DI SUSUN OLEH
KELOMPOK I :
Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan karunia-Nya
kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dalam bidang studi Biologi Lingkungan
yang bertemakan “Keanekaragaman Hayati (Biodiversitas) “.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari
sempurna dan juga masih banyak kekurangan. Oleh sebab itu, kritik, gagasan dan saran
selalu penyusun harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Demikianlah sebagai pengantar kata, dengan iringan serta harapan semoga
tulisan sederhana ini semoga dapat diterima dan bermanfaat bagi semua pembaca.
Khususnya bagi mahasiswa-mahasisiwi Fakultas Keguruaan dan Ilmu Pendidikan untuk
meningkatkan pengetahuan dan pengembangan keterampilan kependidikan demi
terciptanya pendidik professional
Atas semua ini kami mengucapkan terimakasih bagi segala pihak yang telah ikut
membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
BAB II PEMBAHASAN
A.KONSEP KEANEKARAGAMAN HAYATI (BIODIVERSITAS)
B. KEANEKARAGAMAN HAYATI DI INDONESIA
C. UPAYA KONSERVASI DI SULAWESI TENGAH
D. ANCAMAN TERHADAP PELESTARIAN
A. Latar Belakang
istilah yang digunakan untuk menerangkan keragaman ekosistem dan berbagai bentuk
hayati sebgai variasi yang terdapat diantara makhluk hidup dari semua sumber termasuk
diantaranya ekosistem daratan, lautan, dan ekosistem perairan lain, serta kompleks
besar dengan jumlah 300.000 jenis. Tumbuhan paku (Pteridophyta) termasuk dalam
golongan tumbuhan yang mempunyai keanekaragaman yang besar kurang lebih 10.000
jenis dan hampir dapat dijumpai pada setiap wilayah di Indonesia. Sampai saat ini
tumbuhan paku kurang mendapat perhatian dibanding dengan kelompok tumbuhan lain.
Masyarakat menganggap tumbuhan ini kurang memberikan manfaat yang berarti bagi
kehidupan. Dari segi cara hidupnya ada jenis-jenis paku yang hidup terestrial (paku
(Asia). Selat Makasar yang dikenal sebagai pemisah garis Wallace merupakan benteng
alam yang tidak dapat ditembus oleh penyebaran fauna dari wilayah barat, oleh karena
itu pulau Sulawesi memiliki keunikan tersendiri ditinjau dari komunitas biologinya.
Sehingga memiliki tingkat endemisitas fauna yang tinggi. Bahkan beberapa ahli
menyebutkan bahwa pulau Sulawesi menunjukkan ciri dari wujud suatu pulau oseanik.
Sulawesi adalah pulau yang sangat berharga bagi konservasi biologi karena memiliki
tingkat endemik yang tinggi. Ada 165 jenis hewan mamalia yang endemik Indonesia,
hampir setengahnya (46%) ada di Sulawesi. Dari 127 jenis mamalia yang ditemukan di
Sulawesi, 79 jenis (62%) endemik. Hanya di daratan Sulawesi tercatat ada 233 jenis
burung, 84 diantaranya endemik Sulawesi. Jumlah ini mencakup lebih dari sepertiga
dari 256 jenis burung yang endemik Indonesia. Sulawesi didiami oleh sebanyak 104
jenis reptilia, hampir sepertiganya atau 29 jenis adalah jenis endemik. Itu berarti, dari
150 reptilia yang tercatat endemik di Indonesia, seperlimanya ada di Pulau Sulawesi
(Tasirin, 2012).
B.Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
ukuran, warna, bentuk, tekstur dan sebagainya. Hayati yaitu menunjukkan sesuatu yang
Keanekaragaman atau keberagaman dari makhluk hidup dapat terjadi karena akibat
adanya perbedaan warna, ukuran, bentuk, jumlah, tekstur, penampilan dan sifat-sifat
lainnya
keseluruhan variasi gen, spesies dan ekosistem di suatu daerah. Ada dua faktor
penyebab keanekaragaman hayati, yaitu faktor genetik dan faktor luar. Faktor genetik
Lingkungan atau faktor eksternal seperti makanan, suhu, cahaya matahari, kelembaban,
curah hujan dan faktor lainnya bersama-sama faktor menurun yang diwariskan dari
kedua induknya sangat berpengaruh terhadap fenotip suatu individu. Dengan demikian
fenotip suatu individu merupakan hasil interaksi antara genotip dengan lingkungannya
Keanekaragaman hayati dapat terjadi pada berbagai tingkat kehidupan, mulai dari
organisme tingkat rendah sampai organisme tingkat tinggi. Misalnya dari mahluk bersel
satu hingga mahluk bersel banyak dan tingkat organisasi kehidupan individu sampai
penampilan, jumlah dan sifat yang terlihat pada berbagai tingkatan ekosistem, tingkatan
diantara makhluk hidup dari semua sumber yang termasuk diantaranya dataran,
ekosistem ekuatik lain, serta komplek-komplek ekologi yang merupakan bagian dari
ekosistem.
1.FLORA:
Alfred Russel Wallace mengemukakan konsep tentang garis Wallace, yaitu garis
khayal yang membagi dua wilayah berdasarkan perbedaan kelompok tumbuhan dan
hewan. Sedangkan Weber (Zoolog dari Jerman), mengamati bahwa hewan-hewan yang
berada di Sulawesi tidak sepenuhnya seperti hewan di Australia tetapi mirip pula hewan
peralihan antara Oriental dan Australia (peralihan daerah Barat dan Timur). Indonesia
termasuk dalam Indo Malesiana yang terdiri atas Indonesia, Filipina, Semenanjung
Malaya, dan Papua Nugini. Contoh tanamannya : rotan, jati, cendana, kayu hitam,
meranti, anggrek, mahoni dan lain-lain. Sedangkan Indo Autralia terdapat hutan kayu
putih, sagu, matoa dll. Memiliki Tumbuhan (Flora) Bertipe Malesiana Malesiana
merupakan suatu kawasan botani dunia yang meliputi Indonesia, Malaysia, Filipina,
Papua nugini, dan kepulauan Solomon. Misalnya pohon kayu ramin yang tersebar di
2. FAUNA :
b. Banyak jenis primata.Misalnya : orang utan sumatra (Pongo pygmaeus obelii), orang
c. Warna bulu burung kurang menarik dan tidak beragam.Misalnya : burung Rangkong
orang utan.
a. Pada daerah peralihan atau transisi Oriental-Australis (Sulawesi dan Nusa Tenggara)
b. Sulawesi, Nusa Tenggara, dan Maluku. Contoh : kalong, kuda, tapir, anoa, tarsisius,
Di Indonesia terdapat jenis hewan dan tumbuhan endemik yang tidak terdapat di negara-
negara lain. Beberapa contoh hewan tersebut adalah komodo di pulau komodo badak
bercula satu di ujung kulon – banten. Dan contoh tumbuhannya yaitu bunga raflesia di
Sulawesi Tengah:
Sulawesi tengah memiliki hutan seluas 4.394.932 ha atau sekitar 64% dari
wilayah ini (6.803.300 ha) merupakan kawasan hutan. Saat ini di Provinsi Sulawesi
Tengah terdapat 8 unit Cagar Alam dengan total luas 378.894,82 ha, dan 7 unit Suaka
1. Cagar Alam
Suaka Margasatwa
1. Suaka Margasatwa Pulau Dolangon, potensi utama kawasan adalah sebagai habitat
2. Suaka Margasatwa Pinjan Matop, potensi utama kawasan adalah sebagai habitat
3. Suaka Margasatwa Bakiriang, potensi utama kawasan adalah sebagai habitat maleo.
6. Suaka Margasatwa Pulau Tiga, potensi utama kawasan adalah sebagai habitat biota
7. Suaka Margasatwa Tanjung Santigi, potensi utama kawasan adalah sebagai habitat
buaya muara.
hukum dan memiliki sangsi pidana. Menahan satwa untuk dijadikan hewan peliharaan
juga melanggar hukum dengan sangsi pidana yang cukup serius. Hukum Indonesia
melindungi jenis-jenis langka ini karena populasi satwa-satwa ini yang menukik tajam,
penebangan (legal maupun illegal) di hutan-hutan yang menjadi habitat satwa langka,
berpartisipasi aktif dalam usaha restorasi habitat dan pembiakan satwa secara alami
(Tasrin, 2012).
ancaman. Ada 81 jenis burung, mamalia, reptilia dan ampibi Sulawesi terdaftar dalam
Red List of Threatened Animals yang diterbitkan oleh World Conservation Union
(IUCN). Perburuan dan perusakan habitat merupakan ancaman serius bagi satwa-satwa
asli Sulawesi ini. Perburuan menjadi marak karena orang Sulawesi memakan satwa-
satwa ini. Namun konsumen terbesar ditemukan di Tanah Minahasa dan Totabuan.
Sudah menjadi hal yang lumrah di sana bahwa seseorang memakan tikus, paniki, yaki
dan tuturuga. Bahkan tak jarang mereka memakan babi hutan, kuskus, musang, anoa
dan babirusa jika ada. Semua satwa asli Sulawesi ini bisa ditemukan di pasar-pasar
habitat, menurunnya kualitas habitat dan perburuan. Berkurangnya luas habitat akibat
dari konversi kawasan hutan baik legal maupun ilegal menjadi lahan pertanian,
perkebunan, pemukiman dan lain-lain. Mengingat populasi satwa ini sudah sangat
memperhatinkan, apalagi Pemerintah dan semua pihak yang terkait perlu berpartisipasi
dalam upaya pelestarian satwa ini baik secara insitu maupun eksitu. Sosialisasi
diperlukan berkaitan pentingnya satwa ini terutama bagi penelitian, pendidikan, wisata
satwa ini hidup bebas di habitatnya tanpa ada tekanan perburuan, kerusakan habitat serta
PENUTUP
A. KESIMPULAN
hayati ditunjukkan oleh adanya berbagai variasi bentuk, ukuran, warna, dan sifat-sifat
dari makhluk hidup lainnya. Indonesia terletak di daerah tropik yang memiliki
keanekaragaman hayati yang tinggi dibandingkan dengan daerah subtropik dan kutub.
Keanekaragaman hayati disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor genetik dan faktor
lingkungan. Terdapat interaksi antara faktor genetik dan faktor lingkungan dalam
B. SARAN
adanya keseimbangan dalam suatu lingkungan hidup akan menimbulkan interaksi yang
baik antara makhluk yang satu dengan yang lain sehingga alam akan selalu mendukung