UNIVERSITAS KHAIRUN
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan kegiatan
praktikum ini dengan baik, laporan praktikum ini dibuat sebagai bentuk tanggung jawab
terhadap pelaksanaan kegiatan yang sudah dilakukan dengan baik.
Saya juga mengucapkan banyak terimakasih kepada berbagai pihak yang telah banyak
memberikan bantuan baik moril maupun materil sehingga kegiatan ini dapat berjalan dengan
baik dan sukses. Saya juga menyampaikan terima kasih kepada Dosen pengampuh Bapak Prof.
Dr. A. R. Tolangara M.Si. yang membantu dalam penyelenggaraan kegiatan praktikum hingga
pada penyusunan laporan ini. Saya pun menyadari dengan sepenuhnya bahwa dalam laporan ini
masih banyak terdapat kekurangan dan keterbatasan, dikarenakan terbatasnya pengalaman dan
pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami mengaharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun dari pembaca demi kesempurnaan laporan pengabdian ini.
Akhir kata kami berharap semoga laporan pratikum ini dapat bermanfaat bagi semua
orang
Ratih Sardi
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang.........................................................................................................
B. Maksud Dan Tujuan Praktikum..............................................................................
C. Manfaat Kegiatan ...................................................................................................
A. Ekosistem Mangrove……………………………………………………………
B. Faktor Pembatas……………………………………………………………….
C. Zonasi Mangrove ....................................................................................................
D. Kegiatan ...................................................................................................................
DAFTAR RUJUKAN…………………………………………………………………..
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Maksud dan tujuan praktikum ini adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk melihat
berbagai macam serta jenis mangrove yang ada di tempat wisata Doe-Doe Kota Sofifi
Serta memberikan kesadaran dan pemahaman terkait dengan pentingnya manfaat
mangrove bagi Mahluk Hidup
C. Manfaat kegiatan
Manfaat dari kegiatan praktikum ini adalah untuk melihat jenis-jenis mangrove dan
hewan-hewan apa saja yang hidup di sekitarnta.
BAB II
TINJAU TEORI
A. Ekosistem Mangrove
Selain ikan, udang, dan moluska, biota yang juga banyak ditemukan di
perairanpantai mangrove seperti cacing laut ( polychaeta). Polychaeta secara
ekologiberperan penting sebagai makanan hewan dasar seperti ikan dan udang (Bruno
etal., 1998). Pada ekosistem terumbu karang, polychaeta turut menyumbang
kalsiumkarbonat (CaCO3), dan adanya spesies tertentu sepertiCapitella capitata yang
dapat digunakan sebagai indikator pencemaran perairan (Brunoet al., 1998 dalam
Kapludin, 2011).
Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis, yang didominasi
oleh beberapa spesies pohon mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang pada
daerah pasang-surut pantai berlumpur. Komunitas vegetasi ini umumnya tumbuh pada
daerah intertidal dan supratidal yang cukup mendapat aliran air, dan terlindungdari
gelombang besar dan arus pasang surut yang kuat. Ekosistem mangrove
banyakditemukan di pantai-pantai teluk yang dangkal, estuaria, delta dan daerah pantai
yangterlindung (Bengen, 2001)
1. Satu atau lebih spesies pohon dan semak belukar yang hidupnya terbatas dihabitat
mangrove (exclusive mangrove).
2. Spesies tumbuhan yang hidupnya di habitat mangrove, namun juga dapat hidup
dihabitat non-mangrove (non-exclusive mangrove).
3. Biota yang berasosiasi dengan mangrove (biota darat dan laut, lumut
kerak,cendawan, ganggang, bakteri dan lain-lain) baik yang hidupnya
menetap,sementara, sekali-sekali, biasa ditemukan, kebetulan maupun khusus hidup
dihabitat mangrove.
4. Proses-proses dalam mempertahankan ekosistem ini, baik yang berada di
daerahbervegetasi maupun di luarnya.
5. Daratan terbuka atau hamparan lumpur yang berada antara batas hutan
sebenarnyadengan laut.
6. Masyarakat yang hidupnya bertempat tinggal dan tergantung pada mangrove
B. Faktor Pembatas
Hutan mangrove yang biasanya juga disebut hutan bakau mempunyaikerakteristik
yang khas, mengingat hidupnya berada di daerah ekotone yaitu perairandan daratan .
Kerakteristik mangrove ini terutama mampu berada pada kondisi salin dantawar. Hutan
mangrove terdapat di daerah pasang surut pantai berlumpur yangterlindungi dari gerakan
gelombang dan dimana ada pasokan air tawar dan partikel-partikel sedimen yang halus
melalui air permukaan. Dalam pertumbuhan mangrovememerlukan suatu kondisi
lingkungan tertentu. Kondisi lingkungan ini sangatmempengaruhi komposisi dan
distribusi serta bentuk pertumbuhan mangrove(Kusmana, 1995).
Menurut Kusmana (1995) kondisi fisik yang jelas nampak di daerah
mangroveadalah gerakan air yang minim. Adanya gerakan air yang minim
mengakibatkanpartikel-partikel sedimen yang halus sampai di daerah mangrove
cenderung mengendapdan mengumpul didasar berupa lumpur halus. Hasilnya berupa
lapisan lumpur yangmenjadi dasar (substrat) hutan. Sirkulasi air dalam dasar (substrat)
yang sangat minimal,ditambah dengan banyaknya bahan organik dan bakteri penyebab
kandungan oksigindidalam dasar juga sangat minim, bahkan mungkin tidak terdapat
oksigen sama sekali didalam substrat
Gerakan yang minim dalam hutan mangrove bertambah lebih kecil lagi
olehpohon-pohon mangrove. Hal ini dikarenakan terdapat jenis-jenis mangrove
yangmempunyai sistem perakaran yang khas berupa akar-akar penyangga yang
memanjangke bawah dari batang pohon. Jumlah akar yang demikian banyak dan padat
didalamhutan mangrove sangat menghambat gerakan air. Kondisi ini mengakibatkan
partikel-partikel akan mengendap disekeliling akar mangrove. Sekali mengendap,
sedimenbiasanya tidak dialirkan lagi oleh gerakan air dalam hutan mangrove. Dengan
carainilah terjadi “tanah timbul“ di pinggir laut yang berbatasan dengan hutan
mangrove,Selanjutnya tanah timbul tersebut dikolonosasi oleh hutan mangrove. Jadi pada
kondisialam tertentu, hutan mangrove dapat menciptakan tanah baru dipinggir laut
(Kusmana,1995).
Faktor berikutnya yang berpengaruh adalah sirkulasi air dalam hutan
mangrove.Pola sirkulasi air alamiah perlu diperhatikan dan sejauh mungkin
dipertahankan. Aliran air ini mengantarkan oksigin dan zat-at hara. Terputusnya suatu
bagian dari hutanmangrove dari sirkulasi air dapat berarti bahwa kolom air diatas substrat
kekuranganoksigen dan berkurangnya zat-zat hara dalam substrat, yang keduanya
dapatmengganggu pertumbuhan pohon mangrove (Kusmana, 1995).
Faktor lain yang perlu diperhatikan adalah pasang surut air laut. Pada waktu
airpasang, melalui arus pasang masuklah air laut dan menyebabkan
meningkatnyasalinitas air hutan mangrove. Pada waktu air surut melalui arus surut, air
dalam hutanmangrove mengalir keluar dan mengalirnya air tawar melalui air permukaan
danmenurunkan salinitas air dalam hutan mangrove. Dengan perkataan lain
pasangsurutnya air dari hutan mangrove, tetapi juga mengakibatkan berfluktuasinya
salinitasair di dalam hutan mangrove. Pada keadaan demikian dimana fluktuasi alami ini
jelasdapat ditoleransi oleh pohon-pohon mangrove asal salinitasnya tidak melebihi
ambangbatas yang diperlukan untuk pertumbuhan pohon-pohon mangrove (Kusmana,
1995).
C. Zonasi Mangrove
Ekosistem mangrove dapat tumbuh dengan baik pada zona pasang-surut disepanjang
garis pantai daerah tropis seperti laguna, rawa, delta, dan muara sungai.Ekosistem
mangrove bersifat kompleks dan dinamis tetapi labil. Kompleks, karena didalam
ekosistem mangrove dan perairan maupun tanah di bawahnya merupakan habitat
berbagai jenis satwa daratan dan biota perairan. Dinamis, karena ekosistem
mangrovedapat terus tumbuh dan berkembang serta mengalami suksesi serta perubahan
zonasisesuai dengan tempat tumbuh. Labil, karena mudah sekali rusak dan sulit untuk
pulih kembali (Kusmana, 1995).
Pertumbuhan mangrove akan menurun jika suplai air tawar dan sedimen
rendah.Keragaman jenis hutan mangrove secara umum relatif rendah jika dibandingkan
denganhutan alam tipe lainnya, hal ini disebabkan oleh kondisi lahan hutan mangrove
yangsenantiasa atau secara periodik digenangi oleh air laut, sehingga mempunyai
salinitasyang tinggi dan berpengaruh terhadap keberadaan jenisnya. Jenis yang dapat
tumbuhpada ekosistem mangrove adalah jenis halofit, yaitu jenis-jenis tegakan yang
mampubertahan pada tanah yang mengandung garam dari genangan air laut. Kondisi-
kondisi
Menurut Bengen dan Dutton (2004) dalam Northcote dan Hartman (2004)
zonasimangrove dipengaruhi oleh salinitas, toleransi terhadap ombak dan angin,
toleransiterhadap lumpur (keadaan tanah), frekuensi tergenang oleh air laut. Zonasi
yangmenggambarkan tahapan suksesi yang sejalan dengan perubahan tempat
tumbuh.Perubahan tempat tumbuh sangat bersifat dinamis yang disebabkan oleh
lajupengendapan atau pengikisan. Daya adaptasi tiap jenis akan menentukan komposisi
jenis tiap zonasi.
BAB III
METODE PENGAMATAN
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Lamiales
Famili : Verbenaceae
Genus : Avicennia
Spesies : Avicennia marina
Pohon api-api memiliki beberapa ciri, antara lain memiliki akar napas yakni akar
percabangan yang tumbuh dengan jarak teratur secara vertikal dari akar horizontal yang
terbenam di dalam tanah. Reproduksinya bersifat kryptovivipary, yaitu biji tumbuh keluar
dari kulit biji saat masih menggantung pada tanaman induk, tetapi tidak tumbuh keluar
menembus buah sebelum biji jatuh ke tanah. Buah berbentuk bulir seperti mangga, ujung
buah tumpul dan panjang 1 cm, daun berbentuk elips dengan ujung tumpul dan panjang
daun sekitar 7 cm, lebar daun 3-4 cm, keliling batang sekitaran 21 cm, permukaan atas daun
berwarna hijau mengkilat dan permukaan bawah berwarna hijau abu-abu dan suram.
Bentuknya semak atau pohon dengan tinggi 12 m dan kadang-kadang mencapai 20 m,
memiliki akar napas yang berbentuk seperti pensil, bunga bertipe majemuk dengan 8-14
bunga setiap tangkai. Bentuk buah seperti kacang, tumbuh pada tanah berlumpur, daerah
tepi sungai, daerah kering serta toleran terhadap salinitas yang sangat tinggi.
2. Rhizophora apiculata
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Classis : Magnoliopsida
Ordo : Myrtales
Family : Rhizophoraceae
Genus : Rhizophora
Species : Rhizophora apiculata
Rhizophora apiculata adalah salah satu jenis tanaman mangrove yang termasuk dalam
family Rhizophorazceae. Rhizophora apiculata biasanya tumbuh pada tanah berlumpur,
halus dan tergenang pada saat pasang normal dan lebih menyukai perairan pasang surut yang
memiliki pengaruh masukan air tawar yang kuat secara permanen. Rhizophora apiculata
termasuk dalam mangrove sejati yang artinya adalah kelompok jenis tumbuhan mangrove
yang membentuk tegakan murni atau mendominasi dalam komunitas mangrove dan
memiliki akar napas. Daerah penyebarannya Srilanka, Malaysia, Indonesia hingga Australia
tropis dan Kepulauan Pasifik (Santoso et al., 2015).
Tanaman bakau Rhizophora apiculata mempunyai panjang tangkai 17- 35 mm, daun
berwarna hijau mengkilap dan berbentuk lonjong. Menurut Florafaunaweb.nparks.gov.sg
(2013), pohon mangrove tegak berukuran besar sampai tumbuh atau di atas 30 m, mahkota
berbentuk kerucut, batang mencapai diameter hingga 21cm, kulit kayu berwarna abu-abu
gelap, akar mencolok membentang hingga 5 m sampai batang, terkadang memiliki akar
udara dari cabang-cabangnya, daun hijau gelap, halus dan kasar adalah elips dengan margin
daun keseluruhan dan tangkai daun kemerahan, berukuran 7 - 19 x 3,5 - 8 cm.
3. Sonnerita Caseolaris
Hutan mangrove banyak ditemukan di pantai – pantai teluk yang dangkal, estuaria,
delta dan daerah pantai yang terlindungi. Menurut Nybakken (1992), hutan mangrove
adalah sebutan umum yang digunakan untuk menggambarkan suatu varietas komunitas
pantai tropik yang didominasi oleh beberapa spesies pohon-pohon yang khas atau
semaksemak yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh dalam perairan asin. Hutan
mangrove meliputi pohon-pohon dan semak yang tergolong ke dalam 8 famili, dan terdiri
atas 12 genera tumbuhan berbunga : Avicennie, Sonneratia, Rhyzophora, Bruguiera,
Ceriops, Xylocarpus, Lummitzera, Laguncularia, Aegiceras, Aegiatilis, Snaeda, dan
Conocarpus (Bengen, 2002).
Fungsi ekologis hutan mangrove adalah (Santoso dan H.W. Arifin, 1998) adalah
sebagai pelindung garis pantai dari abrasi, mempercepat perluasan pantai melalui
pengendapan, mencegah intrusi air laut ke daratan, tempat berpijah aneka biota laut,
tempat berlindung dan berkembangbiak berbagai jenis burung, mamalia, reptil, dan
serangga dan sebagai pengatur iklim mikro.
Menurut Tomlinson (1986) dalam Sunyoto dkk (2008),
klasifikasi dari Sonneratia sp. adalah sebagai berikut :
Phyllum : Anthophyta
Kelas : Angiospermae
Ordo : Myrtales
Famili : Sonneratiaceae
Genus : Sonneratia
Species : Sonneratia sp
Ahmed et al., (2010) menyatakan bahwa terdapat lima spesies pohon mangrove dari
genus Sonneratia, yaitu: Sonneratia alba, Sonneratia caseolaris,Sonneratia ovate,
Sonneratia apetala dan Sonneratia laceolata. Tanaman ini memiliki daun berbentuk elips
dan ujungnya memanjang dengan tulang daun berbentuk menjari. Buah tersebut tidak
beracun dan dapat dikonsumsi secara langsung.
Jenis spesies yang sering dijumpai adalah Sonneratia alba dan Sonneratia caseolaris
dan umumnya pohon ini tinnginya mencapai 15 m. Bentuk daun pada Sonneratia
berbentuk bulat dan berpasangan pada cabangnya, dengan panjang sekitar 7 cm. Pada
bagian ujung daun agak melengkung ke bawah (Bengen, 2002).
Sifat bunga pada jenis ini terdiri dari bunga bergelantungan dengan panjang tangkai
antara 9-25 mm. Bunga terletak diketiak daun dan menggantung. Formasinya sendiri-
sendiri dengan daun mahkota berjumlah 10-14 berwarna putih dan coklat jika sudah tua
dengan panjang 13-16 mm. Kelopak bunga berjumlah 10-14 dengan warna merah muda
hingga merah dan panjangnya berkisar antara 30-50 mm.
Panjangnya berkisar antara 30-50 mm Bentuk buah yang khas yaitu buah melingkar
spiral, bundar melingkar dengan panjang antara 2-2,5 cm. Hipokotil lurus, tumpul dan
berwarna hiaju tua keunguan. Panjang hipokotil antara 12-30 cm dan diameternya 1,5 – 2
cm.
Buah pedada (Sonneratia caseolaris) memiliki kandungan gizi yang tinggi dan dapat
dimanfaatkan sebagai sumber pangan (Septiadi, 2010). Kandungan gizi pada 100 gr buah
yaitu vitamin A 221,97 IU, vitamin B 5,04 mg, vitamin B2 7,65 mg dan vitamin C 56,74
mg. Hasil analisis pada penelitian lain menunjukkan kadar proksimat pada buah pedada
yaitu: kadar air (bb) 84,76%, kadar abu (bk) 8,4%, kadar lemak(bk) 4,82%, kadar protein
(bk) 9,21% dan kadar karbohidrat (bk)77,57% (Manalu, 2011; Manalu et al, 2013). Buah
pedada juga memiliki kandungan fitokimia seperti steroid, tripenoid dan flavonoid.
Senyawa fitokimia seperti flavanoid merupakan antioksidan yang menetralisir radikal
bebas yang menyerang sel-sel tubuh kita, radikal bebas tersebut dapat menyebabkan
kanker, penyakit jantung dan penuaan dini (Ahmed et al, 2010). Buah pedada memiliki
kandungan vitamin C yang tinggi. Vitamin C memiliki peran penting dalam homeostasis
sel,bertindak sebagai antioksidan kuat serta modulator positif diferensiasi sel (Daniel et
al, 2013). Buah pedada berpotensi sebagai antioksidan dan juga memiliki kandungan gizi
yang tinggi (Ramadani et al.2020).
Buah Sonneratia caseolaris telah banyak diolah untuk dijadikan beberapa produk
pangan seperti jenang,dodol, selai dan sirup. Produk sirup lebih banyak disukai
mengingat iklim tropis kita yang memungkinkan orang lebih memilih minuman segar
daripada makanan manis.
Matute et al. (2010) menyatakan bahwa sirup merupakan produk tradisional
berbentuk cairan kental yang diperoleh dari pemanasan bubur buah. Sirup yang
menggunakan bahan baku buah pedada sudah diproduksi di beberapa daerah pesisir,
namun produksi sirup tersebut masih tingkat industri rumah tangga.
4. Bruguiera gymnorrhiza
Tumbuhan Tancang (Bruguiera gymnorrhiza) dikenal dengan nama yang berbeda-
beda dari berbagai daerah tertentu.Beberapa nama lain dari Bruguiera gymnorrhiza,
yakni taheup/tenggel (daerah Aceh); kandeka/tinjang merah (daerah Jakarta); putut/tumu
(daerah Riau); lindur/tanjang merah (daerah Bali); bangko(daerah NTT); salak-
salak/totongkek (daerah NTB); tancang (daerah Jawa Barat);tancang/tumu (daerah Jawa
Tengah);tancang/putut (daerah Jawa Timur); lindur(daerah Madura); tokke-tokke/sala-
sala/tancang/tokke (daerah Sulawesi Selatan);dan mulut besar (daerah Kalimantan
Timur) (Supriatna & Safari, 2009).
Tumbuhan ini merupakan salah satu jenis pohon yang memiliki ketinggian kadang-
kadang mencapai 30 m. Pada bagian kulit kayu terdapat lentisel, permukaan batang
halus hingga kasar, memiliki warna abu-abu tua sampai dengan coklat. Akar tumbuhan
ini terlihat seperti papan yang melebar kesamping di bagian pangkal pohon, juga
terdapat sejumlah akar lutut. Selain itu,tumbuhan ini juga memiliki daun seperti kulit,
berwarna hijau pada bagian atas dan hijau kekuningan pada bagian bawahnya, ada yang
memiliki bercak-bercak hitam dan ada juga yang tidak memiliki bercak (Noor et al.,
2006).
Tumbuhan Bruguiera gymnorrhiza merupakan jenis tumbuhan mangrove yang
memiliki potensi senyawa bioaktif serta bersifat sebagai sumber antimikroba alami
sehingga dapat digunakan untuk mengawetkan produk perikanan (Hastarini, et al, 2014).
Dari segi pendidikan, tumbuhan ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar, objek
penelitian dan pengamatan langsung untuk memudahkan peserta didik dalam memahami
materi yang diajarkan. Hal ini sesuai dengan materi keanekaragaman hayati yang sulit
dipahami jika mempelajarinya hanya dengancara menjelaskan objek tanpa melakukan
pengamatan atau melihat contoh secara langsung. Dengan demikian diterapkanlah
konsep dari pembelajaran kontekstual yang menjadikan lingkungan sekitar sebagai
sumber belajar.
lampiran
Dokumentasi dengan pembina
DAFTAR PUSTAKA
Alimul, Aziz. 2003. Riset Keperawatan Dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba
Medika.
Arsono, Yudho Dito, And Hastarini Dwi Atmanti 2014. Pengaruh Variabel Pendidikan,
Pengangguran, Rasio Gini, Usia, Dan Jumlah Polisi Perkapita Terhadap Angka
Kejahatan Properti Di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010-2012. Diss. Fakultas
Ekonomika dan Bisnis, 2014
Bengen DG. 2001. Sinopsis Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir dan Laut. Pusat
Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Dahdouh-Guebas F. 2002. The use of remote sensing and GIS in the sustainable
management of tropical coastal ecosystems. Environ Develop Sustain. 4:93– 112.
Doi:10.1023/A:102088720428 5.
Istiyanto, S.B dan Syafei M. 2003. Jurnal : Studi Kompratif Srategi Komunikasi Rumah
Sakit Umum Daerah Banyumas dan Rumah Sakit Margono Soekarjo Purwokerto
Terhadap Penyembuhan Pasien.
Kusmana, C. 2005. Rencana Rehabilitasi Hutan Mangrove dan Hutan Pantai Pasca
Tsunami di NAD dan Nias. Makalah dalam Lokakarya Hutan Mangrove Pasca
Tsunami. Medan.
Tomlinson 1986 dan Field 1995 dalam Onrizal 1980. The Botany of Manggrove.
Cambridge University Press. UK
Warsidi, Edi. (Ed.). 2017. Karakter Percaya Diri. Jakarta: PT Intimedia Ciptanusantara.