EKOSISTEM PESISIR
Disusun Oleh :
Kelompok : 4 (empat)
PURWOKERTO
2019
DAFTAR ISI (diisi ketika sudah di acc)
I. PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
sangat luas ditinjau dari aspek sosial, ekonomi, dan ekologi. Besarnya peranan
hutan mangrove bagi kehidupan dapat diketahui dari banyaknya jenis flora fauna
yang hidup dalam ekosistem perairan dan daratan yang membentuk ekosistem
dampak negatif. Penyebab dari penurunan luasan mangrove tersebut adalah karena
pesisir, perluasan areal pertanian, serta pengambilan kayu mangrove secara besar-
pesisir dan laut. Jumlah hutan mangrove yang terdapat di dunia sebanyak 15,9 juta
ha, 27% dari jumlah tersebut berada di Indonesia. Ekosistem mangrove mempunyai
nilai penting dalam aspek ekologis, ekonomis, dan sosial. Secara ekologis mangrove
menjadi daerah asuhan (nursery), tempat berlindung, mencari makan (feeding), dan
tempat memijah (spawning) beberapa jenis ikan, udang, kerang-kerangan, dan biota
lainnya. Selain itu, ekosistem ini merupakan habitat alami beberapa jenis burung,
hayati (biodiversity) dan gudang plasma nutfah (genetic pool) (Rahman, 2016).
ekosistem hutan yang berada di zona intertidal daerah tropis maupun sub tropis.
mangrove juga dianggap sebagai salah satu ekosistem paling produktif di dunia,
sekitarnya. Adapun jasa ekosistem mangrove yaitu: (a) sebagai tempat pembesaran
ground) bagi biota laut seperti ikan, kepiting, reptil, dll., (b) pakan bagi hewan ternak
dari pengolahan dan cabang mangrove, (c) bahan baku obat - obatan tradisional
tanin (d) pelindung garis pantai dari erosi pantai dan abrasi akibat gelombang
ekstrim dan (e) pengendali pencemaran laut dari limbah rumah tangga maupun
industri serta (f) penangkap sedimen yang bersumber dari kegiatan konstruksi di
darat.
I.2. Tujuan
1. Untuk mengetahui tipe-tipe ekosistem di hutan payau tritih dan pantai
teluk penyu
2. Untuk mengetahui analisis vegetasi dan factor lingkungan di hutan payau
Wilayah pesisir adalah daerah pertemuan antara darat dan laut. Ke arah darat
wilayah pesisir dibagi meliputi bagian daratan. Baik kering maupun terendam air
yang masih dipengaruhi sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut, dan
perembesan air asin. Sedangkan ke arah laut wilayah pesisir mencakup bagian laut
yang masih dipengaruhi oleh proses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi
dan aliran air tawar yang disebabkan oleh kegiatan manusia di darat termasuk
karena merupakan wilayah peralihan antara ekosistem darat dan ekosistem laut
sangat kaya. Sumberdaya tersebut meliputi : Sumber daya yang dapat pulih
(renewable resources) seperti ikan, mangrove, lamun dan terumbu karang: Sumber
daya yang tidak dapat pulih (non-renewable resources) seperti mineral , pasir laut,dan
Ekosistem di bagi menjadi 2 tipe ekosistem yaitu ekosistem alami dan ekosistem
atau perawatan, mudah terganggu, dan mudah tercemar. Dari pernyataan tersebut
ekosistem perairan dibagi menjadi beberapa, yaitu perairan tawar, perairan payau,
jenis yang dijelaskan oleh Cartono dan Nahdiah (2008, ) mengatakan, “Karakteristik
ekologi secara mendasar dari berbagai bentuk ekosistem darat, yaitu : padang pasir,
pasang surut air laut (Tomlinson, 1994 dalam Annas et al., 2013). Ekosistem mangove
mempunyai fungsi dan peranan yang sangat penting bagi kehidupan dan
memiliki peranan penting dalam melindungi pantai dari gelombang, angin dan
dari angin kencang atau intrusi air laut (Rusila Noor et al, 2006 dalam Annas et al.,
parah yaitu sudah mencapai 68% (Saputro et al., 2009 dalam Annas et al., 2013).
Hutan mangrove sebagai salah satu ekosistem hutan yang paling produktif di
dunia juga mengalami tekanan yang sama. Tindakan perluasan lahan permukiman
sangat tinggi mengingat mangrove memiliki tiga fungsi utama yaitu fungsi fisik
penyimpan cadangan karbon serta penghasil unsur hara (Hussain dan Badola,
2008). Fungsi biologis yang meliputi tempat bertelur dan asuhan biota, tempat
bersarang burung, maupun habitat biota laut lainnya, serta fungsi ekonomi yang
meliputi sumber kayu, hasil perikanan, pertanian, buah, bahan baku kertas, kulit
Derajat keasaman (pH) merupakan merupakan ukuran asam basa dalam suatu
perairan sebagai lingkungan hidup (Hasim et al., 2015). Perubahan nilai pH suatu
yang bervariasi. Kisaran pH perairan laut yang masih alami, menurut Effendi (2003)
dalam Gundo et al. (2011) berada pada kisaran sekitar 7,4 sampai 8,5. Apabila nilai
(Sari, 2006 dalam Rukminasari et al. 2014). Pada konsentrasi yang besar CO 2 juga
al., 2014). Tingkat keasaman air laut mempengaruhi pengendapan logam dalam
sedimen semakin tinggi nilai pH maka akan semakin mudah terjadi akumulasi
logam.
Temperatur adalah parameter kualitas fisik air yang penting bagi kehidupan
organisme perairan. Hellawel (1986) dalam Muhlis (2011) menjelaskan bahwa suhu
(Muhlis, 2011). Temperatur atau suhu merupakan faktor pembatas yang dapat
mempengaruhi laju kehidupan ikan maupun organisme lain yang hidup di dalam
perairan. Suhu juga berpengaruh terhadap sifat kimia suatu perairan dan distribusi
Nova dan Misbah, 2012). Suhu sangat penting dalam mengatur proses fisiologis dan
organisme lain yang hidup di dalam perairan. Suhu juga bepengaruh terhadap sifat
kimia suatu periaran dan distribusi oragnisme akuatik (Siahaan, 2011). Interaksi
yang terjadi menunjukan adanya hubungan sebab akibat diantara keduanya.
bahwa perairan yang arusnya kuat akan banyak ditemukan substrat berpasir.
lumpur pada stasiun yang berada di dalam muara karena perairan ini terlindung
dari penga-ruh gelombang laut serta banyaknya bahan organik atau detritus yang
dibawa air sungai menumpuk di perairan ini, terutama pada saat arus lambat
(Nybakken, 1992).
Salinitas dipandang sebagai salah satu variabel yang paling penting dalam
perbedaan nilai salinitas adalah cuaca dan angin (Patty, 2013). Sebaran salinitas di
laut dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti pola sirkulasi air, penguapan, curah
hujan dan aliran sungai (Nontji, 2002 dalam Patty, 2013). Pada umumnya nilai
salinitas wilayah laut Indonesia berkisar antara 28-33 0/00 (Nontji, 2002 dalam Patty,
2013).
Oksigen Terlarut / Dissolved Oxygen (DO) adalah salah satu parameter yang
penting yang berkorelasi dengan badan perairan baik langsung maupun tidak
perairan dan stratifikasi (Patil et al, 2012). Menurut Siagian (2015) menyatakan
bahwa, konsentrasi oksigen terlarut pada suatu perairan berkurang secara perlahan
suatu perairan sebaiknya tidak kurang dari 2 mg/l dengan persyaratan bebas dari
Sumber utama oksigen dalam suatu perairan selain dari proses fotosintesis
adalah difusi dari udara bebas. Keceptan difusi oksigen dari udara, tergantung dari
beberapa faktor, seperti kekeruhan air, suhu, salinitas, pergerakan massa air dan
udara seperti arus, gelombang dan pasang surut. Dengan bertambahnya kedalaman
akan terjadi penurunan kadar oksigen terlarut karena proses fotosintesis semakin
berkurang dan kadar oksigen yang ada banyak digunakan untuk proses
metabolisme. Pada lapisan permukaan, kadar oksigen akan lebih tinggi, karena
daya alam hayati (sumber daya ikan, terumbu, padang lamun, mangrove dan biota
laut lain) dan non-hayati (pasir, air laut, mineral dasar laut dan lainnya). Sumber
dari kerusakan dan pencemaran lingkungan pesisir diantaranya berupa faktor alam,
yaitu tsunami, perubahan kimia, gempa bumi dan oleh aktivitas manusia seperti
penggunaan bahan peledak dan racun untuk menangkap ikan, pencemaran limbah
bahan kimia (detergen), penggunaan lahan budi daya perairan dan keramba jaring
apung, eksploitasi terumbu karang, dan aktivitas pesisir lainnya. Menurut Pratikto
(2003), kerusakan dan pencemaran lingkungan pesisir dapat berpengaruh secara
3.1.1. Alat
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah Transek ukuran 2x2, 5x5, dan
3.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah Sampel air, Larutan KOH-KI,
III.2. Metode
III.2.1. Tipe Ekosistem
Vegetasi Mangrove
- 10
Ukur vegetasi tingkat pohon (plot Untuk
x 10 pohon yang diukur adalah
m), pancang
(plot (5m x 5m) dan semaijenis
(2m dan keliling
x 2m)
- Untuk semai dan pancang yang
diukur jenis dan jumlah individu
setiap jenis
-
Hasil
Hasil
III.2.3. analisis peruntukan dan kondisi lingkungan
Analisis Peruntukan
Hasil
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil
3.1.1. Tipe Ekosistem
lainnya
Triti 1 - - - - -
2 - - - - -
h 3 - - - - -
4 - - - - -
T. 1 - - - - -
2 - - - - -
Peny
s h s h s er
Triti 1
2
h 3
4
T. 1
2
Peny
u
3.1.3. Analisis Peruntukan Dan Kondisi Lingkungan
Table 3. Analisis Peruntukan dan Kondisi Lingkungan
Plot Permasalahan
Peruntukan/pemanfaatan Permasalahan
Kondisi saat Idealnya sampah vegeta Sedimen abras pencemar biota Saran pemeca
ini si tasi i an
1 Mangrove Melakukan
- melakukan
tumbuh penataan
pembersihan
cukup mangrove Ada Ada Ada - Ada Ada
- melakukan pe
banyak. agar lebih
mangrove
rapi.
2 Sudah ada ada Ada - ada ada - Menyediakan
tercemar oleh pembuangan
limbah - Memaksimalk
domestik tambak
3 Sangat Perbanyak Ada Ada Ada - Ada Ada - sebaiknya
untuk mangrove, d
kelangsung ditingkatkan
- dilakukan
an hidup
pembersihan
organisme
sampah aga
kebersihan
lingkungan
mangrove te
terjaga.
4 Sudah Pohon Ada Ada Ada - Ada Ada - reboisasi/pen
tercemari mangrove n
- pembuangan
oleh limbah tumbuh
pada tempatn
domestik lebat dan - restorasi kaw
kelestariann masyarakat te
ya mangrove
u 1 Tempat ada ada Ada ada Ada ada - Penyediaan te
Wisata; sampah
- Penanaman
kurangnya
mangrove
tempat - Pembuatan ta
- Pengelolaan
sampah
kebersihan ya
- Parkir yang k
dikelola
2 tercemari Bebas dari Ada Ada Ada Ada Ada Ada - reboisasi/pen
tegas kepada
pertamina
- meminimalisi
terjadinya tum
minyak
3.2. Pembahasan
3.2.1. Tipe Ekosistem
Tritih dan teluk penyu merupakan daerah estuari dan daerah pesisir.
zat garam dari dalam (Sunandar, 2017). Semua ekosistem yang berada di
merupakan wilayah estuari yaitu wilayah peralihan dari air tawar ke air laut.
Avicennia sp., Ceriops sp., dan lainnya. Hal ini dikarenakan ekosistem tritih
pertumbuhan mangrove (Agustini, 2016). Selain itu ekosistem ini juga masih
sangat dipengaruhi oleh pasang surut dan memiliki salinitas yang bervariasi.
Sedangkan ekosistem teluk penyu merupakan ekosistem pesisir, yang juga
asosiasi.
ekosistem yang berada di daerah pesisir. Contoh ekosistem lain yang ikut ke
1. Estuaria
perairan pantai yang semi tertutup, yang berhubungan dengan laut terbuka
dan merupakan pertemuan antara air laut dan tawar yang berasal dari
drainase daratan.
2. Hutan Mangrove
pantai berlumpur.
3. Padang lamun
Padang lamun cukup baik pada perairan dangkal atau estuari apabila sinar
4. Terumbu Karang
Ekosistem terumbu karang merupakan ekosistem dengan tingkat
grafik)
- Factor yang mempengaruhi kerapatan
- Analisis factor lingkungan
- Suhu, salinitas, TDS, Tekstur, pH, DO (dibahas satu satu)
kondisi lingkungan Tritih saat ini telah banyak tercmari oleh limbah baik
kawasan Tritih ini di dominasi oleh vegetasi mangrove yang cukup banyak.
yang baik terkait dengan permasalahan sampah tersebut. Selain itu pada
adalah gelombang, pasang surut dan arus sedangkan faktor geologi antara
lain adalah batuan penyusun pantai dan morfologi pantai. Pada kondisi
faktor oseanografi lebih kuat daripada faktor geologi, maka pantai akan
mengalami abrasi. Pada kondisi yang berbeda, yaitu faktor geologi lebih
atau stabil (Morton 2004 dalam Hassanudin et al., 2018). Triatmodjo (2012)
daerah pantai. Pantai Teluk Penyu merupakan pantai yang dinamis dan
rentan terhadap perubahan garis pantai baik karena proses alami maupun
bertujuan manstabilkan garis pantai pada Pantai Teluk Penyu. Pratikto, dkk
sebagai area konservasi mangrove, area ini seharusnya bebas dari kawasan
DAFTAR PUSTAKA
Agustini, Nela Tri, Zamdial Ta’alidin dan Dewi Purnama. 2016. Struktur Komunitas
Alikodra, Hadi S. 2012, Konservasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Pendekatan
Press:Yogyakarta.
Annas, Niharul., Suryono., Rudhi Pribadi. 2013. Kajian Konservasi Ekosistem Mangrove
64
Ayu Saraswati, N., L., Yulius, Rustam, A., Salim H. L., Heriati A., Mustikasari E. 2017.
Kajian Kualitas Air Untuk Wisata Bahari di Pesisir Kecamatan Moyo Hilir dan
Eucheuma spinosum Pulau Nain Kabupaten Minahasa. Jurnal Ilmu Kelautan. Vol
16(4), 2011.
Hassanudin, M., dan Edi, K. 2018. Abrasi dan Sedimentasi di Kawasan Pesisir Kota
Hilda, Fadhila., Suradi, Wijaya, Saputra., Dian, Wijayanto. 2015. Nilai Manfaat Ekonomi
Surabaya.
Martuti, Nana K., T. 2018. Peran Kelompok Masyarakat dalam Rehabilitasi Ekosistem
Mangrove di Pesisir Kota Semarang. Jurnal Wilayah dan Lingkungan. 6(2): 100-114.
Muhlis. 2011. Ekosistem terumbu karang dan kondisi oseanografi Perairan Kawasan
terhadap Laju Korosi Baja A36 pada Pengelasan SMAW. Jurnal Teknik ITS, 1: 75 -
77.
Novan Prasetya, M. 2018. Membangun Ekonomi Kota Medan Mulai Dari Peningkatan
Sumber daya Manusia di Daerah Pesisir. Jurnal Pendidikan ilmu-ilmu sosial. Vol
10(1) : 104-111
Nybakken, J.W. 1992. Biologi Laut, Suatu Pendekatan Ekologis. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka
Patil P.P., Ware A. L., Aher S.J., Musmade, D.S., Gajere, S.P. 2012. Simultaneous Ratio
Patty, Simon, I. 2013. Distribusi Suhu, Salinitas Dan Oksigen Terlarut Di Perairan Kema,
Rangkuti, Ahmad Muhtadi. 2017. Ekosistem Pesisir dan Laut Indonesia.Jakarta: Bumi
Aksara
Revalda, A, Y., B, Salakory., Nuddin, Harahab.,, Bagyo, Yanuwiadi. 2017. Valuasi
Maluku. Journal Of Economic And Social Of Fisheries And Marine. 05 (01): 1-12.
Rukminasari, N., Nadiarti., Khaerul, A.,2014. Pengaruh Derajat Keasaman (Ph) Air Laut
Siagian, Maju., Asmika H. Simarmata. 2015. Provil Vertikal Oksigen Terlarut di Danau
Oxbow Pinang Dalam, Desa Buluh Cina-Siak Hulu, Kabupaen Kampar, Provinsi
Sunandar, Aditia P., et al., 2017. Struktur Komunitas dan Persebaran Mangrove Sejati di
Yustian, A., Denny, N.S., dan Dwi, H.I. 2016. Studi Efektivitas Groin Terhadap