Anda di halaman 1dari 10

Journal of Aquaculture Science July 2021 Vol 6 Issue Spesial: 154-162

DOI: https://doi.org/10.31093/joas.v5iIS.xx Online pada http://joas.co.id

Strategi Pelestarian Mangrove Berbasis Ekowisata di Pantai


Cemara Kabupaten Banyuwangi

Ecotourism-Based Mangrove Conservation Strategy in Cemara


Beach, Banyuwangi Regency
Rudi Mulyanto1, Irwan Kurniawan Soetijono1, Marwiyah1, Syafriza Akbar1,
Chyntabela Puspita Martha1*
1
Program Stsudi Hukum, Fakultas Hukum, Universitas 17 Agustus Banyuwangi, Jalan Adi Sucipto No.
26, Banyuwangi, Jawa Timur, Indonesia.
Corresponding Author: irwankurniawan616@gmail.com

Submited: 22 June 2021 Revised: 05 July 2021 Accepted: 22 July 2021 Publish: 31 July 2021

Abstrak
Pengelolaan hutan mangrove merupakan hal penting bagi upaya pelestarian lingkungan di
kawasan pesisir. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kegiatan rehabilitasi hutan mangrove dan
strategi pengeloloaan hutan mangrove secara lestari melalui ekowisata di Pantai Cemara Kabupaten
Banyuwangi. Penelitian ini mempergunakan pendekatan survei serta wawancara langsung dan
pengamatan lapangan. Dampak yang ditimbulkan dengan adanya rehabilitasi hutan mangrove di daerah
penelitian adalah meningkatnya hasil tangkapan ikan, mengurangi abrasi pantai, menahan tiupan angin
laut, serta semakin banyak jenis tangkapan biota baik berupa udang, kerang dan kepiting di sekitar
mangrove. Dampak lain yang ditimbulkan adalah bertambahnya daya tarik pantai cemara sehingga
layak dijadikan sebagai obyek wisata khususnya wisata berbasis ekologi. Adapun strategi yang perlu
dilakukan dalam pengelolaan hutan mangrove antara lain adalah penanaman pohon mangrove,
penguatan lembaga pengelola pantai, peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) kelompok nelayan,
peningkatan kerja sama dengan stake holder, diversifikasi penghasilan perempuan nelayan Pantai
Cemara dan inovasi atraksi wisata berbasis ekologi (ekowisata) di Pantai Cemara Kabupaten
Banyuwangi.
Kata kunci: Ecotourism, Mangrove, Pantai Cemara, Strategi pelestarian

Abstract
Mangrove forest management is important for environmental conservation efforts in coastal areas. The
purpose of this study was to determine the activities of mangrove forest rehabilitation and sustainable
mangrove forest management strategies through ecotourism at Cemara Beach, Banyuwangi Regency.
This study used a survey approach as well as direct interviews and field observations. The impact caused
by the rehabilitation of mangrove forests in the study area is increasing fish catches, reducing coastal
abrasion, resisting sea breezes, and increasing the number of types of biota catches in the form of shrimp,
shellfish, and crabs around the mangroves. Another impact is the increase in the attractiveness of the fir
beach so that it is worthy of being used as a tourist attraction, especially eco-based tourism. The strategies
that need to be carried out in the management of mangrove forests include planting mangrove trees,
strengthening coastal management institutions, increasing human resources (HR) for fishing groups,
increasing collaboration with stakeholders, diversifying the income of women fishermen from Cemara
Beach, and innovating eco-based tourist attractions. Ecotourism at Cemara Beach, Banyuwangi Regency.
Keywords: Ecotourism, Mangrove, Cemara Beach, Conservation strategy.

PENDAHULUAN
ke-11th pada 7-18 Agustus 2017
PBB melalui forum UNCSGN
bertempat di Markas Besar PBB New
(United Nations Conference on
York. Pada forum tersebut Badan
Standardization of Geographical
Informasi Geospasial (BIG) sebagai
Names) menyelenggarakan konferensi

JoAS 2021, 6 (IS):140-162. pISSN 2550-0910; eISSN 2579-4817 | Page 154


Journal of Aquaculture Science July 2021 Vol 6 Issue Spesial: 154-162
DOI: https://doi.org/10.31093/joas.v5iIS.xx Online pada http://joas.co.id

lembaga pemerintah nonkementerian negara kepulauan terbesar di dunia


yang bertugas melaksanakan tugas (the biggest archipelago in the world)
pemerintahan di bidang informasi (Safitri et al. 2020).
geospasial telah berhasil melakukan Indonesia dikenal sebagai salah
verifikasi sebanyak 2.590 pulau satu negara yang memiliki
bernama untuk dapat dilaporkan ke keanekaragaman hayati tertinggi di
PBB. Sehingga saat ini diasumsikan dunia. Keanekaragaman hayati
di Indonesia terdapat 17.504 pulau, (biological diversity) adalah istilah yang
dan capaian di 2017 telah dipergunakan untuk menerangkan
mencatatkan secara formal sejumlah keragaman ekosistem dan berbagai
16.056 pulau bernama ke PBB, maka bentuk serta variabilitas hewan,
BIG masih menyisakan sebanyak tanaman, jasad renik di dunia. Dengan
1.448 pulau belum bernama demikian keanekaragaman hayati
(Administrator 2018). mencakup keragaman ekosistem
Berdasarkan Deklarasi Juanda (habitat), jenis (spesies) dan genetik
tertanggal 13 Desember 1957, bahwa (varietas/ras).
laut Indonesia yang terdiri dari laut Tingginya kekayaan sumber
sekitar, di antara dan di dalam daya alam hayati indonesia
kepulauan Indonesia menjadi satu dimungkinkan oleh beberapa faktor,
kesatuan wilayan NKRI. United yaitu (1) keseluruhan luas wilayah
Nation Convention On The Law Of sekitar 8 juta kilometer persegi, di
The Sea (UNCLOS) 1982 yang telah mana 1,9 juta kilometer berupa
diratifikasi dengan Undang-undang daratan, (2) keadaan geografis yang
No. 17 Tahun 1985 dinyatakan bahwa terdiri dari kepulauan terpisah dan
total luas laut Indonesia adalah 5,9 saling berjauhan sehingga mendorong
juta km2, terdiri atas 3,2 juta km2 terjadinya spesiasi (pembentukan
pertairan teritorian dan 2,7 km2 spesies), (3) terletak di antara dua
perairan zona ekonomi eksklusif wilayah biogeografi yaitu Indo
(ZEE). Dan luas tersebut belum Malaya di sebelah barat dan australia
termasuk landasan kontinen di sebelah timur, sehingga susunan
(continent shelf). Kekayaan tersebut flora dan faunanya merupakan
mengukuhkan indonesia sebagai gabungan dari flora dan fauna kedua

JoAS 2021, 6 (IS):140-162. pISSN 2550-0910; eISSN 2579-4817 | Page 155


Journal of Aquaculture Science July 2021 Vol 6 Issue Spesial: 154-162
DOI: https://doi.org/10.31093/joas.v5iIS.xx Online pada http://joas.co.id

wilayah tersebut, (5) tipe ekosistem surut air laut sehingga lantainya selalu
yang beranekaragam mulai pantai tergenang air. Ekosistem mangrove
hingga pegunungan bersalju berada di antara level pasang naik
diperkirakan mencapai 47 ekosistem tertinggi sampai level di sekitar atau di
(Soemarsono 1998). atas permukaan laut rata-rata pada
Di samping jumlahnya yang daerah pantai yang terlindungi
besar, sumber daya alam yang (Supriharyono 2009), dan menjadi
dimiliki indonesia termasuk spesifik. pendukung berbagai jasa ekosistem di
Besar dalam arti kuantitas atau sepanjang garis pantai di kawasan
jumlahnya yang banyak dan spesifik tropis.
dalam arti jenisnya yang khas, yaitu Manfaat ekosistem mangrove
tidak terdapat di negara lain. Hal ini secara ekologis adalah sebagai mitigasi
dapat diketahui dengan adanya bencana seperti peredam angin badai
kenyataan bahwa Indonesia yang dan gelombang bagi daerah pesisir,
hanya menempati 13% dari seluruh pelindung pantai dari abrasi, gelombang
luas wilayah daratan dunia, memiliki air pasang (rob), tsunami, penahan
17% dari seluruh kekayaan hayati dan lumpur dan perangkap sedimen yang
berbagai ekosistemnya yang sebagian diangkut oleh aliran air permukaan,
di antaranya tidak dijumpai di pencegah intrusi air laut ke daratan,
belahan bumi manapun. Indonesia serta dapat menjadi penetralisir
diperkirakan memiliki 11% dari pencemaran perairan pada batas
spesies tumbuhan berbunga yang tertentu. Manfaat lain dari ekosistem
sudah diketahui, 12% binatang mangrove ini adalah sebagai obyek
menyusui, 17% jenis burung, 37% daya tarik wisata alam dan atraksi
jenis ikan di dunia, 15% amfibi dan ekowisata dan sebagai sumber tanaman
reptilia di dunia terdapat di Indonesia obat. Ekosistem mangrove berfungsi
(Sembiring 1999). Di antar kekayaan pula sebagai habitat berbagai jenis
keanekaragaman hayati tersebut satwa. Peran penting ekosistem
adalah mangrove. mangrove bagi pengembangan
Ekosistem mangrove merupakan perikanan pantai karena mangrove
ekosistem yang berada di daerah tepi merupakan tempat memijah,
pantai yang dipengaruhi oleh pasang berkembang biak, dan membesarkan

JoAS 2021, 6 (IS):140-162. pISSN 2550-0910; eISSN 2579-4817 | Page 156


Journal of Aquaculture Science July 2021 Vol 6 Issue Spesial: 154-162
DOI: https://doi.org/10.31093/joas.v5iIS.xx Online pada http://joas.co.id

anak bagi beberapa jenis ikan, kepiting, diartikan sebagai tindakan wisata
udang dan kerang. Jika dibandingkan untuk tujuan rekreasi dan bisnis serta
dengan perairan terbuka jenis plankton penyediaan sarana prasarana dan
lebih banyak terdapat di habitat layanan untuk tindakan tersebut.
mangrove. Perlindungan dan makanan Pariwisata dalam UU No 10 tahun
berupa bahan organik ke dalam rantai 2009 tentang Kepariwisataan
makan banyak tersedia di hutan diartikan berbagai macam kegiatan
mangrove. Berbagai jenis hewan darat, wisata dan didukung berbagai
seperti monyet, reptil, serangga, burung, fasilitas serta layanan yang
dan kelelawar mempergunakan bagian disediakan oleh masyarakat,
kanopi mangrove sebagai tempat pengusaha, pemerintah dan
hidupnya (Supriharyono 2009). Kayu pemerintah daerah. Sedang wisata
pohon mangrove dapat digunakan diartikan sebagai kegiatan perjalanan
sebagai kayu bakar, bahan pembuatan yang dilakukan oleh seseorang atau
arang kayu, bahan bagunan, dan bahan sekelompok orang dengan
baku bubur kertas. Manfaat nilai guna mengunjungi tempat tertentu untuk
langsung hutan mangrove sebesar Rp. tujuan rekreasi, pengembangan
11,61 juta/ha/th. pribadi, atau mempelajari keunikan
daya tarik wisata yang dikunjungi
METODE PENELITIAN
dalam jangka waktu sementara.
Metode penelitian
Kepariwisataan merupakan bagian
dipergunakan dalam penelitian ini
integral dari pembangunan nasional
adalah metode kualitatif. Tujuannya
yang dilakukan secara sistematis,
adalah untuk mengetahui kebijakan
terencana, terpadu, berkelanjutan, dan
pengelolaan pantai cemara terkait
bertanggung jawab dengan tetap
rehabilitasi hutan mangrove dan
memberikan perlindungan terhadap
pemanfaatan habitat mangrove
nilai-nilai agama, budaya yang hidup
dibidang jasa lingkungan yakni
dalam masyarakat, kelestarian dan
ekowisata di kawasan pantai cemara
mutu lingkungan hidup, serta
banyuwangi.
kepentingan nasional. Disisi lain,

HASIL DAN PEMBAHASAN pembangunan kepariwisataan

Menurut UNWTO, pariwisata diperlukan untuk mendorong


pemerataan kesempatan berusaha dan

JoAS 2021, 6 (IS):140-162. pISSN 2550-0910; eISSN 2579-4817 | Page 157


Journal of Aquaculture Science July 2021 Vol 6 Issue Spesial: 154-162
DOI: https://doi.org/10.31093/joas.v5iIS.xx Online pada http://joas.co.id

memperoleh manfaat serta mampu menurut The International


menghadapi tantangan perubahan Ecotourism Society (TIES) adalah
kehidupan lokal, nasional, dan global. perjalanan wisata alam yang
Kabupaten Banyuwangi bertanggung jawab terhadap
sebagai daerah dengan luas lebih dari lingkungan dan meningkatkan
5.000 km persegi memiliki berbagai kesejahteraan masyarakat lokal.
potensi yang dapat dijadikan sebagai Ekowisata berbasis masyarakat
modal pembangunan pariwisata. merupakan usaha ekowisata yang
Selain dikenal sebagai daerah dengan menitikberatkan peran aktif
keragaman budaya, banyuwangi juga masyarakat karena masyarakatlah
dikenal dengan kekayaan alam yang sebagai pemilik pengetahuan tentang
potensi bagi pengembangan alam serta budaya yang menjadi
pembangunan pariwisata. Terdapat potensi dan nilai jual sebagai daya
gunung Raung dan Gunung Ijen yang tarik wisata, sehingga pelibatan
terkenal dengan Kawah Ijen. masyarakat menjadi mutlak. Pola
Banyuwangi juga dikelilingi oleh ekowisata berbasis masyarakat
keanekaramagan hayati di 3 (tiga) mengakui hak masyarakat lokal
taman Nasional yakni taman nasional dalam mengelola kegiatan wisata di
meru betiri, taman nasional alas kawasan yang mereka miliki secara
purwo dan taman nasional baluran. Di adat ataupun sebagai pengelola.
bidang kelautan banyuwangi Dengan adanya pola ekowisata
memiliki sekitas 180 km garis pantai berbasis masyarakat bukan berarti
yang amat potensial bagi bidang masyarakat akan menjalankan usaha
perikanan serta jasa lingkungan ekowisata sendiri. Berdasarkan
terutama pariwisata. Perkembangan Peraturan Menteri Dalam Negeri
isu global menghendaki pengelolaan Nomor 33 Tahun 2009 tentang
wisata bukan lagi pada wisata massal Pengembangan ekowisata di daerah
(mass tourism ) akan tetapi beralih menyatakan bahwa prinsip
pada wisata berbasis ekologi pengembangan ekowisata meliputi:
atauecological tourism / ecotourism (1) kesesuaian antara jenis dan
yang sering dialih bahasakan sebagai karakteristik ekowisata; (2)
ekowisata. konservasi, yaitu melindungi,
Pengertian ekowisata sendiri mengawetkan, dan memanfaatkan

JoAS 2021, 6 (IS):140-162. pISSN 2550-0910; eISSN 2579-4817 | Page 158


Journal of Aquaculture Science July 2021 Vol 6 Issue Spesial: 154-162
DOI: https://doi.org/10.31093/joas.v5iIS.xx Online pada http://joas.co.id

secara lestari sumberdaya alam yang menimbulkan masalah atau dampak


digunakan untuk ekowisata; (3) negatif. Beberapa dampak positif
ekonomis, yaitu memberikan manfaat pariwisata antara lain (Hijriati and
untuk masyarakat setempat dan Mardiana 2014): 1. Menciptakan
menjadi penggerak pembangunan kesempatan kerja; 2. Menciptakan
ekonomi di wilayahnya serta kesempatan berusaha; 3.
memastikan usaha ekowisata dapat Meningkatkan penerimaan pajak
berkelanjutan; (4) edukasi, yaitu pemerintah dan retribusi daerah; 4.
mengandung unsur pendidikan untuk Meningkatkan pendapatan sekaligus
mengubah persepsi seseorang agar mempercepat pemerataan pendapatan
memiliki kepedulian, tanggung masyarakat, sebagai akibat multiplier
jawab, dan komitmen terhadap effect yang terjadi dari pengeluaran
pelestarian lingkungan dan budaya; wisatawan yang relatif cukup besar;
(5) memberikan kepuasan dan 5. Mendorong peningkatan investasi
pengalaman kepada pengunjung; (6) dari sektor industri pariwisata dan
partisipasi masyarakat, yaitu peran sektor ekonomi lainnya; 6.
serta masyarakat dalam kegiatan Meningkatkan pendapatan nasional
perencanaan, pemanfaatan, dan atau Gross Domestic Bruto (GDB
pengendalian ekowisata dengan Selain dampak positif,
menghormati nilai- nilai sosial- pariwisata ternyata juga membawa
budaya dan keagamaan masyarakat di dampak negatif. Bagi masyarakat
sekitar kawasan; dan (7) menampung lokal, industri pariwisata kadangkala
kearifan lokal. Dampak adalah suatu tidak mengikutsertakan dalam
perubahan yang terjadi sebagai akibat pembangunan pariwisata, kadangkala
suatu aktivitas. menempatkan masyarakat lokal
Pariwisata merupakan salah sebagai penonton pembangunan
satu sektor penting dalam pariwisata. Peningkatan jumlah
pembangunan. Pengelolaan pengunjung/wisatawan tanpa
pariwisata yang baik akan memperhatikan daya dukung dan daya
menghasilkan beberapa keuntungan tampung lokasi wisata menyebabkan
dalam berbagai aspek. Akan tetapi, kerusakan baik bagi alam maupun
apabila tidak dikelola dengan benar, budaya di tempat wisata. Pencemaran
maka pariwisata dapat berpotensi

JoAS 2021, 6 (IS):140-162. pISSN 2550-0910; eISSN 2579-4817 | Page 159


Journal of Aquaculture Science July 2021 Vol 6 Issue Spesial: 154-162
DOI: https://doi.org/10.31093/joas.v5iIS.xx Online pada http://joas.co.id

oleh sarana akomodasi, pengelolaan nelayan sebagai kawasan yang


sampah secara serampangan memiliki dampak positif bagi
merupakan dampak negatif lain dari kelangsungan hidup sehari-hari. Pola
industri wisata. Untuk itu diperlukan penghidupan nelayan kecil dengan
straregi yang komprehensif sehingga sumberdaya terbatas hanya mampu
manfaat pembangunan pariwisata menjalankan pekerjaan yang bersifat
dapat secara optimal dirasakan oleh pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
para pemangku kepentingan antara Kondisi tersebut membuat nelayan
lain pengelolaan dengan melibatkan menyadari bahwa mangrove yang
masyarakat lokal (pembangunan telah ada di Panti Cemara sejak jaman
partisipatif), mengedepankan dahulu wajib dijaga kelestariannya.
perencanaan dan pelaksanaan Nelayan menyadari bahwa nafkah
berdasarkan kaidah konservasi serta hidup mereka bisa ditemukan pada
mengakomodasi budaya masyarakat kawasan mangrove. Ikan, kepiting,
lokal. Prinsip tersebut berupaya udang dan aneka kerang-kerangan bisa
diterapkan secara maksimal dalam didapatkan dikawasan mangrove.
pengelolaan ekowisata mangrove di Upaya yang dilakukan oleh
Pantai Cemara Banyuwangi. KUB Pantai Rejo adalah tetap
Adapun strategi yang perlu menjaga kelestarian kawasan
dilakukan dalam pengelolaan hutan mangrove antara lain dengan tidak
mangrove antara lain adalah menebang secara sembarangan bahkan
penanaman pohon mangrove, terus melakukan penanaman mangrove
penguatan lembaga pengelola pantai, di Pantai Cemara terutama sekitar
peningkatan Sumber Daya Manusia muara sungai. Pengetahuan tentang
(SDM) kelompok nelayan, tanaman mangrove tentu tidak begitu
peningkatan kerja sama dengan stake saja didapatkan oleh nelayan pantai
holder, diversifikasi penghasilan rejo. Proses belajar dari sesama
perempuan nelayan Pantai Cemara dan nelayan dilakukan mulai dari nelayan
inovasi atraksi wisata berbasis ekologi di kecamatan Muncar hingga
(ecotourism) di Pantai Cemara kecamatan Wongsorejo.
Kabupaten Banyuwangi. Nelayan Pantai Cemara juga
Ekosistem mangrove dipahami memperoleh bimbingan dari beberapa

JoAS 2021, 6 (IS):140-162. pISSN 2550-0910; eISSN 2579-4817 | Page 160


Journal of Aquaculture Science July 2021 Vol 6 Issue Spesial: 154-162
DOI: https://doi.org/10.31093/joas.v5iIS.xx Online pada http://joas.co.id

dinas terkait yakni Dinas Perikanan mengeluarkan daftar status kelangkaan


dan Kelautan serta Dinas Pariwisata suatu spesies.
dan Kebudayaan Kabupaten Strategi lain yang dilakukan
Banyuwangi. Beragam program dan berkenaan dengan aktivitas wisatawan
kegiatan yang dilaksanakan oleh yang erat dengan kegiatan wisata
dinas-dinas tersebut yang bertujuan berkelanjutan antara lain adalah
meningkatkan kapasitas sumber daya menyusuri sungai di sepanjang hutan
manusia (sdm) nelayan. Dinas mangrove dengan atraksi aneka
Kelautan dan Perikanan melakukan burung dan reptil. Nelayan pantai
pendampingan pengelolaan mangrove cemara juga bekerja sama dengan
secara lestari dan penanaman pohon sekolah, lembaga sosial dan
cemara. Hingga saat ini telah tumbuh perusahaan swasta untuk melakukan
ribuan batang pohon cemara sehingga penanaman pohon cemara yang
pantai cemara layak dijadikan sebagai bertujuan sebagai sarana edukasi dan
hutan kota Banyuwangi sekaligus sosialisasi konsep pariwisata yang
kawasan konservasi. Suasana alami berkelanjutan. Pemberdayaan
turut mengundang hadirnya penyu ke perempuan nelayan dilakukan melalui
pantai Cemara. Jenis penyu yang pelatihan pemanfaatan mangrove
mendarat dan bertelur di pantai cemara sebagai makanan ringan sekaligus
antara lain adalah Penyu Hijau sirup mangrove. Kegiatan ini juga
(Chelonia mydas) dan Penyu Lekang sebagai diversifikasi mata pencaharian
(lepidochely solivacea). Satwa penyu bagi keluarga nelayan.
berada dalam daftar IUCN Red List of
KESIMPULAN
Threatened Species artinya kategori
Pantai Cemara Kabupaten
yang di gunakan IUCN terhadap
Banyuwangi merupakan salah satu
spesies mahluk hidup yang terancam
wilayah pesisir yang terletak tidak
punah. IUCN (International Union for
jauh dari pusat kota. Kedekatan ini
the Conservation of Nature and
bermanfaat bagi keberlangsungan
Natural Resources) merupakan
pemenuhan kebutuhan masyarakat
organisasi yang beranggotakan
akan udara segar. Keberadaan Pantai
pemerintah dari berbagai negara serta
Cemara sebagai area publik sekaligus
organisasi masyarakat sipil yang
hutan kota selain berfungsi sebagai

JoAS 2021, 6 (IS):140-162. pISSN 2550-0910; eISSN 2579-4817 | Page 161


Journal of Aquaculture Science July 2021 Vol 6 Issue Spesial: 154-162
DOI: https://doi.org/10.31093/joas.v5iIS.xx Online pada http://joas.co.id

sarana rekreasi juga sebagai wisata tujukan kepada Rektor Universitas 17


edukasi mengingat Pantai Cemara Agustus 1945 Banyuwangi, Dekan
secara alami merupakan tempat Fakultas Hukum Universitas 17 Agustus
penetasan penyu dan tempat habibat 1945 Banyuwangi, KUB Pantai Rejo
mangrove. dan pusat kajian anti korupsi dan
Strategi pelestarian mangrove perundang-undangan (PUSKAKOP)
di Pantai Cemara antara lain adalah Universitas 17 Agustus 1945
dengan menggandeng kelompok Banyuwangi.
nelayan yang selama ini menjadikan
DAFTAR PUSTAKA
Pnatai cemara sebagai tempat
Administrator. 2018. “Pulau-Pulau Itu Punya
mencari pemenuhan kebutuhan Nama.” 2018.
sehari-hari. Pengelolaan Pantai https://indonesia.go.id/ragam/budaya/kebudayaa
n/pulau-pulau-itu-punya-nama.
cemara olah KUB Pantai Rejo
merupakan perwujudan pengelolaan Hijriati, E., & Mardiana, R. (2014). Pengaruh
ekowisata berbasis masyarakat
potensi wisata berbasis masyarakat. terhadap perubahan kondisi ekologi,
sosial dan ekonomi di Kampung
Upaya pemberdayaan masyarakat Batusuhunan, Sukabumi. Jurnal
Sosiologi Pedesaan, 2(3): 146-159.
KUB antara lain melalui kerja sama
dan pendampingan kelompok nelayan Safitri, M. A., Azis, A. P. A., Riverningtyas, S.
I., Wibawa, I. P. S., Assidiq, H.,
baik dengan sesama kelompok Anwar, M., ... & Mulyono, A. T.
(2020). Covid-19, Perubahan Iklim dan
nelayan, pendampingan oleh Akses Rakyat terhadap Keadilan.
Media Sains Indonesia.
pemerintah melalui dinas kelautanan
Sembiring, Sulaiman N. 1999. Kajian Hukum
perikanan sertta dinas pariwisata Dan Kebijakan Pengelolaan Kawasan
kabupaten Banyuwangi. Konservasi Di Indonesia Menuju
Pengembangan Desentralisasi Dan
Pendampingan juga dilakukan oleh Peningkatan Peran Serta Masyarakat.
Jakarta: ICEL.
perguruan tinggi terutama pengenalan
Soemarsono. 1998. Konservasi Satwa Liar
dan pendampingan pengelolaan hutan Sebagai Upaya Menjaga Ekosistem
Dan Meningkatkan Kesejahteraan
mangrove secara lestari dan pelatihan Manusia Di Era Perdagangan Bebas.
keterampilan ekonomi perempuan Jakarta: Jenderal Perlindungan dan
Pelestarian Alam, Departemen
nelayan sebagai diversifikasi mata Kehutanan dan Perkebunan.

pencaharian nelayan. Supriharyono. 2009. Konservasi Ekosistem


Sumberdaya Hayati Di Wilayah Pesisir
Dan Laut Tropis. Yogyakarta: Pustaka
Ucapan Terima Kasih Pelajar.
Ucapan terima kasih kami

JoAS 2021, 6 (IS):140-162. pISSN 2550-0910; eISSN 2579-4817 | Page 162


Journal of Aquaculture Science July 2021 Vol 6 Issue Spesial: 154-162
DOI: https://doi.org/10.31093/joas.v5iIS.xx Online pada http://joas.co.id

JoAS 2021, 6 (IS):140-162. pISSN 2550-0910; eISSN 2579-4817 | Page 163

Anda mungkin juga menyukai