Anda di halaman 1dari 23

Laporan kegiatan:

Ekologi Lahan Basah


Vegetasi Hutan Mangrove Sebagai Pengembangan Objek Wisata
Di Taman Wisata Doe-Doe Guraping
Kota Sofifi

Nama : Ratih Sardi


Npm : (03102011019)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS KHAIRUN

2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan kegiatan
praktikum ini dengan baik, laporan praktikum ini dibuat sebagai bentuk tanggung jawab
terhadap pelaksanaan kegiatan yang sudah dilakukan dengan baik.

Saya juga mengucapkan banyak terimakasih kepada berbagai pihak yang telah banyak
memberikan bantuan baik moril maupun materil sehingga kegiatan ini dapat berjalan dengan
baik dan sukses. Saya juga menyampaikan terima kasih kepada Dosen pengampuh Bapak Prof.
Dr. A. R. Tolangara M.Si. yang membantu dalam penyelenggaraan kegiatan praktikum hingga
pada penyusunan laporan ini. Saya pun menyadari dengan sepenuhnya bahwa dalam laporan ini
masih banyak terdapat kekurangan dan keterbatasan, dikarenakan terbatasnya pengalaman dan
pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami mengaharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun dari pembaca demi kesempurnaan laporan pengabdian ini.

Akhir kata kami berharap semoga laporan pratikum ini dapat bermanfaat bagi semua
orang

Ternate, 17 Oktober 2023

Ratih Sardi
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .........................................................................................................

DAFTAR ISI .......................................................................................................................

BAB I : PENDAHULUAN .................................................................................................

A. Latar Belakang.........................................................................................................
B. Maksud Dan Tujuan Praktikum..............................................................................
C. Manfaat Kegiatan ...................................................................................................

BAB II :TINJAUAN TEORI ..............................................................................................

A. Ekosistem Mangrove……………………………………………………………
B. Faktor Pembatas……………………………………………………………….
C. Zonasi Mangrove ....................................................................................................
D. Kegiatan ...................................................................................................................

BAB III : METODE KEGIATAN…………………………………………………………..

A. Waktu dan Tempat…………………………………………………………………


B. Alat dan Bahan………………………………………………………………………
C. Cara kerja ……………………………………………………………………….

BAB IV : PEMBAHASAN …………………………………………………………….

BAB V : PENUTUP ……………………………………………………………………

DAFTAR RUJUKAN…………………………………………………………………..
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan. Luas pantai di Indonesia


berpotensimembentuk ekosistem dengan keanekaragamannya. Ekosistem terpenting yang
ada di perairan laut, yaitu ekosistem mangrove, ekosistem terumbu karang dan ekosistem
lamun. Keberadaan ketiga ekosistem tersebut menjadi habitat berbagai biota laut.Biota
laut yang ada di dalamnya merupakan kekayaan laut pesisir, seperti rumput laut.
Hutan mangrove merupakan salah satu ekosistem alamiah penting yang memiliki
beragam sumber daya. Secara fisik, hutan mangrove menjadi daerah pelindung daratan
dari pengaruh abrasi/ erosi ombak. Secara kimia, mangrove berfungsi sebagai penyari ng
bahan pencemar (polutan) terutama bahanbahan organic dan juga sebagai sumber energi
bagi ketersediaan detritus yang merupakan sumber makanan biota/ organisme perairan
(Aziz 2003).
Hutan mangrove adalah hutan yang dapat tumbuh di daerah pesisir pantai atau hutan
yang dekat dengan muara sungai. Hutan ini merupakan hutan yang dipengaruhi oleh
keberadaan pasang surut air laut. Tumbuhan ini dapat dijumpai di wilayah tropis dan
subtropis yang terlindungi dari hamparan ombak. (Warsidi 2017). Hutan mangrove biasa
disebut sebagai hutan bakau. bakau sendiri hanyalah salah satu tumbuhan yang menyusun
hutan mangrove, dengan jenis Rhizopora spp.
Mangrove berperan penting dalam ekosistem pesisir, baik secara fisik, biologi,
maupun ekonomi, namun kelestariannya terancam akibat tekanan aktivitas manusia
(Valiela et al. 2001). Hutan mangrove yang kompak mampu melindungi pantai dari
kerusakan akibat tsunami (Istiyanto et al .2003; Pratikto et al 2002; Dahdouh-Guebas et
al. 2005; Onrizal 2005; Sharma 2005). Hasil penelitian Pratikto et al. (2002) dan Istiyanto
et al. (2003) menunjukkan bahwa energi gelombang yang sampai di pantai jauh
berkurang setelah melewati tegakan mangrove, sehingga pantai aman dari abrasi. Nontji
(1993) menyatakan bahwa jatuhan serasah mangrove merupakan sumber bahan organik
penting dalam rantai pakan (food chain) di lingkungan perairan yang bisa mencapai 7-8
ton/ha/ tahun. Kerusakan mangrove menyebabkan menurunnya fungsi lindung, biologi
dan pada akhirnya nilai ekonomi yang bisa dicapai juga berkurang.
Ekosistem mangrove sering disebutkan sebagai hutan payau atau hutan bakau.
Ekosistem mangrove merupakan tipe hutan daerah tropis yang khas tumbuh di sepanjang
pantai atau muara sungai yang masih dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Ekosistem
mangrove banyak dijumpai di wilayah pesisir yang terlindungi dari gempuran ombak.
Pengertian ekosistem mangrove secara umum adalah merupakan komunitas vegetasi
pantai tropis yang didominasi oleh beberapa jenis pohon mangrove yang tumbuh dan
berkembang pada daerah pasang surut pantai berlumpur (Bengen 2000).
B. Maksud Dan tujuan Praktikum

Maksud dan tujuan praktikum ini adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk melihat
berbagai macam serta jenis mangrove yang ada di tempat wisata Doe-Doe Kota Sofifi
Serta memberikan kesadaran dan pemahaman terkait dengan pentingnya manfaat
mangrove bagi Mahluk Hidup

C. Manfaat kegiatan

Manfaat dari kegiatan praktikum ini adalah untuk melihat jenis-jenis mangrove dan
hewan-hewan apa saja yang hidup di sekitarnta.
BAB II
TINJAU TEORI
A. Ekosistem Mangrove

Ekosistem Mangrove merupakan ekosistem utama penyusun ekosistem


wilayahpesisir. Hutan mangrove adalah formasi tumbuhan litural yang kerakteristik
terdapatdidaerah tropika dan sub tropika , terhampar disepanjang pesisir (Manan,
1986).Menurut Nybakken (1988), sebutan mangrove atau bakau ditujukan untuk
semuaindividu tumbuhan, sedangkan mangal ditujukan bagi seluruh komunitas atau
asosiasiyang didominasi oleh tumbuhan ini.Hutan mangrove sebagai suatu ekosistem
dansumberdaya alam pemanfaatannya diarahkan untuk kesejahteraan manusia.
Untukmewujudkan pemanfaatannya agar dapat berkelanjutan, maka hutan mangrove
perludijaga keberadaannya (Kusmana, 2005)
Ekosistem hutan mangrove merupakan salah satu ekosistem yang
memilikiproduktivitas tinggi dibandingkan ekosistem lain dengan dekomposisi bahan
organikyang tinggi, dan menjadikannya sebagai mata rantai ekologis yang sangat penting
bagikehidupan mahluk hidup yang berada di perairan sekitarnya. materi
organikmenjadikan hutan mangrove sebagai tempat sumber makanan dan tempat
asuhanberbagai biota seperti ikan, udang dan kepiting. Produksi ikan dan udang di
perairanlaut sangat bergantung dengan produksi serasah yang dihasilkan oleh hutan
mangrove.Berbagai kelompok moluska ekonomis juga sering ditemukan berasosiasi
dengantumbuhan penyusun hutan mangrove

Selain ikan, udang, dan moluska, biota yang juga banyak ditemukan di
perairanpantai mangrove seperti cacing laut ( polychaeta). Polychaeta secara
ekologiberperan penting sebagai makanan hewan dasar seperti ikan dan udang (Bruno
etal., 1998). Pada ekosistem terumbu karang, polychaeta turut menyumbang
kalsiumkarbonat (CaCO3), dan adanya spesies tertentu sepertiCapitella capitata yang
dapat digunakan sebagai indikator pencemaran perairan (Brunoet al., 1998 dalam
Kapludin, 2011).
Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis, yang didominasi
oleh beberapa spesies pohon mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang pada
daerah pasang-surut pantai berlumpur. Komunitas vegetasi ini umumnya tumbuh pada
daerah intertidal dan supratidal yang cukup mendapat aliran air, dan terlindungdari
gelombang besar dan arus pasang surut yang kuat. Ekosistem mangrove
banyakditemukan di pantai-pantai teluk yang dangkal, estuaria, delta dan daerah pantai
yangterlindung (Bengen, 2001)

Keberadaan ekosistem mangrove di Indonesia saat ini benar-benar telah


padaposisi yang sangat menghawatirkan, mengingat untuk pemenuhan keragaman
kebutuhanpenduduk yang jumlahnya makin bertambah pesat ini telah pula merebak ke
wilayahmangrove. Kehidupan modern dan kemudahan aksesibilitas hasil produksi
ekosistemmangrove ke pasaran serta pemanfaatan yang berlebihan tanpa memperhatikan
kaedahkelestarian lingkungan telah mengakibatkan penurunan kuantitas maupun
kualitasnya.Padahal ekosistem mangrove merupakan mintakat peralihan antara daratan
dan lautanyang mempunyai perbedaan sifat lingkungan tajam, yang kelestariannya sangat
rentanterhadap perubahahan lingkungan (Tomlinson, 1986).

Santoso (2006), menyatakan bahwa ruang lingkup mangrove secara keseluruhanmeliputi


ekosistem mangrove yang terdiri atas:

1. Satu atau lebih spesies pohon dan semak belukar yang hidupnya terbatas dihabitat
mangrove (exclusive mangrove).
2. Spesies tumbuhan yang hidupnya di habitat mangrove, namun juga dapat hidup
dihabitat non-mangrove (non-exclusive mangrove).
3. Biota yang berasosiasi dengan mangrove (biota darat dan laut, lumut
kerak,cendawan, ganggang, bakteri dan lain-lain) baik yang hidupnya
menetap,sementara, sekali-sekali, biasa ditemukan, kebetulan maupun khusus hidup
dihabitat mangrove.
4. Proses-proses dalam mempertahankan ekosistem ini, baik yang berada di
daerahbervegetasi maupun di luarnya.
5. Daratan terbuka atau hamparan lumpur yang berada antara batas hutan
sebenarnyadengan laut.
6. Masyarakat yang hidupnya bertempat tinggal dan tergantung pada mangrove
B. Faktor Pembatas
Hutan mangrove yang biasanya juga disebut hutan bakau mempunyaikerakteristik
yang khas, mengingat hidupnya berada di daerah ekotone yaitu perairandan daratan .
Kerakteristik mangrove ini terutama mampu berada pada kondisi salin dantawar. Hutan
mangrove terdapat di daerah pasang surut pantai berlumpur yangterlindungi dari gerakan
gelombang dan dimana ada pasokan air tawar dan partikel-partikel sedimen yang halus
melalui air permukaan. Dalam pertumbuhan mangrovememerlukan suatu kondisi
lingkungan tertentu. Kondisi lingkungan ini sangatmempengaruhi komposisi dan
distribusi serta bentuk pertumbuhan mangrove(Kusmana, 1995).
Menurut Kusmana (1995) kondisi fisik yang jelas nampak di daerah
mangroveadalah gerakan air yang minim. Adanya gerakan air yang minim
mengakibatkanpartikel-partikel sedimen yang halus sampai di daerah mangrove
cenderung mengendapdan mengumpul didasar berupa lumpur halus. Hasilnya berupa
lapisan lumpur yangmenjadi dasar (substrat) hutan. Sirkulasi air dalam dasar (substrat)
yang sangat minimal,ditambah dengan banyaknya bahan organik dan bakteri penyebab
kandungan oksigindidalam dasar juga sangat minim, bahkan mungkin tidak terdapat
oksigen sama sekali didalam substrat
Gerakan yang minim dalam hutan mangrove bertambah lebih kecil lagi
olehpohon-pohon mangrove. Hal ini dikarenakan terdapat jenis-jenis mangrove
yangmempunyai sistem perakaran yang khas berupa akar-akar penyangga yang
memanjangke bawah dari batang pohon. Jumlah akar yang demikian banyak dan padat
didalamhutan mangrove sangat menghambat gerakan air. Kondisi ini mengakibatkan
partikel-partikel akan mengendap disekeliling akar mangrove. Sekali mengendap,
sedimenbiasanya tidak dialirkan lagi oleh gerakan air dalam hutan mangrove. Dengan
carainilah terjadi “tanah timbul“ di pinggir laut yang berbatasan dengan hutan
mangrove,Selanjutnya tanah timbul tersebut dikolonosasi oleh hutan mangrove. Jadi pada
kondisialam tertentu, hutan mangrove dapat menciptakan tanah baru dipinggir laut
(Kusmana,1995).
Faktor berikutnya yang berpengaruh adalah sirkulasi air dalam hutan
mangrove.Pola sirkulasi air alamiah perlu diperhatikan dan sejauh mungkin
dipertahankan. Aliran air ini mengantarkan oksigin dan zat-at hara. Terputusnya suatu
bagian dari hutanmangrove dari sirkulasi air dapat berarti bahwa kolom air diatas substrat
kekuranganoksigen dan berkurangnya zat-zat hara dalam substrat, yang keduanya
dapatmengganggu pertumbuhan pohon mangrove (Kusmana, 1995).
Faktor lain yang perlu diperhatikan adalah pasang surut air laut. Pada waktu
airpasang, melalui arus pasang masuklah air laut dan menyebabkan
meningkatnyasalinitas air hutan mangrove. Pada waktu air surut melalui arus surut, air
dalam hutanmangrove mengalir keluar dan mengalirnya air tawar melalui air permukaan
danmenurunkan salinitas air dalam hutan mangrove. Dengan perkataan lain
pasangsurutnya air dari hutan mangrove, tetapi juga mengakibatkan berfluktuasinya
salinitasair di dalam hutan mangrove. Pada keadaan demikian dimana fluktuasi alami ini
jelasdapat ditoleransi oleh pohon-pohon mangrove asal salinitasnya tidak melebihi
ambangbatas yang diperlukan untuk pertumbuhan pohon-pohon mangrove (Kusmana,
1995).
C. Zonasi Mangrove
Ekosistem mangrove dapat tumbuh dengan baik pada zona pasang-surut disepanjang
garis pantai daerah tropis seperti laguna, rawa, delta, dan muara sungai.Ekosistem
mangrove bersifat kompleks dan dinamis tetapi labil. Kompleks, karena didalam
ekosistem mangrove dan perairan maupun tanah di bawahnya merupakan habitat
berbagai jenis satwa daratan dan biota perairan. Dinamis, karena ekosistem
mangrovedapat terus tumbuh dan berkembang serta mengalami suksesi serta perubahan
zonasisesuai dengan tempat tumbuh. Labil, karena mudah sekali rusak dan sulit untuk
pulih kembali (Kusmana, 1995).
Pertumbuhan mangrove akan menurun jika suplai air tawar dan sedimen
rendah.Keragaman jenis hutan mangrove secara umum relatif rendah jika dibandingkan
denganhutan alam tipe lainnya, hal ini disebabkan oleh kondisi lahan hutan mangrove
yangsenantiasa atau secara periodik digenangi oleh air laut, sehingga mempunyai
salinitasyang tinggi dan berpengaruh terhadap keberadaan jenisnya. Jenis yang dapat
tumbuhpada ekosistem mangrove adalah jenis halofit, yaitu jenis-jenis tegakan yang
mampubertahan pada tanah yang mengandung garam dari genangan air laut. Kondisi-
kondisi
Menurut Bengen dan Dutton (2004) dalam Northcote dan Hartman (2004)
zonasimangrove dipengaruhi oleh salinitas, toleransi terhadap ombak dan angin,
toleransiterhadap lumpur (keadaan tanah), frekuensi tergenang oleh air laut. Zonasi
yangmenggambarkan tahapan suksesi yang sejalan dengan perubahan tempat
tumbuh.Perubahan tempat tumbuh sangat bersifat dinamis yang disebabkan oleh
lajupengendapan atau pengikisan. Daya adaptasi tiap jenis akan menentukan komposisi
jenis tiap zonasi.
BAB III
METODE PENGAMATAN

A. Waktu dan Tempat


Kegiatan praktikum dilakukan pada hari sabtu, Oleh mahasiswa program studi
pendidikan biologi dilaksankan selama 1 hari pada sabtu 18 oktober 2023 pukul
07:00 – 02:00 Di tempat wisata Doe-Doe goraping kota sofifi.
B. Alat dan Bahan
No Nama Alat Fungsinya
1. Alat tulis Untuk Mencatat hasil dari praktikum
2. Camera hp Untuk Mengambil Dokumentasi
3. Mistar kain Untuk Mengukur keliling batang mangrove
4. Teosester Untuk mengukur ph tanah
5. Termometer Untuk mengukur sanitasi Air
C. Cara kerja
1. Amatilah kehidupan yang ada dihutan mangrove
2. Tentukan jenis tumbuhan dan hewan apa saja yang anda temukan hidup di
hutan mangrove
3. Kemudian lakukan pengamatan yang meliputi tumbuhan dan hewan, catat jenis
tumbuhan, hitung jumlah individu setiap jenisnya, ukurlah lingkaran batang,
setinggi dada untuk setiap individu jenis serta catat semua jenis hewan yang
teramati maupun kejadian yang anda amati tersebut kedalam kerja buku
lapangan
4. Ukurlah Ph tanah dan salintasi Air di hutan mangrove tersebut
5. Amati pula kondisi hutan mangrove yang dapat dikelola menjadi objek wisata
(wanawisata)
6. Catat sarana dan prasarana yang menjadi factor pendukung untuk
pengembangan hutan mangrove sebagai sebuah objek wisata
7. Dari sejumlah sarana yang dimiliki tersebut, tentukan sala satu factor yang
mengjadi penentu (factor kunci)mdalam pengembangnya sebagai suatu objek
wisata pada daera tersebut.
8. Simpulkan hasil pengamtan anda buat laporan tersebut secara individu
D. Kegiatan
Kegiatan dilaksanakan di Sofifi khususnya wisata doe-doe Guraping Kota Tidore
Kepulauan yang beranggota teman-teman sebanyak 13 orang adapun nama-nama
mahasiswa sebagai berikut:
1. Ratih Sardi
2. Lasmini Nurdin
3. Endang Udin
4. Mahyono Hasanudin
5. Imaniar Balulu
6. Santi Amin
7. Najira Hi. Abubakar
8. Rusnawati Amin
9. Nelly Ardiani Drakel
10. Eka Febriani A. Madion
11. Rahayu Naser
12. Firga Imran Menang
13. Mutia Sari Capalulu
Dengan dosen pengampu mata kuliah ekologi lahan basah yakni Prof. Dr. Abdulrasyid
Tolangara M.Si untuk mendampingi kami praktikum sebagaimana mestinya.
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Hasil pengamatan Mangrove

No Plot Jenis-jenis mangrove KB Ket


1. 1 Avicennia marina 21 cm  Batang berlubang
2. 1 Rhizophora mucronata 21 cm  Batang berlubang
3. II Sonneratia caseolaris 25 cm  Buah bentuk bulat
4. III Bruguiera gymnorrhiza 27 cm  Akar berbentuk lutut

pH Tanah Gambar Salinitas Air Gambar


pH :5,6 Salinitas: 30
Kelembapan: 50 Kategori: Asin
Kategori: Asam

1. Avicennia Marina (Api-api Putih)


Sebagai salah satu spesies dari hutan mangrove, pohon ini memiliki habitat di sekitar laut atau
pun pesisir pantai. Selain itu, api-api putih dapat ditemukan juga pada rawa dengan air tawar,
pesisir pantai yang berlumpur atau daerah mangrove serta pada daerah dengan kandungan
garamtinggi
Klasifikasi Api-api Putih

Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Lamiales
Famili : Verbenaceae
Genus : Avicennia
Spesies : Avicennia marina

Pohon api-api memiliki beberapa ciri, antara lain memiliki akar napas yakni akar
percabangan yang tumbuh dengan jarak teratur secara vertikal dari akar horizontal yang
terbenam di dalam tanah. Reproduksinya bersifat kryptovivipary, yaitu biji tumbuh keluar
dari kulit biji saat masih menggantung pada tanaman induk, tetapi tidak tumbuh keluar
menembus buah sebelum biji jatuh ke tanah. Buah berbentuk bulir seperti mangga, ujung
buah tumpul dan panjang 1 cm, daun berbentuk elips dengan ujung tumpul dan panjang
daun sekitar 7 cm, lebar daun 3-4 cm, keliling batang sekitaran 21 cm, permukaan atas daun
berwarna hijau mengkilat dan permukaan bawah berwarna hijau abu-abu dan suram.
Bentuknya semak atau pohon dengan tinggi 12 m dan kadang-kadang mencapai 20 m,
memiliki akar napas yang berbentuk seperti pensil, bunga bertipe majemuk dengan 8-14
bunga setiap tangkai. Bentuk buah seperti kacang, tumbuh pada tanah berlumpur, daerah
tepi sungai, daerah kering serta toleran terhadap salinitas yang sangat tinggi.
2. Rhizophora apiculata
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Classis : Magnoliopsida
Ordo : Myrtales
Family : Rhizophoraceae
Genus : Rhizophora
Species : Rhizophora apiculata

Rhizophora apiculata adalah salah satu jenis tanaman mangrove yang termasuk dalam
family Rhizophorazceae. Rhizophora apiculata biasanya tumbuh pada tanah berlumpur,
halus dan tergenang pada saat pasang normal dan lebih menyukai perairan pasang surut yang
memiliki pengaruh masukan air tawar yang kuat secara permanen. Rhizophora apiculata
termasuk dalam mangrove sejati yang artinya adalah kelompok jenis tumbuhan mangrove
yang membentuk tegakan murni atau mendominasi dalam komunitas mangrove dan
memiliki akar napas. Daerah penyebarannya Srilanka, Malaysia, Indonesia hingga Australia
tropis dan Kepulauan Pasifik (Santoso et al., 2015).
Tanaman bakau Rhizophora apiculata mempunyai panjang tangkai 17- 35 mm, daun
berwarna hijau mengkilap dan berbentuk lonjong. Menurut Florafaunaweb.nparks.gov.sg
(2013), pohon mangrove tegak berukuran besar sampai tumbuh atau di atas 30 m, mahkota
berbentuk kerucut, batang mencapai diameter hingga 21cm, kulit kayu berwarna abu-abu
gelap, akar mencolok membentang hingga 5 m sampai batang, terkadang memiliki akar
udara dari cabang-cabangnya, daun hijau gelap, halus dan kasar adalah elips dengan margin
daun keseluruhan dan tangkai daun kemerahan, berukuran 7 - 19 x 3,5 - 8 cm.
3. Sonnerita Caseolaris
Hutan mangrove banyak ditemukan di pantai – pantai teluk yang dangkal, estuaria,
delta dan daerah pantai yang terlindungi. Menurut Nybakken (1992), hutan mangrove
adalah sebutan umum yang digunakan untuk menggambarkan suatu varietas komunitas
pantai tropik yang didominasi oleh beberapa spesies pohon-pohon yang khas atau
semaksemak yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh dalam perairan asin. Hutan
mangrove meliputi pohon-pohon dan semak yang tergolong ke dalam 8 famili, dan terdiri
atas 12 genera tumbuhan berbunga : Avicennie, Sonneratia, Rhyzophora, Bruguiera,
Ceriops, Xylocarpus, Lummitzera, Laguncularia, Aegiceras, Aegiatilis, Snaeda, dan
Conocarpus (Bengen, 2002).
Fungsi ekologis hutan mangrove adalah (Santoso dan H.W. Arifin, 1998) adalah
sebagai pelindung garis pantai dari abrasi, mempercepat perluasan pantai melalui
pengendapan, mencegah intrusi air laut ke daratan, tempat berpijah aneka biota laut,
tempat berlindung dan berkembangbiak berbagai jenis burung, mamalia, reptil, dan
serangga dan sebagai pengatur iklim mikro.
Menurut Tomlinson (1986) dalam Sunyoto dkk (2008),
klasifikasi dari Sonneratia sp. adalah sebagai berikut :
Phyllum : Anthophyta
Kelas : Angiospermae
Ordo : Myrtales
Famili : Sonneratiaceae
Genus : Sonneratia
Species : Sonneratia sp
Ahmed et al., (2010) menyatakan bahwa terdapat lima spesies pohon mangrove dari
genus Sonneratia, yaitu: Sonneratia alba, Sonneratia caseolaris,Sonneratia ovate,
Sonneratia apetala dan Sonneratia laceolata. Tanaman ini memiliki daun berbentuk elips
dan ujungnya memanjang dengan tulang daun berbentuk menjari. Buah tersebut tidak
beracun dan dapat dikonsumsi secara langsung.
Jenis spesies yang sering dijumpai adalah Sonneratia alba dan Sonneratia caseolaris
dan umumnya pohon ini tinnginya mencapai 15 m. Bentuk daun pada Sonneratia
berbentuk bulat dan berpasangan pada cabangnya, dengan panjang sekitar 7 cm. Pada
bagian ujung daun agak melengkung ke bawah (Bengen, 2002).
Sifat bunga pada jenis ini terdiri dari bunga bergelantungan dengan panjang tangkai
antara 9-25 mm. Bunga terletak diketiak daun dan menggantung. Formasinya sendiri-
sendiri dengan daun mahkota berjumlah 10-14 berwarna putih dan coklat jika sudah tua
dengan panjang 13-16 mm. Kelopak bunga berjumlah 10-14 dengan warna merah muda
hingga merah dan panjangnya berkisar antara 30-50 mm.
Panjangnya berkisar antara 30-50 mm Bentuk buah yang khas yaitu buah melingkar
spiral, bundar melingkar dengan panjang antara 2-2,5 cm. Hipokotil lurus, tumpul dan
berwarna hiaju tua keunguan. Panjang hipokotil antara 12-30 cm dan diameternya 1,5 – 2
cm.
Buah pedada (Sonneratia caseolaris) memiliki kandungan gizi yang tinggi dan dapat
dimanfaatkan sebagai sumber pangan (Septiadi, 2010). Kandungan gizi pada 100 gr buah
yaitu vitamin A 221,97 IU, vitamin B 5,04 mg, vitamin B2 7,65 mg dan vitamin C 56,74
mg. Hasil analisis pada penelitian lain menunjukkan kadar proksimat pada buah pedada
yaitu: kadar air (bb) 84,76%, kadar abu (bk) 8,4%, kadar lemak(bk) 4,82%, kadar protein
(bk) 9,21% dan kadar karbohidrat (bk)77,57% (Manalu, 2011; Manalu et al, 2013). Buah
pedada juga memiliki kandungan fitokimia seperti steroid, tripenoid dan flavonoid.
Senyawa fitokimia seperti flavanoid merupakan antioksidan yang menetralisir radikal
bebas yang menyerang sel-sel tubuh kita, radikal bebas tersebut dapat menyebabkan
kanker, penyakit jantung dan penuaan dini (Ahmed et al, 2010). Buah pedada memiliki
kandungan vitamin C yang tinggi. Vitamin C memiliki peran penting dalam homeostasis
sel,bertindak sebagai antioksidan kuat serta modulator positif diferensiasi sel (Daniel et
al, 2013). Buah pedada berpotensi sebagai antioksidan dan juga memiliki kandungan gizi
yang tinggi (Ramadani et al.2020).
Buah Sonneratia caseolaris telah banyak diolah untuk dijadikan beberapa produk
pangan seperti jenang,dodol, selai dan sirup. Produk sirup lebih banyak disukai
mengingat iklim tropis kita yang memungkinkan orang lebih memilih minuman segar
daripada makanan manis.
Matute et al. (2010) menyatakan bahwa sirup merupakan produk tradisional
berbentuk cairan kental yang diperoleh dari pemanasan bubur buah. Sirup yang
menggunakan bahan baku buah pedada sudah diproduksi di beberapa daerah pesisir,
namun produksi sirup tersebut masih tingkat industri rumah tangga.
4. Bruguiera gymnorrhiza
Tumbuhan Tancang (Bruguiera gymnorrhiza) dikenal dengan nama yang berbeda-
beda dari berbagai daerah tertentu.Beberapa nama lain dari Bruguiera gymnorrhiza,
yakni taheup/tenggel (daerah Aceh); kandeka/tinjang merah (daerah Jakarta); putut/tumu
(daerah Riau); lindur/tanjang merah (daerah Bali); bangko(daerah NTT); salak-
salak/totongkek (daerah NTB); tancang (daerah Jawa Barat);tancang/tumu (daerah Jawa
Tengah);tancang/putut (daerah Jawa Timur); lindur(daerah Madura); tokke-tokke/sala-
sala/tancang/tokke (daerah Sulawesi Selatan);dan mulut besar (daerah Kalimantan
Timur) (Supriatna & Safari, 2009).
Tumbuhan ini merupakan salah satu jenis pohon yang memiliki ketinggian kadang-
kadang mencapai 30 m. Pada bagian kulit kayu terdapat lentisel, permukaan batang
halus hingga kasar, memiliki warna abu-abu tua sampai dengan coklat. Akar tumbuhan
ini terlihat seperti papan yang melebar kesamping di bagian pangkal pohon, juga
terdapat sejumlah akar lutut. Selain itu,tumbuhan ini juga memiliki daun seperti kulit,
berwarna hijau pada bagian atas dan hijau kekuningan pada bagian bawahnya, ada yang
memiliki bercak-bercak hitam dan ada juga yang tidak memiliki bercak (Noor et al.,
2006).
Tumbuhan Bruguiera gymnorrhiza merupakan jenis tumbuhan mangrove yang
memiliki potensi senyawa bioaktif serta bersifat sebagai sumber antimikroba alami
sehingga dapat digunakan untuk mengawetkan produk perikanan (Hastarini, et al, 2014).
Dari segi pendidikan, tumbuhan ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar, objek
penelitian dan pengamatan langsung untuk memudahkan peserta didik dalam memahami
materi yang diajarkan. Hal ini sesuai dengan materi keanekaragaman hayati yang sulit
dipahami jika mempelajarinya hanya dengancara menjelaskan objek tanpa melakukan
pengamatan atau melihat contoh secara langsung. Dengan demikian diterapkanlah
konsep dari pembelajaran kontekstual yang menjadikan lingkungan sekitar sebagai
sumber belajar.
lampiran
Dokumentasi dengan pembina
DAFTAR PUSTAKA

Alimul, Aziz. 2003. Riset Keperawatan Dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba
Medika.

Arsono, Yudho Dito, And Hastarini Dwi Atmanti 2014. Pengaruh Variabel Pendidikan,
Pengangguran, Rasio Gini, Usia, Dan Jumlah Polisi Perkapita Terhadap Angka
Kejahatan Properti Di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010-2012. Diss. Fakultas
Ekonomika dan Bisnis, 2014

Bengen DG. 2001. Sinopsis Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir dan Laut. Pusat
Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Dahdouh-Guebas F. 2002. The use of remote sensing and GIS in the sustainable
management of tropical coastal ecosystems. Environ Develop Sustain. 4:93– 112.
Doi:10.1023/A:102088720428 5.

Istiyanto, S.B dan Syafei M. 2003. Jurnal : Studi Kompratif Srategi Komunikasi Rumah
Sakit Umum Daerah Banyumas dan Rumah Sakit Margono Soekarjo Purwokerto
Terhadap Penyembuhan Pasien.

Kusmana, C. 1995. Manajemen Hutan Mangrove di Indonesia.. Bogor: Laboratorium


Ekologi Hutan, Fakultas Kehutanan IPB

Kusmana, C. 2005. Rencana Rehabilitasi Hutan Mangrove dan Hutan Pantai Pasca
Tsunami di NAD dan Nias. Makalah dalam Lokakarya Hutan Mangrove Pasca
Tsunami. Medan.

Noor, Y. R., M. Khazali dan I. N. N. Suryadiputra. 2006. Panduan Pengenalan


Mangrove di Indonesia.. Bogor. Wetlands International.

Pratikto WA, Suntoyo, Simbodho K, Sholihin, Taufik, Yahya D. 2002 Perencanaan


Perlindungan Pantai Alami untuk Mengurangi Resiko Terhadap Bahaya Tsunami.
Makalah Lokakarya Nasional Pengelolaan Ekosistem Mangrove. Jakarta, 6-7
Agustus 2002. Jakarta: Departemen dan Perikanan (DKP).

Ramadhani, Ayu Rizki. 2020. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Preferensi


Konsumen pada Go-Pay di Kota Medan. Universitas Sumatera Utara.

Santoso,2006. Teknologi pengawetan bahan segar. Laboratorium Kimia Pangan Faperta


Uwiga Malang
Supriatna, 2009 Konsep Dasar Desain Pembelajaran Bahan ajar untuk Diklat
ETraining PPPPTK TK dan PLB. Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan
Pendidik dan Tenaga Kependidikan Taman Kanak Kanak dan Pendidikan Luar
Bias.

Tomlinson 1986 dan Field 1995 dalam Onrizal 1980. The Botany of Manggrove.
Cambridge University Press. UK

Warsidi, Edi. (Ed.). 2017. Karakter Percaya Diri. Jakarta: PT Intimedia Ciptanusantara.

Anda mungkin juga menyukai