Anda di halaman 1dari 3

2.

1 hutan mangrove
Hutan mangrove merupakan ekosistem peralihan antara daratan dan lautan yang terjadi di
sebagian besar sepanjang garis pantai tropis dan subtropis (Liu et al 2014). Berdasarkan
penelitian (Masiyah dan Sunarni, 2014) di pesisir pantai oleh jenis mangrove Rhizophora sp
dengan kerapatan yang tinggi yaitu 1200 pohon/ha dan penutupan jenis 91.4%. Mangrove
dapat tumbuh dengan baik pada pantai atau daratan terumbu karang yang berpasir
tipis, atau pada pantai yang mempunyai jenis tanah alluvial, hal ini
menyebabkan mangrove disebut tumbuhan pantai, tumbuhan pasang surut dan tumbuhan
payau(Kordi, 2012). Mangrove biasanya berada di daerah muara sungai atau estuarin
sehingga merupakan daerah tujuan akhir dari partikel-partikel organik ataupun
endapan lumpur yang terbawa dari daerah hulu akibat adanya erosi(Anugra, dkk.,
2014).Ekosistem mangrove berfungsi sebagai tempat mencari makan(feeding
ground), memijah(Spawning ground), daerah asuhan(nursery ground)dan berkembang
biak bagi berbagai macam biota perairan seperti ikan, udang dan kerang-kerangan.
Hutan mangrove merupakan habitat berbagai jenis satwa, baik sebagai habitat pokok
maupun sebagai habitat sementara, penghasil detritus dan sebagai perangkap yang
berasal dari daratan. Secara ekonomis, hutan mangrove dapat dimanfaatkan sebagai
penghasil kayu bakar, kayu bangunan, bahan arang, pewarna, syrup dan lainnya. Hutan
mangrove juga berfungsi sebagai pelindung pantai dari hempasan gelombang air
laut serta sebagai penyerap logam berat.Fungsi penting lain hutan mangrove yaitu
sebagai penyerap karbondioksida untuk mengurangi fenomena pemanasan global
yang terjadi saat ini (Senoaji&Hidayat,2016)
.Mengingat fungsi dan manfaat ekosistem mangrove bagi kehidupan masyarakat, maka
pemanfaatan sumberdaya mangrove serta organisme yang berasosiasi di dalamnya
juga meningkat seiring dengan kebutuhan ekonomi masyarakat. Beberapa penelitian telah
membuktikan bahwa ekosistem mangrove memberikan manfaat ekonomi langsung
maupun tidak langsung bagi masyarakat(Hiariey, 2009; Pattimahu, 2013).
Masyarakat nelayan pesisir bergantung pada keberadaan ekosistem mangrove guna
memenuhi kebutuhan sehari-hari. Pemanfaatan hutan mangrove sebagai kawasan
ekowisata juga memberikan pendapatan bagi daerah (Agussalim&Hartoni, 2014).
Selanjutnya dikemukakan bahwa beberapa kendala pengembangan mangrove
teridentifikasi yaitu kawasan sekitar hutan mangrove sering dipenuhi oleh buangan
sampah masyarakat, serta keterbatasan dana untuk pengembangan menjadi kawasan
wisata(Tjoa, dkk., 2013).. Penilaian hutan mangrove secara fisik dapat diestimasi dengan
fungsi hutan mangrove sebagai penahan abrasi, feeding, spawning, dan nursery ground
(Widiastuti et al, 2016) Beberapa bentuk pemanfaatan yang dilakukan oleh masyarakat di
kawasan hutan mangrove antara lain penangkapan ikan, pembuangan sampah, tempat
wisata, penebayan kayu, pengambilan kerang, pemanfaatan kandungan bioaktif
sebagaisumber obat-obatan dan lainnya (Setyawan&Winarno, 2006; Sitaniapessy,
2016).Kerusakan ekosistem mangrove dapat ditekan dengan pengelolaan yang tepat serta
berkelanjutan sehingga faktor penyebab kerusakan mangrove dapat diminimalisir.Oleh
karena itu, perlu dilakukan identifikasi faktor-faktor penyebab serta strategi pengelolaan
yang tepat untuk keberlanjutan eksoistem mangrove(Kordi,2012).
2.2 Biomassa
Biomassa hutan adalah jmlah total bobot kering semua bagian tumbuhan hidup, baik
untuk seluruh atau sebahagian tubuh organisme, produksi atau komunitas dan dinyatakan
dalam berat kering dalam satuan luas (ton/ha)(Fajri et al,2019). Biomassa merupakan
sumber energi alternatif yang sangat potensial untuk pengganti bahan bakar fosil, tetapi
belum saat ini belum cukup layak karena membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Hal
tersebut menunjukan perlunya pengembangan lebih jauh untuk pemanfaatan di sektor
energi biomassa untuk bekal dimassa depan (Arief Tajalli, 2015).

Biomassa merupakan bahan yang ditemukan di sebagian besar makhluk hidup. Hal tersebut
dapat berupa hewan, bakteri, atau bahan tanaman. Contoh yang kita miliki dari energi biomassa
saat ini adalah limbah kayu, dimana kita dapat membakar untuk menghasilkan panas dan
menciptakan uap yang karenanya, menghasilkan energi. (Hikmat, 2015).

.Unsur utama dari biomassa adalah bermacam-macam zat kimia (molekul) yang sebagian besar
mengandung atom karbon (C).Biomassa secara garis besar tersusun dari selulosa dan lignin
(sering disebut lignin selulosa). Komposisi elementer biomassa bebas abu dan bebas air kira-kira
53% massa karbon, 6% hidrogen dan 42% oksigen, serta sedikit nitrogen, fosfor dan belerang
(biasanya masing-masing kurang dari 1%). Kadar abu kayu biasanya kurang dari 1% ( Supriyatno
dan Crishna, 2010). Keunggulan lain dari biomassa adalah harganya yang lebih murah
dibandingkan dengan sumber energi lainnya. Kondisi ini dapat terjadi karena jumlahnya yang
sangat melimpah dan umumnya merupakan limbah dari suatu aktivitas masyarakat.Namun
demikian, dengan range nilai kalor antara 3.000 – 4.500 cal/gr, energi yang dikandungnya masih
sangat potensial untuk dimanfaatkan terutama dalam rangka membangkitkan energi
panas.Biomassa juga dikategorikan sebagai bahan bakar karbon netral (Supriyatno dan Crishna,
2010).aktivitas masyarakat.Namun demikian, dengan range nilai kalor antara 3.000 – 4.500
cal/gr, energi yang dikandungnya masih sangat potensial untuk dimanfaatkan terutama dalam
rangka membangkitkan energi panas.Biomassa juga dikategorikan sebagai bahan bakar karbon
netral (Supriyatno dan Crishna, 2010).

Ekosistem mangrove berfungsi sebagaimana ekosistem hutan lainnya, yaitu penyerap karbon.
Mangrove sebagai suatu ekosistem memiliki fungsi ekologi berupa pemecah ombak, mencegah
abrasi, sebagai produsen makanan bagi makhluk hidup pesisir, serta upaya mitigasi pemanasan
global. Mangrove dapat menyimpan karbon lebih banyak dari hampir semua hutan di bumi.
Potensi penyerapan karbon dipengaruhi oleh kemampuan pohon untuk menyerap karbon
melalui proses fotosintesis. Tumbuhan memerlukan Karbon dioksida (CO2) pada proses
fotosintesis yang akan diserap dari udara di atmosfer. Karbon yang diserap akan tersimpan
dalam bentuk biomassa tumbuhan (Rachmawati et al., 2014).
Agussalim A dan Hartoni. 2014. Komposit Band dan Karakteristik Pantulan Spektral Penutup
Lahan pada Citra Landsat 8 di Sebagian Wilayah Pesisir Kabupaten Banyuasin. Universitas
Sriwijaya : Program Studi Ilmu Kelautan. Maspari Journal : 2014- 5 (2), 82-97.

Fajri, Nur El, et al. 2019. Penuntun Praktikum dan Lembar kerja praktikum. Pekanbaru.
Hikmat, 2015. Klimaks.com/2015/05/pengertian-energi-biomassa.html. [16maret 2018].
Kordi K., M Ghufran H.. 2012. Ekosistem Mangrove: Potensi, Fungsi dan
Pengelolaan.Jakarta: Rineka Cipta.
Liu, H., et al., 2014. Carbon Stocks and Potential Carbon Storage in the Mangrove Forests of
China. Jurnal of Envirinmental Management 133. 86-9
Masiyah, S., & Sunarni, S. (2015). Komposisi jenis dan kerapatan mangrove di Pesisir Arafura
Kabupaten Merauke Provinsi Papua. Agrikan: Jurnal Agribisnis Perikanan, 8(1), 60-68.

Rachmawati, D., Setyobudiandi, I., & Hilmi, E. (2014).Potensi estimasi karbon tersimpan pada
vegetasi mangrove di wilayah pesisir muara gembong Kabupaten Bekasi.Omni-Akuatika,
10(2)85-91. DOI : 10.20884/1.oa.2014. 10.2.22
Senoaji, G., & Hidayat, M. F. (2016). Peranan ekosistem mangrove di Kota Pesisir Bengkulu
dalam mitigasi pemanasan global melalui penyimpanan karbon (The role of mangrove
ecosystem in the coastal city of Bengkulu in mitigating global warming through carbon
sequestration). Jurnal manusia dan lingkungan, 23(3), 327-333.
Supriyatno dan Merry Crishna B. 2010, Studi Kasus Energi Alternatif Briket Sampah
Lingkungan Kampus POLBAN Bandung, (Yogyakarta: Prosiding Seminar Nasional
Teknik Kimia “Kejuangan” ISSN 1693-4393 Pengembangan Teknologi Kimia untuk
Pengolahan Sumber Daya Alam Indonesia).
Tajalli, Arief. 2015. Panduan Penilaian Potensi Biomassa Sebagai Sumber Energi Alternatif,
Penabulu Alliance. Indonesia

Anda mungkin juga menyukai