Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH KINETIKA DAN KATALISIS

“​Pembuatan Biodiesel dari Minyak Jelantah Bekas Rumah Makan dengan


Variasi Penambahan Katalis KOH pada Proses Transesterifikasi​”

Disusun oleh:

Gisella Christianti / 2016620088 / F

Feliciana Elissa / 2016620101 / F

Michael Johnatan / 6141801012 / F

Joshua Soegiardjo / 6141801026 / F

Zeno Fischer / 6141801060 / F

Rico / 6141801100 / F

JURUSAN TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN

BANDUNG

2019
BAB I

PENDAHULUAN

Minyak bumi merupakan sumber energi terbesar digunakan diseluruh dunia saat ini.
Pemanfaat minyak bumi yang berlebihan sebagai sumber energi menyebabkan cadangan
minyak bumi mulai berkurang, seiring dengan peningkatan jumlah kendaraan bermotor
terutama bahan bakar kendaraan seperti solar, bensin yang seluruhnya merupakan bahan
bakar yang sulit diperbaharui (​unrenewable​). Biodiesel merupakan bahan bakar alternatif
yang menjanjikan yang dapat diperoleh dari minyak nabati maupun lemak hewan melalui
transesterifikasi dengan alkohol. Biodiesel menghasilkan polusi lebih sedikit dari bahan bakar
minyak bumi. Selain itu, biodiesel dapat digunakan tanpa modifikasi ulang mesin diesel.
Biodiesel dikenal sebagai bahan bakar yang ramah lingkungan dan menghasilkan emisi gas
buang yang relatif lebih bersih dibandingkan bahan bakar fosil. Biodiesel tidak beracun,
bebas dari belerang, aplikasinya sederhana dan berbau harum.

Produksi biodiesel yang dikembangkan saat ini umumnya terbuat dari minyak
tumbuhan (minyak kedelai, minyak kanola, minyak sawit mentah), lemak hewan (lemak sapi
( ​beef tallow )​ , lemak babi, lemak ayam) dan bahkan dari minyak jelantah. Minyak jelantah
adalah minyak limbah yang berasal dari jenis minyak tumbuhan seperti minyak jagung,
minyak sayur, dan minyak samin yang sudah digunakan berulang-ulang. Penggunaan minyak
tumbuhan bekas sebagai bahan baku biodiesel menjadi sangat dimungkinkan karena nilai
ekonomis minyak bekas ini sudah turun dibanding minyak tumbuhan yang belum digunakan.
Disamping itu, dengan sifat karsinogenik minyak bekas yang berbahaya bagi tubuh, proses
pembuatan biodiesel dari minyak goreng menjadi alternatif penyelesaian masalah yang patut
dipertimbangkan.

Di Indonesia, pemanfaatan minyak jelantah masih kontroversial. Sampai saat ini


sebagian minyak jelantah dari perusahaan besar dijual ke pedagang kaki lima dan kemudian
digunakan untuk menggoreng makanan dagangannya dan sebagian lain dibuang begitu saja
ke saluran pembuangan. Bila ditinjau dari komposisi kimianya, minyak jelantah mengandung
senyawa-senyawa yang bersifat karsinogenik, yang terjadi selama proses penggorengan.
Senyawa-senyawa itu sangat berbahaya bagi tubuh manusia. Sehingga muncul inovasi untuk
memanfaatkan minyak jelantah menjadi biodiesel. Proses pembuatan biodiesel dari minyak
jelantah dapat dilakukan dengan reaksi cara beragam, diantaranya menggunakan katalis dasar
untuk transesterifikasi, esterifikasi katalis asam, dan metode superkritis. Minyak jenis diesel
adalah bahan bakar yang paling banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia. Oleh karena
itu jika ingin mengurangi jumlah penggunaan berasal dari bahan bakar fosil, maka caranya
adalah mengurangi penggunaan bahan bakar diesel dengan beralih ke biodiesel.

Biodiesel telah diproduksi oleh transesterifikasi trigliserida (minyak nabati) menjadi


metil ester dengan metanol menggunakan natrium atau kalium hidroksida dilarutkan dalam
metanol sebagai katalis. Biodiesel dapat diproduksi melalui reaksi antara minyak jelantah
dengan alkohol menggunakan katalis homogen. Dalam penelitian ini, jenis alkohol yang
digunakan adalah metanol sebagai alkohol derivatif yang memiliki berat molekul rendah
sehingga kebutuhan untuk alkoholisis relatif lebih sedikit, lebih murah dan lebih stabil. Selain
itu, reaksi daya lebih tinggi bila dibandingkan dengan etanol. Jadi reaksi untuk memproduksi
biodiesel disebut reaksi metanolisis. Katalis yang sering digunakan dalam pembuatan
biodiesel adalah katalis homogen. KOH dan NaOH sering digunakan dalam produksi
biodiesel sebagai katalis. Selain itu, katalis homogen dapat bereaksi dengan sabun
membentuk asam lemak bebas.

Katalis adalah zat yang dapat mempengaruhi kecepatan reaksi tetapi zat tersebut tidak
mengalami perubahan kimia pada akhir reaksi. Katalis tidak berpengaruh pada energi bebas
∆G 0, jadi juga tidak berpengaruh terhadap tetapan kesetimbangan k. Umumnya kenaikan
konsentrasi katalis juga menaikkan kecepatan reaksi, jadi katalis ini ikut dalam reaksi tetapi
pada akhir reaksi diperoleh kembali.

Berdasarkan fasanya, proses katalisis dapat digolongkan menjadi katalisis homogen


dan katalisis heterogen. Katalisis homogen ialah katalis yang mempunyai fasa sama dengan
fasa campuran reaksinya, sedangkan katalisis heterogen adalah katalis yang berbeda fasa
dengan campuran reaksinya.
Katalisis homogen kurang efektif dibandingkan dengan katalisis heterogen karena
heterogenitas permukaannya. Pada katalisis homogen katalis sukar dipisahkan dari produk
dan sisa reaktanya sedangkan katalisis heterogen pemisahan antara katalis dan produknya
serta sisa reaktan mudah dipisahkan dengan demikian, karena mudah dipisahkan dari
campuran reaksinya dan kestabilannya terhadap perlakuan panas, katalisis heterogen lebih
banyak digunakan dalam industri kimia.

Untuk dapat memperoleh biodiesel dengan kualitas yang baik, diperlukan


penambahan antioksidan. Tanaman jagung yang mengandung senyawa antioksidan
berpotensi untuk digunakan sebagai aditif dalam biodiesel. Proses pengambilan senyawa
antioksidan umumnya menggunakan cara ekstraksi (kimia, super katalitik). Ekstraksi kimia,
pelarut yang digunakan adalah senyawa etanol, metanol. Biodiesel yang merupakan senyawa
ester dari reaksi minyak nabati dengan alkohol (etanol/metanol). Dengan adanya potensi ini,
penelitian ini akan dilakukan proses produksi biodiesel dengan ekstrak etanol dari jagung.
BAB II
ISI

2.1​ ​Proses Esterifikasi dan Transesterifikasi Sintesis Biodiesel


2.1.1 Esterifikasi (Pengurangan kadar FFA)
Minyak Jelantah Rumah Makan ditimbang di neraca Sartorius sebanyak 100
gram, kemudian dicampur dengan metanol pada rasio molar 18:01, 18 untuk metanol
dan 1 untuk minyak. Katalis asam sulfat diambil 3% dari berat minyak sebanyak 4,1
ml, tiga bahan dilarutkan dan campuran direfluks selama 1 jam pada suhu 50oC
dengan menggunakan ​magnetic stirrer​, suhu dijaga sampai reaksi selesai. Setelah itu
larutan dituang ke corong pisah untuk memisahkan metanol,sisa katalis, dan minyak.
Larutan dibiarkan selama 24 jam untuk mendapatkan produk esterifikasi, hari
berikutnya hasilnya bisa dilihat, minyak di bagian bawah produk dengan FFA telah
berkurang dan yang terbentuk pada lapisan atas adalah metanol yang tidak bereaksi
dan sisa asam sulfat. Buka ​valve corong pisah untuk memisahkan produk dari metanol
dan asam sulfat yang berada pada lapisan atas. Lapisan atas tidak berguna sehingga
kita hanya mengambil lapisan bawah (produk esterifikasi) untuk reaksi berikutnya.

2.1.2. Penentuan Kadar Asam lemak bebas (FFA)


Transesterifikasi tidak bisa menggunakan minyak sebagai bahan baku reaksi
metanolisis dengan kadar asam lemak bebas (>1%) karena akan menyebabkan reaksi
saponifikasi, karena hal tersebut, pertama tama FFA harus dikurangi dengan reaksi
esterifikasi. Dalam hal ini titrasi telah dilakukan. Sebanyak 3 gr minyak ditimbang
kemudian ditambahkan dalam 250 ml erlenmeyer dan juga etanol 98% sebanyak 50
ml. Larutan kemudian ditambahkan 3 tetes indikator fenolftalein, lalu campuran
dititrasi dengan NaOH 0,1M. Titrasi dilakukan sampai warna larutan berubah menjadi
merah muda. Kemudian NaOH yang berkurang karena titrasi dicatat dan FFA dapat
dihitung dengan persamaan berikut
2.1.3. ​ ​Transesterifikasi
Sebanyak 25 ml methanol diambil, masukan ke dalam labu erlenmeyer yang
berisi KOH, aduk hati-hati sampai KOH larut hingga terbentuk K-metoksida. Setelah
itu dicampur dan dilarutkan kedalam minyak yang telah diesterifikasi. Larutan
dilarutkan dan direfluks pada suhu 50​o​C dengan menggunakan ​magnetic stirrer.​
Larutan dibiarkan selama 24 jam di dalam corong pisah untuk mendapatkan produk
esterifikasi, hari berikutnya hasilnya bisa dilihat, lapisan bawah berupa gliserol dan
lapisan atas berupa ester (biodiesel). Lakukan untuk sampel minyak dengan katalis 1
%, 2%, 3% , dan 4%. Pengadukan untuk setiap sampel sama yaitu 600 rpm.

2.1.4. Pemisahan Katalis, Pencucian, dan Pengeringan Biodiesel


Ketika transesterifikasi selesai, gliserol dan katalis dipisahkan dari biodiesel
dengan membuka katup pada corong pemisah. Setelah zat pengotor dan katalis
disaring, biodiesel bersih akan diperoleh. Biodiesel dimasukkan lagi ke dalam corong
pemisah dan dicuci dengan aquades yang sebelumnya dipanaskan pada suhu sekitar
55-60​o​C dengan rasio 1:1 antara minyak dan air, pencucian dilakukan sebanyak 2 kali
dan larutan didiamkan selama 5 jam. Akan terlihat sabun dan zat pengotor yang
tersisa pada lapisan bawah, kemudian dipisahkan dari biodiesel dan biodiesel
dikeringkan dalam oven dengan suhu sekitar 90​o​C selama 6 jam untuk menghilangkan
air yang terkandung.

2.2​ ​Katalis KOH


Katalis KOH merupakan salah satu katalis yang paling umum digunakan di
dalam industri pengolahan biodiesel. Katalis KOH memiliki dua fasa ; untuk skala
laboratorium, katalis KOH yang digunakan merupakan katalis homogen, sedangkan
untuk skala industri, katalis KOH yang digunakan adalah katalis heterogen. Katalis
homogen mempunyai beberapa keuntungan diantaranya dapat bereaksi lebih cepat dan
tidak mengalami perubahan kimia sehingga dapat digunakan kembali. Katalis yang
paling umum digunakan dalam pembuatan biodiesel adalah katalis basa homogen
seperti NaOH dan KOH karena memiliki kemampuan katalisator yang lebih tinggi
dibandingkan dengan katalis lainnya. Akan tetapi, katalis basa homogen sangat sulit
dipisahkan dari campuran reaksi sehingga tidak dapat digunakan kembali dan pada
akhirnya akan ikut terbuang sebagai limbah yang dapat mencemarkan lingkungan.
Pemisahan ester jauh lebih mudah jika menggunakan katalis KOH dibandingkan
dengan katalis NaOH atau pun natrium metoksida. Hal ini dikarenakan sabun kalium
yang dihasilkan jauh lebih lembut dan tidak tercampur dalam fasa gliserol. Hal ini
menyebabkan KOH sering digunakan untuk menghasilkan biodiesel dari bahan baku
daur ulang limbah.

2.3​ ​Mekanisme Reaksi Esterifikasi dan Transesterifikasi


Mekanisme reaksi esterifikasi terdiri dari beberapa tahap, yaitu transfer proton
dari katalis asam ke atom oksigen karbonil sehingga meningkatkan elektrofilisitas dari
atom karbon karbonil. Atom karbon karbonil diserang oleh atom oksigen dari alkohol
yang bersifat nukleofilik sehingga terbentuk ion oksonium. Terjadi pelepasan proton
dari gugus hidroksil alkohol menghasilkan kompleks teraktivasi, dan protonasi
terhadap salah satu gugus hidroksil yang diikuti oleh pelepasan molekul air
menghasilkan ester. Konversi biodiesel dari minyak yang mengandung asam lemak
bebas tinggi harus dilakukan dengan reaksi terkatalisis asam / H​2​SO​4 (esterifikasi),
dilanjutkan dengan reaksi terkatalisis basa (transesterifikasi). Reaksi esterifikasi
bertujuan untuk mengkonversi asam lemak bebas menjadi ester sampai jumlah asam
lemak di bawah standar, dilanjutkan dengan reaksi transesterifikasi ( tahap 1 dan 2 )
untuk mengkonversi trigliserida menjadi metil ester dengan katalis basa tanpa
terbentuk sabun. Semakin kecil kadar asam lemak bebas, maka sabun yang terbentuk (
reaksi saponifikasi ) makin kecil, sedangkan metil ester makin besar.
Faktor penting yang dapat mempengaruhi reaksi esterifikasi dan
transesterifikasi adalah penggunaan metanol yang berlebih agar air yang terbentuk
dari reaksi dapat diserap oleh metanol sehingga tidak menghalangi jalannya reaksi
pengubahan asam lemak bebas menjadi metil ester (Soerawidjaja, 2006).
Dimungkinkan terjadi kompetisi dari metanol dalam reaksi esterifikasi sebagai
reaktan maupun sebagai pelarut. Metanol juga berperan sebagai pelarut protik yang
dapat menyeimbangkan anion yang terbentuk dari katalis setelah melepaskan proton,
sehingga metanol yang terlibat akan berkurang dari seharusnya dan mengakibatkan
reaksi esterifikasi menjadi tidak optimal dan asam lemak bebas yang ada dalam
limbah minyak ikan tidak seluruhnya teresterkan.
Reaksi transesterifikasi adalah reaksi antara ester dengan alkohol yang
menghasilkan ester dan alkohol baru. Reaksi transesterifikasi disebut juga reaksi
alkoholisis dari ester karena reaksi tersebut disertai dengan pertukaran bagian alkohol
dari suatu ester. Reaksi transesterifikasi berlangsung bolak-balik, dimana salah satu
reaktan (metanol) harus dibuat berlebih agar diperoleh hasil yang optimal. Metanol
yang berlebihan dapat meningkatkan hasil konversi metil ester secara optimal
(Fessenden and Fessenden, 1995). Reaksi transesterifikasi menggunakan katalis basa
golongan logam alkali alkoksida dari alkohol. Gugus alkoksida (:OR) berperan
sebagai nukleofil pada reaksi transesterifikasi. Reaksi pembentukan ester dalam
kondisi basa suatu ester dengan ion alkoksida adalah reaksi substitusi nukleofilik
melalui pembentukan intermediet tetrahedral.

2.4​ ​Industri yang Memproduksi Katalis KOH


Katalis KOH banyak digunakan dalam skala lab, karena mudah dibuat dan
harganya yang tergolong murah. Beberapa industri yang memproduksi katalis KOH
padat adalah Tianjin Huarong International Logistics Co., Ltd., Tianjin, China dengan
spesifikasi kemurnian KOH mencapai 95%; ASHTA Chemicals Inc., Ashtabula,
Amerika Serikat dengan spesifikasi kemurnian KOH minimal 90%; Ercros S.A,
Barcelona, Spanyol dengan spesifikasi kemurnian KOH minimal 90%; PT. Merck
Indonesia Tbk, Jakarta, Indonesia dengan spesifikasi kemurnian KOH mencapai 98%
dan masih banyak lagi.

2.5​ ​Industri yang Menggunakan Katalis KOH


Katalis KOH banyak digunakan dalam industri yang berhubungan dengan
petrokimia, seperti membuat biodiesel, pemurnian minyak dan petrokimia. Meskipun
digunakan secara luas, penggunaan katalis KOH pada produksi biodiesel biasanya
hanya digunakan oleh industri petrokimia dengan total produksi di bawah 5,9
juta-gallon biodiesel per tahun per plant (​Markolwitz, 2004). Salah satu contoh
industri yang menggunakan katalis KOH sebagai salah satu katalis untuk
memproduksi biodiesel adalah perusahaan RB Fuels Port Neches, Texas, Amerika
Serikat dengan total produksi sebanyak 5,5 juta-gallon biodiesel per tahun per plant (
Farm Progress, 2012 )
BAB III

KESIMPULAN

Berikut adalah kesimpulan yang kami dapatkan dari penyusunan makalah tentang katalis :
1. Pemisahan ester jauh lebih mudah jika menggunakan katalis KOH, karena itu KOH
sering digunakan untuk menghasilkan biodiesel dari bahan baku daur ulang limbah.
2. Katalis homogen dapat bereaksi lebih cepat dibandingkan dengan katalis heterogen.
3.
DAFTAR PUSTAKA

1. Fatimura, M., et. al. 2016. ​Pembuatan Biodiesel dari Minyak Jelantah Bekas Rumah
Makan Dengan Variasi Penambahan Katalis KOH Pada Proses Transesterifikasi.​
Palembang : Universitas PGRI Palembang.
2. Fessenden, J.R and S.J. Fessenden. 1987. ​Kimia Organik Edisi Ketiga Jakarta :
Erlangga.
3. Furqon, et. al. 2019. ​Kajian Penggunaan Katalis Koh pada Pembuatan Biodiesel
Menggunakan Reverse Flow Biodiesel Reactor Secara Batch. Purwokerto :
Universitas Jenderal Soedirman.
4. Henni, A. 2011. ​Top 10 Catalysts Companies.​ Diakses pada tanggal 25 Januari 2015,
pukul 19.03 melalui
https://www.oilandgasmiddleeast.com/article-9496-top-10-catalysts-companies
5. Markolwitz, M. 2014. ​Consider Europe's Most Popular Catalyst​. Biodiesel Magazine.
Diakses pada tanggal 27 Januari 2020, pukul 21.33 melalui
http://www.biodieselmagazine.com/articles/462/consider-europes-most-popular-catal
yst
6. Ningtyas, Diah P., jet. al. 2013. ​Pengaruh Katalis Basa (NaOH) Pada Tahap Reaksi
Transesterifikasi Terhadap Kualitas Biofuel dari Minyak Tepung Ikan Sardin.
Yogyakarta : Universitas Gajah Mada​.
7. Niranjana, S.R.J. dan R. Vashantha. 2015. ​Development of Novel Anode Catalysts for
Membraneless Sodium Perborate Fuel Cells​. Chennai : Anna Adharsh College for
Women.
8. Soerawidjaja, T.H 2006. ​Handout Kuliah Proses Industri Kimia : Minyak-Lemak dan
Produk-Produk Kimia Lain dari Kelapa​. Jawa Barat : Institut Teknologi Bandung.
9. Tech, R. D. ​Catalysts for Biodiesel. Make Biodiesel. Diakses pada tanggal 26 Januari
2020, pukul 16.53 melalui
https://www.make-biodiesel.org/Ingredients/catalysts-for-biodiesel.html
10. http://id.sdsaquimico.com/alkali/potassium-hydroxide/caustic-potash-flakes-95.html​.
Diakses pada tanggal 26 Januari 2020, pukul 21.35.
11. https://www.ashtachemicals.com/Products/Potassium-Hydroxide-Dry.aspx?name=Ca
ustic%20Potash,%20dry​ Diakses pada tanggal 27 Januari 2020, pukul 23.00.
12. http://www.ercros.es/index.php?lang=en Diakses pada tanggal 27 Januari 2020, pukul
22.58.
13. https://www.farmprogress.com/biofuel/5-largest-biodiesel-producers Diakses pada
tanggal 27 Januari 2020, pukul 19.56.

Anda mungkin juga menyukai