PERKOTAAN
“PEMBUATAN BIODIESEL”
NIM : 235001526010
KELAS : B
UNIVERSITAS NASIONAL
JAKARTA
2023
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu agar mahasiswa dapat
mengetahui cara pembuatan bahan bakar biodiesel dari minyak jelantah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Biodiesel adalah bahan bakar yang terbuat dari minyak tumbuhan atau
lemak hewan. Biodiesel merupakan bahan bakar yang terdiri dari campuran
mono-alkil ester yang berasal dari asam lemak dengan rantai panjang, yang
sumbernya dapat diperbaharui dari alam. Biodiesel juga dikenal sebagai bahan
bakar yang ramah lingkungan karena menghasilkan emisi gas buang yang relatif
lebih bersih dibandingkan dengan solar. Selain itu, penggunaan biodiesel
umumnya mudah, karena tidak perlu memodifikasi mesin diesel (Efendi, et al.,
2018). Biodiesel memiliki keunggulan sebagai bahan bakar minyak alternatif
untuk menutupi kekurangan kebutuhan bahan bakar fosil yang semakin meningkat
namun ketersediaannya semakin berkurang. Kelebihan biodiesel dibandingkan
bahan bakar petroleum yaitu, bahan bakar yang tidak beracun dan dapat
dibiodegadasi, memiliki setana yang tinggi, dapat mengurangi emisi karbon
monoksida, hidrokarbon dan NOx, dan terdapat dalam fase cair. Bahan bakar
diesel sendiri relatif mudah terbakar (tanpa harus dipicu dengan letikan api busi)
apabila disemprotkan ke dalam udara panas yang memiliki tekanan.
Bahan bakar alternatif yang dinilai layak sebagai pengganti minyak bumi
yaitu bahan bakar yang berasal dari minyak nabati dan lemak hewani karena
sifatnya sebagai sumber bahan bakar yang dapat diperbaharui, yang dikenal
dengan metil ester atau biodiesel. Biodiesel merupakan bahan bakar diesel yang
terbuat dari bahan hayati terutama lemak nabati dan lemak hewani. Minyak
goreng bekas merupakan salah satu bahan baku yang memiliki peluang untuk
pembuatan biodiesel, karena minyak ini masih mengandung trigliserida, di
samping asam lemak bebas. Asam lemak dari minyak lemak nabati jika
direaksikan dengan alkohol menghasilkan ester yang merupakan senyawa utama
pembuatan biodiesel
dan produk sampingan berupa gliserin yang juga bernilai ekonomis cukup tinggi.
Gliserin ini dimanfaatkan untuk pembuatan sabun. Proses pembuatan biodiesel
dapat dilakukan melalui tahap transesterifikasi dan perlakuan fisis seperti
pemberian suhu proses dan lama waktu pengendapan.
Oleh karena itu, penelitian untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
perlakuan fisis yang diberikan pada saat proses pembuatan biodiesel dari minyak
jelantah sangat penting, sehingga dapat meningkatkan nilai guna minyak jelantah.
Minyak jelantah yang sebelumnya hanya dibuang begitu saja akan lebih bernilai
ekonomis bila diolah menjadi biodiesel untuk bahan bakar alternatif, disamping
turut serta dalam mengelola dan memanfaatkan limbah serta dapat mengatasi
kelangkaan BBM di masa depan. Beberapa faktor–faktor yang mempengaruhi
proses transesterifikasi pada proses produksi biodiesel.
Ethanol dan Metanol dapat menghasilkan ester lebih banyak dari pada
etanol dan butanol. Ethanol merupakan jenis alkohol yang banyak digunakan
untuk proses transesterifikasi karena lebih reaktif dan dapat menghasilkan
biodiesel 1,4 kali lebih banyak dibandingkan metanol. Fungsi katalis dalam proses
produksi biodiesel adalah untuk mempercepat reaksi dengan jalan menurunkan
energi aktivasi (actifation energy, Ea). Proses produksi akan berlangsung sangat
lambat dan membutuhkan suhu dan tekanan yang tinggi apabila tanpa
menggunakan katalis. Jika minyak mempunyai nilai FFA < 0,5% maka bisa
langsung diproses dengan transesterifikasi dengan katalis basa, namun apabila
kandungan FFA > 5 % maka proses harus dilakukan dengan Estrans(esterifikasi-
transesterifikasi dengan menggunakn katalis asam.
Katalis asam seperti asam sulfat, asam phospat, asam klorida cocok untuk
reaksi yang mempunyai bilangan asam lemak bebas tinggi. Reaksi
transesterifikasi menggunakan katalis basa dipengaruhi beberapa faktor yaitu
internal dan eksernal. Faktor internal yaitu kualitas bahan baku minyak itu sendiri
seperti kadar air serta asam lemak bebas yang sangat mempengaruhi reaksi.
Faktor eksternal yaitu rasio mol antara alkohol dan minyak, jenis katalis, waktu
reaksi, suhu, dan parameter-parameter lainnya pasca transesterifikasi.
Penggunaan minyak goreng bekas atau minyak jelantah sebagai bahan
baku biodiesel, karena secara karakteristik masih ada kesamaan dengan minyak
kelapa sawit: masih mengandung trigliserida, di samping asam lemak bebas.
Secara ekonomi, minyak goreng bekas yang kualitas sangat rendah seperti
bentuknya yang sudah hitam, saat ini dapat diperoleh secara gratis karena
merupakan limbah yang sudah tidak digunakan lagi (Prasetyo, 2018).
BAB III
Bahan :
1. Minyak Jelantah
2. NaOH
3. Metahnol
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
4.2 Pembahasan
Tabel Julah Biodisel
Jumlah Biodiesel yang dihasilkan
Perlakuan
U1 U2 U3
P1 0 0 90 ml
P2 (B) 220 ml 250 ml 200 ml
P2 (A) 90 ml 150 ml 145 ml
P3 125 ml 0 0
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan dapat ditarik sebuah
kesimpulan bahwa minyak jelantah dapat diubah menjadi biodiesel melalui proses
transesterifikasi. Pengaruh suhu pengadukan terhadap produk menunjukkan
bahwa yield produk yang dihasilkan memiliki kecenderungan meningkat sampai
titik tertinggi (optimum) kemudian akan turun kembali.
DAFTAR PUSTAKA
Harmiansyah, Efendi, R., Muslimah, S., dkk. 2013. Analisis Pengaruh Jumlah
Variasi Katalis MeOH Pada Pembuatan Biodiesel Melalui Proses
Transesterifikas. Jurnal ELEMENTER Vol. 9(1)
Mawarni, D. I., Suryanto, H. 2018. PENGARUH SUHU PENGADUKAN
TERHADAP YIELD BIODIESEL DARI MINYAK JELANTAH. Jurnal
SIMETRIS, Vol. 9(1).
Mukminin, A., Megawati, E., Ariyani, D., dkk. Pengaruh Waktu Reaksi
Pembuatan Biodiesel dari Minyak Jelantah dengan Bantuan Katalis Bassa
NaOH terhadap Sifat Fisika dan Kimia Produk Biodiesel. 2023. Journal on
Education, Volume 5 (2), hal. 5119-5127
MODUL ACARA V BIODIESEL
LAMPIRAN
Gambar Keterangan