Anda di halaman 1dari 15

RESUME WEBINAR

“International Class Exchange: Exploring Sarawak and Indonesia’s


Nature and Culture”Plants for Human Welfare.
18 – 19 Oktober 2023

Oleh :
FAWWAZ RAHMATULLAH (235001526010)

Materi 1
Oleh Dr. Keeren Sundara Rajoo
Research Associate, Institute of Ecosystem Science Borneo (IEB), Universiti
Putra Malaysia Bintulu Sarawak Campus (UPMKB).
Pengantar Kehutanan di Malaysia.

Materi pertama di buka oleh Dr. Keeren dengan pengenalan tentang hutan
hujan. Beliau menjelaskan bagaimana keadaan hutan yang ada di Malaysia.

Characteristics of a rainforest :

1) Memiliki kondisi Panas dan lembap sepanjang tahun : 21 hingga 30°C


dan kelembapan77% hingga 88%.
2) Memiliki empat lapisan : Emergent Layer 125ft (38m), Canopy 95ft
(29m), Understorey 55ft (17m), and Undergrowth 15ft (5m).
3) Hutan hujan tropis adalah bioma bumi yang paling kompleks baik dari
segi struktur dan keanekaragaman spesies.

Hutan hujan adalah ekosistem tertua yang masih hidup di bumi, dan beberapa
di antaranya masih bertahan dalam bentuknya yang sekarang setidaknya selama
70 juta tahun. Meskipun hutan hujan hanya mencakup 6% dari luas bumi, hutan
hujan merupakan rumah bagi lebih dari separuh spesies tanaman dan hewan di
dunia. Hutan hujan juga membantu mengatur iklim kita.
Hutan hujan Malaysia

Malaysia (yang hanya memiliki 0,2% daratan dunia) diakui sebagai negara
megadiversitas. Dua dari tiga hutan hujan tertua di dunia ada di Malaysia, yaitu
taman negara yang umurnya lebih dari 130 juta tahun dan hutan hujan Borneo
yang umurnya lebih dari 140 juta tahun.
Beberapa folara dan fauna unik yang ada di Malaysia. Orangutan, Tapir,
Monyet Proboscis,Binturong, Sun Bear (Beruang Madu, Bunga Rafflesia, dan
Pohon Meranti Kuning.
Dalam penjelasan mengenai hutan hujan Dr. Keeren juga memberikan cara
untuk menyelamatkan hutan hujan yang dimuat dalam “Lima Langkah Dasar
untuk Menyelamatkan Hutan Hujan”

Selanjutnya Dr. Keeren menjelaskan tentang sistem administrasi kehutanan


Malaysia. Yang di bagi menjadi tiga bagian, Federal (pemerintahan inti), State
(negara bagia), dan District (distrik). Kebijakan kehutanan dikembangkan dan
dilaksanakan di tingkat negara bagian (state). Setiap negara bagian memiliki
departemen kehutanan sendiri yang dipimpin oleh Direktur Kehutanan Negara
Bagian yang bertanggung jawab kepada Ketua Menteri negara bagian tersebut.

Pada RIO EARTH SUMMIT 1992

1. Malaysia berjanji untuk mempertahankan setidaknya 50% lahannya


sebagai tutupan hutan.
2. Menurut FAO PBB, 62,3% atau sekitar 20.456.000 ha wilayah Malaysia
adalah hutan.Fungsi hutan di malaysia
Penyedia barang-barang hutan seperti Kayu, Rotan, Bambu, kacang-
kacangan, sayuran, serat, biji-bijian, mineral, sumber daya genetik, bibit hutan,
tanaman hias, lateks, Tanaman herbal, buah-buahan liar, damar, pewarna,
tanaman pakan, kayu bakar, minyak atsiri, madu liar, air, satwa liar, palem, dan
masih banyak lagi.
Sebagai Rekreasi, penyerapan karbon, pengaturan iklim mikro, konservasi
tanah, perlindungan daerah aliran sungai, estetika, habitat satwa liar, keamanan,
konservasi genetik, siklus nutrisi, pengendalian polusi udara, pengendalian
polusi suara, penyerbukan, penyebaran benih, retensi sedimen, transportasi air,
warisan budaya, penelitian pendidikan dan banyak lagi.
Beliau juga memaparkan Peranan hutan dalam sejarah Malaysia yaitu sebagai
penyedia makanan,air, bahan bangunan, barang esensial (non kayu),
perdagangan, dan kebudayaan.

Dr. Keeren juga menjelaskan tentang Penelitian etnobotani di Malaysia


Etnobotani adalah studi tentang keterkaitan antara manusia dan tumbuhan.
Penelitian etnobotani di Malaysia telah dilakukan selama lebih dari satu abad,
dimulai oleh pejabat kolonial Inggris dan ilmuwan. Dengan fondasi yang bagus
tetapi ada beberapa ketidakakuratan. Penelitian etnobotani Saat ini lebih fokus
pada identifikasi tanaman obat/pangan baru, untuk pengembangan produk alami
berkelanjutan.
Materi 2
Oleh Prof. Dr. Sri Endarti Rahayu, MSI.
Professor, Universitas Nasional (UNAS), Indonesia.
Studi etnobiologi di Indonesia

Materi dimulai dengan pengenalan Etnobiologi. Etnobiologi adalah studi


ilmiah tentang hubungan dinamis antara masyarakat, biota, dan lingkungan.
Salah satu instrumen untuk menggali potensi dan peran keanekaragaman hayati
bagi masyarakat adalah melalui kajian etnobiologi. Etnobiologi adalah bidang
penelitian yang berkembang pesat, mendapatkan perhatian profesional,
mahasiswa dan masyarakat di Indonesia dan internasional. Etnobiologi menjadi
penting karena kesejahteraan manusia tidak lepas dari kelestarian sumber daya
yang ada disekitarnya. Etnobiologi berkembang karena budaya etnis
memanfaatkan sumber daya alam hayati secara berbeda-beda tergantung pada
sumber daya alam dan lingkungannya.

Ruang lingkup penelitian ini mencakup seluruh aspek kehidupan suatu


kelompok masyarakat/suku/suku yang berkaitan dengan pengelolaan dan
pemanfaatan sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. Kajian utama
etnobiologi adalah mengungkap potensi peran keanekaragaman hayati yang
bernilai ekonomi, ekologi, dan sosial budaya bagi kehidupan masyarakat. Hasil
kajian etnobiologi juga dapat dijadikan wahana pengukuran kebutuhan dan
kepentingan masyarakat dalam memanfaatkan keanekaragaman hayati dalam
kehidupan sehari-hari.

Peran dan Manfaat Data Etnobiologi

1. untuk mengungkap dan meningkatkan nilai sumber daya alam dan


ekosistem.
2. untuk mengungkap dan membuktikan secara ilmiah kearifan lokal.
3. memberikan dukungan untuk memperkuat kemampuan masyarakat
lokal dalam mengelola sumber daya alam dan ekosistem secara
berkelanjutan.
4. Untuk mendukung upaya konservasi sumber daya alam dan ekosistem,
serta budayalokal.
5. menemukan potensi sumber daya hayati dan meningkatkan nilainya
agar sumber daya hayati tersebut lebih bermanfaat bagi kehidupan
masyarakat setempat.
Etnobiologi semakin penting untuk mendukung pembangunan berkelanjutan
di Indonesia, seperti di bidang pertanian dan kesehatan, dengan memanfaatkan
kekayaan sumber daya alam hayati dan sumber daya modal sosial masyarakat,
seperti pengetahuan ekologi atau biologi lokal dari keanekaragaman etnis
nusantara. Demi tercapainya masyarakat Indonesia yang sejahtera.
Indonesia merupakan negara dengan keanekaragaman hayati terbesar kedua
di dunia. Indonesia memiliki lebih dari 25.000-30.000 spesies tumbuhan dan
memiliki lebih dari 17.000 pulau serta memiliki lebih dari 50 jenis ekosistem
atau vegetasi alami. Di Indonesia juga diperkirakan dihuni oleh sekitar 300-700
suku bangsa yang tersebar dari Sabang sampai Merauke yang mendiami pulau-
pulau kecil dan besar.

Tanaman Obat Suku Bali


Usada merupakan pengetahuan tradisional Bali yang mengandung unsur
tradisional obat-obatan. Kata usada berasal dari dari kata aimadi yang artinya
tanaman obat Pengetahuan tentang pengobatan usada terkandung pada zaman
dahulu naskah-naskah yang disebut lontar Naskah ini telah ditulis ratusan tahun
yang lalu, dan saat ini sudah banyak yang melakukan transliterasi dari aksara
Bali ke aksara Latin dan Penggunaan internet telah menyebabkan terkikisnya
pengetahuan etnobotani tradisional masyarakat Bali, khususnya pengetahuan
tentang tanaman obat.
Kondisi ini kemungkinan mengakibatkan masyarakat Bali yang berobat ke
pelayanan kesehatan tradisional sangat sedikit yaitu hanya mencapai 1,03%,
sedangkan yang berobat ke dokter atau bidan untuk berobat mencapai 57,96%.
Praktek pemanfaatan tanaman (praksis) oleh masyarakat lokal berdasarkan
sistem keyakinan yang kuat (kosmos) dan sistem pengetahuan (corpus) yang
berkembang pada kelompok etnis ini Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada
tiga jenis Erythrina yang digunakan dalam pengobatan usada, yaitu; Erythrina
fusca Lour, Erythrina euodiphylla Hassk, dan Erythrina subumbrans (Hassk.)
Merr. Tanaman ini digunakan untuk mengobati penyakit tiwang, tidak bisa
buang air kecil (anuria), batuk, sakit mata, ngiler (ubun-ubun bayi belum
menutup sempurna), angina (perut kembung), rarekena men bajang yaitu salah
satu jenis penyakit yang dipercaya dapat menyembuhkan penyakit tiwang.
merupakan penyakit non medis dengan gejala bayi menangis terus menerus.
Tanaman Erythrina yang digunakan dalam pengobatan Usada Tradisional,
umumnya digunakan dalam bentuk dicampur dengan berbagai jenis tanaman
lainnya. Selain itu juga menggunakan bahan lain seperti garam, minyak, gula,
air, bahkan darah Campuran seperti ini dikenal dengan nama poliherbal.
Poliherbal lebih baik efeknya jika dibandingkan dengan bentuk tunggal karena
aktif bahan dari satu tanaman saja tidak cukup mencapai efek yang diinginkan,
tetapi bila dikombinasikan dengan beberapa tanaman akan dapat mencapai efek
tersebut dengan lebih baik dan dapat mengurangi toksisitas.

PRAKTIK ETNEKOLOGI SUKU BADUY


Pada suku Baduy, Banten Selatan, wilayahnya secara adat dibagi-bagi
menjadi beberapa zona berdasarkan kesakralannya. Zona pertama, sebagian
lembah perbukitan, digunakan sebagai pemukiman dan hutan desa di sekitar
pemukiman (dusun lembur), yang tidak dapat dibersihkan untuk ladang (huma)
Zona kedua, di atas pemukiman, digunakan untuk bertani (ngahuma), serta
kawasan hutan sekunder yang digunakan untuk ladang/huma (reuma). Zona
ketiga di puncak bukit berupa leuweung kolot tidak pernah ditebang untuk
dijadikan huma (Iskandar, 1998). Jadi, dengan sistem penataan ruang lokal yang
bijaksana, kawasan hutan lebat milik masyarakat adat Sunda akan tetap terjaga
dengan cukup baik.
Contoh Etnokonservasi Kaleka-sistem agroforestri dalam tradisi Suku Dayak
Kapuas terkait bentang alam dalam bidang etnoekologi mengenai sistem
kepemilikan tanah yang disebut kaleka dalam tradisi suku Dayak Ngaju di
Kapus Kalimantan Tengah, Penelitian ini menunjukkan bahwa kangkung
mempunyai peranan penting dalam aspek sosial, budaya dan ekonomi
masyarakat Dayak Kapuas dan Tumbuhan yang terdapat pada kangkung
dimanfaatkan berdasarkan dua prinsip yaitu persamaan hak dan keberlanjutan.
Jenis tanaman yang dikembangkan di Kaleka tidak bersifat monokultur dan
berkaitan dengan fitogeografi kawasan kecuali beberapa tanaman yang sudah
diintroduksi sejak zaman kolonial.
Tumbuhan yang terdapat pada Kaleka di Incluing buah-buahan seperti Durio
zibethinus,; obat tanaman seperti Cucurma domestica, dan tanaman bernilai
ekonomi yang tidak dapat dimakan seperti rotan, karet, bambu, dll Jumlah
tumbuhan yang mempunyai nilai ekonomi ada 34. Selain tumbuhan, tanaman
herbal lainnya dan tumbuhan paku-pakuan terus tumbuh secara alami sehingga
fungsi vegetasi tetap terjaga di kawasan Kaleka Kaleka sebenarnya merupakan
bentuk apresiasi masyarakat setempat terhadap nenek moyang mereka yang
dilaksanakan dengan menjaga dan melestarikan kangkung kualitasnya dengan
baik generasi ke generasi.
Contoh Ethnozoologi Suku Dani yang tinggal di sekitar kawasan TWA
Gunung Meja, juga terlibat interaksi dengan lingkungan sekitar dan Ada enam
jenis hewan yang dimanfaatkan yaitu: Tikus pohon, Babi hutan, Bandikut,
Kelelawar, Soa soa, Elang papua dan Yang paling sedikit dimanfaatkan adalah
burung dan biawak.
Materi 3
Oleh Assoc. Prof. Ir. Etty Hesthiati, MSi.
Associate Professor, Universitas Nasional (UNAS), Indonesia

Keanekaragaman Hayati Tanaman Buah Lokal di Hutan Kota Jakarta


Selatan

Pada materi ini dijelaskan tentang hutan kota dan keanekaragaman hayati yang
ada di Jakarta. Pendahuluan, Perkembangan fisik Jakarta dalam 10 tahun terakhir
berlangsung pesat dan dinamis. Perkembangan tersebut berdampak pada
eksploitasi sumber daya alam secara berlebihan, seperti alih fungsi lahan
pertanian produktif menjadi kawasan pemukiman, komersial, dan industri.
Akibatnya terjadi penurunan kualitas lingkungan fisik perkotaan dan penurunan
kualitas pelayanan kebutuhan dasar perkotaan.
Pembangunan fisik di perkotaan yang diharapkan dapat meningkatkan taraf
hidup manusia, justru menimbulkan permasalahan tersendiri akibat perencanaan
yang kurang matang. Pesatnya pertumbuhan penduduk di Jakarta dan
pembangunan infrastruktur untuk mendukung kegiatan perekonomian perkotaan
semakin memperburuk kerusakan ekosistem perkotaan, seperti hilangnya ruang
terbuka hijau, penurunan fungsi resapan air, pencemaran air dan udara, serta
perubahan tata guna lahan yang berdampak pada hilangnya sumber daya genetik
tanaman. Diperlukan tindakan strategis untuk menjaga dan meningkatkan
kualitas lingkungan hidup, salah satunya melalui penyediaan ruang terbuka hijau
di perkotaan dengantujuan menjaga stabilitas tersebut.
Pada tahun 2022, jumlah penduduk DKI Jakarta sebanyak 11,15 juta jiwa
dengan luas wilayah 661,23 km² sehingga menghasilkan kepadatan penduduk
sebesar 17.013 jiwa/km² dan laju pertumbuhan penduduk sekitar 1,19% per
tahun. Penting untuk memiliki taman kota, hutan, dan ruang hijau lainnya yang
diperuntukkan bagi interaksi sosial dan tempat rekreasi yang terjangkau bagi
penghuninya, selain fungsi estetika dan pendidikannya. Undang- Undang
Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang mengatur bahwa setiap kota
dalam penataan ruangnya harus mengalokasikan minimal 30% ruang atau
luasnya untuk keperluan tersebut.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam penataan ruangnya telah
mengalokasikan wilayahnya dengan mendirikan beberapa taman kota bahkan
HUTAN KOTA. Namun saat ini Pemprov DKI Jakarta baru mampu
menyediakan 14,9% ruang terbuka hijau. Hutan kota merupakan kumpulan
pepohonan (menyerupai hutan) yang tumbuh di kawasan perkotaan atau
sekitarnya. Berbagai jenis pohon kayu keras atau tanaman berkayu yang
tumbuh di sekitar pemukiman penduduk. Kawasan dalam kawasan perkotaan
yang pepohonannya tumbuh berkelompok secara rapat dan teratur, baik di
lahan milik negara maupun milik pribadi yang ditetapkan sebagai hutan kota
oleh pejabat yang berwenang. Luas minimal hutan kota adalah 0,25 hektar.
Ruang terbuka hijau, termasuk hutan kota, dikelola oleh pejabat
pemerintah, Dinas Pertamanan dan Hutan Kota. Di DKI Jakarta, terdapat 10
hutan kota yang relatif luas yang tersebar di lima wilayah DKI Jakarta:
Jakarta Utara, Jakarta Timur, Jakarta Selatan, Jakarta Barat, dan Jakarta Pusat.

Manfaat hutan kota di DKI Jakarta


1. Aspek Kelestarian Lingkungan Hidup. Daun pada pohon juga berperan
dalam menahan dan mendaur ulang air hujan. Jalanan yang ditumbuhi
pepohonan semakin indah,kualitas udara dan menyediakan berbagai
habitat bagi satwa liar di lingkungan hutan yang menarik.
2. Aspek Sosial. Hutan kota dapat dirancang untuk memperkuat interaksi
sosial dengan menawarkan berbagai ruang yang menarik dan tenang
dengan latar belakang pepohonan hijau, mudah diakses sebagai ruang
publik.
3. Aspek Ekonomi. Manfaat signifikan dari penyediaan ruang hijau yang
aman dan menarik di seluruh kota termasuk meningkatkan nilai properti
dan mendorong kegiatan ekonomi daninvestasi.
4. Area konservasi flora dan fauna. Hutan kota dapat berfungsi sebagai
kawasan konservasi, tempat rehabilitasi, dan konservasi ex-situ satwa liar,
menjaga keseimbangan ekologi kota dan menumbuhkan pemahaman akan
pentingnya pelestarian flora dan fauna.
5. Kualitas udara. Selain menyerap karbon dioksida selama fotosintesis,
pepohonan juga mengakumulasi polutan lain di daunnya, hutan kota dapat
membantu menjaga kisaran suhu yang sehat di kota. Meningkatkan
kawasan hijau kota sebesar 10% atau lebih dapat membantu kota dalam
mengatasi peningkatan suhu lokal dalam beberapa dekade mendatang
sebagai akibat dari perubahan iklim.

Keberhasilan perencanaan, penanaman, dan pelestarian hutan kota ditentukan


oleh :
- aspek arsitektur
- aspek tanaman hortikultura
- Susunan Vegetasi
Menurut Departemen Arsitektur Lanskap Fakultas Pertanian, IPB (2015):
- Hutan harus bermanfaat bagi warga dan tidak merugikan mereka.
- Mampu tumbuh di lingkungan marginal, termasuk tanah yang tidak
subur, udara yangtercemar, dan air.
- Harus mempunyai akar yang dalam agar tidak roboh.
- Tidak menggugurkan daun, cepat tumbuh, serta mempunyai nilai estetis dan
arsitektural.
- Harus menghasilkan oksigen dan meningkatkan kualitas lingkungan
perkotaan.
- Mengutamakan pemanfaatan vegetasi endemik/lokal.
- Keanekaragaman hayati sangatlah penting.
-
Berdasarkan pemeringkatan Indeks Keanekaragaman Hayati Global 2022
oleh The Swiftest, Brasil menduduki posisi teratas sebagai negara dengan
keanekaragaman hayati terbanyak di dunia dengan skor 512,34. Sementara itu,
Indonesia menempati peringkat kedua dengan skor 418,78 dengan jenis burung
1.723 jenis, amfibi 282 jenis, ikan 4.813 jenis, mamalia 729 jenis, reptilia 773
jenis, dan tumbuhan berpembuluh 19.232 jenis. Dari 19.232 tanaman tersebut,
terdapat 400 jenis tanaman buah yang dapat dimakan.
Tanaman buah lokal. Tanaman buah lokal di Indonesia mengacu pada jenis
tanaman penghasil buah yang tumbuh secara alami di wilayah Indonesia. Di
Indonesia, buah-buahan yang diperoleh melalui budidaya sebagian besar adalah
buah-buahan tropis. Buah-buahan tropis adalah buah-buahan yang berasal dari
daerah dekat garis khatulistiwa. Buah-buahan tropis Indonesia memang sangat
unik dan eksotik. Menurut Rodrigues dkk. (2018), buah- buahan eksotik adalah
buah-buahan lokal yang dikonsumsi berdasarkan praktik budaya lokal.
Perlu diketahui lebih lanjut bahwa buah-buahan eksotik seringkali memiliki
bentuk yang tidak biasa, mempunyai rasa yang unik, bersifat musiman, dan
endemik, namun memiliki kandungan gizi yang lebih kaya dibandingkan dengan
buah-buahan yang biasa dikonsumsi. Beberapa buah tropis eksotik tersebut,
berdasarkan kategori dan kriteria IUCN Red list, sudah diklasifikasikan dalam
kategori Conservation Dependent (CD), bahkan dianggap rentan.

Tanaman buah lokal eksotis


1. Kecapi. Kecapi dianggap sebagai buah tropis endemik Jakarta, kecapi
termasuk dari genus Sandoriccum dan Familia Meliaceae. Ada dua jenis/aksesi
kecapi yang dikenal saat ini: kecapi kuning dan kecapi hijau (berlumut).

2. Kepel atau Burahol. Buah ini sudah jarang ditemui saat ini, namun buah
kepel sudah menjadi ikon DIY (Yogyakarta). Tanaman kepel awalnya
ditanam di taman keraton Yogyakarta karena buahnya merupakan makanan
wajib para putri kerajaan, terutama setelah mereka menginjak usia dewasa.
Pasalnya, kepel mengandung senyawa bioaktif flavonoid yang memiliki
aroma sedap, berfungsi sebagai pewangi mulut dan metode kontrasepsi
sementara. Bibit kepel mempunyai masa dormansi yang lama sehingga sulit
untuk tumbuh. Hal inilah yang menjadi salah satu penyebab keberadaan
Kepel saat ini hampir punah. Buah Kepel mengandung komponen gizi :
Vitamin C, Vitamin A, Vitamin E, Air, Metanol, Triterpenoid, Flavonoid,
Polifenol, Alkaloid, Saponin, Kuinon, Antosianin, Tanin, dan Glikosida.
3. Alkesa. Tanaman Alkesa merupakan tanaman endemik di Jakarta, namun
keberadaannya kini sudah sulit ditemukan di DKI Jakarta. Saat ini pohon
alkesa bisa kita jumpai di Jagakarsa dan Kebagusan. Pohon-pohon tersebut
biasanya berbuah secara musiman, dengan panen utama terjadi pada bulan
September hingga Desember. Penjual buah di kawasan Jagakarsa dan
sekitar Kebun Binatang Ragunan memperoleh buah-buahan tersebut dari
kawasan Citayem. Sayangnya, pohon alkesa di Citayem belakangan ini
ditebang akibat alih fungsi lahan. Berbeda dengan buah-buahan
kebanyakan yang berair, buah alkesa memiliki tekstur seperti tepung
dengan rasa yang manis. Rasanya menyerupai ubi namun memiliki aroma
yang sedap. Alkesa Memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi
menjadikan buah alkesa berpotensi menjadi bahan produk olahan.

4. Bisbul. Buah ini sering disebut dengan “buah mentega”, namun juga dikenal
dengan berbagai nama lain seperti “buah lemak (dalam bahasa Melayu),
“sembolo” (dalam bahasa Jawa), “kamagong” dan “marit.” Dalam bahasa
Inggris buah ini dikenal sebagai ‘mabolo’ atau ‘Velvet apple’. Bisbul
merupakan buah yang awalnya tumbuh liar di hutan Filipina namun kini telah
menyebar ke berbagai negara tropis, termasuk Indonesia. Bentuknya bulat
pipih, berukuran kira-kira 5-12 cm x 8-10 cm, dan memilik bulu halus. Ada
dua jenis bisbul yaitu ,bisbul kuning dan merah. Buah ini termasuk dalam
famili kayu eboni (Ebenaceae) dan berkerabat dengan kesemek dan kayu eboni.
Di negeri asalnya disebut “Buah Mabolo atau ‘Buah Berbulu’. Istilah “buah
mentega” dan “buah lemak” mengacu pada bentuk dan aroma buah saat
matang. Nama “bisbul” konon terinspirasi dari bentuk bola bisbol.

5. Jamblang. Tanaman jamblang saat ini merupakan salah satu tanaman buah
yang mempunyai potensi besar untuk dikembangkan. Jamblang termasuk
dalam famili Myrtaceae yang merupakan famili tumbuhan penghasil buah.
Dalam bahasa Inggris buah jamblang dikenal dengan nama seperti java plum,
black plum, jambolan, dan jambul. Jamblang mengandung senyawa kimia
antara lain alkaloid, flavonoid, resin, tanin, dan minyak atsiri. Ada dua jenis
jamblang yaitu, jamblang ungu (hitam) dan jamblang putih. Jamblang
termasuk tumbuhan dikotil yang artinya bijinya mempunyai dua kotiledon
(daun berbiji). Namun meskipun termasuk tumbuhan dikotil, jenis
perkecambahannya berbeda dengan tumbuhan dikotil kebanyakan. Bersifat
hipogeal, artinya kotiledon tidak muncul di atas permukaan tanah.

6. Gowok. Buah ini sering disebut dengan nama “Kupa” atau “Gohok” (dalam
bahasa Betawi) dan merupakan pohon buah-buahan yang termasuk dalam
famili Myrtaceae, asli Indonesia, khususnya Jawa dan Kalimantan. Gowok
berkerabat dekat dengan jamblang dan jambu semarang. Pohon gowok
berukuran kecil hingga sedang, tingginya mencapai 8 hingga20 meter. Daging
buahnya berwarna putih atau merah agak keunguan dan banyak mengandung
sari buah. Bijinya kecil dan pipih dengan kulit berwarna putih atau merah
keunguan.
7. Matoa. Tanaman matoa merupakan salah satu jenis tanaman rambutan atau
secara biologi berasal dari keluarga rambutan-rambutanan (Sapindaceae).
Berdasarkan warna kulit buahnya,Matoa dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu
Emme Bhanggahe (Matoa Kulit Merah), Emme Anokhong (Matoa Kulit Hijau)
Emme Khabhelaw (Matoa Kulit Kuning). Buah matoa mempunyai rasa yang
khas, seperti rasa rambutan bercampur kelengkeng dan sedikit rasa durian.
Memiliki Kemampuan dalam menyerap karbon (C02) sebesar 329,76 kg/tahun.
8. Gandaria. Gandaria diklasifikasikan ke dalam Anacardiaceae. Tanaman
Gandaria ini berasal dari Sumatera Utara, Semenanjung Malaysia, dan Jawa
Barat. Tanaman ini merupakan tanaman buah khas maluku yang tersebar di
pulau Ambon dan Saparua. Buah gandaria mirip dengan mangga namun
ukurannya lebih kecil. Meski rasanya agak asam, padahal sudah matang.
Buah gandaria biasanya dikonsumsi segar, diolah menjadi sirup ataudijadikan
manisan.
Materi 4
Oleh Dr. Latifah Binti Omar
Head of Biodiversity Borneo Laboratory, Institute of Ecosystem Science Borneo
(IEB),Universiti Putra Malaysia Bintulu Sarawak Campus (UPMKB)
Tanaman Asli yang Digunakan untuk Penyedap Rasa dan Rempah
oleh KomunitasMelanau di Sarawak

Pada materi ke-4 ini kita diajak oleh Dr. Latih untuk mengenal salah satu
komunitas yang ada di Malaysia khususnya di Sarawak Malaysia yaitu
komunitas Melanau.

Komunitas Melanau di Sarawak, Malaysia


Komunitas Melanau di antara para pemukim asli di Sarawak dibagi menjadi
beberapa bagian ada melanau Mukah, melanau Oya-Dalat, melanau Igan,
melanau Matu-Daro-Rejang, melanau Ba’ie/Bintulu, melanau Miri.
Tanaman asli. Berkembang di setiap wilayah geografis tanpa keterlibatan
manusia atau intervensi yang tidak disengaja atau tanpa kesengajaan manusia
dari wilayah asal mereka. Tidak hanya di satu kawasan saja bisa ditemukan di
beberapa kawasan yang tumbuh secara alami. Kegunaan tanaman asli oleh
komunitas Melanau adalah sebagai,RASA faktor kualitas yang mempengaruhi
keputusan memilih dan mengkonsumsi. REMPAH-REMPAH yaitu Produk
sayur-sayuran atau campurannya, tanpa bahan asing yang digunakan untuk:
Penyedaprasa, Penyedap rasa, Memberi aroma.

Tumbuhan dan komunitas Melanau. Sarawak memiliki lahan gambut terluas di


Malaysia sekitar 1,69 juta hektar. Di divisi Mukah dengan luas 19.063 ha,
sebagian besar ditanami tanaman sagu. Tanaman Asli Paling Umum Digunakan
dalam makanan lezat Melanau.

1. Sagu. Karena Masyarakat Melanau mendiami wilayah yang sebagian


besar merupakan lahan gambut yang tidak subur untuk pertanian. Jadi
Sagu merupakan tanaman utama dan identik dengan masyarakat
Melanau. Di divisi Mukah dan Dalat menjadi produsen utama tepung
pati sagu. Masyarakat Melanau menggunakan sagu dengan berbagai
cara. Sebagai komponen pati utama dalam makanan-hidangan berbahan
dasar tepung,Linut. Linut dimakan dengan sambal, sayur liar mentah,
pisang mentah, mentimun, buah-buahan liar, ikan matang atau ikan asap.
Sebagai bahan dasar Saguk – makanan pokok – terbuat dari tepung pati
sagu/lemantak, ulat sagu pun juga di gunakan dalam hidangan, karena
mengandung protein yang tinggi.
2. Daun Pawas (Litsea cubeba). Litsea cubeba memiliki aroma jeruk yang
mirip dengan serai dan lemon verbena. Lebih manis dan lembut dari
serai. Litsea cubeba bisa dijadikan sebagai alternatif untuk lemon
verbena yang mahal. Bagian yang dipakai tunas muda dan buahnya.
3. Backhousia citriodora. Dikenal sebagai serai hutan dalam dialek
Melanau. Digunakan sebagai bumbu masakan ikan dan daging. Bagian
yang dipakai tunas muda.
4. Asam Paya. Asam paya digunakan untuk rasa asam dan untuk
marinasi ikan.Asam Paya dapat dikonsumsi baik mentah maupun
dimasak. Jika sudah matang, bisa direbus dengan kuah ikan sebagai
penyedap rasa.

Mengapa tanaman tersebut dipilih


Sebagai bahan penyedap dan ditambahkan dalam jumlah kecil. Untuk
merangsang nafsu makan, Untuk meningkatkan sejumlah besar hidangan.
Pemilihan tanaman asli oleh masyarakat Melanau di Mukah dan Dalat – terkait
dengan rasa yang lembut dan kuat.
Rasanya lebih kuat bila digunakan segar atau mentah. Kering atau diasamkan
untuk rasaringan dan aroma.
Rempah-rempah ditambahkan ke dalam makanan untuk. Menghangatkan
tubuh terutama pada musim dingin, Menyembuhkan sakit perut dan gangguan
pencernaan, Mendapatkan sensasi pedas/terbakar.

Anda mungkin juga menyukai