Anda di halaman 1dari 6

LATAR BELAKANG

Wilayah pesisir dan lautan Indonesia kaya dan beragam sumber daya alamnya telah
dimanfaatkan oleh bangsa Indonesia sebagai salah satu sumber bahan makanan utama khususnya
protein hewani, sejak berabad-abad lamanya. Sementara itu, kekayaan hidrokarbon dan mineral lainnya
yang terdapat di wilayah ini juga telah dimanfaatkan untuk menunjang pembangunan ekonomi nasional
sejak Pelita I. Selain menyediakan berbagai sumber daya tersebut, wilayah pesisir dan lautan Indonesia
memiliki berbaga fungsi lain, seperti transportasi dan pelabuhan, kawasan industri, agribisnis dan
agroindustri, rekreasi dan pariwisata, serta kawasan pemukiman dan tempat pembuangan limbah.
Sumberdaya pesisir dan lautan (sumberdaya kemaritiman Indonesia) yang tersebar diseluruh
wilayah nusantara mulai dari wilayah laut teritorial, laut nusantara, maupun pada wilayah laut yang
termasuk dalam zona ekonomi eksklusif. Pada daerah ini telah dideteksi dan ditentukan melalui
pemetaan potensi sumberdaya kelautan dan perikanan, khususnya potensi sumberdaya kelautan dan
perikanan yang bernilai ekonomis seperti tersebut diatas. Hasil identifikasi menunjukkan bahawa
terdapat 26 titik kawasan ekonomi unggulan pada sektor kelautan dan perikanan, sebaran titik tersebut
terdapat diseluruh wilayah perairan laut Negara Kesatuan Rebuplik Indonesia.
Potensi pembangunan yang terdapat di wilayah pesisir secara garis besar terdiri dari tiga
kelompok: (1) sumber daya dapat pulih (renewable resources), (2) sumber daya tak dapat pulih (non-
renewable resources), dan (3) jasa-jasa lingkungan (environmental services). Potensi yang dihasilkan
dari wilayah perairan Indonesia pada tahun 1987 sekitar Rp 36,6 trilyun, atau sekitar 22% dari total
produk domestik bruto (Dahuri et al 2001). Karakteristik geografis Indonesia serta struktur dan tipologi
ekosistemmya yang didominasi oleh lautan telah menjadikan bangsa Indonesia sebagai Mega-
biodiversity terbesar di dunia, yang merupakan justifikasi bahwa Indonesia merupakan salah satu
negara bahari/maritim terbesar di dunia. Fakta ini menunjukkan bahwa sumberdaya kelautan
merupakan kekayaan alam yang memiliki peluang amat potensial dimanfaatkan sebagai sumberdaya
yang efektif dalam pembangunan bangsa Indonesia. Berdasarkan jenisnya sumberdaya kelautan dibagi
menjadi sumberdaya yang dapat pulih (renewable resources), sumberdaya yang tak dapat pulih
(unrenewable resources), energi kelautan dan jasa-jasa lingkungan.
PEMBAHASAN
Terdapat tiga ekosistem pesisir utama terbesar di dunia: hutan mangrof (mangrove
ecosystem), terumbu karang (coral reef ecosystem) dan padang lamun (sea grass
beds ecosystem) yang sangat luas dan beragam.
Hutan Mangrove. Hutan mangrove merupakan ekosistem utama pendukung kehidupan yang
penting di wilayah pesisir. Selain mempunyai fungsi ekologis sebagai penyedia nutrien bagi biota
perairan, tempat pemijahan dan asuhan bagi bermacam biota, penahan abrasi, penahan amukan angin
taufan, dan tsunami, penyerap limbah, pencegah intrusi air laut, dan lain sebagainya, hutan mangrove
juga mempunyai fungsi ekonomis seperti penyedia kayu, daun-daunan sebagai bahan baku obat obatan,
dan lain-lain. Segenap kegunaan ini telah dimanfaatkan secara tradisional oleh sebagian besar
masyarakat pesisir di tanah air. Potensi lain dari hutan mangrove yang belum dikembangkan secara
optimal, adalah kawasan wisata alam (ecotourism). Padahal negara lain, seperti Malaysia dan Australia,
kegiatan wisata alam di kawasan hutan mangrove sudah berkembang lama dan menguntungkan (Dahuri
et al 2004).
Indonesia memiliki hutan mangrove yang luas dibandingkan dengan negara lain. Hutan-hutan
ini dapat menempati bantaran sungai-sungai besar hingga 100 km masuk ke pedalaman seperti yang
dijumpai di sepanjang sungai Mahakam dan sungai Musi. Keanekaragaman juga tertinggi di dunia
dengan jumlah spesies sebanyak 89, terdiri dari 35 spesies tanaman, 9 spesies perdu, 9 spesies liana, 29
spesies epifit, dan 2 spesies parasitik (Kusmana, 2003 dalam Saru, 2007). Selanjutnya Fungsi dan Peran
Hutan Mangrove sbb : (1) Fungsi Fisik : Menyusun mekanisme hubungan antar komponen dalam
ekosistem mangrove/ekosistem lain (padang lamun, terumbu karang), Pelindung pantai, dan Pengendali
banjir; (2) Fungsi Kimia : Penyerap bahan pencemar, Sumber energi bagi biota laut, dan Suplai bahan
organik dalam lingkungan perairan; (3) Fungsi Biologis : Menjaga kestabilan produktivitas dan
ketersediaan sumberdaya hayati di perairan merupakan pensuplay unsur–unsur hara utama di pantai
khususnya daerah lamun dan terumbu karang; (4) fungsi ekonomi, sebagai sumber kayu kelas satu,
bubur kayu, bahan kertas, chips, dan arang. Ekosistem mangrove merupakan suatu ekosistem peralihan
antara daratan dan lautan yang menjadi matarantai yang sangat penting dalam pemeliharaan
keseimbangan siklus biologi di suatu perairan, tempat berlindung dan memijah berbagai jenis udang,
ikan, berbagai biota laut lainnya, dan juga merupakan habitat satwa seperti burung, primata, reptilia,
insekta, sehingga secara ekologis dan ekonomis dapat dimanfaatkan untuk peningktan kesejahtraan
manusia. Ekosistem mangrove juga dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan seperti pada Gambar
4.
Terumbu Karang. Indonesia memiliki kurang lebih 50.000 km2 ekosistem terumbu karang
yang tersebar di seluruh wilayah pesisir dan lautan (Dahuri et al. 2001). Terumbu karang mempunyai
fungsi ekologis sebagai penyedia nutrien bagi biota perairan, pelindung fisik, tempat pemijahan, tempat
bermain dan asuhan berbagai biota; terumbu karang juga menghasilkan berbagai produk yang
mempunyai nilai ekonomi penting seperti berbagai jenis hasil perikanan, batu karang untuk konstruksi.
Dari segi estetika, terumbu karang dapat menampilkan pemandangan yang sangat indah (Gambar 7).
Upaya pemanfaatan sumber daya alam yang lestari dengan melibatkan masyarakat sangat dibutuhkan.
Pada kasus di Bali (Dahuri et al 2001) dimana masyarakat melakukan pengambilan karang secara intesif
harus dicegah dengan mencarikan alternatif berupa pengelolaan wilayah tersebut untuk kepentingan
turisme dan melibatkan masyarakat didalamnya. Cara seperti ini telah berhasil dikembangkan di
Bunaken Sulawesi Utara dimana masyarakat terlibat dalam sektor ekonomi seperti pelayanan pada
penjualan suvenir, makanan kecil, dan penyediaan fasilitas untuk menikmati keindahan terumbu
karang; perahu katamaran (perahu yang mempunyai kaca pada bagian tengah, sehingga orang bisa
melihat langsung kedalam air melalui kaca tersebut) atau jasa scuba diving. Sedangkan perusahaan bisa
menyediakan fasilitas hotel, restauran dan lain-lain.
Konferensi kelautan dunia (WOC) yang berlangsung di Manado, Sulawesi Utara 11-15 Mei
2009 menyepakati bahwa untuk mengurangi bencana akibat perubahan iklim tentu harus
dihindari dengan mengurangi tingkat emisi karbon. Negara-negara berkembang mesti menjaga
kelestarian laut dan hutan sebagai paru-paru dunia. Potensi terumbu karang di Indonesia sebagai paru-
paru dunia di dasar laut bahwa untuk mengatasi perubahan iklim pengaruh emisi karbon sangat
besar (Protopo,2009).
Padang Lamun. Lamun (sea grass), atau disebut juga ilalang laut, adalah satu-satunya
kelompok tumbuhan berbunga yang tercatat di lingkungan laut. Tumbuhan- tumbuhan ini hidup di
habitat perairan dangkal. Seperti halnya rumput di darat, lamun juga mempunyai tunas berdaun tegak
dan tangkai-tangkai merayap yang dinamakan rimpang (rhizoma). Tangkai ini merupakan alat efektif
untuk perkembangbiakan. Berbeda dengan tumbuhan-tumbuhan laut lainnya (alga bentik), lamun
berbunga, berbuah dan menghasilkan biji. Mereka juga mempunyai akar dan sistem internal untuk
mengangkut gas dan unsur hara (Romimohtarto dan Juwana, 1999). Padang lamun mempunyai fungsi
yang sangat vital dalam ekosistem perairan sebagai berikut : (1) Meredam ombak dan melindungi
pantai; (2) Tempat pemijahan (spawning ground); (3) Daerah asuhan larva (nursey ground); (4) Tempat
makan (feeding ground); (5) Rumah tempat tinggal biota laut; (6)Wisata bahar. Salah satu ilustrasi
fungsi lamun sebagai tempat mencari makan dapat dilihat pada Gambar 5.
Padang lamun dapat dimanfaatkan sebagai berikut : (1) Tempat kegiatan marikultur berbagai
jenis ikan, kerang-kerangan dan tiram; (2) Tempat rekreasi atau pariwisata; (3) Sumber pupuk hijau
jelasnya dapat dilihat pada Gambar 6. Selain padang lamun kelompok tumbuhan laut lainnya yang
mempunyai nilai ekonomis penting yaitu rumput laut. Potensi rumput laut (alga) di perairan Indonesia
mencakup areal seluas 26.700 ha dengan potensi produksi sebesar 482.400 ton/tahun. Pemanfaatan
rumput laut untuk industri terutama pada senyawa kimia yang terkandung di dalamnya, khususnya
karegenan, agar, dan algin (Nontji, 1987)
Melihat besarnya potensi pemanfaatan alga, terutama untuk ekspor, maka saat ini telah
diupayakan untuk dibudidayakan. Misalnya budidaya Euchema spp telah di coba di Kepulauan Seribu
(Jakarta), Bali, Pulau Samaringa (Sulawesi Tengah), Pulau Telang (Riau), dan Teluk Lampung (Dahuri
et al 2001). Usaha budidaya rumput laut telah banyak dilakukan dan masih bisa ditingkatkan.
Keterlibatan semua pihak dalam teknologi pembudidayaan dan pemasaran merupakan faktor yang
menentukan dalam menggairahkan masyarakat dalam mengembangkan usaha budidaya rumput laut.
Peranan pemerintah regulasi dalam penentuan daerah budidaya, bantuan dari badan-badan peneliti
untuk memperbaiki mutu produksi serta jaminan harga yang baik dari pembeli/eksportir rumput laut
sangat menentukan kesinambungan usaha budidaya komoditi ini
Adapun Sumberdaya ikan terdapat kurang lebih 7000 jenis terkandung dalam perairan
pesisir dan laut dalam Indonesia. Rupanya belum termasuk sepsis-spesis lain yang
juga tergolong sumberdaya perikanan, antara lain kerang, udang/lobster, kepiting,
cumi-cumi, dsb.
Potensi sumber daya perikanan laut di Indonesia terdiri dari sumber daya perikanan pelagis
besar (451.830 ton/tahun) dan pelagis kecil (2.423.000 ton/tahun), sumber daya perikanan demersal
3.163.630 ton/tahun, udang (100.720 ton/tahun), ikan karang (80.082 ton/tahun) dan cumi-cumi
328.960 ton/tahun. Dengan demikian secara nasional potensi lestari perikanan laut sebesar 6,7 juta
ton/tahun dengan tingkat pemanfaatan mencapai 48% (Dirjen Perikanan 1995). Data pada tahun 1998
menunjukkan bahwa produksi ikan laut adalah 3.616.140 ton dan hal ini menunjukkan bahwa tingkat
pemanfaatan potensi laut baru mencapai 57,0% (Ditjen Perikanan 1999 dalam Susilo 2001). Sedangkan
potensi lahan pertambakan diperkirakan seluas 866.550 ha dan baru dimanfaatkan seluas 344.759 ha
(39,78%) bahkan bisa lebih tinggi lagi.
Bidang pertambakan, disamping dilakukan secara ekstensifikasi, usaha peningkatan hasil
pertambakan dalam bentuk intensifikasi. Hal ini jika dihubungkan dengan pengelolaan tambak di
Indonesia pada umumnya masih tradisional. Dengan hasil produksi pertambakan Indonesia tahun 1998
berjumlah 585.900 ton yang merupakan nilai lebih dari 50% hasil kegiatan budidaya perikanan (Susilo
1999 dalam Ditjen Perikanan 1999).
Demikian juga SDL non-hayati tidak dapat pulih seperti migas, mineral (bijih besi,
emas, perak, timah nikel, tembaga, dan zink) serta benda muatan asal kapal (harta
karun) yang cukup melimpah.
Sumber daya yang tidak dapat pulih terdiri dari seluruh mineral dan geologi, yang termasuk
kedalamnya antara lain minyak gas, batu bara, emas, timah, nikel, bijh besi, batu bara, granit, tanah liat,
pasir, dan lain-lain. Sumber daya geologi lainnya adalah bahan baku industri dan bahan bangunan,
antara lain kaolin, pasir kuarsa, pasir bangunan, kerikil dan batu pondasi. Bebagai potensi sumberdaya
mineral wilayah pesisir dan lautan di Indonesia merupakan penghasil devisa utama dalam beberapa
dasawarsa terakhir. Beberapa kegiatan eksplorasi minyak bumi dilepas pantai telah mulai berproduksi,
seperti Laut Jawa dan Selat Makassar.
Pada tahun 1985 Indonesia memiliki cadangan minyak bumi 6,65 milyar barel dan gas alam
sekitar 14,5 milyar barel. Cadangan migas terdapat di 60 cekungan yang sebagian besar terdapat
diwilayah pesisir dan lautan, seperti Kepulauan Natuna, pantai selatan Pulau Jawa, Selat Makassar, dan
Celah Timor. Isu yang beredar akhir – akhir ini tentang Laut Banda, bahwa ditempat tersebut
menyimpan banyak cadangan minyak bumi, akan tetapi keberadaannya memerlukan terknologi tinggi
dan biaya besar untuk mengeksploitasinya, sehingga belum bernilai ekonomi untuk masa sekarang
Selain potensi minyak bumi, wilayah pesisir dan lautan juga mengandung sumber daya mineral
logam yang mempunyai nilai ekonomi. Timah putih (Sn) dan zicron juga terdapat di wilayah ini,
terdapat dikepulauan Bangka Belitung, dan Kalimantan Barat. Deposit fosfat telah ditemukan di Laut
Timor. Mangan Oksida terdapat di Laut Banda, Seram, dan Maluku serta di wilayah Zona Ekonomi
Ekslusif Indonesia (ZEEI) dekat Sumatra Barat (Lautan Hindia), dan Irian Jaya (Lautan Pasifik).
Ferrometalic nodules terdapat di wilayah pesisir Sulawesi Utara, dan biji besi dapat ditemukan hampir
disepanjang Pantai Selatan Jawa. Carbonaceous Coral reefs tersebar secara ekstensif di Kawasan Timur
Indonesia (KTI), terutama di sekitar Kalimantan Timur, Sulawesi, dan Selat Makassar. Semantara itu,
bahan bangunan seperti tanah liat, pasir, dan kerikil tersebar hampir di seluruh wilayah peisisir dan laut
Indonesia. Sampai saat ini hanya timah, bauksit, biji besi, pasir, dan kerikil yang sudah dimanfaatkan.
Penelitian Baruna Jaya II telah mengidentifikasi keberadaan mineral (Mn) dan emas (Au) di daerah
perairan Bangka dan Teluk Bone.
Berdasarkan pada keadaan geologi regional, logam mulia (emas) sekunder diperkirakan
terdapat di daerah Selat Sunda (sekitar perairan Lampung), perairan Kalimantan Selatan (sekitar daerah
muara Sungai Bariti kearah Palau Laut), dan di daerah perairan Maluku Utara dan Sulawesi Utara.
Sedangkan mangan noduler (manganese nodule) diduga terdapat di Laut Banda dan laut dalam lainnya.
Sumber daya geologi sektor pertambangan lainnya yang telah dieksploitasi adalah bahan baku industri
dan bahan bangunan, antara lain kaolin, pasir kuarsa, pasir bangunan, kerikil, dan batu pondasi.
Pemanfaatan sumber daya geologi sektor pertambangan, geoteknik, dan kelautan merupakan bukti
peran aktifnya sumber daya wilayah pesisir dalam kegiatan pembangunan, yang diusahakan
berkesinambungan dan berwawasan lingkungan.
KESIMPULAN
Terdapat tiga ekosistem pesisir utama terbesar di dunia: hutan mangrof (mangrove ecosystem),
terumbu karang (coral reef ecosystem) dan padang lamun (sea grass beds ecosystem) yang sangat luas
dan beragam. Juga terdapat kurang lebih 7000 jenis sumber daya ikan yang terkandung dalam perairan
pesisir dan laut dalam Indonesia. Rupanya belum termasuk sepsis-spesis lain yang juga tergolong
sumberdaya perikanan, antara lain kerang, udang/lobster, kepiting, cumi-cumi, dsb. Stok Sumber Daya
Laut perikanan Indonesia yang melimpah dapat dieksploitasi hingga 6,7 juta ton per tahun tanpa
membahayakan kondisi keberlangsungan sumberdayanya. Potensi tersebut baru bisa dimanfaatkan 2,3
juta ton (45%). Perikanan laut merupakan sektor ekonomi strategi untuk meningkatkan kesejahtraan
rakyat Indonesia. Demikian juga SDL non-hayati tidak dapat pulih seperti migas, mineral (bijih besi,
emas, perak, timah nikel, tembaga, dan zink) serta benda muatan asal kapal (harta karun) yang cukup
melimpah.
DAFTAR PUSTAKA
Modul Pekan 4, Bahan-Bacaan-Pert.3-4-KEADAAN-GEOGRAFI-NUSANTARA-KEP.-INDONSIA-
LAUTAN-PULAU-PULAU-IKLIM-DAN-MUSIM-DAN-KONDISI-SUMBERDAYA-LAUT.pdf
“Pertemuan 4”, sikola.unhas.ac.id.

Modul Pekan 4, Bahan-BacaanPotensi-dan-SD-Kemaritiman.pdf “Pertemuan 4”, sikola.unhas.ac.id.

HK Baransano, JC Mangimbulude. 2011. Eksploitasi dan Konservasi Sumberdaya Hayati Laut dan
Pesisir di Indonesia. Jurnal biologi papua: Papua.

Anda mungkin juga menyukai