Anda di halaman 1dari 18

ISSN 2086 – 1516

ANALISIS JENIS-JENIS LAMUN (SEAGRASS) DI PERAIRAN KAMPUNG


YENDIDORI KABUPATEN BIAK NUMFOR
1
DAVID JESAJAS, 2EDOWARD KRISSON. RAUNSAY, 3LEONARDO E. AISOI,
4
LISIARD DIMARA
1,2,3
Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Uncen Jayapura,
Email: jesajasreinhard@yahoo.com HP. 081240365237, edowardraunsay@yahoo.com, HP.
085254375678
4
Jurusan Kelautan FMIPA Uncen, Email: dimaralisiard@gmail.com,
HP. 081225299779

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis-jenis, bentuk penyebran lamun dan
kondisi lingkungan di Perairan Kampung Yendidori Distrik Yendidori Kabupaten Biak
Numfor. Beberapa metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Observasi: digunakan
untuk pengambilan data awal pada lokasi penelitian dan juga untuk menentukan stasiun
pengamatan; Wawancara: digunakan untuk mendapatkan informasi tentang data, nama lokal,
kegunaan dan informasi-informasi lainnya mengenai lamun; dan Transek Garis: digunakan
untuk menentukan area pengambilan sampel dengan cara dibuat beberapa garis transek yang
ditarik dari pantai menuju kearah laut. Data lapangan akan diolah secara deskriptif, kuantitatif
untuk mengetahui nilai kerapatan (K), kerapatan relatife (KR), frekuensi (F), frekuensi relatif
(FR), indeks nilai penting (NP) dan indeks keragaman jenis (H’). Jenis lamun yang terdapat di
perairan Yendidori tergolong dalam 2 (dua) famili yaitu Cymodoceaceae (5 jenis) dan
Hydrocharitaceae (3 jenis). Jenis lamun yang teridentifikasi di lokasi penelitian yaitu
Cymodocea rotundata (276 individu), Cymodocea serulata (56 individu), Syringodium
iseotifolium (156 individu), Halodule uninervis (456 individu), Halodule pinifolia (170
individu) dan Thalassia hempricii (480 individu), Halophila ovalis (60 individu) dan Halophila
minor (218). Tipe substrat habitat lamun di perairan Kampung Yendidori adalah pasir halus,
pasir berkarang, karang hidup, karang hidup dan pasir halus serta karang mati. Kondisi lamun
dipengaruhi oleh beberapa parameter lingkungan yaitu suhu, kecerahan, pH, dalinitas dan DO.
Jenis lamun yang tumbuh di Perairan Kampung Yendidori membentuk vegetasi campuran.
Nilai kerapatan relatif paling tinggi ada pada jenis Thalassia hempricii dan Halodule uninervis,
sedangkan jenis yang memiliki nilai kerapatan relatif paling rendah adalah jenis Cymodocea
serulata.
PENDAHULUAN sangat bergantung pada makanannya
berupa lamun. Karena itu, rusak atau
Indonesia merupakan Negara yang hilangnya habitat padang lamun akan
memiliki keanekaragaman hayati tertinggi menimbulkan dampak lingkungan yang
ketiga di luas (Nontji, 2014).
dunia (megabiodiversity) hidupan laut dan Karena fungsi lamun tak banyak
ekosistem pesisir, seperti kawasan coral dipahami, banyak padang lamun yang rusak
triangle mencakup 52% ekosistem oleh berbagai aktivitas manusia. Luas total
terumbu karang dunia, ekosistem mangrove padang lamun di Indonesia semula
sekitar 3,15 juta hektar atau 23 % dari diperkirakan 30.000 km2, tetapi kini
mangrove dunia dan 3,30 juta hektar diperkirakan telah menyusut 30-40%.
padang lamun (seagrass) yang terluas di Kerusakan ekosistem lamun, antara lain,
dunia. Ekosistem diwilayah pesisir pantai karena reklamasi dan pembangunan fisik di
Indonesia yang belum banyak dikenal dan garis pantai, pencemaran, penangkapan
diperhatikan adalah padang lamun ikan dengan cara destruktif (bom, sianida,
(Wimbanigrum, 2002). pukat dasar), dan tangkap lebih (over-
Lamun berbeda dengan rumput laut fishing). Salah satu contoh rusaknya padang
(seaweed) yang dikenal juga sebagai lamun adalah pembangunan pelabuhan dan
makroalga. Lamun berbunga (jantan dan industri di Teluk Banten, misalnya, telah
betina) dan berbuah di dalam air. Produksi melenyapkan ratusan hektar padang lamun.
serbuk sari dan penyerbukan sampai Tutupan lamun di Pulau Pari (DKI Jakarta)
pembuahan semuanya terjadi dalam telah berkurang sekitar 25% dari tahun
medium air laut. Lamun mempunyai akar 1999 hingga 2004. Dari sekian luas laut
dan rimpang (rhizome) yang Indonesia, hanya padang lamun di wilayah
mencengkeram dasar laut sehingga dapat timur seperti Papua, Maluku, dan Seram
membantu pertahanan pantai dari gerusan yang masih dalam kondisi baik (Nontji,
ombak dan gelombang. Dari sekitar 60 jenis 2014).
lamun yang dikenal di dunia, Indonesia Provinsi Papua memiliki potensi
mempunyai sekitar 13 jenis (Hutomo & sumber daya alam yang sangat besar dan
Nontji, 2014). strategis, teristimewa potensi sumber daya
Suatu hamparan laut dangkal yang pesisir dan lautnya. Wilayah Papua
didominasi oleh tumbuhan lamun dikenal memiliki perairan laut dengan panjang garis
sebagai padang lamun. Padang lamun dapat pantai 4.323 km. Luas perairan Papua
terdiri dari vegetasi lamun jenis tunggal sekitar 796.911 km2 yang terdiri dari
ataupun jenis campuran. Padang lamun perairan dalam sebesar 277.589 km2, laut
merupakan tempat berbagai jenis ikan teritorial 52.510 km2, dan Zona Ekonomi
berlindung, mencari makan, bertelur, dan Eksklusif (ZEE) sebesar 466.812 km2
membesarkan anaknya. Ikan baronang, (Dirjen PU, 2002 dalam Waromi, 2005).
misalnya, adalah salah satu jenis ikan yang Mengingat ancaman terhadap padang
hidup di padang lamun. Banyak jenis biota lamun semakin meningkat, akhir-akhir ini
laut lainnya hidup berasosiasi dengan mulailah timbul perhatian untuk
lamun, seperti teripang, bintang laut, bulu menyelamatkan padang lamun. Undang-
babi, kerang, udang, dan kepiting. Duyung Undang Nomor 27 Tahun 2007 yang
(Dugong dugon) dan penyu hijau (Chelonia mengalami perubahan menjadi Undang-
mydas) adalah hewan laut yang hidupnya undang Nomor 1 tahun 2014 tentang
113 | N o v a e G u i n e a J u r n a l B i o l o g i , V o l 8 . N 0 ( 2 ) 2 0 1 6
Pengelolaan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil ketersediaan lamun sangat tinggi pada suatu
telah mengamanatkan perlunya areal, maka areal tersebut perlu
penyelamatan dan pengelolaan padang dipertahankan keberadaannya dengan cara
lamun sebagai bagian dari pengelolaan tidak merencanakan maupun melaksanakan
terpadu ekosistem pesisir dan pulau-pulau pembangunan yang sifatnya merusak
kecil. Program pengelolaan padang lamun ataupun mengubah ekosistem padang
berbasis masyarakat yang pertama di lamun. Sejalan dengan itu, dalam
Indonesia adalah Program Trismades mempertahankan ekosistem perairan pantai
(Trikora Seagrass Management agar tetap stabil, perlu dilakukan
Demonstration Site) di pantai timur Pulau pengelolaan dengan menitikberatkan pada
Bintan, Kepulauan Riau, yang mendapat aspek pelestarian melalui perlindungan
dukungan pendanaan dari Program tempat (conservation areal).
Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa Mengingat pentinggnya peranan
(UNEP) dan baru dimulai tahun 2008 lamun, maka sumber daya alam ini harus
(Nontji, 2014). tetap dipertahankan guna menjaga
Papua memiliki keanekaragaman kemantapan ekosistem daerah pesisir.
hayati laut yang tinggi meliputi terumbu Sejauh ini, pemanfaatan lamun di Kampung
karang (coral reefs) yang baik, hamparan Yendidori Distrik Yendidori Kabupaten
padang lamun (seagrass beds), hutan Biak Numfor belum dikelola dengan baik.
mangrove (mangrove forest) yang luas, Akhir-akhir ini ekosistem padang lamun
serta berbagai potensi tambang dan mineral tersebut sudah banyak mengalami
yang belum banyak dimanfaatkan. gangguan. Salah satu ancaman bagi lamun
Berdasarkan hasil penelitian dijumpai di Perairan Kampung Yendidori adalah
sepuluh jenis lamun di perairan Pantai pesisir pantainya yang merupakan salah
Hamadi Tanjung, Jayapura (Rumbiak, satu obyek pariwisata bahari, banyak
2004), dan sembilan jenis lamun di perairan dikunjungi oleh wisatawan domestik. selain
Pulau Auki, Wundi, Nusi serta Pai (Latul, itu nelayan setempat mencari ikan
2011). Hal ini menggambarkan tingkat menggunakan bahan peledak. Hal ini
keragaman jenis lamun yang cukup tinggi disebabkan karena keterbatasan masyarakat
di Papua didukung dengan perairan yang setempat dalam bebagai informasi tentang
luas. ekosistem padang lamun dan potensinya. Di
Kabupaten Biak Numfor merupakan samping itu juga, Pemerintah maupun
salah satu daerah kepulauan di Provinsi Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
Papua yang memiliki daerah perairan cukup lebih banyak memperhatikan konservasi
luas, meliputi daerah pesisir Biak Timur terumbu karang dan mangrove, sedangkan
dan Kepulauan Padaido, Biak Barat, Biak padang lamun mulai terabaikan.
Utara serta Kepulauan Numfor. Hal ini Berdasarkan permasalahan di atas, maka
dapat mendukung penyebaran lamun. perlu dilakukan penelitian tentang Jenis-
Dalam kepentingan pemanfaatan sumber jenis Lamun (seagrass) dan bentuk
daya alam hayati lamun maupun ekosistem penyebarannya di Perairan Kampung
pantai, maka peruntukannya perlu Yendidori Distrik Yendidori Kabupaten
diperhitungkan atas dasar ketersediaan Biak Numfor.
lamun pada suatu areal. Hal ini
berhubungan dengan produktivitas primer
maupun fungsi dan peranan lamun. Apabila
114 | N o v a e G u i n e a J u r n a l B i o l o g i , V o l 8 . N 0 ( 2 ) 2 0 1 6
BAHAN DAN METODE lamun yang berada pada petak plot
pengamatan di kawasan padang lamun
Peralatan dan bahan yang Perairan Kampung Yendidori Distrik
digunakan adalah alat tulis dan papan data, Yendidori Kabupaten Biak Numfor, yang
GPS (Global position System) map 62s, rol berlangsung selama satu bulan yaitu bulan
meter, tali rafia, frame besi 1m x 1m, kaca Mei 2017.
mata selam, perahu, kantong spesimen,
kertas etiket dan label, kamera,
Thermometer serta buku identifikasi lamun
(den Hartog dan M. Huzni Azkab
“Pedoman Inventarisasi Lamun”) dan
alkohol 70% serta sampel lamun yang
ditemukan dalam plot pengamatan.
Penelitian ini dilakukan pada jenis-jenis
Gambar 1. Peta Lokasi Kegiatan

Penelitian ini menggunakan metode dengan penelitian; metode dokumentasi:


metode observasi: digunakan untuk dilakukan dengan cara mengambil sampel
pengambilan data awal pada lokasi untuk pembuatan herbarium basah dan
penelitian dan juga untuk menentukan memotret guna melengkapi data-data
stasiun pengamatan; metode wawancara: pendukung penelitian serta memudahkan
digunakan untuk mendapatkan informasi dalam mengidentifikasi jenis lamun; dan
tentang data, nama lokal, kegunaan dan metode transek garis: digunakan untuk
informasi-informasi lainnya mengenai menentukan area pengambilan sampel
lamun; metode studi pustaka: digunakan dengan cara dibuat beberapa garis transek
dalam mengidentifikasi jenis serta yang ditarik dari pantai menuju kearah laut
didukung literature lain yang berkaitan ditunjukkan pada Gambar 2.

Gambar 2. Sketsa Pemasangan Transek


Line
Keterangan gambar:
1. Garis pantai
2. Plot berukuran 1 x 1 m
3. Jarak antar plot 5 m
4. Titik transek
113 | N o v a e G u i n e a J u r n a l B i o l o g i , V o l 8 . N 0 ( 2 ) 2 0 1 6
5. Panjang transek 100 m atau sebatas INP dengan menghitung Kerapatan relatiif
terdapatnya vegetasi lamun dalam transek (KR), Frekuensi Relatif (FR) dan
6. Jarak antar transek 100 m Domonansi relatif (DR) :
7. Batas daerah laut dalam (tubir)
Jumlah total individu dari jenis ke-i
K=
Luas total area pengambilan sampel (m2)
Urutan dan langkah-langkah dalam
penelitian ini meliputi; observasi untuk Kerapatan dari jenis ke-i
KR = × 100%
Total kerapatan seluruh jenis
penentuan stasiun pengamatan sekaligus
untuk penempatan transek; mempersiapkan Jumlah plot ditemukan jenis ke-i
perlengkapan penelitian; pembuatan Frekuensi =
Jumlah total plot yang diamati
transek dengan cara memasang tali transek
tegak lurus garis pantai menuju kearah laut Jumlah frekuensi suatu jenis
FR = × 100%
Jumlah total frekuensi seluruh
menggunakan meteran (rol meter)
sepanjang 100 m dengan titik transek hanya Jumlah total dominan dari jenis ke-i
sebatas terdapatnya vegetasi lamun pada D=
Luas total area pengambilan sampel
masing-masing transek. Pemasangan
Dominansi dari jenis ke-i
transek sebanyak 4 transek dengan jarak DR = × 100%
Total dominansi seluruh jenis
antara transek 100 m. Pembuatan plot
disesuaikan dengan panjang pendeknya
Indeks Nilai Penting = KR + FR + DR
terumbu karang (coral reefs) dengan ukuran
masing-masing plot adalah 1m x 1m serta Indeks Keragaman Jenis menurut Shannon-
jarak masing-masing plot 5 m; pengambilan Wienner (1993) dalam Fachrul (2008)
sampel dan pengamatan habitat lamun sebagai berikut :
dilakukan pada air surut sedangkan pada
daerah yang dalam dilakukan dengan cara H’ = − ∑ Pi Ln Pi
menyelam; banyaknya jenis dan individu
tiap jenis lamun dicatat, dipotret untuk Keterangan :
H’ : Indeks keragaman Shannon-Wienner
selanjutnya di identifikasi menggunakan
Pi : Jumlah individu masing-masing jenis
buku Pedoman Inventarisasi Lamun, Azkab (i = 1, 2, 3, …) atau ni/N
2009. Panduan Monitoring Padang Lamun, ni : Jumlah individu dari suatu jenis
Hutomo & Nontji, 2014. Seagrass, N : Jumlah total individu seluruh jenis
COREMAP, 2015. Global Seagrass
Research Methods, Short F, Coles R. G, Besarnya indeks keragaman jenis
2001 dan Kriteria Baku Kerusakan dan didefinisikan sebagai berikut:
Pedoman Penentuan Stasiun padang
Lamun, KEPMENLH, 2004; data primer Nilai H’ > 3, menunjukkan keragaman
diolah secara deskriptif, kuantitatif untuk spesies tinggi
Nilai H’ ≤ 1 ≤ 3, menunjukkan keragaman
mengetahui nilai kerapatan (K), kerapatan spesies sedang
relatife (KR), frekuensi (F), frekuensi relatif Nilai H’ ≤ 1, menunjukkan keragaman
(FR), nilai penting (NP) dan indeks spesies rendah.
keragaman jenis (H’).
Data yang diperoleh kemudian
dianalisis secara deskriptif dan kuantitatif,
yaitu untuk menghitung jumlah jenis dan
sebarannya, maka dilakukan perhitungan
114 | N o v a e G u i n e a J u r n a l B i o l o g i , V o l 8 . N 0 ( 2 ) 2 0 1 6
HASIL DAN PEMBAHASAN yang berada di kabupaten Biak Numfor,
Kampung Yendidori adalah salah satu dimana sebagian besar berupa tanah
kampung dari 187 kampung yang tersebar berlapis karang (batu kapur) yang
di 19 distrik, yang ada di kabupaten Biak membentuk dataran dan tebing berbukit.
Numfor, tepatnya di Distrik Yendidori. Sehingga jika turun hujan, air hujan tidak
Kampung Yendidori merupakan pusat membentuk air permukaan tetapi air
pemerintahan distrik Yendidori yang langsung masuk kelapisan karang/batu
meliputi 14 kampung. Secara geografis, kapur, membentuk sungai-sungai di bawah
Kampung Yendidori terletak pada 136° BT tanah dan keluar sebagai mata air (air
- 1° 8’ LS, yang berbatasan dengan Sebelah salobar) di pantai.
Utara (kawasan hutan), Sebelah Selatan Tipisnya lapisan tanah dan kerasnya
(Selat Yapen), Sebelah Timur (Kampung batuan kapur, membuat daratan Kampung
Insrom), dan Sebelah Barat (Kampung Yendidori sulit ditumbuhi tanaman karena
Adoki). Infrastruktur transportasi darat tanah kapur sangat keras dan miskin hara.
yang menuju Kampung Yendidori Sebagian besar daratan Desa Yendidori
tergolong sangat baik dan merupakan jalur ditumbuhi oleh semak belukar yang tingkat
yang cukup ramai. Untuk sampai ke keanekaragaman jenisnya sangat rendah.
kampung Yendidori, dapat menggunakan Tanaman budidaya atau perkebunan yang
kendaraan roda dua atau roda empat, banyak ditanam dan dikonsumsi oleh
dengan jarak tempuh dari pusat kota Biak masyarakat adalah betatas, singkong dan
kurang lebih 8 km dengan waktu tempuh pepaya serta kelapa.
kurang lebih 15 menit. Kampung Yendidori Rendahnya keanekaragaman tumbuhan
dikenal sejak tahun 1929, di tandai dengan terutama pepohonan menjadi salah satu
Pembangunan Tugu Peringatan. Pada penyebab rendahnya keanekaragaman
awalnya kampung Yendidori di huni oleh hewan liar yang hidup dan berkembang
12 keluarga yang termasuk dalam 2 marga, biak di wilayah Desa Yendidori. Adapun
yaitu Aibekob dan Ayer. Kedua marga hewan liar yang banyak ditemukan adalah
tersebut sebagian besar hidup di pinggiran dari jenis burung dan reptil. Sedangkan
pantai, karena rata-rata mata pencaharian hewan peliharaan yang banyak di pelihara
warga kampung ini adalah nelayan. masyarakat, antara lain Babi, Ayam,
Penduduk masyarakat Kampung Anjing, dan Kambing.
Yendidori awalnya didiami oleh kedua Kampung Yendidori merupakan salah
marga tersebut. Namun karena perkawinan satu kampung pesisir yang memiliki pantai
campur dan imigrasi penduduk ke kampung yang relatif landai dan berpasir putih.
ini, maka kini bukan hanya didiami kedua Kondisi tersebut menjadi daya tarik
marga tersebut saja, namun didiami juga wisatawan untuk berkunjung dan
penduduk luar. Menurut data BPS menikmati keindahan pantai Yendidori.
Kabupaten Biak Numfor, jumlah penduduk Selain kondisi pantai yang indah,
Kampung Yendidori pada tahun 2015 bulan perairan laut Yendidori juga memiliki
Agustus berjumlah 1.626 jiwa. Jumlah ekosistem yang cukup penting, antara lain:
tersebut sebagian besar berprofesi sebagai ekosistem lamun dan ekosistem terumbu
nelayan dan petani. karang. Ekosistem terumbu karang tersebut
Wilayah daratan Kampung Yendidori termasuk tipe terumbu karang penghalang
hampir sama dengan kondisi daratan (barrier reef). Ekosistem ini menjadi
sebagian besar kampung-kampung pesisir tempat hidup berbagai jenis ikan dan biota
115 | N o v a e G u i n e a J u r n a l B i o l o g i , V o l 8 . N 0 ( 2 ) 2 0 1 6
lain, yang sangat penting bagi kehidupan delapan jenis lamun yang termasuk dalam
masyarakat Desa Yendidori terutama dua famili (Tabel 1).
nelayan. Selain sebagai tempat hidup
berbagai jenis ikan dan biota lain,
keberadaan terumbu karang tersebut juga
menjadi penghalang dari gempuran ombak
untuk keselamatan masyarakat dan
wisatawan.
Dari hasil observasi yang dilakukan di
Perairan Kampung Yendidori ditemukan
Tabel 1. Keanekaragaman Jenis Lamun di Lokasi Penelitian
Nama Jumlah
Famili Nama Jenis Author
Lokal Individu
Cymodoceaceae Cymodocea rotundata Ehrenberg & Hemprich, ex Andoi 276
Ascherson
Cymodocea serrulata (R. Brown) Ascherson & Magnus Andoi 56
Syringodium isoetifolium (Ascherson) Dandy - 156
Halodule uninervis (Forsskal) Asch erson Andoi 456
Halodule pinifolia (Miki) den Hartog Andoi 170
Hydrocharitaceae Thalassia hempricii Ascherson Andoi 480
Halophila ovalis (R. Brown) Hooker f. - 60
Halophila minor (Zollinger) den Hartog - 218
1872

Jenis lamun yang teridentifikasi di akar tidak bercabang, dapat


lokasi penelitian yaitu Cymodocea ditunjukkan pada Gambar 3.
rotundata, Cymodocea serulata,
Syringodium iseotifolium, Halodule Gambar 3. Cymodocea rotundata
uninervis, Halodule pinifolia (famili
Cymodoceaceae) dan Thalassia hempricii,
Halophila ovalis, Halophila minor (famili
Hydrocharitaceae) ditunjukan pada TabeL
1.
Berikut ini adalah deskripsi jenis-jenis
lamun yang ditemukan di lokasi penelitian :
1. Cymodocea rotundata
2. Cymodocea serrulata
Habitus perairan dangkal dengan tipe
substrat pasir berkarang, daun Habitus perairan dangkal dengan tipe
berwarna hijau, panjang daun 14 cm, substrat pasir berkarang, daun berwarna
lebar daun 0,4 cm. Tepi daun halus, hijau, panjang daun 7 cm, lebar daun 0,5
tulang daun sejajar, tulang daun pada cm. Tepi daun bergerigi, tulang daun
selembar daun 10-15 buah, jarak antar sejajar, tulang daun pada selembar daun
nodus 1 cm, tiap nodus hanya ada satu 11-16 buah, jarak antar nodus 1 cm, tiap
tegakan, tiap tegakan terdiri dari 3-4 nodus hanya ada satu tegakan, tiap
helai daun, akar berwarna kuning tegakan terdiri dari 2-3 helai daun, akar
kecoklatan, akar pada tiap nodus 2-3, berwarna kuning kecoklatan, akar pada

116 | N o v a e G u i n e a J u r n a l B i o l o g i , V o l 8 . N 0 ( 2 ) 2 0 1 6
tiap nodus banyak dan bercabang dapat 4. Halodule uninervis
ditunjukkan pada Gambar 4. Habitus perairan dangkal dengan tipe
Gambar 4. Cymodocea serrulata
substrat pasir berkarang, daun berwarna
hijau, ujung daun menyerupai huruf w,

panjang daun 3,5-7 cm, lebar daun 0,3


3. Syringodium isoetifolium
cm. Tepi daun halus, tulang daun
Habitus perairan dangkal dengan tipe
sejajar, jarak antar nodus 2 cm, tiap
substrat pasir berkarang, daun berwarna
nodus hanya ada satu tegakan, tiap
hijau, berbentuk silindris/tabung, ujung
tegakan terdiri dari 2-3 helai daun, aka
daun menyerupai tombak, panjang daun 1-
berwarna kuning kecoklatan, akar
5 cm, lebar daun 0,1 cm. Tepi daun halus,
tunggal pada tiap nodus 2-3, akar tidak
jarak antar nodus 1 cm, tiap nodus hanya
bercabang dapat ditunjukkan pada
ada satu tegakan, tiap tegakan terdiri dari
Gambar 6.
satu helai daun, akar berwarna kuning
Gambar 6. Halodule uninervis
kecoklatan, akar pada tiap nodus 2-3, akar
5. Halodule pinifolia
bercabang dapat ditunjukkan pada Gambar
Habitus perairan dangkal dengan tipe
5.
substrat pasir berkarang, daun berwarna
hijau, bentuk seperti tombak, panjang
daun 5-8cm, lebar daun 0,1 cm. Tepi
daun halus, tulang daun sejajar, tulang
daun pada selembar daun 5-9 buah,
jarak antar nodus 2,5 cm, tiap nodus
hanya ada satu tegakan, tiap tegakan
Gambar 5. Syringodium isoetifolium
terdiri dari 2-3 helai daun, akar
berwarna kuning kecoklatan, akar pada
tiap nodus 2-3, akar tidak bercabang
dapat ditunjukkan pada Gambar 7.

117 | N o v a e G u i n e a J u r n a l B i o l o g i , V o l 8 . N 0 ( 2 ) 2 0 1 6
7. Halophila ovalis
Habitus perairan dangkal dengan tipe
substrat pasir halus, daun berwarna
hijau, berbentuk oval, panjang daun 0,9-
1,5 cm, lebar daun 1 cm. Tepi daun
halus, memiliki ibu tulang daun dengan
10-25 anak tulang daun yang menyirip,
panjang tangkai daun 3 cm, jarak antar
Gambar 7. Halodule pinifolia nodus 1,5 cm, tiap nodus ada dua
tegakan, terdiri dari satu helai daun, aka
6. Thalassia hempricii
berwarna kuning kecoklatan, akar
Habitus perairan dangkal dengan tipe
tunggal ditiap nodus dapat ditunjukkan
substrat pasir berkarang, karang
pada Gambar 9.
hidup+pasir halus, pasir halus, daun
berwarna hijau, panjang daun 8,5 cm,
lebar daun 1 cm, ujung daun membukit
dan kasar. Tepi daun halus, tulang daun
sejajar, tulang daun pada selembar daun
11 buah, jarak antar nodus 4 cm, tiap
nodus hanya ada satu tegakan, tiap
tegakan terdiri dari 3-4 helai daun, Gambar 9. Halophila ovali
panjang tegakan 1 cm, akar berwarna 8. Halophila minor
kuning kecoklatan, akar tertutup serat- Habitus perairan dangkal dengan tipe
serat kasar, akar tunggal pada tipa nodus substrat pasir halus, daun berwarna
dan rimpang berbuku-buku dapat hijau, bulat panjang, bentuk seperti
ditunjukkan pada Gambar 8. telur, panjang daun 1-2 cm, lebar daun
0,9 cm. Tepi daun halus, memiliki ibu
tulang daun dengan 10-25 anak tulang
daun yang menyirip, panjang tangkai
daun 2-2,5 cm. jarak antar nodus 1,6
cm, tiap nodus ada dua tegakan, tiap
tegakan terdiri dari 1 helai daun,
memiliki akar tunggal ditiap nodus,
Gambar 8. Thalassia hempricii
akar berwarna kuning kecoklatan dapat
ditunjukkan pada Gambar 10.

118 | N o v a e G u i n e a J u r n a l B i o l o g i , V o l 8 . N 0 ( 2 ) 2 0 1 6
Baulu, 2011), penelitian di Teluk Youtefa
Kota Jayapura Papua didapati 4 jenis lamun
(Tebaiy, 2012) dapat ditunjukan pada
lampiran 5. Pernyataan ini diperkuat dari
banyaknya jenis lamun yang ditemukan di
lokasi penelitian, dapat ditunjukan pada
lampiran 2. Nontji (1993) dalam Anonimus
Gambar 10. Halophila minor (2015), mengemukakan bahwa secara
geografis, lamun yang tumbuh di perairan
Tabel 1, menunjukkan bahwa jenis tropis terpusat pada dua wilayah yakni
Thalassia hempricii paling sering daerah Indo Pasifik Barat sampai pantai
ditemukan dalam plot pengamatan dan pasifik Amerika Tengah (karibia). Khusus
memiliki jumlah individu paling banyak untuk Indonesia, penyebaran lamun paling
dari semua jenis lamun yang ditemukan di luas terdapat pada Indonesia bagian tengah
semua lokasi ini, sedangkan jenis sampai ke timur. Ada beberapa jenis lamun
Cymodocea serulata yang paling sedikit yang penyebarannya terbatas seperti
ditemukan di semua lokasi pengamatan. Thalassodendron ciliatum banyak terdapat
Hal ini dapat dilihat dari banyaknya di Indonesia bagian timur dan jenis lamun
individu dari jenis Cymodocea serulata lain yang sebarannya sempit adalah
yang ditemukan dalam plot pengamatan. Halodule spinulosa.
Keanekaragaman jenis lamun yang Jenis-jenis lamun yang dijumpai
ditemukan di Perairan Kampung Yendidori pada umumnya hidup pada beberapa tipe
tergolong lebih banyak jika dibandingkan substrat yaitu pasir berlumpur, pasir halus
dengan penelitian struktur vegetasi lamun dan patahan karang mati, namun dari hasil
di beberapa perairan Indonesia, seperti pengamatan tipe substrat yang paling
penelitian di Pulau Talise didapati 7 jenis banyak dijumpai lamun yaitu pasir halus,
lamun (Takaendengan & Azkab, 2010), dan pasir berkarang sedangkan pada
penelitian di perairan Pulau Panjang substrat karang hidup tidak dijumpai
Kepulauan Derawan Kalimantan Timur tumbuhan lamun (lampiran 5). Tumbuhan
didapati 5 jenis lamun (Nursahraeni, 2014), lamun yang dijumpai pada lokasi penelitian
penelitian di perairan Desa Pengudang membentuk tipe vegetasi campuran. Hal ini
Kabupaten Bintan didapati 7 jenis lamun terlihat dari hasil pengamatan tiap plot
(Harpiansyah. Dkk, 2014), penelitian di jarang dijumpai vegetasi tunggal, artinya
Pesisir Pulau Yamde, Maluku Tenggara dalam satu plot pengamatan jarang
Barat didapati 7 jenis lamun (Kepel & ditemukan satu spesies saja.
119 | N o v a e G u i n e a J u r n a l B i o l o g i , V o l 8 . N 0 ( 2 ) 2 0 1 6
Tabel 2. Tipe substrat di Perairan Kampung Yendidori
No Jenis Substrat Jumlah Transek
Tr.1 Tr. 2 Tr. 3 Tr. 4
1 Pasir halus - * * *
2 Pasir berkarang * * * *
3 Karang hidup * * * *
4 Karang hidup + pasir halus * * * *
5 Karang mati - * * *
Keterangan : * (ada), - (tidak ada), Tr (transek).

Berdasarkan tabel 2 di atas, tipe parameter mengingat ketersediaan alat-alat


substrat karang mati tidak dijumpai adanya pendukung dan waktu penelitian. Parameter
vegetasi lamun dikarenakan akar dari pada yang diuji yakni suhu dan kecerahan.
lamun tidak dapat mencengkram karang Tabel 3. Data pengukuran kualitas air laut
mati. Tipe substrat yang paling sering di Perairan Kampung Yendidori
ditemukan vagetasi lamun adalah substrat Parameter Kualitas
No Nilai
pasir halus dan pasir berkarang. Jenis Air
1 Suhu 29.30C
Thalassia hempricii yang dijumpai, hidup
2 Kecerahan 2.80 m
pada beberapa tipe substrat yaitu substrat
3 pH 7.33
pasir halus, pasir berkarang dan karang
4 Salinitas 33.66
hidup + pasir halus. 5 DO 7.49
Tipe substrat pasir halus hanya
ditemukan pada transek 2, 3, dan 4 Suhu air merupakan salah satu faktor
sedangkan tipe substrat pasir brkarang, lingkungan yang mempengaruhi
karang hidup dan karang hidup + pasir halus pertumbuhan dan perkembangan lamun.
ditemukan hampir di seluruh tansek pada Berdasarkan hasil pengukuran suhu
lokasi penelitian. Salah satu faktor yang perairan dilokasi pengamatan diperoleh
mempengaruhi proses pembentukan nilai kisaran antara 28-310C (tabel 3). Dari
substrat adalah pasang surut. Tingginya nilai tersebut terlihat bahwa suhu perairan
pasang surut akan membawa sedimentasi di lokasi pengamatan relatif stabil dan
yang menjadi bahan dasar pembentukan masih berada dalam kisaran suhu optimal
substrat disuatu perairan. untuk pertumbuhan dan perkembangan
Perpaduan antara beberapa parameter lamun.
kualitas air mempunyai peranan yang Kecerahan perairan merupakan salah
penting terhadap kehidupan biota yang ada satu faktor lingkungan yang dapat
didalamya. Parameter kualitas air terbagi mempengaruhi pertumbuhan dan
menjadi parameter fisik air (cahaya, suhu, perkembangan lamun terutama untuk
kecerahan, warna, substrat, kecepatan arus, melakukan fotosintesis lamun
pasang surut dan sampah), parameter kimia membutuhkan bantuan sinar matahari
(pH, salinitas, oksigen terlarut, amoniak dalam melakukan proses tersebut. Nilai
bebas, fosfat, nitrat, sulfide, senyawa fenol, kecerahan di prerairan kampung yendidori
minyak dan lemak serta pestisida), yang diukur hanya sebatas terdapatnya
parameter biologi (E. coloform dan total vegetasi lamun masih dalam kategori baik
coloform) (Kepmen Lingkungan Hidup No. bagi kehidupan lamun di perairan tersebut
51 tahun 2004, tentang baku mutu air laut). dapat ditunjukkan pada Tabel 3.
Pada penelitian ini hanya diambil beberapa
1|Novae Guinea Jurnal Biologi, Vol 8. N0 (2)201 6
Nilai derajat keasaman yang diperoleh dapat ditunjukkan pada Tabel 3.
dilokasi pengamatan menunjukkan bahwa Berfluktuasinya kandungan oksigen terlarut
pH perairan termasuk kisaran normal bagi diperairan ini diduga pemakaian oksigen
pH air laut di Indonesia yang pada terlarut oleh lamun untuk respirasi akar dan
umumnya bervariasi antara 6,0-8,5. rimpang, respirasi biota air.
Menurut Phillips dan Menez (1988) dalam Sebaran jenis lamun pada perairan
Dahuri, dkk (2008), kisaran normal pH air Kampung Yendidori dapat ditentukan
laut adalah 7,8-8,2. Nilai derajat keasaman dengan nilai kerapatan relatif (KR),
optimum untuk pertumbuhan lamun frekuensi relatif (FR), serta Indeks Nilai
berkisar 7,3-9,0 (Phillips dalam Burrell & Penting (INP). Ditetapkan empat transek
Schubell 1977 dalam Azkab, 1994). pada pesisir pantai sebagai jalur
Kisaran salinitas perairan dilokasi pengamatan sedangkan untuk
penelitian adalah 33,66‰ dan ditunjukkan pengamatannya dilakukan di dalam plot
pada Tabel 3. Kisaran ini termasuk kisaran (petak contoh). Banyaknya plot dalam satu
nilai yang cocok untuk kehidupan lamun transek adalah sama yaitu delapan plot yang
dan biota yang ada didalamnya. berukuran 1m × 1m , dengan demikian luas
Pertumbuhan lamun membutuhkan salinitas area pengambilan sampel lamun di perairan
optimum berkisar 24-35‰ (Den Hartog, Kampung Yendidori adalah sama pada
1970; Dahuri. Dkk, 2008). Pada umumnya masing-masing transek yakni 100 m2
salinitas di perairan pesisir selalu dengan total luas area pengambilan sampel
berfluktuasi karena dipengaruhi oleh 400 m2.
berbagai faktor, antara lain pola sirkulasi Berikut ini adalah tabel hasil
air, penguapan, curah hujan dan aliran perhitungan kerapatan relatif, frekuensi
sungai (Effendi, 2003). relatif dan Indeks Nilai Penting (INP) jenis
Hasil pengukuran kandungan oksigen lamun di Perairan Kampung Yendidori.
terlarut pada lokasi pengamatan 7,49 mg/l
Tabel 4. Kerapatan relatif (KR), frekuensi relatif (FR), dan Indeks Nilai Penting (INP) jenis
lamun di perairan Kampung Yendidori
No Family Nama Spesies KR FR INP
1 Hydrocharitaceae Thalassia hempricii 25.64 32.25 57.71
2 Cymodoceaceae Halodule uninervis 24.35 19.03 44.19
3 Cymodoceaceae Cymodocea rotundata 14.74 13.87 29.10
4 Hydrocharitaceae Halophila minor 11.64 6.7 18.73
5 Cymodoceaceae Halodule pinifolia 9.08 9.03 18.11
6 Cymodoceaceae Syringodium isoetifolium 8.33 9.03 17.63
7 Hydrocharitaceae Halophila ovalis 3.20 1.93 5.13
8 Cymodoceaceae Cymodocea serulata 2.99 8.06 11.15
∑ 100.00 100.00 201.75

2|Novae Guinea Jurnal Biologi, Vol 8. N0 (2)201 6


Dari tabel 4 di atas, jenis Thalassia mampu beradaptasi di perairan Kampung
hempricii memiliki nilai kerapatan relatif Yendidori. Jenis ini hanya terdapat di transek
paling besar yakni 25.64%, diikuti oleh jenis dua dan tiga dengan tipe substrat pasir halus.
Halodule uninervis dengan nilai kerapatan Thalassia hempricii memiliki nilai INP
relatif 24.35% kemudian jenis Cymodocea paling besar yaitu 57.71%, hal ini
rotundata (14.74%) serta jenis lamun yang menunjukkan jenis lamun ini memiliki
memiliki nilai kerapatan relatif paling kecil kemampuan adaptasi yang tinggi pada
adalah Cymodocea serulata yaitu 2.99% . berbagai tipe substrat (pasir halus dan pasir
jenis Thalassia hempricii memiliki nilai berkarang) sehingga dapat tumbuh dan
kerapatan relatif paling besar karena mampu menyebar dengan luas di Perairan Kampung
tumbuh dan beradaptasi dengan faktor-faktor Yendidori. Untuk jenis yang memiliki nilai
lingkungan seperti pH, kecerahan, suhu, INP paling rendah adalah jenis Halophila
salinitas, dan tipe substrat kecuali karang ovalis dengan nilai 5.13%, hal ini
hidup serta beberapa parameter kimia menunjukkan bahwa jenis lamun ini
lainnya. memiliki kemampuan adaptasi yang rendah
Untuk nilai frekuensi relatif tertinggi (hanya sebatas substrat pasir halus) dan
dijumpai pada jenis Thalassia hempricii berbagai faktor lingkungan lainnya.
dengan nilai frekuensi relatif 32.25%, jenis Hasil observasi jenis lamun di perairan
ini paling sering dijumpai pada setiap plot Kampung Yendidori, menunjukkan bahwa
pengamatan dengan berbagai tipe substrat. jumlah individu paling tinggi yaitu jenis
Untuk Halodule uninervis dengan nilai Thalassia hempricii (480 individu), disusul
frekuensi relatif 19.03%, tetapi frekuensi oleh Halodule uninervis (456 individu),
kemunculan jenis ini terdapat hanya sebatas sedangkan jumlah individu paling sedikit
plot pengamatan dengan tipe substrat tertentu yaitu jenis Cymodocea serulata (56
(pasir atau pasir dengan karang). Sedangkan individu). Tingkat keragaman jenis lamun di
jenis Halophila ovalis memiliki nilai Perairan Kampung Yendidori berdasarkan
frekuensi relatif paling rendah yaitu 1.93%. Indeks Shannon Wiener dapat ditunjukkan
Hal ini disebabkan karena jenis ini kurang pada Tabel 5.

Tabel 5. Indeks Keragaman Jenis Lamun di Perairan Kampung Yendidori


Jumlah H’
Famili Nama Spesies
Individu
Hydrocharitaceae Thalassia hempricii 480
Cymodoceaceae Halodule uninervis 456
Cymodoceaceae Cymodocea rotundata 276
Hydrocharitaceae Halophila minor 218
Cymodoceaceae Halodule pinifolia 170 1.87
Cymodoceaceae Syringodium isoetifolium 156
Hydrocharitaceae Halophila ovalis 60
Cymodoceaceae Cymodocea serulata 56
∑ 1872

3|Novae Guinea Jurnal Biologi, Vol 8. N0 (2)201 6


Berdasarkan nilai H’ pada Tabel 5 ekosistem yang ada di perairan tersebut akan
terlihat bahwa perairan Kampung Yendidori menimbulkan dampak yang kurang baik bagi
memiliki tingkat keragaman jenis lamun kualitas air dan ekosistem lamun itu sendiri,
yang masuk dalam kategori sedang. Hal ini serta akan berdampak pada pertumbuhan dan
disebabkan adanya aktivitas manusia yang perkembangan lamun.
mempengaruhi kondisi lamun itu sendiri. Ekosistem perairan yang ada di dalam
Misalnya lamun dicabut dari substratnya wilayah ini sangat dipengaruhi oleh pasang-
untuk memberi arah masuk bagi perahu- surut air laut, arus, angin dan musim sehingga
perahu bermotor yang menuju pantai akan berdampak juga pada pertumbuhan dan
kampung Yendidori dan juga pencabutan penyebaran lamun. Pasang-surut air laut yang
serta pembersihan lamun dari substratnya tinggi mempengaruhi suplai nutrien bagi
dengan maksud agar kawasan pantai tersebut lamun dan akan meningkatkan proses
dapat digunakan sebagai tempat berkunjung sedimentasi pada daun-daun lamun.
bagi wisatawan domestik (kawasan Disamping itu, tingginya pasang surut akan
ekowisata). Selain itu, cara menangkap ikan berdampak nyata pada kematian lamun
menggunakan bom rakitan (dopis) serta cara- karena kekeringan, disajikan pada gambar
cara lain yang tidak memperhatikan keadaan 11.

Gambar 11. Kondisi lamun pada air surut (kiri) dan dampak aktivitas manusia (kanan).

Dari hasil pengamatan dilapangan, waktu yang ditentukan) akan tetapi masih
banyak vegetasi lamun yang mengalami saja ada beberapa masyarakat yang jahil dan
kekeringan kerena jangkauan air surut cukup tetap masih terus saja berlangsung. Dengan
jauh kedaerah tubir. Selain itu tingkat demikian dapat disimpulkan bahwa
sedimentasi di daerah pasang surut juga masyarakat belum terlalu sadar akan dampak
tinggi, yang disebabkan oleh aktivitas buruk di dunia perairan yang berkaitan
manusia mulai dari daerah padang lamun dengan cara mereka menangkap ikan. Jika
sampai daerah terumbu karang. Padahal hal ini terus dibiarkan tidak menutup
kawasan perairan Kampung Yendidori kemungkinan ketidakseimbangan ekosistem
masuk dalam kawasan binaan terumbu perairan akan terjadi di wilayah perairan
karang (coral reefs) dari masyarakat Kampung Yendidori.
setempat (LSM) atau lebih dikenal dengan Lamun telah banyak dimanfaatkan oleh
sasi (penutupan kawasan tertuntu hingga masyarakat yang tinggal dipesisir pantai baik

4|Novae Guinea Jurnal Biologi, Vol 8. N0 (2)201 6


secara tradisional maupun modern. Dari hasil ekosistem perairan. Menurut Philips &
wawancara dengan masyarakat ada beberapa Menes (1988); Azkab M. H (1999) dalam
bagian dari tumbuhan lamun yang dulunya Latul (2011) menyebutkan peranan lamun
dimanfaatkan secara tradisional. Menurut diantaranya sebagai produsen primer, sebagai
masyarakat Yendidori, dahulu orang tua habitat biota perairan, sebagai penangkap
mereka mengkonsumsi bagian-bagian dari sedimen, sebagai pendaur zat hara dan
tumbuhan lamun, contohnya seperti jenis stabilisator dasar perairan, dan juga sebagai
lamun Cymodocea serulata (andoi), bio-indikator alternatif untuk pencemaran
Cymodocea rotundata (andoi), dan Thalassia logam berat di perairan. Selain itu lamun juga
hempricii (andoi) yang dikonsumsi adalah memiliki peranan dalam penyerapan karbon
batang (rhizome), buah dari jenis Enhalus di alam (Blue Carbon). Dengan demikian
acoroides (arwek). Selain bahan makanan, lamun memiliki banyak peranan di dunia
dahulu bagian dari tumbuhan laut ini perairan, baik secara langsung maupun tidak
dimanfaatkan sebagai bahan dasar langsung.
pembuatan tikar dan bahan dasar pembuatan
pukat atau jaring ikan sebelum masyarakat di KESIMPULAN
Kampung Yendidori mengenal nilon sebagai Berdasarkan hasil penelitian
bahan baku utamanya, contohnya daun dari inventarisasi yang dilakukan di Perairan
Enhalus acoroides. Seiring perkembangan Kampung Yendidori Distrik Yendidori
zaman jenis Enhalus acoroides sudah tidak Kabupaten Biak Numfor maka dapat
ada lagi dalam kata lain punah oleh beberapa disimpulkan sebagai berikut:
faktor lingkungan, diantaranya penebangan 1. Jenis lamun yang tumbuh di Perairan
lahan mangrove yang dianggap mengotori Kampung Yendidori membentuk
pinggiran pantai mengakibatkan tipe substrat vegetasi campuran. Adapun jenis-jenis
berubah. Hal ini berpengaruh sangat besar lamun yang ditemukan sebanyak delapan
bagi jenis lamun tersebut yang mendiami jenis yang termasuk dalam dua famili
substrat berpasir lumpur dan juga hendak yaitu Thalassia hempricii, Halophila
dijadikan kawasan wisata bagi wisatawan ovalis, Halophila minor (family
domestik yang ingin berkunjung ke kawasan Hydrocharitacea), Syringodium
pantai Kampung Yendidori. isoetifolium, Halodule pinifolia,
Pada zaman modernisasi ini masyarakat Halodule uninervis, Cymodocea serulata
di Kampung Yendidori kurang banyak dan Cymodocea rotundata (family
memanfaatkan lamun sebagai daerah Cymodoceacea) serta tipe substrat yang
perlindungan laut atau daerah konservasi laut ditumbuhi lamun adalah pasir halus, pasir
tetapi hanya memperhatikan konservasi berkarang, dan karang hidup ditambah
terumbu karang (hanya pada kawasan yang pasir halus.
sudah ditentukan). 2. Nilai kerapatan relatif paling tinggi ada
Dari hasil para peneliti diketahui bahwa pada jenis Thalassia hempricii dan
lamun mempunyai peranan yang sangat Halodule uninervis, sedangkan jenis yang
penting dalam menjaga keseimbangan memiliki nilai kerapatan relatif paling

5|Novae Guinea Jurnal Biologi, Vol 8. N0 (2)201 6


rendah adalah jenis Cymodocea serulata. pengambilan data selama penelitian
Jenis Thalassia hempricii yang memiliki berlangsung.
nilai frekuensi relatif paling tinggi 5. Semua Pihak, yang terlibat secara
kemudian di ikuti oleh Halodule langsung ataupun tidak langsung dalam
uninervis dan jenis Halophila ovalis yang menyukseskan penelitian ini.
paling rendah nilai frekuensi relatifnya.
Jenis Thalassia hempricii memiliki nilai DAFTAR PUSTAKA
INP paling tinggi sedangkan jenis Anonimus, 2015a. Padang Lamun. [On
Halophila ovalis memiliki nilai INP Line].
paling rendah. Keragaman jenis lamun http://www.mongabay.co.id/tag/pad
ang-lamun/. Diunduh 18/09/2015.
berdasarkan nilai indeks keragaman
Anonimus, 2015b. Tinjauan Pustaka.Bogor
Shannon Wiener di Perairan Kampung Agricultural university. Jurnal 13
Yendidori tergolong keragaman sedang. hal. [On Line]. Diunduh 18/09/2015.
3. Parameter lingkungan utama (suhu, Anonimus, 2015c. Kajian Pustaka. [On
kecerahan, salinitas, DO, dan pH) Line]. Diunduh 18/09/2015.
Perairan Kampung Yendidori, terbilang Azkab, M. H. 2009. Lamun (seagrass):
normal pada kisaran pertumbuhan lamun. Pedoman Inventarisasi Lamun.
Jurnal Pusat Penelitian Oseanografi,
Jakarta :21 hal.
UCAPAN TERIMA KASIH Coremap, 2015. Seagrass. [On Line]
Suksesnya penelitian ini tidak terlepas http://www.coremap.or.id/datin/sea
dari semua pihak yang terlibat langsung grass/index.php?keyid=51&act=det
dalam penelitian ini. Oleh karena itu ail
penghargaan dan ucapan terima kasih kami (diunduh 18/09/2015).
ucapkan kepada: Djunaidi, 2015. Ekosistem Lamun. [On Line].
http://dehetohulonthalo.blogspot.co
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
m/2015/03/ekosistem-lamun.html
Pendidikan Universitas Cenderawasih (diunduh 03/02/2015).
yang telah memberikan kesempatan Efendi. H, 2003. Telaah Kualitas Air Bagi
kepada peneliti dalam melaksanakan pengelolaan Sumberdaya dan
penelitian. Lingkungan Perairan. Yogyakarta:
2. LPPM Universitas Cenderawasih Kanisius.
Fachrul, F. M. 2008. Metode Sampling
Jayapura atas segala dukungan melalui
Bioekologi. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
dana hibah BOPTN LPPM Universitas Harpiansyah, dkk. 2014. Struktur Komunitas
Cenderawasih. Padang Lamun di Perairan desa
3. Kepala Kampung Yendidori Distrik Pengudang Kabupaten Bintan.
Yendidori Kabupaten Biak Numfor, yang Jurnal Universitas Maritim Raja Ali
telah memberikan ijin dalam Haji, Tanjung Pinang , Kepulauan
melaksanakan penelitian di lapangan. Riau. 15 hal.
Hutomo & Nonji, 2014. Panduan Monitoring
4. Semua Tenaga Lapangan, atas kerja
Padang Lamun. CRITC COREMAP
kerasnya membantu kami dalam CTI LIPI Jakarta. VIII + 37hlm. 17,6
x 25 cm. ISBN 978-979-3378-83-1.

6|Novae Guinea Jurnal Biologi, Vol 8. N0 (2)201 6


Kepel & Baulu, 2011. Komunitas Lamun Di http://wia-
Perairan Pesisir Pulau Yamdena, deviramdhani.blogspot.co.id/2013/0
Kabupaten Maluku Tenggara Barat. 1/parameter-oseanografi-
Vol. VII-1, April 2011. Jurnal mempengaruhi.html (di unduh
UNSRAT. 18/09/2015).
KEPMENLH, 2004. Kriteria Baku Rumbaru, 2014. Diskripsi Ekosistem Padang
Kerusakan dan Pedoman Penentuan Lamun. Template Travel. [On Line].
Stasiun padang Lamun,Nomor 200 http://rumbaru.blogspot.com/2014/1
Tahun 2004, MENTERI NEGERA 0/diskripsi-ekosistem-padang-
LINGKUNGAN HIDUP, lamun.html. (diunduh 03/02/2015).
SALINAN. Rumbiak, 2005. Struktur Komunitas Lamun
Kiswara & Hutomo, 1985. Habitat dan di Perairan Pantai Hamadi Kota
Sebaran Geografik Jayapura. Skripsi tidak diterbitkan.
Lamun.OSEANA Vol.X, No.1:21- Jayapura: Program Studi Pendidikan
30, 1985. Biologi. Jurusan P.MIPA UNCEN
Latul, F. 2011. Keragaman Jenis-jenis JAYAPURA.
Lamun di Perairan Pulau Auki, Short F, Coles R. G, 2001. Global Seagrass
Wundi, dan Pai Distrik Padaido Research Methods. Elsevier B.V.
Kabupaten Biak Numfor Provinsi Amsterdam. Netherland.
Papua. Skripsi tidak diterbitkan. Takaendengan & Azkab, 2010. Struktur
Jayapura: Jurusan Biologi FMIPA komunitas lamun di pulau talise
UNCEN JAYAPURA. Sulawesi utara. Oseanologi dan
Nainggolan, 2011. Distribusi Spasial dan Limnologi di Indonesia (2010)
Pengelolaan Lamun (Seagrass) di 36(1):85-95 ISSN 0125-9830.
Teluk Bakau, Kepulauan Riau. Jurnal.
Institut Pertanian Bogor (Bogor Tebaiy, dkk. 2014. Struktur Komunitas
Agricultural University) Padang Lamun dan Strategi
Nontji. A, 2014. Saatnya Peduli Padang Pengelolaan di Teluk Youtefa
Lamun. [On Line] Jayapura Papua. J. SegeraVol.10
http://www.wwf.or.id/?15721/Saatn No.2 desember 2014137-146.
ya-Peduli UNPATTI, 2013. Pengelolaan Ekosistem
PadangLamun%20diunggah%2025 Padang Lamun Untuk
%20November%202014 Kesejahteraan Masyarakat Pesisir.
Nursaahreani, 2014. Keragaman Jenis dan Pascasarjana. Unpatti. 2013
Kondisi Padang Lamun di Perairan Waromi, Y. A. 2005. Komunitas Lamun di
Pulau Panjang Kepulauan Derawan Pulau Auki Kepulauan Padaido
Kalimantan Timur. Jurusan Ilmu Kabupaten Biak Numfor. Skripsi
Kelautan, UNHAS. SKRIPSI.53 tidak diterbitkan. Jayapura: Jurusan
halaman. Biologi FMIPA UNCEN
Oceanology , 2010. Ekosistem Padang JAYAPURA.
Lamun. [On Line] Wawan Kiswara, 1992. Vegetasi Lamun
http://elsafoceanology.blogspot.co.i (SEAGRASS) di Rataan Pulau Pari,
d/2010/12/ekosistem-padang- Pulau-pulau Seribu, Jakarta. Jurnal
lamun.html (di unduh 18/09/2015). Oseanologi di Indonesia 1992 No.
Oseanografi, 2013. Parameter Oseanografi 25:31- 49, ISSN 0125 – 9830
Mempengaruhi. [On Line] (diunduh 18/09/2015).

7|Novae Guinea Jurnal Biologi, Vol 8. N0 (2)201 6


Wimbaningrum. R, 2002. Pola Zonasi
Lamun (Seagrass) dan Invertebrata
Makrobentik yang Berkoeksitensi di
Rataan Terumbu Pantai Bama
Taman Nasional Baliran (On Line).
http://www.google.com.
/search?ie=UTF-8&oe=UTF-
8&sourceid=navclient&gfns=1&q=
lamun.(diunduh 18/09/2015)

8|Novae Guinea Jurnal Biologi, Vol 8. N0 (2)201 6

Anda mungkin juga menyukai