Anda di halaman 1dari 5

MAKALAH KONSERVASI ALAM

“KEKAYAAN ALAM”

Drs.Imran Said Lumban Tobing, M.Si

Disusun oleh:
Fawwaz Rahmatullah
235001526010

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS BIOLOGI DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS NASIONAL
JAKARTA
2023
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara yang memiliki kekayaan sumber daya alam yang
melimpah dan sangat luar biasa, baik sumber daya alam hayati, maupun sumber daya alam
non hayati. Potensi kekayaan alamnya mulai dari kekayaan laut, darat, bumi dan kekayaan
alam lainnya yang terkandung di dalam bumi Indonesia.Kekayaan sumber daya alam
tersebut sebagian telah dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan bangsa Indonesia dan
sebagian lainya masih berupa potensi yang belum dimanfaatkaan karena berbagai
keterbatasan seperti kemampuan teknologi dan ekonomi.Potensi sumber daya alam yang
begitu besar tersebut dapat memberikan kontribusi terhadap pembangunan Negara dan juga
untuk kesejahteraan rakyat apabila dikelola dengan baik oleh pemerintah.Kekayaan sumber
daya alam itu sendiri meliputi pertanian, kehutanan, kelautan, perikanan, peternakan,
perkebunan, serta pertambangan dan juga energi.
Di mata dunia, Indonesia juga dikenal sebagai salah satu dari 10 negara dengan
Megadiversitas yang memiliki keanekaragaman paling tinggi di dunia. Informasi data dan
nilai-nilai keanekeragaman hayati Indonesia sebelumnya sudah disintesis oleh BAPPENAS
menjadi Biodiversity action plan yang kemudian hingga sekarang terbaru menjadi
Indonesian Biodiversity Action Plan (IBSAP) tahun 2015-2020. Di dalamnya terdapat detail
buku terkait Strategi Dan Rencana Aksi Keanekaragaman Hayati Indonesia, Membangun
Konsensus Regional Bagi Keanekaragaman Hayati Dan Direktori Pemangku Kepentingan
Di Indonesia.
Kepemilikan Kekayaan Keanekaragaman hayati merupakan sebuah anugerah yang tidak
ternilai. Besarnya keanekaragaman hayati Indonesia tidak terlepas dari latar belakang
terbentuknya nusantara hingga sampai terbentuk pulau-pulau dan terjadi proses spesies.
Ditambah lagi Indonesia dikenal juga sebagai negara kepulauan yang berada di jalur
khatulistiwa menjadikannya semakin istimewa dengan kemahabesaran akan kekayaan
keanekaragaman hayati. Keistimewaan lokasi tersebut juga menjadikan iklim di nusantara
cenderung stabil sepanjang tahun yang menjadikannya terbentuk sebuah ruang dan habitat
yang banyak untuk makhluk hidup penghuni di dalamnya.
Peta wilayah Laut Sulawesi; pola biogeografi yang diamati di darat menjelaskan terputusnya sebaran
spesies. Penjelajahan laut-dalam INDEKS melintasi garis Wallace—garis khayal yang dirumuskan oleh
AR Wallace sebagai garis pemisah antara fauna Asia dan fauna Australia di Kepulauan Indonesia. Garis
Weber adalah garis yang dimaksudkan sebagai 'keseimbangan fauna' antara wilayah fauna kawasan
Timur dan fauna Australasia di dalam Wallacea. Wallacea terdiri atas pulau-pulau terpencil yang di masa
kini tidak pernah terhubung oleh daratan kering dalam jajaran daratan benua, dan karena itu dihuni oleh
spesies yang mampu melintasi selat antarpulau. "Garis Weber" melintasi daerah transisi ini, pada titik
ujung antara daerah yang didominasi spesies asal Asia vs. spesies asal Australia. Gambar milik
Encyclopedia Britannica, Inc. 1997.

Dalam kekinian keanekaragaman hayati Nusantara (BAPPENAS 2016) pembagian wilayah


atau biogeografis Indonesia ditetapkan menjadi 7 bioregion yaitu Sumatera, Jawa dan Bali,
Kalimantan, Sulawesi, Kepulauan Sunda Kecil (Lesser Sunda Island), Maluku dan Papua.

B. Biodiversitas
Biodiversitas atau lebih sering dikenal sebagai “keanekaragaman hayati” merujuk
kepada Convention on Biological Diversity (CBD) di Rio de Janeiro, Brazil (1993),
merupakan variabilitas di antara makhluk hidup yang berasal dari semua sumber, termasuk
darat, laut dan ekosistem perairan lainnya, dan semua kompleksitas ekologi dari masing-
masingnya yang meliputi keanekaragaman di dalam spesies (pada tingkat genetik), antar
spesies dan ekosistem. Biodiversitas sangat penting dan tak ternilai harganya karena
kehidupan manusia sangat bergantung padanya.
Biodiversitas menggambarkan fondasi dari ekosistem, yang melalui jasa ekosistem
yang dihasilkannya mempengaruhi kesejahteraan manusia. Biodiversitas menyumbang ke
banyak aspek kehidupan manusia, mulai dari menyediakan bahan baku seperti sandang,
pangan, papan, energi, dan obat-obatan, hingga proses ekologi, seperti penyerapan karbon,
pembentukan tanah, sirkulasi air dan udara (Bharucha, 2004; EASAC, 2005 ; IAIA, 2005 ;
MEA, 2005 ; ICMM, 2006 ; GEO4, 2007; Selliers, 2010). Indonesia merupakan salah satu
dari negara Megabiodiversitas selain dari Brazil, Zaire dan Madagaskar (BAPPENAS,
1991 dan KLH, 1992 cit. Mansyurdin, 2000). Dalam data yang dilansir Mittermeier,
Goettsch-Mittermeier and Robles-Gill (1997 cit. Sarukhan and Dirzo, 2001), Indonesia
berada di urutan kedua dari 12 negara teratas dalam jumlah kekayaan jenis dan
endemisitas.
Kementerian Lingkungan Hidup (2013) dalam Siaran Pers Peringatan Hari Cinta Puspa
dan Satwa Nasional mengatakan bahwa keanekaragaman hayati Indonesia menduduki
tempat pertama di dunia dalam kekayaan jenis mamalia (515 jenis, 36% diantaranya
endemik) dan kekayaan jenis kupu-kupu (121 jenis, 44% di antaranya endemik). Kemudian
menduduki tempat ketiga dalam kekayaan jenis reptil (lebih dari 600 jenis), tempat
keempat dalam kekayaan jenis burung (1519 jenis, 28% diantaranya endemik), tempat
kelima dalam kekayaan jenis amfibi (lebih dari 270 jenis) dan tempat ketujuh dalam
kekayaan flora berbunga.
Dalam beberapa tagun belakangan ini, program Pengelolaan lingkungan hidup dalam
pemanfaatan keanekaragaman hayati meliputi :
1. Konservasi Spesies dan Ekosistem
2. Konservasi Sumber Daya Genetik
3. Perangkat Konservasi Keanekaragaman Hayati
DAFTAR PUSTAKA

Bharucha, E. 2004. Textbook For Environtmental Studies for Undergraduate Courses of All
Branches of Higher Education. University Grants Commission. New Delhi.

EASAC (European Academies Science Advisory Council). 2005. A User’s Guide to Biodiversity
Indicators. The Royal Society. London.

GEO4 (Global Environment Outlook 4). 2007. Biodiversity. UNEP. Progress Press Ltd. Malta.

IAIA (International Association for Impact Assessment). 2005. Biodiversity in Impact


Assessment. Fargo. Special Publication Series No. 3.

ICMM. Starke, L. (Ed.). 2006. Good Practice Guidance for Mining and Biodiversity.
International Council on Mining and Metals (ICMM). London

Kementerian Negara Lingkungan Hidup. Keanekaragaman Hayati Dalam Pengelolaan


Lingkungan Hidup.

Kementerian Lingkungan Hidup. 2013. Siaran Pers Peringatan Hari Cinta Puspa Dan Satwa
Nasional 2013 “Puspa Dan Satwa Sahabat Kita Bersama, Stop Kepunahannya”. Jakarta.

Mansyurdin. 2000. Biodiversitas Tumbuhan sebagai Komoditas yang Bernilai Tinggi. Pidato
Ilmiah. Disampaikan dalam Rapat Senat Terbuka pada Lustrum IX FMIPA Universitas
Andalas. Padang, 7 September 2000. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Universitas Andalas.

MEA (Millenium Ecosystem Assesment). 2005. Ecosystem and Human Wellbeing : Biodiversity
Synthesis. World Resources Institute. Washington DC.

Sarukhan, J and R. Dirzo. 2001. Biodiversity – Rich Countries. Encyclopedia of Biodiversity Vol
I. Academic Press. Halaman 419-436

Selliers, J.de. (Ed). 2010. Facts on Biodiversity : A Summary of The Millenium Ecosystem
Assesment Biodiversity Synthesis. Belgian Science Policy. Belgia.

Anda mungkin juga menyukai