INDONESIA
NAMA : FATMAWATI
NIM : H041211002
KELAS : BIOLOGI A
PEMBAHASAN
panjang garis pantai 81.000 km dan luas laut sekitar 3,1 juta km2 . Wilayah
Eksklusif (ZEE) seluas 2,7 km2 yang menyangkut eksplorasi, eksploitasi dan
sebagai Laut Nusantara merupakan aset nasional yang berperan sebagai sumber
kekayaan alam, sumber energi, sumber bahan makanan, media lintas laut antar
maupun terapannya. Dalam kaitan ini, nelayan, sumber daya manusia yang
kehidupan nelayan ikut terangkat pula, melalui terbukanya bidang usaha dan
tersebut, maka dapat diperkirakan bahwa Indonesia hanya akan selalu menjadi
ladang pasar dunia, dan bukan menjadi produsen dunia (Darsono, 1999).
1) Hutan Mangrove
berfungsi sebagai penyedia nutrien bagi biota perairan, tempat pemijahan dan
asuhan bagi berbagai macam biota, penahan abrasi, amukan angin taufan dan
tsunami, penyerap limbah, pencegah intrusi air laut dan lain sebagainya. Secara
baku obat dan lain sebagainya. Tidak kurang dari 70 macam kegunaan pohon
mangrove bagi kepentingan manusia telah diidentifikasikan, meliputi "produk
langsung" seperti bahan bakar kayu, bahan bangunan, alat penangkap ikan,
dan "produk tidak langsung" seperti tempat rekreasi, dan bahan makanan.
Kegiatan wisata alam semacam ini telah berkembang lama di Malaysia dan
penyusutan terus menerus, dalam satu dekade luas hutan mangrove tercatat
spesies 89, terdiri dari 35 spesies tanaman, 9 spesies perdu, 9 spesies liana, 29
yang tinggi merupakan aset yang sangat berharga baik dilihat dari fungsi
2) Terumbu Karang
tempat pemijahan, tempat asuhan dan mencari pakan bagi berbagai biota.
seperti berbagai jenis ikan karang, udang karang, alga, teripang, dan berbagai
kapur, karang batu sering ditambang sangat intensif seperti terjadi di pantai-
taman laut yang terdapat di pulau atau pantai yang mempunyai terumbu karang
yang dimiliki oleh terumbu karang merupakan salah satu potensi atraksi wisata
bahari yang belum dimanfaatkan secara optimal. Sementara itu potensi lestari
/ton/ tahun. belum termasuk potensi ikan hias sebesar 1,5 milyar ekor, dengan
luas total terumbu karang lebih kurang 50.000 km2 (Darsono, 1999).
tipenya, dimana semua tipe terumbu karang yang mencakup terumbu karang
karang cincin (atoll) dan terumbu tambalan (patch reefs) terdapat di perairan
laut Indonesia. Terumbu karang tepi terdapat di sepanjang pantai dan mencapai
pantai (mencapai puluhan atau ratusan kilometer) dipisahkan oleh laguna yang
dan sepanjang tepian Paparan Sunda, sedang terumbu karang cincin tersebar di
3) Padang Lamun
sudah sepenuhnya menyesuaikan diri untuk hidup di bawah permukaan air laut
(FORTES, 1990). Lamun hidup di perairan dangkal agak berpasir, sering juga
dan lebat di dasar laut yang masih terjangkau oleh cahaya matahari dengan
tegak, berdaun tipis yang bentuknya mirip pita dan berakar jalar. Tunas-tunas
tumbuh dari rhizoma, yaitu bagian rumput yang tumbuh menjalar di bawah
padang lamun memerlukan sirkulasi air yang baik. Air yang mengalir inilah
Secara umum semua tipe dasar laut dapat ditumbuhi lamun, namun
padang lamun yang luas hanya dijumpai pada dasar laut lumpur pasiran dan
tebal. Padang lamun sering terdapat di perairan laut antara hutan rawa
mangrove dan terumbu karang. Di wilayah perairan Indonesia terdapat
sedikitnya 7 marga dan 13 jenis lamun, antara lain jenis Enhalus acaroides dari
Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara dan Irian Jaya. Di dunia, secara geografis
lamun ini tampaknya memang terpusat di dua wilayah yaitu di Indo Pasifik
seperti "duyung" (mamalia), penyu laut, bulu babi dan beberapa jenis ikan.
Padang lamun juga merupakan daerah asuhan (nursery ground) bagi larva-larva
berbagai jenis ikan. Tumbuhan lamun dapat digunakan sebagai bahan makanan
4) Rumput laut
diamati dari potensi lahan budidaya rumput laut yang tersebar di 26 propinsi di
dengan potensi produksi sebesar 462.400 ton/ tahun (DAHURI et al, 19964.
Budidaya rumput laut sudah sejak lama dilakukan oleh masyarakat di daerah
pantai seperti Bali, PP. Seribu, Riau, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara,
pasang surut akibat masalah pemasaran yang turun naik tidak menentu. Namun
sekarang pemasarannya tidak masalah justru karena krisis ekonomi membawa
angin segar bagi produk pertanian untuk ekspor dengan naiknya nilai dolar.
terutama sebagai bahan pangan, seperti untuk lalapan, sayur, acar, manisan,
untuk industri dan sebagai komoditas ekspor berkembang pesat pada beberapa
dasawarsa terakhir ini. Pemanfaatan rumput laut untuk industri terutama oleh
Karagenan merupakan bahan kimia yang dapat diperoleh dari berbagai jenis
alga merah seperti Gelidium, Gracilaria dan Hypnea, sedan" algin adalah bahan
ekspor, maka saat ini usaha budidayanya mulai semarak dilakukan masyarakat
(Jakarta), Bali, Pulau Samaringa (Sulawesi Tengah), Pulau Telang (Riau), dan
1999).
Ikan Karang, Ikan Hias, Rumput Laut, Moluska Teripang/ Ubur-ubur, Benih
Alami, Reptilia dan Mamalia laut. Nama-nama jenis ikan yang termasuk di
perikanan meliputi Selat Malaka, Laut Cina Selatan, Laut Jawa, Samudera
Hindia, Selat Makasar dan Laut Flores, Laut Sulawesi dan Samudera Pasifik,
Teluk Tomini dan Laut Maluku, Laut Arafura. Secara nasional potensi lestari
pelagis kecil, demersal, udang, ikan karang, dan cumi-cumi adalah sebesar 6,2
1997, total produksi perikanan laut sejumlah 3,8 juta ton diantaranya kelompok
ikan 84%, krustasea 6%, moluska 3%, rumput laut 3%, dan binatang air
dibandingkan dengan potensi sumberdaya ikan yang besarnya 6,2 juta ton,
beberapa jenis komoditas ikan ekonomis penting disajikan pada Tabel 2. Selain
dimanfaatkan untuk budidaya ikan bandeng, kakap, udang windu dan jenis-
terbuka luas. Usaha budidaya mempunyai prospek yang baik dimasa yang akan
datang dalam memajukan taraf hidup para nelayan disekitar pesisir laut.
budidayakan dan mempunyai prospek baik yaitu berbagai jenis ikan kerapu,
kakap putih, kakap merah, bandeng, lola, batu laga, kerang mutiara, dan
KESIMPULAN
pangan, mineral maupun bahan mentah, kita mencari sumbersumber baru di laut.
terapannya. Dalam kaitan ini, nelayan, sumber daya manusia yang langsung
proposional.
DAFTAR PUSTAKA
Darsono, P., 1999, Pemanfaatan Sumber Daya Laut Dan Implikasinya Bagi
Masyarakat Nelayan, Jurnal Oseana, 24(4): 1-5.