Anda di halaman 1dari 11

Reka Chemica ©Teknik Kimia Itenas | No.x | Vol.

xx
Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Agustus 2019

Pengaruh Durasi, Suhu dan Rasio Reaktan Reaksi


Transesterifikasi pada Kualitas Biodiesel dari Minyak
Biji Kesambi (Schleichera Oleosa Lour)

Sarah F. N. Saleh, Windu F. Suwandi, Dyah S. Pertiwi*, Ida Wati


Jurusan Teknik Kimia, Institut Teknologi Nasional (Itenas) Bandung
*Email: dsp@itenas.ac.id

ABSTRAK

Minyak dapat dihasilkan dari biji kesambi (Schleichera Oleosa Lour). Minyak biji
kesambi dapat dikonversikan menjadi biodiesel. Penelitian ini bertujuan untuk
mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembuatan biodiesel dari
minyak biji kesambi. Minyak biji kesambi akan direaksikan dengan metanol dengan
perbandingan massa minyak biji kesambi terhadap metanol 7:2, menggunakan
katalis KOH dengan jumlah katalis 1%w. Reaksi dilakukan dengan menggunakan
reaktor berpengaduk yang dioperasikan dengan kecepatan pengadukan tertentu,
lama reaksi 45, 60, 75 dan 90 menit dengan variasi temperatur reaksi 55oC dan
60oC. Dengan kondisi suhu dan waktu terbaik dilakukan kembali pembuatan
biodiesel dengan perbandingan massa minyak biji kesambi dan metanol 7:1,5;
7:2,5; dan 7:3. Parameter yang diukur adalah %yield, viskositas, densitas,
bilangan iod dan bilangan asam. Tidak semua biodiesel yang dihasilkan memenuhi
SNI 7182:2012. Hasil biodiesel dengan waktu reaksi 90 menit, suhu 55oC dan
perbandingan reaktan 7 : 2,5 diperoleh %yield tertinggi dengan kadar asam lemak
yang sudah memenuhi SNI 7182:2012.
Kata Kunci: biodiesel, durasi reaksi, rasio reaktan, suhu reaksi.

ABSTRACT

The seeds of kesambi (Schleichera Oleosa Lour) can be produced oil. Kesambi
seed’s oil can be converted into biodiesel. This research aims to determine the
factors that influence the process of making biodiesel from kesambi seed oil.
Kesambi seed oil will be reacted with methanol with a ratio mass of kesambi seed
oil to methanol 7:2, using a catalyst KOH 1%-w. The reaction was carried out using
a stirred reactor which was operated with a certain stirring speed, a reaction time
of 45, 60, 75 and 90 minutes with a reaction temperature of 55˚C and 60˚C. With
the best conditions of temperature and time will be made again biodiesel by ratio
mass oils of kesambi and methanol 7: 1.5; 7: 2.5; and 7: 3. Parameters has been
measured is % yield, viscosity, density, iodine number and acid number. Not all
biodiesel is produced according to SNI 7182:2012. The best result of biodiesel is
reaction time 90 minutes with temperature 55oC and reactan ratio 7 : 2,5 obtained
%yield is the highest with fatty acid levels that already according to SNI
7182:2012.
Keywords: biodiesel, reaction time, reaction temperature, reactant ratio.

Reka Chemica – 1
Saleh dkk.

1. PENDAHULUAN

Krisis energi merupakan masalah yang dihadapi dunia, hal ini disebabkan sumber energi utama
yang mampu mencukupi kebutuhan energi sebagian besar berasal dari minyak bumi. IFR
Report, Economist 2008 memperkirakan pada tahun 2030 minyak mentah dunia akan menjadi
351,38 miliar barel. Cadangan minyak bumi yang semakin menipis ini perlu diantisipasi dengan
pengembangan energi alternatif dimana ketersediaannya dapat diperbaharui. Biofuel
merupakan salah satu contoh bahan pengganti minyak bumi, dapat di artikan sebagai sumber
energi yang berasal dari minyak yang dihasilkan oleh organisme hidup. Organisme yang umum
digunakan sebagai sumber minyak adalah tanaman. Energi yang dapat diperbaharui salah
satunya yaitu biodiesel. Beberapa kelebihan menggunakan biodiesel yaitu mengurangi emisi
gas-gas beracun seperti CO, CO, HC, NO dan SO , mengurangi senyawa karsinogenik dan
meningkatkan pelumasan mesin. Tanaman biji pohon kesambi (Schleichera oleosa Lour)
merupakan salah satu tanaman yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai biodiesel. Hasil
biodiesel dari tanaman kesambi yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu diantaranya,
Pembuatan biodiesel dari biji kesambi dengan metode kombinasi esterifikasi, transesterifikasi
dan netralisasi dengan perolehan 63,01 % - 96,93 % ( R. Sudradjat dkk,2010). Pembuatan
biodiesel dengan katalis KOH, NaOH, CH3OK dan CH3ONa menunjukkan perolehan antara 88-
96%(A.S. Silitonga dkk).

Tanaman kesambi tumbuh liar di daerah beriklim kering, perpaduan antara hutan gugur daun
dan savana serta tumbuh dengan baik pada kisaran curah hujan antara 750 - 2.500 mm per
tahun. Tanaman kesambi mempunyai banyak kegunan, daun muda sebagai bahan sayur/lauk,
bubuk biji dapat untuk luka, ternak maupun untuk menghapus belatung, kulit kayu
mengandung tanin dan dapat digunakan sebagai obat radang kulit, di samping itu juga sebagai
pewarna. Daun, ranting dan biji muda juga sebagai pakan ternak. Biji kesambi mengandung
70 persen minyak, sangat berguna sebagai bahan pembuatan minyak gosok dan mengobati
penyakit dalam, kudis dan luka-luka. Kulit biji kesambi dapat dijadikan kompos dan sangat
cocok untuk pertumbuhan jagung lokal. Dalam upaya pengembangan biodisel, biji kesambi
dapat diolah menjadi minyak pelumas, pembuatan lilin, industri batik, dan bahan membuat
sabun (Bachli, 2007).

Minyak kesambi digolongkan sebagai minyak nabati yang tidak dapat dimakan (non-edible oil)
sehingga cocok digunakan sebagai bahan baku produksi biodiesel karena tidak bersaing
dengan pangan. Karakteristik minyak kesambi mirip tanaman penghasil biodiesel lainnya.
Dalam pembuatan biodiesel dari minyak biji kesambi ada suatu permasalahan yaitu tingginya
kandungan asam lemak bebas dari minyak kesambi. Tingginya asam lemak bebas
kemungkinan disebabkan adanya kandungan air biji atau minyak yang mengakibatkan reaksi
hidrolisis sehingga dapat memecah trigliserida menjadi asam lemak bebas dan gliserol.

Biodiesel adalah suatu ester monoalkil dari asam lemak rantai panjang, yang berasal dari
sumber yang dapat diperbaharui, seperti minyak tumbuhan dan lemak hewan dapat digunakan
dalam mesin diesel. Kandungan utama biodiesel adalah metil ester asam lemak yang dihasilkan
dari trigliserida dalam minyak nabati dan lemak hewan melalui reaksi transesterifikasi dengan
metanol. Biodiesel memiliki karakterisasi yang sama dengan bahan bakar diesel konvensional,
sehingga biodiesel dapat dijadikan sebagai bahan bakar alternatif bagi bahan bakar diesel
konvensional. Sumber (Gerpen, dkk., 2004). Penggunaan biodiesel dapat digunakan langsung
dalam mesin diesel tanpa harus ada modifikasi pada mesin terlebih dahulu (dikenal dengan
B100) digunakan untuk campuran bahan bakar diesel misalnya B20 (campuran 20% biodiesel,
80% diesel konvensional).

Reka Chemica – 2
Pengaruh Durasi, Suhu dan Rasio Reaktan Reaksi Transesterifikasi pada Kualitas Biodiesel dari Minyak Biji Kesambi
(Schleichera Oleosa Lour)

Interaksi antara asam lemak dan alkohol bersifat reversibel (bolak-balik) dan prosesnya sangat
lambat. Mekanisme reaksi esterifikasi berkatalisis asam melibatkan proses pertukaran gugus
hidroksil dari suatu karboksilat dengan gugus alkoksi dari alkohol dan pembentukan molekul
air. Jumlah alkohol yang cukup banyak sangat membantu karena akan mendorong reaksi ke
arah kanan (produk). Dalam proses esterifikasi yang dapat dilihat pada Gambar 1
menunjukkan selain dihasilkan alkil ester juga dihasilkan air.

Gambar 1. Proses Esterifikasi Trigliserida

Reaksi transesterifikasi atau yang biasa diketahui juga sebagai reaksi alkoholisis dapat dilihat
pada Gambar 2. Reaksi transesterifikasi yang terjadi yaitu trigliserida dalam minyak biji
kesambi yang direaksikan dengan alkohol membentuk alkil ester. Alkohol yang digunakan
dalam reaksi transesterifikasi yaitu metanol. Secara umum, reaksi transesterifikasi trigliserida
dengan metanol adalah sebagai berikut:

Gambar 2. Reaksi Tranesterifikasi Trigliserida

Reaksi transesterifikasi dipengaruhi oleh berbagai faktor tergantung kondisi reaksinya. Faktor
tersebut di antaranya adalah kandungan asam lemak bebas dan kadar air minyak, jenis katalis
dan konsentrasinya, perbandingan molar antara alkohol dengan minyak dan jenis alkoholnya,
suhu dan lamanya reaksi, intensitas pencampuran dan penggunaan cosolvent organik. Definisi
metil ester adalah ester lemak yang dibuat melalui proses esterifikasi asam lemak dengan metil
alkohol, berbentuk cairan. Metil ester memiliki sifat tidak korosif (seperti halnya asam lemak
nabati), lebih tahan terhadap oksidasi dan tidak mudah berubah warna.

Alkoholisis dapat berlangsung dengan penambahan karalis dalam kuantitas molar yang lebih
besar dari asam lemak bebas, namun sabun yang terbentuk dari katalis dan asam lemak bebas
akan menyulitkan pemisahan fasa gliserin dari fasa ester. Katalis esterifikasi dibagi menjadi
dua katalis, yang larut dan tak larut dalam campuran, katalis berwujud cair seperti H2SO4 dan
HCL(Narodni,1950), yang umumnya larut dalam campuran reaksi. Katalis berwujud padatan
yang tak larut dalam campuran reaksi, misalnya natrium, kalium, atau amonium bisulfat
(Continental Oil Company, 1937; Ruhrchemie AG, 1964; Choo dan Gooh, 1985; Choo dan Ong,
1986), zeolit (Marsubowo, 2007) dan resin penukar ion asam kuat dalam bentuk H (Jeromin
et al., 1987). Katalis seperti ini menguntungkan karena dapat digunakan secara berkala setelah
dipisahkan dengan penyaringan pada akhir reaksi. Transesterifikasi katalis yang digunakan
yaitu katalis basa misalnya NaOH atau KOH. Kelebihan NaOH sebagai katalis dalam reaksi
transesterifikasi adalah mudah larut dalam metanol, sehingga reaksi metanol dengan
trigliserida berlangsung lebih cepat (Ma dan Hanna, 1999).

Reka Chemica – 3
Saleh dkk.

2. BAHAN DAN METODOLOGI

2.1. Bahan
Bahan baku yang digunakan yaitu minyak biji kesambi dan metanol sebagai reaktan dengan
bantuan katalis yaitu KOH 1%v. Pada tahap esterifikasi digunakan H2SO4 sebagai katalis.
Analisis bilangan asam digunakan etanol, KOH dan phenolphthalein. Analisis bilangan iod
digunakan CHCl3, KI, Na2S2O3 dan indikator pati.

2.2. Metodologi
Minyak yang digunakan adalah minyak biji kesambi (Schleichera Oleosa Lour) dan jenis alkohol
yang digunakan pada pembuatan biodiesel adalah methanol. Reaktan yang digunakan Metanol
dan Minyak biji kesambi dengan perbandingan minyak dengan metanol yaitu 1:8. Dilakukan
uji asam lemak bebas pada minyak biji kesambi jika diperoleh lebih dari 1% maka harus
dilakukan reaksi esterifikasi dan jika kurang dari 1% dapat melakukan reaksi transeterifikasi
tanpa reaksi esterifikasi. Reaksi esterifikasi digunakan katalis asam sulfat (H2SO4) dengan
waktu reaksi selama 3 jam dan suhu reaksi 65oC. Jika hasil asam lemak bebas kurang dari 1%
dapat dilakukan reaksi transeterifikasi tetapi jika masih melebihi maka rekasi esterifikasi
dilakukan kembali. Reaksi transesterifikasi yang dilakukan selama 45, 60, 75 dan 90 menit
dengan temperatur 55oC dan 60oC. Biodiesel didiamkan selama 15 jam. Katalis yang digunakan
adalah KOH. Biodiesel dianalisis dengan uji viskositas, densitas, bilangan iod.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Percobaan pembuatan biodiesel melalui reaksi transesterifikasi dilakukan dengan


menggunakan minyak biji kesambi (Schleichera Oleosa Lour) dan metanol. Katalis yang
digunakan adalah KOH. Percobaan dilakukan dalam dua tahap dengan tujuan
1. Mempelajari pengaruh suhu dan waktu reaksi pada rasio reaktan yang konstan.
2. Mempelajari pengaruh perbandingan rasio reaktan pada suhu dan waktu reaksi yang
konstan.
Percobaan tahap pertama dilaksanakan pada durasi 45, 60, 75 dan 90 menit dengan variasi
suhu reaksi 55˚C dan 60˚C. Perbandingan massa minyak biji kesambi dan metanol yaitu 7:2.
Parameter biodiesel yang diukur adalah viskositas, densitas, %yield, bilangan asam dan
bilangan iod.

Percobaan tahap kedua dilakukan pada kondisi suhu dan waktu terbaik dari percobaan tahap
pertama dengan perbandingan massa minyak biji kesambi dan metanol 7:1,5; 7:2,5; dan 7:3.
Parameter biodiesel yang diukur adalah viskositas, densitas, %yield, bilangan asam dan
bilangan iod.

Sebelum dilakukan transesterifikasi perlu dilakukan pengujian bilangan asam dalam minyak
biji kesambi. Jika bilangan asam lebih dari 3%, perlu dilakukan esterifikasi terlebih dahulu agar
kandungan asam lemak bebas pada minyak menurun.

Reka Chemica – 4
Pengaruh Durasi, Suhu dan Rasio Reaktan Reaksi Transesterifikasi pada Kualitas Biodiesel dari Minyak Biji Kesambi
(Schleichera Oleosa Lour)

3.1. Karakteristik Minyak Biji Kesambi


Minyak biji kesambi yang digunakan mempunyai karakterisitik seperti ditampilkan dalam Tabel
1.
Tabel 1. Karakteristik Minyak Biji Kesambi
Parameter Nilai
Densitas (kg/m3) 911,10
Viskositas (mm2/s) 59,52
Bilangan Asam (%) 2,96

Sebelum dilakukan transesterifikasi, esterifikasi dilakukan dahulu karena bilangan asam yang
dimiliki oleh minyak biji kesambi sebesar 2,97% atau dapat dinyatakan dengan 29,66
mgKOH/g. Esterifikasi dilakukan selama 2 jam pada suhu 60oC menggunakan katalis H2SO4
dan rasio massa minyak biji kesambi : metanol 7:2. Setelah dilakukan esterifikasi diperoleh
nilai bilangan asam sebesar 0,27% atau dapat dinyatakan dengan 2,73 mgKOH/g.

3.2. Hasil Percobaan


Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat diketahui bahwa kualitas biodiesel pada perbandingan
massa reaktan 7 : 2 dengan suhu operasi 55oC dengan waktu reaksi 60 dan 90 menit, serta
pada perbandingan massa reaktan 7: 2,5 dan 7 : 3 dengan suhu 55 oC dan waktu reaksi 90
menit sudah memenuhi SNI 7182:2012 bila ditinjau dari viskositas, densitas, bilangan asam
dan bilangan iod. Densitas dan bilangan iod pada semua variasi sudah memenuhi SNI
7182:2012.

%Yield adalah perbandingan massa biodiesel yang dihasilkan dengan massa minyak biji
kesambi yang diumpankan, dapat dinyatakan dalam persen. Rentang yield yang diperoleh dari
semua variasi percobaan adalah 63,97% - 92,07%.

3.3. Pengaruh Waktu Dan Temperatur Reaksi Terhadap Viskositas


Hasil percobaan menunjukkan bahwa semakin lama waktu reaksi viskositas yang dihasilkan
semakin kecil. Pada suhu yang lebih tinggi viskositas yang dihasilkan semakin kecil. Hasil
tersebut sudah sesuai dengan studi dari Silitonga (2015) di mana semakin tinggi suhu reaksi
transesterifikasi maka viskositas dari produk semakin menurun. Suhu reaksi yang lebih tinggi
menyebabkan gerakan molekul semakin cepat (tumbukan antara molekul pereaksi meningkat)
sehingga terbentuk biodiesel yang lebih banyak yang mempunyai viskositas yang lebih kecil
dari minyak biji kesambi. Semakin lama waktu reaksi semakin banyak minyak biji kesambi
yang terkonversi menjadi biodiesel. Gambar 3 menunjukkan viskositas paling tinggi diperoleh
pada suhu 55°C dengan waktu 45 menit, viskositas paling rendah pada suhu 60°C dengan
waktu 90 menit.
7.0000
6.0000
SNI 7182:2012
2,3 – 6,0 cSt
viskositas (cSt)

5.0000
4.0000
3.0000 T = 55 C
2.0000 T = 60 C
1.0000
0.0000
45 60 75 90
Waktu Reaksi (menit)

Gambar 3. Viskositas terhadap Waktu Reaksi

Reka Chemica – 5
Saleh dkk.

3.4. Pengaruh Waktu Dan Temperatur Reaksi Terhadap Densitas


Hasil percobaan menunjukkan semakin lama waktu reaksi maka densitas yang dihasilkan
semakin besar. Pada umumnya pada suhu yang lebih tinggi densitas yang dihasilkan semakin
besar. Gambar 4 menunjukkan densitas tertinggi diperoleh pada suhu 60°C dengan waktu
reaksi 90 menit, densitas terendah pada suhu 55°C dengan waktu reaksi 45 menit. Titik puncak
densitas pada suhu 55°C berada pada waktu 75 menit. Dapat dilihat pada waktu reaksi 75
menit dengan suhu 60°C terjadi penurunan densitas di bawah densitas pada suhu 55°C.

Densitas yang diperoleh dari semua percobaan sudah sesuai dengan SNI 7182:2012 yaitu
berada pada rentang 850 – 890 kg/m3. Hal ini berarti bahwa pada semua kondisi percobaan
minyak dan metanol sudah bereaksi membentuk biodiesel. Namun demikian tidak disarankan
untuk melaksanakan transesterifikasi dengan durasi 45 menit karena densitas biodiesel
mendekati ambang batas SNI 7182:2012. Biodiesel yang dihasilkan pada suhu 55oC selama
75 menit dan pada suhu 60oC selama 60 menit mempunyai nilai densitas yang berdekatan
yaitu 877 dan 875 kg/m3. Hal ini menunjukkan bahwa suhu dan durasi reaksi bersama sama
menentukan konversi reaksi.
900

890 SNI 7182:2012


Densitas (kg/mL)

880 850-890 kg/m3

870
T = 55 C
860
T = 60 C
850

840
45 60 75 90
Waktu Reaksi (menit)

Gambar 4. Densitas terhadap Waktu Reaksi

3.5. Pengaruh Waktu Dan Temperatur Reaksi Terhadap Bilangan Asam


Bilangan asam adalah ukuran jumlah asam lemak bebas yang dihitung berdasarkan bobot
molekul lemak atau campuran asam lemak. Berdasarkan hasil percobaan nilai bilangan asam
tidak ditentukan oleh waktu reaksi namun suhu reaksi yang lebih tinggi menyebabkan bilangan
asam yang semakin besar. Gambar 5 menunjukkan bilangan asam tertinggi terdapat pada
suhu 60°C dengan waktu reaksi 45 menit dan untuk bilangan asam terendah pada suhu 55°C
dengan waktu reaksi 60 menit. Bilangan asam biodiesel yang diperoleh pada suhu 55°C
dengan waktu reaksi 60 dan 90 menit sesuai dengan SNI 7182:2012 yaitu maksimal 0,6 (mg-
KOH)/g.

Reka Chemica – 6
Pengaruh Durasi, Suhu dan Rasio Reaktan Reaksi Transesterifikasi pada Kualitas Biodiesel dari Minyak Biji Kesambi
(Schleichera Oleosa Lour)

0.9
0.8
0.7
SNI 7182:2012
Bilangan asam
0.6
0.5
maksimal 0,6 mg-KOH/g
0.4 T = 55 C
0.3
T = 60 C
0.2
0.1
0
45 60 75 90
Waktu Reaksi (menit)

Gambar 5. Bilangan Asam terhadap Waktu Reaksi

3.6. Pengaruh Waktu Dan Temperatur Reaksi Terhadap Bilangan Iod


Bilangan iod pada biodiesel menunjukkan tingkat ketidakjenuhan senyawa penyusun biodiesel.
Tabel 2 menunjukkan bilangan iod tertinggi terdapat pada suhu 55°C dengan waktu reaksi 90
menit sedangkan bilangan iod terendah pada suhu 55°C dengan waktu reaksi 60 menit.
Bilangan iod yang dihasilkan sudah memenuhi SNI 7182:2012 untuk semua run, batas SNI
7182:2012 untuk bilangan iod adalah maksimum 115 g-I2/100g. Bilangan iod yang diperoleh
sangat kecil, hal ini menunjukkan ikatan rangkap asam lemak bebas biodiesel rendah.

Tabel 2. Pengaruh Waktu dan Temperatur Reaksi terhadap Bilangan Iod


Perbandingan
Waktu Reaksi Suhu Reaksi Bilangan Iod
Run Massa Minyak :
(menit) (oC) (g-I2/100g)
Metanol
1 45 55 2,5380
2 45 60 3,2994
3 60 55 3,8070
4 60 60 3,2994
7:2
5 75 55 3,2994
6 75 60 3,0456
7 90 55 4,5684
8 90 60 3,8070

3.7. Hasil Terbaik Biodiesel


Biodiesel yang memenuhi SNI 7182:2012 merupakan hasil terbaik dari percobaan pada tahap
pertama. Kualitas biodiesel terbaik ditinjau dari viskositas, densitas, bilangan asam dan
bilangan iod pada suhu 55°C dengan waktu reaksi 60 dan 90 menit sudah memenuhi SNI
7182:2012 dengan %yield yang diperoleh pada waktu reaksi 90 menit yaitu 83,97% lebih
besar dibandingkan waktu reaksi 60 menit yaitu 79,61%. Hasil percobaan yang diperoleh
sudah sesuai dengan literatur terbaik Silitonga (2015) dan Pratama (2017) pada suhu reaksi
55oC dan durasi reaksi 90 menit dengan %yield diperoleh 96%.

3.7.1. Pengaruh Perbandingan Reaktan terhadap Viskositas


Pada umumnya perbandingan reaktan yang lebih besar menghasilkan viskositas semakin kecil.
Reaksi transesterifikasi merupakan reaksi reversible, sehingga rasio reaktan akan
mempengaruhi komposisi campuran reaksi saat kesetimbangan. Komposisi tersebut
mempengaruhi nilai viskositas biodiesel. Gambar 6 menunjukkan viskositas paling tinggi

Reka Chemica – 7
Saleh dkk.

diperoleh pada perbandingan reaktan 7 : 1,5, viskositas paling rendah pada perbandingan
reaktan 7 : 3. Viskositas biodiesel yang diperoleh sudah sesuai dengan SNI 7182: 2012 yaitu
2,3 – 6,0 cSt.

7.0000
6.0000
SNI 7182:2012
2,3 – 6,0 cSt
viskositas (cSt)

5.0000
4.0000
3.0000
T = 55 C t = 90 menit
2.0000
1.0000
0.0000
7 : 1,5 7:2 7 : 2,5 7:3
Perbandingan Massa (gram)

Gambar 6. Viskositas Terhadap Perbandingan Reaktan

3.7.2. Pengaruh Perbandingan Reaktan terhadap Densitas


Gambar 7 menunjukkan densitas tertinggi diperoleh pada perbandingan reaktan 7 : 1,5,
densitas terendah perbandingan reaktan 7 : 2. Densitas yang diperoleh dari semua percobaan
sudah sesuai dengan SNI 7182:2012 yaitu berada pada rentang 850 – 890 kg/m3. Hal ini
berarti bahwa pada semua kondisi percobaan minyak dan metanol sudah bereaksi membentuk
biodiesel. Reaksi transesterifikasi merupakan reaksi reversible, sehingga rasio reaktan akan
mempengaruhi komposisi campuran reaksi saat kesetimbangan. Komposisi tersebut
mempengaruhi nilai densitas biodiesel.

900

890
Densitas (kg/mL)

880 SNI 7182:2012


850-890 kg/m3
870

860 T = 55 C t = 90 menit

850

840
7 : 1,5 7:2 7 : 2,5 7:3
Perbandingan Massa (gram)

Gambar 7. Densitas Terhadap Perbandingan Reaktan

3.7.3. Pengaruh Perbandingan Reaktan terhadap Bilangan Asam


Berdasarkan hasil percobaan semakin besar perbandingan reaktan bilangan asam yang
dihasilkan semakin kecil. Gambar 8 menunjukkan bilangan asam tertinggi terdapat pada
perbandingan reaktan 7: 1,5, bilangan asam terendah pada perbandingan reaktan 7 : 3.
Bilangan asam biodiesel dengan perbandingan massa minyak biji kesambi : metanol 7 : 2, 7 :
2,5 dan 7 : 3 sudah sesuai dengan SNI 7182:2012 yaitu maksimal 0,6 (mg-KOH)/g, nilai
bilangan asam pada perbandingan massa minyak biji kesambi : metanol 7 : 1,5 tidak
memenuhi SNI yaitu 0,6011(mg-KOH)/g.

Reka Chemica – 8
Pengaruh Durasi, Suhu dan Rasio Reaktan Reaksi Transesterifikasi pada Kualitas Biodiesel dari Minyak Biji Kesambi
(Schleichera Oleosa Lour)

0.7
0.6

Bilangan asam 0.5


SNI 7182:2012
0.4
maksimal 0,6 mg-KOH/g
0.3
T = 55 C t = 90 menit
0.2
0.1
0
7 : 1,5 7:2 7 : 2,5 7:3
Perbandingan Massa (gram)

Gambar 8. Bilangan Asam Terhadap Perbandingan Reaktan

3.7.4. Pengaruh Perbandingan Reaktan terhadap Bilangan Iod


Berdasarkan hasil percobaan semakin kecil perbandingan reaktan bilangan iod yang dihasilkan
semakin tinggi. Tabel 3 menunjukkan bilangan iod tertinggi terdapat pada perbandingan
reaktan 7 : 3, bilangan iod terendah pada perbandingan reaktan 7 : 1,5. Bilangan iod yang
dihasilkan sudah memenuhi SNI 7182:2012 untuk semua run, batas SNI 7182:2012 untuk
bilangan iod adalah maksimum 115 I2/100g.

Tabel 3. Pengaruh Perbandingan Massa terhadap Bilangan Iod


Perbandingan
Suhu Waktu Reaksi Bilangan Iod
Massa Minyak :
Reaksi (oC) (menit) (g-I2/100g)
Metanol
7 : 1,5 3,807
7:2 4,5684
55 90
7 : 2,5 4,5684
7:3 5,3298

3.8. Pengaruh Rasio Reaktan Terhadap %Yield


%Yield adalah perbandingan massa biodiesel yang dihasilkan dengan massa minyak biji
kesambi yang diumpankan, dapat dinyatakan dalam persen. Pembahasan mengenai pengaruh
rasio reaktan dan yield hanya diterapkan pada produksi biodiesel yang kualitas biodieselnya
memenuhi SNI 7182:2012.

Reaksi transesterifikasi merupakan reaksi reversible, sehingga rasio reaktan akan


mempengaruhi komposisi campuran reaksi saat kesetimbangan. Nampak pada Gambar 9
kondisi optimum tercapai pada rasio reaktan 7 : 2,5 dengan suhu reaksi 55oC dan durasi reaksi
90 menit dengan %yield sebesar 92,07%. Rasio reaktan optimum tersebut berbeda dari hasil
studi Silitonga (2015) yaitu sebesar 7 : 2 yang menghasilkan %yield sebesar 96%. Pada
penelitian ini rasio reaktan 7 : 2 menghasilkan %yield sebesar 83,97%.

Transesterifikasi pada suhu 55oC dan durasi reaksi 60 menit menghasilkan %yield yang lebih
rendah dari pada durasi reaksi 90 menit yaitu 79,62%. Hal ini berarti bahwa durasi reaksi 30
menit lebih lama menghasilkan penambahan biodiesel sebesar 4,36%.

Reka Chemica – 9
Saleh dkk.

100
90
80
70
% Yield (%) 60
50
40 T = 55 C t = 60 menit
30 T = 55 C t = 90 menit
20
10
0
7:2 7 : 2,5 7:3
Perbandingan Massa (gram)

Gambar 9. %Yield Terhadap Rasio Reaktan

4. KESIMPULAN

Dari penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa minyak kesambi dapat
dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan biodiesel. Transesterifikasi dengan suhu reaksi
60oC tidak menghasilkan biodiesel yang memenuhi SNI 7182:2012. Biodiesel yang diperoleh
pada suhu 55oC dengan durasi reaksi 60 menit dengan rasio reaktan 7 : 2 dan durasi reaksi
90 menit dengan rasio reaktan 7 : 2, 7 : 2,5 dan 7 : 3 mempunyai densitas, viskositas, bilangan
asam dan bilangan iod yang sudah memenuhi SNI 7182:2012. %Yield tertinggi diperoleh pada
suhu 55oC dan durasi reaksi 90 menit dengan rasio reaktan 7 : 2,5 sebesar 92,07%. Kondisi
operasi yang disarankan untuk memproduksi biodiesel dari minyak biji kesambi menggunakan
reaksi transesterifikasi dengan katalis KOH yaitu pada suhu reaksi 55oC dan durasi reaksi 90
menit dengan rasio reaktan minyak biji kesambi : metanol 7 : 2,5

DAFTAR PUSTAKA

Adhani, Lisa., Aziz, Isalmi., Nurbayati, Siti., Oktaviana, Siti, Odi. 2016. Pembuatan Biodiesel
dengan Cara Adsorpsi dan Transesterifikasi Dari Minyak Goreng Bekas. Universitas
Bayangkara: Jakarta.
Akbar, Riswan., (2010). Karakteristik Biodiesel Dari Minyak Jelantah Dengan Menggunakan
Metil Asetat Sebagai Pensuplai Gugus Metil. Jurusan Teknik Sistem Perkapalan Institut
Teknologi Sepuluh November Surabaya: Surabaya.
Elma, Muthia., Anugerah, Satria., Wahyuddin.(2016). Proses Pembuatan Biodiesel dari
Campuran Minyak Kelapa dan Minyak Jelantah. Universitas Lambung
Mangkurat:Banjarbaru.
Fessenden, R.J., J.S Fessenden. 1997. Dasar-Dasar Kimia Organik Jilid 3. Erlangga: Jakarta
Herman, Maman. 2012. Minyak Kesambi (Schleichera Oleosa Lour) Sebagai Bahan Baku
Biodiesel. Universitas Diponegoro: Semarang
Pratama, Dimas, E., Firdausya, Magfira.2017. Variasi Jenis Katalis dan Rasio Reaktan Pada
Pembuatan Biodiesel dari Minyak Biji Kesambi (Schleichera Oleosa Lour). JurusanTeknik
Kimia Institut Teknologi Nasional: Bandung.
Silitonga, A, S., Masjuki, H, H., Mahlia, T, M, I., Ong, Hwai, Chyuan., Kusumo, F., Aditya, H,
B., Ghazali, N, N, N.(2015). Schleichera oleosa L oil as feedstock for biodiesel
production. Mechanical Engineering, Faculty of Engineering, University of Malaya: Kuala
Lumpur, Malaysia.

Reka Chemica – 10
Pengaruh Durasi, Suhu dan Rasio Reaktan Reaksi Transesterifikasi pada Kualitas Biodiesel dari Minyak Biji Kesambi
(Schleichera Oleosa Lour)

Sudradjat, R., Pawoko, E., Hendra, D., & Setiawan , D.(2010). Pembuatan Biodiesel dari Biji
Kesambi. Institute Pertanian Bogor:Bogor.
Suita, Eliya. 2012. Seri Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan. Bogor. Balai Penelitian
Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan.
Versha, Yunita. 2015. Meneropong Konsumsi Energi Dunia. Indonesi Environment And
Energy Center.
Wilhelm, Riemenschneider., Herman M. Bolt. 2005. Ester Organik. Encyclopedia of Industrial
Chemistry.

Reka Chemica – 11

Anda mungkin juga menyukai