Oleh
Ketika minyak goreng dipakai untuk menggoreng terjadi peristiwa oksidasi dan
hidrolisis yang memecah molekul minyak menjadi asam. Konsentrasi asam lemak
bebas bertambah dengan pemanasan pada suhu tinggi dan waktu yang lama selama
penggorengan. Adanya kandungan asam lemak bebas yang rendah dalam minyak
jelantah dapat menjadi ester apabila bereaksi dengan metanol melalui proses standar
untuk pengolahan biodiesel adalah dengan proses transesterifikasi, namun jika bereaksi
dengan natrium atau kalium akan membentuk sabun. Reaksi transesterifikasi tanpa
katalis akan memerlukan waktu yang lama serta suhu dan tekanan yang tinggi
Katalis homogen dapat bereaksi dengan asam membentuk sabun lemak bebas
sehingga akan mempersulit pemurnian , menurunkan hasil biodiesel dan meningkatkan
konsumsi katalis dalam reaksi metanolisis. Penggunaan katalis heterogen dalam
produksi biodiesel dapat mengatasi beberapa kelemahan yang dimiliki oleh katalis
homogeny. Pemisahan katalis heterogen produk cukup sederhana, yaitu dengan
menggunakan penyaringan. Salah satu katalis yang dapat digunakan dalam reaksi
metanolisis heterogen adalah kalsium karbonat ( CaCO3 ) yang dibakar pada suhu dan
waktu tertentu ke Kalsium Oksida ( CaO ).
Tanaman kelapa sawit yang berumur tiga tahun sudah mulai dewasa dan mulai
mengeluarkan bunga jantan atau bunga betina. Bunga jantan berbentuk lonjong
memanjang, sedangkan bunga betina agak bulat. Tanaman kelapa sawit mengadakan
penyerbukan silang (cross pollination). Artinya, bunga betina dari pohon yang satu
dibuahi oleh bunga jantan dari pohon yang lainnya dengan perantaraan angin dan atau
serangga penyerbuk. Buah kelapa sawit tersusun dari kulit buah yang licin dan keras
(epicarp), daging buah (mesocrap) dari susunan serabut (fibre) dan mengandung
minyak, kulit biji (endocrap) atau cangkang atau tempurung yang berwarna hitam dan
keras, daging biji (endosperm) yang berwarna putih dan mengandung minyak, serta
lembaga (embryo).
2.2 Biodiesel
Biodiesel merupakan salah satu jenis biofuel (bahan bakar cair dari pengolahan
tumbuhan) di samping Bioetanol. Biodiesel adalah senyawa alkil ester yang diproduksi
melalui proses alkoholisis (transesterifikasi) antara trigliserida yang bersumber dari
minyak nabati maupun minyak hewani dengan metanol atau etanol dengan bantuan
katalis basa menjadi alkil ester dan gliserol; atau esterifikasi asam-asam lemak (bebas)
dengan metanol dan etanol dengan bantuan katalis basa menjadi senyawa alkil ester
dan air. Penggunaan biodiesel sangat menguntungkan karena:
Biodiesel terdiri dari metil ester minyak nabati, di mana rantai hidrokarbon
trigliserida dari minyak nabati mentah diubah secara kimia menjadi ester asam lemak.
Ester asam lemak dihasilkan dari reaksi transesterifikasi, yaitu reaksi antara alkohol
dengan minyak untuk melepaskan tiga rantai ester dan gliserin dari tiap trigliserida
(Von Wedel, 1999).
Rantai karbon biodiesel bersifat sederhana, berbentuk lurus dengan dua buah
atom oksigen pada tiap cabangnya (mono alkil ester), sehingga lebih mudah
didegradasi oleh bakteri dibandingkan dengan rantai karbon petrodiesel, yang bersifat
lebih kompleks, dengan ikatan rangkap dan banyak cabang. Dengan struktur yang
sederhana tersebut, biodiesel dapat terbakar dengan sempurna dan dapat meningkatkan
pembakaran jika dicampur dengan diesel dari minyak bumi (Joelianingsih dkk., 2006).
2.3 Transesterifikasi
Menurut Swern (1982), jumlah alcohol yang dianjuran sekitar 1,6 kali 19
jumlah yang dibutuhkan secara teoritis. Jumlah alcohol yang lebih dari 1,75 kali jumlah
teoritis tidak mempercepat reaksi bahkan mempersulit pemisahan gliserol selanjutnya.
Freedman (1984) menyebutkan bahwa untuk transesterifikasi menggunakan katalis
basa, nisbah mol methanol: minyak sebesar 6: adalah optimal (Ariza Sari et al, 2007).
Standar mutu biodiesel telah dikeluarkan dalam bentuk SNI 7182:2015, melalui
keputusan Kepala Badan Standarisasi Nasional (BSN).
BAB III
METODOLOGI
Dimana:
Dimana:
BM KOH × V × N
B. A = …………………….………………….…………..(5)
m
Dimana:
N = normalitas KOH
m = berat sampel biodiesel (g)
5. Asam lemak bebas (FFA) dihitung dengan rumus perhitungan pada persamaan
(6).
BM × V × N
FFA = × 100% …………………………….…….…………..(6)
m × 1000
Dimana:
N = normalitas KOH
12,69 × (Vb−Vc) × N
B. I = ………………………….……………..……….(7)
m
Dimana:
Keterangan:
1. Rendemen/Yield
Output bahan
Rendemen = × 100%
Input bahan
175 ml
Rendemen = × 100%
194 ml
= 90,2602%
2. Densitas
m2
Densitas (ρ) = × ρ𝑎𝑖𝑟
m1
24,2593
Densitas (ρ) = × 0,993
25,6864
= 0,93783 (simplo)
23,7722
Densitas (ρ) = × 0,993
25,6864
=0,919 (duplo)
3. Viskositas Kinematik
Viskositas Kinematik (η) = K × t
Viskositas Kinematik (η) = 0,355 × 2,91
=1,03305
Viskositas Kinematik (η) = 0,355 × 2,75
=0,97625
4. Bilangan Asam dan FFA
BM KOH × V × N
B. A =
m
56,1 × 1,5 × 0,1
B. A =
3,6
=2,3375 (simplo)
56,1 × 2 × 0,1
B. A =
3,6
=3,116 (duplo)
BM × V × N
FFA = × 100%
m × 1000
269 × 1,5 × 0,1
FFA = × 100%
3,6 × 1000
=0,0112
269 × 2 × 0,1
FFA = × 100%
3,6 × 1000
=0,01494
5. Bilangan Iod
12,69 × (Vb − Vc) × N
B. I =
m
12,69 × (34 − 18,7) × 0,0995
B. I =
0,3
=64,39
12,69 × (34 − 18,4) × 0,0995
B. I =
0,3
63,55
6. Bilangan Penyabunan
56,1 x T x (v0 − v1)
B. P =
𝑚
56,1 x 0,5 x (21,9 − 11,5)
B. P =
2
= 14,586
56,1 x 0,5 x (21,9 − 10,5)
B. P =
2
= 15,908
24031016004
BAB V
PEMBAHASAN
SNI No.04-7182-2006,
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
1. Ketiga sampel yang di uji belum memenuhi standar SNI
2. Pengujian terhadap biodiesel ini berfungsi untuk mengetahui mutu dari biodiesel
itu sendiri.
3. Ketidaksesuaian hasil dengan SNI dapat terjadi karena kesalahan prosedur
maupun ketidaksesuaian bahan.
6.2 Saran
1. Waktu praktikum dimaksimalkan lebih baik lagi
2. Praktikan harus mengerti betul prosedur pengujian
3. Praktikum dilaksanakan lebih kondusif
Fahrul Saefudin
24031010023
BAB V
PEMBAHASAN
Sampel yang digunakan pada praktikum ini yaitu minyak goreng yang sudah
melalui tahap esterifikasi, sehingga praktikan hanya melakukan proses transesterifikasi
saja untuk membuat biodiesel. Sampel tersebut dibagi menjadi tiga jenis berdasarkan
jumlah katalis saat reaksi esterifikasi, yaitu sebanyak 0,5%, 1%, dan 1,5%. Jadi untuk
tujuan dari praktikum ini sendiri yaitu berapakah jumlah katalis digunakan pada saat
proses esterifikasi sehingga biodiesel yang dihasilkan jumlah maksimal.
Campuran antara trigliserida dengan metil ester dan metanol dengan KOH
dicampurkan dan dipanaskan menggunakan magnetic hot plate stirrer. Campuran
dijaga suhunya pada suhu 60℃ sembari aduk dengan magnetic stirrer pada kecepatan
350 rpm selama 2 jam.
Pada Uji Densitas, dinyatakan syarat mutu densitas pada biodiesel yaitu pada
angka 850-890 kg/m3 atau 0,85-0,89 g/cm3, sedangkan densitas yang didapatkan dari
pengujian yaitu 0,92 (simplo) dan 0,953 (duplo) g/cm3 pada sampel dengan katalis
0,5%, 0,922 dan 0,929 g/cm3 pada sampel dengan katalis 1%, dan 0,937 dan 0,919
g/cm3 pada sampel dengan katalis 1,5%, yang mana berarti biodiesel yang dihasilkan
tidak memenuhi syarat mutu diesel pada kriteria Densitas/massa jenis, karena nilainya
massa jenisnya lebih besar dari nilai yang telah ditentukan (0,85-0,89 g/cm3).
Pada uji Bilangan Asam dan FFA, diinyatakan syarat untuk nilai Bilangan
Asam dan FFA maks 0,8 mg-KOH/kg, sementara nilai bilangan Asam dan FFA pada
hasil pengujian praktikan menunjukan angka 2,85 mg dan 2,378 mg pada sampel
dengan katalis 0,5%, pada sampel dengan katalis 1% didapatkan nilai 0 1.3848 mg
dan 2.0032 mg, serta 2.3375 dan 3.116 pada sampel dengan katalis 1,5%. Hal ini
menunjukan jika biodiesel masih belum bisa memenuhi syarat mutu kriteria bilangan
asam dan FFA, karena nilainya yang telalu rendah pada semua sampel 1% dan 1,5%,
0,5%.
Pada uji Bilangan iod, diinyatakan syarat untuk nilai yaitu maksimal berada
pada angka 115g, sementara nilai viskositas pada hasil pengujian praktikan
menunjukan angka pada 29.8588 dan 34.3858 sampel dengan katalis 0,5%, pada
sampel dengan katalis 1% didapatkan nilai 63.3855 dan 60.6634, serta 64.390000 dan
63.55 pada sampel dengan katalis 1,5%. Hal ini menunjukan jika biodiesel telah
memenuhi syarat mutu kriteria bilangan iod, karena nilainya yang masih berada
dibawah batas maksimal untuk semua sampel baik 1%, 1,5%, dan 0,5%.
Pada beberapa kriteria mutu, biodiesel yang telah dibuat masih belum bisa
memenuhi standar, hal itu saja terjadi karena beberapa faktor, diantaranya bisa saja
terjadi kesalahan pada proses pembuatan biodiesel, atau bisa saja karena alat yang
digunakan tidak steril, sehingga pada saat pengujian, hasil yang didapat tidak sesuai
dengan ekspektasi.
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
1. Praktikan mampu dengan baik membuat biodiesel
2. Pada beberapa kriteria mutu, biodiesel yang telah dibuat masih belum bisa
memenuhi syarat standar mutu.
3. biodiesel yang telah dibuat masih belum bisa memenuhi standar, hal itu saja
terjadi karena beberapa faktor, diantaranya bisa saja terjadi kesalahan pada
proses pembuatan biodiesel, atau bisa saja karena alat yang digunakan tidak
steril, sehingga pada saat pengujian, hasil yang didapat tidak sesuai dengan
ekspektasi.
6.2 Saran
Sebaiknya pada saat melakukan praktikum, praktikan lebih kondusif dan teratur
agar praktikum berjalan dengan lancar serta para asisten lebih tegas dalam
mengawasi praktikan yang sedang melakukan praktikum dan praktikan
harusnya menggunakan perengkapan praktikum (masker dan sarung tangan).
DAFTAR PUSTAKA
Fauzi, Y. 2012. Kelapa Sawit, Budi Daya Pemanfaatan Hasil Limbah dan Limbah
Analisis Usaha dan Pemasaran. Cetakan Pertama. Jakarta. Penebar Swadaya.
Freedman, B., 1984, Variables Affecting the Yield of Fatty Ester from Transesterified
Vegetable Oil, J. Am. Oil Chem. Soc., Vol 61, No.10.
Pahan, I. 2012. Panduan Lengkap Kelapa Sawit, Manajemen Agribisnis dari Hulu ke
Hilir. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sari, Ariza. Budi. Tunjung. 2007. Proses Pembuatan Biodiesel Minyak Jarak Pagar
(Jatropha Curcas L) Dengan Transesterifikasi Satu Dan Dua Tahap, Fakultas
Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Swern, Daniel, 1982, Bailey’s Industrial Oil and Fat Products, Interscience Publisher
a Division of John Wiley and Sons, New York.