Disusun Oleh :
Asisten
PURWOKERTO
ekosistem yang dinamis, memiliki kekayaan habitat, dan saling berinteraksi antara
habitat tersebut. Hutan mangrove merupakan satu dari jenis ekosistem pesisir
berguna sebagai tempat hidup bagi ikan dalam masa pembesaran “nursery
ground” , juga memiliki peran penting dalam mencegah intrusi air laut
(Deni, 2017).
hutan mangrove. Kualitas air terdiri dari aspek fisika, kimia, dan biologi.
2017).
1.2. Tujuan
Tujuan dari praktikum ekosistem pesisir kali ini adalah :
teluk penyu
daerah peralihan antara ekosisten darat dan laut yang dipengaruhi oleh
ikan, terumbu karang, padang lamun, mangrove dan biota laut lainnya);
dasar laut, tempat instalasi bawah air yang terkait dengan kelautan dan
darat, laut dan udara, yang merupakan bentuk dari hasil keseimbangan
tersebut;
zat organik yang penting dalam rantai makanan laut (Yulia & Lely,
2015).
merupakan daerah pertemuan antara darat dan laut, ke arah darat meliputi
bagian daratan yang masih dipengaruhi sifat-sifat laut, misalnya pasang surut,
angin serta perembesan air laut; ke arah laut meliputi bagian laut yang masih
daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang saling berinteraksi.
Kearah laut, sepanjang 12 mil dari garis pantai untuk provinsi dan 4 mil untuk
biotik dan abiotik yang saling mempengaruhi satu sama lain (Dahuri et al. 2013
didominasi oleh beberapa jenis pohon mangrove yang mampu tumbuh dan
yang didominasi oleh beberapa spesies pohon yang khas, atau semak-semak
beradaptasi di perairan dengan kadar salinitas tertentu dan kadar oksigen yang
pasokan air tawarnya, adanya pengaruh pasang surut air laut secara berkala,
dan pada kondisi perairan yang cukup terlindung dari gelombang (gerakan air
yang dangkal, estuari, delta dan daerah pantai yang terlindung (Bengen 2001).
Kualitas air adalah kadar parameter air yang menunjukan mutu dan
karakter air tersebut. Kualitas air dapat ditentukan berdasarkan sifat fisik dan
kimianya. Beberapa sifat fisik diantaranya adalah suhu, salinitas dan tekstur.
Sedangkan parameter kimianya antara lain adalah pH, oksigen terlarut dan
2.4.1. Suhu
dalam perairan. Suhu juga berpengaruh terhadap sifat kimia suatu perairan
proses fisiologis dan penyebaran organisme laut (Hutabarat, 1986 dalam Nova
air. Lebih lanjut. Pola arus yang berubah secara mendadak dapat menurunkan
nilai suhu pada air. Kisaran suhu diperairan dangkal lebih besar daripada
oleh angin dan dinamika oseanografi fisika lainnya. Temperatur atau suhu
maupun organisme lain yang hidup di dalam perairan. Suhu juga bepengaruh
terhadap sifat kimia suatu periaran dan distribusi oragnisme akuatik Pengaruh
suhu dapat diamati pada proses metabolisme, proses fisioligis, pertumbuhan,
serta pola penyebaran ikan (Patty, 2013 dalam Salim et al., 2017).
2.4.2. Salinitas
dalam air laut, dimana salinitas air berpengaruh terhadap tekanan osmotik air,
semakin tinggi salinitas maka akan semakin besar pula tekanan osmotiknya.
penguapan dan presipitasi (Gufran dan Baso, 2007 dalam Hamuna, 2018).
Salinitas dipandang sebagai salah satu variabel yang paling penting dalam
mempengaruhi perbedaan nilai salinitas adalah cuaca dan angin (Patty, 2013).
Sebaran salinitas di laut dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti pola sirkulasi
air, penguapan, curah hujan dan aliran sungai (Nontji, 2002 dalam Patty, 2013).
Pada umumnya nilai salinitas wilayah laut Indonesia berkisar antara 28-33 0/00
2.4.3. TDS
Kelarutan zat padat dalam air atau disebut sebagai total Dissolved solid
(TDS) adalah terlarutnya zat padat, baik berupa ion, berupa senyawa, koloid di
dalam air. Sebagai contoh adalah air permukaan apabila diamati setelah turun
hujan akan mengakibatkan air sungai maupun kolam kelihatan keruh yang
2.4.4. Tekstur
Substrat dasar perairan estuari pada umumnya memiliki tipe liat hal ini
sependapat dengan pernyataan (Astrini et al, 2014) tipe substrat dasar pada
umumnya berupa lumpur (silt) dan liat (clay). Subtrat yang berupa lumpur
cukup tinggi. Selain itu dapat juga disebabkan oleh adanya abrasi yang cukup
2.4.5. pH
ion-ion hidrogen yang terlepas dalam suatu cairan dan merupakan indicator
2018).
2.4.6. DO
yang ada (terlarut) di air. DO dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk
karena oksigen dari udara di dekatnya dapat secara langsung larut berdifusi ke
pohonan yang tahan akan abrasi air seperti mangrove, kelapa dan jenis
sangat besar yang didukung oleh adanya garis pantai sepanjang sekitar 81.000
kekayaan sumber alam yang besar. Potensi itu diantaranya potensi hayati dan
non hayati. Potensi hayati misalnya: perikanan, hutan mangrove, dan terumbu
serta pariwisata. Ada lagi potensi yang perlu dikembangkan di wilayah pesisir
pantai yang masih belum diperhatikan oleh pemerintah dan masyarakat pesisir
pantai, justru apabila dimanfaatkan dengan bantuan ilmu pengetahuan dan
teknologi akan menghasilkan manfaat yang luar biasa, adalah lahan pasir
kawasan pesisir di Indonesia sudah mulai terjadi abrasi karena air laut, ini
laminating, tabel pengamatan, label, plastik, spuit, gelas ukur, botol winkler,
larutan standar.
3.2. Metode
Hasil
3.2.2. Analisis Vegetasi dan Faktor Lingkungan Commented [YN6]: Kalo kepotong gini di enter aja
dijadikan satu halaman
Vegetasi Mangrove
Hasil
Hasil
Analisis Peruntukan
Hasil
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Commented [YN7]: Tabelnya mana ?
Bagian hasil ini dibikin landscape saja biar tabel tidak
4.1.1. Tipe Ekosistem kepotong, masuk ke pembahasan balik ke format portrait lagi
dipengaruhi oleh pasang surut air laut (Tomlinson, 1994 dalam Annas et al., 2013).
Ekosistem mangove mempunyai fungsi dan peranan yang sangat penting bagi
dan pertanian dari angin kencang atau intrusi air laut (Rusila Noor et al, 2006
dalam Annas et al., 2013). Di sisi lain pemanfaatan yang berlebihan telah
sudah tergolong cukup parah yaitu sudah mencapai 68% (Saputro et al., 2009 dalam
Sungai adalah air tawar yang mengalir dari sumbernya di daratan menuju
dan bermuara di laut, danau atau sungai yang lebih besar, aliran sungai
merupakan aliran yang bersumber dari limpasan, limpasan yang berasal dari
hujan, gletser, limpasan dari anak-anak sungai dan limpasan dari air tanah. Sifat-
sifat sungai sangat dipengaruhi oleh luas dan bentuk Daerah Aliran Sungai (DAS)
seerta kemiringan sungai. Bentuk tebing, dasar muara dan pesisir di depan muara
pengeluaran/aliran debit sungai, terutama pada waktu banjir, ke laut. Selain itu
muara sungai juga harus melewatkan debit yang ditimbulkan oleh pasang surut,
yang bisa lebih besar dari debit sungai. sehingga muara sungai harus cukup lebar
Sawah merupakan tanah potensial yang dapat digunakan untuk budi daya
padi sawah sekali atau lebih selama setahun. Sawah sebagai suatu ekosistem
buatan dan suatu jenis habitat mengalami kondisi kering dan basah silih berganti
dan status hara (Watanabe dan Roger 1985 dalam Wihardjaka, 2015).
tanah, titik tumbuh yang terdapat pada pangkal tanaman memungkinkan tumbuh
tanah dengan cepat pada saat fase pertumbuhan pertama. Sifat-sifat pertumbuhan
ini sangat erat hubungannya dengan keadaan air, unsur hara, keadaan tanah,
cahaya dan temperatur. Rumput sebagai penutup tanah berperan dalam menahan
daya tumbuk butir butir hujan secara langsung kepada permukaan tanah sehingga
penghancuran agregat tanah dapat dicegah, selain itu dapat menghambat daya
laju aliran air sehingga dapat mengurangi pengikisan dan penghanyutan partikel-
pantai adalah daerah di tepi perairan yang dipengaruhi oleh air pasang tertinggi
dan air surut terendah, sedangkan pesisir adalah daerah darat di tepi laut yang
dipengaruhi oleh aktivitas laut. Garis pantai adalah garis batas pertemuan antara
daratan dengan lautan. Perairan pantai adalah daerah perairan yang masih
pantai.
pantai yang diisi air dan dimanfaatkan sebagai sarana budidaya perairan
udang, serta kerang. Penyebutan “tambak” ini biasanya dihubungkan dengan air
payau atau air laut. Kolam yang berisi air tawar biasanya disebut kolam saja atau
empang. Tambak merupakan salah satu jenis habitat yang dipergunakan sebagai
tempat untuk kegiatan budidaya air payau yang berlokasi di daerah pesisir
ditumbuhi oleh lamun sebagai vegetasi yang dominan serta mampu hidup
Timotius (2003), terumbu karang merupakan struktur dasar lautan yang terdiri
dari deposit kalsium karbonat (CaCO3) yang dapat dihasilkan oleh hewan karang
(hewan berongga) atau Cnidaria. Ada dua tipe hewan karang yaitu hewan karang
dikenal juga dengan sebutan reef – building corals dan hewan karang yang tidak
dikenal juga dengan sebutan non reef – building corals. Commented [YN8]: Tidak usah dimasukan ke pembahasan,
ini di tipus saja, pembahasan langsung bahas data saja
bahwa pada Tritih di temukan ekosistem mangrove, sungai, sawah dan rumput.
Hutan mangrove seluas 10 hektar ini merupakan hutan pelindung bagi ekosistem
di kawasan laguna Segara Anakan, danau air asin di pesisir pantai Cilacap.
Salah satu upaya pelestarian hutan mangrove yang bisa dilakukan adalah
sekitar pantai yang memiliki peluang besar terancam kerusakan. Pada upaya yang
satu ini peran serta dan campur tangan manusia memang sangat lah penting.
Karena, manusia merupakan salah satu faktor utama yang berhadapan langsung
tersebut.
Upaya yang satu ini bisa dikatakan cukup mirip dengan upaya
penanaman. Namun, terdapat hal yang membedakan antara keduanya. Salah satu
faktor pembeda yang ada di dalamnya adalah campur tangan manusia. Pada
upaya restorasi campur tangan manusia akan sangat minim sekali, semuanya akan
tersebut.
menjadi kawasan hutan mangrove harus mengalah dan hilang. Salah satu upaya
kawasan hutan mangrove itu sendiri. Perluasan kawasan hutan mangrove ini
sendiri dapat dilakukan dengan memperbaiki tata kelola dari kawasan pesisir
yang ada.
Untuk dapat meningkatkan hal ini salah satu hal yang sangat penting
itu sendiri. Kita menjelaskan mengenai berbagai macam fungsi dan manfaat yang
kesadaran upaya pelestarian ini akan terbentuk. Maka kita banyak sekali lokasi
wisata hutan mangrove yang ditemukan. Hal ini merupakan salah satu upaya
sendiri.
berada bukanlah sebuah hal yang mudah. Salah satu hal yang menyebabkan
kesulitan tersebut adalah adanya faktor polusi air di dalamnya. Air laut yang
mengandung polutan ini sendiri juga memiliki banyak efek negatif terhadap
hutan mangrove tak hanya bisa berkutat pada faktor lingkungan saja. Karena
tanpa perbaikan pada sektor manusia yang ada di sekitarnya akan menghasilkan
sembarangan.
pantai.
sembarangan.
dalam keadaan yang stabil (atau klimak) memiliki tingkat respirasi (R) dan
fotosintesis (P)yang sama (R/P mendekati satu) dengan tingkat yangpaling besar
di bawah terumbu karang (coral reefs). Halini bermakna bahwa variabel waktu
tertinggi dalam produktifitas (gross primary production), yaitu 20000 kcal m- Commented [YN10]: italic
masukan energi, yaitu 12000 kcal m-2 tahun-1. Tingginya produktifitas itu
merupakan areal jebakan hara (a nutrient trap)sebagai akibat pertemuan aliran air Commented [YN11]: italic
ekosistem pesisir.
vegetasi ini di temukan mulai dari semai, pancang maupun pohon. Untuk vegetasi
Rhizopora mucronata semai ditemukan dalam jumlah yang banyak yaitu 98-120,
untuk vegetasi Rhizopora mucronata pancang ditemukan dalam jumlah yang sedikit
yaitu 22-31, Kemudian untuk vegetasi Rhizopora mucronata pohon ditemukan
dalam jumlah yang sangat sedikit yaitu 6-10. Daerah Teluk Penyu vegetasi yang di
Sumber : Google
Gambar 2. Hibiscus sp
Sumber : Google
Gambar 3. Carbera sp
Sumber : Google
80
60
40
20
0
plot 1 plot 2 plot 3 plot 4
Berdasarkan grafik di atas dapat diperoleh data yaitu pada plot 1 semai
jumlahnya ada 120 semai dan pada plot 4 semai Rhizopora mucronata jumlahnya
ada 103 semai. Jumlah semai di daerah Tritih termasuk dalam kategori yang
banyak.
Berdasarkan grafik di atas dapat diperoleh data yaitu pada plot 1 pancang
jumlahnya ada 44 semai dan pada plot 4 pancang Rhizopora mucronata jumlahnya
ada 32 pancang. Jumlah pancang di daerah Tritih termasuk dalam kategori yang
sedikit.
Jumlah pohon Rhizopora Mucronata di Tritih
8
7
7
6 6
6
1
0
0
plot 1 plot 2 plot 3 plot 4
Berdasarkan grafik di atas dapat diperoleh data yaitu pada plot 1 pohon
jumlahnya ada 0 pohon dan pada plot 4 pohon Rhizopora mucronata jumlahnya ada
yang sedikit.
Kerapatan pohon di daerah Teluk Penyu
9
8
8
7
6
5
4
4
3
2
2
1
1
0 0
0
hibiscus sp cemara laut Carbera sp.
plot 1 plot 2
Berdasarkan grafik di atas dapat diperoleh data yaitu pada plot 1 pohon
Hibiscus sp. Ada 8 pohon, pohon cemara laut ada 2 pohon dan tidak terdapat
pohon Carbera sp., pada plot 2 pohon Hibiscus sp ada 4 pohon, tidak terdapat pohon
cemara laut dan terdapat pohon carbera sp. jumlahnya ada 1 pohon. Jumlah pohon
adalah parameter kualitas fisik air yang penting bagi kehidupan organisme
perairan. Hellawel (1986) dalam Muhlis (2011) menjelaskan bahwa suhu termasuk
2011). Temperatur adalah karakter fisik air laut yang sangat penting, karena dapat
digunakan untuk mengidentifikasi badan air laut secara umum (Stewart, R. H.,
2002).
Temperatur atau suhu merupakan faktor pembatas yang dapat
mempengaruhi laju kehidupan ikan maupun organisme lain yang hidup di dalam
perairan. Suhu juga bepengaruh terhadap sifat kimia suatu periaran dan distribusi
hubungan sebab akibat diantara keduanya. Pengaruh suhu dapat diamati pada
(Hadi, 2012).
Temperature pada daerah Tritih yaitu sekitar 28,5oC hal ini berarti masih
diperoleh suhunya sebesar 28,5 oC sama dengan daerah Tritih. Dapat disimpulkan
Salinitas merupakan kadar garam terlarut dalam air. Satuan untuk salinitas
yaitu per mil (‰), dimana jumlah berat total (gr) material padat seperti NaCl yang
terkandung dalam 1 kg air laut. Salinitas termasuk bagian sifat fisik-kimia suatu
perairan. Salinitas dipengaruhi oleh pasang surut, curah hujan, penguapan, dan
topografi suatu perairan. Akibatnya, salinitas suatu perairan dapat sama atau
Salinitas di daerah Tritih sebesar 23,5 ppt dan salinitas yang diperoleh di
daerah Teluk penyu sebesar 25,5 ppt. Dapat disimputkan bahwa salinitas didaerah
Teluk Penyu lebih Besar karena sangat dekat dengan laut. Tetapi kedua daerah
tersebut masih sesuai untuk kehidupan mangrove
Oksigen Terlarut / Dissolved Oxygen (DO) adalah salah satu parameter yang
penting yang berkorelasi dengan badan perairan baik langsung maupun tidak
perairan dan stratifikasi (Patil et al, 2012). Menurut Siagian (2015) menyatakan
terlarut pada suatu perairan sebaiknya tidak kurang dari 2 mg/l dengan
persyaratan bebas dari bahan-bahan toksik. Ikan tawar yang hidup di perairan
Sumber utama oksigen dalam suatu perairan selain dari proses fotosintesis
adalah difusi dari udara bebas. Keceptan difusi oksigen dari udara, tergantung
dari beberapa faktor, seperti kekeruhan air, suhu, salinitas, pergerakan massa air
dan udara seperti arus, gelombang dan pasang surut. Dengan bertambahnya
fotosintesis semakin berkurang dan kadar oksigen yang ada banyak digunakan
untuk proses metabolisme. Pada lapisan permukaan, kadar oksigen akan lebih
tinggi, karena adanya proses difusi antara air dengan udara (Hadi, 2012).
DO yang diperoleh didaerah Tritih yaitu sebesar 3,38 mg/l hal ini termsuk
keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. Derajat keasaman suatu
perairan, baik tumbuhan maupun hewan sehingga sering dipakai sebagai
petunjuk untuk menyatakan baik atau buruknya suatu perairan (Odum, 1971).
perairan (Pescod, 1973). Nilai pH pada suatu perairan mempunyai pengaruh yang
semua makhuk bisa bertahan terhadap perubahan nilai pH, untuk itu alam telah
menyediakan mekanisme yang unik agar perubahan tidak terjadi atau terjadi
tetapi dengan cara perlahan (Sary, 2006). Nilai derajat keasaman (pH) suatu
perairan mencirikan keseimbangan antara asam dan basa dalam air dan
biota akuatik sensitif terhadap perubahan pH dan menyukai nilai pH sekitar 7-8,5
(Effendi, 2003)..
Ph yang di peroleh di daerah Tritih yaitu sebesar 6,35 sedang kan pada
daerah Teluk Penyu sebesar 7,5. Dapat disimpulkan bahwa kedua daerah tersebut
teluk, muara, dan lautan. Sedimen merupakan partikel yang berasal dari hasil
pembongkaran batuan dan potongan kulit potongan kulit (shell) serta sisa rangka
dari organism laut. Kalsium karbonat, silica, dan mineral lempung merupakan
senyawa utama yang mendominasi penyusun sedimen laut dalam kekerasan dan
ukuran butiran substrat sangat mempengaruhi nilai hambur balik dasar perairan
(Effendi, 2003).
pada daerah Teluk Penyu diperoleh substrat yan berpasir, Kedua daerah inimasih
TDS (Total Dissolve Solid) adalah ukuran zat terlarut (baik itu zat organik
maupun anorganik, misalnya garam dan sebagainya) yang terdapat pada sebuah
larutan. TDS meter menggambarkan jumlah zat terlarut dalam Part Per Million
(PPM) atau sama dengan milligram per Liter (mg/L). Umumnya berdasarkan
definisi di atas seharusnya zat yang terlarut dalam air (larutan) harus dapat
mineral, dan sebagainya. Setidaknya, kita dapat mengetahui air minum mana yang
baik dikonsumsi tubuh, ataupun air murni untuk keperluan kimia (misalnya
TDS yang diperoleh di daerah Tritih yaitu srbesar 21 mg/l. Sedangkan pada
dengan tingginya kerapatan mangrove dewasa dan semaian pada lokasi adalah
Hal ini ditandai dengan kuatnya korelasi antara kerapatan mangrove dewasa dan
lingkungan perairan aliran sungai dan serasah daun yang membawa unsur hara
menyebabkan terjadi kompetisi yang tidak seimbang. Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian Supardjo (2008) di Segara Anak Selatan TNAP bahwa tingkat frekuensi
relatif yang rendah pada S. caseolaris dipengaruhi oleh kompetisi yang tidak
seimbang dengan R. mucronata karena tempat hidup yang berada di tepi sungai
interaksi spesies yang terjadi sehingga mempunyai kendali yang lebih besar dalam
komunitas untuk menjaga dirinya tetap stabil meskipun ada gangguan terhadap
komponen-komponennya.
mangrove yang sudah tercemari oleh limbah domestic. Permasalahan yang terjadi
kekeruhan perairan akibat pengelolaan kegiatan lahan atas !ang kurang baidan
sampah limbah domestic, hal ini Hal ini sesuai dengan (Amran dkk, 2017)
lain : (a) faktor oseanografi, faktor ini sangat berpengaruh pada musim barat
terutama arus, gelombang dan sedimen. Arus biasanya pada musim barat sangat
kuat dan membawa sampah berupa bahan organik seperti potongan kayu dan an-
merusak mangrove. Gelombang pada musim barat sangat besar sehingga dapat
Penyebaran atau distribusi dari ketiga jenis mangrove (R. stylosa, S. alba, danA.
stasiun pengamatan kecuali pada stasiun I dan stasiun III hanya ditemukan jenis
kesehatan bibit mangrove, dan mengatur tata ruang antara pemukiman warga
yangpernah ada, spesies yang memiliki daerah jelajah luas, dan burung-burung
menjebak sampah dan sedimen yangdibawa air permukaan dari hulu sungai. Pada
alami dan keindahanpanorama muara sungai dan nilai ekonomi kawasan pesisir
terdapat limbah minyak dari pertamina. Minyak tersebut mencemari pesisir laut,
apabila sudah lama minyak terdpat diperairan maka akan menggumpal serta
penanganan menurut salah satu warga sekitar, hal itu berakibat terhadap tambak
baik yang berasal dari pembuangan sampah masyarakat sekitar atau yang dibawa
oleh arus laut, sampah tersebut yang dapat membahayakan bagi habitat ekosistem
laut.
ini sesuai dengan (Arianto Choiron, 2013) Salah satunya dalam bentuk kontrol
menegur bila ada yang membuang sampah di tepi pantai. Bentuk ini merupakan
salah satu sisi lain masyarakat yang memiliki rasa tanggung jawab terhadap
kebersihan pantai.
mangrove tidak tercemar limbah domestic, pohon mangrove tumbuh dengan lebat
yang ideal untuk teluk penyu adalah bebas darisampah dan tumphan minyak,
berguna untuk melindungi garis pantai dari abrasi atau pengikisan, serta
mengurangi dampak ancaman Tsunami adalah dengan memasang Green Belt atau
sabuk hijau hutan Mangrove. Kepariwisataan, agar diperoleh manfaat yang
bidang kehutanan didasarkan atas asas manfaat dan lestari serta konservasi
yang dimiliki Kabupaten Cilacap bisa berdaya guna untuk mendongkrak potensi
rasa cinta alam lingkungan, serta mengangkat taraf ekonomi masyarakat lokal.
Mangrove itu sendiri dapat dijadikan Ekstraks galih kayu Avicennia alba dan A.
officinalis dapat digunakan sebagai tonik; buah Rhizophora spp. dan Sonneratia
caseolaris secara berturutturut dapat dijadikan tuak dan sari buah. Nira bunga N.
fruticans dapat diolah menjadi gula merah dan tuak, karena kandungan
sukrosanya yang tinggi. Nipah juga dapat menghasilkan minyak goreng, daunnya
untuk kertas rokok, dan abunya untuk sumber garam (Bandaranayake, 1998 dalam
dalam kawasan pantai Teluk penyu dan sekitarnya dapat dikelompokkan menjadi
dua kategori, yaitu kegiatan wisata dan non-wisata yang menunjang kegiatan
saling memiliki masa depan bersama dan bekerja sama sehingga mengoptimalkan
Pendayagunaan potensi sumber daya alam melalui kegiatan wisata antara lain:
perahu wisata biasa, pancing wisata, ski air, areal pasir putih, areal kamping
panorama laut. Sedangkan kegiatan non wisata, antara lain: budidaya rumput laut,
2016).
Penyu dan sekitarnya antara lain: • Sebagai wahana konservasi sumber daya
hayati pesisir dan lautan dalam rangka upaya perlindungan kawasan dan
pelestarian sumber daya yang ada. • Sebagai wahana penelitian (research) dan
pemantauan (monitoring) sumber daya hayati, meliputi sarana dan pra sarana
masyarakat dari segala lapisan, baik lokal maupun non-lokal dalam rangka
pantai teluk penyu , mengajak para penjaga tambak untuk membersihkan sampah-
sampah yang telah menutupi hutan mangrove di daerah mereka. tak hanya
yang sudah gundul karena pohon-pohon mangrove yang ditebang untuk diambil
pantai-pantai yang telah mengalami hutan mangrove. Ada beberapa cara yang
dapat dilakukan dalam tahapan yang dilakukan dalam upaya pelestarian hutan
mangrove : (1) pemilihan tempat; (2) pengadaan benih; (3) penanaman; (4)
Abowei. 2009. Angkutan Sedimen Pada Muara Sungai Palu. Palu : Universitas
Tadulako.
Ahmad Dwi Setyawan Dan Kusumo Winarno. 2006. Pemanfaatan Langsung
Ekosistem Mangrove Di Jawa Tengah Dan Penggunaan Lahan Di
Sekitarnya; Kerusakan Dan Upaya Restorasinya. Biodiversitas. Vol. 7 (3):
282-291.
Arianto Choiron. (2013). “Makalah Pencemaran Laut”.Online.http://gudangilmu-
arianto. blogspot.com/2013/05/makalahpencemaran-laut_7. html?m=0.
Astrini., Suryono., Rudhi Pribadi. 2014. Macam macam ekosistem. Penebar Swadaya:
Jakarta.
Aulia Yustian,Denny Nugroho. S, Dwi Haryo Ismunarti. 2016. Studi Efektivitas
Groin Terhadap Perubahan Garis Pantai Di Pantai Teluk Penyu Kabupaten
Cilacap. Jurnal Oseanografi. Vol. 5 (3) : 406 –414.
Effendi, M.I. 2003. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara.
Fendra. 2015. Kajian Konservasi Ekosistem Mangrove Di Desa Pasar Banggi,
Kabupaten Rembang. Jurnal Of Marine Research, 2(2): 55 – 64.
Gemilang, W.A., dan Kusumah, G. 2017. Status indeks pencemaran perairan
kawasan mangrove berdasarkan penilaian fisika-kimia di pesisir Kecamatan
Brebes Jawa Tengah. EnviroScienteae, 13(2), 171-180.
Gufran dan Baso, 2007 . Acomprehensive review on water quality parameters
estimation using remote sensing techniques. Sensors, 16(8): 1298.
Hamuna, B., Tanjung, R. H., Suwito, S., Maury, H. K., & Alianto, A. 2018. Kajian
Kualitas Air Laut dan Indeks Pencemaran Berdasarkan Parameter Fisika-
Kimia di Perairan Distrik Depapre, Jayapura. Jurnal Ilmu Lingkungan, 16(1),
35-43.
Hutabarat, S., dan Evans, S.M. 1986. Pengantar Oseanografi. Jakarta: Universitas
Indonesia Press.
Mcilroy, R.J. 2010. Pengantar Budidaya Padang Rumput Tropika. Pradnya Paramita,
Jakarta. hlm 32, 123-125.
Iwang Gumilar. 2018. Partisipasi Masyarakat Pesisir Dalam Pelestarian Ekosistem
Hutan Mangrove. Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial Dan Humaniora. Vol. 20 (2) : 145 – 153.
Megawati, C., Yusuf, M., dan Maslukah, L. 2014. Sebaran kualitas perairan ditinjau
dari zat hara, oksigen terlarut dan pH di perairan selatan Bali Bagian
Selatan. Jurnal Oseanografi, 3(2): 142-150.
Mustafa, A. dan E. Ratnawati. 2010. Faktorfaktor dominan yang mempengaruhi
produktivitas tambak di Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan. J. Riset
Akuakultur, 2 (1):117-133.
Nonji, A. 2002. Laut Nusantara. Jakarta: Penerbit Djambatan.
Odum, E.P. 1971. Fundamental of Ecology. Philadelphia: W.B Sounders Company
Ltd.
Patty, S. I. 2013. Distribusi Suhu, Salinitas dan Oksigen Terlarut di Perairan Kema,
Sulawesi Utara. Jurnal Ilmiah Planax, 1(3).
Patil P.P., Ware A. L., Aher S.J., Musmade, D.S., Gajere, S.P. 2012. Simultaneous Ratio
Derivative Spectrophotometric Estimation Of Aceclofenac and Tizandine With
Paracetamol in Combination Solid Dosage Forms. International Research Journal
of Pharmacy. 3 (8): 205 - 208
Rantih Isyrini, Shinta Werorilangi, Supriadi Mashoreng, Ahmad Faizal, Akbar Tahir,
Rastina Rachim. 2017. Karakterisasi Kondisi Kimia-Fisika Lingkungan Pada
Tingkatan Densitas Mangrove Yang Berbeda Di Ampallas, Kabupaten Mamuju,
Sulawesi Barat. SPERMONDE. Vol. 2(3): 43-49.
Rokhimin, 2012. Pencemaran Pesisir dan Laut. PT. Pradnya Paramita. Jakarta.
Salim, D., Yuliyanto, Y., & Baharuddin, B. 2017. Karakteristik Parameter
Oseanografi Fisika-Kimia Perairan Pulau Kerumputan Kabupaten Kotabaru
Kalimantan Selatan. Jurnal Enggano, 2(2): 218-228.
Sasongko, B. Endar., Endang Widyastuti., dan Rawuh Edy Priyono. 2014. Jurnal
Ilmu Lingkungan, 12 (2): 72–82.
Siagian, Maju., Asmika H. Simarmata. 2015. Provil Vertikal Oksigen Terlarut di Danau
Oxbow Pinang Dalam, Desa Buluh Cina-Siak Hulu, Kabupaen Kampar, Provinsi
Riau. Jurnal Akuatika. 6 (1): 87 – 94
Siahaan, 2015. Partisipasi Masyarakat Dan Nelayan Dalam Mengurangi
Pencemaran Air Laut Di Kawasan Pantai Manado-Sulawesi Utara. Jurnal
Sosioteknologi, 13(1).
Simanjuntak, M. 2009. Hubungan faktor lingkungan kimia, fisika terhadap
distribusi plankton di perairan Belitung Timur, Bangka Belitung. Journal of
Fisheries Sciences, 11(1): 31-45.
Sudarman, 2011. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan
Perairan. Cetakan Kelima. Yogjakarta: Kanisius.
Suhardiyanto, Suhardiyanto (2018) KARAKTERISTIK DAN INDEKS KESESUAIAN
WISATA MANGROVE DI PANTAI RANDUTATAH KECAMATAN PAITON
KABUPATEN PROBOLINGGO JAWA TIMUR. Bachelors Degree (S1) thesis,
University of Muhammadiyah Malang.
Tarumingkeng, 2001. Analisis potensi sumberdaya laut dan kualitas perairan
berdasarkan parameter fisika dan kimia di pantai timur Kabupaten Bangka Tengan.
Bangka.
Timotius, 2003. Penetuan Kadar Nitrat. Metode Analisis Air Laut, Sedimen dan Biota.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Oceanologi. Jakarta: Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI).
Tomlinson, 1994. Hidrologi Terapan. Yogyakarta: Beta Offset.
Triyanti Anasiru, 2006. Pengantar Oseanografi. Bahan Ajar. ITB.
Wihardjaka. A. 2015. Mitigation of Methane Emission Through Lowland
Management. J. Litbang Pert, 34(3): 95-104.
Yanuar Rustrianto Buwono. 2017. Identifikasi Dan Kerapatan Ekosistem Mangrove Di
Kawasan Teluk Pangpang Kabupaten Banyuwangi. Jurnal Ilmu Perikanan. Vol. 8
(1). ISSN:2086-3861.