Anda di halaman 1dari 27

ALLOMETRIK BERBAGAI JENIS POHON

UNTUK MENAKSIR KANDUNGAN BIOMASSA DAN KARBON


DI HUTAN RAKYAT

disusun dalam rangka mendukung


Program Kegiatan
Penyusunan Basis Data Potensi dan Dinamika Karbon Hutan Rakyat
di Pulau Jawa Sebagai Prakondisi Proyek Karbon Hutan

Program Kerjasama
BPKH Wilayah XI Jawa-Madura
dengan
Forest Governance and Multistakeholder Forestry Programme (MFP II)

KATA PENGANTAR
Penyusunan Basis Data Potensi dan Dinamika karbon Hutan Rakyat di Pulau Jawa
Sebagai Prakondisi Proyek Karbon Hutan merupakan satu program kegiatan yang
diusulkan oleh Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah XI Jawa-Madura yang
mendapat persetujuan dan pendanaan sepenuhnya dari Forest Governance And
Multistake-Holder Forestry Programme (MFP II). Program kegiatan ini terbagi ke
dalam beberapa tahapan kegiatan, salah satunya adalah mengenai studi literatur
metode penghitungan karbon hutan, yang secara lengkap hasil studinya disajikan
dalam laporan ini.
Laporan ini berisi berbagai persamaan allometrik biomassa jenis-jenis pohon untuk
menaksir kandungan biomassa dan karbon di hutan rakyat. Berbagai persamaan
allometrik ini disusun berdasarkan laporan hasil penelitian yang pernah dilakukan
oleh dosen dan mahasiswa Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada.
Harapannya laporan-laporan hasil studi literatur ini dapat dijadikan sebagai acuan
dalam pengukuran dan
penghitungan kemampuan hutan rakyat di dalam
menyimpan karbon (carbon storage). Metode pengukuran dan penghitungan
kandungan biomassa dan karbon ini berlaku umum baik di hutan rakyat, hutan
yang dikelola oleh Badan Usaha Milik Negara (Perum Perhutani), dan hutan di luar
Jawa (tropical rain forests), dengan kondisi yang sama. Secara khusus jenis-jenis
pohon yang digunakan dalam penyusunan allometrik ini adalah jenis-jenis pohon
dominan yang tumbuh/ditanam di hutan rakyat.
Dalam pelaksanaan program kegiatan ini dibantu oleh beberapa tenaga ahli yang
berkompeten di bidangnya dari Fakultas Kehutanan UGM Yogyakarta. Dalam
penyusunan laporan ini tim pelaksana program kegiatan dibantu oleh salah
seorang tenaga ahli bidang inventarisasi dan biomassa hutan dari Fakultas
Kehutanan UGM Yogyakarta yakni Dr. Ir. Ris Hadi Purwanto, MSc.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada tim pelaksana yang telah bekerja
dengan baik dan pihak-pihak yang telah membantu kegiatan ini sehingga dapat
terlaksana dengan baik dan lancar. Saran dan masukan dari berbagai pihak
sangat diperlukan demi tercapainya kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan
ini bermanfaat.
Yogyakarta,
Kepala Balai

Maret 2009

IS MUGIONO
NIP. 19570726 198203 1 001
ii

DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ..............................................................................
DAFTAR ISI
....................................................................................
DAFTAR TABEL ....................................................................................
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................

ii
iii
iv
v

I. PENDAHULUAN ................................................................................
1.1. Latar Belakang .........................................................................
1.2. Metode Allometrik ....................................................................

1
1
3

II. METODE PENGUKURAN KANDUNGAN KARBON POHON HUTAN .............


2.1. Metode yang digunakan ...........................................................
2.1.1. Total Harvesting Method ..............................................
2.1.2. Stratified Clip Method/Allometric Method .......................
2.1.3. Estimation Method .......................................................

5
5
5
5
6

2.2.

Pengukuran Biomassa Pohon Hutan untuk Menaksir Kandungan


Karbonnya..............................................................................
2.2.1. Lokasi Penelitian ..........................................................
2.2.2. Objek Penelitian ..........................................................
2.2.3. Alat Penelitian .............................................................

7
7
7
7

2.3.

Pengumpulan Data..................................................................
2.3.1. Pengukuran Diameter Setinggi Dada (Dbh) ....................
2.3.2. Pengukuran Volume Pohon ...........................................
2.3.3. Pengukuran Biomassa Batang .......................................
2.3.4. Pengukuran Biomassa Cabang/Dahan/Ranting ...............
2.3.5. Pengukuran Biomassa Daun .........................................

9
9
9
10
11
11

2.4.

Analisis Data...........................................................................
2.4.1 Hubungan antara Diameter Batang Pohon (D) dengan
Tinggi Total Pohon........................................................
2.4.2. Biomassa Pohon Diatas Tanah ......................................
2.4.3. Kandungan Karbon Pohon Diatas Tanah ........................

12
12
12
13

III. HASIL ANALISA .................................................................................


3.1. Hubungan antara Tinggi dan Diameter Batang Pohon .................

15
15

IV. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................


4.1. Kesimpulan..............................................................................
4.2. Saran ......................................................................................

19
19
20

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................

21

iii

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Hubungan antara Tinggi Pohon Total (H) dan Diameter Batang
Setinggi Dada (Dbh) ...............................................................
Tabel 2. Berbagai Persamaan Allometrik untuk Menaksir Biomassa Pohon
Atas Tanah di Hutan Rakyat .......................................................

15
18

iv

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Pembagian Segmen-Segmen Pada Batang

............................

I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Hutan sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya
penghuni biosfer bumi ini. Manfaat hutan bukan saja karena kayunya, tetapi
justru karena sumberdaya alam dan sumber daya hayati yang terkandung di
dalamnya. Hutan dengan segala potensi sumberdaya yang ada di dalamnya
mampu mencegah terjadinya kekeringan, banjir, dan cuaca buruk akibat angin
topan yang sangat merugikan manusia. Sebagai pencegah kekeringan, hutan
mampu menyimpan berjuta-juta kubik air yang siap dialirkan ke sungai-sungai
berupa mata air dan uap air ke udara sebagai proses awal timbulnya hujan.
Hutan merupakan penyedia air hujan hasil penguapan vegetasi ke udara yang
diturunkan kembali ke bumi berupa hujan.

Salah satu isu lingkungan terkait dengan hutan yang kini kian marak dibahas
adalah terjadinya perubahan iklim akibat pemanasan global (global warming).
Beberapa penyebab timbulnya perubahan iklim global yang dianggap sangat
serius saat ini adalah naiknya kadar karbon dioksida (CO2) dan CFC
(Chlorofluorocarbon) yang berasal dari bahan penyemprot, bahan alat pendingin,
asap knalpot mesin, industri, pembakaran kayu/hutan, perubahan tataguna
lahan (land use change), dan berbagai aktivitas manusia di bumi yang
kesemuanya dapat berakibat terbentuknya gas rumah kaca (GRK) di atmosfer.

Karbon dioksida (CO2) merupakan salah satu komponen gas rumah kaca yang
dapat berperan sebagai perangkap panas di atmosfer, sehingga dapat
menyebabkan terjadinya pemanasan global dan perubahan iklim (Heriansyah,
2005). Peristiwa perubahan iklim ini tentu berakibat fatal bagi kehidupan di
permukaan bumi, seperti bidang pertanian, perubahan ekosistem alam,
meluasnya padang rumput dan gurun, areal hutan menyusut dan bergerak kea
rah kutub. Sedangakan daerah kutub sendiri karena naiknya suhu air laut
mengakibatkan mencairnya sebagian besar bongkahan es dan lambat laun
mengakibatkan banyak daerah pantai yag terendam (Arief, 2001). Oleh
karenanya perlu adanya usaha penurunan emisi gas rumah kaca dalam
penyeimbangan O2 di udara. Salah satu usaha tersebut adalah dengan
melestarikan hutan/mengkonservasi vegetasi di muka bumi ini karena vegetasi
mampu mengendalikan gas rumah kaca dengan jalan menyerap CO2 melalui
proses fotosintesa.

Tumbuhan hijau melakukan fotosintesis yang menyerap CO2 dan menyimpannya


sebagai biomassa tubuhnya. Heriansyah (2005) mengatakan bahwa banyaknya
materi organik yang tersimpan dalam biomassa hutan per unit luas dan per unit
waktu merupakan pokok dari produktivitas hutan. Di permukaan bumi kurang
lebih terdapat 90% biomassa yang terdapat dalam hutan berbentuk pokok kayu,
dahan, daun, akar dan sampah hutan (seresah), hewan dan jasad renik
(Heriansyah, 2005).
2

Pohon-pohon yang tumbuh di wilayah lahan hutan rakyat yang ditanam di atas
lahan milik rakyat atau lahan pertanian memiliki peranan yang tidak kalah
pentingnya dengan pohon-pohon yang tumbuh di wilayah hutan Negara. Hal ini
dikarenakan hutan rakyat merupakan salah satu bentuk pengelolaan hutan yang
telah dikembangkan di berbagai daerah berbasiskan kearifan lokal masyarakat,
memungkinkan

penggunaan

pengembangan

sistem

lahan

tanaman

pedesaan
campuran

yang
antara

dimanfaatkan
tanaman

untuk

pertanian,

perkebunan, kehutanan, serta usaha peternakan dan perikanan di lahan milik


(Azim, 2007). Dengan demikian, pengelolaan hutan bisa dikelola dengan
berbagai tujuan untuk mendukung berbagai kebutuhan manusia melalui
pananaman campuran di hutan rakyat.

Dengan adanya hand out ini diharapkan para pemilik hutan rakyat atau berbagai
pihak yang berkepentingan mempunyai pengetahuan praktis tentang manfaat
hutan sebagai penyimpan karbon, cara pengukuran dan penghitungannya.

1.2. Metode Allometrik


Metode allometrik merupakan metode pengukuran pertumbuhan tanaman yang
dinyatakan dalam bentuk hubungan-hubungan eksponensial atau logaritma antar
organ tanaman yang terjadi secara harmonis dan perubahan secara proporsional
(Parresol, 1999). Metode allometrik ini pertama kali ditemukan oleh Kittredge
(1944) dalam bentuk formulasi logaritmik sbb:
3

Y = aXb
Keterangan :
Y
X

= variabel bergantung (dalam hal ini kandungan biomass)


= variabel bebas (dalam hal ini dapat berupa diameter batang atau tinggi
pohon)

a, b = konstanta
Allometrik seperti tersebut di atas telah banyak digunakan oleh para peneliti lain
seperti Ogino (1977) dan Oohata (1991). Persamaan allometrik tersebut
dibentuk dengan cara menebang pohon per pohon terlebih dahulu, selanjutnya
persaman yang diperoleh diterapkan pada tegakan pohon yang masih berdiri.
Berdasarkan pengalaman dari para peneliti, dikatakan bahwa persamaan
allometrik hasilnya akan akurat apabila variabel bebasnya dinyatakan dalam
formulasi volume pohon yang direpresentasikan dalam bentuk

D2.H (Jones,

1979).

Martin et al. (1998) menyatakan bahwa persamaan allometrik dapat digunakan


untuk menghubungkan antara diameter batang pohon dengan variabel yang lain
seperti volume kayu, biomassa pohon, dan kandungan karbon pada tegakan
hutan yang masih berdiri (standing stock). Dalam tulisan ini akan dipaparkan
hasil penelitian

tentang

penaksiran volume kayu perkakas dan kayu bakar

berdasarkan ukuran diamater batang dan tinggi pohonnya.

II. METODE PENGUKURAN KANDUNGAN KARBON POHON HUTAN

2.1.

Metode yang digunakan

Secara umum metode yang digunakan untuk pengukuran kandungan karbon


vegetasi hutan dapat dilakukan dengan tiga cara:
2.1.1. Total harvesting method (metode pemanenan total)
Metode ini biasa dilakukan pada pengukuran kandungan biomassa atau karbon
pada vegetasi tingkat semak (shrubs) dan tingkat herba (herbs). Hal ini sangat
dimungkinkan karena kedua tingkatan vegetasi tersebut ukurannya relatif kecil.
Sebagai contoh untuk jenis-jenis tanaman pertanian sebagai campuran
agroforestry, seperti kacang tanah, jagung, padi, kedelai, tumbuhan bawah,
perdu, rumput-rumputan, dan lain-lain.

2.1.2. Stratified clip methode/allometric metode (metode destruktif


untuk membuat persamaan allometriknya)
Metode ini biasa dilakukan pada pengukuran kandungan biomassa atau karbon
pada vegetasi tingkat tiang (poles) dan pohon (trees). Hal ini sangat
dimungkinkan karena kedua tingkatan vegetasi tersebut ukurannya relatif besar.
Oleh karena itu pelaksanaan di lapangan dilakukan dengan melakukan destruksi
pohon sampel, selanjutnya dipisah-pisahkan tiap bagian organ tanaman yang
umumnya meliputi akar, batang, cabang dan daun. Bagian organ-organ tanaman
tersebut ditimbang berat basahnya (selagi memungkinkan), diambil sampelnya
5

untuk dikeringkan (oven) untuk dicari biomassanya. Kandungan biomassa atau


kandungan karbon tiap-tiap pohon dihubungkan dengan variabel pertumbuhan
yang mudah diukur, misalnya diameter batang dan/atau tinggi pohon. Dengan
jumlah sampel yang bervariasi ukurannya bisa dibuat persamaan allometriknya.
2.1.3. Estimation metode (metode estimasi)
Metode ini dilakukan dengan menggunakan asumsi-asumsi yang lazim digunakan
untuk menaksir kandungan karbon vegetasi hutan. Beberapa asumsi yang biasa
digunakan untuk menaksir kandungan karbon adalah sbb:
a. kandungan karbon vegetasi pohon = 0.5 * berat biomassa (Brown,S. and
Lugo, A.E. , 1984)

b. kandungan karbon hutan = 80% * berat arang (Bansal, et al., 1988)


c. biomassa batang = volume batang * kerapatan kayunya (wood density)
d. total aboveground biomass (biomassa pohon di atas tanah) = biomassa
batang * BEF (Biomass Expantion Factor)
Dalam Hand out ini metode yang digunakan untuk mengukur kandungan karbon
di hutan rakyat adalah metode estimasi yang lazim digunakan oleh para peneliti,
bahwa kandungan karbon hutan adalah 50 % dari kandungan biomasanya.
Kandungan biomassa hutan untuk tiap jenis pohon dilakukan melalui pengukuran
secara langsung di lapangan dan disajikan dalam bentuk persamaan-persamaan
allometrik.

2.2.

Pengukuran biomassa pohon hutan untuk menaksir kandungan


karbonnnya

2.2.1. Lokasi Penelitian


Penelitian ini dilakukan di dua tempat, yaitu di lapangan (hutan) dan di
laboratorium. Penelitian di lapangan dapat dilaksanakan misalnya di hutan rakyat.
Jenis pohon yang dipilih sesuai dengan keinginan peneliti (bisa jati, mahoni,
sengon, sonokeling, akasia, dan lain-lain).
Penelitian di laboratorium dilakukan dalam angka menganalisis kandungan
biomassanya.

2.2.2. Obyek Penelitian


Obyek penelitian adalah pohon-pohon dari berbagai variasi ukuran diameter
(dbh) yang tumbuh di lahan hutan rakyat. Penelitian difokuskan pada bagian
organ pohon yang berada di atas tanah ( batang, cabang dan daun). Pada
penelitian ini dipilih jenis-jenis dominan yang lazim tumbuh atau ditanam di
hutan rakyat.

2.2.3. Alat Penelitian


Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah :
1. hagameter, untuk mengukur tinggi pohon

2. phiband/kaliper, untuk mengukur diameter batang pohon


3. rollmeter, untuk mengukur panjang potongan-potongan batang pohon
7

4. chainsaw, untuk menebang/memotong batang pokok/cabang menjadi


beberapa segmen dan pembuatana potongan sampel (disc)
5. gergaji tangan, untuk memotong bagian organ cabang/ranting yang
berukuran relatif kecil
6. parang, untuk memotong cabang/ranting dari batang pokok
7. plastik, untuk tempat sampel-sampel potongan bagian yang berkayu (disc)
dan daun.
8. timbangan (digital dan manual), untuk menimbang sampel potongan disk
dan biomassa
9. oven, untuk mengeringkan bahan sampel
10. komputer dan alat tulis, untuk pencatatan data, analisis data dan
pembuatan laporan.

2.3. Pengumpulan Data


Pengumpulan data primer dilakukan melalui pengamatan dan pungukuran secara
langsung terhadap obyek penelitian di lapangan dan di laboratorium, meliputi :
2.3.1. Pengukuran diameter setinggi dada (D) dan tinggi pohon (H)
Dilakukan pengukuran tinggi pohon (H) dan diameter batang setinggi
dada (D) pada pohon-pohon sampel yang dipilih. Pengukuran tinggi
pohon dilakukan pada saat berdiri dengan menggunakan hagameter, dan
diameter batang setinggi dada dengan phiband.
2.3.2. Pengukuran volume pohon
Untuk memperoleh volume pohonnya, batang pokok pohon sampel dibagibagi/dipotong ke dalam bebertapa segemen. Selanjutnya diukur diameter
pangkal dan diameter ujung segmen serta panjang tiap-tiap segmen.
Volume yang diperoleh dari tiap segmen dijumlahkan untuk memperoleh
volume aktual dari suatu pohon.

Gambar 1. Pembagian segmen-segmen pada batang


Rumus yang digunakan untuk menghitung volume tiap segmen adalah
rumus Smallian, yaitu:
lbds p + lbds u
V =
2

x L

lbds p = luas bidang dasar pangkal (dp2)

lbds u = luas bidang dasar ujung (du2)


L

= panjang segmen

= 3.14

Volume total = V1 + V2 + V3 + ......+ Vn

2.3.3. Pengukuran biomassa batang


Untuk pengukuran biomassa batang diambil sampel dengan ukuran
tertentu (berbentuk disc). Kemudian ditimbang berat basah dari sampel
dan berat keringnya. Pengukuran berat basah batang dilakukan langsung
di lapangan untuk menghindari perubahan berat selama diperjalanan
apabila penimbangan tidak dilakukan di lapangan. Sementara berat kering
dari sampel diperoleh dengan cara dioven pada suhu 103C 2C sampai
diperoleh berat kering constant (BKT).

10

2.3.4. Pengukuran biomassa cabang/dahan/ranting


Pada prinsipnya pengukuran biomassa cabang/dahan/ranting pohon
dilakukan sama dengan pengukuran biomassa batang. Bagian tanaman
berupa cabang/dahan/ranting dikumpulkan menjadi satu untuk ditimbang
berat

basah

totalnya.

Selanjutnya

dilakukan

pengambilan

sampel

potongan kecil (disk) dari bagian cabang/dahan/ranting untuk diukur


berat basah dan berat keringnya. Penimbangan berat basah dilakukan
langsung di lapangan. Berat kering diperoleh dengan cara dioven sama
seperti pengukuran biomassa pada batang, yakni pada suhu 103C 2C
sampai mencapai berat kering tanur (BKT).

2.3.5. Pengukuran biomassa daun


Untuk pengukuran biomassa daun dilakukan dengan cara yang sama
dengan pengukuran biomassa batang dan cabang/dahan/daun. Daun dari
pohon sampel yang diperoleh saat pengamatan dikumpulkan dan
dimasukkan ke dalam karung/ kantong plastik untuk mengetahui berat
basah totalnya. Netto berat basah total diperoleh setelah dikurangi
dengan berat karung/ kantong plastik yang digunakan sebagai tempat
daun. Dari berat basah total daun diambil sampelnya untuk selanjutnya
ditimbang berat basah dan berat keringnya setelah dioven. Pengovenan
juga dilakukan dengan mekanisme yang sama saat pengukuran biomassa

11

batang dan cabang/dahan/ranting, yakni pada suhu 103C 2C sampai


mencapai berat kering tanut (BKT).

2.4.

Analisis Data

2.4.1. Hubungan antara diameter batang pohon (D) dengan tinggi total
pohon (H)
Hubungan antara D dan H

dinyatakan dalam bentuk kurva hiperbolik

sebagaimana yang pernah dilakukan oleh Ogawa et al. (1965, dan


Yamakura et al. (1986), dalam bentuk persmaan sebagai berikut:
1
=
H

1
h

AD

max

dimana, H adalah tinggi pohon dinyatakan dalam meter; D adalah


diameter batang setinggi dada (130 cm dari atas tanah dalam satuan cm);
A,h,Hmax adalah keoefisien-koefisien spesifik (coefficients specific) untuk
jenis pohon yang diteliti. Hmax ini juga menyatakan tinggi pohon
maksimum yang dapat dicapai dalam tegakan hutan tersebut.

2.4.2. Biomassa pohon di atas tanah (above ground biomass)


Biomassa tiap organ pohon (batang, cabang/dahan/ranting dan daun)
dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Bo =

BS
X BBt
BBS

12

Dimana:
Bo = biomassa organ pohon (dalam hal ini dapat berupa daun (Bd),
cabang (Bc) dan batang (Bb) (kg).
BS = biomassa sampel/ berat kering konstan (gr)
BBS = berat basah sampel (gr)
BBt = berat basah total organ per pohon. Dalam hal ini berupa berat
basah organ daun (BBd), cabang (BBc) dan batang (BBb) (kg).
Biomassa total per individu pohon merupakan penjumlahan dari biomassa
tiap-tiap organ pohon yang dinyatakan dalam rumus:

Bt = Bd + Bc + Bb
Dimana:
Bt = biomassa total untuk satu individu pohon (kg)
Bd = biomassa organ daun (kg)
Bc = biomassa organ cabang (kg)
Bb = biomassa organ batang (kg)
Selanjutnya biomassa bagian tegakan (batang, cabang/dahan/ranting, dan
daun) diestimasi dengan menggunakan persamaan allometrik:

Y=aX

Dimana:
= variabel bergantung (dependent variable), berupa total biomassa
pohon bagian atas tanah /above ground biomass (batang,
cabang/dahan/ranting dan daun: kg/pohon)
X = variabel bebas (independent variable), berupa diameter batang
pohon (D), atau diameter batang kuadrat kali tinggi pohon (D2.H)
a, b = merupakan konstanta.
Y

13

2.4.3. Kandungan karbon pohon di atas tanah (above ground carbon


storage)
Biomassa total dapat digunakan untuk mengkonversi / menghitung total
karbon yang tersimpan dengan menggunakan asumsi bahwa kandungan
karbon kira-kira 50% dari biomassa (Brown dan Lugo, 1984). Karbon
yang tersimpan pada tegakan yang masih berdiri (Carbon standing crop)
dihitung dengan persamaan :
C standing cropi = SV* D* F* 0.5

dimana :

SV = Stem volume (volume batang pohon: m3)


D = Wood density (kepadatan kayu : gram/cm3, atau ton/m3)
F = Biomass Expantion Factor (faktor ekspansi biomassa)
0.5 = Konstanta nilai karbon dari biomassanya.
Berhubung

kandungan

biomassa

totalnya

sudah

diketahui

dari

pengukuran di lapangan maka formulasi di atas dapat disederhanakan


dengan rumus:
C standing cropi = Biomassa * 0.5 ( ton/ha)

14

III. HASIL ANALISA


3.1. Hubungan antara tinggi dan diameter batang pohon
Berdasarkan pengukuran data diameter batang setinggi dada dan tinggi pohon
untuk jenis mahoni, sonokeling, jati, sengon dan akasia auri dari berbagai variasi
ukuran, diperoleh hubungan antara tinggi pohon total (H) dan diameter batang
setinggi dada (D) sebagaimana terlihat pada Tabel 1 di bawah ini:

No.
1.
2.
3.
4.
5.

Jenis

Mahoni (Swietenia mahagony)


Sonokeling (Dalbergia latifolia)
Jati (Tectona grandis)
Sengon

falcataria)

(Paraserianthers

Akasia auri (Acacia auriculiformis)

Hubungan H dan D
1
1
1
= 0,6816
+
H
D 18

R2
0,8809

1
1
1
= 0,9282
+
H
D 14

0,9139

1
1
1
= 0,9199 1,1 +
H
D 15,2

0,9010

1
1
1
= 0,4444
+
H
D 36

0,9141

1
1
1
= 0,7890
+
H
D 19

0,5643

keterangan: H : tinggi total pohon, D : diameter batang pohon, R2 : koefisien determinasi

Dengan mengacu kepada model persamaan yang menyatakan hubungan antara


tinggi pohon dengan diameter batang setinggi dada seperti yang diajukan oleh
Ogawa et al. (1965, dan Yamakura et al. (1986), ternyata hubungan tersebut
dapat dinyatakan dalam sebuah persamaan kurva hiperbolik dengan rumusan
seperti persamaan tersebut di atas, dimana H adalah variabel tinggi pohon total
dalam satuan meter, D adalah variabel diameter batang setinggi dada dalam
satuan centimeter. Berdasarkan perhitungan dan analisis data, nilai koefisien
15

determinasi (R2) yang diperoleh dari model persamaan diatas berkisar antara 56
91 %, artinya bahwa lebih dari 55 % variasi tinggi pohon kelima jenis tersebut
dapat dijelaskan oleh variabel diameter batang setinggi dada. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa diameter batang setinggi dada merupakan prediktor yang
sangat baik untuk menaksir tinggi pohon jenis mahoni, sonokeling, jati, sengon
dan akasia auri. Dari persamaan-persamaan tersebut juga dapat dijelaskan bahwa
tinggi pohon maksimal yang bisa dicapai untuk jenis mahoni di lokasi penelitian
yaitu hutan rakyat Desa Jatimulyo, Kec. Jatipuro, Kab. Karanganyar adalah 18
meter, jenis sonokeling di Desa Nglanggeran adalah 14 meter, jenis jati di hutan
rakyat Desa Jatimulyo adalah 15,2 meter, jenis sengon di Desa Bateh adalah 36
meter dan jenis akasia auri di Desa Nglanggeran adalah 19 meter. Penyusunan
model dalam bentuk persamaan kurva hiperbolik yang menyatakan hubungan
antara tinggi pohon dan diameter batang setinggi dada telah banyak dilakukan
oleh para peneliti, seperti Yamakura et al. (1986) saat melakukan penelitian di
hutan alam yang sudah mencapai klimaks dengan dominasi species dari famili

dipterocarpaceae di PT. Kutai Timber Indonesia, Sebulu, Kalimantan Timur.

Berdasarkan dari prosedur pengukuran biomassa yang telah disebutkan di atas,


maka total biomassa tiap-tiap pohon sampel terutama untuk biomassa dari
bagian atas (total aboveground biomass) dinyatakan dalam bentuk persamaan
allometrik. Persamaan persamaan allometrik yang berhasil disusun berdasarkan

16

hasil penelitian penghitungan biomassa di hutan rakyat adalah sebagaimana


disajikan pada Tabel 1 berikut ini.

17

Tabel 1. Berbagai Persamaan Allometrik untuk Menaksir Biomassa Pohon Atas Tanah di Hutan Rakyat

No

Jenis pohon

Biomassa total
(batang, cabang,
dan daun)
Bt =
0,9029(D2.H)0,6840

Jumlah
sampel
pohon (n)
10

1.

Mahoni
(Swietenia
mahagony)

2.

Sonokeling
(Dalbergia latifolia)

Bt =
0,7458(D2.H)0,6394

10

3.

Jati
(Tectona grandis)

Bt =
0,0149(D2.H)1,0835

10

4.

Sengon
(Paraserianthers
falcataria)

Bt =
0,0199(D2.H)0,9296

18

5.

Akasia auri
(Acacia

Bt =
0,0775(D2.H )0,9018

10

Lain-lain
(Others)

Bt =
0,0219(D2.H)1,0102

58

auriculiformis)
6.

Koefisien
determinasi
Keterangan
(R2)
0,9857 Hutan
rakyat
(tegalan
dan
pekarangan) Desa Jatimulyo, Kec.
Jatipuro, Kab. Karanganyar, Jawa
Tengah.
0,8852 Hutan
rakyat
(tegalan
dan
pekarangan) Desa Nglanggeran,
Kec. Patuk, Kab. Gunung Kidul,
Daerah Istimewa Yogyakarta.
0,9813 Hutan
rakyat
(tegalan
dan
pekarangan) Desa Jatimulyo, Kec.
Jatipuro, Kab. Karanganyar, Jawa
Tengah.
0,9921 Hutan
rakyat
(tegalan
dan
pekarangan) Desa Bateh, Kec.
Candimulyo, Kab. Magelang, Jawa
Tengah.
0,9578 Hutan
rakyat
(tegalan
dan
pekarangan) Desa Nglanggeran,
Kec. Patuk, Kab. Gunung Kidul,
Daerah Istimewa Yogyakarta.
0,8407 Gabungan dari kelima jenis pohon
penyusun hutan rakyat tersebut di
atas (mahoni, sonokeling, jati,
sengon dan akasia auri)

18

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan
1. Perkalian antara diameter batang setinggi dada kuadrat dan tinggi total
pohon (D2.H )

merupakan prediktor yang sangat baik untuk menaksir

kandungan biomassa total pohon di atas tanah (above ground biomass),


terutama untuk jenis-jenis pohon yang tumbuh di hutan rakyat. Hal ini
dapat dilihat dari nilai koefisien determinasi (R2) yang masih diatas 84%,
artinya bahwa lebih dari 84 % variasi kandungan biomassa pohon yang
diteliti dapat dijelaskan oleh variabel diameter batang setinggi dada dan
tinggi total pohon.
2. Persamaan allometrik yang didapatkan dapat diterapkan di hutan rakyat
baik untuk lahan pekarangan maupun tegalan.
3. Kandungan karbon di hutan rakyat (terutama untuk jenis-jenis pohon
yang diteliti tersebut di atas) dapat dihitung dengan mengkalikan angka
konstanta 0.5 dengan kandungan biomassanya.
4. Potensi kandungan biomassa dan karbon (ton/ha) untuk jenis-jenis pohon
yang diteliti sebagaimana tersebut di atas dapat ditaksir melalui kegiatan
inventarisasi di hutan rakyat yang akan dihitung potensinya.

19

4.2. Saran
1. Rumus-rumus allometrik yang terbentuk dalam penelitian ini tergolong
rumusan yang sederhana, mudah diaplikasikan di lapangan dan hasilnya
akurat.

Oleh

karena

itu

masyarakat

atau

berbagai

pihak

yang

berkepentingan ingin menaksir besarnya potensi biomassa dan karbon di


hutan rakyat dapat menggunakan rumus tersebut.
2. Penggunakan allometrik untuk menaksir potensi biomassa dan kandungan
karbon di hutan rakyat sangat disarankan agar disesuaikan dengan
jenisnya (mahoni, sonokeling, jati, sengon dan akasia auri).
3. Sebelum diperoleh persamaan allometriknya, maka untuk jenis-jenis
lainnya (selain lima jenis tersebut di atas) dapat menggunakan persamaan
allometrik gabungan dari kelima jenis tersebut.

20

DAFTAR PUSTAKA
Arief, A. 2001. Hutan Dan Kehutanan. Kanisius. Yogyakarta.
Azhim, M.T., 2007. Penaksiran Kandungan Karbon Pada Hutan Rakyat Jenis

Sengon. Skripsi tidak dipublikasikan. Jurusan Manajemen Hutan Fakultas


Kehutanan, Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Bansal, R.C, Donoct, J.B, and Stoeckli, F. 1988. Active Carbon. Marcel Dekker Inc.
New York. USA.
Brown,S. and Lugo, A.E. , 1984. Biomass of Tropical Forest: a new estimate
based on forest

volumes. Svience, 223: 1290-1293.

Heriansyah, I., 2005. Potensi Hutan Tanaman Industri Dalam Mensequester


Karbon. Jurnal Inovasi On Line. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Hutan dan Koservasi Alam. Bogor.
Jones, G. 1979. Topics in applied geography vegetation productivity. Longman
London and New York.
Kittredge, J. 1944. Estimation of the amount of foliage of trees and stands. J. For.
42:905-912.
Martin, J.G., Kloeppel, B.D., Schaefer, T.L., Kimbler, D.L and McNutly, S.G.,
1998. Aboveground Biomass and Nitrogen Allocation of Ten Deciduous
Southern Appalachian Tree Species. J. For. Res. 28: 1648-1659.
Ogawa, H., Yoda, K., Ogino, K. and Kira, T. 1965. Comparative Ecological Studies
on Three Main Types of Forest Vegetation in Thailand: Plant Biomass.

Nature and Life in Southeast Asia 4: 49-80.


Ogino, K. 1977. A beech forest at Ashiu: biomass, its increment and net
production. In Primary productivity of japanese forests: productivity of

terrestrial communities. Shidei, T and Kira, T. (eds.), Japanese Committee


for the International Biological Program, University of Tokyo Press, Japan.

21

Oohata, S., 1991. A Study to Estimate the Forest Biomass: A Non Cutting Method
to Use the Piled up Data. Bulletin of the Kyoto University Forests No. 63:
23-36
Parresol, B.R. 1999. Assessing Tree and Stand Biomass: A review With Examples
and Critical Comparisons. For. Sci. 45(4): 573-593.
Yamakura, T., Hagihara, A., Sukardjo, S., and Ogawa, H. 1986. Aboveground
Biomass of Tropical Rain Forest Stands in Indonesian Borneo.

22

Anda mungkin juga menyukai