 Metanol 167 grm 1
Minyak
3
3 Katalis NaOH 5 grm 1% Berat Minyak

1.5.2 Analisis Biodiesel


A. Viskositas Kinematik
No Waktu (t) Viskositas Kinematik
(μ ¿
1 1,16 s 5,249016 cSt
2 49,50 s 5,0787 cSt
3 52 s 5,3352 cSt
Rata – rata 5,220972 cSt
Perhitungan

K = 0,1026 C (mm2/s)/s
μ1 = K × T1
= 0,1026 × 51,16 = 5,249016 cSt
μ2 = K × T1
= 0,1026 × 49,50 = 5,0787 cSt

μ3 = K × T1
= 0,1026 × 52 = 5,3352 cSt

B. Densitas

Sampel Biodiesel Densitas


1 0,87 g/ml
2 0,87 g/ml
3 0,87 g/ml
Rata-Rata 0,87 g/ml
C. Bilangan Asam

NO Variabel Jumlah
1 Variabel 1 0,3 ml
2 Variabel 2 0,2 ml
3 Variabel 3 0,2 ml
Rata - rata 0,23 ml

0,3 ml ×0,2 ml × 0,2ml


Volume Titrat =
3
= 0, 23 ml
1.6. Hasil dan Pembahasan
Biodiesel merupakan salah satu jenis bahan bakar diesel alternatif yang ramah
lingkungan dan biodiesel ini berasal dari minyak tumbuhan atau lemak hewan yang
dihasilkan. Pembuatan biodiesel yang kami lakukan mengguanakan bahan minyak
sawit atau asam palmitat, dengan diawali uji FFA (Free Fatty Acid). FFA bertujuan
untuk mengetahui kualitas atau mutu dari bahan minyak yang digunakan dan
menentukan proses selanjutnya. Jika kadar FFA yang didapatkan > 2% maka harus
proses esterifikasi terlebih dahulu untuk menurunkan kadar FFA. Apabila kadar FFA
yang didapatkan < 2% dapat dilanjutkan pada proses Transeterifikasi tanpa
melakukan proses esterifikasi.
Hasil kadar FFA yang didapat ialah 0,218212%, mengarah pada proses
transesterifikasi. Katalis yang digunakan pada proses ini adalah katalis basa (NaOH),
dikarenakan kadar FFA < 2%. Minyak nabati yang digunakan sebesar 300 g dan
methanol sebesar 100 g, dengan katalis 1% dari berat minyak (3,06 g). Selanjutnya
atur suhu waterbath agar tetap stabil pada suhu 60 ⁰C, agar mencegah larutan katalis
dan methanol menguap karena titik didih methanol yang rendah. Pemanasan
dilakukan dengan pengadukan selama 90 menit untuk menghomogenkan larutan
sampel. Selain itu kondensor dipasang agar methanol yang menguap tidak
menghilang karena terkondensasi. Larutan sampel dipindahkan kedalam corong pisah
dan didiamkan selama 48 jam untuk memisahkan gliserol dari biodiesel.
Pencucian biodiesel menggunakan aquades panas beberapa kali, sampai air
pencuci jernih, karena pengotor pada biodiesel telah dihilangkan. Biodiesel
dipanaskan dalam oven pada suhu 105 ⁰C, untuk menguapkan kadar air yang masih
tersisa sebelum dilakukan uji analisa viskosita, densitas, dan bilangan asam. Pada uji
viskositas dengan alat viscometer, diperoleh viscositas kinematic sebesar 5, 220972
cSt, maka hasil yang diperoleh sesuai dengan SNI 7182:2015 antara 2,3 - 6,0 cSt. Uji
densitas menggunakan alat densitometer sebanyak 3 kali, dengan hasil yang sama
yaitu 0,87 g/ml, maka hasil densitas yang diperoleh sesuai dengan SNI 7182:2015
(0,850 – 0,890 g/ml). Uji pada bilangan asam dengan menggunakan titrasi KOH 0,1 N
secara duplo menghasilkan 0,23 ml, maka hasil yang diperoleh sudah sesuai dengan
SNI 7182:2015 (max 0,5).

1.7. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum pembuatan biodiesel dapat disimpulkan :
1. Proses pembuatan biodiesel diawali dengan uji FFA, apabila FFA >2% perlu
melakukan proses esterifikasi, sedangkan FFA < 2% dapat langsung
menggunakan proses transesterifikasi.
2. Hasil uji analisa biodiesel :
a. Viskositas kinematic diperoleh sebesar 5,220972 cSt (sesuai dengan
SNI)
b. Densitas diperoleh sebesar 0,87 g/ml (sesuai dengan SNI)
c. Bilangan asam diperoleh sebesar 0,23 (sesuai dengan SNI)

1.8. Referensi

Anshary, M. I. (2012). Pembuatan Biodiesel Dari Minyak Kelapa Sawit


Dengan Katalis Padat Berpromotor Ganda Dalam Reaktor Fixed Bed.
Encinar, J. M. (1999). Preparation and properties of biodiesel from Cynara C
ardunculus L. oil. Industrial & Engineering Chemistry Research,.

Anda mungkin juga menyukai