Disusun Oleh :
Yuli Nurhayati
NIM.L1A016048
2018
I. PENDAHULUAN
1.1. Tujuan
Tujuan praktikum acara analisis sifat kimia air sungai adalah :
1. Mengetahui teknik pengukuran yang berkaitan dengan faktor kimia pada
sungai
2. Mengetahui analisis perbandingan faktor kimia dari masing-masing titik
pengambilan sampel.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sungai
Sungai merupakan salah satu ekosistem perairan darat yang aliran airnya satu
arah dan akan mengalir dari dataran tinggi menuju ke dataran rendah dan akan
menuju suatu muara sungai. Sungai dapat berperan sebagai sumber air untuk irigasi,
habitat organisme perairan, kegiatan perikanan, perumahan, dan sebagai daerah
tangkapan air. Peran sungai yang beragam seiring dengan berkembangnya aktivitas
manusia di sekitar sungai akan berdampak pada penurunan kualitas air (Kurniadi,
2015).
2.1.1. Sungai Banjaran
3.1. Materi
3.1.1. Alat
Tabel 1. Alat Praktikum
No Namaalat Ukuran/ jumlah Merek Fungsi
Pyrex Mengambil sampel air dari
1 Botol winkler 1 (250ml)
Iwaki lingkungan perairan
Pyrex
2 Buret dan Statif 4 Melakukan titrasi
Iwaki
Pyerx Menyimpan sampel air
3 Labu enlenmeyer 8
Iwaki yang mau dititrasi
Pyerx Menambahkan sampel air
4 Pipet tetes 8
Iwaki ke dalam labu enlemeyer
Pyerx Mengukur air sampel yang
5 Gelas ukur 100 ml 8
Iwaki akan diukur
Mengikubasi sampel BOD
6 Inkubator 1 Memert selama 5 hari dengan suhu
20o C
7 Penangas air 2 Memanaskan sampel COD
Lutron
8 Ph meter 1 Mengukur pH air sampel
Ph 208
3.1.2. Bahan
Tabel 2. Bahan Praktikum
Ukuran/
No Namabahan Merek Fungsi
jumlah
6 botol
1 Sampel air Aqua Sampel yang akan dianalisi
sampel
2 Larutan 𝑀𝑛𝑆𝑂4 1 ml Mengendapkan O2
3 Larutan KOH-KI 1 ml Mengikat O2
4 Larutan 𝑁𝑎2 𝑆2 𝑂3 0,025 N Larutanuntuktitrasi DO dan BOD
5 Larutan 𝐻2 𝑆𝑂4 4N Menghilangkanendapan
Larutanuntuktitrasipadapengukuran
6 Larutan 𝑁𝑎2 𝐶𝑂3 0,01 N
CO2 bebas
Larutanuntuktitrasipadapengukuran
8 Larutan 𝐾𝑀𝑛𝑂4 0,01 N
COD
Indikatorwarnapadapengukuran
9 Indikator amilum 5%
DO dan BOD
10 Indikator phenolpthalein 5% Indikatorwarnapadapengukuran
CO2 bebas
Mengenceran sample air
11 Akuades
padapengukuran COD dan BOD
Larutan buffer pH 4,0 dan
12 Kalibrasi pH meter
pH 7,0
3.2. Metode
3.2.1. pH
Kertas indikator pH diambil selembar dan dicelupkan ke dalam air selama
beberapa menit (± 5 menit). Kemudian, perubahan warna pada kertas tersebut
dicocokan dengan warna standar dan hasil dicatat.
3.2.2. DO
Pengukuran O2 dilakukan secara In-situ yaitu dilakukan langsung di lokasi
pengambilan sampel. Sampel air diambil dengan botol Winkler 250 ml secara
perlahan supaya tidak ada gelembung udara yang masuk dengan cara dimiringkan.
Saat sampel hampir penuh, perlahan-lahan tegakkan botol Winkler.Bolak-balik botol
Winkler dalam air kemudian tutup dengan rapat saat botol masih di dalam air.
Selanjutnya, sampel diikat O2nya dengan larutan KOH-KI dan MnSO4 masing-
masing 1 ml. Sampel yang didapat ditambahkan 1 ml larutan MnSO4 dan 1 ml larutan
KOH-KI dengan bantuan pipet tetes.Botol sampel kemudian ditutup dengan hati-hati
agar udara tidak masuk ke dalam botol dan bolak-balik minimal 15 kali dan diamkan
selama 2 menit sampai terjadi endapan coklat atau cairan supernatan tampak
jernih.Selanjutnya, tambahkan larutan H2SO4 pekat 1 ml, tutup kembali botol dan
dikocok sampai semua endapan larut dan bewarna kuning kecoklatan.Ambil
sebanyak 100 ml dengan gelas ukur dan masukkan ke dalam labu Erlenmeyer.
Tambahkan indikator amilum sebanyak 3 tetes hingga berwarna biru.Titrasi dengan
larutan Na2S2O3 0,025 N dan kocok hingga tercampur merata sampai terjadi
perubahan warna larutan dari coklat menjadi kuning muda.Titrasi dilanjutkan kembali
sampai warna biru tepat hilang. Tambahkan titran satu tetes jika titik akhir tercapai.
Volume titrasi yang digunakan dicatat. Nilai DO dihitung dengan rumus :
1000
Oksigen terlarut = xpxqx8
100
Keterangan :
p = volume larutan Na2S2O3
q= normalitas larutan
8 = bobot setara larutan
3.2.3. CO2 Bebas
Sampel air diambil dengan botol Winkler 250 ml secara perlahan supaya tidak
ada gelembung udara yang masuk dengan cara dimiringkan. Saat sampel hampir
penuh, perlahan-lahan tegakkan botol Winkler.Bolak-balik botol Winkler dalam air
kemudian tutup dengan rapat saat botol masih di dalam air. Kemudian dituangkan ke
dalam gelas ukur sebanyak 100 ml dan dipindahkan ke dalam labu erlenmeyer.
Kemudian didalamnya ditambahkan 10 tetes indikator phenolpthalein. Sampel
dititrasikan dengan larutan Na2CO3 0,01 N sampai larutan berwarna merah jambu
muda dan titrasi dilakukan duplo. Nilai CO2 Bebas dihitung dengan rumus :
1000
Kadar CO2 bebas = x p x q x 22 mg/l
100
Keterangan :
p = volume larutan Na2CO3 yang terpakai
q = normalitas larutan
22 = bobot setara CO2
3.2.4. COD
Sampel air diambil dengan botol sampel di tiga titik sampel yaitu tepi 1, tengah
dan tepi 2 pada setiap stasiun sungai. Kemudian dihomogenkan. Jika diperlukan
dilakukan pengenceran terlebih dahulu. Kemudian ditempatkan kedalam labu
erlenmeyer sebanyak 100 ml dan kedalamnya ditambahkan sebanyak 5 ml larutan
H2SO4 4 N dan 10 ml larutan KmnO4 0,01 N. Ditutup dengan alumunium foil
kemudidan dididihkan selama 10 menit dan setelah dingin ditambahkan sebanyak 10
ml larutan asam oksalat 0,01 N sampai berwarna jernih. Selanjutnya dilakukan titrasi
dengan larutan KmnO4 0,01 N sampai terbentuk larutan yang berwarna merah muda.
Untuk blanko diberi perlakuan sama dengan sampel air. Nilai COD dihitung dengan
1000
rumus : Kadar COD = x 0,01 x 31,6 mg/L
100
Keterangan :
a = ml KmnO4 yang terpakai,
F = Faktor koreksi KMnO4,
31,6 = berat equivalen KMnO4
3.2.5. BOD
Sampel air diambil dengan botol Winkler 250 ml secara perlahan supaya tidak
ada gelembung udara yang masuk dengan cara dimiringkan. Saat sampel hampir
penuh, perlahan-lahan botol Winkler ditegakkan. Botol Winkler dibolak-balikkan
dalam air kemudian ditutup dengan rapat saat botol masih di dalam air. Botol winkler
pertama segera diperiksa kandungan oksigennya, sedangkan botol kedua diinkubasi
selama selama 5 hari dengan suhu 20oC kemudian setelah diinkubasi, diperiksa
kandungan oksigennya. BOD dapat dihitung dengan rumus:
BOD =
Keterangan :
A0: Oksigen terlarut sampel pada nol hari
A5: Oksigen terlarut sampel pada lima hari
S0 : Oksigen terlarut blanko pada nol hari
S5 : Oksigen terlarut blanko pada lima hari
T : Persen perbandingan antara A0 : S0
P : Derajat pengenceran
3.3. Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 24 Maret 2018 di tiga stasiun
pengambilan sampel yaitu hulu Sungai Banjaran yang berada di desa Ketenger,
Baturaden dengan titik koordinat pada 7019’26.1”S 109013’05.2”E; bagian tengah
Sungai Banjaran yang berada di desa Bobosan, Purwokerto Utara dengan titik
koordinat 7024’27.9”S 109013’29.1”E; dan hilir Sungai Banjaran yang berada di desa
Kedungwringin, Patikraja dengan titik koordinat 7027’05.7”S 109012’50.6”E.
Kemudian pengamatan sampel dilakukan di Laboratorium FPIK Universitas Jenderal
Soedirman.
3.4. Analisis data
Data yang diperoleh dapat dianalisis secara deskriptif dengan histogram atau
diagram balok antara titik sampling dan standar kualitas air.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Tabel 3. Sifat Kimia Sungai Banjaran
Sungai Banjaran Standar
Parameter Satuan Hulu Tengah Hilir Baku Pustaka
Mutu
pH - 7,66 7,57 7,52 6–9 PPRI No.82
Tahun 2001
Kelas II
ml/L 7,6 5 5,9 >4 PPRI No.82
DO Tahun
2001Kelas II
CO2 bebas ml/L 1,98 2,86 4,8 2-9 PPRI No.82
Tahun 2001
Kelas II
BOD mg/L 0,178 0,4 0,8 <3 PPRI No.82
Tahun 2001
Kelas II
COD mg/L 4,04 5,88 7,68 <25 PPRI No.82
Tahun 2001
Kelas II
4.2. Pembahasan
4.2.1. pH
Hasil pengamatan dari parameter derajat keasaman dari Sungai Banjaran
daerah hulu, tengah dan hilir memiliki pH masing-masing sebesar 7,66; 7,57; dan
7,53. Angka pH lebih kecil dari 7 menunjukkan bahwa air di tempat tersebut bersifat
asam, sedangkan angka pH lebih besar dari 7 menunjukan bahwa perairan tersebut
bersifat basa. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai pH dalam suatu perairan yaitu
dipengaruhi oleh adanya buangan limbah organik dan anorganik ke sungai (Ali et.al.,
2013). Selain itu adanya senyawa karbonat, bikarbonat dan hidroksida juga akan
menaikkan kebasaan air, sementara adanya asam-asam mineral bebeas dan asam
9 pH
8.5
6.5
6
Hulu Tengah Hilir pH Sungai Banjaran
8.00 DO
7.60
7.00
6.00
ml/L
5.9
5.00
5
4.00
Hulu Tengah HilirDO Sungai Banjaran
15.00
ml/L
10.00
5.00
4.80
0.00 1.98 2.85
Hulu Tengah Hilir CO2 bebas Sungai…
Gambar 4. Grafik CO2 Bebas Sungai Banjaran
6
4.04
4
COD Sungai Banjaran
2
0
Hulu Tengah Hilir
Stasiun Pengamatan
BOD
4.00
3.00
mg/L
2.00
1.00
0.8
0.00 0.4
0.18
Hulu Tengah Hilir BOD Sungai Banjaran
Gambar 6. Grafik BOD Sungai Banjaran
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa :
1. Parameter kimia yang dijadikan untuk mengetahui kualitas air pada perairan
lotik Sungai Banjaran antara lain : pH, DO, CO2 Bebas, COD dan BOD.
2. Kandungan atau kadar dari masing-masing parameter mengalami perubahan
dari titik sampel di hulu, tengah dan hilir.
5.2. Saran
Diharapkan para praktikan dapat melakukan praktikum dengan hati-hati dan
serius agar dapat mendapatkan data yang valid.
DAFTAR PUSTAKA
Agustira, Riyanda dkk. 2013. “Kajian Karakteristik Kimia Air, Fisika, dan Debit
Sungai pada Kawasan DAS Padang Akibat Pembuangan Limbah
Tapioka”. Jurnal Online Agroekoteknologi. 1 (3).
Ali, A., Soemarno, & M. Purnomo. 2013. Kajian Kualitas Air dan Status Mutu Air
Sungai Metro di Kecamatan Sukun Kota Malang. Jurnal Bumi Lestari.
Vol 13 No 2 : 265-274.
Andara, Diani Riezki., Haerudin, dan A.Suryanto. 2014. Kandungan Total Padatan
Tersuspensi, Biochemical Oxygen Demand dan Chemical Oxygen
Demand serta Indeks Pencemaran Sungai Klampisan di Kawasan Industri
Candi, Semarang. Diponegoro Journal of Maquares. 3 (3): 177-187.
Barus, T.A. 2002. Pengantar Limnologi. Universitas Sumatera Utara, Medan. 164
hal.
Bhagawati, D., M.N Abulias, & A. Amurwanto. 2013. Fauna Ikan Siluriformes Dari
Sungai Serayu, Banjaran, Dan Tajum Di Kabupaten Banyumas. Jurnal
MIPA .36 (2): 112-122
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Konsius. Yogyakarta.
Hasan, H., E. Prasetio, & S. Muthia. 2016. Analisis Kualitas Perairan Sungai
Ambawang di Kecamatan Sungai Ambawang, Kabupaten Kubu Raya
untuk Budidaya Perikanan. Jurnal Ruaya. 4(2) : 34-40
Hasanah I., P. Widjanarko, & M. Musa. 2013. Evaluasi Kelayakan Tambak
Tradisional Ditinjau dari Segi Biofisik di Desa Tritunggal Kecamatan
Babat Kabupaten Lamongan. MSPi Student Journal. 1(1) :11-21
Indrayana, R. & M.Y.A Rifai. 2014. Pengaruh Arus Permukaan Terhadap Sebaran
Kualitas Air di Perairan Genuk Semarang. Jurnal Oseanografi. 3(4) : 651
– 659
Katakwar, Muskesh. 2014. Water quality and pollution status of Narmada River’s
Korni Tributary in Madhya Pradesh. International Journal of Chemical
Studies. 2(2) : 5-9
Majumder S., & T.K. Dutta. 2014. Studies on seasonal variations in physico-chemical
parameters in Bankura segment of the Dwarakeshwar River (W.B.) India.
International Journal of Advanced Research. 2(3) :877-881
Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 Tahun 1990 Tentang Syarat-syarat dan
Pengawasan Kualitas Air. Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Pujiastuti, Peni., Bagus Ismail, dan Pranoto. 2013. Kualitas dan Beban Pencemaran
Perairan Waduk Gajah Mungkur. Jurnal Ekosains. 5 (1): 59 – 76.
Rafitri, R., T.R Setyawati, & A.H Yanti. 2015. Struktur Komunitas Fitoplankton di
Perairan Gambut Sungai Ambawang Desa Pancaroba Kecamatan Sungai
Ambawang Kabupaten Kubu Raya. Protobiont. 4(1) : 253-259
Soraya, Z. Hanafiah, & Y. Windusari. 2014 Analisis Fisik Kimia Perairan untuk
Mendeteksi Kualitas Perairan Sungai Rambang Kabupaten Ogan Ilir
Sumatra Selatan. Biospecies Vol. 7 No.2 : 43-46.
Tanjung, R.H.R, H.K. Maury, & Suwito. 2016. Pemantauan Kualitas Air Sungai
Digoel, Distrik Jair, Kabupaten Boven Digoel, Papua. Jurnal Biologi
Papua. 8( 1) : 38–47
Yuliastuti, Etik. 2011. Kajian Kualitas Air Sungai Ngringo Karanganyar dalam
Upaya Pengendalian Pencemaran Air. Tesis. Universitas Diponegoro.
Semarang.
Zaki, M., M. Siagian, & A.H Simarmata. 2014. The Vertical Profile Of Nitrate in
Pinang Dalam Oxbow Lake Buluh China Village Siak Hulu Sub District
Kampar District Riau Province. JOU Universitas Riau. 1(2) : 1-12