Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM PENGEMBANGAN PERTANIAN

PERKOTAAN

“PEMBUATAN BIODIESEL”

Dosen Pengampu : Ir Inkorena Gern S. Sukartono, M.Agr

NAMA : Fawwaz Rahmatullah

NIM : 235001526010

KELAS : B

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS BIOLOGI DAN PERTANIAN

UNIVERSITAS NASIONAL

JAKARTA

2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Biodiesel merupakan salah satu bahan bakar alternatif pengganti
bahan bakar fosil yang dibuat dari sumber yang dapat diperbaharui seperti
minyak nabati dan lemak hewan. Dibandingkan dengan bahan bakar fosil,
bahan bakar biodiesel mempunyai kelebihan diantaranya bersifat
biodegradable, non-toxic, mempunyaiangka emisi CO2 dan gas sulfur yang
rendah dan sangat ramah terhadap lingkungan. Penggunaan biodiesel juga
dapat mengurangi polusi tanah serta melindungi kelestarian perairan dan
sumber airminum.
Biodiesel merupakan bahan bakar yang ramah terhadap lingkungan.
Biodiesel tidak mengandung berbahaya seperti Pb, bersifat biodegradable,
emisi gas buangnya juga lebih rendah dibandingkan emisi bahan bakar diesel.
Biodiesel memiliki efek pelumasan yang tinggi sehingga dapat
memperpanjang umur mesin dan memiliki angka setana yang tinggi (> 50).
Minyak goreng bekas dapat digunakan sebagai bahan baku dalam proses
pembuatan biodiesel. Minyak goreng bekas mengandung asam lemak bebas
(Free Fatty Acid, FFA) yang dihasilkan dari reaksi oksidasi dan hidrolisis
pada saat penggorengan.
Minyak jelantah adalah minyak goreng yang telah digunakan untuk
menggoreng. Dengan meningkatkan produksi dan konsumsi minyak
goreng,ketersediaan minyak jelantah kian hari kian melimpah, bila tak
digunakan kembali, minyak jelantah biasanya dibuang begitu saja kesaluran
pembuangan. Limbah yang terbuang ke pipa pembuangan dapatmenyumbat
pipa pembuangan karena pada suhu rendah minyak maupun lemakakan
membeku dan mengganggu jalannya air pada saluran pembuangan. Minyak
ataupun lemak yang mencemari perairan juga dapat mengganggu
ekosistem perairan karena dapat menghalangi masuknya sinar matahari yang
sangat dibutuhkan oleh biota perairan.
Oleh karena itu diperlukan solusi untuk memanfaatkan limbah minyak
goreng bekas, salah satunya dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku
pembuatan biodiesel. Pada kasus minyak tanaman dengan kandungan asam
lemak bebas tinggi dilakukan dua jenis proses, yaitu esterifikasi dan
transesterifikasi. Transesterifikasi adalah suatu reaksi yang menghasilkan
ester dimana salah satu pereaksinya juga merupakan senyawa ester. Jadi
disini terjadi pemecahan senyawa trigliserida dan migrasi gugus alkil antara
senyawa ester. Ester yang dihasilkan dari reaksi transesterifikasi ini disebut
biodiesel. Reaksi esterifikasi dan transesterifikasi merupakan reaksi bolak
balik yang relatif lambat. Untuk mempercepat jalannya reaksi dan
meningkatkan hasil, proses dilakukan dengan pengadukan yang baik,
penambahan katalis dan pemberian reaktan berlebih agar reaksi bergeser ke
kanan. Secara umum factor-faktor yang mempengaruhi reaksi
transesterifikasi adalah pengadukan, suhu, katalis, perbandingan pereaksi dan
waktu reaksi.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu agar mahasiswa dapat
mengetahui cara pembuatan bahan bakar biodiesel dari minyak jelantah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Biodiesel adalah bahan bakar yang terbuat dari minyak tumbuhan atau
lemak hewan. Biodiesel merupakan bahan bakar yang terdiri dari campuran
mono-alkil ester yang berasal dari asam lemak dengan rantai panjang, yang
sumbernya dapat diperbaharui dari alam. Biodiesel juga dikenal sebagai bahan
bakar yang ramah lingkungan karena menghasilkan emisi gas buang yang relatif
lebih bersih dibandingkan dengan solar. Selain itu, penggunaan biodiesel
umumnya mudah, karena tidak perlu memodifikasi mesin diesel (Efendi, et al.,
2018). Biodiesel memiliki keunggulan sebagai bahan bakar minyak alternatif
untuk menutupi kekurangan kebutuhan bahan bakar fosil yang semakin meningkat
namun ketersediaannya semakin berkurang. Kelebihan biodiesel dibandingkan
bahan bakar petroleum yaitu, bahan bakar yang tidak beracun dan dapat
dibiodegadasi, memiliki setana yang tinggi, dapat mengurangi emisi karbon
monoksida, hidrokarbon dan NOx, dan terdapat dalam fase cair. Bahan bakar
diesel sendiri relatif mudah terbakar (tanpa harus dipicu dengan letikan api busi)
apabila disemprotkan ke dalam udara panas yang memiliki tekanan.
Bahan bakar alternatif yang dinilai layak sebagai pengganti minyak bumi
yaitu bahan bakar yang berasal dari minyak nabati dan lemak hewani karena
sifatnya sebagai sumber bahan bakar yang dapat diperbaharui, yang dikenal
dengan metil ester atau biodiesel. Biodiesel merupakan bahan bakar diesel yang
terbuat dari bahan hayati terutama lemak nabati dan lemak hewani. Minyak
goreng bekas merupakan salah satu bahan baku yang memiliki peluang untuk
pembuatan biodiesel, karena minyak ini masih mengandung trigliserida, di
samping asam lemak bebas. Asam lemak dari minyak lemak nabati jika
direaksikan dengan alkohol menghasilkan ester yang merupakan senyawa utama
pembuatan biodiesel
dan produk sampingan berupa gliserin yang juga bernilai ekonomis cukup tinggi.
Gliserin ini dimanfaatkan untuk pembuatan sabun. Proses pembuatan biodiesel
dapat dilakukan melalui tahap transesterifikasi dan perlakuan fisis seperti
pemberian suhu proses dan lama waktu pengendapan.
Oleh karena itu, penelitian untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
perlakuan fisis yang diberikan pada saat proses pembuatan biodiesel dari minyak
jelantah sangat penting, sehingga dapat meningkatkan nilai guna minyak jelantah.
Minyak jelantah yang sebelumnya hanya dibuang begitu saja akan lebih bernilai
ekonomis bila diolah menjadi biodiesel untuk bahan bakar alternatif, disamping
turut serta dalam mengelola dan memanfaatkan limbah serta dapat mengatasi
kelangkaan BBM di masa depan. Beberapa faktor–faktor yang mempengaruhi
proses transesterifikasi pada proses produksi biodiesel.
Ethanol dan Metanol dapat menghasilkan ester lebih banyak dari pada
etanol dan butanol. Ethanol merupakan jenis alkohol yang banyak digunakan
untuk proses transesterifikasi karena lebih reaktif dan dapat menghasilkan
biodiesel 1,4 kali lebih banyak dibandingkan metanol. Fungsi katalis dalam proses
produksi biodiesel adalah untuk mempercepat reaksi dengan jalan menurunkan
energi aktivasi (actifation energy, Ea). Proses produksi akan berlangsung sangat
lambat dan membutuhkan suhu dan tekanan yang tinggi apabila tanpa
menggunakan katalis. Jika minyak mempunyai nilai FFA < 0,5% maka bisa
langsung diproses dengan transesterifikasi dengan katalis basa, namun apabila
kandungan FFA > 5 % maka proses harus dilakukan dengan Estrans(esterifikasi-
transesterifikasi dengan menggunakn katalis asam.
Katalis asam seperti asam sulfat, asam phospat, asam klorida cocok untuk
reaksi yang mempunyai bilangan asam lemak bebas tinggi. Reaksi
transesterifikasi menggunakan katalis basa dipengaruhi beberapa faktor yaitu
internal dan eksernal. Faktor internal yaitu kualitas bahan baku minyak itu sendiri
seperti kadar air serta asam lemak bebas yang sangat mempengaruhi reaksi.
Faktor eksternal yaitu rasio mol antara alkohol dan minyak, jenis katalis, waktu
reaksi, suhu, dan parameter-parameter lainnya pasca transesterifikasi.
Penggunaan minyak goreng bekas atau minyak jelantah sebagai bahan
baku biodiesel, karena secara karakteristik masih ada kesamaan dengan minyak
kelapa sawit: masih mengandung trigliserida, di samping asam lemak bebas.
Secara ekonomi, minyak goreng bekas yang kualitas sangat rendah seperti
bentuknya yang sudah hitam, saat ini dapat diperoleh secara gratis karena
merupakan limbah yang sudah tidak digunakan lagi (Prasetyo, 2018).
BAB III

BAHAN DAN METODE

3.1. Alat dan Bahan


Alat :
1. Pipet tetes
2. Termometer analog
3. Magnetic Stirrer
4. Panci
5. Gelas beker 100 ml dan 250 ml
6. Batang pengaduk
7. Timbangan digital
8. Saringan
9. Plastic wrap
10. Corong pisah
11. Kompor

Bahan :
1. Minyak Jelantah
2. NaOH
3. Metahnol

3.2. Cara Kerja


1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan dengan berbagai perlakuan
diantaranya:
Perlakuan Pelarut Minyak Jelantah Ulangan
2. T NaOH
a 1,88ngram + g
1u k ml
250 a n3 m i
Metanol 50 ml
NaOH 0,5 gram +
2 250 ml 3
Metanol 75 ml
NaOH 1 gram +
3 250 ml 3
Metanol 75 ml
perlakuan 1 dan 3 dipanaskan hingga 50°C menggunakan kompor, sedangkan
perlakuan 2 dipanaskan menggunakan magnetic stirrer dengan suhu 50°C dan
450 rpm. Masing-masing perlakuan dilakukan pengulangan sebanyak 3
kali sehingga mendapatkan 9 sampel percobaan.
3. Campurkan pelarut untuk masing-masing perlakuan. Untuk perlakuan 1
dan 3, diaduk menggunakan batang pengaduk hingga larut. Sedangkan
untuk perlakuan 2, distir menggunakan magnetic stirrer dengan suhu 50°C
dan 450 rpm, untuk ulangan 1 dan 3 selama 1 jam serta ulangan 2 selama
30 menit.
4. Masukkan ke dalam corong pisah untuk ulangan 3 pada masing-masing
perlakuan. Sedangkan yang lain dimasukkan ke dalam gelas baker. Lalu,
ditutup rapat menggunakan tutup corong pisah untuk yang dimasukkan ke
dalam corong pisah dan ditutup dengan plastic wrap untuk yang
dimasukkan ke dalam gelas baker.
5. Diamkan selama 24 jam hingga membentuk sebuah endapan pada larutan.
Larutan tersebut merupakan gliserin dan endapan yang dihasilkan
merupakan biodiesel yang dapat digunakan sebagai bahan bakar.gian
karpet/karung yang telah dilubangi dan atas permukaan karpet ditanami
tanaman hias yang telah disediakan.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan

4.2 Pembahasan
Tabel Julah Biodisel
Jumlah Biodiesel yang dihasilkan
Perlakuan
U1 U2 U3
P1 0 0 90 ml
P2 (B) 220 ml 250 ml 200 ml
P2 (A) 90 ml 150 ml 145 ml
P3 125 ml 0 0

Minyak jelantah mengalami perubahan warna, yang semula berwarna


merah kehitaman, berubah menjadi coklat agak terang. Perubahan warna
pada minyak jelantah setelah di bleaching, disebabkan karena senyawa
oksidasi yang terdapat di dalam minyak jelantah diikat oleh karbon aktif,
karena karbon aktif berfungsi sebagai adsorber atau penyerap senyawa
oksidasi yang terdapat di dalam minyak jelantah.
Setelah melalui proses bleaching, berikutnya proses transesterifikasi
yang dilakukan dengan mencampurkan minyak jelantah yang telah di
bleaching dengan larutan (NaOH + methanol). Proses transesterifikasi
dilakukan dengan suhu pengadukan 50ºC, kecepatan putaran pengadukan 450
rpm dan waktu pengadukan satu jam. Setelah satu jam pengadukan, proses
pengadukan dihentikan lalu didiamkan selama 24 jam, dan terbentuk dua
lapisan. Lapisan di sebelah atas berwarna kuning terang yang disebut dengan
biodiesel, sedangkan lapisan di bawahnya berwarna merah kehitaman, yang
disebut dengan gliserin.
Sementara itu, masing-masing konsentrasi metanol dan NaOH yang
telah dilarutkan, dicampurkan pada minyakjelantah 450 mL pada gelas beker.
Suhu minyak jelantah sebelum direaksikan dengan larutan NaOH dan
metanol adalah 65°C. Suhu saat proses pengadukan minyak goreng dan
larutan metanol dan NaOH, harus terjaga pada sekitar 50°C selama satu jam
pengadukan. Penggunaan katalis NaOH dan kondisi suhu yang stabil akan
membantu mempercepat reaksi yang terjadi. Saat proses pengadukan selesai,
larutan kemudian dipindahkan ke dalam corong pisah.
Di dalam corong pisah, larutan membentuk 2 jenis fase, yaitu metil
ester pada bagian atas dan gliserol pada bagian bawah. Proses pemisahan
antara metil ester dan gliserol harus dilakukan dengan cepat. Hal ini karena
gliserol akan membeku saat penurunan suhu terjadi hingga setimbang dengan
suhu lingkungan. Faktor utama yang mempengaruhi metal ester pada reaksi
transesterifikasi yaitu rasio molar antara trigliserida dan alkohol, jenis katalis
yang digunakan, waktu reaksi, suhu yang menghambat reaksi ini.
Hasil biodiesel yang paling bagus dan banyak adalah pada perlakuan P2
kelompok A maupun B. Hal ini bisa terjadi dikarenakan suhu saat pemanasan
dan proses pengadukan stabil jika menggunakan magnetic stirrer.
Dibandingkan dengan perlakuan 1 dan 3 yang hasilnya sama-sama tidak
bagus, karena proses pengadukan yang tidak sesuai rpm-nya dan suhu yang
dijaga sulit untuk dipantau jika dipanaskan menggunakan kompor.

BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan dapat ditarik sebuah
kesimpulan bahwa minyak jelantah dapat diubah menjadi biodiesel melalui proses
transesterifikasi. Pengaruh suhu pengadukan terhadap produk menunjukkan
bahwa yield produk yang dihasilkan memiliki kecenderungan meningkat sampai
titik tertinggi (optimum) kemudian akan turun kembali.
DAFTAR PUSTAKA

Harmiansyah, Efendi, R., Muslimah, S., dkk. 2013. Analisis Pengaruh Jumlah
Variasi Katalis MeOH Pada Pembuatan Biodiesel Melalui Proses
Transesterifikas. Jurnal ELEMENTER Vol. 9(1)
Mawarni, D. I., Suryanto, H. 2018. PENGARUH SUHU PENGADUKAN
TERHADAP YIELD BIODIESEL DARI MINYAK JELANTAH. Jurnal
SIMETRIS, Vol. 9(1).
Mukminin, A., Megawati, E., Ariyani, D., dkk. Pengaruh Waktu Reaksi
Pembuatan Biodiesel dari Minyak Jelantah dengan Bantuan Katalis Bassa
NaOH terhadap Sifat Fisika dan Kimia Produk Biodiesel. 2023. Journal on
Education, Volume 5 (2), hal. 5119-5127
MODUL ACARA V BIODIESEL
LAMPIRAN

Gambar Keterangan

Mempersiapkan media tumbuh


untuk tanaman yang ingin dilakukan
sarungisasi

Mempersiapkan tanaman hias yang


ingin digunakan

Mengikat karung atau karpet pada


sebuah pohon atau pondasi yang
ingin dijadikan perlakuan
sarungisasi
Memasukkan media tanah dan
pupuk kandang kedalam ikatan
karung atau karpet yang sudah
dilakukan

Menyiram media tanah yang sudah


dimasukkan kedalam karung atau
karpet

Memasukkan tanaman hias yang


sudah disiapkan kedalam lubang
pada karung dan karpet.

Anda mungkin juga menyukai